PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN SENI TARI PADA SISWA KELAS VI DI SDPN SETIABUDHI BANDUNG.

(1)

PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN SENI

TARI PADA SISWA KELAS VI DI SDPN SETIABUDHI

BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Seni Tari

Disusun Oleh : Gessy Garcenia Nim 0906492

JURUSAN PENDIDIKAN SENI TARI

FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

2013


(2)

PENDIDIKAN KARAKTER

DALAM PEMBELAJARAN SENI

TARI PADA SISWA KELAS VI

DI SDPN SETIABUDHI

BANDUNG

Oleh Gessy Garcenia

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni

© Gessy Garcenia 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

June 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

GESSY GARCENIA NIM. 0906492

PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN SENI TARI PADA SISWA KELAS VI DI SDPN SETIABUDHI BANDUNG

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING Pembimbing I,

Dewi Karyati, S. Sen., M.Pd NIP : 195807061984032002

Pembimbing II,

Agus Budiman, M.Pd NIP : 197703122005011002

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Seni Tari

Dr. Frahma Sekarningsih, S.Sen, M.Si NIP : 195710181985032001


(4)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul ”Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran Seni Tari Pada Siswa Kelas VI di SDPN Setiabudhi Bandung”. Penelitian ini memiliki latar belakang masalah dalam upaya membentuk karakter siswa melalui pembelajaran seni tari. Pembentukan karakter siswa perlu dibina dari sejak dini sebagai pondasi awal untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Dengan memberikan nilai-nilai moral yang positif kepada siswa dengan melalui pembelajaran seni tari ini dapat memberikan nilai-nilai karakter seperti kreatif, disiplin, menghargai oranglain, percaya diri, kerjasama dan tanggungjawab. Dalam penelitian ini peneliti hanya menganalisis satu aspek nilai pendidikan karakter saja, aspek yang akan dianalisis yaitu aspek kreatif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif analisis. Tekhnik pengumpulan data yang digunakan pada metode deskriptif ini yaitu dengan menggunakan teknik wawancara, observasi, studi dokumentasi dan studi pustaka. Hasil daripada penelitian ini yaitu dengan melalui pembelajaran seni tari dapat sekaligus diberikannya nilai-nilai moral yang perlu dimiliki oleh peserta didik sebagai pondasi awal untuk peserta didik melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Hasil penelitian ini diharapkan ada peneliti selanjutnya untuk dapat mengembangkan kembali model pendidikan karakter dalam pembelajaran seni tari dengan indikator pencapaian hasil pembelajaran yang berbeda.


(5)

ABSTRACT

The study is titled "Learning Character Education In Dance In Class VI students in SDPN Setiabudhi Bandung". This study has the background of the problem in order to form the character of students through learning the art of dance. Character formation of students need to be nurtured from an early age as an initial foundation to continue their education to a higher level. By providing moral values to students with a positive learning through the art of dance can give character values such as creativity, discipline, respect other people, confidence, cooperation and responsibility. In this study, researchers analyzed only one aspect of the value of character education course, aspects that will be analyzed is the creative aspect. The method used in this research is descriptive method of analysis. Data collection techniques used in this descriptive method using the techniques of interview, observation, documentation and literature studies. Results of this research is to study through the art of dance can simultaneously exerts moral values that need to be owned by the learner as an initial foundation for students to continue their education to a higher level. No result is expected to be able to develop further research model on character education in learning the art of dance with indicators of achievement of learning outcomes are different.


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR DIAGRAM ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian... 6

D. Manfaat Penelitian... 6

1. Bagi Siswa ... 6

2. Bagi Peneliti ... 6

3. Bagi Guru ... 6

4. Bagi Jurusan Pendidikan Seni Tari ... 7

E. Struktur Penulisan Skripsi ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendidikan Karakter ... 11


(7)

C. Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran Seni Tari ... 22

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian ... 32

1. Lokasi Penelitian ... 32

2. Populasi Penelitian ... 32

3. Sampel Penelitian ... 33

B. Desain Penelitian ... 34

1. Rencana Penelitian ... 34

2. Pelaksanaan Penelitian ... 34

3. Penyusunan Hasil Penelitian ... 34

3.1 Penyusunan Data ... 35

3.2 Pengetikan Data ... 35

C. Metode Penelitian ... 35

D. Definisi Operasional ... 36

E. Instrumen Penelitian ... 39

1. Lembar Observasi ... 39

2. Pedoman Wawancara ... 39

3. Studi Dokumentasi ... 40

F. Instrumen Penilaian ... 40

G. Teknik Pengumpulan Data ... 46

1. Observasi ... 46


(8)

3. Studi Dokumentasi ... 47 4. Studi Pustaka ... 48 H. Analisis Data ... 48 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran Seni Tari Di SDPN Setiabudhi Kota Bandung ... 51 1. Profil Singkat SDPN Setiabudhi Kota Bandung ... 51 2. Deskripsi Proses Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran Seni Tari

Di SDPN Setiabudhi Kota Bandung... 54 B. Pembahasan Hasil Penelitian Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran Seni

Tari ... 100 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan... 115 B. Saran ... 116 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN


(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran seni tari merupakan suatu proses pembelajaran yang melibatkan tubuh sebagai media ungkap tari. Di dalam penyelenggaraannya, seni tari merupakan salah satu cabang dari kesenian yang melibatkan gerak sebagai substansinya, di dalamnya terdapat suatu proses yang meliputi kegiatan teori dan praktik. Seni tari adalah seni gerak tubuh yang mempunyai makna atau arti yang mengungkapkan perasaan atau jiwa manusia sehingga membentuk perilaku yang memiliki keindahan (seni).

Pada saat ini di sekolah formal termasuk di sekolah dasar, mata pelajaran seni tari sudah masuk ke dalam mata pelajaran intrakulikuler. Mata pelajaran seni tari, seni rupa, dan seni musik ini dikemas dalam satu mata pelajaran yaitu mata pelajaran seni budaya. Sekolah Dasar merupakan salah satu peletak dasar untuk meningkatkan perkembangan anak dalam perkembangan sikap dan keterampilannya untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan dan untuk pertumbuhan selanjutnya. Karakteristik perkembangan anak usia sekolah dasar adalah anak yang berada pada rentangan usia dini. Masa usia dini ini merupakan masa perkembangan anak yang pendek tetapi merupakan masa yang sangat penting bagi kehidupannya. Oleh karena itu, pada masa ini seluruh potensi yang dimiliki anak perlu didorong sehingga akan berkembang secara optimal.

Bagi anak-anak usia sekolah dasar, pertumbuhan dan perkembangan fisik yang optimal adalah hal yang sangat penting, karena pertumbuhan dan perkembangan fisik anak secara langsung akan mempengaruhi perilakunya di kehidupan sehari-hari. Secara langsung pertumbuhan fisik anak akan menentukan keterampilan dalam bergerak. Bagi sebagian besar anak-anak yang awal masuk kelas satu di sekolah dasar merupakan peristiwa yang penting bagi anak. Dengan


(10)

masuknya anak ke sekolah dasar akan membawa akibat pada perubahan besar dalam pola kehidupannya, seperti perubahan dalam sikap, nilai, dan perilaku.

Anak pada usia sekolah dasar ini perlu diberikan arahan-arahan mengenai nilai-nilai budi pekerti untuk bekal di masa yang akan datang. Nilai-nilai budi pekerti ini sangatlah banyak apabila dilihat dari budi pekerti terhadap tuhan, terhadap diri sendiri, terhadap keluarga, terhadap orang lain, terhadap masyarakat dan bangsa, dan terhadap alam lingkungan. Dalam penelitian ini peneliti membatasi nilai budi pekerti yang akan dianalisis sesuai dengan kebutuhan peneliti. Peneliti hanya akan menganalisis satu nilai pendidikan karakter, yaitu kreatif. Dalam hal ini peneliti akan berusaha untuk menumbuhkan sikap budi pekerti kreatif kepada siswa, bagaimana agar membentuk siswa yang kreatif. Hal ini bermaksud agar dari usia dini anak tersebut sudah diberikan arahan-arahan untuk berperilaku baik sebagai bekal mereka di masa yang akan datang.

Kreatif adalah bagian dari kehidupan yang berhubungan dengan kemampuan individu untuk mengaktualisasikan gagasannya. Kemampuan tersebut merupakan karunia yang sudah dibawa sejak lahir, bisa berupa keterampilan, daya khayal atau imajinasi, ataupun kemampuan seseorang dalam memecahkan suatu masalah. Kemampuan berkreasi yang dimiliki oleh setiap manusia tersebut harus dikembangkan sejak dini guna mewujudkan pribadi yang utuh. Kegiatan kreatif ini juga merupakan suatu kegiatan yang mendorong daya cipta peserta didik untuk menemukan hal-hal yang baru dengan pengalaman langsung peserta didik dalam proses pembelajaran seni tari di dalam kelas. Untuk menemukan hal-hal yang baru ini tentu saja tidak akan muncul tiba-tiba tanpa diberikannya stimulus atau rangsang awal yang diberikan oleh guru. Rangsang awal merupakan suatu kegiatan yang membangkitkan fikir dan semangat, khususnya dalam memotivasi siswa untuk gemar menari. Berbagai rangsangan yang dapat memotivasi siswa bergerak kreatif yaitu rangsang auditif, visual, gagasan, dan rabaan atau kinestetik (Juju Masunah 2012 : 10).

