HUBUNGAN INTENSITAS MEMBACA DENGAN KEMAMPUAN MEMAHAMI TEKS BAHASA JERMAN SISWA SMAN 23 BANDUNG.

(1)

vi DAFTAR ISI

ABSTRAK... i

ABSTRAKT... ii

KATA PENGANTAR... iii

UCAPAN TERIMA KASIH... iv

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR LAMPIRAN... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Identifikasi Masalah... 5

1.3 Batasan Masalah... 5

1.4 Rumusan Masalah ... 6

1.5 Tujuan Penelitian... 6

1.6 Manfaat Penelitian... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Intensitas Membaca... 8

2.2 Hakikat Intensitas Membaca... 9

2.3 Pengertian Membaca... 11


(2)

vii

2.5 Tujuan Membaca... 17

2.6 Pengertian Kemampuan Memahami Teks………. 21

2.7 Faktor-faktor Memahami Teks... 22

2.8 Kerangka Berpikir……….. 26

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian... 27

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian... 27

3.3 Variabel Penelitian... 28

3.4 Populasi dan Sampel... 28

3.5 Instrumen Penelitian... 29

3.6 Teknik Analisis Data... 29

3.7 Hipotesis Statistik... 30

BAB IV DESKRIPI DATA, ANALISIS, PENGUJIAN HIPOTESIS,DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Data……….. 31

4.1.1 Data Intensitas Membaca………. 31

4.1.2 Data Kemampuan Memahami Teks………. 31

4.2 Uji Persyaratan Analisis………... 31

4.2.1 Uji Validitas……….. 32

4.2.2 Uji Reliabilitas……….. 33


(3)

4.2.4 Uji Kelinearan dan Keberartian Regresi……….. 34

4.3 Pengujian Hipotesis... 36

4.3.1 Perhitungan Korelasi... 36

4.3.2 Perhitungan Diterminasi………... 37

4.4 Pembahasan Hasil Penelitian……… 38

BAB V Kesimpulan Dan Saran 5.1 Kesimpulan... 40

5.2 Saran... 41

Daftar Pustaka………. 42 Lampiran-lampiran


(4)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam pendidikan bahasa ada empat keterampilan berbahasa yang harus dibina dan dikembangkan, yaitu menyimak (Hőren), berbicara (Sprechen),

membaca (Lesen), dan menulis (Schreiben). Pemelajar dikatakan berhasil menguasai suatu bahasa jika ia dapat mengaplikasikan keempat aspek tersebut dalam kegiatan berkomunikasinya.

Membaca adalah aspek utama yang harus dikembangkan dan dikuasai oleh para pemelajar terutama siswa. Kenyataan yang sering terjadi adalah terlalu banyak siswa yang beranggapan bahwa membaca adalah sesuatu yang menakutkan bagi mereka. Siswa beranggapan bahwa membaca adalah suatu beban pekerjaan dan membaca merupakan hal yang kurang menarik terutama pada bacaan buku pelajaran, kecuali ada tugas yang membutuhkan untuk benar-benar dibaca.

Toni Buzan dalam Head First ( www.The Muse.htm : 2009 ) menjelaskan bahwa tingkat intensitas membaca yang tinggi akan meningkatkan kecerdasan verbal, juga sekaligus meningkatkan daya ingat. Logikanya membaca adalah wahana melatih syaraf untuk terus tumbuh.

Secara ideal kurikulum pendidikan di Indonesia, telah menempatkan membaca dalam setiap jenjang pendidikan bahasa, namun kondisi makro dunia pendidikan cukup ironis. Beberapa hasil penelitian menunjukan bahwa


(5)

kemampuan anak Indonesia dalam menguasai bahan bacaan berada pada level rendah di antara negara-negara lainnya. Seperti ditunjukan oleh hasil penelitian PISA (Programme for International Student Assessment) sebuah program penilaian berskala Internasional dari proyek sebuah organisasi pengembangan dan kerjasama ekonomi (OECD). Tujuan proyek ini adalah untuk mengukur tingkat pengetahuan dan keterampilan anak usia 14-15 tahun. Pesertanya, anak-anak dari 29 negara maju dan beberapa negara berkembang termasuk Indonesia.

