MENINGKATKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI BERPIKIR REFLEKTIF MATEMATIS SERTA KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN METAKOGNITIF.

(1)

Hepsi Nindiasari, 2013

Meningkatkan Kemampuan Dan Disposisi Berpikir Reflektif Matematis Serta Kemandirian Belajar Siswa SMA Melalui Pembelajaran Dengan Pendekatan Metakognitif

| |

MENINGKATKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI BERPIKIR REFLEKTIF MATEMATIS SERTA KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMA

MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN METAKOGNITIF

DISERTASI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Persyaratan Memperoleh Gelar Doktor Kependidikan dalam Pendidikan Matematika

HEPSI NINDIASARI NIM: 0908697

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA S3 SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013


(2)

Hepsi Nindiasari, 2013

Meningkatkan Kemampuan Dan Disposisi Berpikir Reflektif Matematis Serta Kemandirian Belajar Siswa SMA Melalui Pembelajaran Dengan Pendekatan Metakognitif

| |

MENINGKATKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI BERPIKIR REFLEKTIF MATEMATIS SERTA KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMA

MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN METAKOGNITIF

Oleh

Hepsi Nindiasari S.Pd UPI Bandung, 2000 M.Pd UPI Bandung, 2004

Sebuah Disertasi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Doktor Pendidikan (Dr.) pada Program Studi Pendidikan Matematika

© Hepsi Nindiasari 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,


(3)

Hepsi Nindiasari, 2013

Meningkatkan Kemampuan Dan Disposisi Berpikir Reflektif Matematis Serta Kemandirian Belajar Siswa SMA Melalui Pembelajaran Dengan Pendekatan Metakognitif


(4)

Hepsi Nindiasari, 2013

Meningkatkan Kemampuan Dan Disposisi Berpikir Reflektif Matematis Serta Kemandirian Belajar Siswa SMA Melalui Pembelajaran Dengan Pendekatan Metakognitif

| |

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi dengan judul Meningkatkan Kemampuan dan Disposisi Berpikir Reflektif Matematis serta Kemandirian Belajar Siswa SMA melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Metakognitif adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan plagiarisme atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika yang berlaku dalam tradisi keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menerima tindakan/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran atas etika akademik dalam karya saya ini, atau ada klaim terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Agustus 2012 Yang membuat pernyataan,

Hepsi Nindiasari


(5)

Hepsi Nindiasari, 2013

Meningkatkan Kemampuan Dan Disposisi Berpikir Reflektif Matematis Serta Kemandirian Belajar Siswa SMA Melalui Pembelajaran Dengan Pendekatan Metakognitif

ABSTRAK

Hepsi Nindiasari. (2012). Meningkatkan Kemampuan dan Disposisi Berpikir Reflektif Matematis serta Kemandirian Belajar Siswa SMA melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Metakognitif.

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh masih rendahnya Kemampuan Berpikir Reflektif Matematis (KBRM) siswa yang berdampak kepada disposisi serta kemandirian belajarnya. Berdasarkan studi pendahuluan diketahui bahwa hampir lebih dari 60% siswa belum mampu mencapai beberapa indikator pencapaian KBRM. Salah satu upaya yang dapat diberikan adalah dengan pembelajaran pendekatan metakognitif. Penelitian ini adalah penelitian kuasi-eksperimen dengan desain kelompok kontrol pretes-postes. Subjek populasi penelitian ini adalah siswa SMA yang terdapat di kabupaten Tangerang Provinsi Banten, sedangkan subjek sampelnya adalah siswa SMA kelas XI sebanyak 201 siswa. Subjek penelitian ini dibagi ke dalam kategori level sekolah tinggi, sedang, dan rendah serta kedalam Kemampuan Awal Matematis (KAM) tinggi, sedang, dan rendah. Instrumen yang diberikan meliputi tes KAM, Tes Kemampuan Berpikir Reflektif Matematis (KBRM), skala DBRM, serta skala kemandirian belajar Matematika (KBM) . Data dianalisis dengan ANAVA dua jalur, ANAVA satu jalur, Uji Kruskall Wallis, uji-t, uji Mann –Whitney dan uji Chi-kuadra . Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peningkatan KBRM, DBRM dan KBM siswa dengan pendekatan metakognitif lebih baik daripada peningkatan KBRM, DBRM dan KBM siswa dengan pendekatan biasa. Peningkatan KBRM dan DBRM siswa berdasarkan level sekolah dengan pendekatan metakognitif lebih baik daripada siswa dengan pendekatan biasa. Peningkatan KBM siswa dengan pendekatan metakognitif pada level sekolah tinggi dan level sekolah rendah tidak berbeda dengan pembelajaran biasa, tetapi lebih baik di level sekolah sedang. Peningkatan KBRM siswa dengan pendekatan metakognitif di setiap KAM lebih baik daripada siswa dengan pendekatan biasa. Peningkatan DBRM pada KAM tinggi dan rendah dengan pendekatan metakognitif lebih baik daripada pendekatan biasa. Peningkatan KBM siswa pada KAM tinggi dengan pendekatan metakognitif lebih baik daripada siswa pada pendekatan biasa. Tidak terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran dan level sekolah maupun pendekatan pembelajaran dan KAM terhadap peningkatan KBRM, DBRM, dan KBM. Terdapat asosiasi antara KBRM dan DBRM, dan KBM.

Kata Kunci: Pendekatan metakognitif, Berpikir reflektif matematis, Disposisi berpikir reflektif matematis, Kemandirian belajar matematika.


(6)

Hepsi Nindiasari, 2013

Meningkatkan Kemampuan Dan Disposisi Berpikir Reflektif Matematis Serta Kemandirian Belajar Siswa SMA Melalui Pembelajaran Dengan Pendekatan Metakognitif

ABSTRACT

Hepsi Nindiasari (2010). Enhancing Ability and Mathematical Reflection Thinking Disposition and Self-Regulation Learning of Senior High School Student by using Metacognitive Approach

This study is based on the low level of student’s Mathematical Reflection Thinking Ability (MRTA) which is impacted on disposition and his/her self-regulation learning. Based on primary research which conclude that over 60% students have not been able to achieve some indicators of MRTA achievement. To overcome these problems metacognitive approach learning could be implemanted. This study is quasi experiment research with pre test-post test control group design. Population subject of this study is Senior High School students in Tangerang Regency, Banten Province, whereas its sample subject are students grade seven of Senior High School as many as 201 students. The subject of the research is divided into high, medium, and low Mathematical Prior Knowledge (MPK). Instruments that are used consist of MPK test, Mathematical Reflective Thinking Ability (MRTA) Test, Mathematical Reflective Thinking Disposition (MRTD) Scale, and also Mathematical Self-Regulation Learning (MSR) Scale. The data is analysed by two-way ANOVA, one-way ANOVA, Kruskall-Wallis test, Mann-Whitney test, and Chi-Square test. This result of study shows that the

enhancement of student’s MRTA, MRTD, and MSR by metacognitive approach is better

compared to the enhancement of students MRTA, MRTD, and MSR who treated by conventional approach. The enhancement of students MRTA and MRTD based on school level by metacognitive approach is better compared to the enhancement of students MRTA and MRTD who get conventional approach. The enhancement of students MSR in high and low school level by metacognitive approach not different compared to who get conventional approach, but is better compared to in medium level school. The enhancement of students MRTA based on MPK is better compared to who get by conventional approach. The enhancement of student MRTD in high dan low MPK by metacognitive approach is better than student in conventional approach. The enhancement of student MSR in high MPK by metacognitive approach is better than student in coventional approach. There is no interaction between learning approach and level of school as well as learning approach and MPK toward students MRTA, MRTD, and MSR enhancement.

Keywords: Metacognitive approach, Mathematical reflective thinking, Mathematical reflective thinking disposition, Mathematical self-regulation learning


(7)

Hepsi Nindiasari, 2013

Meningkatkan Kemampuan Dan Disposisi Berpikir Reflektif Matematis Serta Kemandirian Belajar Siswa SMA Melalui Pembelajaran Dengan Pendekatan Metakognitif

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN... i

LEMBAR PERNYATAAN... ii

HALAMAN PERSEMBAHAN... iii

KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR GAMBAR... xvii

ABSTRAK... xx

ABSTRACT... xxi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah... B. Rumusan Masalah... C. Tujuan Penelitian... D. Manfaat Penelitian... E. Definisi Operasional... F. Hipotesis Penelitian...

1 10 12 14 15 17

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Berpikir Reflektif Matematis... B. Berpikir Kritis Matematis...


(8)

Hepsi Nindiasari, 2013

Meningkatkan Kemampuan Dan Disposisi Berpikir Reflektif Matematis Serta Kemandirian Belajar Siswa SMA Melalui Pembelajaran Dengan Pendekatan Metakognitif

C. Definisi Operasional Berpikir Reflektif Matematis... D. Disposisi Berpikir Reflektif Matematis... E. Kemandirian Belajar Matematika... F. Pendekatan Matekognitif... G. Keterkaitan antara Kemampuan dan Disposisi Berpikir Reflektif

Matematis, Kemandirian Belajar Matematika, dan Pendekatan Metakognitif... H. Teori Psikologi Pembelajaran yang Berkaitan dengan Kemampuan dan Disposisi Berpikir Reflektif Matematis, Kemandirian Belajar Matematika serta Pendekatan Metakognitif... I. Penelitian yang Relevan...

25 30 32 35 38

50

57 60

BAB III METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian... B. Subyek Populasi dan Subyek Sampel... C. Instrumen Penelitian dan Pengembangannya... D. Bahan Ajar... E. Prosedur Penelitian... F. Teknik Analisis Data...

63 66 67 86 89 92


(9)

Hepsi Nindiasari, 2013

Meningkatkan Kemampuan Dan Disposisi Berpikir Reflektif Matematis Serta Kemandirian Belajar Siswa SMA Melalui Pembelajaran Dengan Pendekatan Metakognitif

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Data dan Hasil Penelitian... B. Analisis Data Pencapaian Akhir (postes) dan Peningkatan Kemampuan

Berpikir Reflektif Matematis Berdasarkan Pendekatan Pembelajaran, KAM dan Level Sekolah... C. Analisis Data Peningkatan Disposisi Berpikir Reflektif Matematis Berdasarkan Pendekatan Pembelajaran, KAM dan level sekolah... D. Analisis Data Peningkatan Kemandirian Belajar Matematika Berdasarkan

Pendekatan Pembelajaran, KAM dan Level Sekolah... E. Perbedaan Rata-rata Pencapaian Akhir dan Peningkatan Gabungan

DBRM dan KBM berdasarkan Pendekatan Pembelajaran, Level Sekolah, dan KAM... F. Asosiasi antara Kemampuan dan Disposisi Berpikir Reflektif Matematis

serta Kemandirian Belajar Matematika... G. Gambaran Kinerja Siswa... H. Pembahasan...

95

96

147

176

205

210 216 230


(10)

Hepsi Nindiasari, 2013

Meningkatkan Kemampuan Dan Disposisi Berpikir Reflektif Matematis Serta Kemandirian Belajar Siswa SMA Melalui Pembelajaran Dengan Pendekatan Metakognitif

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan... B. Implikasi ... C. Rekomendasi...

255 259

DAFTAR PUSTAKA... 260


(11)

Hepsi Nindiasari, 2013

Meningkatkan Kemampuan Dan Disposisi Berpikir Reflektif Matematis Serta Kemandirian Belajar Siswa SMA Melalui Pembelajaran Dengan Pendekatan Metakognitif

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 3.1 Keterkaitan antara Variabel Kemampuan yang diukur, Pendekatan

Pembelajaran, Level Sekolah, dan KAM...