Dalam pembelajaran tari ini kegiatan kreatif merupakan suatu hal yang akan mendorong peserta didik untuk mengembangkan sikap kreatif. Seperti yang diungkapkan oleh Juju Masunah (2012 : 2) sebagai berikut:


(11)

Dalam tari pendidikan, tari atau gerak merupakan media atau alat ungkap yang digunakan untuk mengembangkan sikap, pola pikir, dan motorik anak menuju ke arah kedewasaannya. Anak tidak dituntut untuk terampil menari karena bukan untuk menjadi penari, tetapi lebih kepada proses kreatif dan merasakan pengalaman estetik melalui kegiatan berolah tari.

Dengan cara seperti ini diharapkan menghasilkan dampak yang positif bagi siswa dalam penanaman rasa seni, sikap kreatif, serta menumbuhkan motivasi untuk menghargai kebudayaan khususnya untuk kesenian lokal. Fenomena-fenomena yang terjadi pada saat ini dimana siswa sekolah dasar yaitu kebanggaan anak-anak terhadap jati diri dan kekayaan budaya diri sendiri juga masih rendah. Keberhasilan suatu bangsa sangat tergantung kepada kemampuannya bangsa itu sendiri dalam melestarikan dan menjungjung tinggi seni budaya yang dimilikinya, maka dari itu perlu digalakkan lagi program-program untuk menggali dan mengembangkan budaya yang saat ini sudah hampir hilang. Hal ini secara tidak langsung merupakan celah yang harus ditindaklanjuti oleh guru seni yang dituntut lebih kreatif dan inovatif dalam proses pembelajaran.

Kita sebagai bangsa Indonesia belum bisa menyaring budaya-budaya asing yang masuk ke Indonesia, hal ini berdampak terhadap anak usia sekolah dasar yang pada saat ini sudah banyak yang terpengaruh oleh budaya asing yang semakin marak masuk ke Indonesia, yaitu melalui media-media elektronik anak-anak pada zaman sekarang dapat dengan mudah mengakses perkembangan dari budaya-budaya asing. Dikarenakan siswa-siswi sekolah dasar ini apabila dilihat dari perkembangan usianya, anak pada usia sekolah dasar ini masih adapada usia kongkret, dimana siswa hanya melakukan peniruan dari apa yang mereka lihat dan dengar. Karena siswa-siswi sekolah dasar pada saat ini sudah mengetahui dan mengerti cara mengakses internet maka mereka mencari sesuatu hal yang sedang marak ada di lingkungannya.

Tidak banyak anak-anak pada saat ini yang mencintai budaya-budaya asli dari Indonesia, padahal budaya-budaya di Indonesia ini sangatlah beragam. Banyak sekali kesenian-kesenian dari setiap daerah yang mempunyai keunikan dari masing-masing kesenian tersebut. Dengan banyaknya kejadian-kejadian yang merusak moral individu tersebut, diperlukannya penanaman pendidikan karakter,


(12)

dimana guru sebagai fasilitator dan motivator dari para siswanya untuk memberikan pendidikan yang semestinya mereka lakukan.

Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang dilihat tidak hanya dari satu aspek saja, melainkan dari beberapa aspek yang mempengaruhi. Menurut Samani & Hariyanto (2012:43) sebagai berikut:

Pendidikan karakter sebagai nilai hidup bersama berdasarkan atas pilar kedamaian (peace), menghargai (respect), kerja sama (cooperation), kebebasan (freedom), kebahagiaan (happines), kejujuran (honesty), kerendahan hati (humility), kasih sayang (love), tanggung jawab (responsibility), kesederhanaan (simpicity), toleransi (tolerance), dan persatuan (unity). Pendidikan karakter juga telah menjadikan sebuah pergerakan pendidikan yang mendukung pengembangan sosial, pengembangan emosional, dan pengembangan etik para siswa.

Tujuan pendidikan karakter dalam setting sekolah menurut Dharma, Cepi & Johar (2012:9) yaitu: (1) Menguatkan dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan yang dianggap penting dan perlu sehingga menjadikan kepribadian/kepemilikan peserta didik yang khas sebagaimana nilai-nilai yang dikembangkan (2) Mengkoreksi perilaku peserta didik yang tidak bersesuaian dengan nilai-nilai yang dikembangkan oleh sekolah (3) Membangun koneksi yang harmoni dengan keluarga dan masyarakat dalam memerankan tanggung jawab pendidikan karakter bersama.

Pendidikan karakter ini sangatlah penting untuk ditumbuhkan dalam tiap-tiap pribadi siswa. Pendidikan karakter ini harus ditumbuhkan kepada siswa sejak usia sekolah dasar. Karena pada usia sekolah dasar siswa penting diberikan pembekalan tentang hal-hal yang positif. Agar siswa terbiasa dengan hal-hal yang baik untuk bekalnya nanti di masa dewasa. Melalui pendidikan karakter yaitu proses yang berkelanjutan dan tak pernah berakhir sehingga menghasilkan perbaikan kualitas yang berkesinambungan yang ditunjukan pada terwujudnya sosok manusia masa depan, dan berakhir pada nilai-nilai budaya bangsa.

Pada umumnya pembelajaran seni tari di sekolah dasar hanya melatih siswa untuk menari dalam bentuk tarian utuh dan siswa harus hafal tarian tersebut. Setelah siswa hafal dengan tarian tersebut dan layak untuk ditampilkan, maka biasanya dipentaskan oleh pangajar pada acara-acara tertentu. Kebanyakan


(13)

pengajar menampilkan peserta didiknya tersebut dalam acara kenaikan kelas yang biasanya di setiap sekolah dasar diadakan pentas seni siswa di setiap akhir semester genap. Untuk siswa sekolah dasar pengalaman pentas merupakan pengalaman yang berharga bagi siswa untuk berani tampil di hadapan umum. Namun dalam pembelajaran seni ini tidak hanya melatihkan siswa dalam bentuk tarian utuh dan berakhir pada sebuah pertunjukan. Ada berbagai hal yang dianggap lebih penting dalam proses pembelajaran seni yaitu dimana peserta didik dibawa dalam kondisi interaksi sosial dengan lingkungan di sekitarnya dan menggali kreatifnya dari peserta didik. Bagaimana mereka saling berhubungan dengan sesama temannya, kreatif dalam mengembangkan ide gagasannya, serta bagaimana mereka melakukan kerjasama dalam proses produksi seni.

Dalam proses produksi seni ini siswa mengalami pengalaman langsung mengenai pendidikan karakter yang tidak disadari oleh peserta didik. Dalam proses tersebut siswa dapat membentuk sikap kreatif siswa dalam mengeksplorasi gerakan dengan diberikan stimulus oleh guru.

Berdasarkan pemikiran dan latar belakang masalah di atas, peneliti tertarik untuk menerapkan pendidikan karakter siswa kelas VI A di SDPN Setiabudhi Bandung tersebut, dengan mengambil judul “Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran Seni Tari Pada Siswa Kelas VI DI SDPN Setiabudhi Bandung”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan di atas, peneliti merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana proses pendidikan karakter dalam pembelajaran seni tari pada siswa kelas VI di SDPN Setiabudhi Bandung?

2. Bagaimana hasil pendidikan karakter dalam pembelajaran seni tari pada siswa kelas VI di SDPN Setiabudhi Bandung?


(14)

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang penerapan pendidikan karakter melalui pembelajaran seni tari di SDPN Setiabudhi Bandung, secara khusus penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mendeskripsikan proses pendidikan karakter dalam pembelajaran seni tari pada siswa kelas VI di SDPN Setiabudhi Bandung.

2. Mendeskripsikan hasil pendidikan karakter dalam pembelajaran seni tari pada siswa kelas VI di SDPN Setiabudhi Bandung.

D. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian pendidikan karakter dalam pembelajaran seni tari ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi siswa, bagi peneliti, bagi guru bidang studi, dan bagi lembaga. Manfaat tersebut diantaranya sebagai berikut:

1. Bagi Siswa

a. Membangun karakter peserta didik dalam membangun kepribadiannya, meningkatkan budi pekertinya, dan memberikan arahan/pengetahuan-pengetahuan tentang pentingnya penanaman pendidikan karakter.

b. Meningkatkan kreativitas siswa melalui gerak-gerak tari sehingga dapat membentuk sebuah tarian.

2. Bagi Peneliti

a. Memperkaya pengetahuan dan pengalaman peneliti mengenai proses penerapan dari pendidikan karakter untuk menumbuh kembangkan pribadi siswa agar menjadi pribadi yang lebih baik dengan melalui pembelajaran tari.

b. Meningkatkan pengetahuan dan memperdalam bidang yang sedang peneliti lakukan.

