Analisis pengaruh skema bonus direksi, jenis usaha profitabilitas perusahaan, dan ukuran perusahaan terhadap earning management; studi empiris pada persahaan manufaktur dan keuangan yang listing di BEI pada tahun 2008-2010

(1)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh Irpan

NIM: 107082003236

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

v

TTL : Ciamis, 17 Juli 1988

Alamat : Jl. Mutiara No. 12 RT 01/04 Cipadu Larangan No. Telepon : 085611310111

E-Mail : Irpanuin@gmail.com 2. Latar Belakang Pendidikan

SD : SDN Sukamulya, Ciamis SLTP : MTsN Maparah, Ciamis SLTA : MAN 10, Jakarta

3. Latar Belakang Keluarga Nama Ayah : Usup Nama Ibu : Imi


(7)

vi

This study aims to examine the effect of bonus schemes directors, type of business, corporate profitability, and firm size to earnings management.This study uses secondary data that is manufacturing and financial companies listing on the Indonesia Stock Exchange. The sample use 91 companies consisting of 47 manufacturing firms and 44 financial companies with the period study during year 2008 to year 2010 are taken through a purposive sampling method. This study uses multiple regression analysis method.

The results of this study indicated the bonus scheme of directors and company size proved a significant positive effect to earnings management, the types of business and corporate profitability have a significant negative effect to earnings management.

Keywords: Bonus Scheme The Board of Directors, Business Type, Corporate Profitability, Company Size, Earning Management.


(8)

vii

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh skema bonus direksi, jenis usaha, profitabilitas perusahaan, dan ukuran perusahaan terhadap earning management. Penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu perusahaan manufaktur dan keuangan yang listing di Bursa Efek Indonesia. Sampel yang digunakan sebanyak 91 perusahaan yang terdiri dari 47 perusahaan manufaktur dan 44 perusahaan keuangan dengan periode penelitian dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2010 yang diambil melalui metode purposive sampling. Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi berganda.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa skema bonus direksi dan ukuran perusahaan terbukti berpengaruh positif signifikan terhadap earning management, jenis usaha dan profitabilitas perusahaan mempunyai pengaruh yang negatif signifikan terhadap earning management.

Kata Kunci: Skema Bonus Direksi, Jenis Usaha, Profitabilitas Perusahaan, Ukuran Perusahaan, Earning Management


(9)

viii

skripsi yang berjudul Pengaruh Skema Bonus Direksi, Jenis Usaha, Profitabilitas Perusahaan, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Earning Management(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur dan Keuangan yang Listing Di BEI Pada Tahun 2008-2010) yang diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syari Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan, dukungan, dan bimbingan dari berbagai pihak, mungkin skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Orang tua tercinta, yang selalu sabar dalam menghadapi keluhan-keluhan penulis dan telah memberikan motivasi yang besar kepada penulis.

2. Bapak Prof. Dr. Azzam Jassin, MBA. Selaku pembimbing 1 yang telah membimbing serta memberikan motivasi kepada penulis.

3. Ibu Yusro Rahma SE., MSi. selaku pembimbing 2 yang dengan sabar telah membimbing penulis serta memberikan saran, arahan, sehingga skripsi ini terselesaikan.

4. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Ibu Rahmawati SE.,MM. Selaku ketua Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 6. Ibu Yessi Fitri SE.,Akt.,M.Si Selaku Sekretaris Program Studi Akuntansi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Bapak H. Chairul Alamsyah dan Ibu Hj. Dewi Alamsyah yang telah memberikan dukungan kepada penulis baik materil maupun non materil serta telah menjadi sari tauladan yang baik bagi penulis.


(10)

ix

10. Para dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang tidak disebutkan satu per satu.

11. Seluruh Staff Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang tidak disebutkan satu per satu.

12. Teman-temanku Kelas Akuntansi C angkatan 2007 yang telah memberikan warna dalam kehidupanku.

13. Teman-teman akrabku di UIN (Imam , Lalu , Ibnu, Joni, Bheny, Jumran Jupri, Asep, Andry , Abdul Khalik aziz) You are my best friend.

14. Sahabat terbaiku Arief Saripudin, yang telah penulis anggap sebagai kakak kandung penulis.

15. Lek Ku yang telah memberikan keindahan dalam kehidupan penulis.

16. Teman-teman sepermainan penulis (Irwan, Al- Amien, Pandi, Fauzi, Syahriel, Abdul Aziz, Teh Etty)

17. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari, skripsi ini banyak sekali kekurangan. Penulis berharap kritik dan saran dari semua pihak demi sempurnanya skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua, amin.

Tangerang, 2 Agustus 2011


(11)

x

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ... i

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ... ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ... iii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... v

ABSTRACT ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB. 1. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Perumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 10

BAB. II. TINJAUAN PUSTAKA ... 13

A. Teori yang Berkenaan Dengan Variabel yang Diambil ... 13

1. Teori Keagenan ... 13

2. Skema Bonus Direksi ... 16

3. Jenis Usaha ... 22

4. Profitabilitas Perusahaan ... 23

5. Ukuran Perusahaan ... 26

6. Manajemen Laba (Earning Management) ... 27

B. Penelitian Terdahulu ... 33


(12)

xi

C. Teknik Pengumpulan Data ... 46

D. Teknik Analisis ... 48

1. Statisti Deskriptif ... 48

2. Uji Asunsi Dasar ... 48

3. Uji Asumsi Klasik... 49

4. Analisis Regresi Berganda ... 52

E. Operasional Variabel Penelitian ... 55

1. Variabel Terikat ... 55

2. Variabel Bebas ... 57

BAB. IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 62

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ... 62

B. Analisis dan Pembahasan ... 63

1. Hasil Analisis Statistik Deskriptif ... 63

2. Hasil Uji Asumsi Dasar ... 65

3. Hasil Uji Asumsi Klasik ... 67

4. Hasil Uji Koefisien Determinasi dan Korelasi Ganda . 70 5. Hasil Uji t... 71

6. Hasil Uji F ... 72

7. Interpretasi Hasil ... 73

BAB. V. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI ... 77

A. Kesimpulan ... 77

B. Implikasi ... 77

C. Keterbatasan Penelitian ... 81

D. Saran... 81

DAFTAR PUSTAKA ... 83


(13)

xii

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ... 33

Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel ... 61

Tabel 4.1 Prosedur Pemilihan Sampel ... 62

Tabel 4.2 Hasil Uji Statistik Deskriptif ... 63

Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov ... 65

Tabel 4.4 Hasil Uji Multikolinieritas ... 67

Tabel 4.5 Hasil Uji Heteroskedastisitas Dengan Uji Spearman’s Rho .... 68

Tabel 4.6 Hasil Uji Autokorelasi Durbin-Watson ... 69

Tabel 4.7 Hasil Uji Koefisien Determinasi dan Korelasi Ganda ... 70

Tabel 4.9 Hasil Uji t ... 71


(14)

xiii

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ... 37 Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas Dengan Histogram Normality ... 66 Gambar 4.2 Hasil Uji Normalitas Dengan Grafik Normal Probability .... 66 Gambar 4.3 Posisi Nilai Durbin-Watson ... 69


(15)

xiv

Lampiran 1 Daftar Perusahaan yang Menjadi Sampel ... 87

Lampiran 2 Daftar Skema Bonus Direksi Tahun 2010 ... 90

Lampiran 3 Daftar Skema Bonus Direksi Tahun 2009 ... 93

Lampiran 4 Daftar Skema Bonus Direksi Tahun 2008 ... 96

Lampiran 5 Daftar Skala Jenis Usaha ... 99

Lampiran 6 Daftar ROA perusahaan Tahun 2010 ... 102

Lampiran 7 Daftar ROA Perusahaan Tahun 2009 ... 105

Lampiran 8 Daftar ROA Perusahaan Tahun 2008 ... 108

Lampiran 9 Daftar Skala Ukuran Perusahaan Tahun 2010 ... 111

Lampiran 10 Daftar Skala Ukuran Perusahaan Tahun 2009 ... 113

Lampiran 11 Daftar Skala Ukuran Perusahaan Tahun 2008 ... 116

Lampiran 12 Daftar Akrual Diskresioner Tahun 2010 ... 119

Lampiran 13 Daftar Akrual Diskresioner Tahun 2009 ... 122

Lampiran 14 Daftar Akrual Diskresioner Tahun 2008 ... 125

Lampiran 15 Hasil Uji Analisis Statistik Deskriptif ... 128

Lampiran 16 Hasil Uij Normalitas Dengan Kolmogorov-Smirnov ... 128

Lampiran 17 Hasil Uji Normalitas Dengan Histogram Normality ... 129

Lampiran 18 Hasil Uji Normalitas Dengan Grafik Probability ... 129

Lampiran 19 Hasil Uji Multikolinearitas ... 130


(16)

xv

Lampiran 23 Hasil Uji F... 131


(17)

1 BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pada era globalisasi seperti saat ini, perusahaan akan berlomba-lomba untuk mendapatkan keuntungan. Karena sebagian besar perusahaan menganggap apabila memiliki laba yang besar maka citra perusahaan tersebut baik atau sehat. Hal ini menyebabkan persaingan dalam dunia usaha menuntut setiap pelaku usaha untuk membuat perusahaanya memiliki citra yang baik dimata masyarakat, investor dan pihak-pihak yang berkepentingan lainya. Sebagian pelaku usaha mengindikasikan perusahaanya baik atau tidak dengan melihat laba atau keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan tersebut. Semakin besar keuntungan yang diperoleh maka semakin baik pula perusahaan yang di milikinya, padahal belum tentu demikian. Tentu ada faktor-faktor lain yang dapat dijadikan indikasi oleh masyarakat maupun investor dalam menilai suatu perusahaan.

Dalam usaha mendapatkan laba atau keuntungan yang maksimal tentu saja para pelaku usaha dalam hal ini manajemen perusahaan akan melakukan berbagai macam cara agar mendapatkan laba yang maksimal. Dalam usahanya, manajemen akan menyusun strategi-strategi untuk memaksimalkan laba tersebut. Strategi itu bisa berupa strategi yang positif dan bisa berupa strategi yang negatif. Strategi positif misalnya membuat inovasi baru dalam promosi atau penjualan, membuat diversivikasi


(18)

2 produk, dan lain-lain yang bertujuan meningkatkan penjualan atau penghasilan sehingga keuntungan yang diperoleh akan bertambah dan bisa jadi maksimal. Selain itu, manajemen perusahaan juga bisa meminimalkan beban sehingga labanya akan besar. Sedangkan strategi yang negatif bisa berupa strategi manajemen laba atau earning management. Tindakan ini biasanya berupa modifikasi laporan keuanagan dan lain-lain.

