KANDUNGAN NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM LEKSIKON KAULINAN BARUDAK DI KAMPUNG SUKARAME (SEBUAH KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK).

(1)

EdwinAnugrah Ramadhani,, 2014

KANDUNGAN NILAI KEARIFAN LOKAL

DALAM LEKSIKON KAULINAN BARUDAK DI KAMPUNG SUKARAME (SEBUAH KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu KANDUNGAN NILAI KEARIFAN LOKAL

DALAM LEKSIKON KAULINAN BARUDAK DI KAMPUNG SUKARAME (SEBUAH KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK)

SKRIPSI

diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sastra

oleh

Edwin Anugerah Ramadhani NIM 1006634

PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


(2)

EdwinAnugrah Ramadhani,, 2014

KANDUNGAN NILAI KEARIFAN LOKAL

DALAM LEKSIKON KAULINAN BARUDAK DI KAMPUNG SUKARAME (SEBUAH KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG 2014

KANDUNGAN NILAI KEARIFAN LOKAL

DALAM LEKSIKON

KAULINAN BARUDAK

DI KAMPUNG SUKARAME

(SEBUAH KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK)

Oleh

Edwin Anugerah Ramadhani

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni

© Edwin Anugerah Ramadhani 2014 Universitas Pendidikan Indonesia


(3)

EdwinAnugrah Ramadhani,, 2014

KANDUNGAN NILAI KEARIFAN LOKAL

DALAM LEKSIKON KAULINAN BARUDAK DI KAMPUNG SUKARAME (SEBUAH KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.

LEMBAR PENGESAHAN

EDWIN ANUGERAH RAMADHANI

SKRIPSI

KANDUNGAN NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM LEKSIKON KAULINAN BARUDAK DI KAMPUNG SUKARAME

(SEBUAH KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK)

disetujui dan disahkan oleh pembimbing:

Pembimbing I,

Dra. Nunung Sitaresmi, M.Pd. NIP 196201091987032002

Pembimbing II,


(4)

EdwinAnugrah Ramadhani,, 2014

KANDUNGAN NILAI KEARIFAN LOKAL

DALAM LEKSIKON KAULINAN BARUDAK DI KAMPUNG SUKARAME (SEBUAH KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu NIP 197712092005011001

Diketahui oleh

Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,

Dr. Dadang S. Anshori, M.Si. NIP 197204031999031002


(5)

EdwinAnugrah Ramadhani,, 2014

KANDUNGAN NILAI KEARIFAN LOKAL

DALAM LEKSIKON KAULINAN BARUDAK DI KAMPUNG SUKARAME (SEBUAH KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu KANDUNGAN NILAI KEARIFAN LOKAL

DALAM LEKSIKON KAULINAN BARUDAK DI KAMPUNG SUKARAME (SEBUAH KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK)

Edwin Anugerah Ramadhani NIM 1006634

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kehadiran pengaruh globalisasi yang memberikan efek bagi perkembangan anak-anak, baik efek positif maupun negatif. Salah satu efek positif globalisasi adalah membantu secara cepat dalam perkembangan anak-anak, seperti dalam bidang ilmu pengetahuan. Adapun contoh dari efek negatif globalisasi adalah menyebabkan anak-anak menerima semua hal yang masuk dari luar, termasuk dalam hal pergaulan dan teknologi berupa game online. Pada umumnya, anak-anak yang sering memainkan game

online tergolong asosial. Hal ini disebabkan kehadiran game online yang mampu

menghilangkan nilai-nilai kearifan lokal pada kaulinan barudak atau permainan tradisional. Penelitian ini menggunakan pendekatan antropolinguistik dan metode etnografi komunikasi yang menuntut penulis untuk mengikuti kehidupan objek penelitian. Hasil penelitian ini menjelaskan empat hal sebagai berikut. Pertama,

kaulinan barudak yang terdapat di Kampung Sukarame ini diklasifikasikan

berdasarkan sifatnya, yaitu 1) kaulinan barudak yang bersifat kompetitif berjumlah 35 kaulinan, 2) kaulinan barudak yang bersifat edukatif yang meliputi semua kaulinan barudak, dan 3) kaulinan barudak yang bersifat rekreatif berjumlah 7 kaulinan. Selain kaulinan barudak, penulis juga menemukan pakakas

kaulinan atau cocooan (mainan) sejumlah 15 buah dan bahan/material dalam kaulinan dan pakakas kaulinan atau cocooan. Semua data tersebut, menunjukkan

bahwa masyarakat Kampung Sukarame hidup secara bersama-sama dan menjunjung tinggi nilai kebersamaan. Simpulan tersebut didasarkan pada hakikat bentuk kompleks yang terbentuk dari satuan-satuan bebas dan satuan-satuan terikat yang tidak dapat berdiri sendiri. Kedua, fungsi sosial budaya yang hadir dalam leksikon kaulinan barudak ini meliputi fungsi sosial, fungsi individual, fungsi hiburan, fungsi mendidik, fungsi sebagai media pelatihan motorik, fungsi media pelatihan kepekaan terhadap alam sekitar, dan fungsi membentuk kreativitas anak. Ketiga, cerminan gejala kebudayaan yang hadir dalam kaulinan

barudak meliputi prinsip harmonisasi dengan Tuhan dalam kaulinan barudak wawayangan/gogolékan, prinsip harmonisasi dengan antarmanusia dalam kaulinan barudak anyangan, dan prinsip harmonisasi dengan alam dalam

bahan/material dalam kaulinan barudak dan pakakas kaulinan atau cocooan. Keempat, persepsi masyarakat Kampung Sukarame terhadap kaulinan barudak tergolong bagus. Hal tersebut dibuktikan dengan anak-anak Kampung Sukarame


(6)

EdwinAnugrah Ramadhani,, 2014

KANDUNGAN NILAI KEARIFAN LOKAL

DALAM LEKSIKON KAULINAN BARUDAK DI KAMPUNG SUKARAME (SEBUAH KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang masih memainkan kaulinan barudak. Lalu, pada komponen perasaan, sikap, harapan, dan keinginan, masyarakat Kampung Sukarame menunjukkan tingkat kepedulian yang tinggi terhadap kaulinan barudak.

KANDUNGAN NILAI KEARIFAN LOKAL

DALAM LEKSIKON KAULINAN BARUDAK DI KAMPUNG SUKARAME (SEBUAH KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK)

Edwin Anugerah Ramadhani NIM 1006634

ABSTRACT

The background of this research is the presence of globalization that affects children development, both positive and negative. One of the positive impacts of globalization is the efficiency of help in children development, such as in the field of science. There is also an example of the negative impact of globalization, which is the cause in children receiving many things from outside our country, including the society and technology such as online game. In general, children who play online game classified as asocial. It stems from the presence of online game which results to the disappearance of local wisdom value on the

kaulinan barudak or traditional games. The research use anthropolinguistic

approach and ethnography communication method which require writer to follow the daily life of the research object. The findings of the research describe four things as follow. First, the types of the kaulinan barudak which can be found in

Kampung Sukarame are classified based on the characteristics, those are: (1)

Competitive (35 games), (2) Educative (all games included), and (3) Recreation (7 games). Moreover, writer also found pakakas kaulinan or cocooan (toys) in total of 15 units and material in kaulinan and pakakas kaulinan or cocooan. Those data shows that society of Kampung Sukarame live with the value of togetherness. The conclusion is based on the nature of complex form which is constructed by free individual and bonded unit. Second, the social function of culture which present in the lexicon of kaulinan barudak include the function of social, individual, entertainment, education, motoric practice media, environment sensitivity practice media, and children creativity formation. Third, the reflection of culture phenomenon that present include the harmonization principles with God in

kaulinan wawayangan/gogolékan, with human in kaulinan barudak anyangan,

and with nature in materials that are used in kaulinan barudak and pakakas

kaulinan or cocooan. Fourth, the perception of Kampung Sukarame society


(7)

EdwinAnugrah Ramadhani,, 2014

KANDUNGAN NILAI KEARIFAN LOKAL

DALAM LEKSIKON KAULINAN BARUDAK DI KAMPUNG SUKARAME (SEBUAH KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kampung Sukarame still play kaulinan barudak. Furthermore, the components of

feeling, attitude, hope and desire from Kampung Sukarame society show a high level of concern toward kaulinan barudak.


