DAMPAK METODE LATIHAN SISTEM SINGLE PYRAMID DENGANDOUBLE PYRAMID TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN MAKSIMAL : Studi Eksperimen Atlet Canoeing PODSI Kota Bandung.

(1)

DAMPAK METODE LATIHAN SISTEM SINGLE PYRAMID DENGANDOUBLE PYRAMID TERHADAP PENINGKATAN

KEKUATAN MAKSIMAL

(Studi Eksperimen AtletCanoeing PODSI Kota Bandung)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga

Oleh:

MIKO ALFIANDO 0906818

JURUSAN PENDIDIKAN KEPELATIHAN

FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

DAMPAK METODE LATIHAN SISTEM SINGLE PYRAMID DENGANDOUBLE PYRAMID TERHADAP PENINGKATAN

KEKUATAN MAKSIMAL

(Studi Eksperimen AtletCanoeing PODSI Kota Bandung)

Oleh :

Miko Alfiando

0906818

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas PendidikanOlahragadanKesehatan

© MikoAlfiando 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Februari 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

MIKO ALFIANDO 0906818

DAMPAK METODE LATIHAN SISTEM SINGLE PYRAMID DENGAN DOUBLE PYRAMID TERHADAPA PENINGKATAN

KEKUATAN MAKSIMAL

(Studi Eksperimen Atlet PODSI Kota Bandung)

Disetujuidan DisahkanOleh : Pembimbing I,

Drs.DedeRohmat Nurjaya, M.Pd. NIP.196312091988031001

Pembimbing II,

Dr. R. BoykeMulyana, M.Pd. NIP.196210231989031001

Diketahui oleh

Ketua JurusanPendidikanKepelatihan


(4)

ABSTRAK

DAMPAK METODE LATIHAN SISTEM SINGLE PYRAMID DAN DOUBLE PYRAMID TERHADAP PENINGKATAN

KEKUATAN MAKSIMAL Miko Alfiando

0906818 Pembimbing I: Drs. H. DedeRohmat N, M.Pd. PembimbingII:Dr. H. R. Boyke Mulyana

Kekuatan merupakan faktor yang sangat penting dalam mencapai prestasi, meskipun banyak aktivitas olahraga lebih memerlukan SAQ (Speed, Agilitas dan Quickness), keseimbangan dan yang lainnya, tetapi factor tersebut harus dikombinasikan dengan kekuatan agar diperoleh hasil yang baik. Oleh karena kekuatan merupakan komponen fisik yang mendasar yang sangat diperlukan dalam pertandingan maupun perlombaan. Maka dalam penelitian ini penulis meneliti tentang model latihan yang dapat meningkatkan kekuatan maksimal, yaitu model latihan system

single pyramid dan system latihan double pyramid. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

kebermaknaan dampak latihan single pyramid dan double pyramid terhadap peningkatan kekuatan maksimal.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Populasi dalam penelitian ini adalah atlet dayung PODSI Kota Bandung nomor canoeing, sedangkan sampel yang dipergunakan dalam penelitian ini terdiri dari 10 orang atlet dayung nomor canoeing, dengan menggunakan teknik total sampling atau sampling jenuh. Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes 1RM, tujuannya untuk mengetahui kekuatan maksimal yang dimiliki oleh sampel. Alat ukur yang digunakan adalah tes diruang beban, alat yang digunakan bench press dan bench row. Setelah melaksanakan latihan selama 6 minggu dengan frekuensi 3 kali perminggu diperoleh hasil bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari model latihan sistemsingle pyramid dan double pyramid terhadap kekuatan maksimal, sedangkan dari hasil perbandingan diperoleh bahwa tidak terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan dari model latihan sistemsingle pyramid dandouble pyramid terhadap kekuatan maksimal. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut : 1) terdapat pengaruh yang signifikan latihan system single pyramid terhadap peningkatan kekuatan maksimal. 2) Terdapat pengaruh yang signifikan latihan sistemdouble pyramid terhadap peningkatan kekuatan maksimal. 3) Tidak terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan antara latihan system single pyramid dengan double pyramid terhadap peningkatan s

kekuatan maksimal


(5)

THE TRAINING METHOD EFFECT OF SINGLE PYRAMID SYSTEM WITH DOUBLE PYRAMID SYSTEM IN INCREASING THE MAXIMUM STRENGTH

Miko Alfiando1;Dede Rohmat Nurjaya2 Boyke Mulayana3

alfiando.miko@yahoo.com ABSTRACT

Stretngth is the main factor in getting an achievment, althought some sport activities need SAQ (Speed, Agility and Quickness), balance etc, but those activities have to be combined with strength to achieve a better result. Thus, strength is the basic physical component which is needed in a game or competition. Therefore, in this research the writer examines the practice model, they are single pyramid system and douOPble pyramid system. This research is aimed at investigating the effect of single pyramid system and double pyramid system in increasing the maximum strength. The method used in this research is experimental research. Population in this research was the canoeing athletes of PODSI Kota Bandung while there were 10 canoeing athletes were used as samples in this research by using total sampling technique. The research instrument used is 1RM test, it is aimed at revealing the maximum strength of the samples. The instrument used was bench press and bench row. After the practice implemented for 6 weeks (3 times a week), the result showed that there is a significant effect of using single pyramid system and double pyramid system in increasing maximum strength, while based on the comparison, it was found that there was no significant different of using single pyramid system and double pyramid system to increase the maximum strength. Based on that background, the writer concludes: 1) There is a significant effect of using single pyramid system in increasing the maximum strength. 2) There is a significant effect of using double system pyramid in increasing maximum strength. 3) There is not any significant different of using both single pyramid system and double pyramid system in increasing maximum strength.