Dalam melakukan tindakan earning management, manajemen perusahaan akan mengolah laporan keuangan sesuai keinginanya dan tujuanya. Laporan keuangan merupakan sarana informasi umum yang digunakan untuk menghubungkan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan, baik pihak eksternal (pemegang saham, kreditur, pemerintah, dan sebagainya) maupun pihak internal (manajemen). Strategi tersebut dinamakan earning management atau manajemen laba. Dalam praktiknya, manajemen laba seringkali dilakukan oleh perusahaan-perusahaan untuk kepentingan yang bermacam-macam. Masih ingat dibenak kita kasus manajemen laba yang melibatkan PT Indofarma Tbk. Dimana PT Indofarma Tbk. Berusaha menutupi kerugian ditahun sebelumnya untuk meningkatkan laba pada tahun selanjutnya. Dalam kasus yang lebih besar tentu kita masih ingat dengan kasus yang dilakukan oleh WorldCom Corporation. Perusahaan tersebut telah mencatatkan biaya operasi biasa sebagai pengeluaran modal sehingga laba bersihnya menjadi sangat besar karena biaya operasinya sudah berkurang drastis yang diakibatkan disajikan sebagai pengeluaran modal.


(19)

3 Dalam melakukan praktik manajemen laba, perusahaan biasanya menggunakan laporan keuangan sebagai media untuk di modifikasi sedemikian rupa. Laporan keuangan bertujuan untuk memberikan informasi kepada pemakai laporan keuangan agar dapat membantu menterjemahkan aktifitas ekonomi dari suatu perusahaan (Warren et. al, 2005). Oleh karena itu laporan keuangan menjadi perhatian utama bagi penggunanya untuk mengambil keputusan sehingga laporan keuangan harus disajikan dengan benar sesuai dengan standar pelaporan yang berlaku.

Laporan keuangan yang lengkap meliputi neraca, laporan laba-rugi dan laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas dan catatan-catatan atas laporan keuangan (Warren et. al, 2005). Laporan keuangan diharapkan dapat memberikan informasi mengenai kinerja keuangan perusahaan dan bagaimana manajemen bertanggungjawab kepada pemilik perusahaan. Laporan keuangan merupakan sarana untuk mempertanggungjawabkan apa yang dilakukan oleh manajemen atas sumber daya pemilik dan dari laporan keuangan tersebut salah satu parameter penting yang digunakan untuk mengukur kinerja manajemen adalah laba. Informasi laba merupakan informasi yang menjadi perhatian utama dari pihak-pihak eksternal dalam melakukan penilaian kinerja dan pertanggungjawaban manajemen (perusahaan). Sedangkan manajemen sendiri adalah pengelola langsung dari perusahaan dan juga pihak yang bertanggungjawab terhadap penyusunan laporan keuangan. Adanya kecenderungan dari pihak


(20)

4 eksternal (investor) untuk lebih memperhatikan informasi laba sebagai parameter kinerja perusahaan akan mendorong manajemen untuk melakukan perilaku menyimpang dalam menunjukkan informasi laba yang disebut manajemen laba atau earning management.

Laporan keuangan yang terdiri dari neraca, laporan laba-rugi dan laporan perubahan ekuitas disusun dengan dasar akrual, adapun laporan arus kas disusun dengan dasar kas. Dasar akrual dipilih karena lebih rasional dan adil dalam mencerminkan kondisi keuangan perusahan secara riil, namun penggunaan dasar akrual dapat memberikan keleluasaan kepada pihak manajemen dalam memilih metode akuntansi selama tidak menyimpang dari aturan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku. Metode akuntansi yang secara sengaja dipilih oleh pihak manajemen untuk tujuan tertentu mengarah pada praktik manajemen laba atau earning management.

Manajemen laba adalah pemilihan kebijakan akuntansi oleh para manajer untuk mencapai tujuan khusus (Halima Shatila Palestin, 2008). Terdapat dua cara yang saling melengkapi dalam berfikir tentang manajemen laba. Pertama, perilaku oportunistik manajemen untuk memaksimalkan utilitasnya dalam kompensasi, kontrak dan kas politik. Kedua, perspektif kontrak efisien ketika manajemen laba dilakukan untuk menguntungkan semua pihak yang terlibat dalam kontrak. Akan tetapi manajemen laba sering diartikan sebagai sesuatu yang tidak baik dilakukan


(21)

5 oleh manajer sehingga banyak definisi yang menekankan earning management sebagai sesuatu perilaku oportunistik manajemen.

Praktik manajemen laba untuk meningkatkan laba terdiri dari tindakan manajer untuk meningkatkan laba bila sedang pada pelanggaran kesepakatan kredit untuk melaporkan kinerja yang baik pada kreditur, memaksimalkan kompensasi yang didasarkan pada kinerja akuntansi, memperoleh atau mempertahankan kendali perusahaan, pertimbangan pasar modal pada saat penawaran saham perdana, serta pertimbangan memperbaiki kinerja yang dilaporkan pada stakeholder. Sedangkan penurunan laba dilakukan manajer untuk memperoleh penghematan pajak, menyiasati peraturan pemerintah misalnya untuk meminimalkan jumlah denda untuk mendapatkan fasilitas pemerintah, dan pertimbangan kondisi persaingan untuk mencegah masuknya pesaing baru.

Perilaku manipulasi oleh manajer yang berawal dari konflik kepentingan dapat diminimumkan melalui suatu mekanisme monitoring yang bertujuan untuk menyelaraskan berbagai kepentingan tersebut. Pertama, dengan memperbesar kepemilikan saham oleh manajemen (managerial ownership) berpengaruh terhadap efektif tidaknya pengawasan kinerja manajer (CEO).

Earning management dapat dilakukan karena adanya faktor-faktor yang mendorong manajemen perusahaan melakukan tindakan tersebut. Faktor-faktor tersebut dapat berupa faktor dari kinerja keuangan perusahaan maupun faktor kepentingan dari manajemen perusahaan


(22)

6 tersebut. Salah satu faktor dari kepentingan manajemen adalah bonus yang diberikan oleh para pemegang saham kepada dewan direksi atas kinerjanya. Semakin baik kinerja para dewan direksi tersebut, maka semakin besar pula bonus yang diberikan kepada mereka. Dalam memberikan bonus, para pemegang saham akan menilai kinerja dewan direksi melalui beberapa parameter, diantaranya skema bonus direksi yang diukur melalui indeks trend laba bersih.

Dalam melakukan usahanya perusahaan memiliki jenis usaha yang berbeda-beda sehingga perusahaan dapat dikelompokan menjadi beberapa jenis menurut jenis usaha yang dilakoninya. Jenis perusahaan yang berbeda diduga mempunyai pengaruh terhadap tindakan earning management.

Dalam hubunganya dengan earning management, profitabilitas dapat memberikan pengaruh terhadap tindakan tersebut karena dengan tingginya profitabilitas sebuah perusahaan, maka perusahaan tersebut akan dinilai baik oleh masyarakat sehingga apabila perusahaan yang di nilai baik oleh masyarakat mempunyai laba yang kecil maka masyarakat atau para pengguna laporan keuangan perusahaan tersebut pun akan bertanya-tanya apakah perusahaan tersebut sehat atau tidak. Oleh karena itu, manajemen perusahaan diduga akan melakukan tindakan earning management untuk menyesauaikan dengan tingkat profitabilitas yang dimiliknya.

Earning management bisa menimbulkan citra yang buruk terhadap perusahaan tersebut meskipun perusahaan tersebut memiliki ukuran yang


(23)

7 besar. Hubungan ukuran perusahaan dengan manajemen laba adalah semakin besar ukuran perusahaan, biasanya informasi yang tersedia untuk pihak investor dalam pengambilan keputusan sehubungan dengan investasi dalam saham perusahaan tersebut semakin banyak karena perusahaan dipandang lebih kritis oleh pihak luar. Sehingga apabila investor akan melakukan investasi, biasanya melihat ukuran perusahaan tersebut.

Meskipun ukuran perusahaan tidak bisa dijadikan tolak ukur sebagai berhasilnya investasi karena untuk menciptakan ukuran perusahaan bisa dilakukan dengan berbagai cara termasuk manajemen laba, akan salah besar apabila manajemen perusahaan melakukan tindakan curang dengan melakukan manajemen laba untuk menarik investor agar berinvestasi di perusahaanya karena investor pun tidak akan begitu saja dalam mengambil keputusan investasi. Investor tidak hanya melihat ukuran perusahaan sebagai dasar untuk mengambil keputusan investasi tetapi pasti mempertimbangkan aspek-aspek yang lain dan para investor pun akan lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan investasi.

Deteksi atas kemungkinan dilakukannya earning management dalam laporan keuangan diteliti melalui penggunaan estimasi total akrual (Belkoui, 2007) . Total akrual yang tercermin dalam perhitungan laba terdiri dari discretionary accrual dan non discretionary accrual. Non discretionary accrual merupakan komponen akrual yang terjadi secara alami seiring dengan perubahan dari aktivitas perusahaan. Sebaliknya,


(24)

8 discretionary accrual merupakan komponen akrual yang berasal dari rekayasa laba yang dilakukan manajer.

Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka penelitian ini mencoba menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi manajemen laba, dengan judul: ”Analisis Pengaruh Skema Bonus Direksi, Jenis Usaha, Profitabilitas Perusahaan, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Earning Management (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur dan Keuangan yang Listing di Bursa Efek Indonesia Pada Tahun 2008-2010)”.

Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian yang dilakukan oleh Rudi Isnanta (2008). Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah terdapat pada variabel penelitian dan obyek penelitian, variabel yang digunakan oleh penelitian terdahulu adalah mekanisme corporate governance dan kinerja keuangan. Sedangkan obyek penelitian tersebut adalah perusahaan yang terdaftar di BEI pada tahun 2003-2006. Sedangkan obyek penelitian ini adalah perusahaan yang listing di BEI pada tahun 2008-2010. Penelitian saat ini mengganti serta menambahkan beberapa variabel yang disarankan oleh penelitian terdahulu yaitu corporate governance diganti menjadi skema bonus direksi, kinerja keuangan ditambah dengan profitabilitas, dan menambahkan jenis usaha dan ukuran perusahaan sebagai variabel bebas. Selan itu, untuk mengolah data dalam penelitian ini juga menggunakan


(25)

9 software SPSS versi 19 yang lebih banyak fitur terbaru yang bisa digunakan untuk mengolah data penelitian.

