4. PERMENDIKBUD NO 59/2014 TENTANG KURIKULUM SMK 6. PMP B.ING SMK

VI. BAHASA INGGRIS
BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perubahan mendasar dalam pola berfikir dan pola bertindak adalah
kata   yang   tepat   untuk  menerapkan   Kurikulum   2013.   Perubahan  berawal
dari   adanya   perubahan   terhadap   makna   ‘kompetensi’.   Sebelum   ini
kompetensi dirumuskan secara terpisah untuk setiap mata pelajaran, mulai
dari   jenjang   terendah   Kompetensi   Dasar   (KD),   di   atasnya   Standar
Kompetensi   (SK),   dan   yang   tertinggi   Standar   Kompetensi   Lulusan   (SKL).
Rumusan   kompetensi   yang   demikian,   terbukti   telah   membentuk
kompetensi   lulusan   yang   tidak   terpadu   dalam   suatu   sistem   berfikir   dan
bertindak.   Dalam   kurikulum   2013,   standar   kompetensi   lulusan   (SKL)
adalah   satuan   kompetensi   utuh   yang   mencerminkan   kualitas   seseorang
yang   kompeten   pada   akhir   setiap   jenjang   pendidikan.   Kualitas   seseorang
yang   kompeten   setelah   menyelesaikan   setiap   kelas   terumuskan   dalam
Kompetensi   Inti   (KI).   Sedangkan   Kompetensi   Dasar   (KD)   adalah  rumusan
kualitas seseorang yang kompeten dalam setiap mata pelajaran. 
Kurikulum   2013   menerapkan   definisi   kompetensi   yang   dinyatakan
dalam   Undang­Undang   Sistem   Pendidikan   Nasional   yakni   keterpaduan

antara   tiga   dimensi:   sikap,   pengetahuan,   dan   keterampilan.   Definisi   ini
selaras   dengan   definisi   ilmiah   kompetensi   yang   secara   luas   dipahami.
Meskipun konsep kompetensi yang multi dimensi ini sudah lama  dikenal
dan dihafal oleh para pengembang kurikulum maupun guru, namun selama
ini   penerapannya   di   setiap   mata   pelajaran   lebih   menekankan   dimensi
keterampilan, sedangkan dimensi sikap dan dimensi pengetahuan hampir
tidak   terumuskan,   apalagi   terajarkan.   Hal   ini   terbukti   setidaknya   pada
rumusan Standar Isi (SI) Bahasa Inggris  yang dikembangkan berdasarkan
dimensi   keterampilan   saja   (rumusan   diarahkan   pada   pengembangan
keterampilan   mendengarkan,   berbicara,   membaca,   menulis),   tanpa
memasukkan   dimensi   pemahaman   dan   dimensi   sikap,   sehingga   tidak
mencerminkan kompetensi secara utuh.
­476­

Adanya   perubahan  pada   rumusan  kompetensi   tentunya   berdampak
pada perubahan di semua aspek pembelajaran. Bagi mata pelajaran Bahasa
Inggris,   perubahan   definisi   kompetensi   tersebut   sebenarnya   justru
memberikan   jalan   untuk   menerapkan   pendekatan   berbasis  genre  secara
lebih   benar.   Berdasarkan   definisi   genre   dari   Martin   (1984),   tujuan
pendidikan   bahasa   berbasis   genre   adalah   membentuk   kompetensi

melaksanakan   fungsi   sosial   dengan   menggunakan   teks   yang   memiliki
struktur dan unsur kebahasaan yang tepat dan benar sesuai dengan tujuan
dan konteks komunikatifnya. Karena kualitas teks ditentukan oleh tujuan
dan   konteks   penggunaannya,   aktivitas   berbahasa   bukan   hanya   sekedar
kebiasaan   menggunakan   kata­kata,   tetapi   suatu   kemampuan   yang
kompleks untuk senantiasa menentukan dan memilih langkah komunikatif,
unsur   kebahasaan,   serta   sikap   yang   tepat   dan   dapat   diterima   oleh
lingkungan sosialnya. Berbasis genre, berarti berbasis pada ketentuan dan
rumusan   yang   rinci   tentang   fungsi   sosial,   struktur   teks,   dan   unsur
kebahasaan   yang   perlu   dicakup   sesuai   dengan   tujuan   dan   konteks
penggunaannya.
Pada   awalnya,   pendekatan   berbasis  genre  di   awal   tahun   2000an
diputuskan   untuk   merumuskan   Kurikulum   Berbasis   Kompetensi   (KBK)
karena   ‘berjodoh’   dengan   konsep   ‘kompetensi   komunikatif’   terbaru   pada
saat   itu,   yaitu   yang   dikembangkan   oleh   Celce­Murcia   dkk   (1995),   yang
terdiri   atas   5   dimensi   (kompetensi   wacana,   kompetensi   sosio­kultural,
kompetensi   aksional,   kompetensi   kebahasaan,   dan   kompetensi   strategi).
Kompetensi   komunikatif   ini   selaras   dengan   definisi   kompetensi   yang
digunakan   di   Kurikulum   2013   ini.   Berdasarkan   definisi   genre   dan
kompetensi komunikatif tersebut, kompetensi berbahasa Inggris kemudian

dirumuskan   sebagai   kompetensi   melaksanakan   fungsi   sosial   dengan
menggunakan   teks   berbahasa   Inggris   yang   runtut   dan   runut   dan   unsur
kebahasaan   yang   tepat   dan   berterima,   secara   terampil   dengan   didasari
pemahaman yang baik pada setiap unsur kompetensi tersebut.
Namun timbul masalah ketika rumusan Standar Kompetensi (SK) dan
Kompetensi   Dasar   (KD)   ‘dipaksa’   dituangkan   dalam   format   yang
berdasarkan   hanya   pada   satu   dimensi   komunikatif   yaitu   keterampilan
berbahasa—mendengarkan,   berbicara,   membaca,   menulis—yang   kurang
lebih setara hanya dengan dimensi kompetensi aksional. Keempat dimensi
kompetensi   lainnya   terpaksa   diletakkan   di   luar   format,   dan   kemudian
­477­

dianggap hanya sebagai kompetensi pendukung. Draf kurikulum berbasis
genre yang didukung oleh kelima dimensi kompetensi komunikatif ini telah
diujicobakan ke berbagai propinsi dan sedianya akan diresmikan menjadi
KBK pada tahun 2004.
Masalah lain timbul ketika berlaku ketentuan dalam Undang­Undang
Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003 tentang Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan  (KTSP),  sehingga   kurikulum  nasional  tidak berlaku  lagi.  Yang
berlaku secara nasional adalah Standar Kompetensi, yang akan digunakan