(8)

EdwinAnugrah Ramadhani,, 2014

KANDUNGAN NILAI KEARIFAN LOKAL

DALAM LEKSIKON KAULINAN BARUDAK DI KAMPUNG SUKARAME (SEBUAH KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR PERSEMBAHAN ... ii

LEMBAR PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

UCAPAN TERIMA KASIH ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Masalah Penelitian ... 3

1. Identifikasi Masalah ... 3

2. Batasan Masalah ... 4

3. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

1. Manfaat Teoretis ... 5

2. Manfaat Praktis ... 6

E. Struktur Organisasi Skripsi ... 6

BAB II KAULINAN BARUDAK DAN PAKAKAS KAULINAN DALAM KAJIAN BAHASA DAN BUDAYA ... 8

A. Telaah Kepustakaan ... 8


(9)

x

EdwinAnugrah Ramadhani,, 2014

KANDUNGAN NILAI KEARIFAN LOKAL

DALAM LEKSIKON KAULINAN BARUDAK DI KAMPUNG SUKARAME (SEBUAH KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Antropolinguistik ... 9

2. Leksikon ... 11

3. Morfologi Bahasa Indonesia dan Bahasa Sunda ... 12

a. Bentuk Dasar dan Bentuk Asal ... 12

b. Proses Pembubuhan Afiks ... 13

c. Proses Pengulangan atau Reduplikasi ... 14

d. Monomorfemis dan Polimorfemis ... 14

4. Konsep Harmonisasi ... 16

C. Kaulinan Barudak atau Permainan Tradisional ... 18

BAB III METODE PENELITIAN ... 20

A. Sumber Data Penelitian ... 20

B. Data atau Korpus Penelitian ... 20

C. Metode Penelitian ... 21

D. Definisi Operasional ... 21

E. Instrumen Penelitian ... 22

1. Pedoman Observasi ... 22

2. Lembaran Angket ... 22

F. Teknik Pengumpulan Data ... 23

G. Teknik Pengolahan Data ... 24

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ... 25

A. Klasifikasi dan Deskripsi Leksikon Kaulinan Barudak di Kampung Sukarame, Desa Sukalaksana, Kecamatan Bungursari, Kota Tasikmalaya ... 25

1. Kaulinan Barudak Bersifat Kompetitif ... 26

2. Kaulinan Barudak Bersifat Rekretif ... 59

3. Kaulinan Barudak Bersifat Edukatif ... 62


(10)

EdwinAnugrah Ramadhani,, 2014

KANDUNGAN NILAI KEARIFAN LOKAL

DALAM LEKSIKON KAULINAN BARUDAK DI KAMPUNG SUKARAME (SEBUAH KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5. Kaulinan Barudak Berdasarkan Satuan Lingual ... 71

B. Fungsi Leksikon Kaulinan Barudak di Kampung Sukarame, Desa Sukalaksana, Kecamatan Bungursari, Kota Tasikmalaya ... 83

1. Fungsi Sosial ... 83

2. Fungsi Individual ... 84

3. Fungsi Hiburan ... 85

4. Fungsi Mendidik ... 86

5. Fungsi Pelatihan Motorik ... 86

6. Fungsi Pelatihan Kepekaan terhadap Alam Sekitar ... 86

7. Fungsi Membentuk Kreativitas Anak ... 87

C. Cerminan Gejala Kebudayaan yang Muncul Berdasarkan Leksikon Kaulinan Barudak di Kampung Sukarame, Desa Sukalaksana, Kecamatan Bungursari, Kota Tasikmalaya ... 87

1. Prinsip Harmonisasi dengan Tuhan ... 88

2. Prinsip Harmonisasi dengan Antarmanusia ... 91

3. Prinsip Harmonisasi dengan Alam ... 92

D. Persepsi Masyarakat Kampung Sukarame terhadap Kaulinan Barudak yang Terdapat di Kampung Sukarame, Desa Sukalaksana, Kecamatan Bungursari, Kota Tasikmalaya ... 93

1. Komponen Peran Lingkungan ... 93

2. Komponen Perasaan ... 111

3. Komponen Sikap ... 111

4. Komponen Keinginan ... 112

5. Komponen Harapan ... 112


(11)

xii

EdwinAnugrah Ramadhani,, 2014

KANDUNGAN NILAI KEARIFAN LOKAL

DALAM LEKSIKON KAULINAN BARUDAK DI KAMPUNG SUKARAME (SEBUAH KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

A. Simpulan ... 114 B. Rekomendasi ... 115

DAFTAR PUSTAKA ... 117 LAMPIRAN


(12)

EdwinAnugrah Ramadhani,, 2014

KANDUNGAN NILAI KEARIFAN LOKAL

DALAM LEKSIKON KAULINAN BARUDAK DI KAMPUNG SUKARAME (SEBUAH KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pengaruh globalisasi sudah memberikan efek bagi perkembangan anak-anak, baik efek positif maupun negatif. Salah satu efek positif globalisasi adalah membantu secara cepat dalam perkembangan anak-anak, seperti dalam bidang ilmu pengetahuan. Adapun contoh dari efek negatif globalisasi adalah menyebabkan anak-anak menerima semua hal-hal yang masuk dari luar, termasuk dalam hal pergaulan.

Pengaruh globalisasi yang tidak dapat ditahan lagi oleh manusia adalah perkembangan teknologi. Teknologi kini sangat berperan penting bagi manusia, termasuk anak-anak. Teknologi mampu menyajikan hal-hal baru bagi anak-anak, seperti beberapa permainan yang dikemas dalam bentuk game online.

Hal tersebut mampu memengaruhi anak-anak untuk terus bermain di depan komputer. Fenomena ini akan berpengaruh terhadap pembentukan karakteristik anak dalam menghadapi perbedaan kehidupan sosial.

Pada umumnya, anak-anak yang sering memainkan game online tergolong asosial. Hal tersebut disebabkan kehadiran game online yang mampu menghilangkan nilai-nilai kearifan lokal pada kaulinan barudak atau permainan tradisional. Pernyataan tersebut sejalan dengan Prabowo (2013: 141) yang menyatakan bahwa salah satu usaha untuk melatih kemampuan dalam menghadapi perbedaan kehidupan sosial adalah melalui permainan.

Permainan tradisional merupakan unsur-unsur kebudayaan yang tidak dapat dianggap remeh karena permainan tradisional memberikan pengaruh yang besar terhadap perkembangan kejiwaan, sifat, dan kehidupan sosial anak di kemudian hari (Sukirman, 2005:29).


(13)

2

EdwinAnugrah Ramadhani,, 2014

KANDUNGAN NILAI KEARIFAN LOKAL

DALAM LEKSIKON KAULINAN BARUDAK DI KAMPUNG SUKARAME (SEBUAH KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Permainan yang dimaksud dalam hal ini adalah kaulinan barudak.

Kaulinan barudak merupakan warisan budaya dari nenek moyang yang harus

dijaga karena mengandung unsur-unsur kebudayaan.

Hutomo (1991: 8-9) mengungkapkan bahwa permainan rakyat atau tradisional merupakan folklor setengah lisan. Hal tersebut memiliki persamaan dengan pernyataan penulis mengenai kaulinan barudak mengandung unsur-unsur kebudayaan. Unsur-unsur kebudayaaan yang dimaksud adalah bahasa.

Unsur bahasa yang terdapat dalam kaulinan barudak tercermin dari nama-nama kaulinan barudak dan leksikon khusus. Leksikon-leksikon itu mengandung kekhasan karena berasal dari daerah yang kental budaya. Oleh sebab itu, penulis merasa wajib untuk melakukan penelitian ini agar budaya atau nilai kearifan lokal (local knowledge) yang terkandung dalam leksikon-leksikon kaulinan barudak dapat dilestarikan.