Keywords: The effect of practice, single pyramid system, double pyramid system, maximum strength


(6)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi dan perumusan masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Metode Penelitian... 7

E. Manfaat/Signifikansi Penelitian ... 8

F. Struktur Organisasi Skripsi ... 9

BAB II TINJAUAN TEORITIS ... 10

A. Kajian Pustaka ... 10

1. Olahraga Dayung ... 10

2. Kayak ... 10

3. Hakikat Kondisi Fisik ... 16

4. Kekuatan ... 19

5. Weight Training (Latihan Beban) ... 24


(7)

7. Single Pyramid (Piramida Tunggal)... 27

8. Double Pyramid (Piramida Ganda) ... 29

B. Kerangka Pemikiran ... 30

C. Hipotesis Penelitian ... 31

BAB III METODE PENELITIAN... 32

A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian ... 32

1. Lokasi ... 32

2. Populasi ... 32

3. Sampel ... 33

B. Desain Penelitian ... 33

C. Metode Penelitian ... 34

D. Definisi Operasional ... 35

E. Instrumen Penelitian ... 36

F. Prosedur Pengolahan dan Analisis Data ... 40

BAB IV HASIL PENELITITAN DAN PEMBAHASAN ... 44

A. Hasil Pengolahan Data ... 44

B. Analisis dan Pengolahan Data ... 48

C. Diskusi Penemuan ... 50

BAB V KESIMPULAN dan SARAN ... 53

A. Kesimpulan ... 53

B. Saran ... 53

DAFTAR PUSTAKA ... 54


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Cabang-Cabang Olahraga Dayung dalam Naungan PODSI ... .... 2

Tabel 3.2Physical / Phisycological Test Of A National Team ... .... 37

Tabel 3.3Table Reference ... .... 40

Tabel 4.4 Hasil Perhitungan , S2, S dari Kelompok A dan B ... .... 44

Tabel 4.5 Hasil Penghitungan Uji Homogenitas Tes Awal Kelompok A dan B .. .... 45

Tabel 4.6 Hasil Penghitungan Uji Homogenitas Tes Akhir Kelompok A dan B . .... 45

Tabel 4.7 Hasil Penghitungan Uji Homogenitas Beda Kelompok A dan B ... .... 46

Tabel 4.8 Hasil Penghitungan Uji Normalitas Tes Awal Kelompok A dan B ... 47

Tabel 4.9 Hasil Penghitungan Uji Normalitas Tes Akhir Kelompok A dan B ... .... 47

Tabel 4.10 Hasil Penghitungan Uji Normalitas Beda Kelompok A dan B ... .... 48

Tabel 4.11 Hasil Penghitungan Uji Signifikansi Dua Rata-rata kelompok A ... 48

Tabel 4.12 Hasil Penghitungan Uji Signifikansi Dua Rata-rata kelompok B ... .... 49 Tabel 4.13 Hasil Penghitungan Uji Signifikansi Dua Rata-rata kelompok A dan B . 49


(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Skema Pembentukan Otot dan Kekuatan ... 4

Gambar 1.2 Pola Latihan Beban Sistem Single Pyramid ... 5

Gambar 1.3 Pola Latihan Beban Sistem Flat Pyramid ... 6

Gambar 2.4 Phase Entry Teknik Dayungan Kayak ... 12

Gambar 2.5 Pahase Pull Teknik Dayungan Kayak ... 13

Gambar 2.6 Phase Exit Teknik Dayungan Kayak ... 14

Gambar 2.7 Phase Recovery Teknik Dayungan Kayak ... 15

Gambar 2.8 Komponen Fisik Olahraga Dayung ... 18

Gambar 2.9 Pola Latihan Beban Sistem Single Pyramd ... 28

Gambar 2.10 Pola Latihan Beban Sistem Flat Pyramid ... 29

Gambar 3.11 Langkah-Langkah Penelitian... 34

Gambar 3.12 Piramida 1RM ... 36

Gambar 3.13 Bench Press ... 38


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Program Latihan Sistem Single Pyramid... 57

Lampiran 2 Penjabaran Program Latihan Single Pyramid ... 58

Lampiran 3 Program Latihan Sistem Double Pyramid ... 60

Lampiran 4 Penjabaran Program Latihan Double Pyramid ... 61

Lampiran 5 Hasil Penghitungan Skor Rata-Rata, Simpangan Baku Pada Kelompok A (Kekuatan) ... 63

Lampiran 6 Hasil Penghitungan Skor Rata-Rata, Simpangan Baku Pada Kelompok B (Kekuatan) ... 65

Lampiran 7 Penghitungan Uji Homogenitas ... 67

Lampiran 8 Hasil Penghitungan Uji Normalitas (Liliefors) Data Tes Awal dan Pengukuran Awal Kelompok A ... 69

Lampiran 9 Hasil Penghitungan Uji Normalitas (Liliefors) Data Tes Awal dan Pengukuran Awal Kelompok B ... 70

Lampiran 10 Hasil Penghitungan Uji Normalitas (Liliefors) Data Tes Akhir dan Pengukuran Akhir Kelompok A ... 71

Lampiran 11 Hasil Penghitungan Uji Normalitas (Liliefors) Data Tes Akhir dan Pengukuran Akhir Kelompok B ... 72

Lampiran 12 Hasil Penghitungan Uji Normalitas (Liliefors) Data Selisih Kelompok A ... 73

Lampiran 13 Hasil Penghitungan Uji Normalitas (Liliefors) Data Selisih Kelompok B ... 74

Lampiran 14 Hasil Penghitungan Uji Signifikansi Dua Rata-Rata (Skor Berpasangan) Untuk Kelompok A (Kekuatan) ... 75

Lampiran 15 Hasil Penghitungan Uji Signifikansi Dua Rata-Rata (Skor Berpasangan) Untuk Kelompok B (Kekuatan) ... 76

Lampiran 16 Hasil Perhitungan Uji Signifikansi Dua Rata-Rata (Dua Pihak) Untuk Kelompok A dan Kelompok B ... 77

Lampiran 17 Nilai Kritis L Untuk Uji Liliefors ... 78

Lampiran 18 Nilai Z ... 79


(11)

Lampiran 20 Foto-Foto Penelitian ... 81

Lampiran 21 Pengesahan Judul dan Penunjukan Dosen Pembimbing ... 84

Lampiran 22 Surat Izin Penelitian ... 89


(12)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakan Penelitian

Dayung merupakan salah satu jenis olahraga daya tahan (endurance) yang sarana utamanya adalah air dengan media perahu dan dayung. Cabang olahraga dayung ada yang bersifat permainan dan ada juga yang bersifat perlombaan, olahraga ini bisa dilakukan secara individu maupun kelompok. Bahkan, olahraga ini bisa dikatakan sebagai olahraga yang cenderung memberikan unsur seni, karena di dalamnya melibatkan perpaduan antara gerak tubuh dan alat yang digunakan untuk mendayung. Hal tersebut seperti yang diungkapkan Rohmat, bahwa : “gerakan dayung dilakukan secara berirama, terus menerus, dan ada rasio yang baik antara fase kerja dan fase istirahat “. Untuk mencapai gerakan yang ritmik dan harmonis tersebut tentunya perlu didukung oleh biomotorik, biometrik, psikologis, dan aspek pendukung lainnya.