sebagai   dasar   untuk   mengembangkan   KTSP.   Badan   Standar   Nasional
Pendidikan  (BSNP),  yang   bertanggung  jawab  untuk  merumuskan  Standar
Isi (SI) yang terdiri atas SK dan KD, memutuskan menggunakan draf SK
dan   KD   yang   telah   dikembangkan   untuk   KBK   2004.   Tentu   saja   yang
‘terpakai’   adalah   rumusan   SK   dan   KD   yang   merumuskan   hanya   satu
dimensi   kompetensi   komunikatif,   yaitu   dimensi   keterampilan,   sedangkan
keempat dimensi lainnya, yang terletak di luar tabel, tidak digunakan sama
sekali. 
Kekeliruan   kedua   ini   lebih   tepat   dikatakan   sebagai   ‘penyusutan’
makna kompetensi berbasis  genre. Dengan rumusan SK dan KD yang ada
tersebut, peristilahan yang terkait dengan genre (a.l., descriptive, narrative,
recount,   dst.)   berubah   menjadi   sekedar   nama   jenis   teks.   Tanpa   ada
informasi tentang fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan yang
harus dicakup untuk pembelajaran setiap jenis teks, dapat dipahami jika
pembelajaran Bahasa Inggris cenderung diarahkan hanya pada pemahaman
istilah sebagai konsep, bukan sebagai keterampilan komunikatif. 
Definisi kompetensi yang terdiri dari dimensi sikap, pemahaman, dan
keterampilan   memungkinkan   penerapan   konsep  genre  sesuai   makna
aslinya, yaitu sebagai kesatuan dari tiga dimensi penciri teks (fungsi sosial,
struktur teks, unsur kebahasaan). Ketiga dimensi genre tersebut digunakan

sebagai   patokan   untuk   menetapkan   muatan   materi   pembelajaran   setiap
jenis   teks.   Materi   pembelajaran   pada   kompetensi  sikap  dikelompokkan
sesuai fungsi sosialnya, yaitu interpersonal, transaksional, fungsional. Pada
kompetensi  pemahaman  dan   kompetensi  keterampilan  dinyatakan   secara
eksplisit   bahwa   materi   pembelajaran   setiap   jenis   teks   ditentukan
berdasarkan fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan. 
Selain perubahan pada rumusan kompetensi, Kurikulum 2013 juga
memastikan bahwa proses pembelajaran terpusat pada Peserta didik, tidak
-478­

terfokus hanya pada pengetahuan konseptual, tidak berbasis hanya pada
buku   teks,   dan   tidak   hanya   menggunakan   bahasa   tulis.   Keempat
kecenderungan   tersebut   telah  menghasilkan  prosedur   belajar   yang   paling
lazim   diterapkan   selama   ini,   yaitu   diawali   dengan   memahami   penjelasan
guru   tentang   aturan   dan   konsep   yang   terdapat   dalam   buku   teks   dan
kemudian diikuti latihan penerapan konsep, pada umumnya secara tertulis.
Sebagai gantinya Kurikulum 2013 menerapkan pendekatan  scientific, yang
lebih sesuai dengan proses belajar manusia secara alami di dunia nyata.
Perubahan   pada   aspek   materi   dan   metode   pembelajaran   tentunya
juga   menuntut   perubahan   pada   penggunaan   media   dan   sumber   belajar

serta pelaksanaan penilaian proses dan hasil belajar Peserta didik. Untuk
menunjang proses pembelajaran yang lebih alami,  diperlukan penggunaan
media   dan   sumber   belajar   serta   proses   penilaian   yang   lebih   otentik   dan
bermakna,. Meskipun secara teoretis, otentisitas dan kebermaknaan dalam
belajar   sangat   dipahami   oleh   guru,   pada   kenyataannya   pembelajaran   di
sekolah cenderung tidak otentik hampir pada setiap aspeknya.
Dengan   adanya   perubahan   yang   mendasar   pada   semua   unsur
kurikulum   diperlukan   waktu   dan   kesempatan   bagi   guru   untuk   belajar
menerapkan   Kurikulum   2013   Untuk   itu   diperlukan   buku   panduan   yang
lengkap, jelas, sistematis, dan mudah dipahami guru.
B. Tujuan
Tujuan   umum   dari   panduan   ini   adalah   memberikan   persepsi   dan
parameter yang sama tentang berbagai aspek dalam dokumen Kurikulum
2013 dan dalam menyusun perencanaan serta pelaksanaan pembelajaran
Bahasa Inggris di SMP/MTs dan SMA/MA.
Sedangkan tujuan khusus panduan ini adalah:


Memberikan   panduan   bagi   guru   untuk   dapat   memahami   isi
kurikulum secara rinci dan lebih operasional dengan disertai contoh­

contoh, mulai dari latar belakang sampai dengan penerapannya.



Memberikan   panduan   praktis   bagi   guru   untuk   dapat   membuat
rencana pelaksanaan pembelajaran dan melaksanakannya, termasuk
merencanakan dan melaksanakan penilaian.

­479­

C. Ruang Lingkup
Buku panduan ini meliputi berbagai aspek kurikulum 2013 Bahasa
Inggris   serta   langkah­langkah   untuk   merencanakan   dan   melaksanakan
pembelajaran Bahasa Inggris di SMP/MTs, SMA Wajib, SMA Peminatan, dan
SMK Wajib. 
Panduan ini terbagi dalam beberapa bagian, yaitu Karakteristik Mata
Pelajaran   Bahasa   Inggris;   Kompetensi   Inti   dan   Kompetensi   Dasar
Kurikulum 2013; Desain Pembelajaran Bahasa Inggris; Model Pembelajaran
Bahasa Inggris; Penilaian Proses dan Hasil Belajar Bahasa Inggris; Media
dan Sumber Belajar Bahasa Inggris; dan Guru Sebagai Pengembang Kultur

Sekolah
D. Sasaran
Sasaran   dari   buku   panduan   ini   adalah   semua   pihak   terkait   yang
meliputi   para   praktisi   termasuk   antara   lain   guru,   widyaiswara,   penulis
buku,   pengembang   media,   pengawas,   serta   para   pengambil   kebijakan
antara   lain   kepala   sekolah,   kepala   dinas   pendidikan   di   provinsi   dan
kabupaten/kota, dan direktorat terkait.