Dari tiap negara, diteliti 4500-10.000 anak. Penelitian ini dilakukan tiap tiga tahun dengan fokus berbeda-beda. Fokus tahun 2000 (32 negara) adalah reading literacy (kemampuan memahami bacaan). Fokus tahun 2003 (40 negara), mathemaical literacy (kemampuan memahami matematika) dan problem solving. Fokus pada tahun 2006 (57 negara), scientific literacy (kemampuan memahami sains). Pada setiap penelitian, hasil fokus terdahulu diteliti ulang. Hasil penlitian terakhir (2003), dari 40 negara, Indonesia berada pada tingkat terbawah dalam kemampuan membaca. Kemampuan anak-anak Indonesia usia 14-15 tahun berada pada tingkat satu, artinya mereka hanya mampu memahami satu atau beberapa informasi pada teks yang tersedia. Kemampuan untuk menafsirkan, menilai, atau menghubungkan isi teks dengan situasi di luar hanya terbatas pada pengalaman hidup secara umum ( Witdarmono, Artikel Koran Tempo 2006)

Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh International Associatio for the Evaluation of Education Achievemant (IEA) terhadap tingkat kemampuan membaca siswa di dunia, anak Indonesia ternyata hanya mampu menyerap 30% dari apa yang telah ia baca (Euis, 2007:32). Hal ini diperburuk lagi dengan hasil


(6)

3

penelitian Badan Pusat Statistik tahun 2006 yang menunjukan lebih banyak anggota keluarga yang memanfaatkan waktu dengan menonton TV dari pada membaca. Kondisi tersebut mengindikasikan masih sangat lemahnya kemampuan anak Indonesia dalam memahami bacaan dan rendahnya minat mereka terhadap aktivitas mambaca.

Keterampilan membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang memiliki sifat reseptif (menerima), artinya keterampilan membaca merupakan proses pengambilan makna atau pesan dari suatu bahan bacaan yang berwujud tulisan tersebut. Berbahasa secara reseptif yang berupa kegiatan membaca memerlukan kemampuan dalam menafsirkan tulisan secara cepat dan tepat, sehingga dapat menangkap apa yang dimaksud oleh penulis secara efisien dan efektif.

Bentuk belajar yang ditempuh oleh siswa beranekaragam sesuai dengan kecakapan yang akan diperolehnya. Salah satu yang dominan ditempuh adalah dengan membaca. Siswa diharapkan dapat memahami apa yang menjadi makna atau pesan dalam bacaan yang dibacanya. Namun kenyataan sehari-hari menunjukan bahwa siswa kurang memahami apa yang dibacanya. Banyak siswa yang tidak dapat menjawab dan mengungkapkan kembali apa yang telah dibacanya. Soedarso (2002:58-59) berpendapat bahwa: “Kemampuan tiap orang dalam memahami apa yang dibacanya berbeda. Hal ini tergantung pada perbendaharaan kata, minat, jangkauan mata, kecepatan interpretasi, latar belakang pengalaman sebelumya, kemampuan intelektual, keakraban dengan ide-ide yang dibaca, tujuan membaca, dan keluwesan mengatur kecepatan”.


(7)

Dalam memahami bacaan siswa dapat memperoleh dua jenis pegetahuan yaitu informasi-informasi baru dari bacaan dan cara penyajian pikiran dalam karangan. Membaca bagi sebagian orang merupakan kesenangan atau suatu hiburan, dan siapapun sepakat bahwa peranan membaca dirasakan sangat penting dalam kehidupan manusia, terutama dalam meningkatkan wawasan dan pengetahuan. Berbeda dengan para siswa mereka membaca karena suatu kewajiban dan kebutuhan untuk mendapatkan dan mengetahui informasi yang diwajibkan oleh gurunya. Siswa sulit untuk mengerti teks bahasa Jerman. Teks bahasa Jerman itu akan dimengerti setelah ada penjelasan dari guru, karena siswa tidak dapat memahami teks sendiri. Oleh karena itu peranan guru sangat penting dalam melatih siswanya untuk dapat mengerti suatu teks.

