MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS ANAK ASPEK MENULIS MELALUI MEDIA LILIN: Penelitian Tindakan Kelas Pada Kelompok B2 TK Kartika XVI-I Secapa AD Kab. Bandung Tahun Ajaran 2014 / 2015.
MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS ANAK ASPEK
MENULIS MELALUI MEDIA LILIN
(Penelitian Tindakan Kelas Pada Kelompok B2 TK Kartika XVI-I Secapa AD Kab. Bandung Tahun Ajaran 2014 / 2015)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini
Oleh
Tiarah 1009930
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DEPARTEMEN PEDAGOGIK
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2015
(2)
MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS ANAK ASPEK
MENULIS MELALUI MEDIA LILIN
(Penelitian Tindakan Kelas Pada Kelompok B2 TK Kartika XVI-I Secapa AD Kab. Bandung Tahun Ajaran 2014 / 2015)
Oleh
Tiarah NIM. 1009930
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pada Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Ilmu Pendidikan
©Tiarah
Universitas Pendidikan Indonesia Januari 2015
Hak cipta dilindungi undang-undang
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, Dengan dicetak ulang, difotokopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis
(3)
(4)
(5)
MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS ANAK ASPEK MENULIS MELALUI MEDIA LILIN
Penelitian Tindakan Kelas Pada Kelompok B2 TK Kartika XVI-I Secapa AD Kab.Bandung Tahun Ajaran 2014/2015)
Oleh: Tiarah, NIM. 1009930
ABSTRAK
Penelitian ini dilatar belakangi oleh timbulnya permasalahan yang terjadi di TK Kartika XVI-I Secapa AD tentang keterampilan motorik halus anak khususnya kelas B2. Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa permasalahan terjadi karena kurangnya latihan keterampilan-keterampilan motorik halus, media yang kurang bervariatif yang melibatkan gerakan-gerakan otot-otot halus anak. Hasil observasi awal menunjukkan keterampilan motorik halus anak belum tercapai maksimal terbukti ketika guru memberikan kegiatan keterampilan motorik halus kepada anak-anak masih banyak anak yang membutuhkan bantuan dari guru dan hasil dari kegiatan motorik halus anak belum optimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) bagaimana kondisi objektif keterampilan motorik halus anak di TK Kartika sebelum menggunakan media lilin, (2) bagaiamana penerapan kegiatan dengan media lilin untuk meningkatkan keterampilan motorik halus anak di TK Kartika, (3) bagaimana peningkatan keterampilan motorik halus anak di TK Kartika setelah menggunakan media lilin. Untuk itu penulis melakukan penelitian dalam meningkatakan keterampilan motorik halus anak TK Kartika melalui media lilin dengan asumsi kegiatan ini dapat menjadi kegiatan pembelajaran yang menarik untuk meningkatakan keterampilan motorik halus anak. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian tindakan kelas (PTK) dengan sampel kelompok B2 TK Kartika XVI-I Secapa AD yang berjumlah 18 anak. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan yang lebih baik (B) , hasil penelitian siklus I memperoleh kriteria (B) 55%, hasil penelitian siklus II memperoleh kriteria (B)78%. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat direkomendasikan bahwa media lilin dapat digunakan sebagai media pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan keterampilan motorik halus anak TK.
(6)
IMPROVEMENT CHILDREN’S FINE MOTOR SKILL IN WRITING ASPECT THROUGH CANDLE MEDIA
Classroom Action Research in B2 group of TK Kartika XVI-I Secapa AD Bandung district School Year 2014/2015)
Written by: Tiarah, NIM. 1009930
ABSTRACT
Background in this research is the problem that happens in TK Kartika XVI-I Secapa AD about fine motor skill especially B2 class. Observation in Japan showed that problem happens because less in practices in fine motor skills, media that less varied involve muscle movements of children. Observation result showed children fine motor skills yet reached maximum, proved when teacher gives fine motor skills activity to children that was still needed teacher helps and the activity result yet reached optimum. Purposes of this research is (1) to know how the objective condition of fine motor skill before use candle media, (2) how to applying candle media activity to improve fine motor skill of children in TK Kartika, (3) how to improve fine motor skill of children in TK Kartika after used candle media. cause of them, researcher do the research to improve fine motor skill of children in TK Kartika through candle media with assumption of this activity can be interesting activity to improve fine motor skill. Research method used kind of classroom action research (CAR) with sample of B2 group of TK Kartika XVI-I Secapa AD that has 18 children. Result of this research showed the better improvement (B), result in cycle I got criteria of (B) 55%, result in cycle II got criteria (B)78%. according to research result, it can recommended that candle media can used as effective learning media to improve fine motor skill of children.
(7)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa usia taman kanak-kanak adalah masa dimana perkembangan fisik motorik anak berlangsung dengan cepat, hal ini terlihat dari sifat anak yang terlihat jarang sekali lelah dalam kegiatan sehari-harinya dengan dunia bermain mereka membutuhkan gerakan-gerakan otot-ototnya baik itu motorik kasar maupun halus. Dalam hal ini dunia pendidikan diharapkan mampu untuk mengarahkan dunia bermain mereka dengan kegiatan motoriknya untuk meningkatkan keterampilan-keterampilan motorik yang ada dalam diri anak, agar senantiasa keterampilan motorik itu berkembang sesuai dengan perkembangan motorik anak melalui pembelajaran yang menyenangkan.
Pendapat di atas sejalan dengan pernyataan yang di ungkapkan oleh Bambang Sujiono (2008:1) bahwa, masa lima tahun pertama pertumbuhan dan perkembangan anak sering disebut sebagai masa keemasan karena pada masa itu keadaan fisik, motorik, intelektual, bahasa dan sosial anak sedang berkembang sangat cepat dan hal ini terjadi pada anak usia Taman Kanak-kanak (TK) dimana perkembangan kemampuan anak akan sangat terlihat semakin bertambah kemampuannya sesuai dengan pertambahan usianya di masa keemasan tersebut
Menurut Mulyasa (2012:34). Pembentukan manusia dimulai dari masa anak dalam kandungan, yang selanjutmya diikuti oleh pengembangan anak setelah dilahirkan dan tumbuh menjadi dewasa (Hurlock, 1978:24). Taman kanak-kanak merupakan bentuk pendidikan anak usia dini yang berada pada jalur pendidikan formal sebagaimana dinyatakan dalam undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 pasal 28 ayat 3. (Masitoh dkk. 2005:2).
Dalam undang-undang tentang system pendidikan nasional dinyatakan bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui
(8)
pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (UU Nomor 20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1 Ayat 14). Ardy, Novan & Barnawi (2012:32).
Menurut Bambang Sujiono (2008:1.4) secara umum ada tiga tahap perkembangan keterampilan motorik anak pada usia dini, yaitu tahap kognitif, asosiatif, dan autonomous. Pada tahap kognitif, anak berusaha memahami keterampilan motorik serta apa aja yang dibutuhkan untuk melakukan suatu gerakan. Pada tahap asosiatif, anak banyak belajar dengan cara coba meralat olahan pada penampilan atau gerakan akan koreksi agar tidak melakukan kesalahan kembali dimasa mendatang. Tahap autonomous, gerakan yang ditampilkan anak merupakan respon yang lebih efisien dengan sedikit kesalahan. Anak sudah menampilkan gerakan secara otomatis.