Penelitian ini akan dilakukan di Kampung Sukarame, Desa Sukalaksana, Kecamatan Bungursari, Kota Tasikmalaya. Pengambilan lokasi tersebut didasarkan pada kehidupan sosial masyarakat di sana yang belum terpengaruh oleh teknologi secara utuh. Teknologi utuh merupakan teknologi yang dipakai dalam setiap kegiatan bermasyarakat. Kata “belum” dalam pernyataan sebelumnya memiliki maksud bahwa pengaruh teknologi akan terus berusaha masuk dalam kehidupan mereka.

Dari maksud tersebut, ada kekhawatiran jika pengaruh teknologi berhasil masuk secara utuh akan mengakibatkan masyarakat Kampung Sukarame, Desa Sukalaksana, Kecamatan Bungursari, Kota Tasikmalaya, khususnya anak-anak melupakan kaulinan barudak. Hal ini sangat disayangkan mengingat tingginya tingkat kriminalitas di usia pelajar, termasuk anak-anak, seperti tawuran antarpelajar. Dari pernyataan tersebut, kaulinan barudak diharapkan menjadi salah satu solusi untuk mengurangi tingkat kriminalitas di usia pelajar.

Pisau analisis yang akan digunakan oleh penulis adalah antropolinguistik karena analisis ini berhubungan dengan bahasa dan budaya. Hubungan bahasa dan


(14)

EdwinAnugrah Ramadhani,, 2014

KANDUNGAN NILAI KEARIFAN LOKAL

DALAM LEKSIKON KAULINAN BARUDAK DI KAMPUNG SUKARAME (SEBUAH KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

budaya merupakan kajian linguistik yang bersifat fungsional karena mengikutsertakan faktor di luar bahasa, seperti budaya.

Sebelumnya, penelitian mengenai kaulinan barudak atau permainan tradisional telah banyak dilakukan. Sebagai contoh, Misbah (2006) meneliti peran permainan tradisional yang bermuatan edukatif dalam menyumbang pembentukan karakter dan identitas bangsa.

Selain itu, Sumiyadi (2008) melakukan penelitian mengenai permainan tradisional anak priangan yang meliputi struktur proses penciptaan, konteks pertunjukan dan fungsi. Permainan tradisional anak priangan tersebut, yaitu

congklak, oray-orayan, endog-endogan, dan paciwit-ciwit lutung.

Selanjutnya, Khasanah (2011) melakukan kajian tentang permainan tradisional sebagai media stimulasi aspek perkembangan anak usia dini. Adapun, Badu (2011) meneliti perkembangan model pelatihan permainan tradisional edukatif berbasis potensi lokal dalam meningkatkan kemampuan dan keterampilan orang tua anak usia dini di PAUD Kota Gorontalo.

Berbeda dengan Badu, Wulandari (2012) meneliti nilai-nilai yang terkadung dalam permainan tradisional Sunda yang dikaitkan dengan aspek psikologi anak. Sementara itu, Prabowo (2013) mengkaji nilai-nilai kearifan lokal yang terkandung dalam leksikon permainan tradisional anak di Kampung Naga, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya dalam bingkai antropolinguistik.

Penelitian yang sejalan dengan penelitian ini adalah penelitian Prabowo dan Sumiyadi. Penelitian ini akan lebih jauh mendeskripsikan kandungan nilai kearifan lokal (local knowledge) pada nama-nama dan leksikon-leksikon khusus yang terdapat dalam kaulinan barudak, pakakas kaulinan barudak (cocooan), bahan atau material kaulinan barudak, dan menjelaskan persepsi masyarakat Kampung Sukarame terhadap kaulinan barudak. Penulis berharap penelitian ini memberikan pengaruh pada peningkatan kemampuan sosial dan kemampuan empati seorang anak. Oleh sebab itu, penelitian ini wajib dan penting untuk dilakukan.


(15)

4

EdwinAnugrah Ramadhani,, 2014

KANDUNGAN NILAI KEARIFAN LOKAL

DALAM LEKSIKON KAULINAN BARUDAK DI KAMPUNG SUKARAME (SEBUAH KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu B. Masalah Penelitian

Pada bagian ini, penulis akan menjelaskan masalah penelitian yang meliputi 1) identifikasi masalah, 2) batasan masalah, dan 3) rumusan masalah. Adapun uraiannya adalah sebagai berikut.

1. Identifikasi Masalah

Dalam penelitian ini, penulis akan melakukan pengidentifikasian masalah. Adapun identifikasi masalahnya adalah sebagai berikut.

1) Teknologi yang semakin berkembang, khususnya dalam bidang internet menimbulkan kekhawatiran terhadap anak-anak yang lebih mengalah kepada

game online dibandingkan dengan kaulinan barudak.

2) Kehadiran game online juga menimbulkan kekhawatiran terhadap nilai kearifan lokal yang terekam dalam leksikon-leksikon kaulinan barudak akan hilang jika kaulinan barudak sudah tidak lagi dimainkan oleh anak-anak. 3) Pemilihan internet, seperti game online dibandingkan dengan kaulinan

barudak akan menurunkan tingkat kreativitas anak-anak dalam kehidupan

sosialnya.

2. Batasan Masalah

Setelah mengidentifikasi masalah, penulis akan menguraikan batasan masalah. Berikut ini adalah batasan masalah dalam penelitian ini.

1) Lokasi yang dijadikan tempat untuk pengambilan data terletak di Kampung Sukarame, Desa Sukalaksana, Kecamatan Bungursari, Kota Tasikmalaya. 2) Data-data dalam penelitian ini adalah nama-nama kaulinan barudak, pakakas

kaulinan barudak (cocooan), bahan atau material kaulinan barudak, serta

leksikon-leksikon khusus.


(16)

EdwinAnugrah Ramadhani,, 2014

KANDUNGAN NILAI KEARIFAN LOKAL

DALAM LEKSIKON KAULINAN BARUDAK DI KAMPUNG SUKARAME (SEBUAH KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4) Pendeskripsian nilai-nilai kebudayaan atau kearifan lokal berdasarkan pada prinsip keharmonisan, yaitu prinsip harmoni dengan tuhan, prinsip harmoni dengan antarmanusia, dan prinsip harmoni dengan alam.

3. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan batasan masalah, penulis akan merumuskan masalah penelitian dengan rincian sebagai berikut.

1) Bagaimana klasifikasi dan deskripsi leksikon kaulinan barudak di Kampung Sukarame, Desa Sukalaksana, Kecamatan Bungursari, Kota Tasikmalaya? 2) Bagaimana fungsi leksikon kaulinan barudak di Kampung Sukarame, Desa

Sukalaksana, Kecamatan Bungursari, Kota Tasikmalaya?

3) Bagaimana cerminan gejala kebudayaan yang muncul berdasarkan leksikon

kaulinan barudak di Kampung Sukarame, Desa Sukalaksana, Kecamatan

Bungursari, Kota Tasikmalaya?

4) Bagaimana persepsi masyarakat Kampung Sukarame terhadap kaulinan

barudak yang terdapat di Kampung Sukarame, Desa Sukalaksana, Kecamatan

Bungursari, Kota Tasikmalaya?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) mendeskripsikan klasifikasi dan deskripsi leksikon kaulinan barudak di Kampung Sukarame, Desa Sukalaksana, Kecamatan Bungursari, Kota Tasikmalaya;

2) menjelaskan fungsi leksikon kaulinan barudak di Kampung Sukarame, Desa Sukalaksana, Kecamatan Bungursari, Kota Tasikmalaya;

3) mendeskripsikan cerminan gejala kebudayaan yang muncul berdasarkan leksikon kaulinan barudak di Kampung Sukarame, Desa Sukalaksana, Kecamatan Bungursari, Kota Tasikmalaya;


(17)

6

EdwinAnugrah Ramadhani,, 2014

KANDUNGAN NILAI KEARIFAN LOKAL

DALAM LEKSIKON KAULINAN BARUDAK DI KAMPUNG SUKARAME (SEBUAH KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4) menjelaskan persepsi masyarakat Kampung Sukarame terhadap kaulinan

barudak yang terdapat di Kampung Sukarame, Desa Sukalaksana,

Kecamatan Bungursari, Kota Tasikmalaya.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik manfaat teoretis maupun manfaat praktis. Berikut ini adalah uraian dari manfaat teoretis dan manfaat praktis.