B. Perumusan Masalah

Masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah skema bonus direksi, jenis usaha, profitabilitas perusahaan,

dan ukuran perusahaan secara parsial berpengaruh terhadap earning management?

2. Apakah skema bonus direksi, jenis usaha, profitabilitas perusahaan, dan ukuran perusahaan secara simultan berpengaruh terhadap earning management?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menganalisis pengaruh skema bonus direksi, jenis usaha, profitabilitas perusahaan, dan ukuran perusahaan terhadap earning management secara parsial.

2. Menganalisis pengaruh skema bonus direksi, jenis usaha, profitabilitas perusahaan, dan ukuran perusahaan terhadap earning management secara simultan.


(26)

10 D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitaian diatas, maka penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi investor, kreditur, manajemen perusahaan, pemerintah, pihak akademis, masyarakat luas, dan bagi peneliti sendiri. 1. Investor

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu pertimbangan bagi investor dalam memilih perusahaan mana yang diduga ada kemungkinan melakukan praktik earning management sehingga dapatmemutuskan untuk melakukan investasi.

2. Kreditur

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu pertimbangan bagi kreditur dalam pengambilan keputusan pemberian pinjaman. Karena dalam memberi pinjaman tentu saja kreditur akan melakukan seleksi dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu dalam memberikan kredit.

3. Manajemen Perusahaan

Manajemen perusahaan dapat mengetahui bagaimana cara menghindari praktik earning management dengan lebih teliti dalam menentukan skema bonus dan lain-lain. Sehingga apabila manajemen perusahaan dapat menghindari praktik earning management, manajemen akan terhindar dari masalah-masalah yang ditimbulkan akibat praktik tersebut.


(27)

11 4. Pemerintah

Pemerintah sebagai regulator perekonomian serta pemungut pajak penghasilan perusahaan tentunya dapat mengetahui apakah laba yang dilaporkan oleh manajemen perusahaan hasil modifikasi atau tidak sehingga pemerintah bisa mengusut dan mengambil tindakan tegas terhadap perusahaan yang mempunyai indikasi melakukan tindakan earning management.

5. Pihak Akademis

Dapat memberikan informasi dan memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu pengetahuan terutama penelitian yang berkaitan dengan akuntansi manajemen dan keuangan serta perilaku manajemen khususnya yang berkaitan dengan tindakan earning management.

6. Masyarakat luas

Masyarakat dapat mengetahui tindakan-tindakan yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan dalam mengolah labanya baik secara positif maupun negatif sehingga masyarakat dapat mempertimbangkan untuk berpartisipasi terhadap perusahaan tersebut baik untuk investasi maupun kepentingan lainya.


(28)

12 7. Peneliti Sendiri

Untuk memperluas wawasan mengenai earning management agar diperoleh hasil yang bermanfaat bagi peneliti dan bagi siapapun yang membutuhkan informasi di masa yang akan datang. Sehingga wawasan peneliti dapat bertambah dan diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang memerlukan informasi mengenai earning management dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.


(29)

13 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori yang Berkenaan Dengan Variabel yang Diambil

Dalam sebuah penelitian, tentunya ada teori-teori yang menunjang penelitian tersebut. Tujuanya adalah untuk menguatkan penelitian tersebut dan untuk mengindikasikan penelitian tersebut adalah asli. Dalam penelitian ini akan dibahas beberapa teori yang berkenaan dengan variabel yang di teliti yaitu teori keagenan, skema bonus direksi, jenis usaha, profitabilitas perusahaan, ukuran perusahaan, dan earning management atau manajemen laba. Berikut ini akan dijelaskan beberapa teori yang berkaitan dengan penelitian ini.

1. Teori Keagenan (Agency Theory)

Menurut Dermawan Sjahrial (2006:6) teori keagenan adalah suatu teori yang menyebutkan bahwa ada perbedaan kepentingan antara pemilik (pemegang saham), direksi (profesional perusahaan), dan karyawan perusahaan. Disini akan timbul pertentangan antara kepentingan individu dengan kepentingan perusahaan.

Hubungan keagenan (Agency Relationship) terjadi ketika satu atau lebih individu yang disebut sebagai principal menyewa individu atau organisasi lain, yang disebut sebagai agen, untuk melakukan sejumlah jasa dan mendelegasikan kewenangan untuk membuat keputusan kepada agen tersebut. Dalam manajemen keuangan, hubungan keagenan utama terjadi diantara (1) pemegang saham dan manajer dan


(30)

14

(2) manajer dan pemilik utang” (Brigham, 2009)

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa teori keagenan (Agency Theory) adalah suatu teori yang menyebutkan tentang adanya perbedaan kepentingan diantara pihak-pihak yang ada dalam struktur manajemen suatu perusahaan, sehingga dengan adanya perbedaan tersebut akan terjadi berbagai pertentangan antara kepentingan individu dan kepentingan perusahaan.

Para direksi dimungkinkan memiliki kepentingan pribadi yang bersaing dengan tujuan perusahaan yaitu memaksimalkan laba dengan tujuan yang lain seperti memaksimalkan kekayaan para pemegang saham. Para direksi diberi kekuasaan oleh para pemilik perusahaan, yaitu para pemegang saham untuk membuat keputusan, dimana hal ini akan menciptakan potensi konflik kepentingan yang dikenal dengan teori keagenan atau agency theory.

Konsep agency theory merupakan hubungan antara prinsipal dan agen. Prinsipal mempekerjakan agen untuk melakukan tugas dengan tujuan kepentingan prinsipal, termasuk pendelegasian otorisasi pengambilan keputusan dari prinsipal kepada agen. Pada perusahaan yang modalnya terdiri atas saham, pemegang saham bertindak sebagai prinsipal, dan direksi sebagai agen mereka. Pemegang saham mempekerjakan direksi untuk bertindak sesuai dengan kepentingan prinsipal. Tapi pada kenyataanya para agen dalam hal ini direksi perusahaan yang diberikan kekuasaan oleh pemilik


(31)

15 perusahaan dalam hal ini pemegang saham tidak selalu melakukan keputusan yang dikehendaki oleh pemegang saham.

Teori agensi mendasarkan hubungan kontrak antar anggota dalam perusahaan, dimana prinsipal dan agen sebagai pelaku utama. Prinsipal merupakan pihak yang memberikan mandat kepada agen untuk bertindak atas nama prinsipal, sedangkan agen merupakan pihak yang diberi amanat oleh prinsipal untuk menjalankan perusahaan. Dengan demikian, kontrak kerja yang baik antara prinsipal dan agen adalah kontrak kerja yang menjelaskan apa saja yang harus dilakukan agen atau direksi dalam menjalankan pengelolaan dana yang di investasikan dan mekanisme bagi hasil berupa keuntungan, return dan risiko-risiko yang telah disetujui oleh kedua belah pihak.

Teori keagenan mengasumsikan bahwa masing-masing individu termotivasi oleh kepentingan dirinya sendiri sehingga dapat menimbulkan konflik antara prinsipal dan agen. Pihak prinsipal termotivasi mengadakan kontrak untuk mensejahterakan dirinya dengan profitabilitas yang selalu meningkat. Sedangkan agen termotivasi untuk memaksimalkan pemenuhan kebutuhan ekonomi dan psikologinya.


(32)

16 Menurut Brigham (2009) Teori keagenan dilandasi oleh tiga

buah asumsi, yaitu:

a. Asumsi tentang sifat manusia.

Menekankan bahwa manusia memiliki sifat untuk mementingkan diri sendiri (self interest), memiliki keterbatasan rasionalitas (bounded rationality) dan tidak menyukai risiko (risk aversion).

b. Asumsi tentang keorganisasian.

Asumsi keorganisasian adalah adanya konflik antar anggota organisasi, efisiensi sebagai kriteria produktivitas, dan adanya asimetri informasi antara prinsipal dan agen.

c. Asumsi tentang informasi.

Asumsi tentang informasi adalah bahwa informasi dipandang sebagai barang komoditi yang bisa diperjualbelikan. Sehingga untuk mendapatkan informasi dibutuhkan pengorbanan biaya yang harus dikeluarkan.

2. Skema Bonus Direksi

Menurut Neneng Suryatiningsih dan Sylvia Veronika Siregar (2009:4) skema bonus direksi adalah komponen penghitungan besarnya jumlah bonus yang diberikan oleh pemilik perusahaan atau para pemegang saham melalui RUPS kepada anggota direksi yang dainggap mempunyai kinerja baik setiap tahun serta apabila perusahaan memperoleh laba.


(33)

17 Menurut Ade Gunawan (2008:4) Skema bonus direksi dapat diartikan sebagai pemberian imbalan diluar gaji kepada direksi perusahaan atas hasil kerja yang dilakukan dengan melihat prestasi kerja direksi itu sendiri. Prestasi kerja yang dilakukan dapat dinilai dan diukur berdasarkan suatu penilaian yang telah ditentukan perusahaan secara objektif

Menurut Blocher (2007:581) skema bonus direksi adalah kebijakan dan prosedur untuk memberikan kompensasi bonus bagi direksi yang mencakup berupa bonus atas pencapaian tujuan-tujuan kinerja untuk suatu periode.