-480­

BAB II
KARAKTERISTIK MATA PELAJARAN BAHASA INGGRIS
E. Rasional
Proses  pembelajaran  bahasa  Inggris  yang  paling   lazim  dilakukan  di
sekolah saat ini memiliki ciri­ciri berikut ini: materi ajar didasarkan pada
buku teks, tindakan belajar sebagian besar tertulis, langkah pembalajaran
diawali dengan penjelasan guru tentang satu atau dua contoh teks tentang
isi dan unsur kebahasaan yang ada, kemudian Peserta didik mengerjakan
soal­soal   tertulis   di   dalam   buku   teks,   dan   akhirnya   menghasilkan   teks
secara mandiri sesuai dengan contoh yang ada di buku teks dan penjelasan

guru. Jika bahan dari buku teks dianggap kurang, ada sebagian guru yang
menambahkan   contoh   yang   diambil   buku   teks   lain   atau   sumber   lain.
Namun   guru   pada   umumnya   beranggapan   bahwa   bahan   atau   teks   dari
sumber   otentik   biasanya   terlalu   sulit   bagi   Peserta   didik,   sehingga   tidak
banyak digunakan. Akibatnya, Peserta didik tidak terbiasa dengan teks­teks
yang   justru   akan   mereka   temui   di   dunia   nyata   di   luar   kelas,   apalagi
menggunakan dan melakukannya. Dengan kata lain, ketika meninggalkan
bangku sekolah, Peserta didik belum mampu berbahasa Inggris dalam arti
yang sesungguhnya. 
Kenyataan   tersebut   menunjukkan   bahwa   proses   belajar   bahasa
Inggris   di   sekolah   telah   terbukti   menghasilkan   sedikit   lulusan   sekolah
menengah yang memiliki kemampuan berbicara, menyimak, membaca, dan
menulis dalam bahasa Inggris untuk tujuan nyata. Padahal mereka telah
belajar bahasa Inggris sedikitnya selama enam tahun di sekolah. Nilai tinggi
dalam ulangan, tes dan ujian ternyata tidak menjamin bahwa Peserta didik
mampu berkomunikasi dengan baik dalam bahasa Inggris dalam arti yang
sebenarnya.   Oleh   karena   itu,   kita   harus   berani  mengatakan  bahwa   pasti
ada yang salah dengan tradisi pembelajaran selama ini, dan tidak ragu­ragu
mencoba   melakukan   pendekatan   lain,   bahkan   meskipun   pendekatan
tersebut belum pernah sama sekali dilakukan sebelumnya di sekolah. Kita

harus   mau   mengubah  mind   set  kita   untuk   lebih   akomodatif   terhadap
pemikiran   yang   inovatif   dan   lebih   bermanfaat   bagi   peningkatan   kualitas
proses dan hasil belajar Peserta didik.

­481­

F. Tujuan
Meskipun   nama   mata   pelajaran   ini   adalah   ‘Bahasa   Inggris’,   dalam
mata pelajaran ini Peserta didik tidak belajar tentang ‘bahasa’ Inggris, tetapi
belajar   melakukan   berbagai   hal   yang   berguna   bagi   hidupnya   dengan
menggunakan   bahasa   Inggris.   Tujuan   mata   pelajaran   Bahasa   Inggris   di
sekolah   menengah   adalah   untuk   mengembangkan   potensi   peserta   didik
agar   memiliki   kompetensi   komunikatif   dalam   wacana   interpersonal,
transaksional,   dan   fungsional,   dengan   menggunakan   berbagai   teks
berbahasa   Inggris   lisan   dan   tulis,   secara   runtut   dengan   menggunakan
unsur   kebahasaan   yang   akurat   dan   berterima,   tentang   berbagai
pengetahuan   faktual   dan   prosedural,   serta   menanamkan  nilai­nilai   luhur
karakter bangsa, dalam konteks kehidupan di lingkungan rumah, sekolah,
dan masyarakat.
Untuk itu semua aspek pembelajaran (tujuan, materi, proses belajar

mengajar,   media,   sumber,   dan   penilaian)   diupayakan   untuk   mendekati
penggunaan   bahasa   Inggris   di   dunia   nyata   di   luar   kelas.   Dalam   konteks
tersebut,   unsur   kebahasaan   (tata   bahasa   dan   kosa   kata,   termasuk
pengucapan   dan   penulisannya)   lebih   tepat   dilihat   sebagai   alat,   bukan
sebagai tujuan: alat untuk melaksanakan tindakan berbahasa secara benar,
strategis,   sesuai   tujuan   dan   konteksnya.   Langsung   ‘melakukan’   tindakan
yang   ingin   dikuasi   adalah   cara   yang   lebih   alami.   Belajar   berterimakasih
dengan   cara   membiasakan   diri   berterimakasih,   belajar   bertanya   dengan
cara bertanya, belajar memuji dengan cara memuji, belajar membaca koran
dengan   cara   membaca   koran,   belajar   membacakan   cerita   dengan   cara
membacakan   cerita,   belajar   menyunting   surat   dengan   cara   menyunting
surat, dst. “Learning by doing”, dan terpusat pada Peserta didik. 
Kesempatan   seperti   ini   tentunya   tidak   mungkin   muncul   jika   pola
pembelajaran masih dilaksanakan sebagaimana lazimnya saat ini: terpusat
pada   guru,   berbasis   buku   teks,   dan   didominasi   bahasa   tulis.   Proses
pembelajaran   perlu   memberikan   kesempatan   bagi   Peserta   didik   untuk
melakukan proses belajar yang lebih alami. Proses belajar di luar sekolah
biasanya dimulai dengan cara melihat, mendengar, dan mengamati orang
lain melakukan tindakan yang ingin dikuasai. Pada saat mengamati akan
timbul keinginan untuk bertanya dan mempertanyakan hal­hal yang baru,
yang   asing,   atau   berbeda   dengan   diketahui   selama   ini.   Setelah   itu   akan
timbul keinginan untuk mencoba  atau berpengalaman sendiri melakukan
-482­

tindakan atau perilaku yang dituju. Dalam upaya untuk menyempurnakan
penguasaannya,   akan   dirasakan   perlunya   meningkatkan   penalarannya
tentang   yang   dipelajari   dengan   mengasosiasikan   dengan   sumber   dan
konteks   lain.   Langkah   terakhir   adalah   melakukan   tindakan   yang   sudah
dikuasai dalam konteks pergaulan di dunia nyata. 
G.  Ruang Lingkup
       Ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Inggris ditetapkan berdasarkan 
aspek­aspek komunikatif berikut ini
1. Kompetensi komunikatif untuk melaksanakan fungsi sosial yang 
bermanfaat bagi hidupnya saat ini sebagai Peserta didik, sebagai anggota
keluarga dan anggota masyarakat, dengan menggunakan teks yang urut 
dan runtut serta unsur kebahasaan yang sesuai dengan konteks dan 
tujuan yang hendak dicapai.
2. Konteks komunikasi mencakup hubungan fungsional dengan guru, 
teman, dan orang lain di lingkungan rumah, sekolah, dan masyarakat, 
tentang berbagai topik yang terkait dengan kehidupan remaja dan semua
mata pelajaran dalam kurikulum sekolah menengah, secara lisan dan 
tulis, dengan maupun tanpa menggunakan media elektronik.
3. Kompetensi komunikatif dalam wacana interpersonal bertujuan  
menjalin dan menjaga hubungan interpersonal dengan guru, teman, dan
orang lain di dalam dan di luar sekolah.
4. Kompetensi komunikatif dalam wacana transaksional bertujuan untuk 
saling memberi dan meminta informasi, barang dan jasa, misalnya 
bertanya, memberi tahu, menyuruh, menawarkan, meminta, dsb.
5. Kompetensi komunikatif dalam wacana fungsional bertujuan 
mengembangkan potensi sosial dan akademik Peserta didik dengan 
menggunakan jenis teks descriptive, recount, narrative, procedure, dan 
factual report untuk jenjang SMP/MTs, descriptive,recount, narrative, 
factual report, analytical exposition, procedure, news item, dan  procedure 
untuk jenjang SMA/MA dan SMK/Wajib, dan descriptive, recount, 
narrative, procedure,factual report, analytical exposition, hortatory 
exposition, news item,  spoof, discussion, explanation, dan review untuk 
jenjang SMA/MA Peminatan.
6. Nilai­nilai sosiokultural, sebagai wahana untuk penanaman nilai 
karakter bangsa