65

Tabel 3.2 Pelaksanaan Kegiatan Penelitian... 67

Tabel 3.3 Hasil Uji Q-Cochran untuk Validitas Muka Tes KAM... 70

Tabel 3.4 Hasil Uji Q-Cochran untuk Validitas Isi Tes KAM... 71

Tabel 3.5 Kriteria dan Kategori Pengelompokkan KAM... 73

Tabel 3.6 Banyaknya Siswa Kelompok Tinggi, Sedang, dan Rendah Berdasarkan Level Sekolah... 74 Tabel 3.7 Hasil Uji Q-Cochran untuk Validitas Muka Tes KBRM... 75

Tabel 3.8 Hasil Uji Q-Cochran untuk Validitas Isi Tes KBRM... 75

Tabel 3.9 Hasil Uji Q-Cochran untuk Validitas Muka Skala DBRM... 80

Tabel 3.10 Hasil Uji Q-Cochran untuk Validitas Muka Skala DBRM... 80

Tabel 3.11 Hasil Uji Q-Cochran untuk Validitas Muka Skala KBM... 84

Tabel 3.12 Hasil Uji Q-Cochran untuk Validitas Muka Skala KBM... 84

Tabel 3.13 Klasifikasi Gain (g)... 94 Tabel 4.1 Deskripsi Data Kemampuan Berpikir Reflektif Matematis

Berdasarkan Pendekatan Pembelajaran, KAM, dan Level Sekolah.. 97 Tabel 4.2 Rangkuman Hasil Uji Normalitas dan Homogenitas Data

Pencapaian Akhir Berpikir Reflektif Matematis Berdasarkan

Kelompok PM dan PB Keseluruhan………


(12)

Hepsi Nindiasari, 2013

Meningkatkan Kemampuan Dan Disposisi Berpikir Reflektif Matematis Serta Kemandirian Belajar Siswa SMA Melalui Pembelajaran Dengan Pendekatan Metakognitif

Tabel 4.3 Uji Mann-Whitney Pencapaian Akhir Kemampuan Berpikir

Reflektif Matematis………..

107 Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Pencapaian Akhir Kemampuan Berpikir

Reflektif Matematis Berdasarkan Level Sekolah dan Pendekatan Pembelajaran...

108 Tabel 4.5 Hasil Uji ANAVA Dua Jalur Pencapaian Akhir Kemampuan

Berpikir Reflektif Matematis Berdasarkan Pendekatan Pembelajaran dan Level Sekolah...

110 Tabel 4.6 Rangkuman Uji Normalitas Pencapaian Akhir Kemampuan

Reflektif Matematis Kelompok PM Berdasarkan Level Sekolah...

113 Tabel 4.7 Hasil Uji Homogenitas Varians Pencapaian Akhir Kemampuan

Berpikir Reflektif Matematis Kelompok PM berdasarkan Level Sekolah...

113 Tabel 4.8 Rangkuman Uji ANAVA Satu Jalur Pencapaian Akhir

Kemampuan Berpikir Reflektif Matematis Kelompok PM Berdasarkan Level Sekolah...

114 Tabel 4.9 Perbedaan Pencapaian Akhir Kemampuan Berpikir Reflektif

Matematis Siswa yang Mendapat PM untuk Setiap Level Sekolah..

115 Tabel 4.10 Hasil Uji-t Perbedaan Pencapaian Akhir Kemampuan Berpikir

Reflektf Matematis Siswa Berdasarkan PM dan PB untuk Setiap Level Sekolah...


(13)

Hepsi Nindiasari, 2013

Meningkatkan Kemampuan Dan Disposisi Berpikir Reflektif Matematis Serta Kemandirian Belajar Siswa SMA Melalui Pembelajaran Dengan Pendekatan Metakognitif

Tabel 4.11 Perbedaan Rata-rata Pencapaian Akhir Kelompok PM dengan Kelompok PB Berdasarkan Beberapa Level Sekolah (LS)...

117 Tabel 4.12 Hasil Uji Normalitas dan Homogenitas Rata-rata Pencapaian

Akhir Kemampuan Berpikir Reflektif Matematis Berdasarkan KAM dan Pendekatan Pembelajaran...

118 Tabel 4.13 Hasil Uji Homogenitas Pencapaian Akhir Berdasarkan KAM

kelompok PM...

121 Tabel 4.14 Hasil Uji ANAVA Satu Jalur Pencapaian Akhir Berpikir Reflektif

Matematis Berdasarkan KAM pada Kelompok PM...

121 Tabel 4.15 Perbedaan Rata-rata Pencapaian Akhir Kemampuan Berpikir

Reflektif Matematis Siswa yang mendapat PM untuk Setiap KAM.

122 Tabel 4.16 Hasil Uji-t Perbedaan Rata-rata Pencapaian Akhir Kemampuan

Berpikir Reflektif Matematis Siswa Berdasarkan PM dan PB untuk Setiap KAM...

123 Tabel 4.17 Perbedaan Rata-rata Pencapaian Akhir Kelompok PM dengan

Kelompok PB Berdasarkan Beberapa KAM (tinggi, sedang, rendah)...

124 Tabel 4.18 Rangkuman Hasil Uji Normalitas dan Homogenitas Rata-rata

Peningkatan Kemampuan Berpikir Reflektif Matematis

berdasarkan Kelompok PM dan PB keseluruhan……….

126 Tabel 4.19 Uji Mann-Whitney Peningkatan Kemampuan Berpikir Reflektif


(14)

Hepsi Nindiasari, 2013

Meningkatkan Kemampuan Dan Disposisi Berpikir Reflektif Matematis Serta Kemandirian Belajar Siswa SMA Melalui Pembelajaran Dengan Pendekatan Metakognitif

127 Tabel 4.20 Hasil Uji Normalitas Peningkatan Kemampuan Berpikir Reflektif

Matematis Berdasarkan Level Sekolah dan Pendekatan Pembelajaran...

128 Tabel 4.21 Hasil Uji ANAVA Dua Jalur Peningkatan Kemampuan Berpikir

Reflektif Matematis Berdasarkan Pendekatan Pembelajaran dan Level Sekolah...

130 Tabel 4.22 Rangkuman Uji Normalitas Peningkatan Kemampuan Berpikir

Reflektif Matematis Kelompok PM Berdasarkan Level Sekolah...

133 Tabel 4.23 Hasil Uji Homogenitas Varians Peningkatan Kemampuan Berpikir

Reflektif Matematis Kelompok PM Berdasarkan Level Sekolah...

133 Tabel 4.24 Rangkuman Uji ANAVA Satu Jalur Peningkatan Kemampuan

Berpikir Reflektif Matematis Kelompok PM Berdasarkan Level Sekolah...

134 Tabel 4.25 Perbedaan Rata-rata Peningkatan Kemampuan Berpikir Reflektif

Matematis Siswa yang Mendapat PM untuk Setiap Level Sekolah..

135 Tabel 4.26 Hasil Uji-t Perbedaan Peningkatan Kemampuan Berpikir Reflektif

Matematis Siswa Berdasarkan PM dan PB untuk Setiap Level Sekolah...

136 Tabel 4.27 Perbedaan Rata-rata Peningkatan Kemampuan Berpikir Reflektif

Matematis Kelompok PM dengan Kelompok PB Berdasarkan Beberapa Level Sekolah (LS)...


(15)

Hepsi Nindiasari, 2013

Meningkatkan Kemampuan Dan Disposisi Berpikir Reflektif Matematis Serta Kemandirian Belajar Siswa SMA Melalui Pembelajaran Dengan Pendekatan Metakognitif

137 Tabel 4.28 Data Peningkatan Kemampuan Berpikir Reflektif Berdasarkan

KAM dan Pendekatan Pembelajaran...

139 Tabel 4.29 Hasil Uji Normalitas dan Homogenitas Rata-rata Peningkatan

Kemampuan Berpikir Reflektif Matematis Berdasarkan KAM dan Pendekatan Pembelajaran...

139 Tabel 4.30 Rangkuman Uji Kruskal Wallis Peningkatan Kemampuan Berpikir

Reflektif Matematis Berdasarkan KAM...

142 Tabel 4.31 Hasil Uji Homogenitas Peningkatan Kemampuan Berpikir

Reflektif Matematis Berdasarkan KAM kelompok PM...

142 Tabel 4.32 Hasil Uji ANAVA Satu Jalur Peningkatan Kemampuan Berpikir

Reflektif Matematis Berdasarkan KAM pada Kelompok PM...

143 Tabel 4.33 Perbedaan Rata-rata Peningkatan Kemampuan Berpikir Reflektif

Matematis Siswa yang Mendapat PM untuk Setiap KAM...

144 Tabel 4.34 Hasil Uji-t Perbedaan Rata-rata Peningkatan Kemampuan Berpikir

Reflektif Matematis Siswa Berdasarkan PM dan PB untuk Setiap KAM...

145 Tabel 4.35 Perbedaan Rata-rata Peningkatan Kemampuan Berpikir Reflektif

Matematis Kelompok PM dengan Kelompok PB Berdasarkan Beberapa KAM Secara Keseluruhan...

146 Tabel 4.36 Deskripsi Data Disposisi Berpikir Reflektif Matematis


(16)

Hepsi Nindiasari, 2013

Meningkatkan Kemampuan Dan Disposisi Berpikir Reflektif Matematis Serta Kemandirian Belajar Siswa SMA Melalui Pembelajaran Dengan Pendekatan Metakognitif

148 Tabel 4.37 Rangkuman Hasil Uji Normalitas dan Homogenitas Varians

Disposisi Berpikir Reflektif Matematis Berdasarkan Level Sekolah dan Pendekatan Pembelajaran...

155 Tabel 4.38 Uji Mann-Whitney Pencapaian Akhir dan Peningkatan Disposisi

Berpikir Reflektif Matematis……….

156 Tabel 4.39 Rangkuman Hasil Uji Normalitas dan Homogenitas Varians

Pencapaian Akhir Disposisi Berpikir Reflektif Matematis berdasarkan Level Sekolah dan Pendekatan Pembelajaran...

157 Tabel 4.40 Hasil Uji ANAVA Dua Jalur Peningkatan Disposisi Berpikir

Reflektif Matematis Berdasarkan Pendekatan Pembelajaran dan Level Sekolah...

158 Tabel 4.41 Hasil Uji Homogenitas Varians Peningkatan Disposisi Berpikir

Reflektif Matematis Kelompok PM Berdasarkan Level Sekolah...

160 Tabel 4.42 Rangkuman Uji ANAVA Satu Jalur Peningkatan Disposisi

Berpikir reflektif Matematis Kelompok PM Berdasarkan Level Sekolah...

164 Tabel 4.43 Perbedaan Rata-rata Peningkatan Disposisi Berpikir reflektif

Matematis Siswa yang Mendapat Pmuntuk Setiap Level Sekolah...

165 Tabel 4.44 Hasil Uji-t Perbedaan Rata-rata Peningkatan Disposisi Berpikir

reflektif Matematis Siswa Berdasarkan PM dan PB untuk Setiap Level Sekolah...


(17)

Hepsi Nindiasari, 2013

Meningkatkan Kemampuan Dan Disposisi Berpikir Reflektif Matematis Serta Kemandirian Belajar Siswa SMA Melalui Pembelajaran Dengan Pendekatan Metakognitif

165 Tabel 4.45 Perbedaan Rata-rata Peningkatan Disposisi Berpikir Reflektif

Matematis Kelompok PM dengan Kelompok PB Berdasarkan Beberapa Level Sekolah (LS)...

166 Tabel 4.46 DataPeningkatan Disposisi Berpikir Reflektif Matematis

Berdasarkan KAM dan Pendekatan Pembelajaran... 167 Tabel 4.47 Rangkuman Uji Kruskal-Wallis Peningkatan Disposisi Berpikir

Reflektif Mmatematis Berdasarkan KAM...

168 Tabel 4.48 Rangkuman Uji Kruskall-Wallis Peningkatan Disposisi Berpikir

Refletif Matematis Berdasarkan KAM pada Kelompok PM...