Berdasarkan definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa skema bonus direksi adalah salah satu motif perhitungan akuntansi yang tujuanya untuk menentukan besarnya bonus yang diterima oleh direksi perusahaan. Dalam melakukan perhitungan ini tentunya didasari oleh keuntungan atau laba yang dihasilkan oleh perusahaan. Menurut Brigham (2009:324) menyebutkan bahwa beragam bentuk program pemberian bonus dapat dikelompokan menurut tiga aspek penting, yaitu dasar kompensasi, Sumber kompensasi, dan cara pembayaran.

a. Dasar Kompensasi

Ada tiga dasar yang paling umum dalam menentukan dasar kompensasi, yaitu:


(34)

18 2) Kinerja berbasis laba SBU biaya, pendapatan, laba, dan

investasi

3) Balance score card b. Sumber Kompensasi

Ada dua sumber pendanaan bonus yang paling umum yaitu laba SBU direksi dan sumber perusahaan secara keseluruhan yang berdasarkan total laba perusahaan. Dengan demikian rata-rata pemberian kompensasi bonus di lihat dari kinerja manajemen perusahaan yang diukur melalui laba bersih perusahaan, semakin tinggi laba yang dihasilkan maka semakin baik pula kinerja manajemen sebuah perusahaa tersebut sehingga semakin besar pula bonus yang diberikan kepada manajemen perusahaan khususnya dewan direksi.

c. Cara Pembayaran

Menurut Blocher (2007:587) menyebutkan bahwa dalam membayarkan bonus, ada dua cara umum yang sering dipakai oleh perusahaan yaitu pemberian secara tunai dan pemberian saham yang berupa saham biasa. Secara tunai biasanya diberikan melalui remunerasi maupun pemberian harta lain seperi fasilitas rumah, kendraan, dan lain-lain. Sedangkan apabila tidak secara tunai dapat diberikan melalui saham bonus, saham biasa, dan lain-lain.


(35)

19 Dalam mengukur besarnya bonus bagi eksekutif perusahaan dalam hal ini dewan direksi, yang menjadi tolak ukur besarnya bonus yang diberikan biasanya melihat laba yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut.Semakin besar laba yang dihasilkan, maka semakin besar pula bonus yang diberikan. Mengingat bahwa skema bonus berdasarkan laba merupakan cara yang paling populer dalam memberikan penghargaan kepada eksekutif perusahaan, maka adalah logis bila manajer yang remunerasinya didasarkan pada tingkat laba akan memanipulasi laba tersebut untuk memaksimalkan penerimaan remunerasinya. Karena besaran bonus bagi direksi perusahaan tergantung pada jumlah laba dibagi, maka direksi yang oportunis akan berusaha mencapai jumlah laba dibagi tertentu untuk dapat memaksimalkan penerimaan bonus mereka dengan melakukan manajemen laba.

Besaran maksimum bonus ditetapkan berdasarkan persentase tertentu dari laba dibagi. Dalam hal ini, laba dibagi adalah laba bersih setelah pajak dikurangi dengan laba penjualan aktiva, laba penjualan saham anak perusahaan, dan pendapatan lain-lain dari restitusi pajak tahun buku sebelumnya. Selain itu, jumlah maksimum bonus yang dibayarkan juga sangat tergantung dari persentase pencapaian laba usaha sebelum biaya bunga dan penyusutan, laba usaha sebelum biaya bunga dan laba bersih baik terhadap realisasi tahun lalu maupun anggaranya.


(36)

20 Skema bonus bagi dewan direksi memasukkan budget standard dan period year standard, dimana skema bonus didasarkan pada ukuran kinerja yang dibandingkan dengan budget tahunan dan pencapaian atas realisasi laba tahun sebelumnya. Sistem budget didasarkan pada premis bahwa direksi seharusnya diberikan penghargaan karena dapat mencapai target yang ditetapkan untuk periode tersebut dan memberi hukuman jika tidak mencapai target. Namun, sistem semacam ini mengandung insentif bagi direksi untuk menyusun target yang mudah dicapai dan ketika target telah ditetapkan, mereka akan melakukan apapun untuk memastikan bahwa target tersebut tercapai meskipun akan merugikan perusahaan. Direksi melalui Manajer akan memainkan realisasi anggaran atau pencapaian target, yang biasanya dilakukan melalui aktivitas manajemen laba. Mengingat ukuran kinerja utama yang dijadikan dasar perhitungan bonus direksi perusahaan adalah pencapaian laba, baik terhadap tahun lalu maupun anggarannya, maka dengan demikian dapat diduga bahwa insentif direksi untuk mencapai anggaran laba dan realiasi laba tahun sebelumnya tersebut berpengaruh terhadap aktivitas manajemen laba. Mendasarkan standar kinerja terhadap budget atau kinerja tahun lalu memiliki implikasi yang hampir sama karena budget saat ini tentunya akan sangat tergantung pada sebagian besar kinerja tahun sebelumnya. Sebagai badan usaha yang berbadan hukum, perusahaan mempunyai target-target tertentu yang terkait dengan pemenuhan


(37)

21 keuangan seperti dividen dan pajak. Untuk kepentingan itu, biasanya pemegang saham akan menetapkan tingkat pertumbuhan laba tertentu yang harus dicapai oleh perusahaan pada tahun yang akan datang. Target pertumbuhan laba tersebut akan diakomodasi pada saat penetapan anggaran perusahaan, sehingga angka anggaran laba biasanya akan ditetapkan lebih tinggi dari prognosa atau realisasi laba tahun sebelumnya.

Dengan angka anggaran laba yang lebih tinggi dari laba tahun lalu, maka akan lebih realistis bagi manajemen untuk mencapai realisasi laba tahun lalu daripada mencapai anggaran laba. Disamping itu, skema bonus direksi dan komisaris yang memberikan bobot lebih besar terhadap pencapaian laba tahun lalu dibandingkan pencapaian anggaran laba diduga akan mendorong direksi untuk lebih memfokuskan effort guna mencapai realisasi laba tahun lalu. Berdasarkan hal tersebut, dihipotesiskan bahwa tindakan manajemen laba yang dilakukan oleh direksi lebih dipengaruhi oleh motivasi untuk mencapai laba tahun sebelumnya daripada untuk mencapai anggaran laba.

Mengingat bahwa skema bonus berdasarkan laba merupakan cara yang paling populer dalam memberikan penghargaan kepada eksekutif perusahaan, maka adalah logis bila direksi yang remunerasinya didasarkan pada tingkat laba akan memanipulasi laba tersebut untuk memaksimalkan penerimaan bonus dan remunerasinya.


(38)

22 3. Jenis Usaha

Menurut Recue (2008:3) jenis usaha adalah perbedaan jenis usaha yang dilakukan oleh masing-masing perusahaan dalam melakukan usahanya. Secara garis besar perusahaan dapat dibagi menjadi perusahaan manufaktur dan keuangan. Ada tiga jenis usaha yang dioperasikan untuk mendapatkan keuntungan yaitu jasa, merchandising, dan bisnis manufaktur.

Sedangkan menurut Anne Ahira (2009:34) yang dimaksud dengan jenis usaha adalah segala macam usaha meliputi bidang perindustrian, perdagangan, jasa dan keuangan (pembiayaan). Pengertian usaha sendiri adalah segala bentuk tindakan, perbuatan atau kegiatan ekonomi yang dilakukan untuk memperoleh laba.

Berdasarkan beberapa definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa jenis usaha adalah perbedaan konsentrasi dan bidang usaha yang dilakukan oleh perusahaan dalam melakukan bisnisnya.

Setiap jenis usaha memiliki karakteristik yang unik. Bisnis jasa menyediakan layanan yang dibutuhkan oleh konsumen dalam bidang jasa atau pelayanan. Bisnis merchandising menjual produk yang mereka beli dari bisnis lain untuk konsumen, dalam hal ini merchandiser membawa suatu produk bersama pelanggan. Bisnis manufaktur menjalankan usaha dengan memproduksi serta merakit barang-barang yang dibutuhkan oleh konsumen.


(39)

23 4. Profitabilitas Perusahaan

Menurut Moeljadi (2006:6) profitabilitas perusahaan adalah ukuran kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba, baik dengan menggunakan seluruh aktiva yang ada maupun dengan menggunakan modal sendiri. Sehingga dapat diketahui tingkat profitabilitas perusahaan untuk mengambil keputusan maupun untuk kepentingan lainya.

Menurut Darsono (2009:58) profitabilitas perusahaan adalah kemampuan manajemen untuk memperoleh laba baik yang berupa laba kotor, laba operasi, dan laba bersih. Untuk memperoleh laba diatas rata-rata, manajemen harus mampu meningkatkan pendapatan (revenue) dan mengurangi semua beban (expenses) atas pendapatan itu berarti manajemen harus memperluas pangsa pasar dengan tingkat harga yang menguntungkan dan menghapuskan aktifitas yang tidak bernilai tambah.

Sedangkan menurut Brigham (2009:35) profitabilitas perusahaan adalah hasil akhir dari sejumlah kebijakan dan keputusan yang dilkukan oleh manajemen perusahaan. Rasio-rasio yang telah dibahas sejauh ini dapat memberikan petunjuk-petunjuk yang berguna dalam menilai ke efektifan dari operasi sebuah perusahaan, tapi rasio profitabilitas akan menunjukan kombinasi efek dari likuiditas.


(40)

24 Berdasarkan beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa profitabilitas adalah suatu ukuran kemampuan perusahaan melalui manajemen perusahaan tersebut untuk menghasilkan laba.

Menurut Moeljadi (2006:37) menyebutkan bahwa dalam mengukur tingkat profitabilitas ada beberapa rasio yang bisa dipakai yaitu gross profit margin, net profit margin, rate of return on total asset, rate of return on investment, dan return on equity.

a. Gross Profit Margin

Yaitu rasio yang menunjukan kemampuan penjualan dalam menghasilkan laba kotor. Sehingga bisa diketahui tingkat penjualan yang berhasil dilakukan akan memberikan tingkat pendapatan yang berupa laba kotor. Rasio ini ditentukan dengan ketentuan laba kotor dibagi dengan penjualan bersih.

b. Net Profit Margin

Yaitu Rasio yang menunjukan kemampuan penjualan dalam menghasilkan laba bersih. Rasio ini ditentukan dengan ketentuan laba sebelum pajak (earnings after tax) dibagi dengan penjualan bersih.

c. Rate Of Return on Total Asset

Yaitu rasio yang menunjukan kemampuan total aktiva menghasilkan laba bersih. Rasio ini ditentukan dengan ketentuan laba bersih dibagi dengan total aktiva.


(41)

25 d. Rate Of Return on Investment

Yaitu rasio yang menunjukan kemampuan aktiva rata-rata dalam menghasilkan laba setelah pajak. Rasio ini ditentukan dengan ketentuan laba setelah dipotong pajak dibagi dengan total aktiva rata-rata.

e. Return On Equity

Yaitu rasio yang menunjukan kemampuan modal sendiri dalam menghasilkan keuntungan yang tersedia bagi pemegang saham. Rasio ini diukur dengan ketentuan laba setelah dipotong pajak dibagi dengan modal sendiri rata-rata.

