INTERALISASI SIKAP HIDUP KEMANDIRIAN, REFLEKTIF DAN RELIGIUS PENDIDIK MELALUI PROGRAM PEMBELAJARAN ENTREPRENEURSHIP.

(1)

Marta Sumarsih, 2012

Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN/PENGESAHAN ... i

PERNYATAAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

ABSTRAK ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR BAGAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 12

C. Tujuan Penelitian ... 14

D. Manfaat Penelitian ... 15

E. Penjelasan Istilah ... 17

1. Internalisasi ... 17

2. Program Pembelajaran Entrepreneur ... 17

3. Kemandirian (Self Reguler Learning) ... 17

4. Reflektif ... 18

5. Religius ... 18

BAB II INTERNALISASI, SIKAP HIDUP KEMANDIRIAN, REFLEKTIF, DAN RELIGIUS PENDIDIK MELALUI PROGRAM PEMBELAJARAN ENTREPRENEUR...…. 19

A. Internalisasi ... 19

1. Konsep Internalisasi... 19

2. Konsep Belajar Proses ... 20


(2)

Marta Sumarsih, 2012

Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

B. Rencana Langkah-Langkah Implementasi Program Pendidikan

Entrepreneur K-12, Ciputra Way, Tahap Starter 1 Tahun ... ... 27

C. Konsep Dasar Pembelajaran Entrepreneurship ... 29

1. Pengertian Entrepreneur ... 29

2. Hubungan Pembelajaran Entrepreneurship dengan Kurikulum Nasional ... 32

3. Tujuan Pendidikan Entrepreneurship ... 33

4. Kurikulum Entrepreneurship ... 33

D. Sikap Hidup Kemandirian ... 41

E. Sikap Hidup Reflektif ... 42

Standar Perilaku Pendidik Entrepreneur ... . 43

F. Sikap Hidup Religius ... 45

1. Pengertian dan Konsep Religius ... 45

2. Idealisme Pendidikan Kristiani ... 48

3. Pendidikan Menurut Semangat Santa Angela ... 49

BAB III METODE PENELITIAN ... 52

A. Rancangan Penelitian ... 52

B. Subyek Penelitian ... 53

C. Prosedur Penelitian ... 55

D. Instrumen Penelitian ... 58

E. Analisis Data ... 62

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 65

A. Tahap-tahap Studi Pendahuluan ... 65

1. Exploring ... 65

2. Planning ... 70

3. Doing ... 72

4. Communicating ... 76

5. Reflecting ... 83


(3)

Marta Sumarsih, 2012

Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

B. Hasil-hasil Studi Pendahuluan ... 89

1. Hasil Studi Pendahuluan terhadap Guru TB/TK Santa Ursula ... 89

2. Hasil Studi Pendahuluan terhadap Orang Tua Siswa TB/TK Santa Ursula ... 100

C. Implementasi Program Pembelajaran Entrepreneurship ... 105

1. Tujuan ... 105

2. Profil Pendidik ... 106

3. Internalisasi Sikap Kemandirian, Reflektif, dan Religius Melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship ... 111

4. Perjanjian antara Yayasan dan CES ... 112

5. Tahap-tahap Anggota Komunitas Entrepreneur ... 113

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 114

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 121

A Simpulan ... 121

B Rekomendasi... 122

1. Bagi Para Pendidik TB/TK Santa Ursula ... 122

2. Bagi Orang Tua Murid TB/TK Santa Ursula ... 123

3. Bagi Yayasan Prasama Bhakti Pengelola TB/TK Santa Ursula ... . 123

4. Bagi Pimpinan TB/TK Santa Ursula Bandung ... . 124

5. Bagi Dinas Pendidikan Kota Bandung ... . 124

6. Bagi Ciputra Entrepreneurship School (CES) ... . 124

7. Bagi Penelitian Lanjutan ... 125

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(4)

Marta Sumarsih, 2012

Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sejak berdirinya TK Santa Ursula tahun 1956 sekolah ini menggunakan model pembelajaran yang konvensional. Hal tersebut dirasa kurang efektif untuk dapat menjawab tantangan serta kebutuhan zaman yang semakin maju dan serba instan. Dengan diberlakukannya Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003, pendidik Taman Bermain/ Taman Kanak - kanak (TB/TK) dituntut untuk mendalami dan mengerti Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Sebagai pendidik PAUD perlu pemahaman mendalam, serta kreatifitas yang khusus dalam menjalankan tugasnya selama proses pembelajaran.

TB/TK Santa Ursula di bawah naungan Yayasan Prasama Bhakti (1956) menyadari akan kemajuan jaman, serbuan teknologi informasi dan temuan-temuan baru dibidang model pembelajaran yang lebih menyenangkan dan populer, seperti Pembelajaran aktif kreatif menyenangkan (Pakem), Pembelajaran aktif inovatif kreatif, menyenangkan (Paikem), Pembelajaran aktif inovatif kreatif, menyenangkan gembira dan berbobot yang disingkat (Paikem Gembrot). Hal tersebut memberikan inspirasi baru bagi TB/TK Santa Ursula untuk mencari pembelajaran yang mampu memberikan terobosan baru dalam mendidik peserta didik supaya menjadi pribadi yang lebih inovatif, kreatif dan kritis.

Kreativitas adalah kunci jawaban dalam menghadapi tantangan zaman yang semakin kompleks dan serba cepat. Salah satu pembelajaran yang mampu


(5)

menjawab tantangan tersebut adalah model pembelajaran melalui program pembelajaran entrepreneurship. Program pembelajaran entrepreneurship jika dijalankan dengan sungguh-sungguh, diharapkan akan dapat membangun pengetahuan dan kreativitas berdasarkan pengalaman mereka sendiri, serta membentuk kepribadian yang mandiri dan berkarakter. Oleh karena itu TB/TK Santa Ursula memutuskan untuk memakai pembelajaran entrepreneurship dalam mendukung terwujudnya visi dan misi sekolah.

Menurut M. Sholekhudin (2011), dengan mengutip dari Jack Foster dalam bukunya How to Get Ideas, ada empat catatan penting yang dapat diketahui seseorang menjadi kreatif. Pertama bersenang-senanglah dan mencintai apa yang dilakukan, kedua berpikirlah seperti anak-anak, bebas tanpa beban, ketiga, keluarlah dari rutinitas, dan keempat, belajarlah menggabung-gabungkan sesuatu. Selain itu kreativitas adalah prestasi yang istimewa dalam menciptakan sesuatu yang baru berdasarkan bahan, informasi, data, atau elemen-elemen yang sudah ada sebelumnya menjadi hal-hal yang bermakna dan bermanfaat, menemukan cara-cara pemecahan masalah yang tidak dapat ditemukan oleh kebanyakan orang, ide-ide baru, dan melihat adanya berbagai kemungkinan. Sebagai pendidik PAUD perlu memahami karakteristik anak didik dan perkembangannya. Di sinilah diperlukan refleksi seorang pendidik untuk memahami diri, anak didik dan memenuhi kebutuhan lembaga.

Bangsa China melalui pemimpin yang berwawasan terbuka Deng Xiao Ping (1978), berhasil menghantarkan rakyat China menjadi negara adidaya kedua setelah Amerika Serikat. China resmi menyaingi Jepang (Kompas, 18 Agustus


(6)

2010). Menurut George Zhibin Gu (1961), seorang jurnalis dan konsultan menyaksikan China beralih dari “Revolusi Kebudayaan”ke masa “Keterbukaan”. Efek keterbukaan menghasilkan pelajaran berharga, antara lain pertumbuhan sejati dan memiliki arti bertumpu pada inisiatif individu dan karya entrepreneur masyarakat, hal ini terjadi dalam masyarakat yang memiliki mindset terbuka. Pertumbuhan nasional yang berkelanjutan harus mengikutsertakan dunia seluruhnya. Hal tersebut menyebabkan pendapatan perkapita negara China naik lima kali lipat (1987). Ada empat efek positif dari kegiatan ekonomi entrepreneur, yang pertama, mendorong dengan sukses laju ekonomi dengan cepat. Kedua, peran sektor swasta menggantikan peran sektor publik yaitu 90.89% (1999). Ketiga, sektor swasta menyediakan lapangan kerja lebih besar dibanding sektor publik. Keempat, pertumbuhan sektor swasta telah mengangkat kualitas hidup rakyat China.

Sebagai pendidik diperlukan perubahan yang berasal dari kesadaran pribadi sebagaimana dicetuskan oleh para tokoh negarawan China yang sangat berhasil membawa dan mewujudkan negara yang sejahtera. Yayasan Prasama Bhakti menyadari perlunya mengambil langkah konkrit untuk menjawab kebutuhan jaman, maka mulailah mempelajari beberapa tawaran program pembelajaran, dengan tujuan melalui program pembelajaran tersebut para pendidik mampu mendidik para peserta didik supaya menjadi orang yang mampu menjawab tantangan jaman. Penting perlu adanya analisa program pembelajaran, karena banyak tawaran tentang program pembelajaran baru yang menganjurkan namun


(7)

belum tentu sesuai dengan filosofi, visi dan misi pendidikan Yayasan Prasama Bhakti.