­483­

7. Tindakan dan strategi komunikatif, sebagai wahana untuk menguasai 
keterampilan mendengarkan, berbicara, membaca, menulis, menonton, 
secara strategis sesuai konteks dan tujuan yang hendak dicapai.
8. Unsur kebahasaan, sebagai wahana untuk menggunakan bahasa Inggris
secara akurat dan berterima, yang mencakup penanda wacana, kosa 
kata, tata bahasa, ucapan, tekanan kata, intonasi, ejaan, tanda baca, 
dan kerapian tulisan tangan.
H. Karakteristik Pembelajaran
Karena tujuan pembelajaran Bahasa Inggris bukan untuk 
pemahaman dan penerapan konsep, tetapi pembiasaaan melakukan 
tindakan dalam bahasa Inggris untuk melaksanakan fungsi sosial, 
pembelajaran seharusnya tidak dilaksanakan seperti yang selama ini lazim, 
yaitu dalam tiga langkah yang terpusat pada guru: penjelasan guru, latihan 
soal di kelas, latihan soal untuk pekerjaan rumah. Proses pembelajaran 
harus berjalan secara alami, sebagaimana layaknya proses pembelajaran 
apa saja di kehidupan sehari­hari. Oleh karena itu, Kurikulum 2013 
menerapkan pendekatan scientific, yang kurang lebih bermakna ‘alami, 
sesuai fitrah manusia’.
Secara   garis   besar   proses   belajar   yang   alami   tersebut   mencakup
langkah­langkah berikut ini: (1) mengamati dan meniru tindakan secara
aktif dengan melibatkan semua indera, (2) bertanya dan mempertanyakan
hal­hal yang baru ditemui atau yang berbeda dengan yang telah diketahui
sebelumnya, (3) mencoba melakukan tindakan tersebut secara mandiri,
(4)   membangun   penalaran   dengan   cara   membandingkan   dengan   cara,
aturan,   dan   strategi   yang   digunakan   orang   lain   atau   diperoleh   dari
sumber lain, dan akhirnya (5) melakukan tindakan yang baru dipelajari
tersebut   untuk   melaksanakan   fungsi   sosial   di   lingkungannya.   Jika
mengikuti alur kerja tersebut, maka proses pembalajaran bahasa Inggris
yang alami seharusnya memiliki ciri­ciri berikut ini.
1. Belajar melalui contoh dan keteladanan
Anak ingin dan mau belajar bertanya, menyuruh, bercerita, membaca
koran,   membuat   pesan   singkat,   mendeskripsikan   orang,dsb.,   karena
lingkungan   memang   menuntut   agar   dia   dapat   melakukannya,   dan
memberikan banyak contoh dan keteladanan, serta bimbingan dalam
melakukannya.   Untuk   dapat   bercerita   bahasa   Inggris,  peserta   didik
-484­

perlu   sering   dibacakan   cerita,   dibimbing   membaca   cerita,   atau
menonton   cerita.   Untuk   dapat   bertanya,  peserta   didik    perlu   sering
ditanya,   dituntut   untuk   sering   bertanya,   dan   dibimbing   dalam
melakukannya.   Untuk   dapat   membaca   teks   ilmiah,  peserta   didik
memerlukan   banyak   teks   ilmiah,   dituntut   untuk     membacanya,   dan
diberikan bimbingan membaca. Dst.
2. Mengamati dengan langsung melakukan
Mengamati   bukanlah   tindakan   pasif   yang   hanya   melibatkan
penglihatan,   tetapi   perlu   dilakukan   secara   aktif   dengan   melibatkan
semua indera dan proses berfikir aktif. Misalnya, pengamatan terhadap
resep,   jika   dilakukan   hanya   dengan   membaca,   maka  peserta   didik
tidak   akan   menjadi   sadar   akan   format   penulisan,     kosa   kata   yang
menyebutkan   bahan,   peralatan   masak,   cara   memasak,   serta   tata
bahasa yang digunakan, dsb. Pengamatan yang lebih lengkap dan teliti
akan   terjadi   jika  peserta   didik    langsung   diminta   untuk,   misalnya,
menyalin   banyak   resep   dari   berbagai   sumber   dengan   tulisan   tangan
dalam     buku   kumpulan     resepnya.   Selama  peserta   didik  menyalin,
guru   mengarahkan   perhatian  peserta   didik    kepada   hal­hal   penting
dalam   resep,   termasuk   format   penulisan,   struktur   teks,   kosa   kata,
frasa, kalimat, ucapan, ejaan, tata bahasa, dsb.
3. Bertanya dan mempertanyakan
Dalam proses pengamatan yang menyeluruh dan rinci tersebut, peserta
didik secara alami akan menemukan hal­hal baru atau berbeda dengan
yang selama ini diketahui dan dipahami. Biasanya peserta didik  akan
langsung   bertanya   atau   mempertanyakan   hal­hal   yang   dia   tidak
pahami.   Inilah   kesempatan   yang   terbaik   bagi   guru   untuk   memberi
penjelasan.   Namun   perlu   diingat   bahwa   penjelasan   guru   seharusnya
tidak terlalu teoretis dan bertele­tele. Caranya juga perlu disesuaikan
dengan tingkat kemampuan bahasa Inggris dan perkembangan kognitif
peserta didik. 
4. Belajar bahasa Inggris dengan langsung mencoba melakukannya sendiri
Dalam   upaya   untuk   melakukan   tindakan   komunikatif   secara   mandiri,
besar   kemungkinan   pemahaman   terhadap   suatu   teks   bisa   bermacam­
macam.   Begitu   juga   teks   yang   dihasilkan  peserta   didik  juga   akan
bervariasi, dalam hal isi, struktur teks, maupun unsur kebahasaannya.
Dalam   proses   coba­coba   tersebut  peserta   didik  tentunya   masih   akan
­485­