1) Secara teoretis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai ilmu pengetahuan lokal yang terekam dalam leksikon-leksikon

kaulinan barudak dan menjadi pustaka acuan untuk penelitian selanjutnya.

2) Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat melestarikan kaulinan

barudak dan mengenalkan kekayaan budaya yang terdapat di Kampung

Sukarame, Desa Sukalaksana, Kecamatan Bungursari, Kota Tasikmalaya, serta menjadi salah satu solusi bagi permasalahan sosial, seperti tawuran antarpelajar.

E. Struktur Organisasi Skripsi

Skripsi ini terdiri atas lima bab. Berikut adalah rincian dari ke lima bab tersebut.

1) Bab satu merupakan pendahuluan yang terdiri atas latar belakang masalah, masalah penelitian yang terbagi menjadi identifikasi masalah, batasan masalah, dan rumusan masalah. Selanjutnya, manfaat penelitian yang terbagi menjadi manfaat teoretis dan manfaat praktis, serta struktur organisasi skripsi. 2) Bab dua merupakan kaulinan barudak dalam kajian bahasa dan budaya yang terdiri atas telaah kepustakaan, kajian bahasa dan budaya, dan kaulinan

barudak. Telaah kepustakaan tersebut berisikan penelitian-penelitian berserta

hasilnya dari peneliti sebelumnya. Lalu, kajian bahasa dan budaya meliputi 1) antropolinguistik, 2) leksikon, 3) morfologi bahasa Indonesia dan bahasa


(18)

EdwinAnugrah Ramadhani,, 2014

KANDUNGAN NILAI KEARIFAN LOKAL

DALAM LEKSIKON KAULINAN BARUDAK DI KAMPUNG SUKARAME (SEBUAH KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sunda, dan 4) konsep harmonisasi. Lalu, kaulinan barudak atau permainan tradisional.

3) Bab tiga merupakan metode penelitian yang terdiri atas lokasi penelitian, data penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik pengolahan data.

4) Bab empat merupakan pembahasan hasil penelitian yang terdiri atas klasifikasi dan deskripsi leksikon kaulinan barudak di Kampung Sukarame, Desa Sukalaksana, Kecamatan Bungursari, Kota Tasikmalaya, fungsi leksikon kaulinan di Kampung Sukarame, Desa Sukalaksana, Kecamatan Bungursari, Kota Tasikmalaya, cerminan gejala kebudayaan yang muncul berdasarkan leksikon kaulinan barudak di Kampung Sukarame, Desa Sukalaksana, Kecamatan Bungursari, Kota Tasikmalaya, dan persepsi masyarakat Kampung Sukarame terhadap kaulinan yang terdapat di Kampung Sukarame, Desa Sukalaksana, Kecamatan Bungursari, Kota Tasikmalaya.


(19)

20

EdwinAnugrah Ramadhani,, 2014

KANDUNGAN NILAI KEARIFAN LOKAL

DALAM LEKSIKON KAULINAN BARUDAK DI KAMPUNG SUKARAME (SEBUAH KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Tempat yang dijadikan sebagai lokasi penelitian adalah Kampung Sukarame, Desa Sukalaksana, Kecamatan Bungursari, Kota Tasikmalaya. Pengambilan lokasi tersebut didasarkan pada kehidupan sosial masyarakat di sana yang belum terpengaruh oleh teknologi secara utuh. Teknologi utuh merupakan teknologi yang dipakai dalam setiap kegiatan bermasyarakat. Kata “belum” dalam pernyataan sebelumnya memiliki maksud bahwa pengaruh teknologi akan terus berusaha masuk dalam kehidupan mereka.

Kehidupan masyarakat Kampung Sukarame, Desa Sukalaksana, Kecamatan Bungursari, Kota Tasikmalaya ini, sama saja dengan kehidupan masyarakat kota pada umumnya. Secara keseluruhan, masyarakat Kampung Sukarame, Desa Sukalaksana, Kecamatan Bungursari, Kota Tasikmalaya beragama Islam dan berprofesi sebagai petani. Hal itu terbukti dari terdapatnya sawah-sawah di daerah tersebut.

B. Data atau Korpus Penelitian

Data yang akan didapatkan oleh penulis bersumber dari tokoh masyarakat dan masyarakat, khususnya anak-anak di Kampung Sukarame, Desa Sukalaksana, Kecamatan Bungursari, Kota Tasikmalaya. Data tersebut adalah data kualitatif yang berupa nama-nama kaulinan barudak, pakakas kaulinan barudak (cocooan), bahan atau material kaulinan barudak, dan leksikon-leksikon khusus. Semua itu merupakan data primer.

Data penunjang atau sekunder bersumber dari masyarakat Kampung Sukarame yang berupa persepsi mereka terhadap kaulinan barudak yang terdapat di Kampung Sukarame, Desa Sukalaksana, Kecamatan Bungursari, Kota Tasikmalaya. Data tersebut juga masih bersifat kualitatif.


(20)

EdwinAnugrah Ramadhani,, 2014

KANDUNGAN NILAI KEARIFAN LOKAL

DALAM LEKSIKON KAULINAN BARUDAK DI KAMPUNG SUKARAME (SEBUAH KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu C. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan antropolingusitik karena menggunakan bahasa dan budaya sebagai objek kajian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode model etnografi komunikasi.Model metode ini menuntut penulis untuk terjun langsung kepada masyarakat dan mengikuti kegiatan-kegiatan yang biasa dilakukan oleh masyarakat itu. Pernyataan tersebut selaras dengan Kuswarno (2008: 33) bahwa metode ini bermanfaat untuk mempelajari bagaimana individu mengategorikan pengalamannya.

Metode lain yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Metode ini mengasumsikan bahwa perilaku dan makna yang dianut sekelompok manusia hanya dpat dipahami melalui analisis atas lingkungan alamiah (natural

setting) (Kuswarno, 2008: 30).

D. Definisi Operasional

Pada bagian ini, penulis akan mendeskripsikan beberapa definisi operasional dari beberapa istilah yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini.

1) Kandungan nilai kearifan lokal adalah ilmu pengetahuan lokal yang terkandung dalam leksikon kaulinan barudak yang terdapat di Kampung Sukarame, Desa Sukalaksana, Kecamatan Bungursari, Kota Tasikmalaya. 2) Leksikon kaulinan barudak adalah nama-nama kaulinan barudak, pakakas

kaulinan barudak (cocooan), bahan atau material kaulinan barudak, dan

leksikon-leksikon khusus yang terdapat di Kampung Sukarame, Desa Sukalaksana, Kecamatan Bungursari, Kota Tasikmalaya.

3) Kampung Sukarame, Desa Sukalaksana, Kecamatan Bungursari, Kota Tasikmalaya adalah lokasi pengambilan datayang dibutuhkan dalam penelitian ini.


(21)

22

EdwinAnugrah Ramadhani,, 2014

KANDUNGAN NILAI KEARIFAN LOKAL

DALAM LEKSIKON KAULINAN BARUDAK DI KAMPUNG SUKARAME (SEBUAH KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4) Antropolinguistik adalah ilmumultidisipliner yang merupakan gabungan dari antropologi dan linguistik yang menjadikan hubungan budaya dan bahasa sebagai objek kajiannya.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah pedoman observasi dan lembaran angket yang berupa format pertanyaan (diadaptasi dari Sudana, dkk. 2012) akan diajukan kepada responden yang merupakan masyarakat kota. Berikut adalah uraian-uraiannya.

1. Pedoman Observasi

Pedoman observasi ini berhubungan dengan pelaksanaan observasi yang telah disesuaikan dengan rumusan masalah. Berikut contoh pedoman observasi dalam penelitian ini.