169 Tabel 4.49 Uji Perbedaan Mann-Whitney Peningkatan Disposisi Berpikir

Reflektif Matematis Siswa Berdasarkan PM dan PB untuk Setiap KAM...

172 Tabel 4.50 Uji Perbedaan Pencapaian Akhir Disposisi Berpikir Reflektif

Matematis Siswa berdasarkan PM dan PB untuk setiap KAM...

173 Tabel 4.51 Uji Perbedaan Pencapaian Akhir dan Peningkatan Disposisi

Berpikir Reflektif Matematis Siswa berdasarkan PM dan PB serta KAM secara Keseluruhan...

174

Tabel 4.52 Uji Perbedaan Pencapaian Akhir dan Peningkatan DBRM di beberapa Pendekatan dan KAM...

175 Tabel 4.53 Deskripsi Data Kemandirian Belajar Berdasarkan Pendekatan

Pembelajaran dan KAM...


(18)

Hepsi Nindiasari, 2013

Meningkatkan Kemampuan Dan Disposisi Berpikir Reflektif Matematis Serta Kemandirian Belajar Siswa SMA Melalui Pembelajaran Dengan Pendekatan Metakognitif

Tabel 4.54 Rangkuman Uji Normalitas dan Homogenitas Peningkatan Kemandirian Belajar Matematika Berdasarkan Pendekatan

pembelajaran Secara Keseluruhan... 176 Tabel 4.55 Hasil Uji ANAVA Dua Jalur Peningkatan Kemandirian Belajar

Matematika Berdasarkan Pendekatan Pembelajaran dan Level Sekolah...

177 Tabel 4.56 Rangkuman Hasil Uji Normalitas dan Homogenitas Data

Pencapaian Akhir dan Peningkatan Disposisi Berpikir Reflektif

Matematis Berdasarkan Kelompok PM dan PB Keseluruhan…..…

184 Tabel 4.57 Uji Perbedaan Pencapaian Akhir dan Peningkatan Kemandirian

Belajar Matematika………

185 Tabel 4.58 Rangkuman Hasil Uji Normalitas dan Homogenitas Varians

Pencapaian Akhir dan Peningkatan Kemandirian Belajar Matematika Berdasarkan Level Sekolah dan Pendekatan Pembelajaran...

186 Tabel 4.59 Hasil Uji ANAVA Dua Jalur Peningkatan Kemandirian Belajar

Matematika berdasarkan Pendekatan Pembelajaran dan Level Sekolah...

189 Tabel 4.60 Hasil Uji ANAVA Dua Jalur Pencapaian Akhir Kemandirian

Belajar Matematika berdasarkan Pendekatan Pembelajaran dan Level Sekolah...

189 Tabel 4.61 Hasil Uji Homogenitas Varians Peningkatan Kemandirian Belajar


(19)

Hepsi Nindiasari, 2013

Meningkatkan Kemampuan Dan Disposisi Berpikir Reflektif Matematis Serta Kemandirian Belajar Siswa SMA Melalui Pembelajaran Dengan Pendekatan Metakognitif

Matematika Kelompok PM bedasarkan Level Sekolah... 192 Tabel 4.62 Rangkuman Uji ANAVA satu Jalur Peningkatan Kemandirian

Belajar Matematika Kelompok PM Berdasarkan Level Sekolah...

193 Tabel 4.63 Perbedaan Rata-rata Peningkatan Kemandirian Belajar

Matematika Siswa yang Mendapat PM untuk Setiap Level Sekolah

194 Tabel 4.64 Hasil Uji-t Perbedaan Rata-rata Peningkatan Kemandirian Belajar

Matematika Berdasarkan PM dan PB untuk Setiap Level Sekolah.

195 Tabel 4.65 Perbedaan Rata-rata Peningkatan Kemandirian Belajar

Matematika Kelompok PM dengan Kelompok PB Berdasarkan Beberapa level Sekolah (LS)...

196 Tabel 4.66 Data Pencapaian Akhir dan Peningkatan Kemandirian Belajar

Matematika Berdasarkan KAM dan Pendekatan

Pembelajaran...

197 Tabel 4.67 Rangkuman Uji Kruskal-Wallis Peningkatan Kemandirian Belajar

Matematika berdasarkan KAM...

200 Tabel 4.68 Rangkuman Uji Kruskall-Wallis Peningkatan Kemandirian Belajar

Matematika berdasarkan KAM pada Kelompok PM...

201 Tabel 4.69 Uji Perbedaan Mann-Whitney Peningkatan Kemandirian Belajar

Matematika Siswa Berdasarkan PM dan PB untuk Setiap KAM...

202 Tabel 4.70 Hasil Uji ANAVA Dua Jalur Pencapaian Akhir Kemandirian

Belajar Matematika berdasarkan Pendekatan Pembelajaran dan KAM...


(20)

Hepsi Nindiasari, 2013

Meningkatkan Kemampuan Dan Disposisi Berpikir Reflektif Matematis Serta Kemandirian Belajar Siswa SMA Melalui Pembelajaran Dengan Pendekatan Metakognitif

202 Tabel 4.71 Uji Perbedaan Pencapaian Akhir KBM berdasarkan Pendekatan

Pembelajaran di beberapa KAM...

204 Tabel 4.72 Hasil Uji Perbedaan Pencapaian Akhir dan Peningkatan KBM PM

dan PB di beberapa KAM...

205 Tabel 4.73 Data Rata-rata Pencapaian Akhir dan Peningkatan Gabungan

DBRM dan KBM berdasarkan Level Sekolah dan Pendekatan Pembelajaran...

206 Tabel 4.74 Data Rata-rata Pencapaian Akhir dan Peningkatan Gabungan

DBRM dan KBM berdasarkan KAM dan Pendekatan Pembelajaran...

206 Tabel 4.75 Rekapitulasi Hasil Uji Perbedaan Rata-rata Pencapaian Akhir

Gabungan DBRM dan KBM berdasarkan Level Sekolah dan Pendekatan Pembelajaran...

207 Tabel 4.76 Rekapitulasi Hasil Uji Perbedaan Rata-rata Peningkatan Gabungan

DBRM dan KBM berdasarkan Level Sekolah dan Pendekatan Pembelajaran...

208 Tabel 4.77 Rekapitulasi Hasil Uji-t Perbedaan Rata-rata Pencapaian Akhir

Gabungan DBRM dan KBM berdasarkan KAM dan Pendekatan Pembelajaran...

209 Tabel 4.78 Rekapitulasi Hasil Uji Perbedaan Rata-rata Peningkatan Gabungan


(21)

Hepsi Nindiasari, 2013

Meningkatkan Kemampuan Dan Disposisi Berpikir Reflektif Matematis Serta Kemandirian Belajar Siswa SMA Melalui Pembelajaran Dengan Pendekatan Metakognitif

Pembelajaran...

209 Tabel 4.79 Kriteria Kualifikasi Kemampuan Berpikir Matematis... 210 Tabel 4.80 Kriteria Kualifikasi Disposisi Berpikir Reflektif Matematis... 211 Tabel 4.81 Kriteria Kualifikasi Kemandirian Belajar Matematika... 211 Tabel 4.82 Banyaknya Siswa berdasarkan Kemampuan dan Disposisi Berpikir

Reflektif Matematis di Kelompok PB...

211 Tabel 4.83 Hasil Uji Pearson-Chi Kuadrat Kemampuan dan Disposisi

Berpikir Reflektif Matematis Siswa pada Kelompok PM...

212 Tabel 4.84 Nilai Koefisien Kontingensi Kemampuan dan Disposisi Berpikir

Reflektif Matematis Siswa Kelompok PM...

212 Tabel 4.85 Banyaknya Siswa Berdasarkan Kemampuan Berpikir Reflektif

Matematis dan Kemandirian Belajar Matematika Kelompok PM....

213 Tabel 4.86 Hasil Uji Pearson – Chi Kuadrat... 214 Tabel 4.87 Nilai Koefisien Kontingensi... 214 Tabel 4.88 Banyaknya Siswa berdasarkan Disposisi Berpikir Reflektif

Matematis dan Kemandirian Belajar Matematika Kelompok PM...

215 Tabel 4.89 Kesulitan Siswa pada Tes Kemampuan Berpikir Reflektif

Matematis...

222 Tabel 4.90 Hasil Tes Kemampuan Berpikir Reflektif Matematis tiap Butir

Soal...


(22)

Hepsi Nindiasari, 2013

Meningkatkan Kemampuan Dan Disposisi Berpikir Reflektif Matematis Serta Kemandirian Belajar Siswa SMA Melalui Pembelajaran Dengan Pendekatan Metakognitif

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar

3.1

Bagan Prosedur Penelitian... 91


(23)

Hepsi Nindiasari, 2013

Meningkatkan Kemampuan Dan Disposisi Berpikir Reflektif Matematis Serta Kemandirian Belajar Siswa SMA Melalui Pembelajaran Dengan Pendekatan Metakognitif

4.1 Reflektif Matematis Berdasarkan Pendekatan Pembelajaran dan Level Sekolah...

101 Gambar

4.2

Perbedaan Rata-rata Pencapaian Akhir Kemampuan Berpikir Reflektif Matematis Berdasarkan Kelompok KAM dan Pendekatan Pembelajaran...

102 Gambar

4.3

Perbedaan Rata-rata Peningkatan Kemampuan Berpikir Reflektif Matematis Berdasarkan KAM dan Pendekatan Pembelajaran...

103 Gambar

4.4

Perbedaan Rata-rata Peningkatan Kemampuan Berpikir reflektif Matematis Berdasarkan KAM, Level Sekolah dan Pendekatan pembelajaran...

104 Gambar

4.5

Interaksi Pendekatan Pembelajaran dan Level Sekolah terhadap Pencapaian Akhir Kemampuan Berpikir Reflektif Matematis...

111 Gambar

4.6

Interaksi Pendekatan Pembelajaran dan KAM terhadap Pencapaian Akhir Kemampuan Berpikir Reflektif Matematis ...

119 Gambar

4.7

Interaksi Pendekatan Pembelajaran dan Level Sekolah terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir Reflektif Matematis...

131 Gambar

4.8

Interaksi Pendekatan Pembelajaran dan KAM terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir Reflektif Matematis ...

140 Gambar

4.9

Perbedaan Rata-rata Pencapaian Akhir Disposisi Berpikir Reflektif Matematis Berdasarkan Pendekatan Pembelajaran dan Level Sekolah...


(24)

Hepsi Nindiasari, 2013

Meningkatkan Kemampuan Dan Disposisi Berpikir Reflektif Matematis Serta Kemandirian Belajar Siswa SMA Melalui Pembelajaran Dengan Pendekatan Metakognitif

Gambar 4.10

Perbedaan Rata-rata Pencapaian Akhir Disposisi Berpikir Reflektif Matematis Berdasarkan Kelompok KAM dan Pendekatan

Pembelajaran... 152 Gambar

4.11

Perbedaan Rata-rata Peningkatan Disposisi Berpikir Reflektif Matematis Berdasarkan KAM dan Pendekatan Pembelajaran...

153 Gambar

4.12

Perbedaan Rata-rata Peningkatan Disposisi Berpikir Reflektif Matematis Berdasarkan Level Sekolah dan Pendekatan Pembelajaran...

153 Gambar

4.13

Perbedaan Rata-rata Peningkatan Disposisi Berpikir Reflektif Matematis Berdasarkan KAM, Level Sekolah, dan Pendekatan Pembelajaran...

154 Gambar

4.14

Interaksi Pendekatan Pembelajaran dan Level Sekolah terhadap Peningkatan Disposisi Berpikir reflektif Matematis...

155 Gambar

4.15

Interaksi Pendekatan Pembelajaran dan Level Sekolah terhadap Pencapaian Akhir DBRM...