menemui banyak masalah dan juga membuat banyak kesalahan. Adanya
banyak variasi dan kesalahan tidak berarti  peserta didik  harus kembali
ke   tahap   mengamati   lagi.   Berikan   tantangan   dan   kesempatan   agar
peserta didik terus mencoba dan tidak perlu takut salah. Pada tahap ini
bimbingan guru dan kerjasama dengan teman akan sangat membantu. 
5. Memperbaiki penalaran dengan menggunakan bahan ajar dari berbagai
sumber lain.
Pengalaman   mendengar,   membaca,   dan   menggunakan   berbagai   teks
lisan   dan   tulis   dari   berbagai   sumber   akan   membuka   pikiran  peserta
didik  bahwa teks yang berbeda­beda dapat memiliki fungsi dan tujuan
yang sama, atau sebaliknya teks yang sama dapat memiliki fungsi dan
tujuan yang berbeda­beda.  Peserta didik  akan menyadari bahwa variasi
bentuk dan isi teks disebabkan karena tujuan dan konteks komunikasi
yang berbeda­beda. Pengalaman belajar seperti ini tidak akan terjadi jika
sekolah membatasi sumber belajar hanya pada satu atau dua buku teks,
dan mengajarkan bahwa hanya yang dalam buku teks itulahyang paling
benar dan baku yang harus mereka kuasai.
6. Melakukan berbagai kegiatan dengan bahasa Inggris
Apapun   yang   kita   pelajari   pada   akhirnya   harus   bermanfaat   bagi   diri
sendiri   maupun   orang   lain.   Hal   ini   hanya   bisa   dilakukan   jika   Peserta
didik   mampu   mengomunikasikan   pengalaman,   pikiran,   pendapat,
gagasan, perasaan dengan lingkungan sosialnya. Terlebih lagi jika yang
dipelajari adalah  alat   komunikasinya  itu  sendiri,  yaitu  bahasa  Inggris.
Oleh   karena   itu,   setiap   tugas   terkait   dengan   teks   interpersonal  dan
transaksional   seharusnya   merupakan   kesempatan   bagi   Peserta   didik
untuk berinteraksi dengan guru, teman, dan orang lain selama proses
pembelajaran   di   dalam   maupun   di   luar   kelas.   Teks   fungsional
seharusnya   ditugaskan   untuk   benar­benar   dipresentasikan,   dipajang,
dimuat   dalam   majalah   dinding,   diterbitkan   dalam   newsletter   sekolah,
dikirim ke teman dan seterusnya.
BAB III
KURIKULUM 2013
Kurikulum 2013 adalah kurikulum berbasis kompetensi, yang meliputi
aspek   sikap,   pengetahuan,   dan   keterampilan.   Kurikulum   ini   diawali   dengan
-486­

rumusan   Standar   Kompetensi   Lulusan   (SKL),   yaitu   kompetensi   setelah
menyelesaikan   satu   jenjang   pendidikan,   dasar,   menengah   pertama,   dan
menengah atas. SKL dijabarkan ke dalam Kompetensi Inti (KI) yang merupakan
kompetensi setelah menyelesaikan satu kelas dalam satu jenjang. SKL dan KI
bukan kompetensi per mata pelajaran, tetapi kompetensi yang pencapaiannya
didukung   oleh   semua   mata   pelajaran   secara   bersama­sama.   KI   dirumuskan
untuk   Kelas   I   sampai   dengan   Kelas   XII.   Berdasarkan   KI   disusun   mata
pelajaran   dan   alokasi   waktu   yang   sesuai   dengan   karakteristik   satuan
pendidikan.   Kompetensi   untuk   setiap   mata   pelajaran   disebut   Kompetensi
Dasar (KD) yang tentunya dijabarkan berdasarkan KI. Pencapaian KD setiap
mata   pelajaran   pada   suatu   kelas   harus   diarahkan   untuk   berkontribusi
terhadap   pembentukan   kompetensi   inti   yang   dirumuskan   untuk   kelas
tersebut. Dapat dikatakan bahwa KI adalah pengikat berbagai KD semua mata
pelajaran serta berfungsi sebagai integrator horizontal antar mata pelajaran. 
Perlu   dicatat   bahwa   struktur   kurikulum   Sekolah   Dasar/Madrasah
Ibtidaiyah   (SD/MI)   tidak   memuat   mata   pelajaran   Bahasa   Inggris,   sehingga
tidak ada lingkup kompetensi dan materi Bahasa Inggris secara nasional di
SD   (kelas   I   sd.   VI),   Namun,   satuan   pendidikan   boleh   memberikan   Bahasa
Inggris   sebagai   muatan   lokal   atau   kegiatan   ekstrakurikuler   yang   dikelola
langsung   oleh   sekolah.   apabila   dibutuhkan   oleh   peserta   didik.   Bagi   SD/MI
yang   ingin   dan   mampu   melaksanakan   pelajaran   Bahasa   Inggris   boleh
menyusun sendiri kompetensi dasar dan silabusnya. Lingkup kompetensi dan
materi Bahasa Inggris di SD pada tataran performatif, di mana bahasa Inggris
digunakan untuk menyertai tindakan yang dilakukan Peserta didik. 
Lingkup kompetensi dan materi Bahasa Inggris di SMP/MTs, SMA/MA,
dan SMK/MAK  disajikan seperti berikut.
A. Lingkup Kompetensi Materi Mata Pelajaran Bahasa Inggris di SMP/MTs
Secara   umum   kompetensi   Bahasa   Inggris   SMP   adalah   kemampuan
berkomunikasi   dalam   tiga   jenis   wacana,   (1)   interpersonal,   (2)   transaksional,
dan   (3)   fungsional,  secara   lisan   dan   tulis,   pada   tataran   literasi   fungsional,
untuk melaksanakan fungsi sosial, dalam konteks kehidupan personal, sosial
budaya,   akademik,   dan   profesi,  dengan   menggunakan   berbagai   bentuk   teks
untuk   kebutuhan   literasi   dasar,   dengan  struktur   yang   berterima   secara
koheren   dan   kohesif  serta   unsur­unsur   kebahasaan   secara   tepat.   Berikut
ruang lingkup kompetensi dan materi Bahasa Inggris di SMP/MTs 
­487­

KOMPETENSI

RUANG LINGKUP MATERI

 Menunjukkan perilaku yang 

 Teks­teks pendek dan 

berterima dalam lingkungan 

sederhana dalam wacana 

personal,sosial budaya, 

interpersonal, 

akademik, dan profesi;

transaksional,fungsional 

 Mengidentifikasi fungsi sosial, 

khusus, dan fungsional 

struktur teks dan unsur 

berbentuk descriptive, recount, 

kebahasaan dari teks pendek 

narrative, 

dan sederhana, dalam 

procedure,danfactualreportpad

kehidupan dan kegiatan Peserta

a tataran literasi fungsional;

didik sehari­hari;

 Penguasaan setiap jenis teks 

 Berkomunikasi secara 

mencakup tiga aspek, yaitu 

interpersonal, transaksional 

fungsi sosial, struktur teks, 

dan fungsional

dan unsur kebahasaan, yang 

tentang diri sendiri, keluarga, 

ketiganya ditentukan dan 

serta orang, binatang, dan 

dipilih sesuai tujuan dan 

benda, kongkrit dan imajinatif, 

konteks komunikasinya;

yang terdekat dengan 

 Sikap mencakup menghargai 

kehidupan dan kegiatan Peserta

dan menghayati perilaku jujur,

didik sehari­hari di rumah, 

disiplin, tanggungjawab, peduli

sekolah, dan masyarakat;

(toleransi, gotong royong), 

 Menangkap makna dan 

santun, percaya diri;

menyusun teks lisan dan tulis, 

 Keterampilan mencakup 

pendek dan sederhana dengan 

mendengarkan, berbicara, 

menggunakan struktur teks 

membaca, menulis, dan 

secara urut dan runtut serta 

menonton, secara efektif, 

unsur kebahasaan secara 

dengan lingkungan sosial dan 

akurat, berterima, dan lancar.

alam dalam jangkauan 
pergaulan dan keberadaannya
 Unsur­unsur kebahasaan 
mencakup penanda wacana, 
kosa kata, tata bahasa, 
ucapan, tekanan kata, 
intonasi, ejaan, tanda baca, 
dan kerapian tulisan tangan;

-488­

KOMPETENSI

RUANG LINGKUP MATERI
 Modalitas: dengan batasan 
makna yang jelas.