3. Bagi Guru

a. Sebagai bahan evaluasi guru terhadap pembelajaran tari yang telah dilakukan.


(15)

b. Memotivasi guru agar lebih banyak menciptakan hal-hal baru dalam pembelajaran tari di sekolah.

4. Bagi Jurusan Pendidikan Seni Tari

a. Menjadi bahan reverensi bagi mahasiswa yang membutuhkan pengetahuan tentang cara yang cocok untuk mengajar tari untuk anak-anak.

b. Sebagai stimulus bagi mahasiswa untuk mengembangkan atau menemukan cara yang lebih kreatif untuk menerapkan pembelajaran seni tari agar diminati oleh peserta didik.

c. Menambah keragaman dan pengetahuan mendalam bidang seni tari khususnya dalam mengekplorasi gerakan-gerakan baru.

E. Struktur Penulisan Skripsi

Sistematika penulisan skripsi disesuaikan dengan ranah dan cakupan disiplin bidang ilmu yang ada di Universitas Pendidikan Indonesia. Namun demikian, pada dasarnya sistematika penulisan skripsi yang lazim digunakan di Universitas Pendidikan Indonesia terdiri dari unsur-unsur yaitu sebagai berikut: Judul, halaman pengesahan yanng ditandatangani oleh dosen pembimbing I, dosen pembimbing II dan ketua jurusan/program studi, pernyataan mengenai keaslian tulisan karya ilmiah, kata pengantar, ucapan terimakasih, abstrak yang merupakan uraian singkat dan lengkap yang memuat beberapa hal diantaranya; (judul, hakekat penelitian yang menyangkut tentang apa, dimana, dan dengan siapa penelitian itu dilaksanakan, tujuan dilakukannya penelitian, metode penelitian yang dipakai dan teknik pengumpulan data, dan yang terakhir yaitu hasil temuan dan rekomendasi dari hasil penelitian yang dilaksanakan), daftar isi yang berfungsi untuk mempermudah para pembaca mencari judul dan subjudul bagian yang ingin dibacanya yang sudah dilengkapi dengan halaman, daftar tabel yang menyajikan tabel secara berurutan mulai dari tabel pertama sampai dengan tabel terakhir yang tercantum dalam skripsi, daftar gambar yang sama seperti fungsi daftar-daftar lainnya yakni menyajikan gambar secara berurutan mulai dari


(16)

gambar pertama sampai dengan gambar terakhir yang tercantum dalam skripsi, daftar diagram yang mempunyai fungsi sama dengan daftar-daftar lainnya yakni menyajikan diagram secara berurutan mulai dari diagram pertama sampai dengan diagram terakhir yang tercantum dalam skripsi.

Bagian yang selanjutnya yaitu BAB I: Pendahuluan yang berisi uraian tentang pendahuluan dan merupakan bagian awal dari skripsi. Pendahuluan ini berisi latar belakang penelitian yang dimaksudkan untuk menjelaskan alasan mengapa masalah tersebut diteliti, pentingnya masalah itu untuk diteliti dan pendekatan untuk mengatasimasalah tersebut baik dari sisi teoritis maupun dari sisi praktis, identifikasi dan perumusan masalah ini berisi tentang rumusan dan analisis masalah sekaligus identifikasi variabel-variabel penelitian beserta definisi operasionalnya, tujuan penelitian menyajikan hasil yang ingin dicapai setelah penelitian selesai dilaksanakan, manfaat penelitian yang berisi tentang manfaat dari penulisan skripsi untuk berbagai pihak (manfaat bagi siswa, bagi peneliti, bagi guru, dan bagi jurusan peneliti), dan yang terakhir yaitu struktur organisasi skripsi yang berisi rincian tentang urutan penulisan dari setiap bab dan bagian dari bab I hingga bab terakhir.

Bagian yang selanjutnya yaitu BAB II: Kajian Pustaka yang mempunyai peran sangat penting dimana pada bagian ini berisi tentang teori-teori yang sedang dikaji dalam penelitian tersebut dan kedudukan masalah penelitian dalam bidang ilmu yang diteliti. Dalam kejian pustaka ini juga peneliti membandingkan, mengontarksikan, dan memposisikan kedudukan masing-masing penelitian yang dikaji dikaitkan dengan masalah yang sedang diteliti. Kajian pustaka dalam penelitian ini terdiri dari beberapa sub judul yaitu diantaranya; teori –teori mengenai pendidikan karakter, pendidikan seni di sekolah dasar dan pendidikan karakter dalam pembelajaran seni tari.

Selanjutnya BaB III: Metode Penelitian berisi mengenai penjabaran yang dirinci mengenai metode penelitian yang termasuk beberapa komponen sebagai berikut; lokasi dan subjek populasi/sampel penelitian cara pemilihan sampel serta


(17)

justifikasi dari pemilihan lokasi serta penggunaan sampel, desain penelitian d justifikasi dari pemilihan desain penelitian itu. Dalam desain penelitian ini terdiri dari; rencana penelitian, pelaksanaan penelitian, penyusunan hasil penelitian (penyusunan data dan pengetikan data), metode penelitian berisi mengenai metode penelitian yang digunakan dalam penelitian tersebut dan uraian singkat mengenai pengertian dari metode penelitian itu, definisi operasional yang dirumuskan untuk setiap variabel harus melahirkan indikator-indikator dari setiap yang diteliti kemudian akan dijabarkan dalam instrumen penelitian, instrumen penelitian yang terdiri dari (lembar observasi, pedoman wawancara, dan studi dokumentasi), instrumen penilaian yang berisi tentang indikator-indikator penilaian yang dibutuhkan pada saat penelitian berlangsung untuk mendapatkan nilai yang pada akhirnya akan diolah pada bagian hasil penelitian, teknik pengumpulan data yang terdiri dari (observasi, wawancara, studi dokumentasi dan studi pustaka), analisis data yang berisi mengenai laporan secara rinci tahap-tahap analisis data, serta teknik yang dipakai dalam analisis itu. Penelitian ini merupakan bentuk penelitian kualitatif, analisis yang dipaparkan secara rinci berdasarkan tahap-tahap analisis yang dilakukan untuk data dari setiap teknik pengumpulan data sesuai dengan tema-tema utama penelitian. Data yang diperoleh dari setiap sumber data ini ditriangulasi, untuk meyakinkan bahwa semua data dari semua sumber mengarah pada kesimpulan yang sama.

Bagian yang selanjutnya yaitu BAB IV: Hasil penelitian dan pembahasan yang terdiri dari deskripsi hasil penelitian pendidikan karakter dalam pembelajaran seni tari pada siswa kelas IV di SDPN Setiabudhi Bandung ini pada setiap pertemuannya. Setelah dideskripsikan proses pendidikan karakter dalam pembelajaran seni tari pada setiap pertemuannya peneliti juga mengakumulasikan hasil dalam bentuk persetase diagram dari setiap indikator-indikatornya. Dalam hasil penelitian ini juga dijelaskan pula secara singkat mengenai profil sekolah SD Percobaan Negeri Setiabudi tersebut.

Bagian yang terakhir yaitu BAB V: Kesimpulan dan saran menyajikan penafsiran dan pemanaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian.


(18)

Kesimpulan ini juga merupakan jawaban daripada rumusan masalah. Seddangkan untuk saran atau rekomendasi yang ditulis setelah kesimpulan dapat ditunjukan kepada para pengguna hasil penelitian yang bersangkutan, kepada peneliti berikutnya yang berminat untuk melakukan penelitian yang selanjutnya.

Selanjutnya yaitu daftar pustaka yang memuat sumber tertulis (buku, artikel jurnal, dokumen resmi, atau sumber-sumber lain dari internet) yang pernah dikutip dan digunakan dalam penulisan karya ilmiah. Semua sumber tertulis atau tercetak yang tercantum dalam uraian harus dicantumkan dalam daftar pustaka. Setelah penulisan daftar pustaka juga ada lampiran-lampiran yang berisi tentang semua dokumen yang digunakan dalam penelitian dan penulisan hasil-hasilnya menjadi suatu karya ilmiah. Dalam lampiran ini bisa berupa surat-surat ataupun gambar-gambar yang dibutuhkan dalam hasil penelitian skripsi tersebut. Untuk yang selanjutnya yaitu riwayat hidup penulis yang beisi tentang biografi penulis secara singkat dan riwayat pendidikan penulis dari mulai taman kanak-kanak sampai dengan saat ini.