162 Gambar

4.16

Interaksi Pendekatan Pembelajaran dan KAM terhadap

Peningkatan Disposisi Berpikir Reflektif

Matematis... 170

Gambar 4.17

Interaksi Pendekatan Pembelajaran dan Kam terhadap Pencapaian Akhir DBRM...

171 Gambar

4.18

Perbedaan rata-rata Pencapaian Akhir Kemandirian Belajar Matematika berdasarkan Pendekatan pembelajaran dan level Sekolah...


(25)

Hepsi Nindiasari, 2013

Meningkatkan Kemampuan Dan Disposisi Berpikir Reflektif Matematis Serta Kemandirian Belajar Siswa SMA Melalui Pembelajaran Dengan Pendekatan Metakognitif

180 Gambar

4.19

Perbedaan Rata-rata Pencapaian Akhir Kemandirian Belajar Matematika Berdasarkan Kelompok KAM dan Pendekatan Pembelajaran...

181 Gambar

4.20

Perbedaan Rata-rata Peningkatan Kemandirian Belajar Matematika Berdasarkan KAM dan Pendekatan Pembelajaran...

181 Gambar

4.21

Perbedaan Rata-rata Peningkatan Kemandirian Belajar Berdasarkan Level Sekolah dan Pendekatan Pembelajaran...

182 Gambar

4.22

Perbedaan Rata-rata Peningkatan Kemandirian Belajar Berdasarkan KAM, Level Sekolah dan Pendekatan Pembelajaran

183 Gambar

4.23

Interaksi Pendekatan Pembelajaran dan Level Sekolah terhadap Peningkatan Kemandirian Belajar Matematika...

190 Gambar

4.24

Interaksi Pendekatan Pembelajaran dan Level Sekolah terhadap Pencapaian Akhir Kemandirian Belajar Matematika...

191 Gambar

4.25

Interaksi Pendekatan Pembelajaran dan KAM terhadap Peningkatan Kemandirian Belajar Matematika...

199 Gambar

4.26

Interaksi Pendekatan Pembelajaran dan KAM terhadap Pencapaian Akhir Kemandirian Belajar Matematika...

203 Gambar

4.27

Situasi Mendiskusikan Bahan Ajar pada Pendekatan Metakognitif...

218 Gambar

4.28

Salah Satu Kelompok Mempresentasikan Pembahasan Bahan Ajar di Depan Kelas...


(26)

Hepsi Nindiasari, 2013

Meningkatkan Kemampuan Dan Disposisi Berpikir Reflektif Matematis Serta Kemandirian Belajar Siswa SMA Melalui Pembelajaran Dengan Pendekatan Metakognitif

218 Gambar

4.29

Situasi Guru sebagai Fasilitator pada Pembelajaran dengan Pendekatan Metakognitif...

219 Gambar

4.30

Siswa di Level Sekolah rendah Antusias Mengajukan Pertanyaan dengan Pendekatan Metakognitif...

220 Gambar

4.31

Jawaban Benar dari Siswa dengan KAM Rendah dan Berasal

dari Level Sekolah

Rendah... 229 Gambar

4.32

Jawaban Benar dari Siswa dengan KAM Rendah dan Berasal

dari Level Sekolah


(27)

Hepsi Nindiasari, 2013

Meningkatkan Kemampuan Dan Disposisi Berpikir Reflektif Matematis Serta Kemandirian Belajar Siswa SMA Melalui Pembelajaran Dengan Pendekatan Metakognitif


(28)

1

Hepsi Nindiasari, 2013

Meningkatkan Kemampuan Dan Disposisi Berpikir Reflektif Matematis Serta Kemandirian Belajar Siswa SMA Melalui Pembelajaran Dengan Pendekatan Metakognitif

| |

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kemampuan berpikir reflektif matematis merupakan salah satu kemampuan yang diperlukan dalam pembelajaran matematik. Hal ini disebabkan target pembelajaran matematik seperti pemahaman, pemecahan masalah matematis, koneksi matematis, komunikasi matematis, dan kemampuan lainnya akan dimiliki oleh siswa dengan baik apabila siswa mampu menyadari apa yang dilakukan sudah tepat, menyimpulkan apa yang seharusnya dilakukan bila mengalami kegagalan, dan mengevaluasi yang telah dilakukan.

Seseorang yang memiliki kemampuan berpikir kritis matematis maka dia juga telah mampu memiliki kemampuan berpikir reflektif matematis. Pendapat tersebut diperkuat oleh beberapa ahli, diantaranya Ennis (1981) dan Bruning, et al

(Jiuan, 2007). Berpikir kritis menurut Ennis (1981) adalah berpikir reflektif beralasan atau masuk akal yang memfokuskan untuk memutuskan apa yang diyakini atau dilakukan. Bruning, et al (Jiuan, 2007) menyatakan bahwa proses pemikiran reflektif kadang-kadang dirujuk sebagai pemikiran kritis.

Berdasarkan pendapat Ennis (1981) dan Bruning, et al (Jiuan, 2007) Kemampuan berpikir kritis yang telah dimiliki seseorang menunjukkan dia memiliki kemampuan berpikir reflektif, sehingga seseorang yang telah mampu memiliki berpikir kritis maka telah mampu berpikir reflektif, tetapi tidak sebaliknya.


(29)

2

Hepsi Nindiasari, 2013

Meningkatkan Kemampuan Dan Disposisi Berpikir Reflektif Matematis Serta Kemandirian Belajar Siswa SMA Melalui Pembelajaran Dengan Pendekatan Metakognitif

| |

Kemampuan berpikir kritis yang merupakan salah satu kemampuan yang dituntut kurikulum selama ini oleh guru jarang dikembangkan apalagi kemampuan berpikir reflektif matematisnya. Rendahnya kemampuan berpikir kritis akan berdampak juga pada rendahnya kemampuan berpikir reflektif. Hasil studi Harel & Sowder (2000), Kuhn, (Gelder, 2002), dan Jacob & Sam (2008) menyatakan bahwa proses berpikir kritis siswa masih tergolong rendah dan berdasarkan hasil pengamatan terhadap guru dalam mengajar, seringkali memfokuskan pada cara-cara memahami tetapi tidak membantu siswa untuk membangun cara-cara-cara-cara efektif untuk berpikir dari cara-cara memahami. Sesuai pendapat Kuswana (2011) bahwa pembelajaran yang mengasah kemampuan berpikir merupakan aspek strategis dalam meningkatkan kualitas pembelajaran yang berorientasi pada pencapaian hasil yang standar.

Rendahnya kemampuan berpikir reflektif matematis tercermin pada studi pendahuluan yang dilakukan Nindiasari (2010) di salah satu Sekolah Menengah Atas Kabupaten Tangerang Provinsi Banten. Guru dalam mengajar tidak terbiasa untuk mengembangkan kemampuan berpikir siswanya. Hal ini terlihat dengan guru memberikan rumus-rumus jadi dalam menjelaskan suatu konsep matematika, dan siswa tidak diajak untuk berpikir bagaimana memperoleh konsep matematika tersebut. Hampir lebih dari 60% siswa belum mampu mencapai berpikir reflektif matematis, misalnya dalam kemampuan menginterpretasi, mengaitkan, dan mengevaluasi. Hal ini sejalan dengan Sabandar (2010) berpikir reflektif matematis jarang diperkenalkan guru atau dikembangkan di tingkat sekolah.

Kemampuan berpikir reflektif matematis mendukung kemampuan berpikir matematis tingkat tinggi. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Sumarmo (2010b),


(30)

3

Hepsi Nindiasari, 2013

Meningkatkan Kemampuan Dan Disposisi Berpikir Reflektif Matematis Serta Kemandirian Belajar Siswa SMA Melalui Pembelajaran Dengan Pendekatan Metakognitif

| |

proses berpikir kritis, kreatif, dan reflektif termasuk ke dalam kategori kemampuan berpikir metematis tingkat tinggi. Kemampuan berpikir matematis ini mendukung kemampuan berpikir matematis tingkat tinggi lainnya seperti pemahaman matematis, pemecahan masalah matematis, penalaran, komunikasi, dan representasi matematis yang tidak sederhana. Kemampuan berpikir matematis tingkat tinggi perlu dikembangkan pada siswa agar mampu menghadapi tantangan, persaingan, setelah mereka lulus pada jenjang sekolah.

Rendahnya kemampuan berpikir reflektif matematis akan berdampak pada disposisi. Disposisi berpikir adalah kecenderungan untuk berpikir dan bertindak dengan positif akibat dari kemampuan berpikir tertentu yang dimiliki. Seseorang yang memiliki disposisi berpikir reflektif bila memiliki kecenderungan untuk berpikir, bertindak, dan bersikap mencirikan seseorang yang telah memiliki kemampuan tersebut. Hal ini diperkuat oleh Ratnaningsih (2007) bahwa berpikir kritis tidak hanya sebagai kemampuan tetapi juga memiliki disposisi. Artinya bahwa dalam kemampuan berpikir reflektif terdapat disposisi.

Disposisi berpikir reflektif matematis yang terbentuk dari pembelajaran yang menekankan kemampuan berpikir reflektif sejalan dengan tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang menekankan pendidikan berkarakter. Karakter menurut Amri, dkk (2011) adalah memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku. Karakter yang mulia berarti individu memiliki pengetahuan tentang potensi dirinya yang ditandai dengan nilai-nilai seperti reflektif, percaya diri, rasional, logis, kritis, analisis, kreatif dan inovatif, mandiri, hidup sehat, bekerja keras, tekun, gigih, teliti, dan sebagainya. Pendidikan karakter menurut Amri, dkk


(31)

4

Hepsi Nindiasari, 2013

Meningkatkan Kemampuan Dan Disposisi Berpikir Reflektif Matematis Serta Kemandirian Belajar Siswa SMA Melalui Pembelajaran Dengan Pendekatan Metakognitif

| |

(2011) adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut.

Karakter kemandirian merupakan salah satu karakter yang perlu dikembangkan di tingkat sekolah. Kemandirian belajar diperlukan bila siswa ingin sukses dalam belajarnya dan mencapai cita-cita yang diinginkan. Kemandirian belajar dalam belajar matematika diperlukan siswa karena dalam matematika terdapat kemampuan pemecahan masalah, penalaran, dan terdapat keterkaitan antar konsep memerlukan kegigihan, ketekunan, kemampuan strategi untuk memecahkan soal tersebut maupun strategi yang efektif untuk mencapai tugas dengan baik. Seseorang dikatakan telah memiliki kemandirian belajar di dalam belajar matematika menurut Sumarmo (2006) bila ia telah memiliki inisiatif belajar, mampu mendiagnosa kebutuhan belajar, menetapkan target belajar, mampu memilih strategi belajar, mengevaluasi proses dan hasil belajar, memonitor, mengatur dan mengontrol belajar, memandang kesulitan sebagai tantangan, memanfaatkan sumber yang relevan, memiliki self efficacy/konsep diri/kemampuan diri.

Berdasarkan wawancara dengan guru dari hasil studi pendahuluan di salah satu SMAN di Kabupaten Tangerang Provinsi Banten ternyata siswa masih belum nampak memiliki karakter kemandirian belajar yang disebutkan tadi. Hal tersebut tercermin dari beberapa tugas latihan yang diberikan terdapat beberapa siswa belum mengerjakannya dengan baik. Di dalam mempersiapkan ujian atau ulangan matematika siswa hanya terpaku dengan contoh-contoh soal materi yang diberikan oleh guru atau yang terdapat pada buku paket dan tidak pernah mencari


(32)

5

Hepsi Nindiasari, 2013

Meningkatkan Kemampuan Dan Disposisi Berpikir Reflektif Matematis Serta Kemandirian Belajar Siswa SMA Melalui Pembelajaran Dengan Pendekatan Metakognitif

| |

sumber buku selain buku yang diwajibkan oleh gurunya. Bila soal tersebut dimodifikasi sedikit saja, siswa akan sulit mengerjakannya. .