Nurhadi (1987) menyatakan kemampuan membaca adalah kemampuan yang merupakan hasil latihan yang didukung juga oleh faktor-faktor bawaan tertentu, akan tetapi kemampuan membacanya adalah hasil dari pembiasaan dan latihan, sehingga diperoleh tahap yang tinggi keefektifanya. Ada beberapa faktor yang dapat menunjukan kecakapan siswa dalam membaca yaitu kompelensi kebahasaan, kemampuan membaca, serta faktor internal dan eksternal lainnya. Latar belakang kemampuan internal dan eksternal ini menyebabkan setiap orang mempunyai kebiasaan yang berbeda. Pembelajaran membaca di sekolah belum sepenuhnya menyentuh keterampilan yang bersifat pemahaman. Padahal sebagaimana yang dinyatakan lyli (2007:267) membaca tanpa pemahaman adalah tidak berguna.


(8)

5

Berdasarkan paparan yang telah dikemukakan di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: “Hubungan Intensitas Membaca Dengan Kemampuan Memahami Teks Bahasa Jerman Siswa SMAN 23 Bandung”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian, penulis mengidentifikasi beberapa masalah diantaranya sebagai berikut :

a. seberapa besar minat membaca siswa sekolah menengah atas ?

b. seberapa besar motivasi siswa sekolah menengah atas dalam membaca teks bahasa Jerman ?

c. bagaimana tingkat intensitas membaca siswa sekolah menengah atas ? d. bagaimana kemampuan siswa sekolah menengah atas dalam memahami

teks bahasa Jerman ?

e. apakah terdapat hubungan antara intensitas membaca dengan kemampuan memahami teks bahasa Jerman siswa sekolah menengah atas ?

1.3 Batasan Masalah

Batasan masalah dalam skripsi sangat penting agar tidak meluas dan dapat dibahas secara mendalam. Pada penelitian ini penulis membatasi masalah pada intensitas siswa membaca, kemampuan siswa dalam memahami teks bahasa Jerman, dan apakah terdapat korelasi antara keduanya.


(9)

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis mencoba membuat rumusan masalah sesuai dengan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas sebagai berikut :

a. bagaimana tingkat intensitas membaca siswa sekolah menengah atas?

b. bagaimana kemampuan memahami teks bahasa Jerman siswa sekolah menengah atas?

c. apakah terdapat hubungan antara intensitas membaca dengan kemampuan memahami teks bahasa Jerman siswa sekolah menengah atas?

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian yang penulis lakukan adalah untuk mengetahui: a. tingkat intensitas membaca siswa sekolah menengah atas

b. kemampuan memahami teks bahasa Jerman siswa sekolah menengah atas c. terdapat atau tidaknya hubungan antara intensitas membaca dengan


(10)

7

1.6 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat : a. bagi siswa

Bagi siswa hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi positif dan memberikan gambaran tentang pentingnya membaca. Dalam hal ini membaca teks bahasa Jerman.

b. bagi tenaga pengajar

Bagi tenaga pengajar, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk meningkatkan kualitas pengajaran bahasa Jerman khususnya pembelajaran membaca.

c. bagi peneliti

Peneliti dapat menambah dan memperluas wawasan serta mengetahui gambaran yang jelas tentang kemampuan siswa dalam memahami teks bahasa Jerman.


(11)

27 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analistis, yaitu metode penelitian yang tertuju pada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang dan pelaksanaannya tidak terbatas hanya sampai pada pengumpulan data saja, melainkan meliputi analisis data dan interpretasinya.

Penelitian ini termasuk ke dalam studi korelasi karena bertujuan untuk menentukan besarnya hubungan antara dua variabel, yaitu intensitas membaca (X) dan kemampuan memahami teks bahasa Jerman (Y). Penulis menggunakan metode deskriptif analistis dengan teknik analisis regresi dan analisis korelasi. Teknik analisis regresi digunakan untuk mengetahui apakah variabel terikat (kemampuan memahami teks) dipengaruhi oleh variabel bebas (intensitas membaca), sedangkan teknik analisis korelasi digunakan untuk mengetahui besarnya hubungan antara dua variabel yang diteliti.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan hari jumat, 23 oktober 2009, pada semester ganjil tahun ajaran 2009/2010, di kelas XI SMAN 23 Bandung


(12)

28

3.3 Variabel Penelitian

Penelitian ini mempunyai dua variabel yaitu variabel bebas yakni intensitas membaca (X), adalah faktor yang mempengaruhi variabel lain, dan variabel terikat yakni kemampuan memahami teks (Y), adalah faktor yang dipengaruhi variabel lain. Hubungan antara kedua variabel tersebut dapat dilihat dalam desain panelitian seperti di bawah ini :

r

Keterangan :