Laporan World Economic Forum 2009 tentang bidang pendidikan, dan Bapak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 29 Oktober 2009, dalam Temu Nasional (National Summit), menyampaikantiga hal penting strategi utama untuk lima tahun mendatang yaitu adanya pemberdayaan masyarakat, kewirausahaan dan inovasi teknologi, seperti yang dilaporkan oleh Antara 29 Oktober 2009, dan Kompas 30 Oktober 2009. Pemerintah pada tanggal 2 Februari 2011 melalui Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Syarif Hasan mencanangkan Gerakan Kewirausahaan Nasional (GKN). Dikuatkan oleh harapan pemerintah sesuai dengan yang tertuang dalam GKN ini, maka Yayasan Prasama Bhakti mempelajari maksud pemerintah, baik latar belakang, tujuan maupun proses pelaksanaannya.

Lembaga pendidikan sebagai tempat menggantungkan masa depan tidak bisa memberikan kepastian pekerjaan karena lapangan kerja yang disediakan tidak mencukupi bagi peserta didik yang sudah lulus dan jumlahnya cukup banyak (Hendra & Riana (2008 : V)). Inilah tantangan terberat dunia pendidikan. Tantangan terberat Yayasan Prasama Bhakti adalah jumlah murid yang semakin menurun secara signifikan, sedangkan dalam berbagai forum pendidikan kualitas dan kuantitas merosot tajam karena pendidik kurang kreatif, inovatif, dan kritis, apalagi mandiri, reflektif dan religius. Masalah pengangguran merupakan penyakit yang bersifat struktural dan kronis yang melanda seluruh negara berkembang (Hendra & Riana (2008 : V)). Dengan kondisi perekonomian yang


(8)

tidak stabil, kemapanan dan keamanan dalam bekerja adalah tujuan utama. Kemapanan tersebut didapat saat menjadi karyawan yang mendapat gaji bulanan yang tetap, sedangkan dunia entrepreneurship masih ditakuti oleh sebagian orang karena dianggap gambling dengan pendapatan yang fluktuatif, bisa naik bisa turun, dan bisa saja bangkrut. Hambatan inilah yang perlu Yayasan Prasama Bhakti perhatikan, sebab pendidikan bukanlah eksperimen tapi merupakan komitmen.

Melalui permasalahan tersebut pemerintah menyadari bahwa dunia pendidikan adalah agen perubahan yang strategis, oleh karena itu dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan

bahwa pendidikan adalah “usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara” (pasal 1, butir 1). Untuk menciptakan generasi yang unggul dan berkualitas, maka pendidikan harus dilakukan sejak dini, supaya mereka memiliki bekal yang baik untuk menjadi sosok pribadi yang memiliki jiwa entrepreneurship, yaitu pribadi yang mandiri, kreatif dan inovatif. Maka prioritas Yayasan Prasama Bhakti adalah mengubah

mindset pendidik. Sejalan dengan ini, secara tegas memilih program pembelajaran entrepreneurship sebagai salah satu langkah berbeda dari sekolah lain untuk

diimplementasikan di lembaga pendidikan Yayasan Prasama Bhakti.

Komitmen untuk penyelenggaraan pendidikan bagi anak usia dini telah disepakati dunia dalam Convention on the Right of the Child (CRC) pada tahun


(9)

1989, kemudian ditindaklanjuti dalam Komitmen Pendidikan Untuk Semua

(Education For All) di Jomtien Thailand pada tahun 2000, serta Komitmen World Fit for Children di New York tahun 2002 (Jalal, 2004:1).

Komitmen dunia adalah juga komitmen Yayasan Prasama Bhakti untuk mampu berkarya dalam dunia pendidikan. Karya pendidikan memiliki banyak tantangan, berbeban berat dan beberapa fakta menunjukkan yaitu, keluarga tidak menanamkan spirit entrepreneurship, lembaga pendidikan tidak mendidiknya dan masyarakat seolah-olah apatis dengan kebutuhan mendesak ini. Dalam konteks inilah pendidikan entrepreneurship diharapkan mampu membangkitkan semangat berwirausaha, berdikari, berkarya, dan mengembangkan bakat sesuai potensi dan mengembangkan perekonomian nasional. Pendidikan entrepreneurship harus dimulai dari keluarga, masyarakat, dan lembaga pendidikan.

Menurut Ciputra tahun 2007 jumlah entrepreneur di Indonesia masih minim hanya 0,18% atau 440.000 orang, kalah dengan Singapura dan Amerika Serikat yaitu 7,2% dan 11,5%. Yayasan Prasama Bhakti berharap apabila pendidik sudah memiliki jiwa entrepreneur, maka peserta didikpun akan mendapat pelimpahan jiwa, ketrampilan, inovatif dan kemandirian sekaligus reflektif dan religius. Generasi muda menjadi target utama program pendidikan entrepreneurship. Mereka harus dilatih kreatif, menciptakan peluang dan menentukan keputusan, produktif melahirkan produk dan karya agung, aktif memberdayakan masyarakat sekitar, serta memajukan perekonomian nasional.

Pemerintah Indonesia dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasional, menyambut baik komitmen dunia tersebut sehingga pendidikan untuk usia dini


(10)

secara tegas telah dimasukkan ke dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), yaitu: suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut” (pasal 1, butir 14). Hal ini berarti pemerintah telah memberi perhatian yang besar terhadap pendidikan anak usia dini. Terlepas dari usaha pemerintah, ternyata menurut Tadkiroatun (2009) Indonesia menghadapi kualitas krusial pendidikan yang dilematis, hal ini yang disebabkan oleh (1) beragamnya latar belakang dan kualifikasi pendidik PAUD, (2) output anak bersifat akademis bukan developmental, (3) kebijakan yang kurang berpihak pada kePAUDan (3) belum tersedianya materi pembelajaran untuk PAUD.

Pendidik di TB/TK Santa Ursula dari 9 orang pendidik, 90% bukan lulusan kependidikan (lihat lampiran), sehingga sangat tepat apa yang disampaikan oleh Tadkiroatun, kesulitan memenuhi syarat tersebut mendorong yayasan untuk mencari peluang lain. Yayasan berharap agar para pendidik yang berkecimpung dalam PAUD ini dapat menanamkan nilai-nilai spiritualitas entrepreneur sejak dini.

Yayasan Prasama Bhakti yang berkedudukan di Bandung bekerja sama dengan CES (Ciputra Entrepreneurship School) menyelenggarakan program pembelajaran yang berbeda, yaitu mengintegrasikan dua kurikulum sekaligus sejak tahun 2007/2008. Program pembelajaran ini diharapkan mampu menjadi


(11)

salah satu solusi permasalahan pendidikan di Indonesia. Yayasan, para pendidik, orang tua, serta anak-anak telah mengimplementasikan program ini selama empat tahun. Pendidik diharapkan memiliki modal dasar pembelajaran entrepreneurship yaitu pembentukan pribadi melalui proses sebagai berikut: mindset/langkah awal yang esensial, attitude/dukungan, dan skill/kecakapan dan

knowledge/pengetahuan. Sikap seseorang dilatih seumpama pemburu, bersikap

optimis, efektif, efisien sedangkan sikap dan perilakunya optimis, proaktif, positif, tahan banting, dan senang bekerja keras.

Menurut Prof. Allan Gibbs dari Universitas of Durhan (UK), entrepreneur adalah kombinasi entrepreneursial, behavioures, attributes dan skill.

Schermerhorn (1989) mendeskripsikan entrepreneurship sebagai perilaku yang dinamis, kreatif, berani menghadapi resiko, dan dalam melakukannya selalu berorientasi pada inovasi. Stoner (1998) menyatakan bahwa pada dasarnya

entrepreneurship bergerak dari kebutuhan dasar manusia untuk berprestasi (need of achievement) seperti konsep/teori Mc. Cleland. Selanjutnya, Covin & Slevin

(1996) menyatakan bahwa pada dasarnya seorang entrepreneur dapat dikenali dari sikap dan perilakunya yang mencerminkan tiga dimensi, yaitu: keinovatifan (innovativeness), pengambilan resiko (risktaking), keproaktifan (pro-aktivness). Melalui program dengan pembelajaran entrepreneurship ini diharapkan para pendidik dapat berinovasi, terampil dan memiliki mindset baru, yang pada akhirnya memiliki sikap hidup kemandirian reflektif, dan akhirnya religius.

Strategi bangsa harus didukung untuk meningkatkan kesejahteraan bangsa yang sangat relevan dengan/urgensi yang amat tinggi sebab pada tahun 2006


(12)

Pendidikan Tinggi (PT) meluluskan 650.000 pengangguran terdidik, dan 2009 sudah mencapai 1,1 juta orang. Kompas 19 Februari 2010, melaporkan dua juta diploma dan sarjana menganggur. Prof. Payaman Simanjuntak dalam TOT

Entrepreneur-Educator di Bali, pada bulan Juni 2009, mengatakan tiga dari

sepuluh tukang ojek Jakarta lulusan Sarjana, dan menurut kementrian keuangan ada 1.785 karyawan baru, sedangkan pelamar lebih dari 100.000 orang.

Ciputra Way K-12 mempunyai solusi menyumbangkan pemikiran why, what, dan how, dalam proses pendidikan, dan ada 4 pokok keentrepreneuran Ciputra Way K-12: yaitu pertama, definisi entrepreneur, tujuan dalam

pendidikan, dan pelatihan. Dan tiga ciri utama innovative entrepreneur yaitu, pencipta peluang. Kedua, inovator, dan ketiga, pengambil resiko, serta keempat, mendorong terciptanya kerja sama empat kelompok GABS. Jadi kesejahteraan seseorang dapat diperoleh karena pribadi tersebut memiliki jiwa kemandirian, reflektif dan religius serta terus membaharui diri, berinovasi dan berupaya selalu percaya pada penyelenggaraan Ilahi.