Cabang olahraga dayung yang dikenal di Indonesia sebenarnya merupakan gabungan tiga induk cabang olahraga yaitu Rowing, Canoeing, dan Traditional

Boat Race atau yang sering dikenal oleh masyarakat awam dengan sebutan Perahu Naga. Dalam tataran dunia internasional, ketiga cabang olahraga tersebut

memiliki induk organisasi internasional tersendiri, yaitu Federation International

Societes de Aviron (FISA) untuk Rowing, International Canoe Federation (ICF)

untuk Canoeing, dan International Dragon Boat Federation (IDBF) untuk Traditional Boat Race. Di Indonesia ketiga cabang olahraga tersebut bernaung di bawah satu induk organisasi yaitu Persatuan Olahraga Dayung Seluruh Indonesia


(13)

2

Tabel 1.1

Cabang-cabang Olahraga Dayung Dalam Naungan Persatuan Olahraga Dayung Seluruh Indonesia (PODSI)

INDUK ORGANISASI INTERNASIONAL

CABANG

OLAHRAGA JENIS

NOMOR PELOMBAAN

JARAK

LOMBA Pa/Pi

FISA ROWING

SCULLING

SWEEP ROWING

MESIN ROWING

1X( single scull) 2X(double scull) 4X(quadruple sull) 2-(coxless pairs) 4-(coxless four) 2-(cox pairs) 4-(cox four) 8-(eight) Open putra Open putri Kelas ringan putra Kelas ringan putri

2000

meter Pa/Pi

ICF CANOEING

KAYAK CANOE CANOE POLO SLALOM K-1 K-2 K-4 C-1 C-2 K-1, K-2 C-1, C-2 1000meter 500meter Pa/Pi Pa/Pi Pa/Pi Pa Pa Pa Pa/Pi Pa

IDBF TRADITIONAL

BOAT RACE

10 PEDAYUNG 20 PEDAYUNG

1000meter 500meter Pa/Pi

Perbedaan yang sangat mendasar dari nomor-nomor di atas terlihat dari karakteristik perahunya, cara mendayung, dan posisi pendayung di perahu. Pada nomor scull dan sweep rowing posisi pendayung duduk pada tempat duduk yang dapat bergerak maju mundur, mengahadap pada buritan perahu. Pada nomor

kayak posisi pendayung duduk di dalam perahu, menggunakan satu tungkai

pengayuh dengan dua dayung kiri dan kanan. Pada nomor canoe canadian posisi pedayung berlutut di atas perahu menghadap ke depan, mendayung hanya pada posisi satu sisi saja dengan satu daun dayung.


(14)

3

Perkembangan dan peningkatan prestasi dalam setiap cabang olahraga merupakan sesuatu hal yang selalu diperbincangkan dan dipermasalahkan sepanjang hidup manusia, bahkan selama olahraga itu dikenal sebagai kebutuhan hidup. Peningkatan prestasi olahraga bersifat dinamis progresif, artinya; setiap fase waktu selalu berubah dan cenderung meningkat seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk meningkatkan prestasi tersebut dibutuhkan latihan. Yang dimana latihan menurut Harsono (1988:101) bahwa: “Latihan adalah proses yang sistematis dari berlatih atau bekerja, yang dilakukan secara berulang-ulang, dengan kian hari kian menambah jumlah beban latihan atau pekerjaannya”.

Dalam suatu pembinaan olahraga prestasi, pembinaan kondisi fisik sangatlah diperhatikan. Dikarenakan kondisi fisik memegang peranan yang sangat penting dalam program latihan. Hal tersebut diungkapkan oleh Harsono (2001:4) bahwa:

Latihan kondisi fisik mengacu kepada suatu program latihan yang dilakukan secara sistematis, berencana, dan progresif, dan yang tujuannya ialah untuk meningkatkan kemampuan fungsional dari seluruh sistem tubuh agar dengan demikian prestasi atlet semakin meningkat.

Tujuan dari pembinaannya pun untuk meningkatkan dan membantu atlet mencapai prestasi. Untuk hal itu seorang atlet dituntut mempunyai kemampuan. Menurut Omosegaard (1996) yang dikutip oleh Sidik et al (2010:49) mengatakan bahwa „Tecnique, tactics, physique, and psychology are all importance areas of sport‟. Maksudnya kemampuan yang harus dimiliki yaitu teknik, taktik, fisik dan psikologi, semuanya memiliki peranan penting dalam aktifitas olahraga. Terkait dengan hal tersebut Harsono (1988:100) mengatakan bahwa “Ada empat aspek latihan yang perlu diperhatikan dan dilatih secara seksama oleh atlet, yaitu (a) latihan fisik, (b) latihan teknik, (c) latihan taktik, dan (d) latihan mental”.

Berdasarkan pendapat di atas, keempat aspek tersebut sangatlah penting untuk mencapai prestasi yang maksimal. Dapat disimpulkan bahwa komponen tersebut yaitu : kekuatan (Strength), kelentukan (Flexibility), kecepatan (Speed), dan daya tahan (Endurance).


(15)

4

Salah satu komponen fisik yang cukup dominan dalam olahraga dayung yaitu strength yang pengertiannya menurut Harsono (1988:176) mengatakan kekuatan adalah kemampuan otot untuk membangkitkan tegangan terhadap

suatu tahanan” . Oleh karena itu bentuk latihan yang cocok untuk

mengembangkan kekuatan adalah latihan tahanan (resistence exercises) dimana sekarang lebih dikenal dengan weight training. Menurut Harsono (1998:185) mengatakan bahwa “Weight training adalah latihan-latihan yang sistematis

dimana beban hanya dipakai sebagai alat untuk menambah kekuatan otot guna mencapai berbagai tujuan tertentu”. Pada latihan tersebut seorang atlet harus mengangkat, mendorong atau menarik suatu beban. Ada 3 jenis kekuatan, yaitu kekuatan maksimal (maximal strenght), kekuatan yang cepat (speed

strenght/power), dan daya tahan kekuatan (strenght endurance).

Dalam meningkatkan otot dan kekuatan tidak bisa dilakukan dengan sembarangan atau dengan semaunya, akan tetapi harus dilakukan dengan bertahap dan sesuai dengan skemanya. Dalam gambar 1.1 Dikdik (2008:31) menggambarkan skema tahapan membentuk otot dan kekuatan, yaitu:

Gambar 1.1. Skema Tahapan Membentuk Otot dan Kekuatan (Dikdik,2008)

Menurut tipe kontraksinya latihan tahanan digolongkan menjadi tiga katagori. Seperti apa yang dikatakan Harsono (1988:179) “ latihan-latihan tahanan, menurut tipe kontraksi ototnya, dapat digolongkan dalam tiga katagori, yaitu kontraksi isometris, kontraksi isotonis dan kombinasi dari kedua kontraksi tersebut yaitu kontraksi isokinetis”.