Tingkat profitabilitas suatu perusahaan dapat juga menjadi tolak ukur dalam menentukan kondisi perusahaan sehingga perusahaan dapat mengetahui kondisinya. Tingkat profitabilitas yang tinggi menunjukkan bahwa kinerja perusahaan baik dan pengawasan berjalan dengan baik, sedangkan dengan tingkat profitabilitas yang rendah menunjukkan bahwa kinerja perusahaan kurang baik, dan kinerja manajemen tampak buruk di mata principal. Dalam mengukur profitabilitas, para pemakai laporan keuangan atau pihak-pihak yang berkepentingan biasanya menemui berbagai permasalahan seperti data didalam laporan keuangan yang telah dimodifikasi, dan lain-lain. Dalam mengukur tingkat profitabilitas, ada beberapa tolak ukur yang sangat penting karena banyak digunakan dalam menghitung rasio-rasio yang menghitung tingkat profitabilitas, yaitu aktiva dan


(42)

26 laba. Profitabilitas bisa menjadi acuan untuk melihat kondisi suatu perusahaan. Sehingga apabila tingkat profitabilitas tinggi maka para investor atau pihak-pihak lain yang berkepentingan terhadap perusahaan tersebut akan menilai bahwa perusahaan itu baik. Dengan demikian, perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas yang tinggi akan lebih disukai para investor untuk melakukan investasi dan pihak lain dengan berbagai kepentingan masing-masing.

5. Ukuran Perusahaan

Menurut Dominick (2005:8) ukuran perusahaan adalah skala ukuran yang dilihat dari total aktiva suatu perusahaan atau organisasi yang menggabungkan dan mengorganisasikan berbagai sumber daya dengan tujuan untuk memproduksi barang atau jasa untuk di jual.

Menurut Edy Suwito dan Arleen Herawaty (2005:138) ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan besar kecil perusahaan menurut berbagai cara, antara lain total aktiva, log size, nilai pasar saham, dan lain-lain. Pada dasarnya ukuran perusahaan hanya terbagi dalam 3 kategori yaitu perusahaan besar (large firm), perusahaan menengah (medium-size) dan perusahaan kecil (small firm).

Berdasarkan definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan besar kecilnya perusahaan. Pada dasarnya ukuran perusahaan hanya terbagi dalam tiga kategori, yaitu perusahaan besar, perusahaan


(43)

27 menengah, dan perusahaan kecil.

Ukuran perusahaan merupakan proksi volatilitas operasional dan inventory controlability yang seharusnya dalam skala ekonomis besarnya perusahaan menunjukkan pencapaian operasi lancar dan pengendalian persediaan. Ukuran perusahaan diproksikan dari penjualan bersih (net sales), total penjualan dalam mengukur besarnya perusahaan. Karena biaya politik cenderung lebih besar, maka perusahaan dengan tingkat penjualan yang tinggi cenderung memilih kebijakan akuntansi yang mengurangi laba. Jika perusahaan sensitif terhadap variasi ukuran perusahaan, perusahaan yang lebih besar akan lebih menyukai prosedur (metode) akuntansi yang dapat menunda pelaporan laba.

6. Manajemen laba (Earning Management)

Menurut Belkoui (2007:201) definisi dari manajemen laba adalah potensi penggunaan manajemen akrual dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan pribadi yang dalam praktiknya menggunakan laporan keuangan sebagai saran untuk melakukan tindakan tersebut.

Menurut Widjaja (2007:3) manajemen laba adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh pihak manajemen untuk menaikan atau menurunkan laba yang dilaporkan dari unit yang menjadi tanggung jawabnya, yang tidak mempunyai hubungan dengan kenaikan atau penurunan profitabilitas perusahaan untuk jangka panjang.


(44)

28 Menurut Sri Sulystianto (2008:6) manajemen laba didefinisikan sebagai uapaya manajer perusahaan untuk mengintervensi atau mempengaruhi informasi-informasi dalam laporan keuangan dengan tujuan untuk mengelabui stakeholder yang ingin mengetahui kinerja dan kondisi perusahaan.

Istilah mengelabui dan intervensi inilah yang dipakai sebagai dasar sebagian pihak untuk menilai manajemen laba sebagai kecurangan. Sementara pihak lain tetap mengagap aktivitas manajerial ini bukan sebagai kecurangan alasanya intervensi itu dilakukan manajer perusahaan masih dalam kerangka standar akuntansi yaitu masih menggunakan metode akuntansi dan prosedur yang diterima dan diakui secara umum.

Berdasarkan penjelasan diatas maka manajemen laba dapat diartikan sebagai suatu tindakan manajemen yang mempengaruhi laba yang dilaporkan dan memberikan manfaat ekonomi yang keliru kepada perusahaan, sehingga dalam jangka panjang hal tersebut akan sangat mengganggu bahkan membahayakan perusahaan.

Definisi manajemen laba mengandung beberapa aspek. Pertama intervensi manajemen laba terhadap laporan keuangan dapat dilakukan dengan penggunaan judgment, misalnya judgment yang dibutuhkan dalam mengestimasi sejumlah peristiwa ekonomi di masa depan untuk ditunjukan dalam laporan keuangan, seperti perkiraan umur ekonomis dan nilai residu aktiva tetap, tanggung jawab untuk pensiun, pajak


(45)

29 yang ditangguhkan, kerugian piutang dan penurunan nilai asset. Kedua, tujuan manajemen laba untuk menyesatkan stakeholder mengenai kinerja ekonomi perusahaan. Hal ini muncul ketika manajemen memiliki akses terhadap informasi yang tidak dapat diakses oleh pihak luar.

Banyak alasan melakukan manajemen laba, termasuk meningkatkan kompensasi direksi yang terkait dengan laba yang dilaporkan, meningkatkan harga saham, dan usaha mendapatkan subsidi dari pemerintah. Ada sejumlah insentif utama untuk melakukan manajemen laba yaitu insentif perjanjian, dampak harga saham, dan insentif lainya (Belkoui:2006)

a. Insentif perjanjian

Banyak perjanjian yang menggunakan angka akuntansi. Misalnya perjanjian kompensasi direksi biasanya mencakup bonus berdasarkan laba. Perjanjian bonus biasanya memiliki batas atas dan bawah, artinya direksi tidak mendapat bonus jika laba lebih rendah dari batas bawah dan tidak mendapatkan bonus saat laba lebih tinggi dari batas atas. Hal ini berarti direksi memiliki insentif untuk meningkatkan atau mengurangi laba berdasarkan tingkat laba yang belum diubah terkait dengan batas atas dan bawah.

b. Dampak Harga Saham

Potensi dampak harga saham misalnya direksi dapat meningkatkan laba untuk menaikkan harga saham perusahaan


(46)

30 sementara sepanjang satu kejadian tertentu seperti merger yang akan dilakukan atau penawaran surat berharga, atau rencana menjual saham atau melaksanakan opsi. Direksi juga melakukan manajemen laba untuk menurunkan persepsi pasar akan risiko dan menurunkan biaya modal.

c. Insentif Lain

Terdapat beberapa alasan melakukan tindakan earning management lainnya. Laba seringkali diturunkan untuk menghindari biaya politik dan penelitian yang dilakukan badan pemerintah. Selain itu, perusahaan dapat menurunkan laba untuk memperoleh keuntungan dari pemerintah, misalnya subsidi atau proteksi dari persaingan asing. Perusahaan juga menurunkan laba untuk mengelakkan permintaan serikat buruh. Salah satu insentif lain adalah perubahan manajemen yang sering menyebabkan big bath karena beberapa alasan. Pertama, melemparkan kesalahan pada direksi yang berwenang. Kedua, sebagai tanda bahwa direksi baru harus membuat keputusan tegas untuk memperbaiki perusahaan. Ketiga, dan yang terpenting, yaitu memberikan kemungkinan dilakukannya peningkatan laba di masa depan. Dalam melakukan praktik manajemen laba, manajemen memiliki beberapa strategi dalam melaksanakan praktik ini yaitu meningkatkan laba, taking big bath, dan perataan laba.


(47)

31 a. Meningkatkan laba (increasing income)

Cara ini dilakukan dengan meningkatkan laba yang dilaporkan pada periode kini untuk membuat perusahaan dipandang lebih baik. Peningkatan laba juga dimungkinkan selama beberapa periode. Pada skenario pertumbuhan, akrual pembalik lebih kecil dibandingkan akrual kini sehingga dapat meningkatkan laba. Kasus yang terjadi adalah perusahaan dapat melaporkan laba yang lebih tinggi berdasarkan manajemen laba yang agresif sepanjang periode waktu yang panjang. Selain itu, perusahaan dapat melakukan manajemen laba untuk meningkatkan laba selama beberapa tahun dan kemudian membalik akrual sekaligus pada satu saat

pembebanan. Pembebanan satu saat ini sering kali dilaporkan “di

bawah laba bersih” (below the line) sehingga dipandang tidak terlalu relevan.

b. Taking Big Bath

Strategi big bath dilakukan melalui penghapusan sebanyak mungkin pada satu periode. Periode yang dipilih biasanya periode dengan kinerja yang buruk (seringkali pada masa resesi dimana perusahaan lain juga melaporkan laba yang buruk) atau peristiwa saat terjadi satu kejadian yang tidak biasa seperti perubahan manajemen, merger, atau restrukturisasi. Strategi ini juga seringkali dilakukan setelah strategi peningkatan laba pada periode sebelumnya. Karena sifat big bath yang tidak biasa dan tidak


(48)

32 berulang, pemakai cenderung tidak memperhatikan dampak keuangannya.

c. Perataan laba (Income smoothing)

Menurut Beidelman perataan laba adalah pengurangan atau fluktuasi yang disengaja terhadap beberapa tingkatan laba yang saat ini dianggap normal oleh perusahaan (Belkoui:2007).

Perataan laba merupakan bentuk umum manajemen laba. Pada strategi ini, manajer meningkatkan atau menurunkan laba yang dilaporkan untuk mengurangi fluktuasinya. Perataan laba juga mencakup tidak melaporkan bagian laba pada periode baik dengan menciptakan cadangan atau bank laba dan kemudian melaporkan laba ini saat periode buruk.

Manajemen laba merupakan masalah keagenan yang seringkali dipicu oleh adanya pemisahan peran atau perbedaan kepentingan antara pemegang saham dengan manajemen perusahaan. Kedua pihak tersebut berupaya untuk lebih mengutamakan kepentingannya masing-masing daripada kepentingan perusahaan.


