NILAI SOSIAL DAN NILAI BUDAYA PADA KAKAWIHAN KAULINAN BARUDAK LEMBUR DI KABUPATEN KUNINGAN SERTA INTERNALISASI NILAINYA DI SEKOLAH DASAR.

(1)

Yusida Gloriani, 2015

NILAI SOSIAL DAN NILAI BUDAYA PADA KAKAWIHAN KAULINAN BARUDAK LEMBUR DI KABUPATEN NILAINYA DI SEKOLAH DASAR

DISERTASI

diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar Doktor Pendidikan Bahasa Indonesia

Oleh

YUSIDA GLORIANI NIM 1101591

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA

SEKOLAH PASCASARJANA


(2)

Nilai Sosial dan Nilai Budaya pada

Kakawihan Kaulinan Barudak Lembur

di Kabupaten

Kuningan serta internalisasi Nilainya di Sekolah Dasar

Oleh Yusida Gloriani

Dr. UPI Bandung, 2015 M.Pd. UHAMKA JAKARTA, 2003

Sebuah Disertasi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Doktor Pendidikan Bahasa Indonesia pada Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia

(UPI) Bandung

@Yusida Gloriani 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

September 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Disertasi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa izin dari penulis.


(3)

Yusida Gloriani, 2015


(4)

(5)

Yusida Gloriani, 2015

Internalisasinya di Sekolah Dasar ABSTRAK

Kakawihan kaulinan barudak lembur (KKBL) sudah tidak dikenali lagi oleh anak-anak masyarakat Sunda zaman sekarang, padahal di dalamnya banyak nilai-nilai positif yang harus dimaknai. Nilai-nilai-nilai tersebut diantaranya nilai-nilai-nilai-nilai sosial dan nilai-nilai budaya yang mengajarkan nilai-nilai luhur pada anak-anak. Rumpaka, lagu, dan permainan pada KKBL isinya banyak mengenalkan anak pada lingkungan alam, hewan, tumbuhan, dan seluruh ciptaan Tuhan. Nilai-nilai sosial dan nilai-nilai budaya pada KKBL harus digali dan dimaknai kembali, selanjutnya diterapkan dalam perilaku kehidupan sehari-hari. Untuk mengetahui makna pada KKBL digunakan metode semiotika Roland Barthes. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menginterpretasikan jenis, makna, dan nilai-nilai sosial dan nilai-nilai budaya pada KKBL serta menginternalisasikannya melalui pembelajaran tematik integratif di SDN 17 Kabupaten Kuningan. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kualitatif. Metode penelitiannya adalah analisis deskriptif . Teknik penelitian yang digunakan adalah observasi partisipatif, wawancara langsung, dan pendokumentasian. Temuan pada penelitian ini adalah berupa 40 buah KKBL yang diklasifikasikan dalam tiga jenis KKBL yaitu: nursery rhyme, play rhyme, dan counting out rhyme. Berdasarkan kajian pada rumpaka dan permainan dalam KKBL ditemukan makna-makna berharga di dalamnya, kemudian diklasifikasikan menjadi 5 jenis, yaitu: (1) makna yang berkaitan dengan pemahaman dan pengenalan alam sekitar; (2) makna yang berkaitan dengan kehidupan bermasyarakat atau pertemanan; (3) makna yang berkaitan dengan cerita masa lalu; (4) makna yang berkaitan dengan kasih sayang orang tua; dan (5) makna yang berkaitan dengan aktivitas dan kreativitas anak-anak dalam permainan. Nilai-nilai sosial pada KKBL diklasifikasikan menjadi 3 jenis nilai sosial yaitu nilai material, nilai vital, dan nilai kerohanian. Nilai-nilai budaya pada KKBL berdasarkan orientasi nilai budaya dari Kluckhohn diklasifikasikan menjadi: hakikat hidup, hubungan manusia dengan alam, dengan waktu, dengan pekerjaan atau karyanya, dan hubungan manusia dengan sesama manusia. Internalisasi nilai melalui pembelajaran tematik integratif di kelas IV SDN 17 Kuningan dilaksanakan dengan mengintegrasikan 4 mata pelajaran yaitu Bahasa Indonesia, PPKn, Seni Budaya, dan Olah Raga, yang dikemas dalam satu tema yaitu “indahnya

kebersamaan”. Diperoleh dampak langsung dan tidak langsung dari internalisasi nilai melalui pembelajaran tematik integratif ini yaitu terbentuk nilai-nilai dan sikap mau bekerja sama, peduli terhadap teman, setia kawan, bersikap jujur, mau bertanggung jawab, demokratis, semangat berkompetensi dan percaya diri yang tinggi pada diri peserta didik.

Kata Kunci: Nilai-nilai Sosial, Nilai-nilai Budaya, Kakawihan Kaulinan


(6)

Elementary Schools

ABSTRACT

Kakawihan kaulinan barudak lembur (KKBL) is no longer recognized by the children of the Sundanese people today. , but in it many positive values that must be interpreted. Those values include the social values and cultural values that teach noble values in children. Rumpaka, songs, and games on the contents KKBL lot introduce children to the natural environment, animals, plants, and the rest of creatures of God. Social values and cultural values on KKBL be excavated and interpreted back, then applied in everyday life behavior. To interpret and meant it used method pragmatic semiotics of Roland Barhes. This study aimed to describe and interpret the social values and cultural values on KKBL and internalize it through thematic integrative learning at SDN 17 Kuningan. The approach used is a qualitative research. The research method is descriptive analysis. Research techniques used are participant observation, interviews, and documentation. The findings in this study is in the form of 40 pieces KKBL are classified into three types, namely KKBL: nursery rhyme, rhyme play, and counting out rhyme. Based on the study on rumpaka and games in KKBL found valuable meanings in it, then classified into five types, namely: (1) meaning related to the understanding and recognition of nature around; (2) the meaning associated with social life or friendship; (3) the meaning associated with the story of the past; (4) The meaning associated with love of parents; and (5) the meaning associated with the activity and creativity of the children in the game. Social values on KKBL classified into 3 types of social value is the value of material, vital values and spiritual values. Cultural values on KKBL based cultural value orientation of Kluckhohn classified into: the nature of life, human relationships with the nature, with time, with the work or works, and man's relationship with fellow human beings. Internalization of value through integrated thematic learning in class IV SDN 17 Kuningan conducted by integrating four subjects namely: Indonesian, PPKn, Arts and Culture, and Sport, which is packaged in a theme of "the beauty of togetherness". Obtained by the direct and indirect impact of the internalization of values through this integrative thematic learning that formed the values and attitudes to cooperate, care for friends, loyal, honest, willing to be responsible, democratic, competent and confident spirit are high on self learners.

Keywords: Social Values, Cultural Values, Kakawihan Kaulinan Barudak Lembur, Value Internalization, Thematic Integrative Learning.


(7)

Yusida Gloriani, 2015

hlm.

HALAMAN PENGESAHAN ... i

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi masalah ... 10

C. Rumusan Masalah Penelitian ... 10

D. Tujuan Penelitian ... 11

E. Manfaat Penelitian ... 11

F. Asumsi Penelitian ... 12

G. Sistematika Penyusunan Disertasi ... 13

BAB II KAJIAN TEORETIS A. Nilai Sosial dan Nilai Budaya 1. Pengertian Nilai ... 15

2. Nilai Sosial ... 19

3. Nilai Budaya ... 25

4. Nilai Sosial dan Nilai Budaya pada Masyarakat Sunda ... 33

B. Folklor 1. Pengertian Folklor ... 37

2. Ciri-ciri Folklor ... 39

3. Bentuk-bentuk Folklor ... 40

4. Folklor pada masyarakat Sunda... 41

C. Sastra Lisan 1. Sastra dan Budaya Lisan ... 46

2. Studi Sastra Lisan di Indonesia ... 48


(8)

2. KKBL dalam Persfektif Sosial dan Budaya ... 57

3. Lalaguan dan Rumpaka pada KKBL ... 60

4. Gerakan dalam Permainan KKBL ... 65

E. Kearifan Lokal ... 67

F. Etopedagogik ... 70

G. Semantik dan Semiotik ... 73

H. Internalisasi Nilai ... 83

I. Pengembangan Nilai-nilai Dasar dalam Pendidikan ... 88

J. Kurikulum 2013 untuk SD/MI 1. Struktur Kurikulum ... 91

2. Beban Belajar ... 93

3. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Kelas IV SD ... 93

4. Pendekatan Pembelajaran Tematik Integratif ... 94

K. Tinjauan Kepustakaan Tentang KKBL ... 98

L. Kerangka Pemikiran ... 102

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Desain Penelitian ... 105

B. Metode Penelitian ... 112

C. Teknik Pengumpulan Data Penelitian ... 115

D. Teknik Analisis Data Penelitian ... 116

E. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 118

F. Definisi Operasional ... 119

G. Instrumen Penelitian ... 120

H. Pengujian Keabsahan Data ... 125

BAB IV JENIS, MAKNA, NILAI SOSIAL DAN NILAI BUDAYA PADA KKBL A. Jenis-jenis KKBL di Kabupaten Kuningan ... 130

1. Analisis Jenis-jenis KKBL ... 143

2. Temuan ... 174

3. Pembahasan ... 178

B. Makna pada Rumpaka dan Permainan dalam KKBL ... 182

1. Analisis Semiotik Model Roland Barthes pada KKBL ... 183

2. Temuan ... 238

3. Pembahasan ... 249

C. Nilai-nilai Sosial dan Nilai-nilai Budaya pada KKBL ... 252

1. Analisis Nilai-nilai Sosial dan Nilai-nilai Budaya pada KKBL 253


(9)

Yusida Gloriani, 2015

BAB V INTERNALISASI NILAI-NILAI KKBL PADA PEMBELAJARAN TEMATIK INTEGRATIF DI SD

A. Rancangan Model Internalisasi Nilai KKBL ... 291

B. Perangkat pembelajaran ... 306

C. Internalisasi Nilai-nilai KKBL melalui PTI di SD ... 311

D. Dampak Langsung Internalisasi Nilai pada Pengetahuan, Sikap, dan Keterampilan ... 320

E. Dampak Pengiring (Nurturant Effect) ... 322

BAB VI SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI 1. Simpulan ... 325

2. Implikasi ... 329

3. Rekomendasi ... 330

DAFTAR PUSTAKA ... 331

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 337


(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Indonesia adalah negara yang memiliki kekayaan dan keanekaragaman budaya. Setiap suku bangsa di Indonesia memiliki ciri khas budayanya masing-masing. Kekhasan budaya itu tampak dari perbedaan bentuk rumah, keanekaragaman jenis pakaian, makanan, jenis tarian daerah, adat-istiadat, dan tradisi-tradisi lokalnya.

Salah satu jenis tradisi lokal yang berkembang pada masyarakat Indonesia adalah folklor. Folklor merupakan salah satu bentuk kekayaan kebudayaan Indonesia yang berkembang sejak zaman dahulu. Menurut Danandjaja (1997, hlm.2) “folklor adalah sebagian kebudayaan tradisional yang tersebar dan diwariskan secara turun-temurun, baik dalam bentuk lisan, maupun contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat pembantu pengingat (mnemonic device).