Permasalahan mengenai kemampuan dan disposisi berpikir reflektif matematis, serta kemandirian belajar haruslah segera diatasi, mengingat pentingnya kemampuan berpikir reflektif matematis dalam mengembangkan kemampuan berpikir matematis tingkat tinggi dan kemandirian belajar siswa yang bermanfaat dalam kesuksesannya. Kemampuan dan disposisi berpikir reflektif matematis serta kemandirian belajar bila dapat berkembang dengan baik akan berdampak kepada peningkatan kualitas prestasi belajar matematika siswa-siswa kita di tingkat nasional.

Kemampuan dan disposisi berpikir reflektif matematis serta kemandirian belajar matematika diduga dapat ditingkatkan bila di dalam proses pembelajaran guru mengimplementasikan suatu aktivitas pembelajaran yang mengupayakan pengembangan berpikir khususnya berpikir reflektif matematis dan kemandirian belajar.

Guru yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir siswanya ini dapat dikatakan sebagai guru yang efektif. Menurut Ruseffendi (2006) guru yang efektif akan lebih banyak mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa. Pengajuan pertanyaan ini akan berdampak kepada pengembangan kemampuan berpikir siswa.

Aktivitas pembelajaran melalui suatu pendekatan pembelajaran yang dapat diupayakan untuk mengembangkan kemampuan dan disposisi berpikir khususnya berpikir reflektif matematis, serta kemandirian belajar salah satunya adalah pendekatan metakognitif. Pendekatan metakognitif di dalamnya terdiri dari


(33)

6

Hepsi Nindiasari, 2013

Meningkatkan Kemampuan Dan Disposisi Berpikir Reflektif Matematis Serta Kemandirian Belajar Siswa SMA Melalui Pembelajaran Dengan Pendekatan Metakognitif

| |

pengajuan-pengajuan pertanyaan yang bersifat metakognitif yang diajukan guru kepada siswa, yang pada akhirnya pengajuan pertanyaan tersebut akan digunakan siswa untuk diajukan kepada dirinya sendiri. Pertanyaan metakognitif ini berupa pertanyaan yang bersifat untuk mengontrol aktivitas berpikirnya, memantau proses kognitifnya.

Pertanyaan metakognitif difokuskan pada memahami masalah, membangun koneksi antara pengetahuan baru dan pengetahuan sebelumnya beserta alasannya, menggunakan strategi yang sesuai untuk menyelesaikan masalah, bercermin pada proses dan solusi, dan pertanyaan-pertanyaan lainnya yang dapat membuat siswa belajarnya bermakna dan mendukung solusi penyelesaian masalah agar hasil yang diperoleh maksimal. Menurut Ruseffendi (2006) peran pertanyaan adalah untuk memotivasi, mengarahkan, mengarahkan berpikir seseorang, mendiagnosis, melihat proses, meminta siswa mengevaluasi diri. Menurut Sabandar (2010) peran pengajuan pertanyaan dapat membuat kemampuan berpikir siswa tidak terhambat.

Pendekatan metakognitif menawarkan beberapa langkah-langkah yang sejalan dengan indikator-indikator dari berpikir reflektif matematis. Langkah-langkah yang terkait pada pendekatan metakognitif yang dapat meningkatkan kemampuan dan disposisi berpikir reflektif matematis adalah siswa diajarkan bagaimana mengontrol aktivitas berpikirnya, berpikir tentang proses berpikir mereka khususnya dalam memahami masalah, mempertimbangkan strategi penyelesaian masalah, melakukan refleksi pada proses dan solusi yang telah dilakukan. Kegiatan-kegiatan yang diterapkan di dalam pendekatan metakognitif ini diharapkan akan mempengaruhi kemampuan berpikir reflektif siswa.


(34)

7

Hepsi Nindiasari, 2013

Meningkatkan Kemampuan Dan Disposisi Berpikir Reflektif Matematis Serta Kemandirian Belajar Siswa SMA Melalui Pembelajaran Dengan Pendekatan Metakognitif

| |

Keterkaitan berpikir reflektif matematis dengan kemampuan metakognitif dapat dirujuk dari pendapat beberapa ahli diantaranya Given (Vezzuto, 2005) dan Bruning, et al (Jiuan, 2007). Given (Vezzuto, 2005) mengatakan bahwa berpikir reflektif meminta siswa untuk memikirkan tentang proses berpikir mereka, yaitu dengan mempertimbangkan keberhasilan dan kegagalan pribadi seseorang tentang proses belajarnya, menanyakan apa yang sudah dikerjakan, apa yang tidak, dan apa yang memerlukan perbaikan. Bruning, et al (Jiuan, 2007) menyatakan bahwa proses berpikir reflektif ini melibatkan kemahiran berpikir seperti menafsirkan masalah, membuat kesimpulan, menilai, menganalisis, kreatif dan aktivitas metakognitif.

Zimmerman (1990), Winne & Perry (2000), dan Schraw, et al (2006) berpendapat bahwa kemandirian belajar terkait pula dengan aspek metakognitif. Seseorang yang memiliki kemandirian belajar akan mampu merencanakan, membuat tujuan, memantau diri sendiri, dan mengevaluasi diri sendiri. Kemampuan-kemampuan tersebut merupakan cerminan dari seseorang yang memiliki kemampuan metakognitif yang baik. Kemandirian belajar akan dapat berkembang dengan situasi pembelajaran yang menerapkan pengembangan kemampuan metakognitif. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan, seseorang yang memiliki kemampuan metakognitif yang baik akan menunjukkan kemampuan berpikir reflektif matematis yang baik pula, begitupula dengan kemandirian belajarnya.

Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan metakognitif telah diupayakan oleh beberapa ahli dalam mengembangkan kemampuan pemecahan masalah, penalaran, dan komunikasi matematis. Ahli-ahli yang telah


(35)

8

Hepsi Nindiasari, 2013

Meningkatkan Kemampuan Dan Disposisi Berpikir Reflektif Matematis Serta Kemandirian Belajar Siswa SMA Melalui Pembelajaran Dengan Pendekatan Metakognitif

| |

mengembangkan pemecahan masalah, penalaran, dan komunikasi matematis berturut-turut adalah Mevarech & Kramarski (1997), Kramarski & Mevarech (2003) Elawar (1992&1995), Tee & Kiong (2002), Biryukov (2003), Mevarech dan Kramarski (2004), Mohamed & Nai (2005), Kramarski (2000&2004) dan Picolo, et al (2008).

Penelitian – penelitian berkaitan dengan pendekatan metakognitif yang sudah dilakukan tersebut belum ada yang dikaitkan dengan kemampuan dan disposisi berpikir reflektif matematis serta kemandirian belajar. Hal ini merupakan potensi besar untuk dikaji lebih lanjut dan akan menjadi wawasan pengetahuan baru mengenai peningkatan kemampuan dan disposisi berpikir reflektif matematis serta kemandirian belajar dengan menggunakan pendekatan metakognitif.

Pendekatan metakognitif ini harus memiliki ciri utama yaitu guru menyadarkan kemampuan metakognitif siswa dengan pengajuan pertanyaan-pertanyaan metakognitif yang dapat berisi mengenai pemahaman masalah, perencanaan penyelesaian masalah, mereview hasil penyelesaian masalah. Hal ini mengakibatkan, siswa terbiasa mengajukan pertanyaan-pertanyaan tersebut untuk diajukan kepada dirinya sendiri ketika menyelesaikan masalah, memahami konsep matematis, ataupun dalam menyelesaikan tugas-tugas matematis.

Level sekolah dengan kategori tinggi, sedang, dan rendah diprediksi menentukan keberhasilan belajar siswa-siswanya. Hal tersebut disebabkan siswa yang memasuki jenjang sekolah dengan level tertentu (tinggi, sedang, dan rendah) telah melalui proses seleksi kriteria untuk memasuki sekolah tersebut. Dengan demikian, sekolah level atas akan memiliki persyaratan masuk dengan batas minimal yang lebih tinggi dari pada sekolah - sekolah yang berada pada level di


(36)

9

Hepsi Nindiasari, 2013

Meningkatkan Kemampuan Dan Disposisi Berpikir Reflektif Matematis Serta Kemandirian Belajar Siswa SMA Melalui Pembelajaran Dengan Pendekatan Metakognitif

| |

bawahnya. Sekolah dengan level atas memiliki siswa-siswa dengan kemampuan awal yang baik di berbagai bidang studi diantaranya adalah kemampuan matematikanya. Sekolah level atas biasanya memiliki fasilitas yang memadai, memberikan kesempatan siswa belajar dengan lebih baik, soft skill (ketekunan, disiplin, memiliki motivasi, dan sebagainya) siswa-siswanya sudah memadai, kesemua itu mendukung ketuntasan belajar baik tuntas secara kelompok maupun tuntas secara perorangan. Pengembangan soft skill di dalam pembelajaran, mendukung terlaksananya tujuan pendidikan untuk membentuk karakter bangsa.

Demikian juga kemampuan awal matematis siswa diprediksi sebagai salah satu faktor yang mendukung berhasilnya belajar matematika. Siswa dengan kemampuan awal matematis yang baik menunjukkan dia telah memiliki pengetahuan dasar yang memadai untuk memperkuat konsep matematika yang akan dipelajarinya, dikarenakan matematika memiliki keterkaitan topik dan konsep satu sama lain. Kemampuan awal matematis yang dimaksud dalam kegiatan penelitian ini adalah kemampuan prasyarat secara langsung ataupun tidak dalam mendukung mempelajari materi statistik dan peluang SMA kelas XI. Materi Statistik dan Peluang yang diangkat dikarenakan berdasarkan hasil studi pendahuluan sebelumnya bahwa materi tersebut pada siswa SMA kelas XI di awal semester ganjil sering mengalami kesulitan. Selain itu, kemampuan awal matematis ini penting untuk ditentukan pada kegiatan penelitian ini karena agar dapat mengetahui posisi siswa termasuk kategori tinggi, sedang, atau rendah dan kaitannya dengan kemampuan dan disposisi berpikir reflektif matematis serta kemandirian belajarnya setelah penerapan pembelajaran dengan pendekatan metakognitif.


(37)

10

Hepsi Nindiasari, 2013

Meningkatkan Kemampuan Dan Disposisi Berpikir Reflektif Matematis Serta Kemandirian Belajar Siswa SMA Melalui Pembelajaran Dengan Pendekatan Metakognitif

| |

Berdasarkan analisis di atas, level sekolah, dan kemampuan awal matematis dapat dijadikan variabel kontrol untuk melihat keterkaitan pemberian pendekatan pembelajaran dalam pencapaian kemampuan berpikir reflektif matematis.

Berdasarkan uraian tentang permasalahan dan pentingnya kemampuan dan disposisi berpikir reflektif matematis, kemandirian belajar matematika, dan pendekatan metakognitif sebagai alternatif upaya yang dapat diberikan, maka dilakukan suatu penelitian yang difokuskan untuk meningkatkan kemampuan dan disposisi berpikir reflektif matematis serta kemandirian belajar matematik ditinjau dari beberapa segi, yaitu level sekolah (tinggi, sedang, dan rendah) dan berdasarkan kemampuan awal matematis siswa (tinggi, sedang, dan rendah), yang keseluruhannya melalui proses pembelajaran dengan pendekatan metakognitif.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di uraikan di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah:

1. Apakah peningkatan kemampuan berpikir reflektif matematis siswa yang memperoleh pembelajaran metakognitif lebih baik daripada peningkatan kemampuan berpikir reflektif matematis siswa yang mendapat pembelajaran biasa, ditinjau dari: a) Keseluruhan, b) Level sekolah (tinggi, sedang, dan rendah), c) Kemampuan awal matematis (tinggi, sedang, dan rendah)?