(49)

33 B. Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitaian yang telah dilakukan oleh para peneliti terdahulu akan disebutkan untuk membandingkan penelitian ini dengan penelitian terdahulu. Selain untuk membandingkan juga berguna untuk menjadi bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya. Berikut ini disajikan beberapa penelitian terdahulu.

Tabel. 2. 1 Penelitian Terdahulu

No Judul

Penelitian dan Nama Peneliti Variabel Penelitian Metode Analisis Hasil Penelitian

1 Pengaruh Profitabilitas, Risiko Keuangan, Nilai Perusahaan, dan Struktur Kepemilikan Terhadap Praktik Perataan Laba (Aria Farahmita dan Dhamar yudho Aji) Profitabilitas, Risiko Keuangan, Nilai Perusahaan, Struktur Kepemilikan, dan Perataan Laba Regresi Berganda Profitabilitas, struktur kepemilikan Tidak Berpengaruh positif terhadap perataan laba. Risiko keuangan, Nilai perusahaan, berpengaruh positif terhadap perataan laba.

2 Analisis Pengaruh Struktur Kepemilikan, Praktik Corporate Governance dan Kompensasi Bonus Struktur Kepemilikan,

Komite Audit,

Proporsi Dewan Komisaris,

Ukuran KAP,

Kompensasi bonus dan Manajemen laba Regresi Berganda Struktur kepemilikan, proporsi dewan komisaris independen dan kompensai bonus mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap manajemen laba. Sedangkan


(50)

34 Lanjutan

No Judul

Penelitian dan Nama Peneliti Variabel Penelitian Metode Analisis Hasil Penelitian Terhadap Manajemen Laba (Halima Shatila Palestin)

komite audit dan ukuran KAP tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap manajemen laba.

3 Pengaruh Jenis Usaha, Ukuran Perusahaan, Finansial Leverage Terhadap Tindakan Perataan Laba (Diastiti Okkarisma Dewi) Jenis Usaha, Ukuran Perusahaan, Finansial Leverage, Perataan Laba Regresi Berganda Jenis Usaha, Ukuran Perusahaan, Financial Leverage Tidak Berpengaruh Signifikan Terhadap Tindakan Perataan laba pada perusahaan manufaktur. Financial Leverage berpengaruh signifikan terhadap perataan laba pada perusahaan keuangan 4 Analisis

Pengaruh Mekanisme Corporate Governance, Prfitabilitas dan Leverage terhadap manajemen laba (Earning management). (Indri Wahyu Purwandari) Komite Audit, Proporsi dan Ukuran Dewan Direksi, Proporsi Komisaris Independen, Kepemilikan Institusional, Profitabilitas, Leverage, dan Manajemen Laba Regresi Berganda Ukuran dewan direksi, Leverage berpengaruh positif terhadap manajemen laba. Komite audit, Proporsi komisaris independen, Kepemilikan institusional, Profitabilitas berpengaruh negatif terhadap mamnajemen laba


(51)

35 lanjutan

No Judul

Penelitian dan Nama Peneliti Variabel Penelitian Metode Analisis Hasil Penelitian

5 Pengaruh Struktur Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan Praktik Corporate Governance terhadap Pengelolaan Laba (Earning Management. (Sylvia Veronica N.P.Siregar dan Siddharta Utama) Kepemilikan keluarga; Kepemilikan institusional; Ukuran perusahaan; Ukuran KAP;Proporsi dewan komisaris independen; Komite audit; Manajemen laba Regresi Berganda kepemilikan keluarga, ukuran perusahaan, berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pengelolaan laba; Proporsi kepemilikan Institusional, Proporsi dewan komisaris independen memiliki pengaruh positif namun tidak signifikan terhadap pengelolaan laba; Ukuran KAP, Komite Audit berpengaruh negatif namun tidak signifikan terhadap pengelolaan laba; positif terhadap perataan laba. Risiko keuangan, nilai perusahaan, berpengaruh positif terhadap perataan laba.


(52)

36 Lanjutan

No Judul

Penelitian dan Nama Peneliti Variabel Penelitian Metode Analisis Hasil Penelitian 6 Pengaruh

Struktur Kepemilikan Publik, Praktik Pengelolaan Perusahaan, Jenis Industri, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas dan Risiko Keuangan Terhadap Tindakan Perataan Laba (Studi Empiris pada Industri yang Listing di Bursa Efek Jakarta), (Herni dan Yulius Kurnia Susanto) Struktur kepemilikan publik; Praktik pengelolaan perusahaan yang diproksikan dengan Proporsi dewan komisaris independen dan Komite audit; Jenis industri; Ukuran perusahaan; Profitabilitas; Risiko keuangan; Perataan Laba. Regresi Berganda Struktur kepemilikan Publik, Proporsi dewan komisaris independen, Komite audit, Ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap tindakan perataan laba yang oportunis. Kualitas audit berpengaruh positif

signifikan terhadap tindakan perataan laba; Jenis industri berpengaruh signifikan terhadap tindakan perataan laba; Profitabilitas berpengaruh negatif terhadap tindakan perataan laba yang oportunis; Risiko keuangan tidak berpengaruh signifikan terhadap tindakan perataan laba


(53)

37 C. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Gambar. 2.1

Kerangka Pemikiran

Judul: Analisis Pengaruh Skema Bonus Direksi, Jenis Usaha, Profitabilitas Perusahaan, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Earning Management (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur da Keuangan yang Listing Di BEI

Pada tahun 2008-2010)

Fenomena-fenomena yang terjadi terkait dengan masalah earning management

Variabel Dependen Earning Management (Y)

Variabel Independen

Skema Bonus

Direksi

Jenis Usaha

Profitabilitas Perusahaan

Ukuran Perusahaan

Metode Analisis Regresi Berganda

Hasil

Kesimpulan


(54)

38 D. Keterikatan Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis

Dalam merumuskan hipotesis dan keterikatan antar variabel, perlu diketahui hubungan yang terjadi diantara variabel terikat dan variabel bebas. Diantara hubungan yang terjadi adalah skema bonus direksi terhadap earning management, jenis usaha terhadap earning management, profitabilitas terhadap earning management, ukuran perusahaan terhadap earning management, dan semua variabel independen secara simultan terhadap variabel dependen. Dibawah ini akan dijelaskan masing-masing hubungan tersebut.

1. Skema Bonus Direksi Terhadap Earning Management

Dalam melakukan tugasnya, para direksi cenderung ingin menunjukan kinerja yang baik kepada pemilik perusahaan. Karena apabila pemilik perusahaan atau para pemegang saham sudah menilai kinerja para direksi dengan penilaian yang baik maka pemilik perusahaan akan memberikan penghargaan kepada direksi yang telah mengelola perusahaanya dengan baik. Penghargaan itu dapat berupa bonus yang diberikan kepada para direksi perusahaan. Dalam memberikan bonus kepada direksi, pemilik perusahaan akan melihat kinerja para direksi dalam mengelola perusahaanya. Pemilik perusahaan dalam menilai kinerja para direksi biasanya melihat laba perusahaan yang dihasilkan. Semakin besar laba yang dihasilkan, maka semakin baik citra para direksi dimata pemilik perusahaan. Oleh sebab itu, direksi memiliki kemungkinan untuk melakukan segala cara untuk


(55)

39 memaksimalkan laba perusahaan termasuk melakukan manajemen laba. Selain melihat laba yang diperoleh, pemberian bonus juga dapat dilihat melalui komponen perhitungan bonus yaitu pencapaian anggaran laba yang telah ditentukan serta melihat persentase pencapaian laba bersih terhadap laba bersih tahun lalu atau indeks trend laba bersih

Ada beberapa penelitian yang telah menunjukan bahwa skema bonus direksi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap earning management, diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Neneng Suryatiningsih dan Sylvia Veronika Siregar (2008).

Berdasarkan uraian diatas serta mengacu pada penelitian sebelumnya maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

Ha1 : Skema bonus direksi berpengaruh positif signifikan terhadap earning management.

2. Jenis Usaha Terhadap Earning Management

Setiap perusahaan memiliki jenis usaha masing-masing. Ada yang memiliki konsentrasi usaha dalam bidang manufaktur, jasa, perdagangan, dan lain-lain. Setiap jenis usaha yang dilakukan oleh perusahaan tentunya memiliki risiko dan sumber keuntungan yang berbeda pula. Sehingga dengan risiko dan sumber keuntungan yang berbeda itu, kebijakan-kebijakan perusahaan pun akan berbeda. Dengan demikian tindakan earning management yang dilakukan juaga akan dilakukan dengan cara yang berbeda pula. Perusahaan


(56)

40 yang mempunyai indikasi melakukan tindakan earning management kebanyakan adalah perusahaan manufaktur yang diakibatkan bayangnya biaya dan beban yang harus dikeluarkan serta perusahaan manufaktur mempunyai sisitem perhitungan akuntansi yang rumit dan panjang. Walaupun kebijakan perusahaan berbeda tapi tujuan perusahaan sama yaitu mendapatkan keuntungan yang besar dan mendapatkan citra yang baik dimata investor dan masyarakat. Edy Suwito dan Arleen Herawaty (2005) dalam penelitianya menemukan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara jenis usaha terhadap manajemen laba sehingga jenis usaha yang berbeda diduga tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap manajemen laba karena setiap jenis usaha mempunyai tujuan yang sama. Sedangkan Ashari et. al dalam Edy Suwito dan Arleen Herawaty (1994) menyatakan bahwa jenis usaha berpengaruh signifikan terhadap earning management.

Berdasarkan uraian diatas dan beberapa penelitian terdahulu maka dapat disimpulkan hipotesis sebagai berikut:

Ha2 : Jenis usaha berpengaruh signifikan terhadap earning management.