Jan Harold Brunvand (dalam Danandjaja, 1997, hlm.21) menggolongkan folklor dalam tiga kelompok besar berdasarkan tipenya yaitu (1) folklor lisan, (2) folklor sebagian lisan, dan (3) folklor bukan lisan. Salah satu bentuk folklor lisan hasil kebudayaan lama masyarakat Sunda adalah kakawihan kaulinan barudak. Menurut Soepandi (1985, hlm.15), kawih barudak artinya nyanyian anak-anak. Contohnya adalah oray-orayan, trang trang kolentrang, eundeuk-eundeukan.

Kawih barudak atau nyanyian anak-anak ini dibawakan anak-anak ketika

bermain, oleh karena itu disebut kawih kaulinan barudak.

Pengertian kakawihan pada KBBI berasal dari kata kawih yang berarti “lagu tradisional dalam bahasa Sunda, yang iramanya tidak teratur, dinyanyikan sambil bersajak” (2001, hlm.518). Pengertian kawih ini dituliskan juga oleh Sadkar (dalam Soepandi, 1985, hlm.15). “Kawih nyaeta rakitan basa nu jadi kedalna rasa gelarna mibutuh lagu” (Kawih adalah rangkaian bahasa yang merupakan hasil curahan perasaan, yang ketika disajikan memerlukan lagu).

Selanjutnya menurut Soepandi (1985, hlm. 65) bahwa kakawihan kaulinan

barudak Sunda atau nyanyian permainan anak-anak Sunda termasuk ke dalam


(11)

Yusida Gloriani, 2015

seperti yang dikemukakan oleh Rusyana (2000): “Dalam sastra rakyat dikenal berbagai bentuk karangan seperti hanya dengan sastra tulisan yaitu bentuk cerita, drama, puisi dan bahasan. Dalam sastra Sunda dikenal cerita rakyat seperti dongeng dan cerita pantun, teater rakyat seperti banjet, topeng, longser, ubrug, dan tarling, puisi rakyat seperti mantra, sawer, pupujian, kakawihan, dan

paparikan serta bahasan seperti uraian tentang pandangan hidup”.

Untuk memahami makna pada kakawihan kaulinan barudak sebagai salah satu bentuk folklor lisan yaitu puisi rakyat dan sebagai hasil budaya masyarakat Sunda, maka dibutuhkan pengetahuan yang mendalam tentang semantik dan semiotik. Semantik adalah sebagai ilmu tentang makna atau tentang arti, yaitu salah satu dari tiga tataran analisis bahasa: fonologi, gramatika, dan semantik (Chaer, 1994, hlm.2). Sementara itu, Saeed (2003) secara ringkas memaknai semantik sebagai berikut: “Semantics is the study of meaning communicated

through language.” (semantik mempelajari tentang makna yang dikomunikasikan melalui bahasa). Kemudian dipertegas oleh Hipkiss (1995, ix) bahwa: “The word

semantics is derived from the Greek semaino, meaning, to signify or mean. Semantics is part of the larger study of signs, semiotics. It is the part that deals with words as signs (symbols) and language as a system of signs (words as symbols)." (Kata semantik berasal dari Yunani yaitu semaino, makna, untuk

memberi tanda atau memaknai. Semantik adalah bagian dari ilmu yang lebih luas tentang tanda, yaitu semiotik. Semantik juga bagian yang membahas tentang simbol, tanda dan bahasa sebagai satu kesatuan sistem simbol).

Menurut Benny Hoed (2011, hlm.3), semiotik adalah ilmu yang mengkaji tanda dalam kehidupan manusia. Artinya, semua yang hadir dalam kehidupan kita dilihat sebagai tanda, yakni sesuatu yang harus kita beri makna. Selanjutnya Benny Hoed (2011, hlm.6) menjelaskan secara garis besar, semiotik dapat dibedakan menjadi semiotik strukturalis yang dikotomis dan semiotik pragmatis yang trikotomis. Semiotik strukturalis melihat tanda sebagai hubungan antara dua komponen secara terstruktur, sedangkan semiotik pragmatis melihat tanda sebagai suatu proses semiosis tiga tahap yang bertolak dari sesuatu yang ditangkap oleh pancaindra.


(12)

Namun dalam perkembangannya, ilmu semiotik ini mengarahkan perhatiannya pada kajian tentang kebudayaan. Untuk dapat memahami makna

kakawihan kaulinan barudak sebagai salah satu jenis puisi lama dan sebagai hasil

budaya masyarakat Sunda, ilmu semiotik ini menjadi sangat penting untuk diperhatikan dan dijadikan sebagai metode penelitian.

Seperti yang sudah disampaikan di atas, bahwa kakawihan ini selalu dikaitkan dengan “kaulinan barudak urang Sunda, artinya bahwa kakawihan ini tidak terlepas dari permainan anak-anak masyarakat Sunda pada zaman dahulu. Pada penelitian ini, digunakan istilah kakawihan kaulinan barudak lembur

(KKBL) karena kakawihan ini dibawakan oleh anak-anak Sunda yang berada di lembur atau masyarakat pedesaan, bukan anak-anak yang tinggal di kota. KKBL

biasa dinyanyikan anak-anak masyarakat Sunda zaman dahulu pada saat mereka bermain, misalnya oray-orayan, cingciripit, jaleuleuja, ayang-ayanggung,

ucang-ucang angge, eundeuk-eundeukan, punten mangga, dan lain-lain.

Kakawihan kaulinan barudak lembur (KKBL) ini sudah pernah diteliti

oleh beberapa orang. Mereka sependapat bahwa KKBL ini adalah sebuah warisan budaya yang penting, tidak boleh dilupakan apalagi sampai menghilang. Beberapa peneliti memiliki tujuan yang hampir sama, yaitu mengangkat kembali warisan budaya ini agar dilestarikan, tidak dilupakan masyarakat terutama oleh masyarakat Sunda sebagai pemiliknya. Agar KKBL ini tidak dilupakan, maka pada umumnya para peneliti mengkaji struktur dan fungsi beberapa KKBL yang masih dikenal masyarakat Sunda.

Hasil penelitian kakawihan kaulinan barudak lembur yang paling terkenal dilakukan oleh Soepandi, A. dan Umsari, O.S. pada tahun 1985 yang dituangkan menjadi sebuah buku yaitu Kakawihan Barudak Nyanyian Anak-anak Sunda. Para peneliti lain yaitu: Afiati, L.N. (2011) dengan judul: “Kajian Struktur, Konteks Pertunjukan, dan Fungsi dalam Kakawihan Kaulinan Barudak Lembur pada Masyarakat Sunda serta Model Pelestariannya”; Heryana, A. (2000), dengan judul: “Nyanyian Anak-anak Sunda Masa Kini: Analisis Bentuk dan Isi

Kakawihan Barudak Kiwari”; dan Lukmana, I. (2011) dengan judul: “Mengangkat Nilai-Nilai Kearifan Lokal dari Kakawihan Barudak Sunda dalam Perspektif Etnopedagogi”.


(13)

Yusida Gloriani, 2015

Subjek penelitian yang diteliti Afiati, L.N. (2011) adalah kakawihan

barudak yang ada di Kabupaten Tasikmalaya dengan hasil penelitiannya

menunjukkan bahwa kakawihan barudak merupakan bagian dari nyanyian rakyat yang memiliki ciri khas tersendiri, serta sarat dengan nilai budaya yang relevan dengan pembelajaran menganalisis makna di sekolah, sehingga kakawihan ini perlu dikembangkan.

Heryana, A. (2000) hasil penelitiannya mengungkapkan tentang bentuk dan isi kakawihan barudak di perkotaan zaman sekarang. Sedangkan isi penelitian Lukmana, I. (2011) yaitu menganalisis pengenalan dan penggunaan kakawihan

barudak dalam masyarakat Sunda, realisasi kebahasaan yang terdapat dalam kakawihan, nilai-nilai yang terkandung dalam kakawihan, dan persepsi orang

Sunda terhadap kakawihan barudak.

Berdasarkan kenyataan zaman sekarang, KKBL ini sudah mulai dilupakan, bahkan tidak pernah lagi terdengar didendangkan oleh anak-anak pada masyarakat Sunda, khususnya di Kabupaten Kuningan. Seperti halnya dengan nasib permainan tradisional lainnya yang mulai terlupakan dan terkubur seiring perjalanan waktu. Alasan yang membuat hal itu terjadi, menurut Dharmamulya (2008, hlm.10) karena beragam faktor yang melatarbelakanginya, apakah itu faktor lahan tempat bermain yang sudah tidak memungkinkan lagi; semakin sempitnya waktu untuk bermain bagi anak-anak; jenis-jenis permainan yang sudah tidak populer lagi untuk dimainkan; atau semakin beragam permainan anak untuk dijadikan pilihan bermain.

KKBL ini dinyanyikan anak-anak sambil bermain. Dalam KKBL dan

permainannya ini banyak sekali nilai sosial dan nilai budaya yang dapat dimaknai, dan dari padanya tergambar pula nilai-nilai karakter. KKBL tidak hanya sekedar nyanyian anak-anak masyarakat Sunda, tetapi mengandung amanat yang ingin disampaikan orang tua pada anak-anaknya atau kepada orang lain yang sama-sama memahami simbol-simbol dan nilai-nilai yang terdapat di dalamnya. Hal ini diperkuat oleh pendapat Dharmamulya (2008, hlm.6) bahwa dalam sebuah permainan tradisional terdapat “muatan yang tersembunyi” yang mengandung nilai-nilai positif bagi anak-anak yang memainkannya.


(14)

Melalui pengkajian nilai-nilai sosial dan nilai-nilai budaya pada KKBL, akan ditemukan nilai-nilai karakter yang dimiliki masyarakat Sunda, baik pengkajian pada teksnya (rumpaka), maupun pada permainannya. Misalnya, ketika anak-anak Sunda mengawihkan oray-orayan dalam permainan, maka tampak kegembiraan, kebersamaan, saling menghargai, menjaga sikap atau toleransi, ekspresif, dan jujur dalam melakukan permainan.

KKBL ini bersifat menghibur, karena cara membawakan KKBL ini tidak

sekedar diucapkan tetapi dikawihkan dengan diikuti gerakan-gerakan dalam permainan. KKBL ini terbentuk dan berkembang dari sebuah proses yang cukup panjang. Sebagai wujud dari sebuah kebudayaan lokal, nenek moyang masyarakat Sunda menjaga dan mengembangkan kebudayaan mereka. Namun seiring perkembangan kebudayaan dunia, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta bersamaan dengan masuknya kebudayaan-kebudayaan dari luar, maka terjadi tarik-menarik antara kebudayaan lama dan kebudayaan baru atau kebudayaan modern.

Kakawihan kaulinan barudak lembur sebagai sebuah kebudayaan lokal

yang harus dijaga kelestariannya, memunculkan sebuah kearifan lokal yang harus menjadi sebuah kekayaan dan khazanah kebudayaan Indonesia. Kebudayaan lokal merupakan pondasi dari kebudayaan nasional. Oleh sebab itu, upaya membangun Indonesia di masa depan tidak mungkin berhasil tanpa keseriusan untuk menjaga, memelihara, membina dan menumbuhkembangkan kebudayaan lokal yang ada, diantaranya KKBL ini.

KKBL merupakan sebuah hasil kebudayaan masyarakat Sunda masa lalu. KKBL adalah kakawihan yang sering dibawakan anak-anak saat anak-anak

bermain bersama-sama baik di dalam rumah maupun di luar rumah, misalnya di halaman atau pekarangan, di sungai, di kebun, di sawah atau di lapangan. Nilai-nilai sosial dan Nilai-nilai-Nilai-nilai budaya tampak saat mereka bermain bersama untuk mengekspresikan dirinya, menjalin kebersamaan, dan yang terpenting, mereka akan menemukan dan merasakan perasaan senang dan bahagia.

