program bonus khusus

Esai/Artikel

PROGRAM BONUS KHUSUS BAGI KREDITOR
SEBAGAI ALTERNATIF PELAYANAN PLUS
BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR)
ditulis oleh
Agustinus Suyoto, S.Pd
Litbang Kelompok Tani Ikan Gurami “Mino Tumangkar”
Dusun Sawo, Desa Sendang Agung, Kec. Minggir, Kab. Sleman, Provinsi DIY
Ada tiga hal pokok yang menopang bisnis perbankan, termasuk BPR. Tiga hal
pokok tersebut adalah penyimpan dana (penabung), pemakai dana (kreditor), dan proses
usaha. Ketiga hal tersebut harus berjalan seimbang. Jika penabung terlalu banyak
menyimpan dana sementara dana tidak terserap oleh para pemakai, akan terjadi kerugian
yang cukup besar di pihak bank karena harus membayar jasa simpanan yang lebih besar
daripada jasa pinjaman. Sebaliknya jika pemakai dana terlalu besar sementara tidak ada
penyimpan dana maka bank akan mengalami kekurangan modal usaha. Dan apabila proses
usaha tidak lancar, misalnya terjadi kredit macet, atau terjadi penarikan dana besar-besaran,
bank juga akan mengalami kerugian.
Program-program yang selama ini diluncurkan oleh perbankan sebagian besar
adalah program yang ditujukan kepada para penabung. Program undian berhadiah, bunga
simpanan, dan masih banyak lagi merupakan program yang diluncurkan oleh pihak bank

dengan target utama menjaring uang penabung sebanyak-banyaknya.
Pada hemat saya, program-program semacam itu sebenarnya kurang efektif dan
kurang menguntungkan pihak perbankan. Mengapa demikian? Ada beberapa alasan.
Pertama, yang dibutuhkan oleh para penabung adalah keamanan tabungan. Besarnya
hadiah, besarnya bunga, dan fasilitas lain menjadi pertimbangan kedua. Hal itu dapat
dilihat dari fenomena yang ada di mana bank-bank pemerintah tetap menjadi tempat utama
penyimpanan uang walaupun bonus dan bunga simpanan jauh lebih rendah bila
dibandingkan dengan bank swasta.
Kedua, kesadaran menabung masyarakat kita masih rendah. Anggota masyarakat
yang menabung adalah orang-orang yang memang sudah tidak mampu membelanjakan
uangnya dalam satu bulan. Artinya, penghasilan orang tersebut lebih besar bila
dibandingkan dengan kebutuhan hidup tiap bulannya. Hanya sedikit anggota masyarakat
yang dengan kesadaran tinggi menyisihkan uang untuk ditabung demi masa depan. Jika
demikian, sebenarnya iming-iming bonus, undian, dan bunga tidak terlalu besar
pengaruhnya terhadap besarnya tabungan. Di mata pemilik uang, yang terpenting adalah
bahwa ada pihak ketiga yang bersedia membantunya menyimpan uang dengan aman.
Pihak ketiga yang dimaksud tentu saja adalah bank.
Ketiga, para pemilik uang lebih bukanlah spekulan. Perlu diketahui bahwa orangorang yang menyimpan uangnya di bank bukanlah orang-orang yang bermental spekulan.
Jika bermental spekulan tentu mereka akan menanamkan uangnya untuk investasi, untuk
perdagangan valas, dan sejenisnya. Jadi, sesuatu yang aneh jika orang menyimpan uangnya

di bank bertujuan untuk memperoleh hadiah undian yang ditawarkan.
Bagaimana dengan BPR? Dalam “bermain”, BPR selama ini juga menerapkan
metode yang hampir sama dengan bank umum. Fokus programnya adalah para penabung,
yaitu dengan memberikan iming-iming bunga simpanan tinggi, bonus undian, dan
sejenisnya. Namun, kiranya hal itu tidak begitu efektif bila dibandingkan dengan program
Dokumen Karya Pemenang Lomba------------------------------------------------------------ 48

Esai/Artikel
kerja sama dengan instansi tertentu (rumah sakit, lembaga pendidikan) dalam membantu
sirkulasi keuangan. Program bonus undian dan sejenisnya tidak memberikan sumbangan
yang signifikan dalam mendongkrak dana penabung. Bukanlah lebih baik BPR menjalin
kerja sama dengan pihak lain dalam mencari dana untuk dipinjamkan daripada
mengeluarkan banyak dana untuk program bonus dan sejenisnya?
Pada hemat saya, BPR sebaiknya lebih memfokuskan diri untuk menggarap para
pemakai dana (kreditor). Sudah terbukti bahwa BPR merupakan bank masih mampu
bertahan di tengah-tengah gonjang-ganjing dunia perbankan pada saat negara kita
mengalami krisis perekonomian. Dan semua itu terjadi karena sedikitnya prosentase kredit
macet di BPR.
Permasalahannya adalah bagaimana mengkonsep program untuk para kreditor di
luar program konvensional selama ini. Ada beberapa cara yang dapat ditempuh. Pertama,