(19)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang dipilih dalam penelitian ini adalah di SDPN Setiabudhi Bandung yang beralamat di Jalan Sari Rasa blok 4 Kelurahan Sarijadi Kecamatan Sukasari Kota Bandung – Jawa Barat 40151. Dengan alasan pemilihan sekolah ini karena dengan pertimbangan bahwa pembelajaran seni tari di SDPN Setiabudhi Bandung ini lebih mengutamakan keterampilan menari secara peniruan dari tari bentuk saja tanpa memperhatikan proses kreatif siswa dalam membuat suatu karya seni khususnya seni tari dalam membuat suatu tarian baru yaitu tari kreasi. 2. Populasi Penelitian

Dalam kegiatan pengumpulan data yang akan dilakukan, akan selalu berhadapan dengan objek yang akan diteliti. Populasi merupakan seluruh objek yang diteliti sebagai dasar untuk menarik kesimpulan. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Sugiyono (2012:80) bahwa “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.

Dalam penelitian ini peneliti menjadikan seluruh siswa kelas VI di SDPN Setiabudhi Bandung sebagai populasi dalam penelitian, karena siswa kelas VI ini perlu diberikannya nilai-nilai pendidikan karakter yang positif sebagai pondasi awal peserta didik untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi yaitu Sekolah Menengah Pertama (SMP). Menurut pendapat di atas maka populasi dalam penelitian ini yaitu berjumlah 93 siswa dari siswa kelas VI A sampai dengan siswa kelas VI C yang terdiri dari 46 siswa laki-laki dan 47 siswa perempuan.


(20)

TABEL 3.1

Daftar Jumlah Siswa Kelas VI SDPN Setiabudhi Bandung

No Kelas L P Jumlah

1 VI – A 16 15 31

2 VI – B 12 17 29

3 VI – C 18 15 33

Jumlah 46 47 93

3. Sampel Penelitian

Menurut Sugiyono (2012:81) sampel adalah “bagian dari jumlah

dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi”. Sampel yang digunakan pada

penelitian ini yaitu simple random sampling karena pengambilan sampel dilakukan secara acak tanpa memperhatikan latar belakang dari siswa sehingga semua populasi mempunyai peluang untuk menjadi sampel. Sampel penelitian yang digunakan yaitu siswa kelas VI A yang berjumlah 31 orang yang diantaranya 16 orang siswa laki-laki dan 15 orang siswa perempuan. Alasan peneliti menetapkan kelas ini sebagai sempel dalam penelitian karena kelas ini kurang memiliki nilai-nilai budi pekerti. Rata-rata siswa kelas ini merupakan anak-anak yang kurang kreatif dalam membuat ide-ide baru terutama dalam pelajaran seni tari, kurang percaya diri dalam mengungkapkan ide gagasannya, kurang kerjasama dengan teman-teman sekelasnya, disipilin terhadap aturan sekolah kurang baik, tanggungjawab terhadap tugas yang diberikan oleh guru tidak terlalu dihiraukan dan sikap menghargai orang lainnya juga kurang baik. Nilai individual kelas ini cukup tinggi, sehingga kurang bersosialisasi dengan teman-teman sekelasnya ataupun dengan teman-teman lain yang bukan teman sekelasnya. Sehingga peneliti beranggapan bahwa perlu adanya tindak lanjut untuk memperbaiki nilai budi pekerti yang dimiliki siswa-siswa tersebut yang sebelumnya dan untuk menerapkan nilai-nilai budi pekerti kepada peserta didik untuk bekal di kehidupan yang selanjutnya,


(21)

karna siswa kelas VI ini akan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang selanjutnya sehingga nilai-nilai moral tersebut perlu diberikan kepada siswa dengan menggunakan pendidikan karakter.

B. Desain Penelitian

1. Rencana Penelitian

Pada tahap perencanaan penelitian tahapan yang dilakukan oleh peneliti yaitu dengan menghimpun informasi-informasi dari berbagai subyek melalui tekhnik pengumpulan data yang berupa observasi, wawancara, studi dokumentasi, dan studi pustaka yang telah dilakukan kurang lebih selama tiga bulan.

2. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SDPN Setiabudhi Bandung yang beralamat di Jalan Sari Rasa blok 4 Kelurahan Sarijadi Kecamatan Sukasari Kota Bandung – Jawa Barat 40151.

Tahap akhir pada penelitian ini adalah penulisan laporan, kegiatan penyusunan laporan ini tetap dibawah bimbingan dosen pembimbing I dan dosen pembimbing II untuk menilai, mengkoreksi dan memberikan saran serta masukan untuk kelayakan penelitian ini. Sehingga penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat luas. Penulis menuliskan laporan ini yang terdiri dari pendahuluan, kajian pustaka, metode penelitian, hasil penelitian dan pembahasan serta kesimpulan dan saran.

3. Penyusunan Hasil Penelitian

Dalam penyusunan laporan hasil penelitian ini meliputi beberapa proses kegiatan, diantaranya penyusunan data, dan pengetikan data.

a. Penyusunan Data

Penyusunan data dilakukan melalui tahap pengolahan data yang dihasilkan dalam penelitian di lapangan. Hal ini dilakukan agar penulisan laporan penelitian menjadi sistematis.


(22)

b. Pengetikan Data

Pengetikan data dilakukan setelah semua data yang diperoleh selama penelitian dilakukan tersusun secara sistematis melalui beberapa kali proses bimbingan.

C. Metode Penelitian

Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis. Melalui metode penelitian deskriptif analisis ini peneliti berusaha untuk memaparkan secara jelas berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan.

Menurut pernyataan Jamal Ma’mur (2011:40) bahwa “Penelitian deskriptif adalah

suatu metode penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa,

kejadian yang terjadi sekarang (pada saat penelitian dilaksanakan)”. Dengan

menggunakan metode penelitian deskriptif analisis ini peneliti berusaha untuk menjabarkan seluruh gejala atau peristiwa yang terjadi pada saat proses pelaksanaan pendidikan karakter dalam pembelajaran seni tari di lapangan untuk kemudian dipaparkan sebagaimana adanya untuk menjawab semua pertanyaan. Berkaitan dengan metode deskriptif analisis Winarno Surakhmad (1989:39) sebagai berikut:

Data yang diperoleh (berupa kata-kata, gambar, dan perilaku) tidak dituangkan dalam bentuk bilangan atau angka statistik, melainkan tetap dalam bentuk kualitatif yang memiliki arti lebih kaya dari sekedar angka atau frekuensi. Peneliti segera melakukan analisis data dengan memberi pemaparan gambaran mengenai situasi yang diteliti dalam bentuk uraian naratif. Hakekat pemaparan adalah seperti orang merajut, setiap bagian ditelaah satu demi satu, dengan menjawab pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana suatu fenomena itu terjadi dalam konteks lingkungannya. Objektivitas pemaparan harus dijaga sedemikian rupa agar subjek peneliti dalam membuat interpretasi dapat dihindari.

Metode penelitian deskriptif analisis yang digunakan dalam penelitian ini berupaya menjabarkan penelitian yang telah dilakukan dan hasil yang diperoleh dilakukan dengan pengolahan data secara kualitatif yang dinyatakan dalam kata-kata atau simbol. Metode ini dapat dideskripsikan yang dituangkan dalam bentuk kata-kata atau simbol untuk memperjelas serta menggambarkan keadaan yang


(23)

sebenarnya tentang pendidikan karakter dalam pembelajaran seni tari pada saat di lapangan atau pada saat penelitian dilakukan. Dengan menumbuhkan nilai-nilai budi pekerti kepada siswa agar siswa memiliki nilai-nilai budi pekerti tinggi. Khususnya untuk nilai kreatif siswa dalam menemukan, membuat dan menyusun gerakan-gerakan tari sehingga menghasilkan satu tarian baru yaitu tari kreasi. Teknik pengumpulan data yang digunakan pada metode deskriptif analisis ini yaitu dengan menggunakan tekhnik wawancara, observasi, studi dokumentasi dan studi pustaka. Hal ini dilakukan untuk penunjang dan untuk mempermudah pada saat penelitian dilakukan.

D. Definisi Operasional

Pendidikan karakter merupakan suatu cara untuk menanamkan hal-hal yang positif kepada siswa, terutama untuk mengubah sifat siswa dari yang awalnya tidak baik, bisa menjadi pribadi siswa ke arah yang lebih baik. Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut. Baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia yang memiliki budi pekerti yang baik. Dalam penelitian ini peneliti membatasi aspek pendidikan karakter yang akan dianalisis, yaitu aspek kreatif saja. Peneliti akan melihat sejauh mana kreatif siswa dalam menciptakan gerak-gerak tari dengan diberikannya rangsang awal. Siswa diberikan kebebasan untuk eksplorasi gerak berdasarkan dengan daya imajinasi siswa dan proses kreatif siswa dalam menemukan ide-ide baru.

Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan etos kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah. Menurut Muchlas Samani & Hariyanto (2012:45) sebagai berikut:


(24)

Pendidikan karakter adalah proses pemberian tuntunan kepada peserta didik untuk menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi hati, pikir, raga, serta rasa dan karsa. Pendidikan karakter pun bisa dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik, dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati.