Nilai-nilai sosial dan nilai-nilai budaya Sunda merupakan bagian dari kebudayaan Indonesia, dan sudah terbukti bahwa kebudayaan Indonesia mengandung nilai-nilai etik, estetik dan artistik yang sungguh agung. Namun


(15)

Yusida Gloriani, 2015

keagungan nilai-nilai budaya bangsa itu mulai terdesak dan terlupakan, sementara nilai-nilai yang baru belum terbentuk dengan kokoh dan mantap. Oleh karena itu, masyarakat seakan-akan kehilangan pegangan dalam menentukan sikap dan tingkah laku. Hal ini tentunya dapat menimbulkan kebingungan dan pertentangan dan merupakan hambatan dalam pembangunan kebudayaan nasional Indonesia.

Nilai sosial dan nilai budaya bangsa Indonesia seharusnya tetap dipertahankan dan diperlihatkan dalam sikap dan peri laku kehidupan sehari-hari meskipun nilai sosial dan nilai budaya dari luar tak dapat dihindari turut mengkontaminasi nilai sosial dan nilai budaya asli bangsa Indonesia. Strategi menanamkan dan mempertahankan nilai-nilai asli budaya bangsa Indonesia dapat disampaikan atau ditanamkan dengan internalisasi nilai-nilai pada pembelajaran di sekolah.

Salah satu strategi yang baik untuk menanamkan dan mempertahankan nilai sosial dan nilai budaya asli bangsa Indonesia adalah melalui pendidikan, baik pendidikan formal maupun nonformal. Kegiatan menanamkan dan mempertahankan nilai-nilai ini disebut internalisasi nilai.

Internalisasi nilai-nilai pada kakawihan kaulinan barudak lembur dapat disampaikan melalui pembelajaran di Sekolah Dasar (SD). Internalisasi nilai adalah proses menjadikan nilai sebagai bagian dari diri seseorang. Tujuan internalisasi nilai-nilai yaitu berupa pemilikan nilai-nilai yang menyatu dalam kepribadian peserta didik. Tujuan internalisasi nilai-nilai dalam pendidikan adalah supaya tingkah laku siswa yang baik terpancar dalam pemilikan nilai-nilai yang menyatu dalam kepribadian peserta didik.

Berkaitan dengan internalisasi nilai, kita lihat kembali fungsi dan tujuan pendidikan nasional dalam UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem pendidikan Nasional pasal 3, yaitu : ”Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Pada fungsi dan tujuan pendidikan nasional tersebut tergambar nilai-nilai yang harus


(16)

dimiliki peserta didik yaitu: beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Pada fungsi dan tujuan pendidikan nasional tersebut tergambar nilai-nilai karakter yang harus dimiliki peserta didik yaitu: beriman dan bertakwa, berakhlak mulia, berilmu, kreatif, mandiri, dan bertanggung jawab.

Internalisasi nilai sosial dan nilai budaya melalui pembelajaran di Sekolah Dasar, dapat disampaikan melalui berbagai mata pelajaran. Internalisasi nilai-nilai sosial dan nilai-nilai budaya pada KKBL di Sekolah Dasar dapat disampaikan melalui pembelajaran tematik integratif. Sesuai Kurikulum 2013 bahwa pendekatan pembelajaran yang digunakan di SD/MI adalah pendekatan tematik integratif, yaitu sebuah pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai tema. Pengintegrasian tersebut dilakukan dalam dua hal, yaitu integrasi sikap, keterampilan dan pengetahuan dalam proses pembelajaran, dan integrasi berbagai konsep dasar yang berkaitan.

Pembelajaran tematik integratif diyakini para ahli pendidikan sebagai salah satu model pembelajaran yang efektif (highly effective learning model). Kehandalannya didasari kenyataan bahwa pembelajaran tematik integratif mampu mewadahi dan menyentuh secara terpadu dimensi emosi, fisik, dan akademik siswa SD/MI. Selain itu, pembelajaran tematik integratif secara empirik menunjukkan keberhasilannya dalam memacu percepatan dan meningkatkan kemampuan memori peserta didik untuk waktu yang panjang.

Internalisasi nilai sosial dan nilai budaya melalui pembelajaran tematik integratif di SD/MI diintegrasikan melalui berbagai mata pelajaran, yaitu memadukan mata pelajaran Bahasa Indonesia, PPKn, Olah Raga dan Kesehatan, dan Seni Budaya dan Prakarya. Pelaksanaan internalisasi nilai sosial dan nilai budaya pada KKBL ini merupakan sebuah pembelajaran yang berbasis kearifan lokal.

Pembelajaran berbasis kearifan lokal melalui nilai sosial dan nilai budaya pada KKBL akan membentuk karakter asli masyarakat Sunda sebagai salah satu suku bangsa Indonesia. Hal ini merupakan misi yang sangat penting dalam


(17)

Yusida Gloriani, 2015

mengembangkan moral dan intelektual peserta didik. Menurut Mulyana (2011, hlm.1) “pendidikan karakter bukanlah hanya sekedar menumbuhkan seperangkat perilaku, tetapi juga mengaitkan antara mengembangkan kebiasaan berpikir, bersikap, dan bertindak” Melalui pendidikan karakter akan terpola atau terbentuk cara berpikir, cara bersikap dan cara bertindak atau berperilaku yang baik dari peserta didik.

Selanjutnya Mulyana mengatakan bahwa “tujuan mengembangkan karakter adalah menguatkan kebiasaan pikiran, hati, dan tindakan yang akan memampukan seseorang menatanya dengan baik dengan cara menggunakan waktu, kemampuan, dan tenaganya, sehingga dia akan menjadi yang terbaik dari dirinya. Kebiasaan pikiran, hati, dan tindakan ini dalam pelaksanaan pendidikan karakter akan saling terkait”.

Terdapat beberapa kata yang memiliki makna yang hampir sama dengan karakter yaitu moral, etika, akhlak, dan budi pekerti. Karakter dan moral memiliki hubungan yang sangat erat, antara keduanya tak dapat dipisahkan. Karakter merupakan sikap dan kebiasaan seseorang yang memungkinkan dan mempermudah tindakan moral. Dengan kata lain, karakter merupakan kualitas moral seseorang. Jika seseorang memiliki moral yang baik, maka akan memiliki karakter yang baik yang terwujud dalam sikap dan perilaku kehidupan sehari-hari. Bertens dalam Budimansyah (2012, hlm.5) menegaskan bahwa etika dan moral memiliki makna yang sama, namun berasal dari bahasa yang berbeda. Etika berasal dari bahasa Yunani “ethos”, yang berarti kebiasaan, adat, watak, sikap,

cara berpikir, sedangkan moral dari bahasa Latin “mores” yang berarti kebiasaan

atau adat. Akhlak berasal dari bahasa Arab “khuluk” yang berarti perangai atau

tabiat, adat.

Berbicara tentang moral, akhlak, atau karakter lebih dipertegas oleh Budimansyah yaitu:

“Karakter memancar dari hasil olah pikir, olah hati, olah rasa dan karsa, serta olah raga yang mengandung nilai, kemampuan, kapasitas moral, dan ketegaran dalam menghadapi kesulitan dan tantangan. Olah pikir berkenaan dengan proses nalar guna mencari dan menggunakan pengetahuan secara kritis, kreatif dan inovatif menghasilkan pribadi cerdas. Olah hati berkenaan dengan perasaan, sikap dan keyakinan/keimanan menghasilkan pribadi yang jujur. Olah raga berkenaan dengan proses persepsi, kesiapan, peniruan, manipulasi, dan


(18)

penciptaan aktivitas baru disertai sportivitas menghasilkan pribadi tangguh. Olah rasa dan karsa berkenaan dengan kemauan yang tercermin dalam kepedulian”(2012, hlm.5-6).

Berdasarkan pendapat Budimansyah di atas, maka dapat disimpulkan bahwa karakter seseorang dapat terbentuk melalui proses mengolah pikirannya, hatinya, rasa dan karsanya, serta mengolah raganya. Melalui proses mengolah pikirannya akan tumbuh kecerdasannya sehingga memunculkan sifat kritis, kreatif, dan inovatif. Melalui proses mengolah hatinya akan tumbuh keimanan seseorang sehingga memunculkan sifat pribadi yang jujur. Melalui proses mengolah rasa dan karsanya akan tumbuh kemauan yang keras dalam dirinya sehingga memunculkan sifat peduli atau care pada orang lain dan lingkungannya. Melalui proses mengolah raganya akan tercipta aktivitas-aktivitas yang disertai sportivitas sehingga tercermin sifat dan pribadi yang tangguh, tidak mudah goyah atau cengeng dalam menghadapi tantangan zaman.

Pelaksanaan pendidikan berbasis kearifan lokal dapat dilakukan dengan pendekatan etnopedagogis. Menurut Alwasilah (2009:, hlm.50), etnopedagogi ini adalah praktik pendidikan berbasis kearifan lokal dalam berbagai ranah seperti pengobatan, seni bela diri, lingkungan hidup, pertanian, ekonomi, pemerintahan, sistem penanggalan, dan sebagainya. Etnopedagogi memandang pengetahuan dan kearifan lokal (local knowledge, local wisdom) sebagai sumber inovasi dan keterampilan yang dapat diberdayakan demi kesejahteraan masyarakat. Selanjutnya Alwasilah (2009, hlm.51) menuliskan, “Kearifan lokal adalah koleksi fakta, konsep, kepercayaan, dan persepsi masyarakat ihwal dunia sekitar. Singkatnya kearifan lokal adalah proses bagaimana pengetahuan dihasilkan, disimpan, diterapkan, dikelola dan diwariskan”.

Dunia globalisasi menuntut supaya manusia dapat berpikir dengan cerdas agar tidak mudah terkontaminasi dengan pengaruh-pengaruh luar yang tidak sesuai dengan pribadi bangsa. Peralihan dari masyarakat tradisional menjadi masyarakat modern harus didampingi dengan pedagogy empowering. Penanaman nilai-nilai kearifan lokal seperti nilai-nilai kemanusiaan, nilai-nilai keberaturan, nilai-nilai sosial dan budaya, nilai-nilai produktivitas, dan nilai-nilai religi tetap ditanamkan dan dilaksanakan.


(19)

Yusida Gloriani, 2015

Berdasarkan beberapa fakta empiris tentang KKBL yang sudah tidak dikenali lagi bahkan tidak digunakan lagi dalam permainan anak-anak masyarakat Sunda zaman sekarang, serta dikaitkan dengan beberapa temuan hasil penelitian terdahulu dan pendapat para ahli, maka KKBL ini harus diapresiasi dengan baik, bahkan nilai-nilai luhurnya harus diwariskan kepada anak-anak sekarang. Oleh karena itu, penelitian ini mengkaji nilai-nilai sosial dan nilai-nilai budaya yang terdapat dalam KKBL. Selanjutnya nilai-nilai KKBL tersebut dijadikan materi pembelajaran pada mata pelajaran bahasa Indonesia, PPKn, Olahraga, dan Seni Budaya dan Prakarya di Sekolah Dasar sehingga tercipta sebuah model internalisasi nilai melalui pembelajaran tematik integratif berbasis kearifan lokal pada KKBL.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka banyak permasalahan yang dapat dikaji dari kakawihan kaulinan barudak lembur (KKBL) serta penanaman atau pembinaan nilai-nilainya pada peserta didik di Sekolah Dasar. Masalah-masalah tersebut yaitu:

1. Apakah KKBL masih dikenali anak-anak masyarakat Sunda sekarang? 2. Apakah KKBL masih dapat dinikmati anak-anak sekarang sesuai dengan

perkembangan teknologi informasi?