Menurut Hurlock, (1978) “Perkembangan motorik berarti perkembangan pengendalian gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf, dan otot yang terkoordinasi”. Pengendalian tersebut berasal dari perkembangan refkleksi dan kegiatan massa yang ada pada waktu lahir. Sebelum perkembangan tersebut terjadi, anak akan tetap tidak berdaya. Menurut Richard, (2013 : 15) “motorik dapat diartikan sebagai proses belajar keahlian gerakan dan penghalusan kemampuan motorik, serta variabel yang mendukung atau menghambat maupun keahlian motorik”. Aspek pembelajaran motorik dalam pendidikan merupakan aspek yang berhubungan dengan tindakan atau perilaku yang ditampilkan oleh para siswa setelah menerima materi tertentu dari guru. Artinya, mereka bertindak atau berperilaku berdasarkan pengetahuan dan perasaan mereka.
Desmita (2012:99) menyatakan bahwa, keterampilan motorik halus meliputi otot-otot yang ada di seluruh tubuh, seperti menyentuh dan memegang. Latihan keterampilan motorik halus sangat penting bagi anak usia dini karena kan berpengaruh pada segi pembelajaran lainnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Hurlock (1978) bahwa penguasaan motorik halus penting bagi anak, karena seiring makin banyak keterampilan motorik yang dimiliki semakin baik pula
(9)
3
penyesuaian sosial yang dapat dilakukan anak serta semakin baik prestasi di sekolah. Sujiono (2008:3) bahwa, gerakan yang dilakukan anak sesederhana apapun khususnya gerakan motorik halus yang memerlukan gerakan otot-otot kecil adalah merupakan hasil pola interaksi yang telah dikontrol otak anak, dengan kata lain segala aktivitas terjadi di bawah control otak, kemudian otak akan mengolah informasi yang diterima melalui penglihatan dan pendengaran anak kemudian otak anak akan mendiktekan, mengatur dan mengontrol kepada setiap gerakan (motorik halus ) anak. Mayke (2007:77) menyatakan bahwa, motorik halus penting karena ini nantinya akan dibutuhkan anak dari segi akademis. Seperti untuk menulis, menjiplak, menggunting, mewarnai, melipat, menggambar hingga menarik garis.
Elizabeth B. Hurlock (1978) menyatakan bahwa, masa kecil sering disebut sebagai “saat ideal” untuk mempelajari keterampilan motorik karena ada alas an -alasan seperti pertama, karena tubuh anak lebih lentur ketimbang tubuh remaja atau dewasa, sehingga anak lebih mudah menerima semua pelajaran, kedua anak belum banyak memiliki keterampilan yang akan berbenturan dengan keterampilan yang baru dipelajarinya, maka bagi anak mempelajarai keterampilan baru lebih mudah, dan ketiga secara keseluruhan anak lebih berani pada waktu kecil ketimbang telah besar oleh karena itu, mereka lebih berani mencoba sesuatu yang baru. Agus Hamdani (2010) menyatakan :
Keterampilan motorik halus (fine motor skills) adalah aktivitas-aktivitas yang memerlukan pemakaian otot-otot kecil pada tangan, aktivitas tersebut terlihat mudah namun memerlukan latihan dan bimbingan agar anak dapat melakukan secara baik dan benar.
Aspek menulis ini tentu saja sangat berkaitan dengan keterampilan motorik halus anak, karena keterampilan motorik halus akan membantu anak untuk mencapai kemampuan menulis anak. Bermain menggunakan media yang bervariatif sangat digemari oleh anak apalagi jika menggunakan tangan dan jemari mereka yang dapat menciptakan beraneka kreasi indah bisa dilakukan dari media lilin.
(10)
Permasalahan yang berkaitan dengan keterampilan motorik halus di TK Kartika Secapa AD saat ini khusunya dikelas B2 dikarenakan kegiatan pembelajaran yang menggunakan metode pembelajaran masih kurang variatif dan menarik bagi anak. Dan permasalahan yang berkaitan dengan pembelajaran keterampilan kotorik halus ini timbul dari kurangnya anak di latih dalam meningkatkan keterampilan motorik halus baik disekolah ataupun dirumah. Ketika anak dirumah anak kurang bereksplorasi untuk melakukan kegiatan motorik halus dimana anak tersebut banyak dibantu oleh orang tuanya dalam mengerjakan sesuatu yang berkaitan dengan kegiatan motorik halus seperti mengancingkan baju, memakai sepatu dan kaos kaki bahkan mungkin masih banyak anak yang makan disuapin oleh orang tuanya sehingga membuat anak kurang terampil dalam meningkatkan keterampilan motorik halusnya.
Dengan ini peneliti ingin memberikan pembelajaran yang menyenangkan bagi anak di TK Kartika secapa AD, salah satu alternatif pembelajaran yang diperkirakan mampu meningkatkan keterampilan motorik halus anak dengan menggunakan media lilin yaitu teknik menggunakan media lilin sebagai alat untuk melatih mengembangkan imajinasi, koordinasi motorik halus, sehingga dapat meningkatkan kesiapan menulis anak. Sehingga peneliti ingin mengetahui apakah kegiatan melukis dengan lilin efektif untuk meningkatkan keterampilan motorik halus anak dalam aspek menulis. Lebih lanjut dampak dari permasalahan dalam pembelajaran motorik halus anak yang diungkapakan oleh Yudha dan Rudiyanto (2005:15) bahwa, permasalahan yang mungkin terjadi apabila keterampilan motorik halus ini kurang dilatih, diperbaiki dan ditingkatkan, dikhawatirkan anak akan kurang mampu memfungsikan otot-otot kecil dalam menggerakkan jari dan kedua tangannya, anak kurang mampu mengkoordinasikan kecepatan tangan dan mata, dan anak kurang mampu mengendalikan kesabaran dan emosi dalam pembelajran motorik halus.
Maka dari itu sebagai guru dan sebagai orang dewasa kita harus mampu melatih keterampilan motorik halus anak dengan suatu metode pembelajaran yang dapat menunjang peningkatan keterampilan motorik halus ini dengan salah satu
(11)
5
metode yaitu menggunakan media lilin sebagai alat yang dapat diharapkan mampu meningkatkan keterampilan motorik halus anak khususnya kelas B2 keterampilan motorik halus anak bisa ditingkatkan dan diperbaiki. Latihan kelenturan jari jemari anak melalui kegiatan dengan lilin merupakan pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti, karena peneliti ingin mengetahui apakah kegiatan melukis dengan lilin dapat meningkatkan keterampilan motorik halus anak.
Berdasarkan pernyataan di atas sehubungan dengan pentingnya meningkatkan keterampilan motorik halus bagi anak TK maka dilakukan penelitian di TK Kartika Secapa AD Kelas B2, dengan judul penelitian “
Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus Anak Melalui Media Lilin
Untuk Kesiapan Menulis Pada Anak Usia Dini”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana Kondisi Objektif Keterampilan Motorik Halus Anak Di TK Kartika TNI Secapa AD Sebelum Menggunakan Media Lilin?
2. Bagaimana Penerapan Kegiatan Dengan Media Lilin Untuk Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus Anak Di TK Kartika Secapa AD ?
3. Bagaimana Peningkatan Keterampilan Motorik Halus Anak Di TK Kartika Secapa AD Setelah Menggunakan Media Lilin ?
C. Tujuan penelitian
Dari beberapa masalah yang telah dipaparkan di atas, adapun tujuan dilakukannya penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Secara umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui upaya peningkatan keterampilan motorik halus anak melalui media lilin di TK Kartika Secapa AD.