No Aspek Pengamatan Deskripsi

1 Kelancaran dalam menyebutkan leksikon

kaulinan barudak.

2 Penguasaan dalam memainkan kaulinan

barudak.

3 Kekompakan pelaku dalam memainkan

kaulinan barudak.

4 Fungsi-fungsi dalam leksikon kaulinan

barudak.

5 Gejala budaya yang terekam dalam leksikon kaulinan barudak.

6 dll.


(22)

EdwinAnugrah Ramadhani,, 2014

KANDUNGAN NILAI KEARIFAN LOKAL

DALAM LEKSIKON KAULINAN BARUDAK DI KAMPUNG SUKARAME (SEBUAH KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2. Lembaran Angket

Angket yang digunakan dalam penelitian ini berupa format pertanyaan yang diadaptasi dari Sudana, dkk. (2012). Dalam format pertanyaan tersebut terdapat beberapa pertanyaan beserta jawaban yang telah disediakan oleh penulis. Contoh format pertanyaan tersebut akan disediakan di bagian lampiran.

Angket ini akan disebarkan kepada masyarakat Kampung Sukarame, Desa Sukalaksana, Kecamatan Bungursari, Kota Tasikmalaya. Responden yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah 100 responden. Hendry (2010) menyebutkan bahwa dalam pemilihan survey dibutuhkan responden minimal 100.

Masyarakat yang dipilih oleh penulis sebagai responden adalah masyarakat yang masih duduk di bangku sekolah menengah pertama atau madrasah tsanawiyah, baik negeri atau swasta. Pemilihan responden tersebut didasarkan pada perkembangan fisik dan psikis mereka yang sedang aktif berkembang dan bermain.

F. Teknik Pengumpulan Data

Penulis menggunakan teknik observasi dalam mengumpulkan data yang dibutuhkan. Teknik observasi yang dimaksud adalah teknik observasi partisipan. Teknik ini mewajibkan penulis untuk menjadi bagian dari kelompok yang diteliti atau dari masyarakat Kampung Sukarame, Desa Sukalaksana, Kecamatan Bungursari, Kota Tasikmalaya. Penulis akan menemukan peran untuk dimainkan sebagai anggota masyarakat tersebut dan mencoba untuk memeroleh perasaan dekat dengan nilai-nilai kelompok dan pola-pola masyarakat (Kuswarno, 2008: 49).

Dengan menggunakan teknik ini, penulis memiliki keuntungan untuk mengambil data sebanyak-banyaknya dan mengenal situasi sosial yang terjadi dalam kelompok tersebut. Selain itu, penulis menggunakan teknik wawancara mendalam yang berlangsung selama penulis melakukan observasi partisipan.


(23)

24

EdwinAnugrah Ramadhani,, 2014

KANDUNGAN NILAI KEARIFAN LOKAL

DALAM LEKSIKON KAULINAN BARUDAK DI KAMPUNG SUKARAME (SEBUAH KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Teknik-teknik tersebut digunakan untuk mendapatkan data yang bersifat primer. Selanjutnya, untuk mendapatkan data sekunder yang berupa persepsi masyarakat, penulis akan menggunakan angket yang berisi pertanyaan-pertanyaan mengenai permainan tradisional anak.

Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data sekunder tersebut adalah simple random sampling (Mustafa, 2000). Teknik ini digunakan karena penulis menganggap bahwa perbedaan-perbedaan yang ada pada responden, seperti gender, tingkat ekonomi, dan jabatan tidak berpengaruh secara signifikan dalam hasil penelitian ini. Selain itu, penulis juga akan menggunakan teknik

purpose. Teknik ini menuntut penulis untuk memilih responden sesuai tujuan

penulis, tanpa memikirkan jumlah populasi.

G. Teknik Pengolahan Data

Setelah penulis mendapatkan data berupa data primer, penulis akan mendeskripsikan data tersebut berdasarkan rumusan masalah sebagai berikut. 1. Pendeskripsian tersebut didasarkan pada ilmu morfologi. Dari pendeskripsian

tersebut, penulis akan mengklasifikasikan data-data ke dalam kelompok nama-nama kaulinan barudak, pakakas kaulinan barudak (cocooan), bahan atau material kaulinan barudak, dan leksikon-leksikon khusus, serta satuan lingual.

2. Selanjutnya, penulis akan mendeskripsikan fungsi-fungsi yang terdapat dalam leksikon-leksikon kaulinan barudak yang terdapat di Kampung Sukarame, Desa Sukalaksana, Kecamatan Bungursari, Kota Tasikmalaya.

3. Setelah itu, penulis akan menguraikan cerminan gejala kebudayaan yang terkandung dalam nama leksikon-leksikon kaulinan barudak yang terdapat di Kampung Sukarame, Desa Sukalaksana, Kecamatan Bungursari, Kota Tasikmalaya.


(24)

EdwinAnugrah Ramadhani,, 2014

KANDUNGAN NILAI KEARIFAN LOKAL

DALAM LEKSIKON KAULINAN BARUDAK DI KAMPUNG SUKARAME (SEBUAH KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Kemudian, untuk mengolah data sekunder, penulis akan mengelompokkan data-data tersebut berdasarkan jawaban yang paling dipilih oleh para responden atau masyarakat Kampung Sukarame.

5. Setelah itu, penulis akan membuat simpulan dari beberapa uraian yang telah dijabarkan sebelumnya beserta rekomendasi-rekomendasi mengenai pemertahanan kaulinan barudak.


(25)

114

EdwinAnugrah Ramadhani,, 2014

KANDUNGAN NILAI KEARIFAN LOKAL

DALAM LEKSIKON KAULINAN BARUDAK DI KAMPUNG SUKARAME (SEBUAH KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan analisis dan pembahasan-pembahasan sebelumnya, penulis membuat simpulan sebagai berikut.

1) Kaulinan barudak yang terdapat di Kampung Sukarame ini dapat

diklasifikasikan berdasarkan sifatnya, yaitu kaulinan barudak yang bersifat kompetitif berjumlah 35 kaulinan, kaulinan barudak yang bersifat edukatif yang meliputi semua kaulinan barudak, dan kaulinan barudak yang bersifat rekreatif berjumlah 7 kaulinan. Kaulinan barudak yang bersifat kompetitif dibagi menjadi dua, yaitu kaulinan barudak yang bersifat kompetitif yang memerlukan alat dan kaulinan barudak yang bersifat kompetitif yang tidak memerlukan alat. Selain kaulinan barudak, penulis juga menemukan pakakas

kaulinan atau cocooan yang akrab disebut dengan mainan sejumlah 15 buah

dan bahan/material dalam kaulinan dan pakakas kaulinan atau cocooan. Dari semua data tersebut, penulis klasifikasikan lagi berdasarkan satuan lingual yang meliputi bentuk tunggal dan bentuk kompleks. Bentuk tunggal dan bentuk kompleks dalam kaulinan dan pakakas kaulinan atau cocooan memiliki jumlah yang berbeda. Dari perbedaan jumlah itu, penulis dapat menyimpulkan bahwa data-data tersebut menunjukkan bahwa masyarakat Kampung Sukarame hidup secara bersama-sama dan menjunjung tinggi nilai kebersamaan. Simpulan tersebut didasarkan pada hakikat bentuk kompleks yang terbentuk dari satuan-satuan bebas dan satuan-satuan terikat yang tidak dapat berdiri sendiri.

2) Fungsi sosial budaya yang hadir dalam leksikon kaulinan barudak ini meliputi fungsi sosial, fungsi individual, fungsi hiburan, fungsi mendidik, fungsi sebagai media pelatihan motorik, fungsi media pelatihan kepekaan terhadap alam sekitar, dan fungsi membentuk kreativitas anak.