Penyediaan energi aerob dan anaerob

Diameter otot Koordinasi intramusculer

Kecepatan kontraksi otot dan koordinasi intramusculer

Kekuatan maksimal


(16)

5

Dalam latihan beban atau weight training sebagian besar peneliti melihat bentuk latihan pembebanan yang diberikan terkadang menggunakan prinsip-prinsip yang itu-itu saja dan tidak bervariasi, yang dapat mengakibatkan atlet terkadang merasa bosan dengan sistem latihan seperti demikian. Untuk itu peneliti mencoba memberikan variasi dengan menggunakan sistem pyramida pada latihan pembebanan. Dikdik (2008:35) mengatakan bahwa“Pyramid sistem: mulai dari intensitas rendah dengan banyak repetisi (Hypertropi) dan diakhiri dengan intensitas tinggi dengan sedikit repetisi (KI)”.

Dari beberapa bentuk latihan sistem piramida yang ada, peneliti tertarik mengkaji bentuk latihan single pyramid dan double pyrramid. Menurut Bompa (1999:52) mengatakan “in the pyramid pattern example the follow. each program starts from

its base and works toward the peak, or from the bottom of the top”. Maksud dari kutipan tersebut adalah ikuti pada contoh pola piramida. Setiap program dimulai dari dasar dan bekerja ke arah puncak, atau dari bawah ke atas. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Gambar 1.2 Pola Latihan Beban Piramida. Jumlah Repetisi (dalam piramida) Mengacu Pada Jumlah Per Set

100 percent 95 percent 90 percent 85 percent

1X 2-3X 3-4X 6X


(17)

6

Gambar 1.3 Pola Latihan Pembebanan Piramida Ganda oleh Grosser and Neumeier (1986)

Gambar 1.3 menjelaskan mengenai sistem double pyramid. Bompa (1999:53) mengatakan “ The double pyramid consists of two pyramid, one

inverted on top of the other. The number of repetitions decreases from the bottom

up, then increases again in the second pyramid”. Maksud dari kutipan tersebut adalah latihan piramida ganda terdiri dari dua piramida, satu terbalik di atas yang lain. Jumlah pengulangan menurun dari bawah ke atas, meningkat lagi di piramida kedua.

Berdasarkan uraian di atas peneliti menganggap penting untuk diangkat dalam bentuk penelitian, khususnya penelitian mengenai kedua latihan sistem piramida tersebut terhadap peningkatan kekuatan pada olahraga dayung nomor

kayak. Oleh sebab itu, peneliti berkeinginan untuk meneliti latihan piramida

tersebut dan mengambil judul Dampak Metode Latihan Sistem Single Pyramid dengan Double Pyramid terhadap Peningkatan Kekuatan Maksimal.

80 percent 85 percent 90 percent 95 percent

95 percent 90 percent 85 percent 80 percent

4X 3X 2X 1X

1X 2X 3X 4X


(18)

7

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

latar belakang di atas, penulis tertarik untuk meneliti perbandingan latihan sistem single pyramid dengan double pyramid terhadap peningkatan kekuatan. Penulis menganggap masalah ini perlu untuk diteliti dan yang menjadi permasalahan sebagai berikut:

1. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan latihan sistem single pyramid terhadap peningkatan kekuatan maksimal?

2. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan latihan sistem double pyramid terhadap peningkatan kekuatan maksimal?

3. Apakah terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan antara latihan sistem single

pyramid dengan double pyramid terhadap peningkatan kekuatan maksimal?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengaruh yang signifikan latihan sistem single pyramid terhadap peningkatan kekuatan maksimal.

2. Untuk Mengetahui pengaruh yang signifikan latihan sistem double pyramid terhadap peningkatan kekuatan maksimal.

3. Untuk mengetahui perbedaan pengaruh yang signifikan antara latihan sistem

single pyramid dengan double pyramid terhadap peningkatan kekuatan maksimal.

D. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, metode penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian Eksperimen. Menurut Sugiyono (2008:107) “metode penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan”. Dikatakan bahwa penelitian ini adalah penelitian eksperimen karena penelitian ini akan menguji hubungan sebab dan akibat tentang pengaruh latihan sistem single


(19)

8

Desain penelitian yang digunakan penulis adalah Desain Prates-Pascates Kelompok Statis. Sebelum dilaksanakan perlakuan diadakan tes awal, kemudian diberi perlakuan dalam jangka waktu tertentu, dan tes akhir dilakukan setelah pemberian perlakuan selesai. Desain Penelitian yang peneliti gunakan adalah sebagai berikut:

Keterangan:

Kelompok A : Latihan menggunakan sistem single pyramid Kelompok B : Latihan menggunakan sistem double pyramid O1 : Tes awal

X1 : Kelompok eksperimen 1 X2 : Kelompok eksperimen 2 O2 : Tes akhir

E. Manfaat/Signifikansi Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sarana untuk memperkaya dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan bentuk latihan beban, khususnya latihan untuk meningkatkan kekuatan serta dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi keilmuan olahraga dayung.

2. Manfaat Praktis

a. Para atlet, pelatih, pembina olahraga dayung khususnya nomor kayak dalam meningkatkan prestasi atlet.

b. Bagi atlet, pelatih, pembina olahraga dayung khususnya nomor kayak dapat mengetahui seberapa besar pengaruh latihan sistem single pyramid dengan double

pyramid terhadap peningkatan kekuatan.

c. Bagi pelatih dapat digunakan sebagai acuan untuk membuat program latihan peningkatan kekuatan.


(20)

9

d. Bahasa informasi dan referensi dapat digunakan sebagai acuan atau referensi untuk penelitian-penelitian selanjutnya khususnya dibidang kebugaran pada cabang olahraga dayung khususnya nomor kayak.