(12)
a. Untuk Mengetahui Kondisi Objektif Keterampilan Motorik Halus Anak Di TK Kartika TNI Secapa AD Sebelum Menggunakan Media Lilin b. Untuk Mengetahui Penerapan Kegiatan Dengan Media Lilin Untuk
Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus Anak Di TK Kartika Secapa AD
c. Untuk Mengetahui Peningkatan Keterampilan Motorik Halus Anak Di TK Kartika Secapa AD Setelah Menggunakan Media Lilin
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara teoritik maupun praktis terhadap peningkatan keterampilan motorik halus anak TK melalui media lilin
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritik, penelitian ini diharapkan dapat memperdalam pengembangan keilmuan tentang dunia anak usia TK, khusunya tentang penerapan media lilin di TK.
2. Manfaat Praktis a. Bagi anak
Dapat lebih mengembangkan keterampilan motorik halusnya melalui kegiatan-kegiatan yang diberikan guru
b. Bagi guru
1. Dapat meningkatkan pemahaman guru mengenai pentingnya peningkatan keterampilan motorik halus anak TK melalui media lilin
2. Sebagai acuan guru dalam meningkatkan keterampilan motorik halus di TK melalui media lilin
3. Memberikan pengalaman bagi gru dalam menerapkan media lilin c. Bagi peneliti
Dapat dijadikan bahan kajian lebih lanjut bagi peneliti selanjutnya mengenai aspek yang sama secara lebih mendalam
(13)
7
E. Asumsi Penelitian
1. Menurut Hurlock, (1978) “Perkembangan motorik berarti Perkembangan pengendalian gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf, dan otot yang terkoordinasi”. Pengendalian tersebut berasal dari perkembangan refkleksi dan kegiatan massa yang ada pada waktu lahir. Sebelum perkembangan tersebut terjadi, anak akan tetap tidak berdaya. 2. Menurut kamus besar bahasa Indonesia (1990:524) lilin adalah bahan
terbuat dari paraffin, mudah mencair jika dipanaskan, dapat dipakai sebagai pelita atau untuk membatik.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka peneliti berasumsi bahwa dengan menggunakan media lilin dapat meningkatkan keterampilan motorik halus anak untuk kesiapan menulis.
F. Definisi Operasional
1. Keterampilan motorik halus
Keterampilan motorik halus anak dalam penelitian ini di artikan sebagai suatu yang melibatkan gerakan jari tangan untuk kelenturan, kekuatan otot dan koordinasi antara tangan dan mata untuk melakukakan gerakan-gerakan yang ringan seperti, menulis nama, menggambar, membuat garis.
2. Media lilin
Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan aktivitas melukis dengan lilin (candle magic painting) adalah kegiatan melalui media lilin sebagai alat untuk meningkatkan keterampilan motorik halus anak yang dapat membantu dalam kesiapan menulis sebagai awal dari mengeksperesikan minatnya terlebih dahulu dengan gerak dasar tangan anak. Kegiatan dengan menggunakan media lilin ini anak dapat membuat berbagai bentuk atau goresan di kertas, menggambar sesuai dengan gagasannya, menulis nama, membuat garis dan meniru tulisan sederhana dari guru.
(14)
(15)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian ini dimaksudkan untuk memperbaiki dan meningkatkan proses pembelajaran yang sudah dilaksanakan guru serta mengatasi permasalahan motorik halus anak yang terjadi di lapangan (TK). Dengan cara menerapkan media lilin. Oleh karena itu untuk mencapai apa yang dimaksud di atas maka penelitian ini digunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK).
Arikunto (2006:57) menyebutkan bahwa penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelas bekerja sama dengan peneliti yang menekankan pada penyempurnaan atau peningkatan proses pembelajaran. Menurut Muslihuddin (2010:9). Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang dilakukan secara sistematik terhadap berbagai tindakan yang dilakukan oleh seorang untuk memperbaiki kondisi pembelajaran. Adapun menurut Carr dan Kemmis dalam Suyadi, (2010:21) Penelitian Tindakan Kelas yaitu suatu bentuk inquiry atau penyelidikan yang dilakukan melalui refleksi diri. Tujuan penelitian tindakan secara umum yaitu untuk tercapainya konteks pembelajaran dari pihak yang terlibat yaitu peneliti dan para subyek yang diteliti. Adapun tujuan lainnya yaitu agar diperoleh pengalaman nyata yang berkaitan erat dengan usaha peningkatan kualitas secara profesional maupun akademik. Adapun prosedur PTK menurut Muslihuddin (2010:50) adalah sebagai berikut :
Penelitian tindakan kelas secara berurutan dengan perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Kemudian dilanjutkan dengan tahap kedua yang diawali dengan revisi rencana, tindakan, observasi, refleksi. Tahapan terus berulang samapi intervensi yang dialkukan di anggap berhasil atau menunjukkan terjadi perubahan perilaku.
(16)
Perbaikan secara langsung terhadap permasalahan yang terjadi di TK Secapa AD dan selain itu menemukan jalan keluar daru permasalahan yang dihadapi. Mealuli cara ini, diharapkan dapat terjadi peningkatan kesiapan menulis anak melalui kegiatan melukis dengan media lilin.
B. Desain Penelitian
Pelaksanaan penelitian yang akan dilaksanakan menggunakan beberapa siklus secara bertahap. Tahapan pada setiap siklus akan selalu di evaluasi dan dianalisis untuk mengetahui sejauh mana dampak dari pemberian metode yang diberikan agar menjadi pembanding untuk siklus berikutnya. Tahapan penelitian yang dilalui dalam penelitian tindakan kelas ini, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.
Siklus di atas akan dilaksanakan secara continue sampai peneliti menemukan solusi yang bisa merubah proses pembelajaran kea rah yang lebih baik sehingga permasalahan yang terjadi dapat diperbaiki dan diselesaikan dengan optimal. Selain itu, peneliti juga akan memperoleh alternative jalan keluar untuk menentukan rencana tindakan yang akan dilaksanakan pada tindakan berikutnya. Berikut adalah gambaran langkah dalam PTK yang dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto, sebagai berikut:
Gambar 3.1 Perencanaan (planning)
Pelaksanaan (acting) SIKLUS 1
Refleksi (reflecting)
Pengamatan (observing)
Perencanaan ( planning)
Pelaksanaan (acting) SIKLUS 2
Refleksi (reflecting)
(17)
22
Model tahapan dalam PTK (Suharsimi Arikunto, 2006:16)
C. Prosedur Penelitian
Prosedur tindakan kelas ini terbagi ke dalam empat tahapan tindakan, yaitu tahap perencanaan (planning), tahap pelaksanaan (acting). Tahap pengamatan (observing), serta tahap analisis dan refleksi (reflecting). Secara prosedur dapat di uraikan sebagai berikut :
Tabel 3.1
Alur Penelitian Tindakan Kelas
S
I
K
L
U
S
I
Perencanaan
Kegiatan :
1. Menganalisis materi pembelajaran 2. Menentukan dan menyiapkan materi 3. Membuat rencana pembelajaran 4. Menyiapkan media pembelajaran 5. Membuat lembar pengamatan
Tindakan
1. Tahap permulaan guru memberi penjelasan kepada anak tentang materi yang akan dipelajari
2. Guru menjelaskan bagaimana cara menggunakan lilin yang benar
3. Guru membimbing dan memperhatikan anak ketika menggunakan media lilin 4. guru membimbing dan memperhatikan
anak ketika menggunakan lilin
Observasi
Dilakukan dengan mengamati :
1. aktivitas kegiatan menggunakan lilin dalam meningkatkan keterampilan motorik halus anak
2. observasi ini untuk memperoleh data tentang proses dan hasil dari
pelaksanaan kegiatan keterampilan motorik halus anak
Refleksi
1. menganalisa hasil observasi untuk memperoleh kesimpulan bagian mana yang perlu di sempurnakan untuk siklus
(18)
berikutnya.