(38)

11

Hepsi Nindiasari, 2013

Meningkatkan Kemampuan Dan Disposisi Berpikir Reflektif Matematis Serta Kemandirian Belajar Siswa SMA Melalui Pembelajaran Dengan Pendekatan Metakognitif

| |

2. Apakah terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran dan level sekolah (tinggi, sedang, dan rendah) terhadap peningkatan kemampuan berpikir reflektif matematis siswa?

3. Apakah terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran dan kemampuan awal matematis (tinggi, sedang, dan rendah) terhadap peningkatan kemampuan berpikir reflektif matematis siswa?

4. Apakah peningkatan disposisi berpikir reflektif matematis siswa yang memperoleh pembelajaran metakognitif lebih baik daripada peningkatan disposisi berpikir reflektif matematis siswa yang mendapat pembelajaran biasa, ditinjau dari: a) Keseluruhan, b) Level sekolah (tinggi, sedang, dan rendah), c) Kemampuan awal matematis (tinggi, sedang, dan rendah)? 5. Apakah terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran dan level

sekolah (tinggi, sedang, dan rendah) terhadap peningkatan kemampuan disposisi berpikir reflektif matematis siswa?

6. Apakah terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran dan kemampuan awal matematis (tinggi, sedang, dan rendah) terhadap peningkatan disposisi berpikir reflektif matematis siswa?

7. Apakah peningkatan kemandirian belajar matematika siswa yang memperoleh pembelajaran metakognitif lebih baik daripada peningkatan kemandirian belajar matematika siswa yang mendapat pembelajaran biasa, ditinjau dari: a) Keseluruhan, b) Level sekolah (tinggi, sedang, dan rendah), c) Kemampuan awal matematis (tinggi, sedang, dan rendah)?


(39)

12

Hepsi Nindiasari, 2013

Meningkatkan Kemampuan Dan Disposisi Berpikir Reflektif Matematis Serta Kemandirian Belajar Siswa SMA Melalui Pembelajaran Dengan Pendekatan Metakognitif

| |

8. Apakah terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran dan level sekolah (tinggi, sedang, dan rendah) terhadap peningkatan kemandirian belajar matematika siswa?

9. Apakah terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran dan kemampuan awal matematis (tinggi, sedang, dan rendah) terhadap peningkatan kemandirian belajar matematika siswa?

10.Apakah terdapat asosiasi antara kemampuan dan disposisi berpikir reflektif matematis, serta kemandirian belajar matematika setelah pembelajaran dengan pendekatan metakognitif ?

11.Bagaimana gambaran kinerja siswa di dalam proses pelaksanaan pembelajaran dengan metakognitif?

12.Kesalahan apa saja yang dialami siswa dalam mengerjakan soal yang menuntut kemampuan berpikir reflektif matematis?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Menganalisis secara komprehensif peningkatan kemampuan berpikir reflektif matematis siswa yang memperoleh pendekatan pembelajaran metakognitif lebih baik daripada peningkatan kemampuan berpikir reflektif matematis siswa yang memperoleh pembelajaran biasa ditinjau dari: a) Keseluruhan, b) Level sekolah (tinggi, sedang, dan rendah), c) Kemampuan awal matematis (tinggi, sedang, dan rendah)


(40)

13

Hepsi Nindiasari, 2013

Meningkatkan Kemampuan Dan Disposisi Berpikir Reflektif Matematis Serta Kemandirian Belajar Siswa SMA Melalui Pembelajaran Dengan Pendekatan Metakognitif

| |

2. Untuk mengetahui interaksi antara pendekatan pembelajaran dan level sekolah (tinggi, sedang, dan rendah) terhadap peningkatan kemampuan berpikir reflektif matematis.

3. Untuk mengetahui interaksi antara pendekatan pembelajaran dan kemampuan awal matematis siswa (tinggi, sedang, dan rendah) terhadap peningkatan kemampuan berpikir reflektif matematis siswa.

4. Menganalisis secara komprehensif peningkatan disposisi berpikir reflektif matematis siswa yang memperoleh pembelajaran metakognitif leboh baik daripada peningkatan disposisi berpikir reflektif matematis siswa yang memperoleh pembelajaran biasa ditinjau dari: a) Keseluruhan, b) Level sekolah (tinggi, sedang, dan rendah), c) Kemampuan awal matematis (tinggi, sedang, dan rendah).

5. Untuk mengetahui interaksi antara pendekatan pembelajaran dan level sekolah (tinggi, sedang, dan rendah) terhadap peningkatan disposisi berpikir reflektif matematis.

6. Untuk mengetahui interaksi antara pendekatan pembelajaran dan kemampuann awal matematis siswa (tinggi, sedang, dan rendah) terhadap peningkatan disposisi berpikir reflektif matematis siswa

7. Menganalisis secara komprehensif peningkatan kemandirian belajar matematika siswa yang memperoleh pendekatan pembelajaran metakognitif lebih baik daripada peningkatan kemandirian belajar matematika siswa yang memperoleh pembelajaran biasa ditinjau dari: a) Keseluruhan, b) Level sekolah (tinggi, sedang, dan rendah), c) Kemampuan awal matematis (tinggi, sdang, dan rendah).


(41)

14

Hepsi Nindiasari, 2013

Meningkatkan Kemampuan Dan Disposisi Berpikir Reflektif Matematis Serta Kemandirian Belajar Siswa SMA Melalui Pembelajaran Dengan Pendekatan Metakognitif

| |

8. Untuk mengetahui interaksi antara pendekatan pembelajaran dan level sekolah (tinggi, sedang, dan rendah) terhadap peningkatan kemandirian belajar matematika.

9. Untuk mengetahui interaksi antara pendekatan pembelajaran dan kemampuan awal matematis siswa (tinggi, sedang, dan rendah) terhadap peningkatan kemandirian belajar matematika.

10.Mengetahui asosiasi antara kemampuan dan disposisi berpikir reflektif matematis serta kemandirian belajar matematika setelah pembelajaran dengan pendekatan metakognitif.

11.Mengetahui gambaran kinerja siswa di dalam proses pembelajaran dengan pendekatan metakogntif.

12.Mengetahui kesalahan siswa dalam mengerjakan soal kemampuan berpikir reflektif matematis.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Bagi siswa, penerapan pembelajaran dengan pendekatan metakognitif sebagai sarana agar siswa menyadari akan kemampuan dirinya, mampu mengatur dirinya, mampu menyelesaikan permasalahan secara optimal, melakukan komunikasi, serta sebagai wahana dalam meningkatkan kemampuan dan disposisi berpikir reflektif matematis, serta mengembangkan kemandirian belajar matematika.

2. Bagi guru yang terlibat dalam penelitian ini, diharapkan mendapatkan pengalaman nyata menerapkan pendekatan pembelajaran metakognitif


(42)

15

Hepsi Nindiasari, 2013

Meningkatkan Kemampuan Dan Disposisi Berpikir Reflektif Matematis Serta Kemandirian Belajar Siswa SMA Melalui Pembelajaran Dengan Pendekatan Metakognitif

| |

sehingga dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat digunakan sehari-hari untuk mengembangkan kemampuan dan disposisi berpikir reflektif matematis, dan kemandirian belajar matematika siswa.

3. Bagi peneliti, merupakan pengalaman yang berharga sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk mengembangkan kemampuan dan disposisi berpikir reflektif matematis, serta kemandirian belajar matematika siswa pada berbagai jenjang pendidikan.

E. Definisi Operasional

Definisi operasional dari beberapa variabel yang diangkat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kemampuan berpikir reflektif matematis (KBRM) adalah suatu kemampuan menginterpretasi suatu kasus berdasarkan konsep matematika yang terlibat; dapat mengevaluasi kebenaran suatu argumen; dapat menarik analogi dari dua kasus serupa; dapat menganalisis dan mengklarifikasi pertanyaan dan jawaban; dapat menggeneralisasi; dapat membedakan antara data yang relevan dan tidak relevan.

2. Disposisi berpikir reflektif matematis (DBRM) adalah kecenderungan bertindak yang meliputi: Bertanya tentang matematika secara jelas dan beralasan; menggunakan sumber matematika yang terpercaya; bersikap atau berpandangan bahwa suatu topik matematika adalah bagian dari keseluruhan matematika yang lebih luas; kembali/relevan ke masalah pokok; mencoba berbagai strategi matematika; bersikap terbuka, fleksibel


(43)

16

Hepsi Nindiasari, 2013

Meningkatkan Kemampuan Dan Disposisi Berpikir Reflektif Matematis Serta Kemandirian Belajar Siswa SMA Melalui Pembelajaran Dengan Pendekatan Metakognitif

| |

berkenaan dengan matematika; bertindak cepat dalam menyelesaikan masalah matematik; bersikap sensitif terhadap perasaan orang lain berkenaan dengan matematika; memanfaatkan cara berpikir orang lain yang kritis dalam matematika; membandingkan pengetahuan matematika yang baru diperoleh dengan pengetahuan yang telah dimilikinya; melakukan umpan balik terhadap kegiatan matematika; memberikan alasan yang berkaitan dengan kegiatan matematika; discourse dengan dirinya sendiri; melakukan penilaian terhadap proses belajar matematika yang diperoleh.

3. Kemandirian belajar matematika (KBBM) adalah suatu bentuk karakter yang meliputi: inisiatif belajar; mendiagnosa kebutuhan belajar; menetapkan tujuan/target belajar; memonitor, mengatur, dan mengontrol belajar; memandang kesulitan sebagai tantangan; memanfaatkan dan mencari sumber yang relevan; memilih, menerapkan strategi belajar; self efficacy.

4. Pendekatan metakognitif adalah suatu pendekatan yang menekankan kepada pengembangan kesadaran siswa akan kemampuan dirinya melalui pembiasan pengajuan pertanyaan metakognitif yang meliputi pemahaman konsep, pemahaman masalah, mengembangkan hubungan antara pengetahuan yang lalu dan sekarang; menggunakan strategi penyelesaian yang tepat; merefleksi proses dan solusi.


(44)

17

Hepsi Nindiasari, 2013

Meningkatkan Kemampuan Dan Disposisi Berpikir Reflektif Matematis Serta Kemandirian Belajar Siswa SMA Melalui Pembelajaran Dengan Pendekatan Metakognitif

| |

5. Kemampuan Awal Matematis (KAM) yang dimaksud adalah kemampuan prasyarat secara langsung ataupun tidak dalam mendukung mempelajari materi statistik dan peluang SMA kelas XI.

F. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka diajukan hipotesis penelitian ini, yang akan diuji kebenarannya yaitu:

1. Peningkatan kemampuan berpikir reflektif matematis siswa yang menggunakan pendekatan pembelajaran metakognitif lebih baik daripada peningkatan kemampuan berpikir reflektif matematis siswa yang menggunakan pembelajaran biasa bila ditinjau secara: a) Keseluruhan, b) Level sekolah (tinggi, sedang, dan rendah), c) Kemampuan awal matematis (tinggi, sedang, dan rendah).

.

2. Terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran dan level sekolah (tinggi, sedang, dan rendah) terhadap peningkatan kemampuan berpikir reflektif matematis siswa.

3. Terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran dan kemampuan awal matematis (tinggi, sedang, dan rendah) terhadap peningkatan kemampuan berpikir reflektif matematis siswa

4. Peningkatan disposisi berpikir reflektif matematis siswa yang memperoleh pembelajaran metakognitif lebih baik bila dibandingkan dengan peningkatan disposisi berpikir reflektif siswa yang mendapat pembelajaran


(45)

18

Hepsi Nindiasari, 2013

Meningkatkan Kemampuan Dan Disposisi Berpikir Reflektif Matematis Serta Kemandirian Belajar Siswa SMA Melalui Pembelajaran Dengan Pendekatan Metakognitif

| |

biasa, ditinjau dari: a) Keseluruhan, b) Level sekolah (tinggi, sedang, dan rendah), c) Kemampuan awal matematis (tinggi, sedang, dan rendah). 5. Terdapat interaksi antara pendekatan dan level sekolah (tinggi, sedang, dan

rendah) terhadap peningkatan kemampuan disposisi berpikir reflektif matematis siswa.