I. Lingkup Kompetensi Materi Mata Pelajaran Bahasa Inggris di SMA/MA
1. Mata Pelajaran Bahasa Inggris Wajib
Secara umum kompetensi Bahasa Inggris SMA/MA dan SMK/MAK
wajib adalah kemampuan berkomunikasi dalam tiga jenis wacana, (1)
interpersonal,   (2)   transaksional,   dan   (3)   fungsional,  secara   lisan   dan
tulis,   pada   tataran   literasi   fungsional,   untuk   melaksanakan   fungsi
sosial,   dalam   konteks   kehidupan   personal,   sosial   budaya,   akademik,
dan   profesi,  dengan   menggunakan   berbagai   bentuk   teks   untuk
kebutuhan   literasi   dasar,   dengan  struktur   yang   berterima   secara
koheren   dan   kohesif    serta   unsur­unsur   kebahasaan   secara   tepat.
Berikut   ruang   lingkup   kompetensi   dan   materi   Bahasa   Inggris   di
SMA/MA dan SMK/MAK Wajib.

KOMPETENSI

RUANG LINGKUP MATERI

 Menunjukkan perilaku yang 

 Teks­teks pendek dalam 

berterima dalam lingkungan 

wacana interpersonal, 

personal, sosial budaya, 

transaksional, fungsional 

akademik, dan profesi;

khusus, dan fungsional 

 Mengidentifikasi fungsi sosial, 

berbentuk descriptive,recount, 

struktur teks dan unsur 

narrative, factualreport 

kebahasaan dari teks pendek 

analytical exposition, news 

dalam kehidupan dan kegiatan 

item, dan  procedurepada 

Peserta didik sehari­hari;

tataran literasi informasional;

 Berkomunikasi secara 

 Penguasaan setiap jenis teks 

interpersonal, transaksional 

mencakup tiga aspek, yaitu 

dan fungsional

fungsi sosial, struktur teks, 

tentang diri sendiri, keluarga, 

dan unsur kebahasaan, yang 

serta orang, binatang, dan 

ketiganya ditentukan dan 

benda, kongkrit dan imajinatif, 

dipilih sesuai tujuan dan 

yang terdekat dengan 

konteks komunikasinya;
­489­

KOMPETENSI

RUANG LINGKUP MATERI

kehidupan dan kegiatan Peserta  Sikap mencakupmenghayati 
didik sehari­hari di rumah, 

dan mengamalkan perilaku 

sekolah, dan masyarakat,  serta

jujur, disiplin, tanggungjawab, 

terkait dengan mata pelajaran 

peduli (gotong royong, 

lain dan dunia kerja;

kerjasama, toleran, damai), 

 Menangkap makna, 

santun, responsif dan pro­aktif

menyunting, dan menyusun 

dan menunjukkan sikap 

teks lisan dan tulis, dengan 

sebagai bagian dari solusi atas 

menggunakan struktur teks 

berbagai permasalahan;

secara urut dan runtut serta 

 Keterampilan mencakup 

unsur kebahasaan secara 

mendengarkan, berbicara, 

akurat, berterima, dan lancar.

membaca, menulis, dan 
menonton, secara efektif, 
dengan lingkungan sosial dan 
alam dalam dalam lingkup 
pergaulan dunia;
 Unsur­unsur kebahasaan 
mencakup penanda wacana, 
kosa kata, tata bahasa, 
ucapan, tekanan kata, 
intonasi, ejaan, tanda baca, 
dan kerapian tulisan tangan;
 Modalitas: dengan batasan 
makna yang jelas.

2. Mata Pelajaran Bahasa dan Sastera Inggris Kelompok Peminatan
Secara   umum   kompetensi   Bahasa   Inggris   SMA/MA   kelompok
Peminatan   Bahasa   dan   Sastera   adalah   Kemampuan   berkomunikasi
dalam   tiga   jenis   wacana,   (1)   interpersonal,   (2)   transaksional,   dan   (3)
fungsional,  secara   lisan   dan   tulis,   untuk   melaksanakan   fungsi   sosial
pada tataran literasi informasional, dalam konteks kehidupan personal,
sosial   budaya,   akademik,   dan   profesi  dengan   menggunakan   berbagai
bentuk teks akademik pada tataran berpikir tingkat tinggi dan teks­teks
yang memiliki nilai­nilai sastra, dengan struktur yang berterima secara
koheren   dan   kohesif    serta   unsur­unsur   kebahasaan   secara   tepat.
-490­

Berikut   ruang   lingkup   kompetensi   dan   materi   Bahasa   Inggris   pada
kelompok peminatan SMA/MA Peminatan Bahasa dan Sastera 

KOMPETENSI

RUANG LINGKUP MATERI

 Menunjukkan perilaku yang 

 Teks­teks pendek dalam 

berterima dalam lingkungan 

wacana interpersonal, 

personal, sosial budaya, 

transaksional, fungsional 

akademik, dan profesi;

khusus, dan fungsional 

 Mengidentifikasi fungsi sosial, 

berbentuk recount, narrative, 

struktur teks dan unsur 

report, hortatory exposition, 

kebahasaan dari teks pendek 

spoof, discussion, explanation, 

dalam kehidupan dan kegiatan 

dan review pada tataran 

Peserta didik sehari­hari;

literasi informasional;

 Berkomunikasi secara 

 Penguasaan setiap jenis teks 

interpersonal, transaksional 

mencakup tiga aspek, yaitu 

dan fungsional

fungsi sosial, struktur teks, 

tentang diri sendiri, keluarga, 

dan unsur kebahasaan, yang 

serta orang, binatang, dan 

ketiganya ditentukan dan 

benda, kongkrit dan imajinatif, 

dipilih sesuai tujuan dan 

yang terdekat dengan 

konteks komunikasinya;

kehidupan dan kegiatan Peserta  Sikap mencakupmenghayati 
didik sehari­hari di rumah, 

dan mengamalkan perilaku 

sekolah, dan masyarakat,  serta

jujur, disiplin, tanggungjawab, 

terkait dengan mata pelajaran 

peduli (gotong royong, 

lain dan dunia kerja;

kerjasama, toleran, damai), 

 Menangkap makna, 

santun, responsif dan pro­aktif

menyunting, dan menyusun 

dan menunjukkan sikap 

teks lisan dan tulis, dengan 

sebagai bagian dari solusi atas 

menggunakan struktur teks 

berbagai permasalahan;

secara urut dan runtut serta 

 Keterampilan mencakup 

unsur kebahasaan secara 

mendengarkan, berbicara, 

akurat, berterima, dan lancar.

membaca, menulis, dan 
menonton, secara efektif, 
dengan lingkungan sosial dan 
alam dalam dalam lingkup 
pergaulan dunia;

­491­

KOMPETENSI

RUANG LINGKUP MATERI
 Unsur­unsur kebahasaan 
mencakup penanda wacana, 
kosa kata, tata bahasa 
kompleks, ucapan, tekanan 
kata, intonasi, ejaan, tanda 
baca, dan kerapian tulisan 
tangan;
 Modalitas: dengan batasan 
makna yang samar 
antaralternatif yang tersedia.