Selanjutnya alur Penelitian Tindakan Kelas Pada siklus II dapat dilihat dari tabel.
Tabel 3.2
S
I
K
L
U
S
II
Perncanaan
Kegiatan :
1. Apresiasi untuk perbaikan materi yang telah diajukan pada siklus I
2. Memperbaiki kesalahan, kekurangan pada siklus I
3. Dan menyipakan kembali bahan media lilin
Tindakan
1. Guru meminta anak untuk menggunakan media lilin sebagai media untuk melukis dengan goresan lilin
2. Guru meminta anak untuk melukis dengan tetesan lilin
3. Guru meminta anak untukmelukis dengan lilin dan cat air
Observasi
Setelah data tentang proses dan hasil dari pelaksanaan kegiatan keterampilan motorik halus anak diperoleh, dianalisa untuk mengetahui kelemahan yang mungkin ada
Refleksi
Data yang diperoleh pada tahap observasi dianalisis. Hasil yang diperoleh dapat disimpulkan menjadi hasil keterampilan motorik halus anak selama 2 siklus.
1. Tahap perencanaan
Kegiatan diawali dengan pendahuluan yang dilakukan dengan cara mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan keterampilan motorik halus
(19)
24
anak TK dan penerapan media lilin. Pada tahap perencanaan ini ada beberapa hal yang dilakukan oleh peneliti dan guru, yaitu peneliti berkolaborasi dengan guru kelas untuk menyusun tindakan yang akan dilakukan, mempersiapkan skenario penerapan media lilin, membuat Satuan Kegiatan Harian (RKH), dan Kurikulum yang digunakan, mempersiapkan media atau sumber belajar yang akan digunakan dalam pembelajrana, membuat seting kelas dan mempersiapkan formay observasi dan evaluasi untuk akhir siklus. Tujuan pembelajaran, Materi pembelajaran, Metode pembelajaran, Media pembelajaran, dan Evaluasi pembelajara.
2. Tahap pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan tindakan dan observasi, guru mengimplementasikan perencanaan penerapan media lilin yang telah dirancang sebelumnya. Pada pelaksanaan tindakan dan observasi, guru mengawali pembelajaran dengan melakukan pembukaan terhadapa kegiatan yang akan dilaksanakan. Kegiatan berikutnya, guru mengajak anak pada kegiatan inti. Penerapan media lilin dilaksanakan pada kegiatan inti yang mencakup kegiatan observasi, dan merancang kegiatan penerapan media lilin. Kegiatan akhir adalah evaluasi, yaitu untuk mengetahui respon anak terhadap kegiatan yang telah dilaksanakan. Adapun pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan media lilin sebagai berikut :
1) Kegiatan awal
a) Guru mengkondisikan anak untuk memulai kegiatan seperti mengatur posisi tempat duduk
b) Guru membuka kegiatan dengan member salam kemudian dilanjutkan dengan berdoa sebelum melakukan kegiatan
c) Guru menyakan kesiapan anak untuk mengikuti kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan.
d) Guru memberikan apersepsi yaitu Tanya jawab menegnai tema pembelajaran yang akan dilakukan dalam menggunakan media lilin e) Guru menjelaskan penggunaan media lilin yang akan dilakukan
(20)
f) Guru menunjukkan media yang akan digunakan dalam penggunaan media lilin
2) Kegiatan inti
a) Guru menyiapkan media yang diperlukan dalam pelaksanaan pembelajaran yaitu media lilin, gambar yang berkaitan dengan tema.
b) Guru mengarahkan anak untuk melakukan kegiatan dengan menggunakan media lilin
c) Guru memberi motivasi kepada anak saat kegiatan berlangsung d) Guru memberikan kesempatan kepada anak untuk melakukan
kegiatan pengembangan motorik halus anak dengan menggunakan media lilin
e) Guru mengamati atau mengobservasi anak pada saat kegiatan pembelajaran.
3) Penutup
a) Anak diberi kesempatan untuk bertanya jawab tentang kegiatan yang telah dilakukan
b) Guru mendorong dan membantu anak bertanya dan menjawab pertanyaan
c) Guru bersama anak menarik kesimpulan dari kegiatan yang telah dilakukan
d) Guru bertanya mengenai perasaan anak setelah selesai mengikuti pembelajran
e) Guru menutup pembelajaran dengan kegiatan berdoa kemudian anak member salam dan bersalaman dengan guru.
f) Guru mengevaluasi kegiatan yang telah dilaksanakan hari ini g) Guru memberikan kesempatan kepada anak untuk mengungkapkan
atau menceritakan kembali kegiatan yang sudah dilaksanakan. Pada tahap pelaksanaan peneliti berupaya untuk memperbaiki, meningkatkan atau melakukan perubahan sesuai dengan tujuan yang diinginkan.dalam penelitian ini peneliti mengacu kepada perencanaan yang akan dilaksanakan. Sebagaimana dikemukakan Arikunto (2008:126) melaksanakan tindakan, peneliti sebagai pelaksana tindakan mengacu pada program yang telah dipersiapkan dan disepakati bersama dengan guru.
(21)
26
3. Tahap pengamatan (observasi)
Tahap ini dilaksanakan ketika proses pembelajaran sedang berlangsung. Pada tahap ini guru berperan sebagai observatory dan evaluator. Guru dan peneliti sama-sama mengamati dan menilai bagaimana proses pengalaman tersebut dan apakah ada kendala serta pengaruhnya terhadap anak itu sendiri dan penerapan proses pembelajaran. Pengamatan ini dilaksanakan dengan menggunakan foto agar apa yang dilakukan anak dapat terjamin seobjektif.
4. Analisis dan Refleksi
Tahap ini sangat penting untuk dilaksanakan, karena hasil analisis data dari lapangan pada hari ini dapat memberikan arah bagi perbaikan pada siklus selanjutnya. Pada tahap ini, peneliti dan guru berkolaborasi menganalisis pembelajaran yang telah dilaksankan. Bila dalam refleksi dirasakan ada hal-hal yang perlu dilakukan perubahan atau penyempurnaan, maka akan dirumuskan lagi bagian-bagian mana yang akan diperbaiki sehingga aspek-aspek yang kurang baik menjadi baik. Penyempurnaan-penyempurnaan kearah perbaikan tindakan selanjutnya dirumuskan untuk dituangkan kedalam rencana tindakan baru.
Siklus tersebut akan terus berulang sampai peneliti mencapai hasil pembelajaran yang optimal dengan mengadakan berbagai perbaikan pada setiap siklus. Peneliti dalan penelitian ini merencanakan akan melakukan sebanyak dua siklus. Adapun siklus iti dihentikan apabila anak sudah memenuhi criteria keberhasilan yang ditetapkan peneliti. Berkaitan dengan criteria keberhasilan peneliti menetapkan 75% tiap anak memperoleh tahap anak sudah mampu melakukan kegiatan sendiri (B).
D. Lokasi dan Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini lokasi yang akan dijadikan tempat penelitian adalah Taman Kanak-Kanak TK Kartika XVI-I secapa AD Sekolah ini terletak di kompleks jalan hegarmanah bandung No 152 kelurahan hegarmana, kecamatan cidadap, Kab. Bandung. Sedangkan yang menjadi subyeknya adalah anak
(22)
kelompok B yang berjumlah 18 orang anak terdiri dari 8 anak perempuan dan 10 anak laki-laki Tahun ajaran 2014-2015.