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) khususnya pada jalur formal di TB/TK merupakan tahapan pertama dan strategis yang sangat membantu anak didik untuk mengembangkan berbagai potensi, baik psikis maupun fisik yang meliputi moral dan nilai-nilai agama, sosial emosional, kognitif, bahasa, fisik/motorik, kemandirian dan seni untuk memasuki sekolah dasar. Pendekatan pembelajaran pada tahapan ini menganut filosofi bermain sambil belajar amatlah cocok dengan siklus pembelajaran entrepreneurship. Tiga kata kunci dalam program pembelajaran entrepreneurship ialah kreativitas, inovasi dan ke-entrepreneur-an.


(13)

Beberapa hal yang mendukung keberhasilan entrepreneur dalam pendidikan adalah pendidik dan kurikulum. Kurikulum menyangkut konten dan strategi instruksi pembelajaran. Maka sangat penting bagi para pendidik TB/TK Santa Ursula untuk memiliki jiwa entrepreneurship.

Program pembelajaran entrepreneurship menekankan lima tahapan belajar. Tahap demi tahap mempunyai penekanan pendidikan terhadap sang pembelajar. Tahap pembelajaran tersebut adalah (1) Eksploring, (2) Planning, (3) Doing, (4)

Communicating, dan akhirnya Reflecting. Hasil refleksi membentuk seseorang

hidup peka dan disiplin batin. Refleksi mengarahkan individu untuk mundur, mengendalikan diri, mengingat dan mengambil nilai-nilai positif dari kejadian yang telah dialami dan belajar dari pengalaman untuk dapat hidup dengan lebih baik serta menemukan solusi yang terbaik bagi masalah yang dihadapi dengan melihat tahap-tahap yang telah dilewati. Tahap eksploring, planning, doing dan

communicating membentuk sikap dan karakter pendidik yang reflektif dan

menjadikan pribadi secara perlahan menjadi lebih religius. Semua memahami bahwa pendidikan adalah sebuah proses yang berlangsung bertahap, berkelanjutan sepanjang rentang kehidupan, menjadikan seseorang pribadi yang mandiri. Seorang pribadi yang mandiri dan reflektif mengarahkan diri selalu kepada Sang Pencipta. Faktanya adalah pembelajaran akan lebih bermakna, baik bagi pendidik sendiri maupun bagi peserta didik. Melalui program pembelajaran

entrepreneurship diharapkan dapat menjawab tantangan jaman, tidak mengenal

putus asa, belajar membiasakan diri untuk mencari peluang, dan menumbuhkembangkan kemandirian setiap pribadi agar dapat bertanggung jawab


(14)

terhadap diri sendiri. Rasa tanggung jawab membentuk setiap pribadi hidup reflektif dan disiplin. Sehingga pada akhirnya proses pembelajaran menyenangkan dan pendidik dapat melihat keunikan peserta didik sebagai makhluk ciptaan yang bebas tumbuh dan berkembang sesuai dengan keunikan, minat, dan kemampuan masing-masing.

Menurut Hurlock (1973) religi terdiri dari dua unsur, yaitu unsur keyakinan dan pelaksanaan ajaran agama. Spinks (1963) agama meliputi adanya keyakinan, adat, tradisi, dan juga pengalaman-pengalaman individual, sedangkan dimensi-dimensinya menurut Glock dan Stark (dalam Shaver dan Robinson, 1975; Subandi, 1988; Afiatin, 1997) membagi dalam lima dimensi. Inilah tujuan akhir dari pendidikan melalui pembelajaran entrepreneurship, yaitu pribadi yang memiliki kemandirian tangguh, kreatif dan inovatif sekaligus mengarahkan tujuan akhir hidup. Menurut Nashori (1997) seorang religius akan mencoba selalu patuh terhadap ajaran agamanya, berusaha mempelajari ajaran agamanya, dan merasakan pengalaman-pengalaman beragamanya, dengan kata lain religiusitas mempunyai lima dimensi: keyakinan (the ideological dimension), peribadatan atau praktik keagamaan (the ritualistic dimension), feeling atau penghayatan (the

experiencal dimension), pengetahuan agama (the intellectual dimension), dan

dimensi effect atau pengamalan (the consequential dimension). Kelima dimensi ini membentuk manusia mandiri, reflektif, sekaligus religius. Kedekatan dengan Tuhan menjadikan sebuah pribadi yang utuh berproses sepanjang masa sampai akhir hidupnya.


(15)

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah penulis kemukakan di atas, maka penelitian ini akan coba memotret bagaimana internalisasi sikap hidup kemandirian, reflektif, dan religius pendidik melalui program pembelajaran

entrepreneurship di TB/TK Santa Ursula Bandung.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Bagian yang ingin diteliti dalam penelitian ini adalah bagaimana para pendidik PAUD menginternalisasikan nilai-nilai hidup entrepreneurship melalui program pembelajaran entrepreneur dalam sikap hidup kemandirian, reflektif, dan religiusitas mereka masing-masing, untuk memenuhi kebutuhan pribadi yang berfungsi sebagai pendidik di Taman Bermain/Taman Kanak-Kanak Santa Ursula Bandung.

Penelitian ini melibatkan 9 orang pendidik yang telah berproses dan mengalami pelaksanakan program pembelajaran entrepreneurship selama 4 (empat) tahun dalam naungan Yayasan Prasama Bhakti. Dalam proses internalisasi nilai-nilai entrepreneurship tidaklah seluruhnya berhasil dengan lancar dan sukses. Diidentifikasikan ada 2 orang pendidik yang sungguh-sungguh sudah dapat memahami dan berproses serta melaksanakan pembelajaran

entrepreneurship secara mandiri. Pendidik lainnya masih dalam proses belajar

serta mengerti sikap hidup reflektif dan religius, hal tersebut bisa terjadi karena pendidik tersebut belum bisa mempraktikkan secara langsung atau melaksanakannya. Mereka yang sedang bertumbuh sikap kemandirian, reflektif, dan religiusitasnya. Bahkan mungkin ada yang baru paham akan pembelajaran


(16)

entrepreneurship dan belum menjadi bagian dari dirinya dalam sikap mandiri,

reflektif, dan religius. Pendidik di TB/ TK Santa Ursula Bandung, melalui kerja sama dengan Ciputra Entrepreneurship School (CES) diharapkan memiliki jiwa

entrepreneur sebagai salah satu bagian proses pembelajaran dan dapat membantu

peserta didik untuk memiliki jiwa entrepreneur (pantang menyerah, mencari peluang, inovatif, kreatif) serta terbiasa untuk melakukan refleksi diri pada setiap tahap pengalaman hidupnya. Akhirnya pendidik yang berjiwa entrepreneur dapat menumbuhkan sikap kemandirian, reflektif, religius pada peserta didik yang dapat dimulai dari sejak dini. Inilah pentingnya penelitian ini dilakukan.

Ada beberapa pendidik yang pandai secara kognisi namun tidaklah lengkap bila yang dikembangkan hanyalah aspek kognitifnya saja. Pendidikan dengan program pembelajaran entrepreneurship memungkinkan seseorang untuk berkembang baik kognisi, keterampilan, serta afeksinya.

Agar penelitian internalisasi program pembelajaran entrepeneurship ini dapat menemukan point penting pada sikap hidup kemandirian, reflektif, dan religius pendidik, maka diperlukan perumusan masalah yang diuraikan dalam pertanyaan-pertanyaan berikut:

1. Bagaimanakah proses implementasi program pembelajaran

entrepreneurship di TB/TK Santa Ursula Bandung?

2. Faktor-faktor apa yang menghambat dalam pelaksanaan program pembelajaran entrepreneurship di TB/TK Santa Ursula Bandung?

3. Bagaimanakah cara mengatasi hambatan-hambatan selama melaksanakan program pembelajaran entrepreneurship di TB/TK Santa Ursula Bandung?


(17)

4. Faktor–faktor apa yang mendukung keberhasilan pelaksanaan program pembelajaran entrepreneurship di TB/TK Santa Ursula Bandung?

5. Apakah melalui proses program pembelajaran entrepreneurship terbentuk sikap hidup kemandirian pada pendidik di TB/TK Santa Ursula Bandung? 6. Apakah melalui proses internalisasi nilai-nilai entrepreneurship melalui

program pembelajaran entrepreneurship terbentuk sikap hidup reflektif pada para pendidik di TB/TK Santa Ursula Bandung?

7. Apakah melalui proses internalisasi nilai-nilai entrepreneurship melalui program pembelajaran entrepeneurship terbentuk sikap hidup religius pada para pendidik di TB/TK Santa Ursula Bandung?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan, penelitian ini melalui penjelasan istilah, beberapa teori, dan studi kasus, bertujuan agar para orang tua, pamong/pengasuh, lembaga pendidikan dan pendidik Taman Kanak-Kanak dapat:

1. Memperoleh gambaran proses internalisasi sikap hidup kemandirian, reflektif, dan religius melalui pelaksanaan program pembelajaran

entrepreneurship di TB/TK Santa Ursula Bandung.

2. Menemukan fakor-faktor yang menghambat pelaksanaan program pembelajaran entrepreneurship di TB/TK Santa Ursula Bandung.

3. Menemukan cara mengatasi hambatan-hambatan pelaksanaan program pembelajaran entrepreneurship di TB/TK Santa Ursula Bandung.