3. Berapa banyak KKBL yang masih dikenali masyarakat Sunda?

4. Jenis KKBL apa sajakah yang masih dikenali masyarakat Sunda sekarang? 5. Bagaimanakah teks atau rumpaka pada KKBL itu?

6. Bagaimanakah struktur dari sebuah KKBL? 7. Bagaimanakah cara menyanyikan KKBL?

8. Bagaimanakah cara menerapkan KKBL dalam permainan anak-anak? 9. Apakah makna dari KKBL itu?

10.Nilai-nilai apa sajakah yang terdapat dalam KKBL? 11.Bagaimanakah bentuk-bentuk nilai tersebut?

12.Apakah KKBL dapat dijadikan sebagai salah satu materi pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar?


(20)

13.Bagaimanakah cara menerapkan KKBL melalui internalisasi nilai di Sekolah Dasar?

14.Sekaitan dengan internalisasi nilai, bagaimanakah cara melakukan internalisasi nilai-nilai pada pembelajaran tematik integratif di Sekolah Dasar?

C. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah yang diuraikan di atas, maka masalah penelitian ini dibatasi sesuai dengan kebutuhan penelitian disertasi. Penelitian pada disertasi ini difokuskan pada pengkajian nilai sosial dan nilai budaya pada

kakawihan kaulinan barudak lembur. Dengan menggunakan metode semiotika,

dianalisis dan diinterpretasikan makna pada rumpaka dan permainan dalam KKBL serta nilai-nilai sosial dan nilai-nilai budayanya.

Masalah penelitian ini dikemas dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut.

1. Jenis kakawihan kaulinan barudak lembur apa sajakah yang ada di Kabupaten Kuningan?

2. Bagaimanakah makna pada rumpaka dan permainan dalam kakawihan

kaulinan barudak lembur?

3. Bagaimanakah nilai-nilai sosial dan nilai-nilai budaya yang terdapat dalam

kakawihan kaulinan barudak lembur?

4. Bagaimanakah internalisasi nilai-nilai sosial dan nilai-nilai budaya pada

kakawihan kaulinan barudak lembur di Sekolah Dasar?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian kakawihan kaulinan barudak

lembur (KKBL) yaitu: menginventaris KKBL di Kabupaten Kuningan;

mendokumentasikannya sebagai upaya pelestarian KKBL yang mulai terancam punah; dan menginternalisasikan nilai-nilai KKBL pada anak-anak di SD/MI sebagai salah satu strategi pewarisan budaya Sunda. Disamping itu, sejalan dengan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk


(21)

Yusida Gloriani, 2015

menginterpretasikan dan mendeskripsikan kakawihan kaulinan barudak lembur yang ada di Kabupaten Kuningan. Secara rinci diurutkan sebagai berikut.

(1) Mendeskripsikan jenis kakawihan kaulinan barudak lembur di Kabupaten Kuningan.

(2) Menginterpretasikan dan mendeskripsikan makna yang terkandung pada rumpaka dan permainan dalam kakawihan kaulinan barudak lembur di Kabupaten Kuningan.

(3) Menginterpretasikan dan mendeskripsikan nilai-nilai sosial dan nilai-nilai

budaya dalam kakawihan kaulinan barudak lembur.

(4) Menginternalisasikan nilai-nilai sosial dan nilai-nilai budaya pada KKBL melalui pembelajaran tematik integratif berbasis kearifan lokal di Sekolah Dasar.

E. Manfaat Penelitian

Kontribusi yang dapat diberikan dari hasil penelitian ini secara teoretis yaitu melengkapi teori-teori dan temuan-temuan terdahulu tentang folklor lisan khususnya kakawihan kaulinan barudak lembur. Beberapa referensi yang peneliti baca, yaitu: (1) Danandjaja, J. (2002) dengan bukunya .Folklor Indonesia (Ilmu

Gosip, Dongeng, dan lain-lain. Pada buku ini diantaranya dikupas tentang puisi

tradisional dan permainan tradisional sebagai salah satu bentuk folklor lisan ; (2) Soepandi, A. dan Umsari, O.S. (1985) dalam bukunya Kakawihan Barudak

Nyanyian Anak-anak Sunda dibahas tentang struktur, bentuk, dan isi pada kakawihan barudak Sunda; (3) Dharmamulya, S. (2008) dalam bukunya Permainan Tradisional Jawa mengupas tentang beberapa jenis permainan

tradisional di Yogyakarta, latar belakang sosial-budayanya dan latar belakang sejarah perkembangannya.

Hasil penelitian ini memberikan sumbangsih berupa temuan-temuan yang berkaitan dengan jenis, makna pada rumpaka dan permainan KKBL, nilai-nilai sosial dan nilai-nilai budaya yang terkandung dalam kakawihan kaulinan barudak

lembur (KKBL) yang ada di Kabupaten Kuningan.

Dalam dunia pendidikan khususnya tentang internalisasi nilai di Sekolah Dasar (SD) atau Madrasah Ibtidaiyah (MI), maka hasil penelitian ini memberikan


(22)

sumbangsih berupa model internalisasi nilai-nilai sosial dan nilai-nilai budaya pada KKBL melalui pembelajaran tematik integratif berbasis kearifan lokal di Sekolah Dasar.

Secara praktis, hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak, yang paling utama adalah: (1) bagi anak-anak di SD/MI pada masyarakat Sunda, mereka dapat mengenal dan menikmati hasil budaya daerahnya sendiri; (2) bagi para peneliti lain, khususnya para peneliti yang mengkaji masalah folklor lisan dapat memanfaatkan hasil penelitian ini sebagai salah satu referensi penelitian; dan (3) bagi guru khusunya guru-guru di SD/MI dapat memanfaatkan hasil penelitian ini sebagai salah satu rujukan dalam menyusun sebuah model internalisasi nilai melalui pembelajaran tematik integratif di Sekolah Dasar.

F. Asumsi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan beberapa asumsi penelitian, yaitu: (1) kakawihan kaulinan barudak lembur adalah sebuah warisan budaya Sunda yang sangat berharga yang mengandung pesan-pesan moral dan nilai-nilai, baik itu nilai-nilai sosial, nilai-nilai budaya, nilai-nilai pendidikan, dan nilai-nilai karakter bangsa yang harus diwariskan pada generasi penerus bangsa; (2)

kakawihan kaulinan barudak lembur harus dilestarikan, salah satunya dengan cara

dikaji strukturnya, maknanya, dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, kemudian diimplementasikan dalam pembelajaran yang berbasis kearifan lokal; dan (3) kakawihan kaulinan barudak lembur tidak boleh hilang dan dilupakan karena terimbas oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi komunikasi sehingga berdampak pula pada hilangnya budaya nasional.

G. Sistematika Penyusunan Disertasi

Sistematika penyusunan laporan penelitian disertasi ini diurutkan seperti berikut. Pada Bab I, disajikan: latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, asumsi penelitian, dan sistematika penyusunan disertasi.

Pada Bab II dituliskan konsep-konsep, teori-teori, dan hasil-hasil penelitian yang relevan yang berkaitan dengan masalah-masalah penelitian yaitu


(23)

Yusida Gloriani, 2015

yang berkaitan dengan: nilai-nilai sosial, nilai-nilai budaya, folklor, sastra lisan, permainan-permainan rakyat Jawa Barat, kakawihan kaulinan barudak lembur, kearifan lokal, semiotika, etnopedagogi, dan konsep-konsep atau teori-teori yang berkaitan dengan internalisasi nilai Sekolah Dasar/MI.

Pada Bab III disusun hal-hal yang berkaitan dengan pendekatan atau paradigma penelitian, metode dan teknik penelitian, baik teknik perolehan data, maupun teknik analisis data penelitian. Dipaparkan secara rinci langkah-langkah yang dilakukan peneliti dalam memperoleh dan menganalisis data penelitian disertai gambar alur langkah-langkah penelitiannya (desain penelitian).

Temuan-temuan penelitian berdasarkan hasil analisis dan pembahasannya dipaparkan pada Bab IV. Temuan-temuan ini merupakan jawaban atas permasalahan penelitian yang berkaitan dengan jenis-jenis KKBL, makna pada rumpaka dan permainan pada KKBL, nilai-nilai sosial dan nilai-nilai budaya pada

kakawihan kaulinan barudak lembur (KKBL). Pada Bab V peneliti

mendeskripsikan internalisasi nilai-nilai sosial dan nilai-nilai budaya pada

kakawihan kaulinan barudak lembur melalui pendekatan pembelajaran tematik

integratif di SDN 17 Kabupaten Kuningan.

Bab VI berisi simpulan, implikasi, dan rekomendasi. Simpulan merupakan uraian singkat atas semua pertanyaan penelitian yang disampaikan butir demi butir. Implikasi dan rekomendasi hasil penelitian ditujukan kepada para pengguna hasil penelitian, dan para peneliti yang berminat melakukan penelitian sejenis.


(24)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Desain Penelitian

Pendekatan atau paradigma penelitian yang digunakan dalam penelitian disertasi ini adalah pendekatan kualitatif (qualitative research). Penelitian kualitatif ini bersifat natural atau penelitian yang dilakukan secara alamiah. Pendekatan kualitatif adalah sebuah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati” (Moleong, 2002, hlm.3). Data-data yang dihasilkan dalam penelitian ini berupa jenis-jenis KKBL, makna pada rumpaka dan permainan dalam KKBL, nilai-nilai sosial dan nilai-nilai budaya yang terdapat dalam

kakawihan kaulinan barudak lembur (KKBL) di Kabupaten Kuningan.

Menurut Bogdan dan Biklen (dalam Fraenkel and Wallen, 2001, hlm.422-423) terdapat lima ciri penelitian kualitatif yaitu sebagai berikut.

1) The natural setting is the direct source of data, and the researcher is the key instrument in qualitative research.

2) Qualitative data are collected in the form of words or pictures rather than numbers.

3) Qulitative researchers are concerned with process as well as product. 4) Qulitative researchers tend to analyze their data inductively. Qualitative

researchers do not, usually, formulate a hypothesis beforehand and then seek to test it out.

5) How people make sense out of their lives is a major concern to qualitative researchers.

Ciri-ciri penelitian kualitatif di atas dapat dideskripsikan sebagai berikut. 1) Penelitian kualitatif mempunyai setting yang alami sebagai sumber data

langsung, dan peneliti sebagai instrumen kunci.

2) Data penelitian kualitatif yang dikumpulkan lebih banyak berupa kata-kata atau gambar-gambar daripada angka.

3) Penelitian kualitatif lebih memperhatikan proses daripada produk. Hal ini disebabkan oleh cara peneliti mengumpulkan dan memaknai data, setting atau hubungan antar bagian yang sedang diteliti akan jauh lebih jelas apabila diamati secara langsung dalam proses.


(25)

Yusida Gloriani, 2015

4) Peneliti kualitatif mencoba menganalisis data secara induktif: Peneliti tidak mencari data untuk membuktikan hipotesis yang mereka susun sebelum mulai penelitian, namun untuk menyusun abstraksi.

5) Penelitian kualitatif menitikberatkan perhatiannya pada bagaimana manusia memaknai kehidupannya.