E. Instrumen Penelitian
Menurut Arikunto (2006:160), instrument penelitian memiliki pengertian sebagi berikut, yakni :
“Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh
peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis
sehingga lebih mudah diolah”.
Untuk dapat mengetahui hambatan perkembangan motorik halus yang di alami anak, sehingga anak dapat diberikan tindakan lebih lanjut agar hambatan dapat diantipsipasi adan anak mengumpulkan data mengenai keterampilan motorik halus yang di kuasai anak sebelum dan sesudah dilakukan tindakan.
F. Kisi-Kisi Pengembangan Instrument
Menurut pengertiannya kisi-kisi adalah sebuah tabel yang menunjukkan hubungan antar hal-hal yang disebutkan dalam baris dengan hal-hal yang disebutkan dalam kolom (Arikunto, 2006). Kisi-kisi instrument memperlihatkan hubungan antara variable yang akan diteliti dengan sumber data yang akan digunakan dan metode yang digunakan serta instrument yang disusun (Arikunto, 2006). Adapun kisi-kisi instrument penelitian sebagai berikut:
Tabel 3.3
KISI – KISI INSTRUMEN PENELITIAN (Dikembangkan Dari Indikator Kurikulum 2004)
Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus Anak Aspek Menulis
Melalui Media Lilin
(Penelitian Tindakan Kelas Di TK Kartika XVI-I Secapa AD Jl. Hegarmana 152 Bandung)
(23)
28
No Variabel Sub
Variabel Indikator
Item Pernyataan Teknik Pengumpulan Data Sumber Data
1 Keteramp
ilan Motorik Halus Mengger akkan jari tangan untuk kelentura n, kekuatan otot dan koordinas i. 1. Anak dapat Menir u memb uat garis tegak, datar, miring , lengku ng dan lingkar an. 1. Anak dapat meniru membua t garis tegak 2. Anak dapat meniru membua t garis datar 3. Anak dapat meniru membua t garis miring 4. Anak dapat meniru membua t garis lengkun g 5. Anak dapat meniru membua t lingkara n
Observasi, catatan lapangan, dokumentas i dan hasil karya
Observasi, catatan lapangan, dokumentas i dan hasil karya
Observasi, catatan lapangan, dokumentas i dan hasil karya
Observasi, catatan lapangan, dokumentas i dan hasil karya Anak Anak Anak Anak 2. Mengg ambar bebas denga n berbag ai 6. Anak dapat mengga mbar bebas
Observasi, catatan lapangan, dokumentas i dan hasil karya
(24)
media 3. Memb uat lingkar an, dan bujurs angkar denga n rapi 4. Anak dapat meme gang pensil denga n benar (antara ibu jari dan 2 jari) 1. Anak dapat membuat lingkaran 2. Anak dapat membuat bujur sangkar 1.Anak dapat meniruka n tulisan sederhan a dari guru 2.Anak dapat menulisk an nama sendiri
Observasi, catatan lapangan, dokumentas i dan hasil karya
Observasi, catatan lapangan, dokumentas i dan hasil karya
Observasi, catatan lapangan, dokumentas i dan hasil karya
Observasi, catatan lapangan, dokumentas i dan hasil karya
Anak
Anak
Anak
Anak
2 Media
lilin 1. Peren canaa n pembe lajara a. Komp
onen – kompo nen pembe 1.Tujuan pembelaj aran 2.Materi pembelaj
(25)
30 n 2.Pelaksa naan pembel ajaran lajaran b. Perenc anaan pembe lajaran a. Legiat an awal aran 3.Metode pembelaj aran 4.Media pembelaj aran 5.Evaluasi pembelaj aran 1. Kurikulu m yang digunaka n 2. Program semester RKH g) Guru mengko ndisika n anak untuk memula i kegiata n seperti mengat ur posisi tempat duduk h) Guru membu ka kegiata n dengan membe r salam kemudi an
(26)
b. Kegiat an inti
dilanjut kan dengan berdoa sebelu m melaku kan kegiata n i) Guru
menyak an kesiapa n anak untuk mengik uti kegiata n pembel ajaran yang akan dilakuk an. j) Guru
membe rikan apersep si yaitu Tanya jawab menegn ai tema pembel ajaran yang akan dilakuk an dalam menggu nakan media
(27)
32
lilin k) Guru
menjela skan penggu naan media lilin yang akan dilakuk an l) Guru
menunj ukkan media yang akan digunak an dalam penggu naan media lilin f) Guru
menyiap kan media yang diperluk an dalam pelaksan aan pembela jaran yaitu media lilin, gambar yang berkaita n
(28)
c. Penutu p
dengan tema. g) Guru
mengara hkan anak untuk melakuk an kegiatan dengan menggu nakan media lilin h) Guru
member i
motivasi kepada anak saat kegiatan berlangs ung i) Guru
member ikan kesempa tan kepada anak untuk melakuk an kegiatan pengem bangan motorik halus anak dengan menggu nakan media
(29)
34
lilin j) Guru
mengam ati atau mengob servasi anak pada saat kegiatan pembela jaran.
h) Anak diberi kesempa tan untuk bertanya jawab tentang kegiatan yang telah dilakuka n i) Guru
mendoro ng dan memban tu anak bertanya dan menjaw ab pertanya an j) Guru
bersama anak menarik kesimpu lan dari kegiatan
(30)
G. Teknik Pengumpulan Data
Adapun beberapa macam pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:
1. Pengamatan (Observasi )
Menurut Arikunto, dkk (2006:127) Observasi Adalah kegiatan pengamatan (pengambilan data) untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran. Dan dipergunakan untuk mengumpulkan data tentang
yang telah dilakuka n k) Guru
bertanya mengen ai perasaan anak setelah selesai mengiku ti pembela jran l) Guru
menutup pembela jaran dengan kegiatan berdoa kemudia n anak memberi salam dan bersala man dengan guru.
(31)
36
partisipasi anak dalam peningkatan keterampilan motorik halus anak dalam implementasi kegiatan media lilin.
Tabel 3.4
Pedoman Observasi Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus Anak Kelompok B2 TK Kartika XVI-I Secapa AD
Nama Anak :
Nama TK :
Kelas :
Hari , tanggal :
NO ITEM PERNYATAAN
PENILAIAN ANAK
K C B
1 Anak Dapat Meniru Membuat Garis Tegak 2 Anak Dapat Meniru Membuat Garis Datar 3 Anak Dapat Meniru Membuat Garis Miring 4 Anak Dapat Meniru Membuat Garis Lengkung 5 Anak Dapat Meniru Membuat Lingkaran 6 Anak Dapat Menggambar Bebas
7 Anak Dapat Membuat Lingkaran 8 Anak Dapat Membuat Bujursangkar
9 Anak Dapat Menirukan Tulisan Sederhana Dari Guru 10 Anak Dapat Menuliskan Nama Sendiri
Ket :
Nilai B : Baik (Anak Sudah Mampu Melakukan Kegiatan Secara Mandiri) Nilai C : Cukup (Anak Masih Perlu Bantuan Dalam Melakukan Kegiatan) Nilai K : Kurang (Anak Tidak Mampu Melakukan Kegiatan)
(32)
Pedoman Observasi Kegiatan Guru Dalam Pelaksaan Proses Pembelajaran Melalui Media Lilin di Kelompok B2 TK Kartika XVI-I
Secapa AD
Nama Guru :
Nama TK :
Kelas :
Hari , Tanggal :
Dimensi Kegiatan Pembelajaran
pengamatan Ket Ya Tidak
Perencanaan kegiatan
1. Guru merusmuskan tujuan pembelajaran
2. Guru sudah siap untuk memberikan materi
3. Guru sudah menyiapkan metode pembelajaran yang akan
dilaksanakan
4. Guru menyiapkan media
pembelajaran yang akan dilakukan 5. Guru menyiapkan alat evaluasi
pembelajaran seperti buku catatan penilaian anak dan catatan lapangan 6. Guru membuat program
pembelajaran, Rencana Kegiatan Harian (RKH)