F. Struktur Organisasi

Struktur Organisasi Skripsi terdiri atas lima bab, yaitu:

1. BAB I Pendahuluan: berisi latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah tujuan penelitian, dan manfaat atau signifikansi penelitian

2. BAB II Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran, dan Hipotesis Penelitian

3. BAB III Metode Penelitian: Berisi penjabaran yang rinci mengenai metode penelitian, termasuk beberapa komponen berikut:

3.1. Lokasi dan subjek populasi/sampel penelitian 3.2. Desain penelitian

3.3. Metode Penelitian 3.4. Definisi Operasional 3.5. Instrumen penelitian

3.5. Proses pengembangan instrumen

3.6. Teknik pengumpulan data dan alasan rasionalnya 3.7. Analisis data

4. BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan: terdiri dari dua hal utama, yakni: 4.1. Hasil pengolahan data

4.2. Analisis dan pengolahan data 4.3. Diskusi penemuan

5. BAB V Kesimpulan dan Saran: Menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian


(21)

32

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi

Lokasi merupakan prasarana yang menunjang terlaksananya penelitian ini dengan lancar. Maka dengan itu penulis memilih lokasi di Lab Kebugaran Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan, yang penulis anggap sangat menunjang dan juga dekat dengan tempat dimana penulis dan sampel menetap. Waktu penelitian ini dilaksanakan selama 8 minggu yaitu antara bulan November 2013 sampai dengan Desember 2013 dengan frekuensi latihan tiga kali dalam satu minggu, sehingga dapat diketahui bahwa pelaksanaan treatment ini dilakukan sebanyak 24 kali tatap muka. Seperti dikatakan Nolte (2005:93) “The syimmetry

and hypertrophy phase lasts 8 to 12 weeks and consists of two or three training cycles of 4 to 6 weeks”. Yang maksudnya fase simetri dan hipertropi berakhir dari minggu ke 8 sampai minggu ke 12 dan terdiri dari 2 atau 3 siklus latihan dari minggu ke 4 hingga minggu ke 6”.

2. Populasi

Populasi menurut Sugiyono (2008:80) adalah “wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian di tarik kesimpulannya.”. Dalam penelitian ini populasi yang digunakan adalah seluruh atlet dayung canoeing PODSI Kota Bandung, dengan jumlah atlet sebanyak 10 orang. Populasi atlet dayung canoeing PODSI Kota Bandung ini dipilih karena para atlet ini telah mengikuti kejuaraan dayung nomor canoeing dan mendapatkan prestasi yang cukup baik di tingkat nasional serta banyak menyumbangkan atlet-atletnya untuk membela tim PON Jawa Barat. Selain itu penelitian ini


(22)

33

PORDA, PON ataupun di tingkat Internasional dalam cabang olahraga dayung nomor canoeing nantinya.

3. Sampel

Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah seluruh dari populasi yang ada atau sampling jenuh, seperti yang diungkapkan Sugiyono (2008:85) “sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua populasi digunakan sebagai sample.“

Penentuan kelompok latihan dalam penelitian ini yaitu terlebih dahulu dilakukan tes awal, setelah diperoleh hasil tes, kemudian dilakukan ranking untuk membagi dua kelompok dengan menggunakan teknik mencocokkan atau teknik ABBA. Dengan tujuan mengelompokan sampel yang lebih homogen secara kualitas dan kuantitas.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan suatu rancangan penelitian yang diperlukan. Desain Penelitian yang peneliti gunakan adalah sebagai berikut :

Keterangan:

Kelompok A : Latihan menggunakan sistem single pyramid Kelompok B : Latihan menggunakan sistem double pyramid O1 : Tes awal

X1 : Kelompok eksperimen 1 X2 : Kelompok eksperimen 2 O2 : Tes akhir

Mengacu pada desain penelitian, maka disusunlah langkah-langkah penelitian sebagaimana yang tertera pada gambar 3.2 di halaman berikutnya:


(23)

34

Gambar 3.11

Langkah-langkah Penelitian

C. Metode Penelitian

Dalam proses penelitian hendaknya dibutuhkan suatu metode penelitian yang tepat dan sesuai dengan permasalahan yang akan dipecahkan. Metode penelitian harus disesuaikan dengan masalah dan tujuan penelitian, hal ini dilakukan untuk kepentingan perolehan dan analisis data. Adapun metode yang diterapkan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen, Fathoni (2005:99) mengungkapkan bahwa: “Eksperimen artinya percobaan. Metode eksperimen berarti metode percobaan untuk mempelajari pengaruh dari variabel tertentu terhadap variabel yang lain, melalui uji coba dalam kondisi khusus yang sengaja diciptakan”.

Berdasarkan pernyataan di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa metode eksperimen merupakan rangkaian kegiatan percobaan dengan tujuan untuk menyelidiki sesuatu hal atau masalah sehingga diperoleh hasil. Cukup jelas

TES AKHIR

PENGELOLAAN DAN ANALISIS DATA

KESIMPULAN POPULASI

SAMPEL

TES AWAL

KELOMPOK A: LATIHAN SISTEM SINGLE

PYRAMID

KELOMPOK B:


(24)

35

yang dimaksud variabel dari penelitian ini yaitu terdiri dari variabel bebas (independent variabel), yaitu bentuk latihan sistem single pyramid dan bentuk latihan double pyramid, sedangkan variabel terikat (dependent variabel) yaitu peningkatan kekuatan.

D. Definisi Oprasional

Penafsiran seseorang tentang suatu istilah sering berbeda-beda, sehingga bisa menimbulkan suatu kekeliruan dan kesalahan pengertian penafsiran istilah-istilah dalam penelitian ini, oleh karena itu penulis menjelaskan istilah-istilah-istilah-istilah sebagai berikut:

1. Harsono (1988:101) mengungkapkan “Latihan adalah proses yang sistematis dari

berlatih atau bekerja, yang dilakukan secara berulang-ulang, dengan kian hari kian menambah jumlah beban latihan atau pekerjaannya”.

2. Weight training adalah “latihan-latihan yang sistematis di mana beban hanya dipakai sebagai alat untuk menambah kekuatan otot guna mencapai berbagai tujuan tertentu” (Harsono, 1998:185)

3. Kekuatan Maksimal adalah “mengacu kepada kemampuan untuk mengangkat

suatu beban (100%) yang hanya bisa diangkat dalam satu kali angkatan (1 RM)” (Harsono, 2001:27)

4. Dalam dunia olahraga sistem Piramida adalah suatu konsep pengembangan menyeluruh untuk membantu mencapai prestasi atlet ke arah spesialisi. (Dikdik, 2008:35) mengatakan “sistem piramida adalah bentuk latihan yang dimulai dari

intensitas rendah dengan banyak repetisi dan diakhiri dengan intensitas tinggi dengan sedikit repetisi”.

5. Bompa (1999:52) in the pyramid pattern example the follow. each program starts

from its base and works toward the peak, or from the bottom of the top. Maksud

dari kutipan tersebut adalah ikuti pada contoh pola piramida. Setiap program dimulai dari dasar dan bekerja ke arah puncak, atau dari bawah ke atas.

6. Bompa (1999:53) The double pyramid consists of two pyramid, one inverted on

top of the other. The number of repetitions decreases from the bottom up, then increases again in the second pyramid. Maksud dari kutipan tersebut adalah


(25)

36

latihan piramida ganda terdiri dari dua piramida, satu terbalik di atas yang lain. Jumlah pengulangan menurun dari bawah ke atas, meningkat lagi di piramida kedua.