X = Intensitas membaca

Y = Kemampuan memahami teks

r = korelasi atara intensitas membaca dengan kemampuan memahami teks bahasa Jerman siswa

3.4 Populasi dan Sampel a. Populasi

Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karakteristik yang ada pada siswa Sekolah Menengah Atas Negeri 23 Bandung.

b. Sampel

Adapun sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah siswa SMAN 23 Bandung kelas XI tahun ajaran 2000/2010 yang berjumlah 35 orang .

Y X


(13)

3.5 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data intensitas membaca digunakan angket. Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadi-pribadinya tentang hal-hal yang ia ketahui dalam intensitas membaca. Jenis angket yang digunakan adalah pilihan ganda dan responden hanya memilih alternatif jawaban yang telah penulis sediakan. Pertanyaan yang diberikan sebanyak 10 soal pilihan ganda dengan bobot setiap jawaban a = 4, b = 3, c = 2, d = 1.

Untuk mengetahui tingkat kemampuan memahami teks digunakan tes. Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Tes tentang kemampuan memahami teks bahasa Jerman adalah satu buah teks yang terdiri dari 5 pertanyaan benar dan salah, dan10 pertanyaan isian.

3.6 Teknik Analisis Data 1. Teknik Dokumentasi

Dengan teknik ini penulis mencari berbagai sumber tertulis yang berhubungan dengan penelitian

2. Setelah seluruh data terkumpul, dilakukan uji pesyaratan analisis data sebagai berikut :


(14)

30

a. Uji Validitas dan Reliabilitas. Uji Validitas dan Reliabilitas dilakukan untuk mengetahui valid dan reliabel tidaknya instrument yang dipakai. b. Uji Normalitas Distribusi Data X dan Y. Uji Normalitas dilakukan untuk

mengetahui normal atau tidaknya distribusi data hasil angket intensitas membaca dan tes kemampuan membaca teks.

c. Uji Kelinearan dan Keberartian Regresi. Dilakukan untuk mengetahui linear dan berarti atau tidaknya hubungan antara dua dua variabel yang diteliti.

d. Perhitungan Koefisien Korelasi (Pearson). Perhitungan ini dilakukan untuk mengetahui berapa besar hubungan antara dua variabel yang diteliti. Karena kedua sampel berdistribusi normal dan regresinya linier, maka dilakukan pengujian dengan menggunakan uji korelasi product moment. e. Perhitungan Koefisien Determinasi. Perhitungan ini dilakukan untuk

mengetahui berapa besar kontribusi variabel X terhadap variabel Y. Setelah harga

r

xy diperoleh, kemudian disubtitusikan ke dalam rumus uji t.

3.7 Hipotesis Statistik Ho :

r

xy = 0, Hi :

r

xy ≠ 0

Jika tidak terdapat hubungan yang signifikan antara variabel X dan Y, maka hipotesis Ho diterima, namun jika terdapat hubungan anatara kedua variabel tersebut maka hipotesis Ho diolak dan hipotesis diterima.


(15)

40 BAB V

Kesimpulan Dan Saran

5.1 Kesimpulan

Setelah dilakukan analisis dan perhitungan-perhitungan statistik maka hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:

a. tingkat intensitas membaca siswa sekolah menengah atas

Dengan melihat hasil dari data perolehan nilai angket intensitas membaca termasuk kedalam kategori cukup tinggi, maka dapat disimpulkan bahwa secara umum tingkat intensitas membaca siswa sekolah menengah atas adalah sedang atau cukup.

b. kemampuan memahami teks bahasa Jerman siswa sekolah menengah atas Dengan meihat hasil dari perolehan nilai tes membaca teks bahasa Jerman juga termasuk kedalam kategori baik, maka dapat disimpulkan bahwa secara umum tingkat intensitas membaca siswa sekolah menengah atas adalah sedang atau cukup.

c. hubungan antara intensitas membaca dengan kemampuan memahami teks bahasa Jerman siswa sekolah menengah atas

Berdasarkan perhitungan-perhitungan statistik, diperoleh kesimpulan, bahwa intensitas membaca mempunyai korelasi yang signifikan dengan kemampuan memahami teks bahasa Jerman. Ini berarti semakin tinggi intensitas membaca, maka akan semakin tinggi pula kemampuan memahami teks yang bisa dicapai.