Tujuan pendidikan karakter dalam setting sekolah menurut Dharma, Cepi & Johar (2012:9) yaitu (1) Menguatkan dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan yang dianggap penting dan perlu sehingga menjadikan kepribadian/kepemilikan peserta didik yang khas sebagaimana nilai-nilai yang dikembangkan, (2) Mengkoreksi perilaku peserta didik yang tidak bersesuaian dengan nilai-nilai yang dikembangkan oleh sekolah, (3) Membangun koneksi yang harmoni dengan keluarga dan masyarakat dalam memerankan tanggung jawab pendidikan karakter bersama.

Pembelajaran seni tari adalah suatu usaha pembelajaran dengan pembekalan pengetahuan dan pemahaman tentang berbagai teori dan konsep tari, serta keterampilan dalam menciptakan dan menyajikan tarian. Untuk menciptakan pembelajaran seni tari yang baik, atau paling tidak peserta didik menyukai pembelajaran tari ini maka aspek-aspek tari seperti wirasa, wiraga, dan wirahma harus disajikan secara optimal, sehingga rasa suka peserta didik terhadap pembelajaran seni tari ini dapat tercipta dengan baik. Untuk yang selanjutnya pengembangan dalam pembelajaran tari ini siswa sebaiknya diarahkan agar peserta didik tidak hanya tahu aspek-aspek tari ini secara teorinya saja, tetapi peserta didik ini juga harus tahu semua aspek dalam pembelajaran seni tari seperti aspek-aspek pengembangan gerak, aspek pengenaan busana tari, dan aspek pembelajaran untuk pertunjukan dalam tari yang dijadikan wahana untuk mengaktualisasikan serta mengekspresikan diri.

Karakteristik siswa Sekolah Dasar kelas VI yaitu anak yang memiliki karakteristik yang berbeda dengan anak-anak yang usianya lebih muda. Ia senang bermain, senang bergerak, senang bekerja dalam kelompok, dan senang merasakan atau melakukan sesuatu kegiatan secara langsung. Ini suatu faktor yang menimbulkan adanya perbedaan individual pada anak-anak sekolah dasar


(25)

walaupun mereka dalam usia yang sama. Setiap individu siswa mempunyai karakter yang berbeda-beda. Dalam hal ini guru sangat berperan penting untuk memahami karakter masing-masing peserta didik, sifat dari setiap masing-masing individunya yang berbeda-beda. Tidak semua anak dapat menangkap secara cepat pembelajaran yang diberikan oleh guru, ada juga siswa yang lambat dalam menerima pembelajaran tersebut. Itu salah satu masalah yang harus dihadapi oleh seorang guru. Anak-anak masa sekolah dasar ini mengembangkan rasa percaya dirinya terhadap kemampuan dan pencapaian yang baik dan relevan. Meskipun anak-anak membutuhkan keseimbangan antara perasaan dan kemampuan dengan kenyataan yang dapat mereka raih, namun perasaan akan kegagalan atau ketidakcakapan dapat memaksa mereka berperasaan negatif terhadap dirinya sendiri, sehingga menghambat mereka dalam proses pembelajaran.

Dari definisi operasional di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter dalam pembelajaran seni tari merupakan suatu usaha agar membentuk pribadi peserta didik ke arah yang lebih baik yang akhirnya akan membentuk pribadi anak yang kreatif. Serta membentuk mental dan spiritual dengan kepercayaan diri. Dan diharapkan siswa mempunyai rasa bangga terhadap keragaman budaya-budaya yang ada di Indonesia khususnya budaya lokal. Pendidikan karakter dalam pembelajaran seni tari ini juga merupakan suatu usaha untuk menumbuhkan nilai-nilai moral kepada peserta didik seperti tanggung jawab dalam proses pembelajaran seni tari, parcaya diri saat menuangkan ide-ide gagasannya dan berani tampil di depan orang banyak, disiplin terhadap cara berpakaian dalam proses pembelajaran seni tari, kerjasama siswa dengan teman-temannya dalam membuat suatu karya tari, sikap menghargai orang lain baik itu terhadap guru ataupun terhadap teman-temannya, kreatif dalam membuat gerak-gerak tari, kreatif dalam menemukan ide-ide baru, kreatif dalam membuat pola lantai dalam tariannya, kreatif dalam menggabungkan tariannya dengan musik iringan dan kreatif dalam membuat sebuah karya seni khususnya karya seni tari. Guru sebagai fasilitator untuk mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki oleh peserta didik. Guru memberikan kebebasan kepada siswa untuk bergerak, mengungkapkan ide-ide baru, dan guru memberikan kebebasan kepada siswa


(26)

untuk berekspresi sehingga menghasilkan suatu produk dari proses pembelajaran yang kreatif.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri (manusia sebagai instrumen). Seperti yang diungkapkan oleh Sugiyono (2012:8) bahwa

“dalam penelitian kualitatif instrumennya adalah orang atau human instrument,

yaitu peneliti itu sendiri”. Untuk dapat menjadi instrumen, maka peneliti harus mempunyai bekal teori dan wawasan yang luas untuk meneliti suatu gejala atau kejadian yang terjadi di lapangan. Peneliti sebagai instrumen melakukan beberapa kegiatan, diantaranya sebagai berikut.

a. Lembar Observasi

Lembar observasi ini disusun untuk mengetahui data-data apa yang akan dicari dan diteliti. Dalam hal ini pedoman yang dicari berupa data-data sekolah yang meliputi keadaan sekolah, keadaan proses belajar mengajar mata pelajaran seni tari melalui pendidikan karakter di kelas VI dan keadaan siswa kelas VI di SDPN Setiabudhi Bandung.

b. Pedoman Wawancara

Wawancara merupakan salah satu instrumen penelitian yang dilakukan tanya jawab secara langsung dengan narasumber untuk memperoleh data lisan yang mendukung dalam penelitian. Pada penelitian ini wawancara dilakukan kepada siswa dan guru. Pertanyaan wawancara mengenai bagaimana proses pembelajaran seni tari yang diterapkan kepada siswa kelas VI dan karakteristik siswa di SDPN Setiabudhi Bandung. Hal ini berguna untuk mengetahui proses pembelajaran seni tari di sekolah tersebut dan untuk mengetahui keadaan siswa dengan karakteristik setiap masing-masing siswa dengan mengadakan dialog, tanya jawab antara peneliti dengan responden secara sungguh-sungguh atau juga untuk mengetahui sejauh mana perkembangan pendidikan dan pembelajaran seni tari di sekolah tersebut guna untuk mencari data yang valid.


(27)

c. Studi Dokumentasi

Dokumentasi dengan menggunakan pedoman pengumpulan data yang memuat garis-garis besar terhadap data yang akan dicari. Studi dokumentasi ini disusun untuk mengamati tentang pendokumentasian ketika guru sedang melakukan proses pendidikan karakter dalam pembelajaran seni tari dan untuk pendokumentasian ketika siswa sedang dilakukan oleh guru dan respon siswa tersebut.

F. Instrumen Penilaian

Dalam penelitian ini istrumen penilaian berguna untuk menjadi tolak ukur dari ketercapaian materi yang telah disampaikan. Pada setiap penilaian disusun beberapa indikator yang nantinya akan diberikan pengukuran ketercapaian siswa dengan kata-kata sebagai berikut :

A = Sangat Baik = 90-100

B = Baik = 80-90

C = Cukup = 70-80

D = Kurang Dari Cukup = 60-70 Skala Penilian:

A = Siswa akan mendapatkan nilai ini apabila siswa tersebut sangat mampu untuk mengeluarkan ide gagasannya secara kreatif dari hasil pengamatannya melalui media gambar, siswa sangat mampu menciptakan gerakan-gerakan dari kegiatan petani yang ada pada gambar secara kreatif, siswa sangat mampu menyusun gerakan-gerakan yang telah dibuatnya secara kreatif dan sangat mampu untuk mengembangkannya, siswa sangat mampu menari dengan menyesuaikan irama musik (lagu tokecang) dengan kreatif, siswa sangat mampu membuat pola lantai dengan kreatif, dan siswa sangat mampu menyajikan tarannya di depan kelas secara berkelompok.

B = Siswa akan mendapatkan nilai ini apabila siswa tersebut mampu untuk mengeluarkan ide gagasannya secara kreatif dari hasil


(28)

pengamatannya melalui media gambar, siswa mampu menciptakan gerakan-gerakan dari kegiatan petani yang ada pada gambar secara kreatif, siswa mampu menyusun gerakan-gerakan yang telah dibuatnya secara kreatif dan mampu untuk mengembangkannya, siswa mampu menari dengan menyesuaikan irama musik (lagu tokecang) dengan kreatif, siswa mampu membuat pola lantai dengan kreatif, dan siswa mampu menyajikan tarannya di depan kelas secara berkelompok.