Pelaksanaan pembelajara n dengan media lilin
Kegiatan Awal
1. Guru mengkondisikan anak untuk memulai kegiatan seperti mengatur posisi tempat duduk
2. Guru membuka kegiatan dengan member salam kemudian dilanjutkan dengan berdoa sebelum melakukan kegiatan
3. Guru menyakan kesiapan anak untuk mengikuti kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan.
4. Guru memberikan apersepsi yaitu
Tanya jawab menegnai tema
pembelajaran yang akan dilakukan dalam menggunakan media lilin 5. Guru menjelaskan penggunaan media
(33)
38
lilin yang akan dilakukan
6. Guru menunjukkan media yang akan digunakan dalam penggunaan media lilin
Kegiatan inti
1. Guru menyiapkan media yang diperlukan dalam pelaksanaan pembelajaran yaitu media lilin, gambar yang berkaitan dengan tema. 2. Guru mengarahkan anak untuk
melakukan kegiatan dengan
menggunakan media lilin
3. Guru memberi motivasi kepada anak saat kegiatan berlangsung
4. Guru memberikan kesempatan kepada anak untuk melakukan kegiatan pengembangan motorik halus anak dengan menggunakan media lilin
5. Guru mengamati atau mengobservasi
anak pada saat kegiatan
pembelajaran.
Penutup
1. Anak diberi kesempatan untuk bertanya jawab tentang kegiatan yang telah dilakukan
2. Guru mendorong dan membantu anak bertanya dan menjawab pertanyaan 3. Guru bersama anak menarik
kesimpulan dari kegiatan yang telah dilakukan
4. Guru bertanya mengenai perasaan anak setelah selesai mengikuti pembelajran
5. Guru menutup pembelajaran dengan kegiatan berdoa kemudian anak memberi salam dan bersalaman dengan guru.
2. Catatan lapangan
Catatan lapangan adalahkegiatan untuk mencatat hasil temuan atau kejadian penting selama proses pembelajaran. Dalam kegiatan ini hasil temuan
(34)
penulis dan guru harus didiskusikan setelah proses pembelajaran selesai dilaksanakan. Adapun yang dicatat dan didiskusikan dalam catatan lapangan adalah terkait dengan persepsi guru, aktivitas dan sikap anak dalam kegiatan. 3. Studi Dokumentasi
Studi Dokumentasi yaitu dipergunakan untuk mengumpulkan data tentang kegiatan yang berlagsung selama penelitian. Dokumentasi yang akan disajikan pada penelitian ini berupa foto-foto kegiatan anak saat pembelajaran.
H. Teknik Analisis Data
Menurut Arikunto, S (2006:131) Dalam penelitian tindakan kelas ini (PTK) data yang dapat dikumpulkan oleh peneliti adalah Data Kuantitatif (nilai hasil belajar siswa) yang dapat dianalisis secara deskriptif. Dalam hal ini peneliti menggunakakan analisis statistic deskriptif. Misalnya mencari nilai rata-rata, persentase keberhasilan belajar, dan lain-lain.
(35)
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang upaya meningkatkan keterampilan motorik halus anak di TK Kartika Secapa AD melalui media lilin di kelas B2, dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Kondisi keterampilan motorik halus anak di kelompok B2 TK Kartika XVI-I secapa AD sebelum diberi tindakan atau pra-siklus menunjukkan bahwa, secara umum keterampilan anak pada kategori Baik (B) sebesar 11%, kategori Cukup (C) sebesar 17% dan kategori kurang (K) sebesar 72%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa perkembangan motorik halus anak masih belum terstimulus. Pemilihan pembelajaran motorik halus di TK Kartika seputar membuat garis, menggambar, meniru tulisan dan menulis nama sendiri masih terbatas, sehingga kurang terstimulus keterampilan motorik halus anak
2. Pelaksanaan kegiatan keterampilan motorik halus anak melalui media lilin di TK Kartika kelas B2 dilakukan dengan dua siklus. Setiap siklus yang dilaksanakan dari mulai siklus I, dengan kategori Baik (B )55% pada kegiatan meniru membuat garis, membuat bentuk lingkaran dan bujursangkar, menggambar bebas, Cukup (C) 28% pada kegiatan meniru tulisan, membuat lingkaran dan bujursangkar, Kurang (K) 17% pada kegiatan meniru tulisan sederhana dari guru dan menulis nama sendiri masih membutuhkan bantuan dari guru. siklus II dengan kategori Baik (B) 78% pada indikator meniru membuat garis, menggambar bebas, membuat lingkaran dan bujursangkar, meniru tulisan sederhana dan menulis nama sendiri anak sudah mampu melakukan kegiatan secara mandiri, Cukup (C) 22% pada kegiatan menitukan tulisan dan menulis nama, Kurang (K) 0%, artinya sudah tidak ada lagi anak memerlukan bantuan dari guru. Ini menggunakan sub indikator yang sama. Pada siklus I Keterampilan anak meningkat pada kegiatan meniru garis, membuat lingkaran dan bujur sangkar, menggambar bebas, dengan
(36)
memperoleh pada siklus II terlihat adanya peningkatan dalam kegiatan meniru tulisan dan menulis nama sendiri anak melakukan secara mandiri.
3. Peningkatan keterampilan motorik halus anak di TK Kartika setelah diterapkan dengan menggunakan media lilin mengalami peningkatan secara signifikan. peningkatan ini terbukti dari hasil persentase sebelum diberi tindakan dan setelah diberi tindakan. Peningkatan dilihat dari indikator-indikator motorik halus yang ada, anatara lain : (meniru bentuk) anak dapat meniru membuat garis tegak, datar, miring, lengkung, lingkaran, menggambar bebas, membuat lingkaran dan bujursangkar, menirukan tulisan sederhana dari guru dan menuliskan nama sendiri. Hasil keterampilan motorik halus anak di kelompok B2 TK Kartika XVI-I secapa AD terbukti dari persentase sebelum diberi tindakan dan setelah diberi tindakan, diman sebelumnya pada penelitian sebelum tindakan, persentase anak yang memperoleh kriteria baik (B) sebanyak11%, pada kriteria cukup (C) sebanyak 17%, pada kriteria kurang sebanyak72%. Hasil persentase pada siklus I anak yang memperoleh criteria baik (B) sebanyak 55%, pada kriteria cukup (C) sebanyak 28%, pada kriteria kurang (K) sebanyak 17%. Hasil pada persentase pada siklus II mengalami peningkatan yang signifikan anak yang memperoleh criteria baik (B) sebanyak 78%, pada kriteria cukup (C) 22%, pada kriteria kurang (K) 0%. Berdasarkan penjabaran di atas dengan adanya kemajuan dari setiap siklus, dapat disimpulkan bahwa kegiatan melalui media lilin dapat meningkatkan keterampilan motorik halus anak.