E. Instrumen Penelitian

Guna tercapainya keberhasilan penelitian yang akan diselenggarakan penulis, maka instrumen penelitian yang diperlukan untuk menjawab masalah penelitian dan menguji hipotesis, penulis menggunakan alat ukur sebagai media atau alat pengumpulan data. Kualitas data ditentukan oleh kualitas alat pengambilan atau pengukurannya. Sebagaimana yang dikatakan Arikunto (2010:150) bahwa “Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok”. Dalam penelitian ini pengukuran dilakukan dua kali yaitu pada awal dan akhir penelitian atau sebelum dan sesudah treatment diberikan. Alat ukur yang penulis gunakan yaitu tes 1 RM.

Alat-alat yang digunakan dalam pelaksanaan tes 1 RM adalah sebagai berikut: a) alat tulis, b) alat beban (Bench Press dan Bench Pull), c) calculator.

Adapun prediksi tes 1 RM menurut Sidik (2008:34) yang digambarkan dengan piramida di bawah ini:

Gambar 3.12

Hubungan antara intensitas latihan – jumlah ulangan (repetisi) set latihan dan istirahat anatar set latihan pada latihan kekuatan


(26)

37

100% = 100 x 1RM 95

Rumus yang digunakan untuk menentukan 1 RM menurut gambar diatas yaitu:

100 x berat beban = 1RM => 95% berapa%(melihat jumlah rep)

Bentuk latihan yang di ukur yaitu bench press dan bench pull. Alat-alat ini seperti yang biasa diberikan pada atlet untuk tes kekuatan dalam tim nasional pada nomor canoeing seperti pada tabel 3.3 dibawah ini.

Tabel 3.2: Phisical / Physiological Test of a National Team Sumber : Szanto, 2004 : 25

TEST MEN WOMEN

1. MAX STRENGTH Bench pull Bench press 135 kg 130 kg 100 kg 90 kg 1. POWER ENDURANCE

Bench pull max. Bench press max.

120 reps / 55 kg - 2 min

100 reps / 50 kg - 2 min

110 reps / 45 kg - 2 min

90 reps /40 kg -2 min 2. AEROBIC CAPACITY

5000 m Running 19 : 00 min. 22 : 00 min.

Secara rinci alat ukur yang akan digunakan dalam pengambilan data pada penelitian ini yaitu :

1) Bench Press

a. Bentuk Latihan : Bench Press

b. Tujuan : untuk mengetahui kekuatan otot

c. Otot yang terlatih : triceps brachii, pectoralis mayor, deltoideus anterior part, serratus


(27)

38

Gambar 3.13 Bench Press Sumber : www.homeexercise.com

d. Pelaksanaan :

 Subjek tidur terlentang dengan posisi kaki lurus atau di tekuk,

 Tangan memegang besi dengan jarak pegangan selebar pundak, angkat bar dari penahan, dorong kesisi siku lurus di atas dada.

 Tarik nafas, pergelangan tangan lurus dan tepat di atas siku, bar menyentuhdada  Dorong bar ke atas secara terkendali, kedua siku melurus teratur dan keduapergelangan tangan

langsung di atas siku. Keluarkan nafas.

 Ulangi gerakan di atas,bila selesai, bar dibawa oleh penahan jaga

2) Bench Pull

a. Bentuk latihan : Bench pull

b. Tujuan : Untuk mengukur seberapa besar kekuatan otot lengan


(28)

39

c. Pelaksanaan :

 Subjek berbaring telungkup di bangku yang tinggi, dipastikan ketika memegang beban lengan harus lurus dan dibuka selebar bahu,

 Kepala, tubuh bagian atas dan kaki sejajar berada di atas bangku,  Tarik beban sampai mengenai bagian bawah bangku,

 Ulangi gerakan diatas bila sudah selesai 3) Validitas, Realibilitas dan Objektivitas  Validitas

Test validity refers to the degree to which the test actually measures what it claims to measure and the extent to which inferences, conclusions, and decisions made on the basis of test scores are appropriate and meaningful. This test provides a means to monitor the effect of training on the athlete's physical development.

Sumber (http://www.brianmac.co.uk/balketread.htm) Yang artinya Uji validitas mengacu pada sejauh mana tes benar-benar mengukur apa klaim untuk mengukur dan sejauh mana kesimpulan, kesimpulan, dan keputusan yang dibuat atas dasar nilai tes yang sesuai dan bermakna. Tes ini menyediakan sarana untuk memonitor efek dari latihan pada perkembangan fisik atlet. Sedangkan Mackenzie (2005:142) mengatakan bahwa “there are published table to relate results to potential level of fitness and the correlations is high” yang artinya tabel tersebut diterbitkan untuk menghubungkan hasil tingkat kebugaran dan korelasi yang tinggi.

 Realibilitas

Test reliability refers to the degree to which a test is consistent and stable in measuring what it is intended to measure. Reliability will depend upon how strict the test is conducted and the individual's level of motivation to perform the test. The following link provides a variety of factors that may influence the results and therefore the test reliability. Sumber

http://www.brianmac.co.uk/balketread.htm

Yang artinya Uji reliabilitas mengacu pada sejauh mana tes konsisten dan stabil dalam mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur. Keandalan akan


(29)

40

tergantung pada seberapa ketat tes dilakukan dan tingkat individu motivasi untuk melakukan tes. Link berikut menyediakan berbagai faktor yang dapat mempengaruhi hasil dan oleh karena itu uji reliabilitas. sedangkan Mackenzie (2005:141) mengatakan bahwa “reliability would depend upon how strict the test is conducted and the individual's level of motivation to perform the test” yang

artinya keandalan akan tergantung pada seberapa ketat tes dilakukan dan tingkat individu motivasi untuk melakukan tes.

Tabel 3.3

Tabel Reference: Adapted from: Cooper Institute for Aerobics Research 1997

Sumber : Mackenzie (2005:141)

F. Prosedur Pengolahan dan Analisis Data

Setelah seluruh data hasil penelitian terkumpul, maka selanjutnya

dilakukan pengolahan dan analisis terhadap data penelitian. Proses analisis dan pengolahan data dilakukan dengan perhitungan secermat mungkin, hal ini dilakukan agar data tersebut dapat memberikan kesimpulan yang benar terhadap jawaban dari permasalahan yang diteliti.