(18)

4. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mendukung keberhasilan pelaksanaan program pembelajaran entrepreneurship di TB/TK Santa Ursula Bandung. 5. Mengidentifikasi proses sikap hidup kemandirian pada pendidik di TB/TK

Santa Ursula Bandung.

6. Mengidentifikasi proses sikap hidup reflektif pada pendidik di TB/TK Santa Ursula Bandung.

7. Mengidentifikasi proses sikap hidup religius pada pendidik di TB/TK Santa Ursula Bandung.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberi manfaat untuk kepentingan teoritis dan praktis. Secara teoritis penelitian ini dapat bermanfaat, antara lain:

1. Memberikan kontribusi yang berdaya guna secara teoritis, metodologis, dan empiris bagi kepentingan pendidikan TB/ TK Santa Ursula Bandung, dalam sikap hidup kemandirian, reflektif dan religius pendidik di TB/TK Santa Ursula Bandung.

2. Dapat dijadikan pola dan strategi para pendidik dalam proses internalisasi sikap hidup kemandirian, reflektif dan religius pada pendidik di TB/TK Santa Ursula Bandung.

3. Dapat dijadikan sebuah alternatif pembelajaran bagi siapapun yang membutuhkan dalam proses internalisasi sikap hidup kemandirian, reflektif dan religius pada pendidik di Pendidikan Anak Usia Dini.


(19)

Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk dijadikan:

1. Informasi bagi para pendidik Taman Kanak-Kanak dan orang tua murid usia dini dalam upaya proses sikap hidup mandiri, reflektif, dan religius (sebagai pendidik) di TB /TK Santa Ursula Bandung.

2. Sebagai bahan masukkan bagi Yayasan Prasama Bhakti sebagai pengelola TB/TK Santa Ursula Bandung dalam merencanakan, melaksanakan, menempatkan, dan melakukan pengawasan serta mengevaluasi konsep pembelajaran dan membangun sikap hidup mandiri, reflektif, dan religius dengan rencana dan strategi yang sudah ditentukan.

3. Sebagai masukkan bagi pimpinan TB/TK Santa Ursula Bandung untuk dijadikan pertimbangan kontekstual dan konseptual operasional dalam merumuskan konsep membangun sikap hidup mandiri, reflektif, dan religius lewat program pembelajaran entrepreneurship.

4. Sebagai masukkan dalam memberikan isi pembinaan bagi pendidik di TB/TK Santa Ursula Bandung dalam meningkatkan sikap hidup kemandirian, reflektif, dan religius.

5. Sebagai bahan masukkan bagi Dinas Pendidikan kota Bandung dalam pembinaan bagi para pendidik PAUD, dalam meningkatkan sikap hidup mandiri, reflektif, dan religius lewat program pembelajaran

entrepreneurship.

6. Sebagai bahan masukkan, refleksi, dan evaluasi bagi CES terhadap program pembelajaran entrepreneur.


(20)

7. Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai temuan awal untuk melakukan penelitian lanjut mengenai internalisasi sikap hidup kemandirian, reflektif, dan religius melalui program pembelajaran

entrepreneurship di lembaga atau institusi lainnya.

E. Penjelasan Istilah 1. Internalisasi

Internalisasi adalah penghayatan terhadap suatu ajaran, doktrin, atau nilai

sehingga merupakan keyakinan dan kesadaran akan kebenaran doktrin atau nilai yang diwujudkan dalam sikap dan perilaku (Sumber KBBI 3).

2. Program Pembelajaran Entrepreneurship

Entrepreneurship adalah sebagai perilaku yang dinamis, kreatif,

berani menghadapi resiko, dan dalam melakukannya selalu berorientasi pada inovasi. Sedangkan program pembelajaran entrepreneurship

Ciputra Ways K-12 adalah pembelajaran melalui Learning Cycle (Exploring, Planning, Doing, Communicating, Reflecting) yakni

pembelajaran yang bersifat terus menerus tanpa putus. 3. Kemandirian (Self Reguler Learning)

Proses belajar yang terjadi karena pengaruh dari pemikiran, perasaan, strategi, dan perilaku sendiri yang berorientasi pada pencapaian tujuan. Terdapat tiga fase, yaitu: merancang belajar, memantau kemajuan belajar selama menerapkan rancangan, dan mengevaluasi hasil belajar secara lengkap. SRL merupakan siklus kegiatan kognitif yang rekursif (berulang-ulang) yang memuat kegiatan; menganalisis tugas; memilih,


(21)

mengadopsi, atau menemukan pendekatan strategi untuk mencapai tujuan tugas; dan memantau hasil dari strategi yang telah dilaksanakan. Kemandirian menunjukkan kepada adanya kemampuan untuk mengambil inisiatif, kemampuan mengatasi masalah, penuh ketekunan, mengatasi sendiri kesulitannya dan ingin melakukan hal-hal untuk dirinya sendiri. 4. Reflektif

Refleksi mengarahkan individu untuk mundur, mengendalikan diri dan melihat tahap-tahap hidup yang telah dilewati. Tindakan yang melibatkan kesediaan untuk membuat penilaian diri sendiri dan perkembangan diri secara jujur.

5. Religius

Religius adalah pengalaman yang membawa manusia kepada kepercayaan akan sesuatu yang melebihi manusia dan hidupnya. Manusia terangkat kepada suatu yang melebihi manusia yang mengarah kepada Allah. Dalam pengalaman itu manusia meraih Allah dalam hidupnya atau seolah-olah Allah meraih manusia dalam hidupnya.


(22)

Marta Sumarsih, 2012

Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian ini berjudul “Internalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif, dan Religius Pendidik Melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, dengan menggunakan metode studi kasus. Studi kasus sendiri merupakan salah satu jenis penelitian kualitatif, merujuk pada investigasi yang mendalam terhadap individu, kelompok atau institusi (Gay, 1987: 207) atau analisis kontekstual secara detail terhadap partisipan atau kelompok kecil beserta peristiwa yang melibatkan mereka (Fraenkel & Wallen, 1993:392). Penelitian kualitatif bertujuan untuk memahami fenomena sosial ditinjau dari perspektif partisipan, mencakup perasaan, keyakinan, gagasan, pikiran, dan tindakan mereka (Schumacher, 2001: 396). Studi kasus pada penelitian ini selain untuk memperoleh pemahaman bermakna tentang kondisi obyektif pendidik di Taman Bermain/Taman Kanak-Kanak dalam memberikan pembelajaran yang mengarahkan anak sejak dini untuk memiliki jiwa

entrepreneur, yang menjadi kasus/permasalahan utama dalam pembentukan jiwa

mandiri, reflektif dan religius. Sebagimana sifat penelitian kualitatif, penekanan ditujukan pada deskripsi dan eksplorasi (Schumacher, 2001: 397) dan tidak dimaksudkan untuk melakukan generalisasi terhadap hasil-hasil dan kesimpulan penelitian. Generalisasi dalam penelitian kualitatif lebih mungkin dilakukan oleh


(23)

Marta Sumarsih, 2012

Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

praktisi yang melihat situasi serupa dengan situasi yang dialami oleh peneliti (Fraenkel & Wallen, 1993: 403).

Dalam kerangka pemilihan studi kasus sebagai pendekatan untuk mencapai tujuan penelitian ini, pada bagian pertama studi pendahuluan (prasurvei)mengacu pada profil kepala sekolah dan guru sasaran, pelibatan orangtua, yayasan, anak dan hambatan atau kesulitan guru dalam menginternalisasikan program pembelajaranentrepreneurship, serta cara mengatasi kesulitan/hambatan tersebut,penelitian ini menggunakan deskriptif-kualitatif.

Penelitian ini dilakukan terhadapsembilanorang pendidik, setelah(empat) tahun melaksanakan program pembelajaran entrepreneurshipyang diprogramkan oleh yayasan di TB/TK Santa Ursula Bandung. Melalui wawancara dan observasi, serta angket kepada sumber penelitian dan sumber pelengkap penelitian yaitu: orangtua murid, untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan dan pemahaman mereka mempercayakan anak dalam lingkungan pendidikan TB/TK St.Ursuladengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan program pembelajaran entrepreneurshipyang terpola dalamLearning Cycle(Eksploring,

Planning, Doing, Communicating, Reflecting).

B. Subyek Penelitian

Penelitian ini berlokasi di Taman Bermain/Taman Kanak-Kanak Santa Ursula Bandung. Komunitas sekolah ini terdiri atas kepala sekolah, sembilan guru, dua karyawan, dua tata usaha dan satu pengasuh. Peserta didik dengan jumlah30 peserta didik untuk tingkat Taman Bermain yang terdiri dari dua kelas.


(24)

Marta Sumarsih, 2012

Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Taman Kanak-Kanak, dengan empat kelas yang terdiri dari 139 peserta didik. Pada tahap studi pendahuluan, penentuan subyek atau partisipan penelitian dilakukan dengan menggunakan purposeful sample technique (McMillan & Schumacher, 2001:401) pemilihan teknik ini didasarkan pada pertimbangan tujuan penelitian dan bentuk informasi yang akan diperoleh. Subyek terpilih dinilai dapat memberikan informasi terkait dengan implementasi program yang utuh, untuk membantu memecahkan masalah tentang sikap hidup kemandirian, reflektif dan religius pada para pendidik di TB/TK dengan melibatkan orangtua. Mereka terdiri atas: (a) kepala sekolah dalam fungsinya sebagai penanggungjawab di unit satuan pendidikan, termasuk pelaksana implementasi dan internalisasi program pendidikan melalui program pembelajaran entrepereneurship; (b) guru kelas dalam fungsinya sebagai pelasana program pembelajaranentrepreneurship.