BAB IV
DESIGN PEMBELAJARAN
A. Kerangka Pembelajaran
Pembelajaran   terdiri   dari   lima   unsur,   yaitu(1)   tujuan   pembelajaran,   (2)
materi   pembelajaran,   (3)   langkah­langkah   pembelajaran,   (4)   media   dan
sumber belajar, dan (5) evaluasi. Karena belajar berkomunikasi yang efektif
adalah dengan langsung secara aktif melakukan komunikasi, maka kelima
unsur   pembelajaran   tersebut   mengacu   semuanya   kepada   tindakan
komunikatif   yang   perlu   dilakukan   Peserta   didik.   Jika   tujuannya   adalah
mampu membaca cerita, maka materi yang dipelajari adalah unsur­unsur
tindakan   membaca   cerita,   langkah   pembelajaran   juga   dengan   langsung
membaca cerita, media dan sumber belajar berfungsi untuk memungkinkan
Peserta   didik   dapat   belajar   membaca   cerita,   dan   evaluasi   juga   dilakukan
pada saat Peserta didik belajar membaca cerita. 
J. Pendekatan Pembelajaran
Untuk melaksanakan kurikulum berbasis kompetensi, mata pelajaran
Bahasa   Inggris   menerapkan   pendekatan   berbasis   kompetensi,  genre,  dan
saintifik.   Pendekatan   berbasis   kompetensi   menghendaki   pembelajaran
bahasa   Inggris   mencakup   pembelajaran   sikap,   pemahaman,   dan
keterampilan.  Pendekatan   berbasis  genre  mendasari   penentuan   dan
-492­

pemilihan materi untuk pembelajaran sikap, pemahaman, dan keterampilan
berkomunikasi dalam bahasa Inggris, yaitu fungsi sosial, struktur teks, dan
unsur   kebahasaan.   Pendekatan  saintifik  mendasari   penentuan   dan
pemilihan   langkah­langkah   pembelajaran,   untuk  pembelajaran   sikap,
pengetahuan, dan keterampilan berkomunikasi dalam bahasa Inggris  yang
meliputi   lima   kegiatan   pembelajaran,  yaitu  mengamati,   menanya,
mengumpulkan   informasi,

  

menalar 

/   mengasosiasi,   dan

mengomunikasikan.  Ketiga   pendekatan   tersebut   terintegrasi   dalam
merumuskan   unsur­unsur   pada   kerangka   pembelajaran,  mulai   dari
menentukan   tujuan   pembelajaran   sampai   dengan   melaksanakan   evaluasi
hasil belajar.
Kegiatan  pembelajaran   dalam   pendekatan   saintifik   dapat   dijelaskan
seperti berikut. 
 Mengamati
kegiatan   yang   dilakukan   pada   tahapan   ini   yaitu   kegiatan   yang
memaksimalkan   panca   indra   dengan   cara   melihat,   mendengar,   dan
membaca, atau menonton. Yang diamati adalah “materi” berbentuk fungsi
sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan dari teks yang didengar dan
dibaca   baik   teks   interpersonal,   transaksional,   teks   funsional   khusus,
maupun   teks   fungsional,   dalam   bentuk   bacaan,   video,   atau   rekaman
suara.  Untuk  itu  saat  melakukan kegiatan pengamatan  ini  guru  harus
menyiapkan   panduan   pengamatan   berupa   format   tugas.   Tahap
mengamati   bertujuan   mengenalkan   teks   yang   akan   dipelajari.   Untuk
dapat mengenal dengan baik, peserta didik perlu mengamati banyak teks
contoh,   secara   aktif,   dalam   kegiatan   yang   bervariasi,dan   melibatkan
penggunaan lebih dari satu indera.
 Fokus pengamatan adalah pada isi pesan, bukan pada teori tentang teks
tersebut. Struktur teks dan unsur kebahasaan juga belum perlu dibahas
dari   aspek   bentuknya.   Untuk   mempertajam   pengamatan,   peserta   didik
dapat diarahkan dengan menjawab pertanyaan­pertanyaan berikut.
- FUNGSI SOSIAL:  
             Apa maksud atau fungsi sosial yang hendak dicapai? 
- STRUKTUR TEKS: 
Bagaimana bagian­bagian teks diurutkan secara logis dan runtut 
untuk mencapai maksud atau fungsi sosial teks?
- UNSUR KEBAHASAAN: 
­493­

Ungkapan,   kosa   kata,   dan   tata   bahasa   apa   yang   dipilih   untuk
mencapai   maksud   dan   fungsi   sosial   teks   dan   bagaimana   unsur
kebahasaan   (ucapan,   tekanan   kata,   intonasi,   ejaan,   huruf   besar,
dan tanda baca) digunakan dalam bahasa lisan dan tulis?
- SIKAP: 
Bagaimana sikap pembicara atau penulis menggunakan teks dalam
mencapai maksud atau fungsi sosialnya?
 Menanya 
Pada   tahapan   kegiatan   menanya   merupakan   proses   mengkonstruksi
pengetahuan   tentang   fungsi   sosial,   unsur   kebahasaan,   dan  struktur   teks
melalui   diskusi   kelompok   atau   diskusi   kelas.   Pada   proses   menanya
dikembangkan rasa ingin tahu dan berpikir kritis peserta didik, yang sangat
dibutuhkan   untuk   mendapatkan   hasil   pengamatan   yang   baik.   Pada   saat
yang   sama   peserta   didik   juga   belajar   membiasakan   diri   bertanya   dalam
bahasa Inggris secara wajar dan bermakna. 
Peserta didik dibiasakan untuk menggunakan ungkapan secara bermakna,
tanpa   perlu   dijelaskan   tata   bahasanya.   Masalah   yang   sering   dihadapi
peserta didik adalah makna kata, dalam bentuk padanan kata dari bahasa
Inggris ke bahasa Indonesia, atau sebaliknya. Untuk itu peserta didik perlu
dibiasakan menggunakan pertanyaan, misalnya:
                              What is ‘salak’ in English?
                              What is ‘banana’ in Indonesian?
Masalah   lain   yang   ditemui   peserta   didik   adalah   cara   mengucapkan
kata,   termasuk   meletakkan     tekanan   kata   dengan   benar.   Untuk   itu
peserta didik perlu dibiasakan menggunakan pertanyaan, misalnya:
                               How do we say this word?
Respon atas pertanyaan tersebut bukan hanya pengucapan bunyi demi
bunyi, tetapi juga tekanan kata pada suku kata yang tepat. Guru dapat
meminta peserta didik untuk menirukan sampai mencapai ketepatan
maksimal.  Masalah  lain yang  juga  ditemui  peserta   didik  adalah cara
menuliskan   atau   menggunakan   ejaan   yang   benar.   Untuk   itu   peserta
didik perlu dibiasakan menggunakan pertanyaan, misalnya:
 
                    How do you spell the word?