Dalam penelitian ini dilakukan observasi partisipatif atau observasi langsung, wawancara, pendokumentasian, analisis dan interpretasi data penelitian yaitu kakawihan kaulinan barudak lembur yang ada di Kabupaten Kuningan. Langkah-langkah yang dilakukan yaitu: pada tahap awal, peneliti melakukan studi literatur mengenai hal-hal yang berkaitan dengan KKBL sebagai salah satu bentuk folklor lisan. Kemudian melakukan observasi awal untuk pencarian data KKBL yang ada di Kabupaten Kuningan. Selanjutnya data-data tersebut didokumentasikan. Untuk melengkapi data-data KKBL, peneliti melakukan wawancara dengan beberapa orang nara sumber atau informan dari Kabupaten Kuningan. Data yang sudah terdokumentasikan, kemudian peneliti analisis dan interpretasikan berdasarkan masalah penelitian, yaitu menganalisis dan menginterpretasikan jenis KKBL, makna pada KKBL berdasarkan rumpaka dan cara permainannya, serta menganalisis dan menginterpretasikan nilai-nilai sosial dan nilai-nilai budaya yang terdapat dalam KKBL tersebut.

Selain nilai-nilai sosial dan nilai-nilai budaya pada KKBL sebagai hasil analisis dan interpretasi data penelitian, maka penelitian disertasi ini pun berupaya menghasilkan suatu luaran yang bermanfaat bagi dunia pendidikan. Luaran itu adalah sebuah rancangan dan penerapan model internalisasi nilai melalui pembelajaran tematik integratif di Sekolah Dasar. Internalisasi nilai yang dilakukan dalam pembelajaran tematik integratif ini berdasarkan hasil kajian dan interpretasi nilai-nilai sosial dan nilai-nilai budaya dalam KKBL.

Berdasarkan pendekatan yang digunakan, maka langkah-langkah penelitian dalam penelitian ini digambarkan pada desain penelitian sebagai berikut.


(26)

Gambar 3.1 Desain Penelitian

Prosedur yang digunakan dalam penelitian ini mengikuti alur sebagaimana gambar 3.1 di atas. Secara rinci pelaksanaan langkah-langkah tahapan penelitian sesuai desain penelitian adalah sebagai berikut.

1) Tahap Studi Pendahuluan

Studi pendahuluan ini dilakukan melalui teknik studi literatur, observasi, wawancara, dan pendokumentasian. Semuanya dilakukan dengan tujuan untuk mencari dan memperoleh data penelitian yang berupa kakawihan kaulinan

barudak lembur di Kabupaten Kuningan.

Studi literatur peneliti lakukan untuk mengkaji kepustakaan yang berkenaan dengan teori-teori, konsep-konsep, dan hasil-hasil penelitian yang relevan untuk mendukung studi pendahuluan di lapangan. Literatur yang dikaji adalah teori-teori yang berhubungan dengan nilai-nilai sosial, nilai-nilai budaya, folklor, sastra lisan, kakawihan kaulinan barudak lembur, semiotika, etnopedagogi, dan paradigma penelitian kualitatif.

Teknik observasi dilakukan dengan melakukan studi lapangan, yaitu mencari dan mengamati sumber-sumber penting data penelitian yaitu KKBL di Kabupaten Kuningan. Untuk melengkapi data-data penelitian, dilakukan

STUDI PENDAHULUAN

ANALISIS DATA (TEMUAN-TEMUAN DAN PEMBAHASAN

1. Studi Literatur 2. Observasi

Partisipan 3. Wawancara 4. Dokumentasi

Metode Semiotika Model Roland Barthes digunakan untuk menganalisis dan

menginterpretasikan makna pada rumpaka dan permainan. Metode

etnopedagogik untuk menganalisis nilai sosial dan nilai budaya pada KKBL

Internalisasi nilai sosial dan nilai budaya pada KKBL melalui Pembelajaran Tematik Integratif Berbasis Kearifan Lokal di Sekolah Dasar

LUARAN PENELITIAN (INTERNALISASI


(27)

Yusida Gloriani, 2015

wawancara dengan beberapa nara sumber/informan penting yang mengetahui tentang KKBL di Kabupaten Kuningan, yaitu: Bapak 1) Bapak Pangeran Djatikusumah; 2) Bapak Djodjo Hamzah; 3) Bapak Nana Mulyana; 4) Bapak Aan Sugiantomas); 5) Bapak Enday Sadari; 6) Bapak Jatnika; 7) Bapak Maksum; 8) Ibu Nok Yati Supriati; 9) Bapak Dodon Sugiharto; dan 10) Bapak Rukadi.

Wawancara dilakukan tidak sekaligus, tetapi secara bertahap dan beberapa kali sesuai dengan kebutuhan data penelitian. Wawancara dengan Bapak Pangeran Djatikusumah dilakukan dua kali di kediamannya di gedung Paseban

Tri Panca Tunggal Cigugur pada tanggal 18 Mei 2014 dan tanggal 24 Mei 2014.

Wawancara dengan Bapak Djodjo Hamzah dilakukan dua kali di rumahnya di Desa Kadugede Kuningan pada tanggal 19 Mei 2014 dan 26 Mei 2014. Wawancara dengan Bapak Maksum dan Ibu Nok Yati dilakukan dua kali di kediaman mereka di Desa Cilimus Kuningan pada tanggal 17 Mei 2014 dan tanggal 26 Mei 2014. Wawancara dengan Bapak Nana Mulyana dan Bapak Rukadi di SMA Negeri 3 Kuningan pada tanggal 2 Juni 2014. Wawancara dengan Bapak Jatnika dilakukan dua kali di desa Cilimus Kuningan tanggal 31 Mei 2014 dan 2 Juni 2014. Wawancara dengan Bapak Enday Sadari dan Bapak Dodon Sugiharto dilakukan dua kali di kantornya Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kuningan tanggal 12 Mei 2014 dan 19 Mei 2014. Wawancara dengan Bapak Aan Sugiantomas dilakukan dua kali di kampus Universitas Kuningan tanggal 10 Juni 2014 dan 14 Juni 2014. Seluruh data yang sudah diperoleh, baik melalui observasi langsung maupun wawancara, didokumentasikan untuk kepentingan analisis penelitian.

2) Tahapan Analisis Data

Tahapan ini merupakan kegiatan yang paling utama dalam penelitian disertasi, karena pada tahapan ini harus ditemukan jawaban-jawaban sebagai temuan-temuan atas semua masalah penelitian, yaitu: (1) menganalisis dan menginterpretasikan jenis-jenis kakawihan kaulinan barudak lembur; (2) menganalisis dan menginterpretasikan makna KKBL berdasarkan rumpaka dan permainannya; (3) menganalisis dan menginterpretasikan nilai-nilai sosial dan budaya pada kakawihan kaulinan barudak lembur.


(28)

Analisis jenis-jenis KKBL merujuk pada teori Danandjaya yang membagi KKBL berdasarkan jenis sajaknya yaitu: (1) jenis sajak yang hanya dinyanyikan (nursery rhyme),(2) jenis sajak yang dibawakan dalam sebuah permainan anak (play rhyme), (3) jenis sajak untuk menentukan siapa yang menjadi “kucing”

(counting out rhyme). Analisis makna pada rumpaka dan permainan dalam KKBL

dilakukan dengan menggunakan metode semiotik Model Roland Barthes. Teori Roland Barthes tentang model dikotomis penanda-petanda dalam mengungkapkan kehidupan sosial-budaya suatu masyarakat dengan konsep E (ekspresi) – R (Relasi) – C (Contenu/Isi). Bagi Barthes, hubungan (relasi atau R) antara E dan C terjadi pada kognisi manusia dalam lebih dari satu tahap. Tahap pertama adalah dasar (sistem primer) yang terjadi pada saat tanda dicerap untuk pertama kalinya, yakni adanya R1 antara E1 dan C1, inilah yang disebut denotasi. Tahap kedua (sistem sekunder) yakni adanya R2 antara E2 dan C2, atau yang disebut konotasi.

Untuk menganalisis nilai-nilai sosial pada KKBL mengacu pada pendapat Notonegoro tentang nilai, bahwa nilai sosial dibagi menjadi tiga macam yaitu: (1) nilai material, (2) nilai vital, dan (3) nilai kerohanian. Nilai kerohanian meliputi: (a) nilai kebenaran yang bersumber pada akal (rasio, budi, cipta) manusia; (b) nilai keindahan atau nilai estetis yang bersumber pada unsur perasaan manusia; (c) nilai kebaikan atau nilai moral yang bersumber pada unsur kehendak (karsa) manusia; (d) nilai religius (agama) yang merupakan nilai kerohanian tertinggi dan mutlak yang bersumber pada kepercayaan atau keyakinan manusia.

Analisis nilai-nilai budaya pada KKBL mengacu pada teori Kluckhohn tentang lima masalah orientasi budaya manusia yang disebut dengan istilah: (1)

human-nature (makna atau hakikat hidup manusia); (2) man-nature (makna

hubungan manusia dengan alam sekitar); (3) time (persepsi manusia mengenai waktu); (4) activity (makna dari pekerjaan, karya dan amal perbuatan manusia); dan (5) relational (hubungan manusia dengan sesama manusia). Secara teknik, kelima masalah tersebut sering disebut culture value orientations atau “orientasi

nilai budaya”.

Metode etnopedagogi digunakan untuk mengkaji nilai-nilai sosial dan nilai-nilai budaya dikaitkan dengan pelaksanaan internalisasi nilai sosial dan nilai budaya sebagai sebuah kearifan lokal di Sekolah Dasar. Seperti yang disampaikan


(29)

Yusida Gloriani, 2015

Alwasilah (2009, hlm.50) bahwa etnopedagogik adalah praktik pendidikan berbasis kearifan lokal dalam berbagai ranah seperti pengobatan, seni bela diri, lingkungan hidup, pertanian, ekonomi, pemerintahan, sistem penanggalan, dan lain-lain. Etnopedagodik memandang pengetahuan atau kearifan lokal sebagai sumber inovasi dan keterampilan yang dapat diberdayakan demi kesejahteraan masyarakat. Kearifan lokal adalah koleksi fakta, konsep kepercayaan, dan persepsi masyarakat ihwal dunia sekitar, menyelesaikan masalah, dan memvalidasi informasi. singkatnya, kearifan lokal adalah bagaimana pengetahuan dihasilkan, disimpan, diterapkan, dikelola, dan diwariskan.

Setelah diperoleh temuan-temuan tentang jenis-jenis, makna pada rumpaka dan permainan, nilai-nilai sosial dan nilai-nilai budaya pada KKBL maka hasilnya diterapkan melalui internalisasi nilai KKBL melalui pembelajaran tematik integratif di kelas IV SDN 17 Kabupaten Kuningan. Internalisasi nilai melalui pembelajaran tematik integratif di kelas IV SDN 17 Kuningan dilaksanakan selama tiga kali pertemuan, yaitu hari senin, selasa, rabu, tanggal 1,2, 3 Sepetember 2014.

3) Tahap Pembahasan

Tahap pembahasan pada penelitian ini merupakan langkah dalam mendeskripsikan hasil analisis dan temuan pada kakawihan kaulinan barudak

lembur sesuai masalah penelitian. Hasil analisis yang berupa jenis-jenis, makna

pada rumpaka dan permainan dalam KKBL, nilai-nilai sosial dan nilai-nilai budaya pada KKBL dibahas secara rinci dan dikaitkan dengan teori-teori atau konsep-konsep yang dijadikan dasar dalam penelitian.