C = Siswa akan mendapatkan nilai ini apabila siswa tersebut cukup mampu untuk mengeluarkan ide gagasannya secara kreatif dari hasil pengamatannya melalui media gambar, siswa cukup mampu menciptakan gerakan-gerakan dari kegiatan petani yang ada pada gambar secara kreatif, siswa cukup mampu menyusun gerakan-gerakan yang telah dibuatnya secara kreatif dan cukup mampu untuk mengembangkannya, siswa cukup mampu menari dengan menyesuaikan irama musik (lagu tokecang) dengan kreatif, siswa cukup mampu membuat pola lantai dengan kreatif, dan siswa cukup mampu menyajikan tarannya di depan kelas secara berkelompok.

D = Siswa akan mendapatkan nilai ini apabila siswa tersebut kurang mampu untuk mengeluarkan ide gagasannya secara kreatif dari hasil pengamatannya melalui media gambar, siswa kurang mampu menciptakan gerakan-gerakan dari kegiatan petani yang ada pada gambar secara kreatif, siswa kurang mampu menyusun gerakan-gerakan yang telah dibuatnya secara kreatif dan kurang mampu untuk mengembangkannya, siswa kurang mampu menari dengan menyesuaikan irama musik (lagu tokecang) dengan kreatif, siswa kurang mampu membuat pola lantai dengan kreatif, dan siswa kurang mampu menyajikan tarannya di depan kelas secara berkelompok.


(29)

Dalam penelitian ini karena peneliti hanya akan meneliti satu aspek dari nilai-nilai pendidikan karakter yaitu nilai kreatif, maka dari itu peneliti melihat dari hasil kreatif siswa dalam menciptakan gerakan-gerakan tari dari hasil pengamatannya melalui media gambar, kreatif siswa dalam menggabungkan gerakan-gerakan tari, kreatif siswa dalam membuat pola lantai dalam tariannya, kreatif siswa dalam menggabungkan tariannya dengan musik iringan tari dan kreatif siswa dalam menyusun gerakan-gerakan tersebut sehingga menjadi suatu tarian kreasi. Penilaian tersebut yaitu sebagai berikut :

TABEL 3.2

INDIKATOR PENILAIAN PENDIDIKAN KARAKTER (ASPEK KREATIF) DALAM PEMBELAJARAN SENI TARI PADA SISWA KELAS

VI DI SDPN SETIABUDHI BANDUNG

No Nilai Indikator Keterangan

1. A

(Baik Sekali)

 Siswa sangat mampu untuk mengeluarkan ide gagasannya secara kreatif dari hasil pengamatannya melalui media gambar.

 Siswa sangat mampu menciptakan gerakan-gerakan dari kegiatan petani dalam gambar secara kreatif.

 Siswa sangat mampu menyusun gerakan-gerakan yang telah dibuatnya secara kreatif dan sangat mampu mengembangkannya.

 Siswa sangat mampu menari dengan menyesuaikan irama musik (lagu tokecang) dengan

 Individu

 Kelompok

 Kelompok


(30)

kreatif.

 Siswa sangat mampu membuat pola lantai dengan kreatif.

 Siswa sangat mampu menyajikan hasil tariannya di depan kelas secara berkelompok.

 Kelompok

 Kelompok

2. B

(Baik)

 Siswa mampu untuk mengeluarkan ide gagasannya secara kreatif dari hasil pengamatannya melalui media gambar.

 Siswa mampu menciptakan gerakan-gerakan dari kegiatan petani dalam gambar secara kreatif.

 Siswa mampu menyusun gerakan-gerakan yeng telah dibuatnya secara kreatif dan mampu mengembangkannya.

 Siswa mampu menari dengan menyesuaikan irama musik (lagu tokecang) dengan kreatif.

 Siswa mampu membuat pola lantai dengan kreatif.

 Siswa mampu menyajikan hasil tariannya di depan kelas secara berkelompok.

 Individu

 Kelompok

 Kelompok

 Kelompok

 Kelompok


(31)

3. C (Cukup)

 Siswa cukup mampu untuk mengeluarkan ide gagasannya secara kreatif dari hasil pengamatannya melalui media gambar.

 Siswa cukup mampu menciptakan gerakan-gerakan dari kegiatan petani dalam gambar secara kreatif.

 Siswa cukup mampu

menyusun gerakan-gerakan yeng telah dibuatnya secara kreatif dan cukup mampu mengembangkannya.

 Siswa cukup mampu menari dengan menyesuaikan irama musik (lagu tokecang) dengan kreatif.

 Siswa cukup mampu membuat pola lantai dengan kreatif.

 Siswa cukup mampu menyajikan hasil tariannya di depan kelas secara berkelompok.

 Individu

 Kelompok

 Kelompok

 Kelompok

 Kelompok

 Kelompok

4. D

(Kurang Dari Cukup)

 Siswa kurang mampu untuk mengeluarkan ide gagasannya secara kreatif dari hasil pengamatannya melalui media gambar.


(32)

 Siswa kurang mampu menciptakan gerakan-gerakan dari kegiatan petani dalam gambar secara kreatif.

 Siswa kurang mampu menyusun gerakan-gerakan yeng telah dibuatnya secara kreatif dan kurang mampu mengembangkannya.

 Siswa kurang mampu menari dengan menyesuaikan irama musik (lagu tokecang) dengan kreatif.

 Siswa kurang mampu membuat pola lantai dengan kreatif.

 Siswa kurang mampu menyajikan hasil tariannya di depan kelas secara berkelompok.

 Kelompok

 Kelompok

 Kelompok

 Kelompok

 Kelompok

Menurut penjelasan indikator penilaian dalam penelitian ini fokus nilai pendidikan karakter yang akan diteliti oleh peneliti yaitu nilai pendidikan karakter kreatif. Dimana peneliti melihat proses kreatif siswa dalam mengikuti pembelajaran seni tari untuk mengeksplorasi, menciptakan, menyusun gerakan-gerakan petani dari hasil pengamatannya melalui media gambar yang telah diberikan oleh guru, menggabungkan tiap-tiap gerakan, menggabungkan gerakan dengan musik, membuat pola lantai dengan kreatif dan siswa mampu menyajikan tariannya tersebut di depan kelas secara berkelompok.


(33)

G. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi

Observasi merupakan teknik pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Pengamatan dan pencatatan yang dilakukan terhadap objek di tempat kejadian atau berlangsungnya peristiwa, sehingga observasi berada bersama objek yang diselidiki. Pengamatan yang dilakukan yaitu mengenai proses daripada penerapan pendidikan karakter melalui pembelajaran seni tari yang dilakukan selama proses mengajar. Observasi ini dilakukan untuk mengungkapkan dan mendeskripsikan hasil penelitian untuk mengumpulkan data-data yang bersifat prilaku siswa di kelas dan di sekolah pada saat melakukan proses pembelajaran.

Langkah awal dalam mengumpulkan data yaitu dengan cara observasi. Kegiatan observasi ini juga dilakukan pada saat sebelum dilaksanakannya penelitian, untuk mengetahui berbagai hal yang berkenaan dengan situasi dan kebutuhan pada saat di lapangan, agar proses penelitian berjalan dengan lancar. Observasi yang dilakukan dalam kegiatan penelitian ini yaitu selama proses pembelajaran berlangsung sampai dengan mencapai hasil yang diinginkan melalui pengamatan terhadap aktivitas siswa dalam kegiatan proses pembelajaran seni tari pada siswa kelas VI SDPN Setiabudhi Bandung.

2. Wawancara

Wawancara yaitu teknik pengumpulan data yang digunakan untuk mendapatkan informasi ataupun menggali data. Hal ini dilakukan secara mendalam untuk mendapatkan data yang detail dan valid. Dalam tekhnik pengumpulan data ini peneliti menggunakan tekhnik wawancara secara terstruktur. Wawancara terstruktur merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti kepada narasumbernya dimana pertanyaan-pertanyaan wawancara sudah disiapkan terlebih dahulu sebelum wawancara dilaksanakan.


(34)

Dalam kegiatan wawancara ini peneliti memili beberapa narasumber, diantaranya:

a. Wawancara dalam penelitian ini dilakukan kepada guru mata pelajaran seni budaya untuk mendapatkan informasi mengenai kurikulum yang ada di sekolah tersebut, informasi mengenai bagaimana proses pembelajaran seni tari yang sebelumnya dan untuk mendapatkan informasi mengenai sifat dan karakter dari setiap masing-masing siswa yang akan diteliti.

b. Wawancara terhadap siswa untuk mengetahui sejauh mana siswa mengetahui tentang seni tari serta untuk mendapatkan informasi mengenai proses pembelajaran seni tari sebelum diterapkannya pendidikan karakter ataupun sesudah diterapkannya pendidikan karakter.

Dari kedua narasumber ini akhirnya akan ditarik kesimpulannya yang akan menjadi data dalam penelitian ini. Teknik wawancara digunakan untuk menggali dan memperoleh data atau informasi yang lebih mendalam dan relevan dengan masalah yang akan diteliti. Adapun tujuan daripada pelaksanaan wawancara terhadap guru seni budaya dan siswa adalah untuk mendapatkan informasi yang benar-benar akurat, berhubung mereka merupakan subjek dan objek utama dalam penelitian ini yang melaksanakan proses belajar mengajar langsung di lapangan.

3. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi yaitu salah satu cara untuk mengkaji data-data yang sudah ada berupa arsip mengenai keadaan sekolah dan siswa tersebut, kegiatan apa saja yang telah dilakukan siswa dalam pembelajaran seni tari, hasil-hasil apa saja yang telah diperoleh oleh sekolah tersebut yang dapat berupa piagam, sertifikat, dan piala dalam kegiatan seni tari. Dalam langkah teknik pengumpulan data, studi dokumentasi memiliki peran yang cukup penting dalam penelitian, karna sebuah data tertulis yang berupa data siswa yang sudah ada tidak akan lengkap dengan adanya data atau hanya dalam gambar saja. Studi dokumentasi ini juga bermanfaat untuk peneliti dimana


(35)

peneliti bisa mempelajari ulang dari hasil yang telah direkam, melalui kamera foto atau dengan audio visual. Peneliti bisa mengamati langsung bagaimana proses kegiatan pendidikan karakter dalam pembelajaran seni tari yang dilakukan oleh siswa kelas VI A di SDPN Setiabudhi Bandung yang berjumlah 31 orang diantaranya 16 orang siswa laki-laki dan 15 orang siswa perempuan.

4. Studi Pustaka

Studi pustaka yaitu pengumpulan data-data melalui buku-buku yang berhubungan dengan objek penelitian untuk dijadikan sumber dan landasan dalam memecahkan masalah yang diajukan. Studi pustaka yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari berbagai sumber yang relevan sesuai dengan kebutuhan penelitian. Adapun sumber yang mendukung dalam penelitian ini yaitu, Kesuma dkk 2012 “Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik di

Sekolah”, Mulyasa 2012 “Manajemen Pendidikan Karakter”, Samani,

Muchlas dan Hariyanto 2012 “Konsep dan Model Pendidikan Karakter”, Desmita 2009 “Psikologi Perkembangan Peserta Didik”, serta sumber-sumber yang mendukung lainnya.

H. Analisis Data

Data analisis secara kualitatif yang dinyatakan dengan kata-kata atau simbol, data diperoleh dari berbagai sumber, dengan menggunakan tekhnik pengumpulan data yang bermacam-macam dan dilakukan secara terus-menerus sampai data terpenuhi dengan pengamatan yang dilakukan secara terus-menerus.

Analisis data kualitatif bersifat induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan pola hubungan tertentu atau menjadi hipotesis. Tekhnik analisis data yang digunakan oleh peneliti bersifat triangulasi, seperti yang dikatakan oleh Sugiyono (2012:241) triangulasi yaitu ”teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada”. Triangulasi tekhnik, berarti peneliti menggunakan tekhnik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Peneliti menggunakan observasi


(36)

partisipatif, wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak. Triangulasi sumber berarti, untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan tekhnik yang sama.

Pada metode triangulasi ini dapat diperoleh dengan berbagai cara, diantaranya:

1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara. 2. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai

pendapat dan pandangan orang.

3. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.

Teknik analisis data yang akan menempuh tahap pelaksanaan sebagai berikut:

a. Semua data yang sudah terkumpul akan diolah dan diteliti dengan mengemukakan hal-hal pokok tentang proses pembelajaran seni tari berbasis pendidikan karakter pada siswa kelas VI A di SDPN Setiabudhi Bandung.

Triangulasi

Observasi

Wawancara

Studi Dokumentasi

Jawaban Hasil Penelitian


(37)

b. Membuat rangkuman temuan-temuan penelitian dalam suasana yang sistematis, sehingga gaya belajar siswa di SDPN Setiabudhi dalam pembelajaran seni tari dapat tergambar.

c. Mendeskripsikan hasil penelitian yang sudah menjalani proses pengolahan dan sudah dapat ditarik kesimpulan dan dituangkan dalam bentuk tulisan berupa deskripsi dan kata-kata.

d. Masalah fokus penelitian, prosedur penelitian, bahkan hasil yang diharapkan, hal itu semuanya tidak ditentukan dengan pasti dan belum jelas sebelumnya, sehingga segala sesuatunya masih perlu dikembangkan sepanjang proses penelitian berlangsung. Dalam keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas ini, tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai satu-satunya alat yang dapat mencapai segala sesuatunya secara maksimal.

Oleh karna itu, peneliti sebagai instrumen juga harus “divalidasi” seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian yang selanjutnya terjun ke lapangan. Validasi terhadap penelitian sebagai instrumen meliputi validasi terhadap pemahaman metode kualitatif, penguasaan wawasan terhadap bidang yang akan diteliti. Kesiapan peneliti untuk memasuki objek penelitian baik secara akademik maupun secara logistiknya. Walaupun pada hakekatnya manusia bersifat subjektif, namun manusia sebagi instrumen dapat menghasilkan data yang realibilitasnya hampir sama dengan data yang dihasilkan oleh instrumen yang dibuat secara obyektif, karna manusia sebagai instrumen dalam penelitian kualitatif adalah manusia yang dapat merasakan dan merespon, manusia mempunyai karakter yang fleksibel sehingga dapat berfungsi multi purpose (mempunyai tujuan yang banyak dan bervariatif) dengan mengumpulkan informasi secara serempak.


(38)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan perolehan data dari penelitian ini yaitu melalui pendidikan karakter dalam pembelajaran seni tari pada siswa kelas VI A di SDPN Setiabudhi Kota Bandung ini merupakan salah satu cara untuk menumbuhkan nilai-nilai moral yang positif kepada siswa. Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan yang sebelumnya, yaitu sebagai berikut :

1. Pendidikan karakter dalam pembelajaran seni tari dapat membangun kepribadian peserta didik, meningkatkan budi pekertinya, dan memberikan arahan-arahan/pengetahuan tentang pentingnya peserta didik untuk memiliki nilai karakter yang positif sebagai pondasi awal untuk melanjutkan pendidikan ke yang lebih tinggi.

2. Dalam pembelajaran seni tari ini siswa diberikan kebebasan untuk berekspresi dan bereksplorasi gerak dengan diberikannya rangsangan awal yaitu melalui media gambar.

3. Melalui pembelajaran seni tari dapat menumbuhkan karakter siswa yang kreatif dalam membuat suatu karya tari yang baru yaitu tari kreasi. Kreatif siswa dalam menciptakan gerak-gerak tari, siswa kreatif dalam menyusun gerakan tari, siswa kreatif dalam membuat pola lantai dalam tarian dan kreatif siswa dalam menggabungkan gerakan dengan musik iringan.

4. Menumbuhkan nilai moral kepada siswa yang percaya diri untuk tampil di hadapan umum, tanggungjawab atas apa yang seharusnya dikerjakan oleh siswa tersebut, disiplin dalam mengikuti pembelajaran seni tari, sikap menghargai orang lain dan menumbuhkan kerjasama siswa dalam kelompok untuk membuat suatu karya tari kreasi.

5. Siswa merasa senang dan nyaman dengan pembelajaran tari seperti ini, tidak dengan pembelajaran peniruan tari bentuk. Dengan menggunakan


(39)

media yang digunakan siswa menjadi lebih semangat dan aktif di dalam kelas ketika mengikuti pembelajaran seni tari.

B. Saran

Adapun yang dapat dijadikan bahan saran dalam memperbaiki proses pembelajaran seni tari di SDPN Setiabudhi Kota Bandung, antara lain:

1. Guru Seni

Materi pembelajaran seni tari untuk bisa dikembangkan lagi agar siswa tidak merasa jenuh dengan proses pembelajaran hanya dari peniruan tari bentuk saja dan media pembelajaran yang harus dikembangkan lagi agar siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran.

2. Peneliti

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan dapat dijadikan pengalaman berharga serta dapat menjadi bahan yang bermanfaat bagi khalayak umum.

3. Lembaga UPI

Semoga skripsi ini dapat menambah pembendaharaan di perpustakaan UPI khususnya di Fakultas Pendidikan Bahasa Dan Seni (FPBS) Jurusan Pendidikan Seni Tari.


(40)

DAFTAR PUSTAKA

Amri Sofan, Ahmad Jauhari, dan Tatik Elisah. 2011. Implementasi Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran. Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya.

Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Dharma Kesuma, Cepi Triatna, dan Johar Permana. 2012. Pendidikan Karakter (Kajian Teori dan Praktik di Sekolah). Bandung: PT.Remaja Rosdakarya. Kesuma, Dharma , Cepi Triatna dan Johar Permana. 2012. Pendidikan

Karakter Kajian Teori dan Praktik di Sekolah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Mahfud, Choirul. 2006. Pendidikan Multikultural. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ma’mur, Jamal. 2011. Tuntunan Lengkap Metodologi Praktis Penelitian Pendidikan. Banguntapan Jogjakarta: DIVA Press (Anggota IKAPI). Masunah, Juju. 2011. Bahan Ajar Mata Kuliah Tari Pendidikan. Bandung:

PRES UPI.

Masunah Juju, Narawati Tati. 2003. Seni dan Pendidikan Seni. Bandung: P4ST UPI.