-494­

 Mengumpulkan Informasi
        Mengumpulkan   informasi   dilakukan   melalui   kegiatan   mencoba   atau
mengeksplorasi untuk menginternalisasi pengetahuan dan keterampilan
yang baru saja diperoleh/ dipelajari. Pada proses ini peserta didik berlatih
mengungkapkan hal­hal baru yang dipelajari dan mencoba menggunakan
kemampuan itu dalam dunia nyata, di dalam / di luar kelas. Kegiatan ini
adalah   kegiatan   belajar   individual   yang   dikerjakan   secara   kolaboratif
dalam   kelompok   di   bawah   bimbingan   guru.   Pada   kegiatan   ini   peserta
didik diberi kesempatan untuk bereksperimen dan mengeksplorasi untuk
memahami   dan   mengungkapkan   makna   teks   yang   sedang   dipelajari.
Kegiatan ini mutlak memerlukan keaktifan peserta didik berusaha untuk
berinteraksi   dalam   bahasa   Inggris   dengan   guru   dan   temannya.   Pada
tahap ini dilakukan  hal­hal berikut.
1. Mengumpulkan fakta yang akan dikomunikasikan
2. Bereksperimen   dan   bereksplorasi   untuk   memperoleh   dan   memilih
kosa kata, tata bahasa, dan unsur kebahasaan lainnya untuk dapat
mengomunikasikan   berbagai   fakta   yang   ingin   diutarakan   dan
dipahami.
3. Memperhatikan,   memberikan   balikan,   atau   menanyakan   tentang
berbagai pernyataan yang dibuat oleh teman­temannya. Langkah ini
sangat   perlu   untuk   memperkaya   dan   mematangkan   penguasaan
terhadap teks yang dipelajari.
4. Menyampaikan   secara   lisan   pernyataan   yang   telah   direncanakan
secara tertulis.
5. Jika perlu, menuliskan setiap pernyataan tentang semua fakta yang
ingin diutarakan dalam buku catatan masing­masing.

 Menalar/Mengasosiasi
      Kegiatan menalar atau mengasosiasi merupakan proses mengembangkan
kemampuan   mengelompokkan   dan   membandingkan   beragam   ide   dan
peristiwa   untuk   kemudian   memasukannya   menjadi   penggalan   memori.
Pengalaman­pengalaman yang sudah tersimpan di memori otak berelasi dan
berinteraksi dengan pengalaman sebelumnya yang sudah tersedia. Khusus
untuk   mata   pelajaran   Bahasa   Inggris   pada   tahapan   ini   peserta   didik
dibimbing untuk mengelompokkan dan membandingkan teks berdasarkan
­495­

fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan. Pada tahap ini peserta
didik   dibimbing   untuk   mengelompokkan   dan   membandingkan   teks
berdasarkan  fungsi   sosial,   struktur   teks,   dan  unsur   kebahasaan.   Peserta
didik   diberi   kesempatan   untuk   mengaitkan   informasi   tentang   teks   yang
sedang   dipelajari   dengan   teks   sejenis   dengan   bentuk   berbeda   yang
ditemukan   di   sumber   lain,   untuk   tujuan   pengayaan   dan   pendalaman.
Berikut hal­hal yang perlu diperhatikan pada kegiatan ini.
1. Peserta   didik   telah   menguasai   bentuk   teks   yang   menjadi   dasar
pembelajaran.
2. Kegiatan  ini  perlu   menyadarkan  peserta   didik   bahwa   variasi   isi  dan
bentuk   teks   adalah   suatu   keniscayaan   dan   kekayaan,   bukan
persaingan atau pertentangan.
3. Bentuk   kegiatan   bervariasi,   termasuk   yang   telah   sering   digunakan
pada   tahap­tahap   sebelumnya,   antara   lain   memainkan   peran,
menyalin dengan tulis tangan, dan mengomunikasikan fakta.
 Mengomunikasikan
Kegiatan   mengomunikasikan   ditujukan   untuk   mengembangkan
kemampuan menyajikan atau mempresentasikan semua pengetahuan dan
keterampilan   yang   sudah   dikuasai   dan   yang   belum,   baik   secara   lisan
maupun   secara   tertulis.   Pada   kegiatan   ini   tidak   hanya   pengetahuan   dan
keterampilan   mengomunikasikan   saja   tetapi   juga   permasalahan   dan
kesuksesan   yang   dialami   selama   proses   pembelajaran.   Dengan   demikian
menggambarkan secara utuh kemampuan peserta didik dalam penguasaan
sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Sehingga proses mengomunikasikan
ini   selalu   disertai   dengan   penulisan   jurnal   belajar   oleh   peserta   didik.
Kegiatan  komunikasi mencakup antara  lain interaksi lisan selama  proses
pembelajaran,   presentasi   lisan   di   depan   kelas   atau   dalam   kelompok,
mempublikasikan   karya   di   majalah   dinding,   dan   lain   sebagainya.   Hasil
kegiatan dapat

Dokumen yang terkait

EFEKTIVITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN (P3K) TERHADAP SIKAP MASYARAKAT DALAM PENANGANAN KORBAN KECELAKAAN LALU LINTAS (Studi Di Wilayah RT 05 RW 04 Kelurahan Sukun Kota Malang)

45 393 31

HUBUNGAN IMPLEMENTASI PERAWAT TENTANG PATIENT SAFETY DENGAN RESIKO CEDERA PADA INFANT DAN TODDLER

38 264 22

AN ANALYSIS ON GRAMMATICAL ERROR IN WRITING MADE BY THE TENTH GRADE OF MULTIMEDIA CLASS IN SMK MUHAMMADIYAH 2 MALANG

26 336 20

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENGARUH BIG FIVE PERSONALITY TERHADAP SIKAP TENTANG KORUPSI PADA MAHASISWA

11 131 124

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TENTANG DESAIN KEMASAN PRODUK DENGAN INTENSI MEMBELI

9 123 22

ANALISIS YURIDIS TENTANG PENYELESAIAN SENGKETA MEREK AIR MINUM MINERAL "AQUA-versus-INDOQUALITY" (Studi Putusan Mahkamah Agung RI No. 04.PK/N/HaKI/2004)

2 65 91