Hasil analisis yang berupa nilai sosial dan nilai budaya yang terdapat dalam KKBL diinternalisasikan dalam pembelajaran tematik integratif berbasis kearifan lokal di Kelas IV SDN 17 Kabupaten Kuningan.

Berdasarkan hal tersebut, maka disusunlah rancangan model internalisasi nilai KKBL melalui pembelajaran tematik integratif (PTI) berbasis kearifan lokal di Sekolah Dasar. Penyusunan rancangan internalisasi nilai KKBL dalam PTI ini

didasarkan pada tema yang dipilih yaitu “Indahnya Kebersamaan” di Kelas IV


(30)

Pembelajaran tematik integratif merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai tema. Pengintegrasian tersebut dilakukan dalam dua hal, yaitu integrasi sikap, keterampilan dan pengetahuan dalam proses pembelajaran dan integrasi berbagai konsep dasar yang berkaitan. Dalam pembelajaran tematik integratif, tema yang dipilih berkenaan dengan alam dan kehidupan manusia.

Tema “Indahnya Kebersamaan” di Kelas IV SD dengan materi kakawihan kaulinan barudak lembur sangat berkaitan dengan alam dan kehidupan manusia.

Pengintegrasian beberapa mata pelajaran dengan tema yang sama adalah bentuk dari pembelajaran tematik integratif di SD/MI. Meskipun pelaksanaan pembelajaran tematik integratif ini memadukan beberapa mata pelajaran, tetapi yang lebih ditekankan dalam pembelajaran ini adalah internalisasi nilai-nilai sosial dan budaya pada KKBL melalui empat mata pelajaran secara terpadu.

Pelaksanaan internalisasi nilai melalui pembelajaran tematik integratif berbasis kearifan lokal ini dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan. Pelaksanaan pembelajaran ini melibatkan tiga orang guru, yaitu guru kelas yang memegang mata pelajaran Bahasa Indonesia dan PPKn, guru Olah Raga dan Kesehatan, dan guru Seni Budaya dan Prakarya.

Pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, Kompetensi Dasar yang harus dikuasai siswa adalah memahami makna pada kakawihan kaulinan barudak

lembur sebagai salah satu contoh karya seni dan budaya daerah. Pada mata

pelajaran PPKn, kompetensi yang harus dikuasai siswa adalah pemahaman nilai-nilai sosial dan nilai-nilai-nilai-nilai budaya pada KKBL dan terbentuknya sikap-sikap positif seperti yang terdapat dalam kakawihan kaulinan barudak lembur, misalnya sikap berani, bertanggung jawab, peduli, menghargai teman, jujur, dan lain-lain. Pada mata pelajaran Olah Raga dan Kesehatan, kompetensi yang harus dikuasai siswa adalah kemampuan menguasai berbagai gerakan dalam permainan yang sesuai dengan kakawihan kaulinan barudak lembur yang dibawakan. Pada mata pelajaran Seni Budaya dan Prakarya, kompetensi yang harus dikuasai siswa adalah kemampuan membawakan beberapa KKBL dalam permainan sesuai yang dicontohkan guru.


(31)

Yusida Gloriani, 2015

Evaluasi atau penilaian dilakukan oleh semua guru sesuai dengan kompetensi yang harus dikuasai siswa. Penilaian dilakukan adalah penilaian autentik (authentic assesment) yaitu penilai yang dilakukan secara menyeluruh dari mulai proses sampai pembelajaran selesai dilaksanakan. Penilaian meliputi penilai pengetahuan, penilaian sikap, dan penilaian keterampilan, semuanya berkaitan dengan KKBL pada tema “Indahnya Kebersamaan”.

B. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif, yaitu menggambarkan hasil analisis data. Penganalisisan data

kakawihan kaulinan barudak lembur dengan metode semiotika dan metode etnopedagogi. Sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian, bahwa

penelitian ini menganalisis dan menginterpretasikan jenis, makna KKBL berdasarkan rumpaka dan permainannya, nilai-nilai sosial dan nilai-nilai budaya pada KKBL yang ada di Kabupaten Kuningan.

Metode semiotika yang digunakan adalah semiotika model Roland Barthes. Penggunaan metode semiotik model Roland Barthes ini digunakan untuk mengungkapkan tanda-tanda dalam KKBL yang dikaitkan dengan kehidupan sosial-budaya masyarakat Sunda. Roland Barthes mengembangkan model dikotomis penanda-petanda menjadi lebih dinamis. Dia mengemukakan bahwa dalam kehidupan sosial-budaya, penanda adalah “ekspresi” (E) tanda, sedangkan

petanda adalah “isi” (contenu/C), jadi tanda adalah relasi (R) antara E dan C.

Konsep tersebut dikenal dengan model E-R-C. Dalam kehidupan sosial-budaya, pemakai tanda tidak hanya memaknainya sebagai denotasi (sistem pertama), tetapi mengembangkan pemakaian tanda ke dua arah (sistem kedua). Bila pengembangan itu berproses ke arah C, maka yang terjadi adalah pengembangan makna, atau yang disebut konotasi. Konotasi adalah makna baru yang diberikan pemakai tanda sesuai dengan keinginan, latar belakang pengetahuan, atau konvensi baru yang ada dalam masyarakatnya. Konotasi merupakan segi

“ideologi” tanda. Model Roland Barthes mengungkapkan tanda dengan dua tahapan atau dua sistem, sistem pertama mengungkapkan makna denotasi dan sistem kedua mengungkapkan makna konotasi.


(32)

Untuk mengetahui makna pada rumpaka dan permainan dalam kakawihan

kaulinan barudak lembur sebagai sebuah gejala budaya pada masyarakat Sunda

zaman dulu digunakan metode semiotik-struktural Roland Barthes karena dengan teori semiotik ini dapat diungkapkan KKBL sebagai suatu hasil budaya masyarakat Sunda masa lampau. Metode semiotik ini digunakan untuk menafsirkan simbol-simbol komunikasi pada KKBL berdasarkan rumpaka dan permainannya.

Metode semiotik Roland Barthes ini dikembangkan untuk menafsirkan simbol komunikasi sehingga dapat diketahui bagaimana komunikator mengkontruksi pesan untuk maksud-maksud tertentu. Pemaknaan simbol dapat bersifat denotatif maupun konotatif untuk menemukan nilai-nilai ideologis dan kultural (Hoed, 2011, hlm.6).

Pengkajian tanda dengan semiotik Roland Barthes pernah dilakukan oleh Hoed (2011, hlm. 89-92), yang menjadi fokus penelitiannya adalah teks iklan

Yellow Pages. Penelitian dilakukan pada segi bahasa (verbal), sedangkan segi

nonverbalnya (gambar) sebagai pendukung teks verbal. Analisis teks dimulai

dengan pemahaman kalimat per kalimat. Kalimat pertama “Cari tahu dengan jarimu” merupakan kalimat perintah yang menyuruh mencari sesuatu tidak

dengan alat tetapi dengan jari. Kalimat selanjutnya “lengkap, cepat, mudah

dengan jari, hanya di Yellow Pages”, menggambarkan bahwa kelengkapan informasi, kecepatan, serta kemudahan menemukan informasi itu cukup dengan jari, segalanya itu dapat ditemukan di Yellow Pages. Selanjutnya gambar sebagai tanda nonverbal, memberikan ilustrasi bahwa yang menyatakan hal itu adalah seorang Ibu kepada anak-anaknya. Ini merupakan analisis sistem primer teori Barthes. Selanjutnya pada pemahaman sistem sekunder sangat bergantung pada pengalaman dan pengetahuan pembuat iklan. Analisis dengan teori konotasi Barthes menggambarkan bahwa iklan tersebut mengandung pengertian tentang

“kehidupan modern yang serba mudah, karena anak kecil pun dapat

melakukannya”, atau “kemajuan zaman”, atau “dunia bisnis yang mudah dimasuki”.

Metode semiotik Roland Barthes dalam penelitian ini digunakan untuk menafsirkan makna denotasi dan makna konotasi pada KKBL berdasarkan


(33)

Yusida Gloriani, 2015

rumpaka dan permainannya. Barthes mengungkapkan makna denotasi dengan sinonimi untuk mengembangkan ekspresi (E) dan konotasi untuk pengembangan

contenu (C).

Contoh penerapan teori Barthes pada penelitian ini yaitu: kata tempat

petani menanam padi (C1) adalah sawah (E1), kemudian (E1) menjadi

berkembang menjadi ladang bertani (E2), lahan pertanian (E3), atau huma (E4), ini merupakan sistem primer (denotasi). Untuk sistem sekunder (konotasi), contohnya: ular (E) adalah binatang melata (C1), kemudian (C1) berkembang menjadi binatang yang menakutkan (C2), binatang menjijikan (C3).

Untuk memperjelas penerapan metode semiotika-struktural model Roland Barthes pada penelitian KKBL ini peneliti deskripsikan dalam bentuk tabel berikut.

Tabel 3.1

Penerapan Metode Semiotik-Struktural Barthes pada KKBL DENOTASI (Sistem Pertama/Primer) KONOTASI (Sistem Kedua/Sekunder) E (Ekspresi)

R C

(Isi/Makna)

E (Ekspresi)

R C

(Isi/Makna) E1 =

oray-orayan

E2=

ucing-ucingan

E3=

kuda-kudaan

C1 = jenis permainan anak dengan meniru binatang

E1 = oray atau ular

C1= binatang melata

C2= binatang yang menakutkan C3= binatang menjijikan

Metode etnopedagogi digunakan untuk menginternalisasikan nilai-nilai sosial dan nilai-nilai budaya pada kakawihan kaulinan barudak lembur dalam pembelajaran tematik integratif berbasis kearifan lokal di Sekolah Dasar. Menurut Alwasilah (2009, hlm.50) bahwa etnopedagogik adalah praktik pendidikan berbasis kearifan lokal dalam berbagai ranah seperti pengobatan, seni bela diri, lingkungan hidup, pertanian, ekonomi, pemerintahan, sistem penanggalan, dan lain-lain. Etnopedagodik memandang pengetahuan atau kearifan lokal sebagai sumber inovasi dan keterampilan yang dapat diberdayakan demi kesejahteraan masyarakat.


(34)

Penggunaan metode etnopedagogi pada penelitian ini berkaitan dengan penerapan internalisasi nilai-nilai sosial dan nilai-nilai budaya pada KKBL melalui pendekatan pembelajaran tematik integratif (PTI) yang berbasis kearifan lokal. Nilai-nilai sosial dan nilai-nilai budaya pada KKBL merupakan hasil kearifan lokal masyarakat Sunda zaman dulu yang memiliki nilai-nilai luhur. Kearifan lokal adalah koleksi fakta, konsep kepercayaan, dan persepsi masyarakat ihwal dunia sekitar, menyelesaikan masalah, dan memvalidasi informasi. Singkatnya, kearifan lokal adalah bagaimana pengetahuan dihasilkan, disimpan, diterapkan, dikelola, dan diwariskan. Nilai-nilai luhur ini sudah sepantasnya diinternalisasikan pada anak-anak melalui pendidikan.

Untuk memperjelas penggunaan metode etnopedagogi dalam penelitian ini, maka dideskripsikan pada gambar berikut.