B. Rekomendasi
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, peneliti akan mengemukakan beberapa rekomendasi yang diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritik maupun praktis terhadap peningkatan keterampilan motorik halus anak TK melalui media lilin. Beberapa rekomendasi tersebut ditujukan kepada:
(37)
83
a. Melakukan pembelajaran yang bervariatif agar anak dapat menegmbangkan seluruh aspek perkembangan anak
b. Pihak sekolah mengadakan pelatihan kepada guru-guru agar wawasan gur-guru semakin bertambah
2. Bagi Guru
a. Dalam upaya meningkatkan keterampilan motorik halus anak, guru hendaknya menggunakan media yang lebih bervariasi dan menarik agar dapat menstimulus keterampilan anak.
b. Dalam kegiatan keterampilan motorik halus, guru dan guru pendamping hendaknya lebih banyak dalam memberikan stimulus dan motivasi kepada anak sehingga anak lebih percaya diri ketika mengerjakan kegiatan keterampilan motorik halus.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliti yang telah dilakukan masih terbatas, sehingga banyak masalah yang terungkap. Bagi peneliti selanjutnya dapat mengangkat permasalahan ataupun menemukan aspek yang belum terbahas tentang motorik halus anak, akan tetapi menggunakan media dan sumber belajar yang berbeda. Menyiapkan kajian lebih lanjut yang dapat memberikan nilai mengenai keterampilan motorik halus anak dan memberikan konstribusi untuk meningkatkan kualitas anak usia dini menuju abad generasi muda, sehingga memberikan sumbangan ilmu terhadap pengembangan sitem pendidikan yang lebih baik.
(38)
DAFTAR PUSTAKA
Ardy, Novan. W & Barnawi. (2012). Format Paud.. Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA
Arikunto, Suharsimi dkk. (2006). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara
Decapria, Richard. (2013). Aplikasi Teori Pembelajaran Motorik Di Sekolah. Jogjakarta : Diva Press.
Desmita. (2012). Psikologi Perkembngan Peserta Didik, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1990). Kamus besar bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Departemen Pendidikan Nasional Jakarta. (2004). Kurikulum 2004 Standar Kompetensi TK Dan RA. Jakarta: Depdiknas
Departemen Pendidikan Nasional. (2009). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republika Indonesia. Jakarta: Depdiknas
Eliyawati . C. (2005). Pemilihan Dan Pengembangan Sumber Belajar Untuk Anak Usia Dini. Jakarta ; Departemen Pendidikan Nasional.
Masitoh, Ocih Setiasih, & Heny Djoehaeni. (2005). Pendekatan Belajar Aktif Di Taman Kanak-Kanak. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasioanl Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan Dan Ketenagaan Perguruan Tinggi.
Marginingsih, S. (2012). Keterampilan Meronce Untuk Meneningkatkan Keterampilan Motorik Halus.Skripsi Program Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Pada FIP UPI Bandung:Tidak Diterbitkan Mayke (2007). Melatih Keterampilan Motorik Anak. Available at http:
(39)
85
Mulyasa, Prof, Dr, He, M.Pd. (2012).Manajemen Paud. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Muslihuddin. (2010). Kiat Sukses Melakukan Tindakan Kelas. Bandung : Rizqi Press.
Nurmalasari, Endah (2010) Peningkatan Kreativitas Anak Melalui Penerapan Metode Proyek. Skripsi Program Pendidikan Guru Pendidikan Usia Dini Pada FIP UPI Bandung : Tidak Ditertibkan.
Noorlaila, Iva. (2010). Panduan Lengkap Mengajar PAUD Kreatif Mendidik dan Bermain Bersama Anak. Yogyakarta. Pinus Book Publisher.
Papalia, E, Danie, Wendkos Old, S, & Duskin Feldman, R. (2008). Human Development (Psikologi Perkembangan). The McGraw Hill : Companies.
Hamdani, A. (2010). Melatih Motorik Halus Anak Dengan Menggambar. [Online]. Tersedia: http://arinet66./2010/03/09/ melatih-motorik-halus. Wordpress.com/artikel. [akses: /03 Desember 2014].
Hildayani, R. Dkk (2004). Psikologi Perkembangan Anak. Modul I. Bandung: Universitas Terbuka.
Hurlock, E. (1978). Perkembangan Anak Jilid 2. Jakarta :Erlangga
Rachmawati. Y. (2005) Srategi Pengembangan Kreativitas Pada Anak Usia Taman Kanak-Kanak. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.
Rasjidah, E. (2006) Portofolio Seni Jilid 2. Jakarta :Erlangga.
Samsudin. (2008). Pembelajaran Motorik Di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Prenada Media Group.
(40)
Sujiono, Bambang, dkk. (2008). Metode Pengembangan Fisik, Jakarta : Universitas Terbuka.
Sumantri. (2005). Model Pengembangan Keterampilan Motorik Halus Anak Usia Dini. Jakarta : Depdiknas
Suyadi.( 2010). Panduan Penelitian Tindakan Kelas. Jogjakarta: Diva Press
Yudha & Rudiyanto. (2005). Pembelajaran Kooperatif Untuk Meningkatkan Keterampilan Anak TK. Jakarta : Depdiknas
Yulida, A. (2011) Pengaruh Aktifitas Kolase Terhadap Keterampilan Motorik Halus. Skripsi program pendidikan guru pendidikan anak usia dini pada FIP UPI bandung : tidak diterbitkan.
Yusuf, Syamsu.(2011). Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja. Bandung:PT Remaja Rosdakarya.
(1)
Tiarah, 2015
Meningkatkan keterampilan motorik halus anak aspek menulis melalui media lilin Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang upaya meningkatkan keterampilan motorik halus anak di TK Kartika Secapa AD melalui media lilin di kelas B2, dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Kondisi keterampilan motorik halus anak di kelompok B2 TK Kartika XVI-I
secapa AD sebelum diberi tindakan atau pra-siklus menunjukkan bahwa, secara umum keterampilan anak pada kategori Baik (B) sebesar 11%, kategori Cukup (C) sebesar 17% dan kategori kurang (K) sebesar 72%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa perkembangan motorik halus anak masih belum terstimulus. Pemilihan pembelajaran motorik halus di TK Kartika seputar membuat garis, menggambar, meniru tulisan dan menulis nama sendiri masih terbatas, sehingga kurang terstimulus keterampilan motorik halus anak
2. Pelaksanaan kegiatan keterampilan motorik halus anak melalui media lilin di TK Kartika kelas B2 dilakukan dengan dua siklus. Setiap siklus yang dilaksanakan dari mulai siklus I, dengan kategori Baik (B )55% pada kegiatan meniru membuat garis, membuat bentuk lingkaran dan bujursangkar, menggambar bebas, Cukup (C) 28% pada kegiatan meniru tulisan, membuat lingkaran dan bujursangkar, Kurang (K) 17% pada kegiatan meniru tulisan sederhana dari guru dan menulis nama sendiri masih membutuhkan bantuan dari guru. siklus II dengan kategori Baik (B) 78% pada indikator meniru membuat garis, menggambar bebas, membuat lingkaran dan bujursangkar, meniru tulisan sederhana dan menulis nama sendiri anak sudah mampu melakukan kegiatan secara mandiri, Cukup (C) 22% pada kegiatan menitukan tulisan dan menulis nama, Kurang (K) 0%, artinya sudah tidak ada lagi anak memerlukan bantuan dari guru. Ini menggunakan sub indikator yang sama. Pada siklus I Keterampilan anak meningkat pada kegiatan meniru garis, membuat lingkaran dan bujur sangkar, menggambar bebas, dengan
(2)
Tiarah, 2015
Meningkatkan keterampilan motorik halus anak aspek menulis melalui media lilin Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
memperoleh pada siklus II terlihat adanya peningkatan dalam kegiatan meniru tulisan dan menulis nama sendiri anak melakukan secara mandiri.