(26)

EdwinAnugrah Ramadhani,, 2014

KANDUNGAN NILAI KEARIFAN LOKAL

DALAM LEKSIKON KAULINAN BARUDAK DI KAMPUNG SUKARAME (SEBUAH KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3) Cerminan gejala kebudayaan yang hadir dalam kaulinan barudak meliputi prinsip harmonisasi dengan Tuhan, prinsip harmonisasi dengan antarmanusia, dan prinsip harmonisasi dengan alam.Pertama, prinsip harmonisasi denganTuhan tercermin dalam kaulinan barudak wawayangan/gogolékan. Masyarakat Kampung Sukarame memercayai bahwa wawayangan/gogolékan digunakan sebagai media penyebaran agama Islam oleh Wali Songo. Dalam penyebaran agama Islam di Jawa Barat, wayang yang digunakan adalah

wayang golék. Kedua, prinsip harmonisasi dengan antarmanusia tercermin

dalam kaulinan barudak anyangan. Kaulinan anyangan ini meniru kebiasaan masyarakat Kampung Sukarame berupa saling mengunjungi dan mengirim makanan pada saat hajatan. Kebiasaan tersebut mencerminkan nilai kerukunan antarmanusia. Ketiga, prinsip harmonisasi dengan alam tercermin dalam bahan/material dalam kaulinan barudak dan pakakas kaulinan atau

cocooan tersebut sebagian besar berasal dari alam, khususnya

tumbuh-tumbuhan, seperti daun kalapa, gagang paré, awi, dan gagang daun sampeu. 4) Persepsi masyarakat Kampung Sukarame terhadap kaulinan barudak

tergolong bagus. Hal tersebut dibuktikan dengan anak-anak Kampung Sukarame yang memainkan kaulinan barudak, seperti kaulinan barudak

endog-endogan yang memiliki jumlah jawaban “jarang” dan jumlah jawaban

“sering” adalah 96%. Lalu, pada komponen perasaan, sikap, harapan, dan

keinginanmasyarakat Kampung Sukarame menunjukkan tingkat kepedulian yang tinggi terhadap kaulinan barudak. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan

salah satu contoh pertanyaan “ketika mengetahui bahwa kaulinan barudak

tidak digunakan atau dikenal lagi, saya merasa …. ”. Masyarakat Kampung

Sukarame memilih jawaban “tidak senang” sebesar 88%, untuk jawaban


(27)

116

EdwinAnugrah Ramadhani,, 2014

KANDUNGAN NILAI KEARIFAN LOKAL

DALAM LEKSIKON KAULINAN BARUDAK DI KAMPUNG SUKARAME (SEBUAH KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu B. Rekomendasi

Berdasarkan temuan penelitian, penulis memberikan rekomendasi sebagai berikut.

1) Penelitian ini hanya meneliti nama-nama kaulinan barudak, nama-nama

pakakas kaulinan atau cocooan, bahan/material dalam kaulinan barudak dan pakakas kaulinan atau cocooan, serta leksikon khusus dalam kaulinan barudak. Penelitian ini dapat dikaji lagi dengan meneliti bagian-bagian yang

terdapat dalam pakakas kaulinan atau cocooan.

2) Berdasarkan penelitian ini, kaulinan barudak yang terdapat di Kampung Sukarame dapat dijadikan bahan ajar bagi mata pelajaran olahraga serta bahan/material dalam kaulinan barudak dan pakakas kaulinan atau cocooan dapat dijadikan bahan ajar bagi mata pelajaran pendidikan lingkungan hidup (PLH).


(28)

EdwinAnugrah Ramadhani,, 2014

KANDUNGAN NILAI KEARIFAN LOKAL

DALAM LEKSIKON KAULINAN BARUDAK DI KAMPUNG SUKARAME (SEBUAH KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Alif Z. Dan Retno (2009) Permainan rakyat Jawa Barat dalam dimensi budaya. Bandung: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat.

Badu, Ruslin. (2011) Perkembangan model pelatihan permainan tradisional

edukatif berbasis potensi lokal dalam meningkatkan kemampuan dan keterampilan orang tua anak usia dini di PAUD Kota Gorontalo. Jurnal

Penelitian dan Pendidikan, Volume 8 Nomor 1. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.

Chaer, Abdul. (2007) Linguistik umum. Rineka Cipta. Jakarta.

Damianti, Vismaia S dan Nunung Setiaresmi. (2005) Sintaksis bahasa Indonesia. Bandung: Pusat Studi Literasi.

Danadibrata, R. A. (2006) Kamus basa Sunda. Bandung: Kiblat buku Utama. Danandjaja, James. (1984) Folklor Indonesia (ilmu gosip, dongeng, dan

lain-lain). jakarta: Grafitipers.

Depdiknas. (2008) Kamus besar bahasa Indonesia. Edisi keempat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Duranti, Alessandro. (1997) Linguistic anthropology. Cambridge: Cambridge University Press.

Fahrirozy. (2010) Wayang dan penyebaran Islam di Indonesia oleh Wali Songo

sebuah harmonisasi dalam keberagamaan. Tersedia di: http://fahrirozy.wordpress.com/2010/05/08/wayang-dan-penyebaran-Islam-di-Indonesia-oleh-Wali-Songo-sebuah-harmonisasi-dalam-keberagamaan/. [ Diakses 1 Juli 2014]

Fasya, Mahmud. (2011). Leksikon waktu harian dalam bahasa Sunda: Kajian

linguistik antropologis. Makalah pada Konferensi Linguistik Tahunan Atma Jaya

9: Tingkat Internasional, Universitas Atma Jaya, Jakarta.

Foley, William A. (1997) Anthropological linguistic: An introduction. Massachusets: Blackwell Publishers.

Hadi, Ahmad. (1991) Peperenian (kandaga, unak-anik, rusiah basa


(29)

118

EdwinAnugrah Ramadhani,, 2014

KANDUNGAN NILAI KEARIFAN LOKAL

DALAM LEKSIKON KAULINAN BARUDAK DI KAMPUNG SUKARAME (SEBUAH KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Hendry. (2010) Populasi dan sampel. Tersedia di: https://teoridaring.wordpress.com/2010/01/24/populasi-dan-sampel/comment-page-4/. [Diakses 1 Juli 2014]

Hutomo, Suripan Hadi. (1991) Mutiara yang tak terlupakan: Pengantar studi

sastra lisan. Surabaya: HISKI Komisariat Jawa Tmiur.

Khasanah, Ismatul, dkk. (2011) Permainan tradisional sebagai media stimulasi

aspek perkembangan anak usia dini. Jurnal PAUDIA Volume 1. Nomor 1.

Koentjaraningrat. (1990) Pengantar ilmu antropologi. Jakarta: Rineka Cipta. Kosasih, Dede. (2009) Etnopedagogi dalam kaulinan dan kakawihan barudak

Sunda. Makalah dalam konperensi nasional dan pembentukan organisasi profesi

pengajar bahasa sastra dan budaya Indonesia. Kaliurang Jogja.

Kridalaksana, Harimurti. (2001) Kamus linguistik: Edisi ketiga: PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.

Kridalaksana, Harimurti. (2008) Kamus linguistik: Edisi keempat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Kuswarno, Engkus. (2008) Etnografi komunikasi. Bandung: Widya Padjadjaran. Levi-Strauss, Claude. (1972) Structural antrhopology. Great Britain: Penguin Books.

Misbah, Ifa H. (2006) Peran permainan tradisional yang bermuatan edukatif

dalam menyumbang pembentukan karakter dan identitas bangsa. Psikologi.

Universitas Pendidikan Indonesia: tidak diterbitkan.

Moleong, Lexy J. (1995) Metodologi penelitian kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mulyati, Sri. (2013) Lagu kaulinan budak di Desa Peundeuy Kecamatan

Peundeuy Kabupaten Garut”. Skripsi mahasiswi UPI jurusan bahasa dan sastra

Indonesia. Bandung: tidak diterbitkan.

Mustafa, Hasan. (2000) Teknik sampling. Tersedi di: home.unpar.ac.id/hasan/sampling.doc. [Diakses 6 Agustus 2014]

Palmer, Gary B. (1999) Towards a theory of cultural linguistics. Austin: University of Texas Press.