Gambar 3.2 Penerapan Metode Etnopedagogi pada KKBL

C. Teknik Pengumpulan Data Penelitian

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah menginventaris data berupa KKBL. Menurut Sugiyono (2011, hlm.309) bahwa dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada natural setting (kondisi yang alamiah), sumber data primer, dan teknik pengumpulan data lebih banyak pada observasi berperanserta (participan observation), wawancara mendalam (in depth interview) dan dokumentasi.

Penerapan Metode Etnopedagogi

Nilai-nilai sosial (sebagai sebuah kearifan lokal)

Nilai-nilai Budaya (sebagai sebuah kearifan lokal)

Internalisasi nilai-nilai sosial dan budaya pada KKBL melalui pendekatan Tematik-Integratif


(35)

Yusida Gloriani, 2015

Teknik penelitian yang digunakan dalam penelitian ini bersifat natural

setting dengan teknik yang digunakan yaitu:

1) observasi partisipan, yaitu peneliti terlibat langsung mencari dan mengamati sumber-sumber penting data penelitian;

2) melakukan wawancara langsung dengan semua informan utama atau sumber-sumber data primer untuk mengetahui data secara lebih mendalam;

3) mengumpulkan seluruh dokumen penelitian yang dianggap penting dan dibutuhkan sebagai pelengkap dari hasil observasi dan wawancara; dan 4) melakukan triangulasi antara data yang diperoleh dari observasi

partisipasif, data dengan hasil wawancara dan dokumentasi yang ada. Tujuan dari triangulasi ini bukan untuk mencari kebenaran tentang beberapa fenomena, tetapi lebih pada peningkatan pemahaman peneliti terhadap apa yang telah ditemukan.

Pencarian sumber data untuk kakawihan kaulinan barudak pada penelitian ini bersifat snowball sampling. Data terus berkembang setelah peneliti berada di lapangan yaitu melalui pengamatan, wawancara dan dokumentasi tentang

kakawihan kaulinan barudak lembur.

D. Teknik Analisis Data

Metode penelitian yang digunakan dalam menganalisis data yaitu metode semiotika Roland Barthes, untuk memahami makna KKBL pada rumpaka dan permainannya. Selain metode semiotika, penelitian ini pun menggunakan metode etnopedagogi untuk menginternalisasikan nilai-nilai sosial dan nilai-nilai budaya pada kakawihan kaulinan barudak lembur dalam pembelajaran tematik integratif berbasis kearifan lokal di Kelas IV SDN 17 Kuningan.

Langkah-langkah atau teknik analisis data penelitian yang ditempuh berdasarkan metode penelitian yang digunakan adalah:

1) menyusun data kakawihan kaulinan barudak lembur yang ditemukan di Kabupaten Kuningan, menganalisis kemungkinan dalam satu


(36)

2) menentukan fokus penelitian sesuai rumusan dan tujuan penelitian dengan menganalisis dan menginterpretasikan jenis sajak pada KKBL, makna pada rumpaka dan permainan dalam KKBL, nilai-nilai sosial dan nilai-nilai budaya pada KKBL;

3) menginternalisasikan nilai-nilai sosial dan nilai-nilai budaya pada

kakawihan kaulinan barudak lembur dalam pembelajaran tematik

integratif berbasis kearifan lokal di kelas IV SDN 17 Kuningan.

Untuk mengetahui hasil internalisasi nilai dalam pembelajaran rematik integratif melalui kakawihan kaulinan barudak lembur (KKBL) ini, peneliti membuat alat evaluasi, yaitu: (1) penilaian sikap sosial dan sikap religi peserta didik dalam proses pembelajaran; (2) penilaian pengetahuan tentang makna dan nilai-nilai pada KKBL; dan (3) penilaian unjuk kerja dan keterampilan yang berkaitan dengan kemampuan membawakan beberapa KKBL dalam permainan dan menginternalisasikan nilai-nilai tersebut dalam permainan tradisional yang sesuai dengan kakawihan yang dibawakan.

Selanjutnya dengan memperhatikan langkah-langkah analisis data penelitian tersebut di atas, maka kerangka analisis data penelitiannya dapat digambarkan sebagai berikut

Gambar 3.3 Kerangka Analisis Data Penelitian

Kakawihan Kaulinan Barudak

Lembur (KKBL) dari Kabupaten Kuningan

Jenis-jenis KKBL

Makna pada Rumpaka dan permainan dalam

KKBL

Nilai Sosial dan Nilai Budaya pada

KKBL

Internalisasi Nilai KKBL melalui Pembelajaran Tematik Integratif Berbasis Kearifan Lokal di SD


(37)

Yusida Gloriani, 2015

E. Lokasi dan Subjek Penelitian

Pencarian data penelitian yang berupa kakawihan kaulinan barudak

lembur (KKBL) dilakukan di Kabupaten Kuningan. Secara geografis Kabupaten

Kuningan terletak di bagian Timur Jawa Barat. Kabupaten Kuningan berada pada lintasan jalan regional yang menghubungkan kota Cirebon dengan wilayah Priangan Timur. Kabupaten Kuningan dapat dilalui sebagai jalan alternatif jalur tengah yang menghubungkan Bandung-Majalengka dengan Jawa Tengah. Secara administratif, sebelah Utara Kabupaten Kuningan berbatasan dengan Kabupaten Cirebon, sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Brebes (Jawa Tengah), sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Cilacap (Jawa Tengah), dan sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Majalengka. Karena secara geografis dan administratif Kabupaten Kuningan berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah, maka masyarakat Kuningan memiliki karakter yang menarik dibandingkan dengan masyarakat Jawa Barat pada umumnya, baik bahasanya, budayanya, atau pun kebiasaannya.

Untuk internalisasi nilai-nilai sosial dan nilai-nilai budaya pada KKBL melalui pembelajaran tematik integratif berbasis kearifan lokal dilaksanakan di kelas IV SD Negeri 17 Kabupaten Kuningan. Lokasi SDN 17 Kabupaten Kuningan terletak di tengah-tengah kota, yaitu jalan Siliwangi. SDN 17 Kabupaten Kuningan ini merupakan hasil penyatuan dari dua sekolah yaitu SDN 1 dan SDN 7 menjadi SDN 17. Penyatuan kedua sekolah ini dilakukan karena kedua sekolah ini menempati satu lokasi sekolah. Kedua sekolah letaknya berdampingan.

Sekolah ini memiliki karakter yang unik dibandingkan dengan SD lainnya di Kabupaten Kuningan, karena peserta didiknya sangat beragam, baik secara suku ataupun agama. Keberagaman asal suku orang tuanya dan agama menjadi ciri atau karakter sekolah ini. Asal suku orang tuanya ada yang berasal dari Jawa Barat, Jawa Tengah, Sumatra, dan Tionghoa. Agama yang diyakini peserta didik ada yang beragama Islam, Katholik, Protestan, dan Budha. Dengan kondisi peserta didik seperti itu, SDN 17 ini dianggap tepat untuk dijadikan sebagai tempat menginternalisasikan nilai-nilai sosial dan nilai budaya melalui KKBL ini.


(38)

F. Definisi Operasional

Agar tidak menimbulkan kesalahpahaman dalam memahami isi penelitian, maka secara rinci peneliti definisikan beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini secara operasional, sebagai berikut.

1) Jenis-jenis kakawihan kaulinan barudak lembur (KKBL) dalam penelitian ini terbagi menjadi tiga kategori, mengacu pendapat Danandjaja (2002, hlm.47) yaitu: (a) sajak untuk anak-anak (nursery rhyme); (b) sajak permainan (play rhyme); dan c) sajak untuk menentukan siapa yang “jadi” dalam suatu permainan atau tuduhan (counting out rhyme).

2) Kakawihan Kaulinan Barudak Lembur (KKBL) yang peneliti maksudkan

dalam penelitian ini adalah berupa nyanyian yang sering dibawakan anak-anak masyarakat Sunda zaman dulu dalam permainan tradisional yang dilakukannya, misalnya: oray-orayan, cingciripit, eundeuk-eundeukkan,

hompimpah, ucang-ucang angge, perepet jengkol, dan lain-lain. Ada dua

hal yang digarisbawahi dalam istilah KKBL di sini, yaitu kakawihan dan

kaulinan. Kakawihan berkaitan dengan rumpaka dan cara mengawihkannya, sedangkan kaulinan berkaitan dengan permainan yang dilakukan anak-anak saat kakawihan tersebut dibawakan.

3) Makna pada rumpaka dan permainan dalam KKBL yaitu, makna yang terkandung dalam kata-kata yang digunakan dalam KKBL baik yang tersurat maupun yang tersirat (unsur verbal). Makna pada permainan dalam KKBL adalah makna yang tersimpan dalam gerakan-gerakan permainan yang dilakukan anak-anak ketika membawakan KKBL secara bersama-sama (unsur nonverbal).

4) Nilai Sosial dan nilai Budaya pada KKBL dalam penelitian ini adalah hal-hal yang dianggap baik, berharga, penting, pantas, dan mengandung kebaikan, kemaslahatan, dan manfaat yang terdapat dalam KKBL. Nilai-nilai sosial dalam KKBL diklasifikasikan menjadi: 1) Nilai-nilai material, 2)

nilai vital, dan 3) nilai kerohanian. Nilai-nilai budayanya adalah sesuatu

yang dianggap baik dan berharga dalam sebuah budaya yang bertujuan untuk mengatur keserasian, keseimbangan, dan keselarasan. Orientasi nilai budaya pada penelitian ini mengacu pada teori Kluckhohn dalam


(39)

Yusida Gloriani, 2015

Koentjaraningrat yaitu bagaimana manusia memaknai tentang hakikat kehidupannya, memaknai hubungan antara manusia dengan manusia lainnya, hubungan antara manusia dengan alam sekitar, hubungan antara manusia dengan waktu, dan hubungan antara manusia dengan pekerjaan/karyanya.

5) Internalisasi nilai-nilai KKBL melalui pendekatan pembelajaran tematik integratif di Sekolah Dasar dalam penelitian ini adalah proses menjadikan nilai sosial dan nilai budaya pada KKBL sebagai sebuah kearifan lokal menjadi bagian dari kepribadian peserta didik. Internalisasi nilai ini dilaksanakan menggunakan pendekatan pembelajaran tematik integratif, yaitu model pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Ada 4 mata pelajaran yang diintegrasikan dalam melaksanakan internalisasi nilai-nilai ini yaitu mata pelajaran yaitu Bahasa Indonesia, PPKn, Seni Budaya, dan Olah Raga.

G. Instrumen Penelitian

Pendekatan atau paradigma penelitian ini adalah kualitatif, maka instrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah peneliti sebagai instrumen utama yang ikut secara langsung melakukan observasi, wawancara, dan pendokumentasian. Alat bantu yang digunakan untuk memperoleh data penelitian yaitu pedoman wawancara, catatan lapangan, alat perekam (handy cam dan handphone), dan kamera.

Instrumen yang digunakan untuk mempermudah dalam menganalisis dan menginterpretasikan data penelitian sesuai dengan masalah penelitian dan metode yang digunakan, maka peneliti membuat tabel seperti berikut.


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Afiati, L. N., (2012). Kajian struktur, konteks pertunjukan, dan fungsi

dalam kakawihan kaulinan barudak lembur pada masyarakat sunda serta model pelestarian. (Tesis), Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia

Ahya Darmawan. (2012). Kakawihan (Artikel). Diakses dari https://ahyadarmawan.wordpress.com/sunda/kakawihan/.