program kemudahan pengajuan kredit. Dalam proses pengajuan kredit kendala yang
dihadapi oleh masyarakat khususnya masyarakat kecil adalah masalah agunan. Hampir
semua bank mensyaratkan adanya agunan, biasanya berupa sertifikat tanah, SK, ataupun
surat-surat penting lainnya. Jika fungsi agunan hanyalah sekedar menjaga agar kredit tetap
aman, BPR perlu melakukan terobosan dengan memberikan kemudahan terhadap anggota
masyarakat yang secara obyektif tidak akan mengalami kemacetan kredit. Artinya, agunan
atau jaminan tidak selalu berupa surat berharga melainkan dapat berupa adalah “profil
peminjam”.
Kedua, insentif bagi kreditor berprestasi. Sebagian besar kreditor meminjam uang
di BPR untuk modal usaha. Sudah banyak pengusaha kecil yang sukses atas bantuan
permodalan dari BPR. Namun, selama ini tidak ada BPR yang memunculkan program
bonus atau sejenisnya bagi para kreditor, padahal merekalah sumber penghasilan terbesar
BPR. Maka, agar menarik dan mampu memotivasi usaha para kreditor, mampu memotivasi
anggota masyarakat untuk mengajukan pinjaman, BPR perlu memunculkan program
insentif seperti itu. Insentif dapat berupa bonus undian, potongan bunga pinjaman, hibah,
atau jenis lainnya. Kiranya, walaupun bunga pinjaman sedikit lebih tinggi karena beban
insentif, anggota masyarakat akan sangat tertarik dengan program kredit berhadiah seperti
ini.
Ketiga, program pendampingan usaha. Sebagian besar kreditor bermasalah karena
kekurangprofesionalan mereka dalam menjalankan usaha. Misalnya saja usaha di bidang

perikanan. Banyak anggota masyarakat yang salah tebar sehingga mengalami kerugian
akibat tingkat kematian ikan yang cukup tinggi. Ada pula yang tidak mampu melakukan
prediksi panen sehingga ketika panen tiba harga justru anjlog. Dan masih banyak lagi.
Sampai saat ini belum ada (atau mungkin masih langka) bank yang secara terus menerus
melakukan pendampingan usaha pada para kreditornya. Bank baru menyapa kreditor
ketika cicilan pinjaman kurang lancar. Kiranya BPR perlu menggarap program
pendampingan ini agar semakin banyak pengusaha yang berhasil akibat campur tangan
BPR dan anggota masyarakat yang belum berani meminjam menjadi termotivasi.
Keempat, program kredit kemitraan. Di Yogyakarta banyak sekali kelompok usaha
baik yang masih pemula maupun sudah tingkat lanjut. Permasalahan yang dihadapi oleh
kelompok usaha dalam mengembangkan usahanya adalah permodalan. Sampai saat ini
masih sangat sedikit bank yang bersedia memberikan pinjaman khusus kepada kelompok
usaha. Kiranya BPR perlu mengkonsep program kredit kemitraan khusus untuk kelompok
usaha seperti ini. Misalnya saya BPR memberikan kredit dengan bunga khusus (lebih
rendah dari kredit perorangan) tetapi berhak atas distribusi/pemasaran hasil usaha
kelompok tersebut dengan harga wajar. Selisih bunga pinjaman khusus ini kiranya dapat
ditutup dari hal pemasaran tersebut. Perlu diketahui bahwa banyak pula kelompok usaha

Dokumen Karya Pemenang Lomba------------------------------------------------------------ 49


Esai/Artikel
(khususnya produk pertanian dan perikanan) yang mengalami kesulitan pemasaran karena
keterbatasan sumber daya manusianya.
Kelima, program kontrak eksklusif pengelolaan keuangan dengan rakyat. Sirkulasi
keuangan sebuah kelurahan atau kecamatan sebenarnya cukup besar. Jika di sebuah
kelurahan terdapat 1000 orang berpenghasilan tetap, 200 pedagang, dan sisanya petani,
dapat dibayangkan berapa besar uang beredar di kelurahan tersebut. Seandainya BPR
berhasil membuat kontrak kerja sama dengan sebuah kelurahan atau pedusunan dalam
bidang keuangan seperti halnya rumah sakit atau lembaga pendidikan, kira-kira berapa
besarkah uang yang berhasil diputar oleh BPR? Jika saja BPR bersedia menawarkan
kemudahan kredit, bunga simpanan sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan bunga umum,
pembinaan berkesinambungan, dan fasilitas lainnya, kiranya penduduk suatu pedusunan,
kelurahan, atau mungkin kecamatan akan tertarik untuk memanfaatkan jasa BPR dan
melakukan kontrak eksklusif dengan BPR.
BPR telah terbukti mampu menjadi lembaga keuangan yang memiliki daya tahan
tinggi terhadap terpaan krisis perbankan. Salahsatu kuncinya adalah bahwa BPR tidak
terjebak pada pelayanan kredit berskala besar tetapi terkonsentrasi pada sekelompok
pelaku bisnis, melainkan melayani kredit berskala kecil dan menengah dengan cakupan
nasabah yang lebih banyak. Dan kredit semacam inilah yang justru beresiko kecil untuk
mengalami kemacetan. Sekarang tinggal bagaimana BPR menyiapkan diri untuk bersaing

memberikan pelayanan terbaik terhadap rakyat tanpa melupakan target keuntungan yang
harus dicapai oleh sebuah usaha jasa keuangan. ***
*) Naskah ini merupakan Naskah Pemenang II Lomba Karya Tulis Tingkat Umum yang diselenggarakan
oleh PT BPR Bakti Daya Ekonomi bekerja sama dengan SKH Kedaulatan Rakyat pada tanggal 2 April
2004. Naskah ini dimuat di Kedaulatan Rakyat, 13 April 2004.

Dokumen Karya Pemenang Lomba------------------------------------------------------------ 50