(30)

EdwinAnugrah Ramadhani,, 2014

KANDUNGAN NILAI KEARIFAN LOKAL

DALAM LEKSIKON KAULINAN BARUDAK DI KAMPUNG SUKARAME (SEBUAH KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Prabowo, Kelvin, dkk. (2013) Nilai-nilai kearifan lokal yang terkandung dalam

leksikon permainan tradisional anak: Studi antropolinguistik di Kampung Naga, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya. Prosiding SETALI UPI. Bandung:

UPI PRESS 2013.”

Ramlan, M. (2009) Ilmu bahasa Indonesia morfologi suatu tinjauan deskriptif. Yogyakarta: Karyono.

Sibarani, Robert. (2004) Antropolinguistik. Medan: PODA.

Sudana, dkk. (2012) Eksplorasi nilai pendidikan lingkungan hidup dalam leksikon

etnobotani: Kajian etnopedagogi di Kampung Naga,Kabupaten Tasikmalaya.

Makalah Hibah Penelitian UPI 2012. Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. Sukirman, Dharmamulya. (2005) Permainan tradisional Jawa. Yogyakarta: Kepel Press.

Sumiyadi dan Yulianeta. (2008) Permainan tradisional anak-anak Periangan

(struktur proses penciptaan kontek pertunjukan dan fungsi). Jurnal Universitas

Pendidikan Indonesia Vol. Ii No. 3. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung. Tamsyah, Budi Rahayu. (1996) Kamus lengkap Sunda- Indonesia

Indonesia-Sunda Indonesia-Sunda-Indonesia-Sunda. Bandung: Pustaka Setia.

Tamsyah, Budi Rahayu. (2001) Galuring basa Sunda. Bandung: Pustaka Setia. Teeuw, A. (2003). Sastera dan ilmu sastera. Jakarta: Pustaka Jaya.

Wierzbicka, Anna. (1997) Understanding cultures through their key words: English, Russian, Polish, German, and Japanese. New York: Oxford University Press.

Wulandari. (2012). Nilai-nilai yang terkadung dalam permainan tradisional

Sunda yang dikaitkan dengan aspek psikologi anak. Skripsi mahasiswi

Universitas Komputer Indonesia. Bandung: tidak diterbitkan.

Wulansari, Ratna. (2010) Lagu kaulinan budak di Desa Cisarua Kecamatan

Cikole Kota Sukabumi. Skripsi mahasiswi UPI jurusan bahasa dan sastra

Indonesia. Bandung: tidak diterbitkan.

Yusuf, Ahmad. (1981) Permainan rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah.


(1)

EdwinAnugrah Ramadhani,, 2014

KANDUNGAN NILAI KEARIFAN LOKAL

DALAM LEKSIKON KAULINAN BARUDAK DI KAMPUNG SUKARAME (SEBUAH KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

PENUTUP

A.

Simpulan

Berdasarkan analisis dan pembahasan-pembahasan sebelumnya, penulis

membuat simpulan sebagai berikut.

1)

Kaulinan barudak yang terdapat di Kampung Sukarame ini dapat

diklasifikasikan berdasarkan sifatnya, yaitu kaulinan barudak yang bersifat

kompetitif berjumlah 35 kaulinan, kaulinan barudak yang bersifat edukatif

yang meliputi semua kaulinan barudak, dan kaulinan barudak yang bersifat

rekreatif berjumlah 7 kaulinan. Kaulinan barudak yang bersifat kompetitif

dibagi menjadi dua, yaitu kaulinan barudak yang bersifat kompetitif yang

memerlukan alat dan kaulinan barudak yang bersifat kompetitif yang tidak

memerlukan alat. Selain kaulinan barudak, penulis juga menemukan pakakas

kaulinan atau cocooan yang akrab disebut dengan mainan sejumlah 15 buah

dan bahan/material dalam kaulinan dan pakakas kaulinan atau cocooan. Dari

semua data tersebut, penulis klasifikasikan lagi berdasarkan satuan lingual

yang meliputi bentuk tunggal dan bentuk kompleks. Bentuk tunggal dan

bentuk kompleks dalam kaulinan dan pakakas kaulinan atau cocooan

memiliki jumlah yang berbeda. Dari perbedaan jumlah itu, penulis dapat

menyimpulkan bahwa data-data tersebut menunjukkan bahwa masyarakat

Kampung Sukarame hidup secara bersama-sama dan menjunjung tinggi nilai

kebersamaan. Simpulan tersebut didasarkan pada hakikat bentuk kompleks

yang terbentuk dari satuan-satuan bebas dan satuan-satuan terikat yang tidak

dapat berdiri sendiri.

2)

Fungsi sosial budaya yang hadir dalam leksikon kaulinan barudak ini

meliputi fungsi sosial, fungsi individual, fungsi hiburan, fungsi mendidik,

fungsi sebagai media pelatihan motorik, fungsi media pelatihan kepekaan

terhadap alam sekitar, dan fungsi membentuk kreativitas anak.


(2)

EdwinAnugrah Ramadhani,, 2014

KANDUNGAN NILAI KEARIFAN LOKAL

DALAM LEKSIKON KAULINAN BARUDAK DI KAMPUNG SUKARAME (SEBUAH KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3)

Cerminan gejala kebudayaan yang hadir dalam kaulinan barudak meliputi

prinsip harmonisasi dengan Tuhan, prinsip harmonisasi dengan antarmanusia,

dan prinsip harmonisasi dengan alam.Pertama, prinsip harmonisasi

denganTuhan tercermin dalam kaulinan barudak wawayangan/gogolékan.

Masyarakat Kampung Sukarame memercayai bahwa wawayangan/gogolékan

digunakan sebagai media penyebaran agama Islam oleh Wali Songo. Dalam

penyebaran agama Islam di Jawa Barat, wayang yang digunakan adalah

wayang golék. Kedua, prinsip harmonisasi dengan antarmanusia tercermin

dalam kaulinan barudak anyangan. Kaulinan anyangan ini meniru kebiasaan

masyarakat Kampung Sukarame berupa saling mengunjungi dan mengirim

makanan pada saat hajatan. Kebiasaan tersebut mencerminkan nilai

kerukunan antarmanusia. Ketiga, prinsip harmonisasi dengan alam tercermin

dalam bahan/material dalam kaulinan barudak dan pakakas kaulinan atau

cocooan tersebut sebagian besar berasal dari alam, khususnya

tumbuh-tumbuhan, seperti daun kalapa, gagang paré, awi, dan gagang daun sampeu.

4)

Persepsi masyarakat Kampung Sukarame terhadap kaulinan barudak

tergolong bagus. Hal tersebut dibuktikan dengan anak-anak Kampung

Sukarame yang memainkan kaulinan barudak, seperti kaulinan barudak

endog-endogan

yang memiliki jumlah jawaban “jarang” dan jumlah jawaban

“sering” adalah 96%.

Lalu, pada komponen perasaan, sikap, harapan, dan

keinginanmasyarakat Kampung Sukarame menunjukkan tingkat kepedulian

yang tinggi terhadap kaulinan barudak. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan

salah satu contoh pertanyaan “

ketika mengetahui bahwa kaulinan barudak

tidak digunakan atau dikenal lagi, saya merasa …. ”

. Masyarakat Kampung

Sukarame memilih jawaban

tidak senang

sebesar 88%, untuk jawaban

biasa

berjumlah 12% dan jawaban

senang

0%.


(3)

EdwinAnugrah Ramadhani,, 2014

KANDUNGAN NILAI KEARIFAN LOKAL

DALAM LEKSIKON KAULINAN BARUDAK DI KAMPUNG SUKARAME (SEBUAH KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B.

Rekomendasi

Berdasarkan temuan penelitian, penulis memberikan rekomendasi sebagai

berikut.

1)

Penelitian ini hanya meneliti nama-nama kaulinan barudak, nama-nama

pakakas kaulinan atau cocooan, bahan/material dalam kaulinan barudak dan

pakakas kaulinan atau cocooan, serta leksikon khusus dalam kaulinan

barudak. Penelitian ini dapat dikaji lagi dengan meneliti bagian-bagian yang

terdapat dalam pakakas kaulinan atau cocooan.