3. Profitabilitas Perusahaan Terhadap Earning Management

Pemilik perusahaan cenderung menuntut manajemen untuk mencapai profitabilitas yang tinggi. Karena apabila profitabilitas tinggi maka citra perusahaan dimata masyarakat dan investor serta


(57)

pihak-41 pihak yang berkepentingan lainya akan baik. Apabila manajemen mampu mencapai target dari pemilik perusahaan yaitu menaikan profitabilitas perusahaan maka manajemen akan dianggap mempunyai kinerja baik. Perusahaan yang memiliki profitabilitas rendah cenderung melakukan tindakan earning management dengan tujuan untuk meningkatkan profitabilitas perusahaan. Manajemen cenderung akan melakukan aktivitas tersebut karena dengan laba yang rendah maka profitabilitas perusahaan juga akan rendah bahkan menderita kerugian sehingga akan memperburuk kinerja manajemen di mata pemegang saham atau principal yang nantinya akan memperburuk citra perusahaan di mata publik. Oleh karena itu, apabila profitabilitas perusahaan rendah, maka ada kecenderungan terjadinya praktik manajemen laba. Namun apabila profitabilitas tinggi maka kecenderungan praktik earning management akan berkurang. Tetapi penelitian yang dilakukan oleh Tri Widyastuti (2009) menyimpulkan bahwa profitabilitas perusahaan mempunyai pengaruh yang positif terhadap earning management.

Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis dapat dirumuskan sebagai berikut:

Ha3 : Profitabilitas perusahaan berpengaruh negatif signifikan terhadap earning management.


(58)

42 4. Ukuran Perusahaan Terhadap Earning Management

Ukuran perusahaan dinyatakan sebagai determinan dari struktur keuangan dalam hampir setiap studi untuk alasan yang berbeda. Pertama, ukuran perusahaan dapat menentukan tingkat kemudahan perusahaan memperoleh dana dari pasar modal. Perusahaan kecil umumnya kekurangan akses ke pasar modal yang terorganisir, baik untuk obligasi maupun saham. Meskipun mereka memiliki akses, biaya peluncuran dari penjualan sejumlah kecil sekuritas dapat menjadi penghambat. Jika penerbitan sekuritas dapat dilakukan, sekuritas perusahaan kecil mungkin kurang dapat dipasarkan sehingga membutuhkan penentuan harga sedemikian rupa agar investor mendapatkan hasil yang memberikan return lebih tinggi secara signifikan. Kedua, ukuran perusahaan menentukan kekuatan tawar-menawar dalam kontrak keuangan. Perusahaan besar biasanya dapat memilih pendanaan dari berbagai bentuk hutang, termasuk penawaran spesial yang lebih menguntungkan dibandingkan yang ditawarkan perusahaan kecil. Semakin besar jumlah uang yang digunakan, semakin besar kemungkinan-kemungkinan pembuatan kontrak yang dirancang sesuai dengan preferensi kedua pihak sebagai ganti dari penggunaan kontrak standar hutang. Ketiga, ada kemungkinan pengaruh skala dalam biaya dan return membuat perusahaan yang lebih besar dapat memperoleh lebih banyak laba. Pada akhirnya, ukuran perusahaan diikuti oleh karakteristik lain yang mempengaruhi


(59)

43 struktur keuangan. Karakteristik lain tersebut seperti perusahaan sering tidak mempunyai staf khusus, tidak menggunakan rencana keuangan, dan tidak mengembangkan sistem akuntansi mereka menjadi suatu sistem manajemen. Ukuran perusahaan dapat ditentukan berdasarkan penjualan, total aktiva, tenaga kerja, dan lain-lain yang semuanya berkorelasi tinggi serta dapat menggambarkan ukuran sebuah perusahaan.

Ukuran perusahaan akan mempengaruhi struktur pendanaan perusahaan yang diperoleh dari modal sendiri maupun hasil pinjaman atau kredit. Hal ini menyebabkan kecenderungan perusahaan memerlukan dana yang lebih besar dibandingkan perusahaan yang lebih kecil. Kebutuhan akan pendanaan yang lebih besar memiliki kecenderungan bahwa perusahaan menginginkan pertumbuhan dalam laba.

Sri Hastuti dan Ponty Sya’banto Putra Hutama (2010) dalam penelitianya menemukan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap earning management.

Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka hipotesis yang dapat disimpulkan adalah:

Ha4 : Ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap earning management.


(60)

44 5. Skema Bonus Direksi, Jenis Usaha, Profitabilitas Perusahaan, dan

Ukuran Perusahaan Terhadap Earning Management

Setelah melihat analisa masing-masing hubungan antar variabel secara parsial serta beberapa penelitian terdahulu maka dapat disimpulkan bahwa hubungan antara variabel independen terhadap variabel dependen secara simultan adalah:

Ha5 : Skema bonus direksi, profitabilitas perusahaan, dan ukuran perusahaan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap earning management.


(61)

45 BAB III

METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder adalah sumber data yang diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara. Data tersebut dapat berupa laporan keuangn yang dipublikasikan oleh perusahaan, laporan tahunan perusahaan, laporan hasil RUPS, dan lain-lain.

Adapun data sekunder dalam penelitian ini adalah laporan keuangan tahunan dan laporan tahunan perusahaan yang dipublikasikan setiap tahun pada periode tahun 2008 sampai dengan tahun 2010. Data diperoleh dari laporan keuangan tahunan perusahaan dan laporan tahunan perusahaan yang diambil dari situs Bursa Efek Indonesia (BEI) yaitu www.idx.co.id, Indonesian Capital Market Directory (ICMD), JSX Statistics, Fact Book dandiambil langsung dari BEI.

B. Teknik Penentuan Sampel

Populasi yang dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur dan keuangan yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI). Periode pengamatan penelitian dilakukan dari 2008 sampai dengan tahun 2010. Penentuan perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling yaituyang dipilih berdasarkan kriteria sebagai berikut:


(62)

46 1. Perusahaan ma nu fakt ur dan keuanga n yang listing di Bursa

Efek Indonesia dar i tahun 2008 sampai dengan tahun 2010.

2. Perusahaan yang mempublikasikan laporan keuangan selama tahun 2008 sampai dengan tahun 2010

3. Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan berakhir pada tanggal 31 Desember selama periode pengamatan tahun 2008 sampai dengan 2010.

4. Perusahaan yang selalu memperoleh keuntungan selama periode pengamatan.

5. Perusahaan yang menggunakan mata uang rupiah dalam menyusun laporan keuanganya.

C. Teknik Pengumpulan Data

Dalam mengumpulkan data, sumber data menjadi hal penting dalam menentukan teknik pengumpulan data. Ada dua macam sumber data yang bisa digunakan dalam penelitian, yaitu data primer dan data sekunder.

Menurut Nur Indriantoro dan Bambang Supomo (2002:146) data primer adalah data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli atau tidak melalui media perantara yang secara khusus dikumpulkan oleh peneliti untuk menjawab pertanyaan penelitian. Dalam mengumpulkan data primer peneliti mendapatkan data langsung dari responden yang menjadi sampel penelitianya dengan membagikan


(63)

47 kuisioner kepada responden untuk di isi. Dalam menggunakan data primer, peneliti biasanya mengalami banyak kendala seperti kuisioner yang dikirim tidak kembali, data yang tidak valid, dan lain-lain.

Menurut Nur Indriantoro dan Bambang Supomo (2002:147) data sekunder adalah data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara atau telah diperoleh dan dicatat oleh pihak lain yang umumya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip yang dipublikasikan atau yang tidak dipublikasikan. Data sekunder lebih mudah untuk diperoleh karena sudah tersedia dan peneliti tinggal mengolah data tersebut. Dalam menggunakan data sekunder peneliti harus lebih hati-hati karena suatu data yang dilaporkan sumber yang berbeda ada kemungkinan datanya juga berbeda.

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kepustakaan, yaitu data diperoleh dari beberapa literatur yang berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti, penelusuran data ini dilakukan dengan cara:

1. Penelusuran secara manual untuk data dalam format kertas hasil cetakan. Data yang disajikan dalam format kertas hasil cetakan antara lain berupa jurnal, buku, skripsi dan thesis.

2. Penelusuran dengan menggunakan komputer untuk data dalam format elektronik. Data ini antara lain berupa laporan keuangan yang di publikasikan di situs BEI yang berupa file komputer dari internet.


(64)

48 D. Teknik Analisis

1. Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif menggambarkan tentang ringkasan data-data penelitian seperti mean, standar deviasi, varian, modus, dan lain-lain. Statistik deskriptif digunakan untuk mendeskriptifkan variabel-variabel dalam penelitian ini. Statistik deskriptif akan memberikan gambaran umum dari setiap variabel penelitian. Alat analisis yang digunakan adalah nilai rata-rata (mean), distribusi frekuensi, nilai minimum dan maksimum, nilai rata-rata serta nila i st a nd ar d e via s i. Data yang diteliti akan dikelompokkan yaitu earning management, skema bonus direksi, jenis usaha, profitabilitas perusahaan, dan ukuran perusahaan.

2. Uji Asumsi Dasar

Dalam uji asumsi dasar akan menggunakan uji normalitas yang bertujuan untuk mengetahui kenormalan distribusi populasi data. Model regresi yang baik adalah data yang berdistribusi normal atau mendekati normal. Untuk mendeteksi apakah data berdistribusi normal atau tidak, penelitian ini menggunakan analisis statistik.

Analisis statistik merupakan alat statistik yang sering digunakan untuk menguji normalitas residual yaitu uji statistik non-parametik Kolmogorov-Smirnov. Dalam mengambil keputusan dilihat dari hasil uji K-S, jika nilai probabilitas signifikansinya lebih besar dari 0,05 maka data terdistribusi secara normal. Sebaliknya, jika nilai


(65)

49 probabilitas signifikansinya lebih kecil dari 0,05 maka data tersebut tidak terdistribusi secara normal.

3. Uji Asumsi Klasik

Suatu model regresi berganda yang digunakan untuk menguji hipotesa harus memenuhi asumsi klasik. Uji asumsi klasik tersebut terdiri dari uji multikolinearitas, uji heterokedastisitas, dan uji autokorelasi. Berikut akan dijelaskan masing-masing uji asumsi klasik tersebut.

a. Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas adalah keadaan dimana terjadi hubungan linier yang sempurna atau mendekati sempurna antar variabel independen dalam model regresi. Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah didalam model regresi terjadi hubungan atau korelasi diantara variabel independen yang digunakan. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas di dalam model regresi dapat dilihat dari nilai tolerance (tolerance value) dan nilai variance inflation factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel bebas manakah yang dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Nilai cutoff yang umum digunakan adalah nilai tolerance 0,10 atau sama dengan VIF diatas 10. Apabila nilai tolerance lebih dari 0,10 atau nilai VIF kurang dari 10 maka dapat dikatakan


(66)

50 bahwa tidak terjadi multikolinearitas antar variabel dalam model regresi.

b. Uji Heterokedastisitas

Heterokedastisitas adalah keadaan dimana terjadi ketidaksamaan varian dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi. Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka dapat disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas (Ghozali, 2005). Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heterokedastisitas, penelitian ini menggunakan uji Spearman’s Rho.