Dalam pengolahan data nantinya akan menjadi perhitungan, peneliti mengunakan

20-29 30-39 40-49 50-59

Excellent >1.26 >1.08 >0.97 >0.86

Good 1.17-1.26 1.01-1.08 0.91-0.97 0.81-0.86

Average 0.97-1.16 0.86-1.00 0.78-0.90 0.70-0.80

Fair 0.88-0.96 0.79-0.85 0.72-0.77 0.65-0.69

Poor <0.87 <0.78 <0.71 <0.60

Excellent >0.78 >0.66 >0.61 >0.54

Good 0.72-0.77 0.62-0.65 0.57-0.60 0.51-0.53

Average 0.59-0.71 0.53-0.61 0.48-0.56 0.43-0.50

Fair 0.53-0.58 0.49-0.52 0.44-0.47 0.40-0.42

Poor <0.52 <0.48 <0.43 <0.39

Rating Age

Male


(30)

41

Langkah-langkah pengolahan data yang peneliti tempuh disesuaikan dengan rumus-rumus yang digunakan dalam statistika, yaitu sebagai berikut: 1. Menghitung data hasil pengukuran dan tes

2. Menghitung nilai rata-rata dengan rumus:

Keterangan:

= nilai rata-rata yang dicari  = jumlah dari

X = nilai data mentah n = nilai data mentah

3. Mencari simpangan baku dari setiap kelompok data, dengan menggunakan rumus:

Keterangan:

S = simpangan baku yang dicari  = jumlah dari

Xi = nilai data mentah = nilai rata-rata n = jumlah sampel

4. Menguji homogenitas sampel dengan menggunakan rumus:

Kriteria pengujian: tolak Hohanya jika F ≥ F ½ ɑ(V1,V2) di dapat dari distribusi F sesuai dengan dk pembilang V1 = (n1 – 1) dan penyebut V2 = (n2 – 1). Kedua kelompok homogen Fhitung < Ftabel.

5. Uji normalitas melalui pendekatan uji normalitas liliefors dengan langkah-langkah sebagai berikut:


(31)

42

a. Pengamatan X1, X2, … …, Xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2, … …, Zn dengan menggunakan rumus:

( dan S merupakan rata-rata dan simpangan baku setiap kelompok butir tes). b. Untuk tiap bilangan baku ini, menggunakan daftar distribusi normal baku,

kemudian dihitung peluang F (Z1) = P (Z ≤ Z1).

c. Selanjutnya dihitung proporsi Z1, Z2, … …, Zn yang lebih kecil atau sama dengan Z. jika proporsi ini dinyatakan oleh S (Zi), maka:

d. Hitung selisih F(Zi) – S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya.

e. Ambil harga yang paling besar diantara harga-harga mutlak selisih tersebut. Sebutlah harga terbesar dengan (Lo).

f. Untuk menerima atau menolak hipotesis nol, maka kita bandingkan Lo ini dengan nilai kritis L yang diambil dari daftar nilai kritis L untuk uji liliefors, dengan taraf nyata ɑ (penulis menggunakan ɑ = 0,05). Menurut Sudjana (1989:466-467) “kriterianya adalah tolak hipotesis nol bahwa populasi berdistribusi normal, jika Lo yang diperoleh dari data pengamatan melebihi L dari daftar nilai kritis uji liliefors. Dalam hal lain hipotesis nol diterima”.

6. Uji kesamaan Dua Rata-rata (Skor berpasangan) atau sering dikatakan uji beda. Uji ini digunakan untuk menjawab pertanyaan masalah nomor dua, rumus yang digunakan adalah:

a.

Keterangan: B = nilai rata-rata


(32)

43

b. Kriteria penolakan dan penerimaan Hipotesisnya: Terima hipotesis jika:

-t (1- ½ ɑ) < t < t(1- ½ ɑ), dk (n-1)

Dalam hal lain (Ho) ditolak.

c. Pasangan hipotesis yang akan diujinya adalah: Ho : B = 0

Ho : B ≠ 0

7. Uji signifikansi dua rata-rata (dua pihak) t’ = 1 - 2

√S12/n1 + S22/n1 Keterangan :

S = simpangan baku yang dicari = nilai rata-rata


(33)

53

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dari pengolahan dan analisis data, penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut:

1. Model latihan sistem single pyramid memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan kekuatan maksimal.

2. Model latihan sistem double pyramid memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan kekuatan maksimal.

3. Kedua model latihan sistem single pyramid dengan double pyramid tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan terhadap peningkatan kekuatan maksimal.

B. Saran

Saran yang dapat penulis sampaikan sesudah melaksanakan penelitian berdasarkan hasilnya, yaitu:

1. Pelatih atau Pembina olahraga penulis menyarankan bentuk latihan sebagai varian atau pilihan untuk meningkatkan kekuatan disankan untuk menggunakan kedua model latihan sistem single pyramid dengan double

pyramid, karena dilihat dari hasil penelitian ini telah terbukti bahwa kedua

model latihan ini dapat meningkatkan kekuatan maksimal.

2. Bagi Pembaca dan pemerhati olahraga, atau pun mahasiswa jurursan olahraga yang akan melakukan pengembangan dan penelitian lebih lanjut dengan kajian lebih mendalam dan sampel yang lebih banyak.

Demikian kesimpulan dan sumbangan saran yang dapat penulis kemukakan, semoga bermanfaat bagi semua pihak, terutama untuk perkembangan olahraga sendiri.


(34)

54

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Bompa, Tudor O. (2006). The Physiology of Training. UK: British Library.

Bompa, Tudor O. (1999). Periodization Theory and Methodology of Training. United States of Amerika: Human Kinetics.

Csaba, Szanto. (2004). Racing Canoeing. Argentina. International Canoe Federation Garvica Vuelta de Pagina Ltda.

Dikdik. (2008). Pembinaan Kondisi Fisik (Dasar dan Lanjutan).UPI Bandung. Giriwijoyo, Santosa. (2010). Ilmu Faal Olahraga. Bandung: UPI

Harsono, (2001). Perencanaan Program Latihan. Bandung; Universitas Pendidikan Indonesia.

Harsono. (1988). Coaching dan Aspek-Aspek Psikologis Dalam Coaching. Jakarta: C.V Tambak Kusuma.

http://www.fitnessblackbook.training pyramid-set-are-bad-for-streng-gins: 2010:1

http://www.joycevedral.com/faq.html

Mackenzie, Brian. (2005). 101 performance evaluation tests. Electric Word Plc. London

Nolte, Volker. (2005). Rowing Faster Training-Rigging Technique-Racing. United States of Amerika: Human Kinetics.

Nurhasan. Dan Cholil, D. H. (2007). Tes dan Pengukuran Keolahragaan. Bandung: UPI.

Nurhasan. Dkk. (2002). Pengembangan Sistem Pembelajaran Modul Mata Kuliah

Statistika. Bandung: UPI.