6. Terdapat interaksi antara pendekatan dan kemampuan awal matematis (tinggi, sedang, dan rendah) terhadap peningkatan disposisi berpikir reflektif matematis siswa.

7. Peningkatan kemandirian belajar matematika siswa yang memperoleh pembelajaran metakognitif lebih baik bila dibandingkan dengan peningkatan kemandirian belajar matematika siswa yang mendapat pembelajaran biasa, ditinjau dari: a) Keseluruhan, b) Level sekolah (tinggi, sedang, dan rendah), c) Kemampuan awal matematis (tinggi, sedang, dan rendah).

8. Terdapat interaksi antara pendekatan dan level sekolah (tinggi, sedang, dan rendah) terhadap peningkatan kemandirian belajar matematika siswa.

9. Terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran dan kemampuan awal matematis (tinggi, sedang, dan rendah) terhadap peningkatan kemandirian belajar matematika siswa.

10. Terdapat asosiasi antara kemampuan dan disposisi berpikir reflektif matematis serta kemandirian belajar matematika siswa setelah diberikan pembelajaran metakognitif.


(46)

19

Hepsi Nindiasari, 2013

Meningkatkan Kemampuan Dan Disposisi Berpikir Reflektif Matematis Serta Kemandirian Belajar Siswa SMA Melalui Pembelajaran Dengan Pendekatan Metakognitif


(47)

63

Hepsi Nindiasari, 2013

Meningkatkan Kemampuan Dan Disposisi Berpikir Reflektif Matematis Serta Kemandirian Belajar Siswa SMA Melalui Pembelajaran Dengan Pendekatan Metakognitif

| |

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang berbentuk kuasi (kuasi eksperimen). Hal ini dikarenakan subjek sampel individu tidak dipilih secara acak. Subjek sampel sudah berada di dalam kelompok belajarnya yaitu di kelas, sehingga akan sulit dan mengganggu kegiatan belajar mengajar di sekolah bila subjek sampel individu dipilih secara acak. Hal ini sejalan dengan pendapat Ruseffendi (2005:52), pada kuasi eksperimen subyek tidak dikelompokkan secara acak, tetapi peneliti menerima keadaan subyek seadanya.

Penelitian ini melibatkan level sekolah (tinggi, sedang, dan rendah) dan faktor KAM siswa (tinggi, sedang, dan rendah). Kategori level sekolah ditetapkan menurut klasifikasi dari Departemen Pendidikan Nasional setempat (Berdasarkan ranking hasil ujian nasional), dipilih tiga sekolah yaitu satu sekolah berkategori tinggi, satu sekolah berkategori sedang, dan rendah. Pemilihan sekolah berdasarkan level ini menggunakan teknik cluster.

Dari sekolah yang telah terpilih untuk dijadikan objek penelitian kemudian dipilih dua kelas sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pemilihan kelasnya di masing-masing sekolah menggunakan teknik sampling random sederhana. Dari dua kelas yang terpilih dipilih kembali untuk menjadi kelas eksperimen dan kontrol dengan cara acak kelas. Kelas eksperimen akan diberikan pembelajaran dengan pendekatan metakognitif dan kelas kontrol tidak diberikan perlakuan khusus (pembelajaran biasa).


(48)

64

Hepsi Nindiasari, 2013

Meningkatkan Kemampuan Dan Disposisi Berpikir Reflektif Matematis Serta Kemandirian Belajar Siswa SMA Melalui Pembelajaran Dengan Pendekatan Metakognitif

| |

Desain eksperimen yang digunakan adalah desain kelompok kontrol non-ekivalen (Ruseffendi, 2005:52). Desainnya dapat digambarkan sebagai berikut:

O X O

---

O O

Keterangan:

X = pembelajaran dengan pendekatan metakognitif.

O = pemberian Tes dan Non tes di awal dan akhir pembelajaran. Tes dan non tes di awal dan akhir pembelajaran menggunakan perangkat instrumen yang sama. Pemberian Tes berupa Tes KBRM awal dan akhir sedangkan nontes di awal dan akhir pembelajaran berupa skala DBRM dan skala KBM.

Penelitian ini melibatkan variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas pada penelitian ini adalah penerapan pembelajaran metakognitif dan pembelajaran biasa. Variabel terikatnya adalah kemampuan berpikir reflektif matematis (KBRM), Disposisi berpikir reflektif matematis (DBRM), dan kemandirian belajar siswa di dalam belajar matematika (KBM). Penelitian ini melibatkan level sekolah (tinggi, sedang, dan rendah), kemampuan awal matematis (KAM) siswa, yang ditetapkan sebagai variabel kontrol. Keterkaitan antara variabel bebas, terikat, dan kontrol disajikan dalam tabel di bawah ini.


(49)

65

Hepsi Nindiasari, 2013

Meningkatkan Kemampuan Dan Disposisi Berpikir Reflektif Matematis Serta Kemandirian Belajar Siswa SMA Melalui Pembelajaran Dengan Pendekatan Metakognitif

| |

Tabel 3.1

Keterkaitan antara Variabel Kemampuan yang diukur, Pendekatan Pembelajaran, Level Sekolah, dan KAM

KMP YG DIUKUR

LS Tinggi Sedang Rendah

KAM PM PB PM PB PM PB

̅ dan

s Pr Ps <g> Pr Ps <g> Pr Ps <g> Pr Ps <g> Pr Ps <g> Pr Ps <g>

KBRM

T ̅

s

S ̅

s

R ̅

s

Jmlh ̅

s

DBRM

T ̅

s

S ̅

s

R ̅

s

Jmlh ̅

S

KBM

T ̅

s

S ̅

s

R ̅

s

Jmlh ̅

s Keterangan: KMP LS T S R : : : : : Kemampuan Level Sekolah Tinggi Sedang Rendah Pr Pst <g> : : : Pretes Postes Gain ternomalisasi


(50)

66

Hepsi Nindiasari, 2013

Meningkatkan Kemampuan Dan Disposisi Berpikir Reflektif Matematis Serta Kemandirian Belajar Siswa SMA Melalui Pembelajaran Dengan Pendekatan Metakognitif

| |

B. Subyek Populasi dan Subyek Sampel

Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kabupaten Tangerang. Sampel penelitiannya adalah siswa kelas XI SMA di Kabupaten Tangerang yang diambil dari sekolah dengan level tinggi (T), sedang (S), dan rendah (R). Pemilihan sekolah berdasarkan levelnya ini dengan menggunakan purposive teknik sampling. Di setiap tiga sekolah tersebut dipilih dua kelas untuk dijadikan kelompok eksperimen dan kontrol. Pemilihan dua kelas tersebut menggunakan teknik random sederhana. Kedua kelas yang terpilih dari setiap sekolah kemudian ditentukan kelas eksperimen dan kontrol dengan menggunakan teknik acak kelas.

Pemilihan siswa SMA sebagai subyek populasi berdasarkan pada pertimbangan bahwa kelompok siswa pada level tersebut memiliki beragam hal tingkatan berpikir siswa sehingga memiliki disposisi berpikir yang beragam, keragamaan kemampuan akademik, dan kemandirian siswa dalam belajar. Pemilihan level sekolah didasarkan kepada rata-rata nilai ujian nasional (UN) pada tiga mata pelajaran yang diambil datanya dari dinas pendidikan Kabupaten Tangerang.

Kegiatan penelitian ini dilakukan dari bulan September 2011 sampai dengan Januari 2012. Di bawah ini adalah perincian pelaksanaan kegiatan penelitiannya.


(51)

67

Hepsi Nindiasari, 2013

Meningkatkan Kemampuan Dan Disposisi Berpikir Reflektif Matematis Serta Kemandirian Belajar Siswa SMA Melalui Pembelajaran Dengan Pendekatan Metakognitif

| |

Tabel 3.2

Pelaksanaan Kegiatan Penelitian

No Pelaksanaan Kegiatan

1 September tahun 2011 Uji Coba Soal, Tes Keterbacaan dan perbaikan Instrumen

2. Awal Bulan Oktober tahun 2011 Pemberian Tes Awal (Kemampuan Berpikir reflektif matematis,

disposisi berpikir reflektif matematis, dan kemandirian belajar matematika) dan Tes KAM.

3. Pertengahan Bulan Oktober 2011 - Awal Januari 2012

Penerapan pembelajaran metakognitif pada kelompok eksperimen dan pembelajaran biasa pada kelompok kontrol

4. Akhir bulan Januari 2012 Pemberian Tes Akhir

C. Instrumen Penelitian dan Pengembangannya

Instrumen yang akan digunakan dalam kegiatan penelitian ini adalah tes dan non tes. Instrumen tes terdiri dari seperangkat soal tes untuk mengukur kemampuan awal matematis (KAM) dan tes kemampuan berpikir reflektif matematis (KBRM). Instrumen yang berbentuk non tes terdiri dari skala disposisi berpikir reflektif matematis (DBRM) dan skala kemandirian belajar matematika (KBM), lembar observasi, dan wawancara.

Sebelum semua instrumen tes dan non tes dibuat, terlebih dahulu peneliti membuat kisi-kisi instrumen kemudian dilakukan penilaian ahli. Ahli dalam hal ini adalah para validator yang memiliki kemampuan untuk menilai, memberikan masukan atau saran bagi penyempurnaan instrumen yang telah disusun.


(1)

Kwang, T.S, Threlfall, J & Monaghan, J. (1997). The Effects of Metacognitive Training in Mathematical Word Problem Solving in a Computer Environment. Proceedings vol. 2

Lee, H.J. (2005). Undestanding and assessing preservice teachers reflective thinking. Teaching and Teacher Education Journal, 21 (2005) 699-715.

USA: Elsevier. Tersedia pada:

http://gsueds2007.pbworks.com/f/preservice%20reflection.pdf. Diakses tanggal: 4 November 2010.

Marcut, I. (2005). Critical Thinking-applied to the methodology of Teaching Mathematics. Educatia Mathematica, Vol 1.Nr 1 (2005), 57-66.Tersedia Pada: depmath.ulbsibiu.ro/educamath/em/vol1nr1/marcut/marcut.pdf. Diakses tanggal: 15 Maret 2010.

Meltzer, D.E. (2002). Addendum to :The Relationship between Mathematics Preparation and Conceptual Learning Gain in Physics: A Possible “Hidden Variable” in Diagnostics Pretest Scores. [On Line]. Tersedia: http://www.physics.iastate.edu/per/docs/Addendum_on_normalized_gain

Mevarech, Z. R & Amrny, C.(2008). The Effects Metacognitive Instruction on Students Mathematics Achievement and Regulation of Cognition. Tersedia Pada: tsg.icme11.org/document/get/58. Diakses tanggal: 3 November 2009.

Mevarech, Z.R & Fridkin,S.(2006). The Effects of IMPROVE on mathematical knowledge, mathematical reasoning and meta-cognition. Meta-cognition Learning, 1, 85-97.

Mevarech, Z & Kramarski, B. (2004). Mathematical Modeling and Meta Cognitive Instruction. Tersedia pada: www.icme-organisers.dk/tsg18/S32MevarechKramarski.pdf - Diakses tanggal: 3 November 2009.

Minium, et al. (1993). Statistical Reasoning in Psychology and Education. New York: John Wiley & Sons, Inc.