Mulyasa. 2012. Manajemen Pendidikan Karakter. Jakarta: PT Bumi Aksara. Munandar, Utami. 2009. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta:

PT Rineka Cipta.

Samani, Muchlas dan Hariyanto. 2012. Konsep dan Model Pendidikan Karakter. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Surakhmad, Winarno. 1986. Pengantar Interaksi Mengajar-Belajar Dasar Dan Teknik Metodologi Pengajaran. Bandung: Tarsito.

Zuriah, Nurul. 2008. Pendidikan Moral & Budi Pekerti Dalam Perspektif Perubahan. Jakarta: PT Bumi Aksara.


(1)

48

Gessy Garcenia, 2013

Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran Seni Tari Pada Siswa Kelas VI SDPN Setiabudhi Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

peneliti bisa mempelajari ulang dari hasil yang telah direkam, melalui kamera foto atau dengan audio visual. Peneliti bisa mengamati langsung bagaimana proses kegiatan pendidikan karakter dalam pembelajaran seni tari yang dilakukan oleh siswa kelas VI A di SDPN Setiabudhi Bandung yang berjumlah 31 orang diantaranya 16 orang siswa laki-laki dan 15 orang siswa perempuan.

4. Studi Pustaka

Studi pustaka yaitu pengumpulan data-data melalui buku-buku yang berhubungan dengan objek penelitian untuk dijadikan sumber dan landasan dalam memecahkan masalah yang diajukan. Studi pustaka yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari berbagai sumber yang relevan sesuai dengan kebutuhan penelitian. Adapun sumber yang mendukung dalam penelitian ini yaitu, Kesuma dkk 2012 “Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik di Sekolah”, Mulyasa 2012 “Manajemen Pendidikan Karakter”, Samani, Muchlas dan Hariyanto 2012 “Konsep dan Model Pendidikan Karakter”, Desmita 2009 “Psikologi Perkembangan Peserta Didik”, serta sumber-sumber yang mendukung lainnya.

H. Analisis Data

Data analisis secara kualitatif yang dinyatakan dengan kata-kata atau simbol, data diperoleh dari berbagai sumber, dengan menggunakan tekhnik pengumpulan data yang bermacam-macam dan dilakukan secara terus-menerus sampai data terpenuhi dengan pengamatan yang dilakukan secara terus-menerus.

Analisis data kualitatif bersifat induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan pola hubungan tertentu atau menjadi hipotesis. Tekhnik analisis data yang digunakan oleh peneliti bersifat triangulasi, seperti yang dikatakan oleh Sugiyono (2012:241) triangulasi yaitu ”teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada”. Triangulasi tekhnik, berarti peneliti menggunakan tekhnik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Peneliti menggunakan observasi


(2)

partisipatif, wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak. Triangulasi sumber berarti, untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan tekhnik yang sama.

Pada metode triangulasi ini dapat diperoleh dengan berbagai cara, diantaranya:

1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara. 2. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai

pendapat dan pandangan orang.

3. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.

Teknik analisis data yang akan menempuh tahap pelaksanaan sebagai berikut:

Triangulasi

Observasi Wawancara Studi Dokumentasi

Jawaban Hasil Penelitian


(3)

50

Gessy Garcenia, 2013

Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran Seni Tari Pada Siswa Kelas VI SDPN Setiabudhi Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

b. Membuat rangkuman temuan-temuan penelitian dalam suasana yang sistematis, sehingga gaya belajar siswa di SDPN Setiabudhi dalam pembelajaran seni tari dapat tergambar.

c. Mendeskripsikan hasil penelitian yang sudah menjalani proses pengolahan dan sudah dapat ditarik kesimpulan dan dituangkan dalam bentuk tulisan berupa deskripsi dan kata-kata.

d. Masalah fokus penelitian, prosedur penelitian, bahkan hasil yang diharapkan, hal itu semuanya tidak ditentukan dengan pasti dan belum jelas sebelumnya, sehingga segala sesuatunya masih perlu dikembangkan sepanjang proses penelitian berlangsung. Dalam keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas ini, tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai satu-satunya alat yang dapat mencapai segala sesuatunya secara maksimal.

Oleh karna itu, peneliti sebagai instrumen juga harus “divalidasi” seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian yang selanjutnya terjun ke lapangan. Validasi terhadap penelitian sebagai instrumen meliputi validasi terhadap pemahaman metode kualitatif, penguasaan wawasan terhadap bidang yang akan diteliti. Kesiapan peneliti untuk memasuki objek penelitian baik secara akademik maupun secara logistiknya. Walaupun pada hakekatnya manusia bersifat subjektif, namun manusia sebagi instrumen dapat menghasilkan data yang realibilitasnya hampir sama dengan data yang dihasilkan oleh instrumen yang dibuat secara obyektif, karna manusia sebagai instrumen dalam penelitian kualitatif adalah manusia yang dapat merasakan dan merespon, manusia mempunyai karakter yang fleksibel sehingga dapat berfungsi multi purpose (mempunyai tujuan yang banyak dan bervariatif) dengan mengumpulkan informasi secara serempak.


(4)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan perolehan data dari penelitian ini yaitu melalui pendidikan karakter dalam pembelajaran seni tari pada siswa kelas VI A di SDPN Setiabudhi Kota Bandung ini merupakan salah satu cara untuk menumbuhkan nilai-nilai moral yang positif kepada siswa. Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan yang sebelumnya, yaitu sebagai berikut :

1. Pendidikan karakter dalam pembelajaran seni tari dapat membangun kepribadian peserta didik, meningkatkan budi pekertinya, dan memberikan arahan-arahan/pengetahuan tentang pentingnya peserta didik untuk memiliki nilai karakter yang positif sebagai pondasi awal untuk melanjutkan pendidikan ke yang lebih tinggi.

2. Dalam pembelajaran seni tari ini siswa diberikan kebebasan untuk berekspresi dan bereksplorasi gerak dengan diberikannya rangsangan awal yaitu melalui media gambar.

3. Melalui pembelajaran seni tari dapat menumbuhkan karakter siswa yang kreatif dalam membuat suatu karya tari yang baru yaitu tari kreasi. Kreatif siswa dalam menciptakan gerak-gerak tari, siswa kreatif dalam menyusun gerakan tari, siswa kreatif dalam membuat pola lantai dalam tarian dan kreatif siswa dalam menggabungkan gerakan dengan musik iringan.

4. Menumbuhkan nilai moral kepada siswa yang percaya diri untuk tampil di hadapan umum, tanggungjawab atas apa yang seharusnya dikerjakan oleh


(5)

116

Gessy Garcenia, 2013

Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran Seni Tari Pada Siswa Kelas VI SDPN Setiabudhi Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

media yang digunakan siswa menjadi lebih semangat dan aktif di dalam kelas ketika mengikuti pembelajaran seni tari.

B. Saran

Adapun yang dapat dijadikan bahan saran dalam memperbaiki proses pembelajaran seni tari di SDPN Setiabudhi Kota Bandung, antara lain:

1. Guru Seni

Materi pembelajaran seni tari untuk bisa dikembangkan lagi agar siswa tidak merasa jenuh dengan proses pembelajaran hanya dari peniruan tari bentuk saja dan media pembelajaran yang harus dikembangkan lagi agar siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran.

2. Peneliti

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan dapat dijadikan pengalaman berharga serta dapat menjadi bahan yang bermanfaat bagi khalayak umum.

3. Lembaga UPI

Semoga skripsi ini dapat menambah pembendaharaan di perpustakaan UPI khususnya di Fakultas Pendidikan Bahasa Dan Seni (FPBS) Jurusan Pendidikan Seni Tari.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Amri Sofan, Ahmad Jauhari, dan Tatik Elisah. 2011. Implementasi Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran. Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya.

Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Dharma Kesuma, Cepi Triatna, dan Johar Permana. 2012. Pendidikan Karakter (Kajian Teori dan Praktik di Sekolah). Bandung: PT.Remaja Rosdakarya. Kesuma, Dharma , Cepi Triatna dan Johar Permana. 2012. Pendidikan

Karakter Kajian Teori dan Praktik di Sekolah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Mahfud, Choirul. 2006. Pendidikan Multikultural. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ma’mur, Jamal. 2011. Tuntunan Lengkap Metodologi Praktis Penelitian

Pendidikan. Banguntapan Jogjakarta: DIVA Press (Anggota IKAPI). Masunah, Juju. 2011. Bahan Ajar Mata Kuliah Tari Pendidikan. Bandung:

PRES UPI.

Masunah Juju, Narawati Tati. 2003. Seni dan Pendidikan Seni. Bandung: P4ST UPI.

Mulyasa. 2012. Manajemen Pendidikan Karakter. Jakarta: PT Bumi Aksara. Munandar, Utami. 2009. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta:

PT Rineka Cipta.

Samani, Muchlas dan Hariyanto. 2012. Konsep dan Model Pendidikan Karakter. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.