2)

Berdasarkan penelitian ini, kaulinan barudak yang terdapat di Kampung

Sukarame dapat dijadikan bahan ajar bagi mata pelajaran olahraga serta

bahan/material dalam kaulinan barudak dan pakakas kaulinan atau cocooan

dapat dijadikan bahan ajar bagi mata pelajaran pendidikan lingkungan hidup

(PLH).


(4)

EdwinAnugrah Ramadhani,, 2014

KANDUNGAN NILAI KEARIFAN LOKAL

DALAM LEKSIKON KAULINAN BARUDAK DI KAMPUNG SUKARAME (SEBUAH KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Alif Z. Dan Retno (2009) Permainan rakyat Jawa Barat dalam dimensi budaya.

Bandung: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat.

Badu, Ruslin. (2011) Perkembangan model pelatihan permainan tradisional

edukatif berbasis potensi lokal dalam meningkatkan kemampuan dan

keterampilan orang tua anak usia dini di PAUD Kota Gorontalo. Jurnal

Penelitian dan Pendidikan, Volume 8 Nomor 1. Universitas Pendidikan Indonesia.

Bandung.

Chaer, Abdul. (2007) Linguistik umum. Rineka Cipta. Jakarta.

Damianti, Vismaia S dan Nunung Setiaresmi. (2005) Sintaksis bahasa Indonesia.

Bandung: Pusat Studi Literasi.

Danadibrata, R. A. (2006) Kamus basa Sunda. Bandung: Kiblat buku Utama.

Danandjaja, James. (1984) Folklor Indonesia (ilmu gosip, dongeng, dan

lain-lain). jakarta: Grafitipers.

Depdiknas. (2008) Kamus besar bahasa Indonesia. Edisi keempat. Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama.

Duranti, Alessandro. (1997) Linguistic anthropology. Cambridge: Cambridge

University Press.

Fahrirozy. (2010) Wayang dan penyebaran Islam di Indonesia oleh Wali Songo

sebuah

harmonisasi

dalam

keberagamaan.

Tersedia

di:

http://fahrirozy.wordpress.com/2010/05/08/wayang-dan-penyebaran-Islam-di-Indonesia-oleh-Wali-Songo-sebuah-harmonisasi-dalam-keberagamaan/. [ Diakses

1 Juli 2014]

Fasya, Mahmud. (2011). Leksikon waktu harian dalam bahasa Sunda: Kajian

linguistik antropologis. Makalah pada Konferensi Linguistik Tahunan Atma Jaya

9: Tingkat Internasional, Universitas Atma Jaya, Jakarta.

Foley, William A. (1997) Anthropological linguistic: An introduction.

Massachusets: Blackwell Publishers.

Hadi, Ahmad. (1991) Peperenian (kandaga, unak-anik, rusiah basa


(5)

EdwinAnugrah Ramadhani,, 2014

KANDUNGAN NILAI KEARIFAN LOKAL

DALAM LEKSIKON KAULINAN BARUDAK DI KAMPUNG SUKARAME (SEBUAH KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Hendry.

(2010)

Populasi

dan

sampel.

Tersedia

di:

https://teoridaring.wordpress.com/2010/01/24/populasi-dan-sampel/comment-page-4/. [Diakses 1 Juli 2014]

Hutomo, Suripan Hadi. (1991) Mutiara yang tak terlupakan: Pengantar studi

sastra lisan. Surabaya: HISKI Komisariat Jawa Tmiur.

Khasanah, Ismatul, dkk. (2011) Permainan tradisional sebagai media stimulasi

aspek perkembangan anak usia dini. Jurnal PAUDIA Volume 1. Nomor 1.

Koentjaraningrat. (1990) Pengantar ilmu antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.

Kosasih, Dede. (2009) Etnopedagogi dalam kaulinan dan kakawihan barudak

Sunda. Makalah dalam konperensi nasional dan pembentukan organisasi profesi

pengajar bahasa sastra dan budaya Indonesia. Kaliurang Jogja.

Kridalaksana, Harimurti. (2001) Kamus linguistik: Edisi ketiga: PT Gramedia

Pustaka Utama: Jakarta.

Kridalaksana, Harimurti. (2008) Kamus linguistik: Edisi keempat. Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama.

Kuswarno, Engkus. (2008) Etnografi komunikasi. Bandung: Widya Padjadjaran.

Levi-Strauss, Claude. (1972) Structural antrhopology. Great Britain: Penguin

Books.

Misbah, Ifa H. (2006) Peran permainan tradisional yang bermuatan edukatif

dalam menyumbang pembentukan karakter dan identitas bangsa. Psikologi.

Universitas Pendidikan Indonesia: tidak diterbitkan.

Moleong, Lexy J. (1995) Metodologi penelitian kualitatif. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Mulyati, Sri. (2013) Lagu kaulinan budak di Desa Peundeuy Kecamatan

Peundeuy Kabupaten Garut

”. Skripsi mahasiswi UPI jurusan bahasa dan sastra

Indonesia. Bandung: tidak diterbitkan.

Mustafa,

Hasan.

(2000)

Teknik

sampling.

Tersedi

di:

home.unpar.ac.id/hasan/sampling.doc. [Diakses 6 Agustus 2014]

Palmer, Gary B. (1999) Towards a theory of cultural linguistics. Austin:

University of Texas Press.


(6)

EdwinAnugrah Ramadhani,, 2014

KANDUNGAN NILAI KEARIFAN LOKAL

DALAM LEKSIKON KAULINAN BARUDAK DI KAMPUNG SUKARAME (SEBUAH KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Prabowo, Kelvin, dkk. (2013) Nilai-nilai kearifan lokal yang terkandung dalam

leksikon permainan tradisional anak: Studi antropolinguistik di Kampung Naga,

Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya. Prosiding SETALI UPI. Bandung:

UPI PRESS 2013.”

Ramlan, M. (2009) Ilmu bahasa Indonesia morfologi suatu tinjauan deskriptif.

Yogyakarta: Karyono.

Sibarani, Robert. (2004) Antropolinguistik. Medan: PODA.

Sudana, dkk. (2012) Eksplorasi nilai pendidikan lingkungan hidup dalam leksikon

etnobotani: Kajian etnopedagogi di Kampung Naga,Kabupaten Tasikmalaya.

Makalah Hibah Penelitian UPI 2012. Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Sukirman, Dharmamulya. (2005) Permainan tradisional Jawa. Yogyakarta:

Kepel Press.

Sumiyadi dan Yulianeta. (2008) Permainan tradisional anak-anak Periangan

(struktur proses penciptaan kontek pertunjukan dan fungsi). Jurnal Universitas

Pendidikan Indonesia Vol. Ii No. 3. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.

Tamsyah, Budi Rahayu. (1996) Kamus lengkap Sunda- Indonesia

Indonesia-Sunda Indonesia-Sunda-Indonesia-Sunda. Bandung: Pustaka Setia.

Tamsyah, Budi Rahayu. (2001) Galuring basa Sunda. Bandung: Pustaka Setia.

Teeuw, A. (2003). Sastera dan ilmu sastera. Jakarta: Pustaka Jaya.

Wierzbicka, Anna. (1997) Understanding cultures through their key words:

English, Russian, Polish, German, and Japanese. New York: Oxford University

Press.

Wulandari. (2012). Nilai-nilai yang terkadung dalam permainan tradisional

Sunda yang dikaitkan dengan aspek psikologi anak. Skripsi mahasiswi

Universitas Komputer Indonesia. Bandung: tidak diterbitkan.

Wulansari, Ratna. (2010) Lagu kaulinan budak di Desa Cisarua Kecamatan

Cikole Kota Sukabumi. Skripsi mahasiswi UPI jurusan bahasa dan sastra

Indonesia. Bandung: tidak diterbitkan.

Yusuf, Ahmad. (1981) Permainan rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta.

Yogyakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan

Dokumentasi Kebudayaan Daerah.