Pada tahap kedua validasi implementasi program pembelajaran, internalisasiprogram pembelajaran entrepreneurship, penentuan subyek penelitian yang berperan sebagai guru yang telah melaksanakan program, tetap dilakukan dengan menggunakan purposeful sample technique (Mc. Millan & Schumacher, 2001: 401). Sementara penentuan guru dilakukan dengan menggunakan

convinience sampling technique (Mc. Millan & Schumacher, 2001: 175).

Terdapat empat guru yang dirujuk oleh kepala sekolah telah melaksanakan program pembelajaran entrepreneurship secara penuh, dan memiliki performance kepribadian dalam sikap hidup kemandirian, reflektif, religius menonjol dan berkarakter. Dalam konteks ini penelitian menggunakan subyek yang tersedia.


(25)

Marta Sumarsih, 2012

Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Dalam penelitian ini terdapat sumber data penelitian:

1. Sumber data primer: adalah sumber data utama. Sumber data ini adalah bahan-bahan literatur, dokumen yang berkaitan dengan model pembelajaran

entrepreneurship, kurikulum KTSP TB/TK Santa Ursula.

2. Sumber data sekunder: adalah penunjang, atau biasa juga disebut sebagai data kedua setelah data primer. Sumber sekunder dalam penelitian ini adalah bahan-bahan literatur dan dokumen tambahan. Ditunjang dengan observasi, wawancara, angket yang berhubungan dengan cara membangun pengertian

entrepreneurship, sikap kemandirian, reflektif dan relegius.

C. Prosedur Penelitian

Internalisasi sikap kemandirian, reflektif dan religius melalui program

entrepreneurship diperoleh melalui tiga tahap kegiatan (bagan) yaitu studi

pendahuluan, pengumpulan data, validasi data pendidik yang telah berhasil menginternalisasikan nilai-nilai entrepreneurship melalui program pembelajaran

entrepreneur.Kegiatan penelitian pada tahap pertama, studi pendahuluan secara

simultan terdiri atas : (1) mengumpulkan informasi berkenaan implementasi

entrepreneurship, kepada kepala Yayasan Prasama Bhakti, kepala sekolah dan

para guru, serta masalah-masalah yang muncul, dan faktor penyebab terjadinya hambatan, yang melibatkan kepala sekolah, guru pelaksana, orangtua dan peserta didik. (2) menelaah konsep-konsep teoritik yang relevan tentang internalisasi


(26)

Marta Sumarsih, 2012

Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

nilai-nilai entrepreneurshiptermasuk sikap kemandirian, reflektif, dan religius. (3) menganalisis informasi berkenaan permasalahan yang diperkirakan mempengaruhi efektifitas internalisasi pembelajaranentrepreneurship dalam upaya meningkatkan sikap hidup kemandirian, reflektif dan religius pada pendidik. Ringkasan dalam bagan sebagai berikut:

Studi Pendahuluan

1. Menelaah kondisi obyektif internalisasi nilai-nilaientrepreneurship

Melibatkan; a. Kepala Yayasan b. Kepala Sekolah c. Guru kelas d. Orangtua e. Peserta didik

f. Hambatan atau kesulitan kepala sekolah dan guru dalam implementasi program

entrepreneurship

g. Faktor-faktor ketercapaiannya program h. Usaha-/cara mengatasi hambatan

1. Verifikasi program pembelajaran

entrepreneurship

2. Implementasi program pembelajaran

entreprenurship

Implementasi Program

Entrepreneurship 1. MOU CES dengan

Yayasan Prasama Bhakti 2. Memepersiapkan rancangan pokok implementasi program pembelajaranentrepren eurship 3. Mengimplementasikan program pembelajaran entrepreneurship

Analisa Data :

1. Menganalisa data studi dokumentasi, wawancara, observasi.

Persiapan implementasi

entrepreneurship

(a) melatih guru untuk mengimplementasikan program pembelajaran entrepreneurship (b) Menata settingimplementasi program pembelajaran (c)Mensosialisasikan program entrepreneurship kepada

kepala sekolah dan guru/ terutama guru kunci. (d) mengadakan seminar/pembinaan rutin kepada kepala sekolah dan guru-guru

Simpulan dan Rekomendasi

Menelaah konsep dan hasil penelitian yang berhubungan dengan: (a) faktor-faktor yang menghambat dalam implementasi program (b) cara-cara mengatasi hambatan dalam implementasi program (c) (d) pelatihan guru dalam program

entrepreneurship

(e). pelibatan orangtua dalam program

entrepreneurship.

(f) sikap kemandirian, reflektif dan religius diinternalisasikan oleh guru melalui program entrepreneurship.


(27)

Marta Sumarsih, 2012

Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Kegiatan penelitian pada tahap kedua difokuskan pada internalisasi sikap hidup kemandirian, reflektif dan religius pada pendidik melalui program pembelajaran entrepreneurship. Perencanaan kegiatan ini bertolak dari analisis terhadap hasil-hasil studi pendahuluan yang mencakup data tentang profil Yayasan Prasama Bhakti, kepala sekolah, guru kelas, pelibatan orangtua dalam mengimplementasikan program pembelajaran entrepreneurship, yang diharapkan sikap kemandirian, reflektif dan religiusdapat terinternalisasi pada pendidik. Kegiatan penelitian pada tahap ketiga adalah validasi (verifikasi) melalui wawancara sesuai dengan perumusan masalah dalam penelitian, terhadap pendidik atas terlaksananya program pembelajaran entrepreneurship. Tahap Validasi merupakan tahap implementasi dan internalisasi nilai-nilai

entrepreneurship.Jenis kegiatan pada tahap ketiga ini selengkapnya terdiri atas

verifikasi, implementasi program pembelajaranentrepreneurship, internalisasi nilai entrepreneurship melalui program pembelajaran entrepreneur. Internalisasi nilai-nilaientrepreneurship dinyatakan verified secara konseptual apabila dapat dimengerti oleh pengambil keputusan (Simatupang, 1994:230)

Setelah verifikasi beserta revisi program pembelajaranentrepreneurship selesai, kegiatan dialihkan ke persiapan internalisasinilai-nilai entrepreneurship melalui program pembelajaran entrepreneurship. Persiapan ini terdiri atas: (a) pelatihan guru kelas yang akan melaksanakan program, menyiapkan guru-guru kunci yang akan menjadi koordinator setiap unit, dan menyiapkan kepala

Internalisasi sikap hidup kemandirian, Reflektif dan Religius pada Pendidik Melalui Program Pembelajaranentreprenurship


(28)

Marta Sumarsih, 2012

Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

sekolah sebagai penanggungjawab internalisasi program pembelajaran

entreperenurship,(b) penataan settingimplementasi program dengan mengadakan

pertemuan antara para guru, yayasan, dan kepala sekolah dan pihak Ciputra, guna mendukung kelancaran pelaksanaan interlalisasi (c) sosialisasi program kepada orangtua, dan pada anak-anak, guna memperoleh dukungan dari semua pihak.

D. Instrumen Penelitian

Sejumlah instrumen penelitian disiapkan guna memperoleh informasi yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan penelitian (lampiran-lampiran). Instrumen terdiri atas pedoman wawancara, studi dokumentasi, dan pedoman observasi. Pertama, pada tahap studi pendahuluansetelah meninjau literatur tentang faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam implementasi program pembelajaranentrepreneurship, serta bagaimana program tersebut dilaksanakan. Hal tersebut dilakukan untuk memperoleh informasi perspekstif tentang aspek-aspek internalisasi program pembelajaranentrepreneurship, mencakup profil kepala sekolah dan guru, melibatkan orangtua dan peserta didik, hambatan dan faktor penyebab hambatan, serta cara-cara mengatasi hambatan tersebut.

Teknik wawancara dilakukan dalam rangka melengkapi data-data hasil observasi. Wawancara dilakukan terhadap subjek penelitian yang dalam hal ini adalah kepala sekolah, guru, orangtua, dan peserta didik. Teknik wawancara yang dilaksanakan adalah wawancara tidak terstruktur atau terbuka. Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk


(29)

Marta Sumarsih, 2012

Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

pengumpulan data. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis besar permasalahan yang akan digunakan (Sugiyono, 2008:140).

Wawancara diawali dengan pertanyaan yang telah disiapkan dan kemudian dielaborasi berdasarkan jawaban responden. Pedoman wawancara dirancang dengan memperhatikan empat parameter penelitian kualitatif, yakni (1) where

take place, (2) who will be observed or interviewed, (3) what actors will be observed doing or interived about, (4) the evolving nature of events undertaken by the actors within the settings (Creswell, 1994:148-149). Subyek utama sumber

informasi atau responden ialah kepala sekolah, guru kelas dalam perannya sebagai penanggungjawab dan pelaksana program. Pedoman wawancara dengan tema yang sama juga dikembangkan untuk kepentingan cakap silang (crosstalk) atau memperoleh keseimbangan dan kelengkapan informasi yang diberikan oleh guru kelas atau kepala sekolah. Sumber informasi dari cakap silang diperoleh dari pimpinan yayasan, kepala sekolah, guru kelas, orangtua sebagai pendukung dan peserta didik sebagai penerima layanan program pembelajaran entrepreneurship.

Kedua, peneliti memanfaatkan berbagai pedoman dokumen yang dimiliki subyek sumber informasi untuk melengkapi informasi yang diperoleh dari hasil wawancara (Fraenkle &Wallen, 1993:390). Dokumen mencakup data rutin kepala sekolah, dan guru kelas yang dimiliki yayasan dan data terkait oleh CES (pihak pemilik branded).