Uji Spearman’s Rho dilakukan dengan meregres masing-masing variabel independen terhadap unstandardized residual. Dalam pengambilan keputusan dapat dilihat dari koefisien parameter, jika nilai probabilitas signifikansinya di atas 0,05 maka dapat disimpulkan tidak terjadi heterokedastisitas. Namun sebaliknya, jika nilai probabilitas signifikansinya di bawah 0,05 maka dapat dikatakan telah terjadi heterokedastisitas.


(1)

126

No Nama Perusahaan NDACC 2010 TACC/Asset t-1 DACC 2010

32 PT Bank Sinarmas Tbk -0.1821 -0.0250 0.1571

33 PT Bank Swadesi Tbk. -0.1881 0.3150 0.5031

34 PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk -0.1936 -0.0193 0.1743

35 PT Bank Tabungan Pensiun Nasional Tbk. -0.2203 0.0059 0.2263

36 PT Bank Victoria International Tbk 0.0310 0.0399 0.0089

37 PT Batavia Prosperindo Finance Tbk 0.0956 0.1143 0.0187

38 PT Berlina Tbk 0.7296 0.0633 -0.6663

39 PT BFI Finance Indonesia Tbk -0.1950 0.1107 0.3058

40 PT Bhakti Capital Indonesia Tbk -0.0234 0.0056 0.0289

41 PT Buana Finance Tbk -0.1090 0.1576 0.2666

42 PT Budi Acid Jaya Tbk 0.8564 0.0374 -0.8190

43 PT Cahaya Kalbar Tbk. 2.0193 0.0751 -1.9442

44 PT Champion Facific Indonesia Tbk 0.1753 -0.0798 -0.2551

45 PT Clipan Finance Indonesia Tbk 0.1212 0.0802 -0.0410

46 PT Darya-Varia Laboratoria Tbk 0.4038 -0.1120 -0.5158

47 PT Delta Jakarta Tbk 0.8670 -0.1045 -0.9715

48 PT Duta Pertiwi Nusantara Tbk. 0.0495 -0.0015 -0.0510

49 PT Ekadharma International Tbk 0.6046 -0.5642 -1.1688

50 PT Fajar Surya Wisesa Tbk 0.8241 -0.1906 -1.0148

51 PT Gudang Garam Tbk. 0.4214 0.0380 -0.3833

52 PT HD Finance Tbk. 0.8696 0.8424 -0.0273

53 PT Holcim Indonesia Tbk 0.9099 -0.0260 -0.9359

54 PT Indo Acid Tama Tbk 0.4105 0.1345 -0.2760

55 PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. 0.9892 0.0837 -0.9054

56 PT Indofarma (Persero) Tbk 0.3766 0.2480 -0.1286

57 PT Indofood Sukses Makmur Tbk. 0.6868 0.0558 -0.6311

58 PT Japfa Compeed Indonesia Tbk 1.2374 0.1379 -1.0995

59 PT Kabelindo Murni Tbk. 1.0340 -0.0676 -1.1016

60 PT Kedawung Setia Industrial Tbk 0.6988 0.0333 -0.6654

61 PT Kimia Farma (Persero) Tbk. 0.5567 0.1005 -0.4563

62 PT Kresna Graha Securindo Tbk 0.0352 0.0901 0.0549

63 PT Langgeng Makmur Industry Tbk 0.3457 0.0171 -0.3286


(2)

127

65 PT Malindo Feedmill Tbk 1.1905 0.1006 -1.0898

66 PT Mandala Multifinance Tbk -0.1676 0.3154 0.4830

67 PT Mandom Indonesia Tbk. 0.7872 0.1020 -0.6853

68 PT Maskapai Reasuransi Indonesia Tbk 0.1381 -0.1191 -0.2571

69 PT Mayora Indah Tbk 1.0298 0.1093 -0.9205

70 PT Multi Prima Sejahtera Tbk. 0.0876 -0.1498 -0.2374

71 PT Mustika Ratu Tbk 0.2977 -0.0162 -0.3139

72 PT Nippress Tbk. 0.7289 0.0673 -0.6615

73 PT Panin Financial Tbk -0.0422 0.0382 0.0804

74 PT Pelat Timah Nusantara Tbk 0.8754 0.0879 -0.7875

75 PT Permata Bank Tbk -0.2268 -0.1056 0.1212

76 PT Pupuk Kalimantan Timur Tbk 0.1823 -0.0029 -0.1852

77 PT Pyridam Farma Tbk. 0.9042 0.0570 -0.8473

78 PT Reliance Securities Tbk 0.1433 0.0029 -0.1404

79 PT Roda Vivatex Tbk 0.9481 -0.0832 -1.0313

80 PT Sekar laut Tbk 0.9596 -0.0310 -0.9906

81 PT Semen Gresik (Persero) Tbk. 0.6557 0.0891 -0.5665

82 PT Siantar Top Tbk 0.6530 0.0375 -0.6155

83 PT Sierad Produce Tbk 0.8783 0.0181 -0.8601

84 PT Supreme Cable Manufacturing & Commerce Tbk. 0.2178 0.1078 -0.1101

85 PT Surya Toto Indonesia Tbk. 0.6828 0.0227 -0.6601

86 PT Tiga Pilar sejahtera Food Tbk. 0.7007 0.1001 -0.6005

87 PT Trias Sentosa Tbk 0.8186 0.0072 -0.8115

88 PT Trimegah Securities Tbk 0.5549 -0.2548 -0.8097

89 PT Trust Finance Indonesia Tbk -0.0687 0.1294 0.1981

90 PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk 0.7435 -0.0468 -0.7904


(3)

128

Lampiran 15

Descriptive Statistics

N

Minimum

Maximum

Mean

Std. Deviation

EM

273

-1.9442

1.1327

-.187218

.4552904

SKB

273

.0933

13.9930

1.648474

1.5918583

JU

273

.0000

1.0000

.516484

.5006460

PRO

273

.0003

.2569

.053503

.0518246

SIZE

273

25.3149

33.7398

28.712810

2.0201185

Valid N (listwise)

273

Lampiran 16

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized

Residual

N

273

Normal Parameters

a,b

Mean

.0000000

Std. Deviation

. 33399221

Most Extreme Differences

Absolute

.071

Positive

.071

Negative

-.044

Kolmogorov-Smirnov Z

1.179

Asymp. Sig. (2-tailed)

.124

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.


(4)

129

Lampiran 18


(5)

130

Lampiran 19

Coefficients

a

Model

Collinearity Statistics

Tolerance

VIF

1

SKB

.980

1.020

JU

.664

1.506

PRO

.765

1.307

SIZE

.825

1.213

Lampiran 20

Correlations

Unstand

ardized

Residual SKB

JU

PRO SIZE

Spear

man's

rho

Unstandardized

Residual

Correlation

Coefficient

1.000 -.059

.003 -.013

.009

Sig. (2-tailed)

.

.328

.962

.833

.883

N

273

273

273

273

273

SKB

Correlation

Coefficient

-.059 1.000

.040 .235

**

-.038

Sig. (2-tailed)

.328

.

.510

.000

.533

N

273

273

273

273

273

JU

Correlation

Coefficient

.003

.040 1.000 .492

**

-.398

**

Sig. (2-tailed)

.962

.510

.

.000

.000

N

273

273

273

273

273

PRO

Correlation

Coefficient

-.013 .235

**

.492

**

1.000

-.281

**

Sig. (2-tailed)

.833

.000

.000

.

.000

N

273

273

273

273

273

SIZE

Correlation

Coefficient

.009 -.038

-.398

**

-.281

**

1.000

Sig. (2-tailed)

.883

.533

.000

.000

.


(6)

131

Model Summary

b

Model

R

R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of

the Estimate

Durbin-Watson

1

.680

a

.462

.454

.3364755

1.911

Lampiran 22

Coefficients

a

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardize

d

Coefficients

t

Sig.

B

Std. Error

Beta

1

(Constant

)

-1.365

.380

-3.595

.000

SKB

JU

.037

-.610

.016

.041

.129

-.671

2.271

-14.893

.024

.000

PRO

-2.473

.509

-.281

-4.860

.000

SIZE

.044

.013

.193

3.359

.001

Lampiran 23

ANOVA

b

Model

Sum of

Squares

df

Mean

Square

F

Sig.

1

Regression

26.041

4

6.510

57.503

.000

a

Residual

30.342

268

.113


Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Earning Management, Mekanisme, Corporate Governance dan Ukuran Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI Periode 2008-2011

3 13 140

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN GROWTH OPPORTUNITY DAN PROFITABILITAS TERHADAP NILAI PERUSAHAAN Pengaruh Ukuran Perusahaan Growth Opportunity Dan Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Empiris Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2012-20

0 5 12

PENDAHULUAN Analisis Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Ketepatan Waktu Penyampaian Laporan Keuangan Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bei Tahun 2010-2012.

0 3 9

PENGARUH MEKANISME UKURAN PERUSAHAAN Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Earnings Management (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2010-2012).

0 0 14

PENDAHULUAN Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Earnings Management (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2010-2012).

0 2 9

PENDAHULUAN Pengaruh Ukuran Perusahaan, Umur Listing Perusahaan, Kepemilikan Dispersi, Profitabilitas, dan Ukuran Dewan Komisaris terhadap Pengungkapan Corporate Governance (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2009-2011).

0 1 11

PENGARUH BONUS PLAN, FINANCIAL LEVERAGE DAN SIZE TERHADAP EARNING MANAGEMENT (STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG LISTING DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2008-2011).

0 0 15

Pengaruh Tangibility, Profitabilitas, Pertumbuhan Perusahaan, Non Debt Tax Shields, Cash Holding dan Ukuran Perusahaan terhadap Struktur Modal Perusahaan (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Listing di BEI Tahun 2010-2012)

0 2 8

Pengaruh Profitabilitas, Tax Avoidance, Leverage, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2013-2016)

0 0 16

ANALISIS PENGARUH FAKTOR UKURAN PERUSAHAAN, PROFITABILITAS DAN LEVERAGE TERHADAP INCOME SMOOTHING (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang listing di BEI) SKRIPSI

0 0 87