3. Peningkatan keterampilan motorik halus anak di TK Kartika setelah
diterapkan dengan menggunakan media lilin mengalami peningkatan secara signifikan. peningkatan ini terbukti dari hasil persentase sebelum diberi tindakan dan setelah diberi tindakan. Peningkatan dilihat dari indikator-indikator motorik halus yang ada, anatara lain : (meniru bentuk) anak dapat meniru membuat garis tegak, datar, miring, lengkung, lingkaran, menggambar bebas, membuat lingkaran dan bujursangkar, menirukan tulisan sederhana dari guru dan menuliskan nama sendiri. Hasil keterampilan motorik halus anak di kelompok B2 TK Kartika XVI-I secapa AD terbukti dari persentase sebelum diberi tindakan dan setelah diberi tindakan, diman sebelumnya pada penelitian sebelum tindakan, persentase anak yang memperoleh kriteria baik (B) sebanyak11%, pada kriteria cukup (C) sebanyak 17%, pada kriteria kurang sebanyak72%. Hasil persentase pada siklus I anak yang memperoleh criteria baik (B) sebanyak 55%, pada kriteria cukup (C) sebanyak 28%, pada kriteria kurang (K) sebanyak 17%. Hasil pada persentase pada siklus II mengalami peningkatan yang signifikan anak yang memperoleh criteria baik (B) sebanyak 78%, pada kriteria cukup (C) 22%, pada kriteria kurang (K) 0%. Berdasarkan penjabaran di atas dengan adanya kemajuan dari setiap siklus, dapat disimpulkan bahwa kegiatan melalui media lilin dapat meningkatkan keterampilan motorik halus anak.
B. Rekomendasi
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, peneliti akan mengemukakan beberapa rekomendasi yang diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritik maupun praktis terhadap peningkatan keterampilan motorik halus anak TK melalui media lilin. Beberapa rekomendasi tersebut ditujukan kepada:
(3)
83
Tiarah, 2015
Meningkatkan keterampilan motorik halus anak aspek menulis melalui media lilin Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
a. Melakukan pembelajaran yang bervariatif agar anak dapat
menegmbangkan seluruh aspek perkembangan anak
b. Pihak sekolah mengadakan pelatihan kepada guru-guru agar wawasan
gur-guru semakin bertambah
2. Bagi Guru
a. Dalam upaya meningkatkan keterampilan motorik halus anak, guru
hendaknya menggunakan media yang lebih bervariasi dan menarik agar dapat menstimulus keterampilan anak.
b. Dalam kegiatan keterampilan motorik halus, guru dan guru pendamping hendaknya lebih banyak dalam memberikan stimulus dan motivasi kepada anak sehingga anak lebih percaya diri ketika mengerjakan kegiatan keterampilan motorik halus.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliti yang telah dilakukan masih terbatas, sehingga banyak masalah yang terungkap. Bagi peneliti selanjutnya dapat mengangkat permasalahan ataupun menemukan aspek yang belum terbahas tentang motorik halus anak, akan tetapi menggunakan media dan sumber belajar yang berbeda. Menyiapkan kajian lebih lanjut yang dapat memberikan nilai mengenai keterampilan motorik halus anak dan memberikan konstribusi untuk meningkatkan kualitas anak usia dini menuju abad generasi muda, sehingga memberikan sumbangan ilmu terhadap pengembangan sitem pendidikan yang lebih baik.
(4)
Tiarah, 2015
Meningkatkan keterampilan motorik halus anak aspek menulis melalui media lilin Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
Ardy, Novan. W & Barnawi. (2012). Format Paud.. Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA
Arikunto, Suharsimi dkk. (2006). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara
Decapria, Richard. (2013). Aplikasi Teori Pembelajaran Motorik Di Sekolah. Jogjakarta : Diva Press.
Desmita. (2012). Psikologi Perkembngan Peserta Didik, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1990). Kamus besar bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Departemen Pendidikan Nasional Jakarta. (2004). Kurikulum 2004 Standar Kompetensi TK Dan RA. Jakarta: Depdiknas
Departemen Pendidikan Nasional. (2009). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republika Indonesia. Jakarta: Depdiknas
Eliyawati . C. (2005). Pemilihan Dan Pengembangan Sumber Belajar Untuk Anak Usia Dini. Jakarta ; Departemen Pendidikan Nasional.
Masitoh, Ocih Setiasih, & Heny Djoehaeni. (2005). Pendekatan Belajar Aktif Di Taman Kanak-Kanak. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasioanl Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan Dan Ketenagaan Perguruan Tinggi.
Marginingsih, S. (2012). Keterampilan Meronce Untuk Meneningkatkan Keterampilan Motorik Halus.Skripsi Program Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Pada FIP UPI Bandung:Tidak Diterbitkan Mayke (2007). Melatih Keterampilan Motorik Anak. Available at http:
(5)
85
iarah, 2015
Meningkatkan keterampilan motorik halus anak aspek menulis melalui media lilin Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Mulyasa, Prof, Dr, He, M.Pd. (2012).Manajemen Paud. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Muslihuddin. (2010). Kiat Sukses Melakukan Tindakan Kelas. Bandung : Rizqi Press.
Nurmalasari, Endah (2010) Peningkatan Kreativitas Anak Melalui Penerapan Metode Proyek. Skripsi Program Pendidikan Guru Pendidikan Usia Dini Pada FIP UPI Bandung : Tidak Ditertibkan.
Noorlaila, Iva. (2010). Panduan Lengkap Mengajar PAUD Kreatif Mendidik dan Bermain Bersama Anak. Yogyakarta. Pinus Book Publisher.
Papalia, E, Danie, Wendkos Old, S, & Duskin Feldman, R. (2008). Human Development (Psikologi Perkembangan). The McGraw Hill : Companies.
Hamdani, A. (2010). Melatih Motorik Halus Anak Dengan Menggambar. [Online]. Tersedia: http://arinet66./2010/03/09/ melatih-motorik-halus. Wordpress.com/artikel. [akses: /03 Desember 2014].
Hildayani, R. Dkk (2004). Psikologi Perkembangan Anak. Modul I. Bandung: Universitas Terbuka.
Hurlock, E. (1978). Perkembangan Anak Jilid 2. Jakarta :Erlangga
Rachmawati. Y. (2005) Srategi Pengembangan Kreativitas Pada Anak Usia Taman Kanak-Kanak. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.
Rasjidah, E. (2006) Portofolio Seni Jilid 2. Jakarta :Erlangga.
Samsudin. (2008). Pembelajaran Motorik Di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Prenada Media Group.
(6)
iarah, 2015
Meningkatkan keterampilan motorik halus anak aspek menulis melalui media lilin Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Sujiono, Bambang, dkk. (2008). Metode Pengembangan Fisik, Jakarta : Universitas Terbuka.
Sumantri. (2005). Model Pengembangan Keterampilan Motorik Halus Anak Usia Dini. Jakarta : Depdiknas
Suyadi.( 2010). Panduan Penelitian Tindakan Kelas. Jogjakarta: Diva Press
Yudha & Rudiyanto. (2005). Pembelajaran Kooperatif Untuk Meningkatkan Keterampilan Anak TK. Jakarta : Depdiknas
Yulida, A. (2011) Pengaruh Aktifitas Kolase Terhadap Keterampilan Motorik Halus. Skripsi program pendidikan guru pendidikan anak usia dini pada FIP UPI bandung : tidak diterbitkan.
Yusuf, Syamsu.(2011). Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja. Bandung:PT Remaja Rosdakarya.