Teknik dokumentasi dilakukan untuk melengkapi data dan menjadi bukti bahwa peneliti benar-benar melakukan penelitian. Dokumen adalah setiap bahan tertulis atau film yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan seorang


(30)

Marta Sumarsih, 2012

Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

penyidik (Moleong, 2002:161). Dalam penelitian ini, dokumen yang menjadi sumber data adalah dokumen resmi yang diperoleh di lapangan, seperti peraturan-peraturan, laporan kegiatan, foto-foto, film dokumenter (Riduwan, 2007:77).

Teknik pustaka merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis buku-buku ilmiah dan dihimpun serta dipilih sesuai dengan tujuan dan fokus masalah (Sukmadinata, 2005:221). Dalam hal ini, peneliti akan mengumpulkan data ilmiah dari berbagai literatur yang berhubungan dengan kajian-kajian tentang program pembelajaran entrepreneurship dan internalisasi sikap hidup kemandirian, reflektif dan relegius.

Ketiga, hasil-hasil wawancara tentang proses internalisasi, ditindaklanjuti dengan observasi langsung terhadap para pendidik yang telah menginternalisasikan nilai-nilai entrepreneurship melalui programpembelajaranentrepreneur. Langkah observasi ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi yang lebih komprehensif dan aktual tentang interlalisasinilai-nilai entrepreneurship melalui program pembelajaranentreprenurship, hambatan-hambatan yang dialami, menemukan faktor penyebab adanya hambatan, dan cara-cara mengatasi hambatan tersebut, yang melibatkan semua pihak terkait, yaitu yayasan, kepala sekolah, guru, orangtua dan peserta didik. Teknik observasi yang dipilih adalah complete

observer (Fraenkle & Wallen 1993:384). Peneliti menggunakan pedoman

observasi dalam mengamati proses internalisasi yang menyertakan ketua yayasan, kepala sekolah, guru, orangtua dan peserta didik, tanpa berupaya menjadi partisipan yang mempengaruhi aktifitas yang tengah berlangsung.


(31)

Marta Sumarsih, 2012

Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Observasi merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Kegiatan tersebut bisa berkenaan dengan cara guru mengajar, peserta didik yang sedang belajar, kepala sekolah yang sedang memberikan pengarahan, dsb (Sukmadinata, 2005:220). Observasi yang dipilih disini adalah observasi non partisipatif, dimana peneliti tidak ikut serta dalam kegiatan namun hanya berperan mengamati kegiatan, tidak ikut dalam kegiatan yang sedang berlangsung.

Secara keseluruhan ketiga instrumen yang digunakan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dengan sendirinya menjadi media triangualasi, yakni menggunakan aneka metode dan subyek untuk mendapatkan informasi yang sama, dan meningkatkan validitas desain penelitian kualitatif (Fraenkle & Wallen, 1993:400; Mc. Millan & Schumacher 2001:398)

Pada tahap validasi, data proses dan hasil implementasi program pembelajaran entrepreneurshipdikumpulkan dengan menggunakan pedoman observasi dan wawancara. Serupa dengan penggunaan metode observasi pada tahap prasurvei,complete observer technique dipakai selama internalisasinilai-nilai

entrepreneurship melalui program pembelajaran entrepreneurship. Rancangan

pedoman observasi disusun dengan merujuk pada tahap-tahap yang terdapat di dalam desain program pembelajaran entrepreneurship (learning cycle). Subyek observasi terdiri atas kepala yayasan, kepala sekolah, dan guru kelas sebagai pelaksana program, juga orangtua serta peserta didik sebagai sasaran layanan. Pedoman yayasan disusun dengan mengacu pada responsive guided approach (Thomas & Brubaker, 2000:152) dan dimaksudkan untuk memperoleh informasi


(32)

Marta Sumarsih, 2012

Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

tentang respon masing-masing subyek terhadap internalisasi nilai-nilai

entrepreneurship melalui program pembelajaranentrepreneurship. Subyek

wawancara pada tahap validasi adalah guru kelas dan kepala sekolah sebagai pelaksana program, orangtua dan peserta didik sebagai sasaran pelaksanaan program pembelajaranentreprenurship.

E. Analisis Data

Analisis data pada tahap studi pendahuluan dilakukan dengan berpedoman pada jenis data yang diperoleh, yakni deskriptif-kualitatif. Prosedur analisis data yang ditempuh mengadopsi langkah-langkah yang dikembangkan oleh Creswell (1994:153), yakni: (1) mencatat semua data yang diperoleh dari hasil wawancara, analisis dokumen, dan observasi, (2) memberikan tema, pola, gagasan utama berdasarkan kata kunci atau frase, (3) menyempitkan tema-tema ke dalam tema besar, (4) mengorganisir data ke dalam tema, (5) meninjau kembali informasi di dalam tema untuk melihat adanya modus data tertentu, (6) mengidentifikasi pokok-pokok temuan yang tampak dominan dan istimewa, dan (7) menulis pokok-pokok temuan berdasarkan tema, kronologis, atau model lainnya. Demikian pula pada tahap validasi, analisis data dilakukan secara deskriptif-kualitatif. Data selanjutnya diinterpretasi dan eksplanasi. Hasil interpretasi dan eksplanasi dijadikan bahan kajian untuk mengetahui ketercapaian tujuan penelitian.Teknik yang digunakan adalah studi kasus, dokumentasi yang digabung dalam observasi lapangan selama 3 bulan secara terus menerus dan melakukan wawancara baik pada pendidik, sebagai obyek peneliti utama, guru pendamping,


(33)

Marta Sumarsih, 2012

Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

pengasuh PAUD dan orangtua sebagai obyek penelitian pembantu. Oleh karena itu langkah-langkah yang akan ditempuh peneliti adalah sebagai berikut:

Alwasilah (2009) mengemukakan bahwa ada beberapa tahapan yang perlu dilakukan dalam upaya mengumpulkan data dalam sebuah penelitian, yaitu : a. Tahap Orientasi

Pada tahap orientasi, peneliti melakukan survei terhadap TB/TK Santa Ursula Bandung, melakukan dialog kepala sekolah, para guru, peserta didik, dan orangtua. Setelah ditentukan responden penelitian, peneliti mengadakan observasi awal untuk memperoleh data tentang pelaksanaan program pembelajaran

entrepreneurship. Pada tahap ini, peneliti mengurus surat ijin penelitian dalam

rangka menjaga keamanan dan stabilitas sosial di lokasi penelitian. b. Tahap Eksplorasi

Pada tahap ini, peneliti mulai melakukan kunjungan pada responden. Mengadakan pengamatan permulaan terhadap pelaksanaan program pembelajaran

entrepreneurship di TB/TK Santa Ursula. Selain itu juga melakukan wawancara

untuk mendapatkan data yang lebih lengkap. c. Tahap Pencatatan Data

Catatan merupakan rekaman dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan di sekolah. Catatan memuat data penting yang dilihat dan ditanyakan sebagai catatan kunci untuk kemudian ditulis ulang dalam rangka mengantisipasi kelalaian. Pencatatan data dapat dibedakan dalam dua bentuk yakni catatan deskriptif dan catatan reflektif. Catatan deskriptif terdiri dari catatan lapangan, catatan laporan lapangan, dan catatan harian lapangan. Sedangkan catatan reflektif


(34)

Marta Sumarsih, 2012

Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

berisi catatan tentang hubungan berbagai data, menambahkan ide-ide, komentar-komentar, membuat kerangka berfikir, menelaah desain dan metode, menuliskan hal-hal yang dapat memperjelas data yang rancu, mencatat kata-kata kunci, dan selanjutnya didiskusikan dengan teman sejawat atau dosen pembimbing.


(35)

Marta Sumarsih, 2012

Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian maka penulis menyimpulkan sebagai berikut: 1. Internalisasi sikap hidup melalui proses pembelajaran entrepreneurship telah

dimaknai dengan bukti ditemukannya dua guru kunci yang memiliki kepribadian sebagai seorang pendidik TB/TK yang berjiwa entreprenurship, mandiri, reflektif dan religius

2. Hambatan yang ditemukan selama proses internalisasi sikap hidup melalui program pembelajaran entrepreneurship adalah faktor dari dalam (pribadi) dan dari luar (orang tua, komunikasi, sarana prasarana, waktu, lingkungan). 3. Penyebab hambatan pelaksanaan program pembelajaran entrepreneurship

adalah ketidakpahaman para pendidik, orang tua dan peserta didik terhadap pembelajaran entrepreneurship.

4. Cara mengatasi hambatan dalam pelaksanaan program pembelajaran

entrepreneurship yaitu dengan memperbaiki komunikasi, dan membekali diri

dengan banyak membaca dan belajar dari orang lain. Mengemb angkan sikap kreatif, inovatif dan kritis, serta berani tampil beda.

5. Faktor faktor yang mendukung terlaksananya internalisasi program pembelajaran entrepreneurship diantaranya kerjasama antara yayasan dengan para pendidik, antar pendidik dengan pendidik, orang tua dengan pendidik dan


(36)

Marta Sumarsih, 2012

Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

pendidik dengan peserta didik serta dukungan dari pengawas TK/SD dari pihak Dinas Pendidikan kota Bandung.

6. Sikap hidup kemandirian pada pendidik di TB/TK Santa Ursula Bandung telah terlihat dari perilaku para pendidik dan peserta didik yang berani mengambil resiko.