Mohamed & Nai, T. (2005). The Use of Metacognitive Process in Learning. Makalah pada The Mathematics Education into the 21st CenturyProject . Kuala Lumpur: Universitas Teknologi Malaysia

Montague, M. (2008). Self Regulation Strategies to Improve Mathematical Problem Solving For Students With Learning Disabilities. Tersedia pada:

www.meadowscenter.org/files/LDQ-Montague-Winter08.pdf . Diakses Tanggal: 13 Maret 2010


(2)

Morcou & Lerman. (2006). Towards The Development of a Self Regulated Mathematical Problem Solving Model. (Online). Tersedia Pada:

ftp://ftp.emis.de/pub/EMIS/proceedings/PME30/4/137.pd.f Diakses Tanggal: 4 Mei 2010

Nitko,A.J.(1996). Educational Assesment of Students. Enlewood Cliffs.Merrill

National Council of Teachers of Mathematics. (2000). Principles and Students for School Mathematics. Reston, VA: NCTM

Nindiasari, H. (2004). Pembelajaran Metakognitif untuk Meningkatkan Pemahaman dan Koneksi Matematis Siswa SMU Ditinjau dari Perkembangan Kognitif Siswa. Tesis Magister pada PPs UPI. Bandung: Tidak diterbitkan

Nindiasari, H. (2010). Kemampuan Berpikir Reflektif Matematis. Makalah untuk Tugas Studi Individual. Bandung: Tidak diterbitkan.

Noer, S.H. (2010). Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis, Kreatif dan Reflektif (K2R) Matematis Siswa SMP malalui Pembelajaran Berbasis Masalah. Disertasi Doktor pada SPs UPI. Bandung: Tidak diterbitkan.

Oleinik. (2002). Development of critical thinking in mathematics courses. Makalah pada Proceeding of the 3rd International Mathematics Education and Society Conference. Pp 1-3. Copenhagen: Centre for Research in learning Mathematics. Tersedia pada: www.mes3.learning.aau.dk/Projects/Oleinik.pdf -. Diakses tanggal: 19 Desember 2010

Phan, H.P. (2006). Examination of student learning approaches, reflective thinking, and epistemological beliefs: A latent variables approach. Electronic Journal of Research in Educational Psychology, No. 10 Vol4(3),2006,pp:557-610. Tersedia pada: http://www.investigacion-psicopedagogica.org/revista/articulos/10/english/Art_10_141.pdf

.Diakses Tanggal: 4 November 2010.

Piccolo, D, et al.(2002). Quality if Instruction: Examining Discourse in Middle School Mathematics Instruction. Makalah Tersedia Pada:Journal of Advanced Academics (JAA), Volume 19 Number 3 2008, hal.376-410.

Ratnaningsih,N.(2007).Pengaruh Pembelajaran Kontekstual terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Matematis Serta Kemandirian Belajar Siswa SMA. Disertasi pada SPs UPI. Bandung: Tidak diterbitkan

Ruseffendi, E.T. (2005). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan & Bidang Non-Eksakta Lainnya. Bandung : Tarsito


(3)

Ruseffendi, E.T. (2006). Pengantar Kepada Memabantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito

Rhee & Pintrich (2004). Teaching to Facilitate Self-Regulated Learning. Thinking about Thinking (Ee, et al, ed. 2004). Singapore: National Institute of Education Nanyang Technological University.

Sabandar, J. (2008). Thinking Clasroom dalam Pembelajaran Matematika di Sekolah. Tersedia pada: math.sps.upi.edu/.../Thinking-Classroom-dalam-Pembelajaran-Matematika-di-Sekolah.pdf. Diakses tanggal 15 Maret 2010.

Sabandar, J. (2010b). Berpikir Reflektif dalam Pembelajaran Matematika. Tersedia pada:

file.upi.edu/ai.php?dir...%20MATEMATIKA/...Berpikir%20Reflektif2. Diakses tanggal: 26 Desember 2010.

Santoso. (2005). SPSS dan EXCEL Untuk Mengukur Sikap dan Kepuasan Konsumen. Jakarta: PT. Alex Media Komputindo.

Schraw, et al. (2006). Promoting Self-Regulation in Science Education: Metacognition as Part of a Broader Persoective on Learning. Journal Research in Scinece Education (2006) 36:111-139. Springer.

Stacey, K.(1996). Attitudes and Meta-Cognitive Aspects of Learning Mathematics: An Analysis by Gender. Tersedia Pada:

http://staff.edfac.unimelb.edu.au/~kayecs/publications/1990to96/Stacey-Attitudes.pdf, Diakses tanggal: 9 November 2009

Subino. (1987). Konstruksi dan Analisis Tes. Jakarta : Dirjen Dikti Depdikbud.

Sudjana. (1992). Metoda Statistika , Edisi ke-5. Tarsito : Bandung

Sukmadinata, N. (2006). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Sumarmo, U. (1987). Kemampuan Pemahaman dan Penalaran Matematika Siswa SMA Dikaitkan dengan Kemampuan Penalaran Logik Siswa dan beberapa Unsur Proses Belajar-Mengajar. Disertasi Doktor pada IKIP Bandung. Bandung : Tidak diterbitkan.

Sumarmo, U.(2004). Pembelajaran Matematika untuk Mendukung Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Makalah yang disajikan pada pertemuan MGMP Matematika SMP Negeri 1 Tasikmalaya Tanggal 11 Februari 2004. Bandung: Program Pascasarjana UPI


(4)

Sumarmo, U. (2006). Kemandirian Belajar. Apa, Mengapa, dan Bagaimana Dikembangkan pada Peserta Didik. Makalah yang disampaikan pada Seminar di UPI. Bandung:UPI

Sumarmo, U. (2008). Berfikir Matematis: Apa, Mengapa, dan Bagaimana cara Mempelajarinya. Tersedia pada. math.sps.upi.edu/?p=58 . Diakses tanggal 1 Januari 2010.

Sumarmo, U.(2009). High Level Mathematical Thinking: Experiments With High School and Under Graduate Students Using Various Approaches and Strategies. Makalah yang disampaikan pada Seminar di UPI. Bandung: UPI.

Sumarmo, U. (2010a). Evaluasi dalam Pembelajaran Matematika. Teori, Paradigma, Prinsip, dan Pendekatan Pembelajaran MIPA dalam Konteks Indonesia (Hidayat, dkk, (ed)). Bandung: FPMIPA UPI.

Sumarmo, U. (2010b). Berfikir dan Disposisi Matematik: Apa, Mengapa, dan Bagaimana Dikembangkan pada Peserta Didik. Bandung: FPMIPA UPI.

Sugiyono. (2003). Statistika untuk Penelitian. Alfabeta : Bandung

Suherman , E dan Sukjaya, Y. (1990). Petunjuk Praktis untuk Melaksanakan Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung : Wijaya Kusumah 157.

Sujarwo, I. (2000). Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Teknik Probing dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa MAN Malang. Tesis Magister pada PPS UPI. Bandung : Tidak Diterbitkan.

Surbek,E.,Eunhye,P.,&Moyer,J.(1991). Assessing reflective responses in Journals. Education Leadership, March,25-27. Tersedia Pada:

http://www.nwlink.com/~donclark/hrd/development/reflection.html

.Diakses tanggal : 4 November 2010.

Tandailing, E. (2011). Peningkatan Pemahaman dan Komunikasi Matematis serta Kemandirian Belaja Siswa SMA Melalui Strategi PQ4R dan Bacaan Refutation Text. Disertasi Doktor pada SPS UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan.

Tan Seng. (2002). Cognition, Metacognition, and, Problem Based Learning. Enhancing Thinking Through Problem Based Learning Approaches, h.1-14, (Tan seng, ed). Singapore:Thompson

Tee & Kiong, Lau.(2002). Metacognitive Aspect of Mathematics Problem Solving. Tersedia Pada:

http://gse.berkeley.edu/Faculty/AHSchoenfeld/Schoenfeld_MathThinking.p df. Diakses tanggal: 17 November 2009


(5)

Tim MKPBM (2004). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA UPI.

Tim PAU-PPI. (2007). Prinsip Penulisan Bahan Ajar. Makalah yang disampaikan pada pelatihan pembuatan bahan ajar oleh pusat antar universitas. Universitas Terbuka. Jakarta:tidak diterbitkan.

Uno, H. (2007). Teori Motivasi dan Pengukurannya. Analisis di Bidang Pendidikan. Bandung:Bumi Aksara

Van De Walle, J. (2008). Sekolah dasar dan Menengah Matematika Pengembangan Pengajaran (Elementary and Midle School Mathematics) Jilid 1. Jakarta: Erlangga

Van der Walt & Maree, K. (2008). Do Mathematics Learning Facilitators Implement Metacognitive Strategies?. Makalah pada: South African Journal of Education Vol 27(2) 223-241. Tersedia pada: ajol.info/index.php/saje/article/view/44145/27660. Diakses Tanggal : 2 Desember 2009.

Wardhani, dkk.(2007). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka

Weissinger, P. (2002). Critical Thinking, Metacognition, and Problem-Based Learning. Enhancing Thinking Through Problem Based Learning Approaches, h. 40-55 (Tan seng, ed). Singapore:Thompson.

Winne & Perry (2005). Measuring Self Regulation Learning. In Hand Book Of Self- Regulation, h. 532-564 (Boekaerts,et.al, ed). New York: Academic Press

Yamin, M.(2008). Paradigma Pendidikan Konstruktivistik. Jakarta:Gaung Persada Press.

Yaniawati, R.P. (2001). Pembelajaran dengan Pendekatan Open-Ended dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematika Siswa. Tesis Magister pada PPS UPI. Bandung : Tidak Diterbitkan

Yunarti, T. (2011). Pengaruh Metode Socrates Terhadap Kemampuan dan Disposisi Berpikir Kritis Matematis Siswa Sekolah Menengah Atas. Disertasi Doktor pada SPs UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan.

Zehavi & Mann. (2006). Instrumented Techniques and Reflective Thinking in Analytic Geometry. Tersedia pada:

www.math.umt.edu/tmme/vol2no2/TMMEv2n2a1.pdf. Diakses tanggal 6 Februari 2011)


(6)

Zimmerman, B.(1990). Self-Regulated Learning and Academic Achievement: An Overview. Educational Psyhologist,25(1),3-17.Tersedia pada: www.unco

edu/cebs/pschology/kevinpugh/motivation_project/recources/Zimmerma n90.Diakses tanggal: 4 Mei 2010


Dokumen yang terkait

Meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis siswa melalui pembelajaran dengan strategi metakognitif Self-explanation

4 9 157

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS MATEMATIS, KOMUNIKASI MATEMATIS DAN DISPOSISI SELF-DIRECTED LEARNING MAHASISWA MELALUI PEMBELAJARAN METAKOGNITIF.

3 19 84

Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif serta Disposisi Matematis Siswa melalui Pembelajaran Problem Based Learning.

1 8 13

Meningkatkan Kemampuan Berpikir Intuitif-Reflektif, Pembuktian Matematis, dan Disposisi Mahasiswa melalui Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Metode Hypnoteaching.

3 9 23

Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Komunikasi serta Disposisi Berpikir Kreatif Matematis Siswa SMP Melalui Pembelajaran Inkuiri Model Alberta.

0 1 59

MENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN METAKOGNITIF BERBASIS SOFT SKILL.

0 0 51

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS DAN KEMANDIRIAN BELAJAR MAHASISWA MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN INVESTIGASI.

0 0 53

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS DAN KEMANDIRIAN BELAJAR MAHASISWA MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN INVESTIGASI.

0 1 53

PERAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN BERPIKIR KREATIF SERTA DISPOSISI MATEMATIS SISWA SMA

0 0 9

MENINGKATKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI BERFIKIR REFLEKTIF MATEMATIS MAHASISWA DENGAN PENDEKATAN METAKOGNITIF - repository UPI D MAT 1007174 Title

3 7 3