Alwasilah, A.C, Karim, S., & Tri, K. (2009). Etnopedagogi (landasan praktek

pendidikan dan pendidikan guru). Bandung: Kiblat

Budimansyah, D. (2012). Perancangan pembelajaran berbasis karakter: seri

pembinaan profesionalisme guru. Bandung: Widya Aksara Press

Chaer, A. (1994). Pengantar semantik bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. Creswell, J. W. (2008). Educational research: planning, conducting, and

evaluating quantitative and qualitative research (third edition). New

Jersey: Pearson Education Inc.

Danadibrata, R.A. (2006). Kamus basa sunda. Bandung: Kiblat

Danandjaja, J. (2002). Folklor Indonesia (ilmu gosip, dongeng, dan lain-lain).

Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti

Danandjaja, J. (1997). Folklore Jepang ( dilihat dari kacamata Indonesia). Jakarta: Pustaka utama grafiti.

Darmawan, A. (2010). Kakawihan (online). Diakses dari https://ahyadarmawan.wordpress.com/sunda/kakawihan Darmanta, A. (2011). Jenis-jenis karawitan (online). Diakses dari http://agusdarmantaku.blogspot.com.

Depdiknas. Undang-undang no.20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. Jakarta: Depdiknas

Depdiknas. (2008). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI nomor 2 tahun 2008 tentang buku. Jakarta: Depdiknas

Dharmamulya, S. (2008). Permainan tradisional Jawa. Yogyakarta: Kepel Press Puri

Djumidar, M. (2004). Gerak-gerak dasar atletik dalam bermain. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada


(2)

Ekadjati, E. S. (2014). Kebudayaan Sunda. suatu pendekatan sejarah. Bandung: Pustaka Jaya

Elfindri, Lilik, H., & M. Basri,W. (2012). Pendidikan karakter : kerangka,

metode dan aplikasi untuk pendidik dan profesional. Jakarta: Baduose

Media

Elmubarok, Z. (2009). Membumikan pendidikan nilai. Bandung: Alfabeta. Endraswara, S. (2011). Metodologi penelitian sosiologi sastra. Jakarta: PT Buku Seru

Fraenkel, J. R., & Norman W. (1990). How to design and evaluate research in

education. McGraw: Hill International Edition

Fromkin,V., Rodman, R. dan Hyams. (1991). An introduction to language (7th

edition).

Heryana, A. (2000). Nyanyian anak-anak Sunda masa kini: analisis bentuk

dan isi kakawihan barudak kiwari. Direktorat Jenderal Kebudayaan,

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jurnal Penelitian Edisi 21, Juli 2000. Diakses dari http://bpsnt-bandung.blogspot.com/2011/02/nyanyian-anak-anak-sunda-masa-kini.html

Hipkiss, R. A. (1995). Semantics: defining the discipline. Lawrence Erlbaum Associates.

Hoed, B. H. (2011). Semiotik dan dinamika sosial budaya. Jakarta: Komunitas Bambu

Iskandarwassid. (1996). Kamus istilah sastra. Bandung: CV Geger Sunten

Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi III). (2001). Jakarta: Balai Pustaka

Kartawinata, A.M. (2011). Pengantar editor pada kearifan lokal di tengah

modernisasi. Jakarta: Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Republik

Indonesia. Diakses dari:

https://www.academia.edu/8526861/Buku_kearifan_lokal

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (2013). Kurikulum SD/MI tahun 2013 Kniker, C. R. (1977). You and values education. Columbus, OH: Bell & Howell. Koentjaraningrat. (2000). Pengantar ilmu antropologi. Jakarta: Rineka Cipta Kosasih, D. (2010). Etnopedagogi dalam kaulinan dan kakawihan barudak Sunda (Makalah disampaikan pada “Konferensi Nasional dan Pembentukan Organisasi Profesi Pengajar Bahasa, Sastra dan Budaya Daerah Se-Indonesia”


(3)

Tanggal 8-9 di Kaliurang, Jogja).

Kosasih, D. (2011). Kakawihan barudak Sunda (online). Diakses dari http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BAHASA_DAERAH/19630 7261990011DEDE_KOSASIH/PDF/Makalah/KAKAWIHAN_BARUDAK_ SUNDA.pdf

Kridalaksana, H. (1982). Kamus linguistik. Jakarta: Gramedia

Kriyantono, R. (2007). Teknik praktis riset komunikasi. Jakarta: Kencana Lukmana, I. (2011) Mengangkat nilai-nilai kearifan lokal dari kakawihan

barudak Sunda dalam perspektif etnopedagogi . Bandung: UPI

Minderop, A. S. (2012). Makna simbolis dalam karya sastra.(Artikel)

Moleong, L. J., (2001). Metodologi penelitian kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Muhaimin. (1996). Srategi belajar mengajar. Surabaya: Citra Media.

Mulyana, R. (2004). Mengartikulasikan pendidikan nilai. Bandung: Alfabeta Mulyana. Y. (2011). Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia dalam

paradigma membangun karakter pribadi dan bangsa (Prosiding Seminar Nasional). Padang: Sukabina Press

Mustapa, H. H., penerjemah Maryati S. (2010). Adat istiadat Sunda. Bandung: PT. Alumni

Naim, Ng., & A. Sauqi. (2008). Pendidikan multikultural. konsep dan aplikasi.

Yogyakarta: Arr-RuzzMedia

Nano S. (2009). Lagu jeung rumpaka (artikel online). Bandung. Diakses dari https://onesgamelan.wordpress.com/2009/02/26/lagu-jeung-rumpaka/ Palmer, F.R. (1976). Semantics. 2nd edition. Cambridge University Press. Prayogo (2013). Karawitan Sunda. (Artikel online). Diakses dari

https://prayogo13sa.wordpress.com/2013/06/22/karawitan-sunda/ Rusyana, Y. (2000). Prosa tradisional (pengertian, klasifikasi, dan teks). Jakarta: Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional

Rusyana, Y. (1981). Cerita rakyat nusantara, Bandung: FPBS IKIP. Saeed, J. I. (2003). Semantics. 2nd edition. Blackwell Publishing, Ltd


(4)

Sahrudin. (2010). Bahan pelatihan penguatan metodologi pembelajaran

berdasarkan nilai-nilai budaya untuk membentuk daya saing dan karakter bangsa. Pusat Kurikulum Departemen Pendidikan Nasional

Santosa, P. (1993). Ancangan semiotika dan pengkajian susastra. Bandung: Angkasa

Schwartz, S. H. (2012). An overview of the Schwartz theory of basic values. online readings in psychology and culture, 2(1).

http://dx.doi.org/10.9707/2307-0919.1116

Schwartz, S.H. (2006). A theory of cultural value orientations: explication and

applications. journal comparative sociology, volume 5, issue 2-3 © 2006 Koninklijke Brill NV, Leiden, hlm. 137 – 182.

Semi, A. (1993). Metode penelitian sastra. Bandung: Angkasa.

Setiadi, E. M. & Usman K. (2011). Pengantar sosiologi. Jakarta: Prenada Media Group

Setiwan, B. (2004). Ensiklopedia nasional Indonesia. Jakarta: PT. Delta Pamungkas

Sibarani, R. (2012). Kearifan lokal (hakikat, peran, dan metode tradisi

lisan). Jakarta: ATL (Asosiasi Tradisi Lisan)

Sims, M. C., (2005). Living folklore (an introduction to study of people and

their traditions). Logan, Utah: Utah State University Press.

Soedijarto. (1993). Menuju pendidikan nasional yang relevan dan bermutu.

Jakarta: Balai Pustaka

Soepandi, A., & Sofyan U. (1985). Kakawihan barudak nyanyian anak-

anak Sunda. Depdikbud-DirjenBud-PPPKN

Spradley, J. P. (1997). Metode etnografi. Yogyakarta: PT Tiara Wacana Sudikan, S. Y. (2001). Metode penelitian sastra lisan. Surabaya: Citra Wacana

Sugiyono. (2008). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta

Sugiyono. (2011). Metode penelitian pendidikan. pendekatan kuantitatif,

kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta


(5)

Sunaryo&Laxman. (2014). Kearifan lokal. Diakses dari

http://ngestyawp.blogspot.com/2014/10/kearifan-lokal-dan-laxman-2003- kearifan.html

Supendi, U. (2009). Folklor pada masyarakat Sunda. Diakses dari http://www.fkipuninus.org/index.php/

Suratno, T. (2010). Memaknai etnopedagogi sebagai landasan pendidikan guru di Universitas Pendidikan Indonesia. Proceedings of The 4th International

Conference on Teacher Education; Join Conference UPI & UPSI Bandung,

Indonesia, 8-10 November 2010

Syamsuddin, A. M. (2002). Psikologi kependidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya

Tamsyah, B. R.,dkk. (1997). Pangajaran sastra sunda. Bandung: CV Pustaka Setia

Taum, Y. Y. (2011). Studi sastra lisan. sejarah, teori, metode, dan pendekatan

disertai contoh penerapannya. Yogyakarta: Lamalera.

Teeuw, A. (1988). Sastra dan ilmu sastra: pengantar teori sastra. Jakarta: Pustaka Jaya.

Thoha, Ch. (1996). Kapita selekta pendidikan islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Trianto, (2007). Model pembelajaran terpadu dalam teori dan praktek. Surabaya: Prestasi Pustaka

Trusted, J. (2002). Moral principles and social values. London: Routledge and Kegan Paul

Wellek, R., & Austin W. (1990). Teori kesusastraan. Jakarta: PT Gramedia. Wisata Kabupaten Kuningan. (2012). Diakses dari

”https://infojuara.files.wordpress.com/2012/11

Zaimar, O.K.S. (2008). Semiotik dan penerapannya dalam karya sastra. Jakarta: Pusat Bahasa, Depdiknas.


(6)

Sumber Online:

Foto Permainan eundeuk-eundeukan. Diakses dari

https://www.google.com/search?q=gambar+eundeukeundeukan

Foto Permainan Meniup empet-empetan. Diakses dari

https://www.google.co.id/search?q=gambar+meniup+empet-empetan) Foto Permainan Panggal atau gangsing. Diakses dari

https://www.google.co.id/?gws_rd=cr,ssl&ei=x310Vc2oNYK8mQXI1YCQC g#q=gambar+permainan+tradisional+gangsing)

Foto Permainan Truk Truk Brung. Diakses dari

https://www.google.co.id/?gws_rd=cr,ssl&ei=x310Vc2oNYK8mQXI1YCQC g#q=gambar+permainan+tradisional+truk+truk+brung)

https://id.wikipedia.org/wiki/Budaya_Sunda http://id.wikipedia.org/wiki/Nilai-nilai_budaya http://id.wikipedia.org/wiki/Nilai_sosial

http://ngestyawp.blogspot.com/2014/10/kearifan-lokal-dan-laxman-2003-kearifan.html

http://www.majalahpendidikan.com/2011/04/pengertian-dan-konsep-nilai-dalam- islam.html

http://www.m-edukasi.web.id/2013/05/pembelajaran-tematik-integratif.html http://www.zonasiswa.com/2014/07/nilai-sosial-pengertian-jenis-sumber.html Info Kuningan. (2010). Diakses dari

http://www.depdagri.go.id/profildaerah/kabupaten/jawabarat/kuningan Peta Kabupaten Kuningan. (2012). Diakses dari

http://www.pa.kuningan.go.id/img/upload/peta-kab-kuningan-upload.jpg www.lktikebudayaan.com/profil-puslitbang-kebudayaan/

www.majalahpendidikan.com/2011/html