7. Sikap hidup reflektif pada pendidik di TB/TK Santa Ursula Bandung terlihat melalui cara bertindak dalam menyikapi setiap pengalaman hidup mereka baik yang menyenangkan maupun yang menyedihkan, dengan selalu melihat kembali pengalaman untuk mengambil sikap yang lebih baik dimasa yang akan datang.

8. Sikap hidup religius pada pendidik di TB/TK Santa Ursula Bandung terlihat ketika para pendidik mampu mengarahkan para peserta didik dan dirinya sendiri untuk selalu mengagumi karya penciptaan Tuhan dan kemahakuasaan Tuhan untuk menolong umatnya ketika dalam kesulitan.

B. Rekomendasi

1. Bagi para pendidik TB/TK Santa Ursula

Bagi para pendidik TB/TK Santa Ursula penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan refleksi bahwa pembelajaran entrepreneurship yang semula ditanggapi dengan keragu-raguan, penuh tanda tanya, dan kecemasan, telah menghasilkan buah kesuksesan, yaitu pola berpikir (mindset) yang baru. Melalui penelitian ini meyakinkan para guru untuk meneruskan program pembelajaran


(37)

Marta Sumarsih, 2012

Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

pendidik harus bekerjakeras untuk semakin menginternalisasikan sikap-sikap atau jiwa entrepreneur dalam dirinya misalnya percaya diri, berani mengambil resiko, kreatif, inovatif dan berfikir kritis. Para pendidik juga harus lebih proaktif dengan menambah wawasan mencari informasi baru tentang pendidikan

entrepreneurship.

2. Bagi Orang Tua Murid TB/TK Santa Ursula

Pembelajaran entrepreneur merupakan metode pembelajaran baru yang diterima oleh para orang tua. Melalui penelitian ini diharapkan agar orang tua semakin yakin akan dampak positif dari program pembelajaran entrepreneurship, sehingga orang tua diharapkan semakin bersemangat untuk bekerjasama, meningkatkan komunikasi yang persuasif dengan pihak sekolah.

3. Bagi Yayasan Prasama Bhakti Pengelola TB/TK Santa Ursula

Berdasarkan penelitian ini, yayasan dapat melaksanakan evaluasi internal secara berkala, disamping evaluasi dari CES. Penelitian ini juga membantu yayasan untuk dapat dijadikan sebagai tolak ukur tercapainya visi misi Yayasan Prasama Bhakti. Melalui penelitian ini penulis berharap agar Yayasan mempunyai managemen yang terencana sehingga target program pembelajaran

entrepreneurship dapat tercapai misalnya dengan tidak memindahkan guru kunci

secara mendadak. Yayasan harus memahami bahwa pembelajaran

entrepreneurship tidak pernah berhenti berinovasi, oleh karena itu yayasanpun


(38)

Marta Sumarsih, 2012

Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

bagi para pendidik untuk mengikuti latihan dasar kepemimpinan(LDK) misalnya Outbond, retret, pesantren kilat/pembinaan rohani, mengundang nara sumber dan belajar tentang entrepreneurship.

4. Bagi Pimpinan TB/TK Santa Ursula Bandung

Kepala sekolah TB/TK Santa Ursulapun dapat menjadikan penelitian ini sebagai bahan penilaian Daftar Penilaian Pekerjaan (DP 3) atas kemampuan dan perubahan sikap hidup kemandirian, reflektif dan religius para guru dalam mendidik anak didiknya. Kepala sekolah dapat menindak lanjuti program pembelajaran ini sebagai bahan laporan kepada pihak yayasan atas pelaksanaan dan hasil dari program pembelajaran entrepreneurship.

5. Bagi Dinas Pendidikan Kota Bandung

TB/TK Santa Ursula telah melaksanakan program pemerintah tentang kewirausahaan/entrepreneurship. Dinas Pendidikan Kota Bandung dapat menjadikan TB/TK Santa Ursula ini sebagai sekolah model entrepreneurship dilingkungan Kota Bandung.

6. Bagi Ciputra Entrepreneurship School (CES)

Berdasarkan hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan reflekdi bagi sehingga CES dapat membaharui dan memperbaiki program agar lebih efektif dan efisien. Melakukan pembinaan lebih intensif kepada


(39)

masing-Marta Sumarsih, 2012

Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

masing pendidik. Memperbanyak trainer untuk membimbing sekolah sekolah yang bekerjasama dengan CES.

7. Bagi Penelitian Lanjutan

Pembelajaran entrepreneur sangatlah kompleks, masih banyak yang dapat diteliti dan dianalisa untuk masing-masing aspek, serta pola pembelajarannya. Karena keterbatasan waktu dan kemampuan peneliti penelitian ini hanya dapat menyoroti sampai pada tahap internalisasi sikap kemandirian, reflektif, dan religius pendidik TB/TK Santa Ursula melalui program pembelajaran

entrepreneurship. Peneliti berharap agar dikemudian hari peneliti atau siapapun

yang berminat, dapat mendalami serta melanjutkan penelitian ini dalam aspek kreatifitas, inovasi dan kebiasaan berfikir kritis.


(40)

Marta Sumarsih, 2012

Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Akdon, (2008). Aplikasi Statistik dan Metode Penelitian untuk Administrasi &

Manajemen. Bandung: Dewa Ruci

Asmani, J.M.(2011) Sekolah Entrepreneur. Jogjakarta: Harmoni

Asmani, J.M.(2011) Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah. Jogjakarta: Harmoni

Boeree,G. (2010) Personality Theories, Melacak Kepribadian Anda Bersama

Psikolog Dunia. Jogjakarta: Prismasophie

Barbara, A.L.(2004). Character Building Untuk Anak-anak, Batam: Karisma Publising Group

Calvin S.H.,& Gardner, L. (2005). Teori-teori Psikodinamik (Klinis) Freud,

Erikson, Jung, Adler, Fromm, Horney, Sullivan, Yogjakarta: Kanisius

Chourmain, I. (2011). Pendekatan- pendekatan Alternatif Pendidikan Anak Usia

Dini. Jakarta: Rineka Cipta

Diane, T.,&Diana, H. (2004). Living Values Activities for Children Ages

3-Jakarta: Grasindo

Danim, S.,&Khairil. (2010). Profesi Kependidikan. Bandung: Alfabeta Fakhrudin, A.U. (2010). Sukses Menjadi Guru TK-PAUD. Jogjakarta: Bening Go, P.M. (1990). Pendidikan Nilai di Sekolah Katolik. Malang: Dioma Go, P.M. (1988). Katolisitas Sekolah Katolik. Malang:Dioma

Janice, J.B.(1994). Observing Development of the Young Child, New York: Macmillan Publishing Company

Jo, A.B.(2007). Introduction To Early Chilhood Education, (six Edition), Boston: Pearson Education Inc

Lembaga Alkitab Indonesia.(1987) Alkitab. Bogor: Ciluar

Pam, S., & Tamera, B. (2002). The Values Book For Children 16 Moral Dasar

Bagi Anak, Jakarta: Elex Media Computindo


(41)

Marta Sumarsih, 2012

Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Marsh, C. (2008). BecomingATeacherKonwledge,Skills and Issues. Pearson Education Australia.

Morrison, G.S. (2012) Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Jakarta: Indeks

Nurihsan, A.J., &Agustin,M.(2011). Dinamika Perkembangan Anak dan Remaja:

Tinjauan Psikologi, Pendidikan, dan Bimbingan. Bandung: PT. Refika

Aditama

Noorlaila, Iva. (2010). Panduan Lengkap Mengajar PAUD. Jogjakarta: Pinus Book Publisher

Ridwan. (2004). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru dan Karyawan dan

Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta

Rimm, S. (2003). Mendidik dan Menerapkan Disiplin Pada Anak Prasekolah. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Rochman, C.,&Gunawan. (2011). Pengembangan KompetensiKepribadian Guru:

Menjadi Guru yang dicintai dan diteladani oleh Siswa. Bandung:

Nuansa Cendekia

Santrock, W.J. (2004) Perkembangan anak (ed. Kesebelas). University of Texas, Dallas, Jakarta: Erlangga

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R & D. Bandung: Alfabeta

Sue, C.W. (2006). Early Childhood Curriculum Developmental Bases for

Learning and Teaching, New Jersey, Ohio : Merril Pretice Hall.

Suyanto, S. (2005). Dasar- dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Hikayat Publising

Susanto, A. (2011). Perkembangan Anak Usia Dini: Pengantar dalam Berbagai

Aspeknya. Jakarta: Kencana

Saputra, Y.M.,&Rudyanto. (2005). Pembelajaran Kooperatif untuk meningkatkan

Keterampilan Anak TK. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

Kunandar. (2007) Guru Profesional, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) dan sukses dalam sertifikasi Guru. Jakarta: PT


(42)

Marta Sumarsih, 2012

Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Kurniasih, I. (2009). Pendidikan Anak Usia Dini. Edukasia

_______(2005). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.

_________(2012). Educare, Wahana Komunikasi Pendidikan. Jakarta, Komisi Pendidikan KWI

Undang-Undang RI no. 20 tahun 2003 (2003). System Pendidikan Nasional. Jakarta: Indonesia Legal Center Publishing.