Sidik, D. Z. (2010). Pembinaan Kondisi Fisik Dasar dan Lanjutan. Bandung: UPI.


(35)

55

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Syaodih Sukmadinata, Nana. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: UPI.

Szanto, Scaba (2004). Racing Canoeing 2. ICF (International Canoeing Federation).


(1)

Langkah-langkah pengolahan data yang peneliti tempuh disesuaikan dengan rumus-rumus yang digunakan dalam statistika, yaitu sebagai berikut: 1. Menghitung data hasil pengukuran dan tes

2. Menghitung nilai rata-rata dengan rumus:

Keterangan:

= nilai rata-rata yang dicari  = jumlah dari

X = nilai data mentah n = nilai data mentah

3. Mencari simpangan baku dari setiap kelompok data, dengan menggunakan rumus:

Keterangan:

S = simpangan baku yang dicari  = jumlah dari

Xi = nilai data mentah = nilai rata-rata n = jumlah sampel

4. Menguji homogenitas sampel dengan menggunakan rumus:

Kriteria pengujian: tolak Hohanya jika F ≥ F ½ ɑ(V1,V2) di dapat dari distribusi F sesuai dengan dk pembilang V1 = (n1 – 1) dan penyebut V2 = (n2 – 1). Kedua kelompok homogen Fhitung < Ftabel.

5. Uji normalitas melalui pendekatan uji normalitas liliefors dengan langkah-langkah sebagai berikut:


(2)

a. Pengamatan X1, X2, … …, Xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2, … …, Zn dengan menggunakan rumus:

( dan S merupakan rata-rata dan simpangan baku setiap kelompok butir tes). b. Untuk tiap bilangan baku ini, menggunakan daftar distribusi normal baku,

kemudian dihitung peluang F (Z1) = P (Z ≤ Z1).

c. Selanjutnya dihitung proporsi Z1, Z2, … …, Zn yang lebih kecil atau sama dengan Z. jika proporsi ini dinyatakan oleh S (Zi), maka:

d. Hitung selisih F(Zi) – S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya.

e. Ambil harga yang paling besar diantara harga-harga mutlak selisih tersebut. Sebutlah harga terbesar dengan (Lo).

f. Untuk menerima atau menolak hipotesis nol, maka kita bandingkan Lo ini dengan nilai kritis L yang diambil dari daftar nilai kritis L untuk uji liliefors, dengan taraf nyata ɑ (penulis menggunakan ɑ = 0,05). Menurut Sudjana (1989:466-467) “kriterianya adalah tolak hipotesis nol bahwa populasi berdistribusi normal, jika Lo yang diperoleh dari data pengamatan melebihi L dari daftar nilai kritis uji liliefors. Dalam hal lain hipotesis nol diterima”.

6. Uji kesamaan Dua Rata-rata (Skor berpasangan) atau sering dikatakan uji beda. Uji ini digunakan untuk menjawab pertanyaan masalah nomor dua, rumus yang digunakan adalah:

a.

Keterangan: B = nilai rata-rata


(3)

b. Kriteria penolakan dan penerimaan Hipotesisnya: Terima hipotesis jika:

-t (1- ½ ɑ) < t < t(1- ½ ɑ), dk (n-1) Dalam hal lain (Ho) ditolak.

c. Pasangan hipotesis yang akan diujinya adalah: Ho : B = 0

Ho : B ≠ 0

7. Uji signifikansi dua rata-rata (dua pihak) t’ = 1 - 2

√S12/n1 + S22/n1 Keterangan :

S = simpangan baku yang dicari = nilai rata-rata


(4)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dari pengolahan dan analisis data, penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut:

1. Model latihan sistem single pyramid memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan kekuatan maksimal.

2. Model latihan sistem double pyramid memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan kekuatan maksimal.

3. Kedua model latihan sistem single pyramid dengan double pyramid tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan terhadap peningkatan kekuatan maksimal.

B. Saran

Saran yang dapat penulis sampaikan sesudah melaksanakan penelitian berdasarkan hasilnya, yaitu:

1. Pelatih atau Pembina olahraga penulis menyarankan bentuk latihan sebagai varian atau pilihan untuk meningkatkan kekuatan disankan untuk menggunakan kedua model latihan sistem single pyramid dengan double pyramid, karena dilihat dari hasil penelitian ini telah terbukti bahwa kedua model latihan ini dapat meningkatkan kekuatan maksimal.

2. Bagi Pembaca dan pemerhati olahraga, atau pun mahasiswa jurursan olahraga yang akan melakukan pengembangan dan penelitian lebih lanjut dengan kajian lebih mendalam dan sampel yang lebih banyak.

Demikian kesimpulan dan sumbangan saran yang dapat penulis kemukakan, semoga bermanfaat bagi semua pihak, terutama untuk perkembangan olahraga sendiri.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Bompa, Tudor O. (2006). The Physiology of Training. UK: British Library.

Bompa, Tudor O. (1999). Periodization Theory and Methodology of Training. United States of Amerika: Human Kinetics.

Csaba, Szanto. (2004). Racing Canoeing. Argentina. International Canoe Federation Garvica Vuelta de Pagina Ltda.

Dikdik. (2008). Pembinaan Kondisi Fisik (Dasar dan Lanjutan).UPI Bandung. Giriwijoyo, Santosa. (2010). Ilmu Faal Olahraga. Bandung: UPI

Harsono, (2001). Perencanaan Program Latihan. Bandung; Universitas Pendidikan Indonesia.

Harsono. (1988). Coaching dan Aspek-Aspek Psikologis Dalam Coaching. Jakarta: C.V Tambak Kusuma.

http://www.fitnessblackbook.training pyramid-set-are-bad-for-streng-gins: 2010:1 http://www.joycevedral.com/faq.html

Mackenzie, Brian. (2005). 101 performance evaluation tests. Electric Word Plc. London

Nolte, Volker. (2005). Rowing Faster Training-Rigging Technique-Racing. United States of Amerika: Human Kinetics.

Nurhasan. Dan Cholil, D. H. (2007). Tes dan Pengukuran Keolahragaan. Bandung: UPI.

Nurhasan. Dkk. (2002). Pengembangan Sistem Pembelajaran Modul Mata Kuliah Statistika. Bandung: UPI.

Sidik, D. Z. (2010). Pembinaan Kondisi Fisik Dasar dan Lanjutan. Bandung: UPI.


(6)

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Syaodih Sukmadinata, Nana. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: UPI.

Szanto, Scaba (2004). Racing Canoeing 2. ICF (International Canoeing Federation).