Departemen Pendidikan Nasional. (2005). Undang-Undang Guru dan Dosen. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

Permendiknas nomor. 58 tentang Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

Parkay, F.W., & Stanford, B.H. (2012) Menjadi Seorang Guru., Jakarta: Indeks Wahyudin, U., &Agustin, M. (2011). Penilaian Perkembangan Anak Usia Dini:

Panduan untuk Guru, Tutor, Fasilitator dan Pengelola Pendidikan Anak Usia Dini. Bandung: PT. Refika Aditama

Yamin, M.,& Sanan, J.S. (2010) Panduan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Jakarta: Gaung Persada Press

Yayasan Prasama Bhakti. Sejarah Singkat TB-TK Santa Ursula, Bandung : Pribadi Yayasan

Yuliani, N.S. (2009). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, Jakarta : PT Indeks

Paulo, F.S., & Ward, S. London, (1974). Education For Critical Conciousness, London

Creswell, J.W. (2010). Research Design (Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan


(1)

123

pendidik harus bekerjakeras untuk semakin menginternalisasikan sikap-sikap atau jiwa entrepreneur dalam dirinya misalnya percaya diri, berani mengambil resiko, kreatif, inovatif dan berfikir kritis. Para pendidik juga harus lebih proaktif dengan menambah wawasan mencari informasi baru tentang pendidikan entrepreneurship.

2. Bagi Orang Tua Murid TB/TK Santa Ursula

Pembelajaran entrepreneur merupakan metode pembelajaran baru yang diterima oleh para orang tua. Melalui penelitian ini diharapkan agar orang tua semakin yakin akan dampak positif dari program pembelajaran entrepreneurship, sehingga orang tua diharapkan semakin bersemangat untuk bekerjasama, meningkatkan komunikasi yang persuasif dengan pihak sekolah.

3. Bagi Yayasan Prasama Bhakti Pengelola TB/TK Santa Ursula

Berdasarkan penelitian ini, yayasan dapat melaksanakan evaluasi internal secara berkala, disamping evaluasi dari CES. Penelitian ini juga membantu yayasan untuk dapat dijadikan sebagai tolak ukur tercapainya visi misi Yayasan Prasama Bhakti. Melalui penelitian ini penulis berharap agar Yayasan mempunyai managemen yang terencana sehingga target program pembelajaran entrepreneurship dapat tercapai misalnya dengan tidak memindahkan guru kunci secara mendadak. Yayasan harus memahami bahwa pembelajaran entrepreneurship tidak pernah berhenti berinovasi, oleh karena itu yayasanpun hendaknya lebih banyak memberi waktu dan menyediakan sarana prasarasana


(2)

124

bagi para pendidik untuk mengikuti latihan dasar kepemimpinan(LDK) misalnya Outbond, retret, pesantren kilat/pembinaan rohani, mengundang nara sumber dan belajar tentang entrepreneurship.

4. Bagi Pimpinan TB/TK Santa Ursula Bandung

Kepala sekolah TB/TK Santa Ursulapun dapat menjadikan penelitian ini sebagai bahan penilaian Daftar Penilaian Pekerjaan (DP 3) atas kemampuan dan perubahan sikap hidup kemandirian, reflektif dan religius para guru dalam mendidik anak didiknya. Kepala sekolah dapat menindak lanjuti program pembelajaran ini sebagai bahan laporan kepada pihak yayasan atas pelaksanaan dan hasil dari program pembelajaran entrepreneurship.

5. Bagi Dinas Pendidikan Kota Bandung

TB/TK Santa Ursula telah melaksanakan program pemerintah tentang kewirausahaan/entrepreneurship. Dinas Pendidikan Kota Bandung dapat menjadikan TB/TK Santa Ursula ini sebagai sekolah model entrepreneurship dilingkungan Kota Bandung.

6. Bagi Ciputra Entrepreneurship School (CES)

Berdasarkan hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan reflekdi bagi sehingga CES dapat membaharui dan memperbaiki program agar lebih efektif dan efisien. Melakukan pembinaan lebih intensif kepada


(3)

masing-125

masing pendidik. Memperbanyak trainer untuk membimbing sekolah sekolah yang bekerjasama dengan CES.

7. Bagi Penelitian Lanjutan

Pembelajaran entrepreneur sangatlah kompleks, masih banyak yang dapat diteliti dan dianalisa untuk masing-masing aspek, serta pola pembelajarannya. Karena keterbatasan waktu dan kemampuan peneliti penelitian ini hanya dapat menyoroti sampai pada tahap internalisasi sikap kemandirian, reflektif, dan religius pendidik TB/TK Santa Ursula melalui program pembelajaran entrepreneurship. Peneliti berharap agar dikemudian hari peneliti atau siapapun yang berminat, dapat mendalami serta melanjutkan penelitian ini dalam aspek kreatifitas, inovasi dan kebiasaan berfikir kritis.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Akdon, (2008). Aplikasi Statistik dan Metode Penelitian untuk Administrasi & Manajemen. Bandung: Dewa Ruci

Asmani, J.M.(2011) Sekolah Entrepreneur. Jogjakarta: Harmoni

Asmani, J.M.(2011) Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah. Jogjakarta: Harmoni

Boeree,G. (2010) Personality Theories, Melacak Kepribadian Anda Bersama Psikolog Dunia. Jogjakarta: Prismasophie

Barbara, A.L.(2004). Character Building Untuk Anak-anak, Batam: Karisma Publising Group

Calvin S.H.,& Gardner, L. (2005). Teori-teori Psikodinamik (Klinis) Freud, Erikson, Jung, Adler, Fromm, Horney, Sullivan, Yogjakarta: Kanisius Chourmain, I. (2011). Pendekatan- pendekatan Alternatif Pendidikan Anak Usia

Dini. Jakarta: Rineka Cipta

Diane, T.,&Diana, H. (2004). Living Values Activities for Children Ages 3-Jakarta: Grasindo

Danim, S.,&Khairil. (2010). Profesi Kependidikan. Bandung: Alfabeta Fakhrudin, A.U. (2010). Sukses Menjadi Guru TK-PAUD. Jogjakarta: Bening Go, P.M. (1990). Pendidikan Nilai di Sekolah Katolik. Malang: Dioma Go, P.M. (1988). Katolisitas Sekolah Katolik. Malang:Dioma

Janice, J.B.(1994). Observing Development of the Young Child, New York: Macmillan Publishing Company

Jo, A.B.(2007). Introduction To Early Chilhood Education, (six Edition), Boston: Pearson Education Inc

Lembaga Alkitab Indonesia.(1987) Alkitab. Bogor: Ciluar

Pam, S., & Tamera, B. (2002). The Values Book For Children 16 Moral Dasar Bagi Anak, Jakarta: Elex Media Computindo


(5)

Marsh, C. (2008). BecomingATeacherKonwledge,Skills and Issues. Pearson Education Australia.

Morrison, G.S. (2012) Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Jakarta: Indeks

Nurihsan, A.J., &Agustin,M.(2011). Dinamika Perkembangan Anak dan Remaja:

Tinjauan Psikologi, Pendidikan, dan Bimbingan. Bandung: PT. Refika

Aditama

Noorlaila, Iva. (2010). Panduan Lengkap Mengajar PAUD. Jogjakarta: Pinus Book Publisher

Ridwan. (2004). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru dan Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta

Rimm, S. (2003). Mendidik dan Menerapkan Disiplin Pada Anak Prasekolah. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Rochman, C.,&Gunawan. (2011). Pengembangan KompetensiKepribadian Guru:

Menjadi Guru yang dicintai dan diteladani oleh Siswa. Bandung:

Nuansa Cendekia

Santrock, W.J. (2004) Perkembangan anak (ed. Kesebelas). University of Texas, Dallas, Jakarta: Erlangga

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R & D. Bandung: Alfabeta

Sue, C.W. (2006). Early Childhood Curriculum Developmental Bases for Learning and Teaching, New Jersey, Ohio : Merril Pretice Hall.

Suyanto, S. (2005). Dasar- dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Hikayat Publising

Susanto, A. (2011). Perkembangan Anak Usia Dini: Pengantar dalam Berbagai Aspeknya. Jakarta: Kencana

Saputra, Y.M.,&Rudyanto. (2005). Pembelajaran Kooperatif untuk meningkatkan

Keterampilan Anak TK. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

Kunandar. (2007) Guru Profesional, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan sukses dalam sertifikasi Guru. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada


(6)

Kurniasih, I. (2009). Pendidikan Anak Usia Dini. Edukasia

_______(2005). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.

_________(2012). Educare, Wahana Komunikasi Pendidikan. Jakarta, Komisi Pendidikan KWI

Undang-Undang RI no. 20 tahun 2003 (2003). System Pendidikan Nasional. Jakarta: Indonesia Legal Center Publishing.

Departemen Pendidikan Nasional. (2005). Undang-Undang Guru dan Dosen. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

Permendiknas nomor. 58 tentang Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

Parkay, F.W., & Stanford, B.H. (2012) Menjadi Seorang Guru., Jakarta: Indeks Wahyudin, U., &Agustin, M. (2011). Penilaian Perkembangan Anak Usia Dini:

Panduan untuk Guru, Tutor, Fasilitator dan Pengelola Pendidikan Anak Usia Dini. Bandung: PT. Refika Aditama

Yamin, M.,& Sanan, J.S. (2010) Panduan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Jakarta: Gaung Persada Press

Yayasan Prasama Bhakti. Sejarah Singkat TB-TK Santa Ursula, Bandung : Pribadi Yayasan

Yuliani, N.S. (2009). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, Jakarta : PT Indeks

Paulo, F.S., & Ward, S. London, (1974). Education For Critical Conciousness, London

Creswell, J.W. (2010). Research Design (Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed)Yogyakarta: Pustaka Pelajar