(16)

41

Intensitas membaca mempunyai kotribusi yang kuat terhadap kemampuan memahami teks. Ini berarti, tinggi rendahnya intensitas membaca siswa sekolah menengah atas memberikan pengaruh yang sangat berarti terhadap tingkat kemampuan membaca yang dicapainya.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan pada kesimpulan penelitan di atas, serta berdasarkan kajian teoritis yang mendasari penelitian ini penulis kemukakan beberapa saran:

a. Untuk Praktik Kependidikan

1.. Para siswa sekolah menengah atas, hendaknya selalu dapat meningkatkan intensitas membaca agar dapat mempunyai ketarampilan membaca yang baik dan memperoleh informasi sebanyak mungkin.

2. Para guru sekolah menegah atas, hendaknya berupaya terus untuk meningkatkan intensitas membaca siswa dan merangsang siswa agar mempunyai minat baca yang tinggi.

b. Untuk Penelitian Lebih Lanjut

Sebagai tindak lanjut dari penelitian ini, hendaknya dilakukan penelitian mengenai variabel lain yang mempengaruhi pemahaman teks bahasa Jerman siswa sekolah menengah atas.


(1)

27 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analistis, yaitu metode penelitian yang tertuju pada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang dan pelaksanaannya tidak terbatas hanya sampai pada pengumpulan data saja, melainkan meliputi analisis data dan interpretasinya.

Penelitian ini termasuk ke dalam studi korelasi karena bertujuan untuk menentukan besarnya hubungan antara dua variabel, yaitu intensitas membaca (X) dan kemampuan memahami teks bahasa Jerman (Y). Penulis menggunakan metode deskriptif analistis dengan teknik analisis regresi dan analisis korelasi. Teknik analisis regresi digunakan untuk mengetahui apakah variabel terikat (kemampuan memahami teks) dipengaruhi oleh variabel bebas (intensitas membaca), sedangkan teknik analisis korelasi digunakan untuk mengetahui besarnya hubungan antara dua variabel yang diteliti.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan hari jumat, 23 oktober 2009, pada semester ganjil tahun ajaran 2009/2010, di kelas XI SMAN 23 Bandung


(2)

28

3.3 Variabel Penelitian

Penelitian ini mempunyai dua variabel yaitu variabel bebas yakni intensitas membaca (X), adalah faktor yang mempengaruhi variabel lain, dan variabel terikat yakni kemampuan memahami teks (Y), adalah faktor yang dipengaruhi variabel lain. Hubungan antara kedua variabel tersebut dapat dilihat dalam desain panelitian seperti di bawah ini :

r

Keterangan :

X = Intensitas membaca

Y = Kemampuan memahami teks

r = korelasi atara intensitas membaca dengan kemampuan memahami teks bahasa Jerman siswa

3.4 Populasi dan Sampel a. Populasi

Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karakteristik yang ada pada siswa Sekolah Menengah Atas Negeri 23 Bandung.

b. Sampel

Adapun sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah siswa SMAN 23 Bandung kelas XI tahun ajaran 2000/2010 yang berjumlah 35 orang .

Y X


(3)

3.5 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data intensitas membaca digunakan angket. Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadi-pribadinya tentang hal-hal yang ia ketahui dalam intensitas membaca. Jenis angket yang digunakan adalah pilihan ganda dan responden hanya memilih alternatif jawaban yang telah penulis sediakan. Pertanyaan yang diberikan sebanyak 10 soal pilihan ganda dengan bobot setiap jawaban a = 4, b = 3, c = 2, d = 1.

Untuk mengetahui tingkat kemampuan memahami teks digunakan tes. Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Tes tentang kemampuan memahami teks bahasa Jerman adalah satu buah teks yang terdiri dari 5 pertanyaan benar dan salah, dan10 pertanyaan isian.

3.6 Teknik Analisis Data 1. Teknik Dokumentasi

Dengan teknik ini penulis mencari berbagai sumber tertulis yang berhubungan dengan penelitian

2. Setelah seluruh data terkumpul, dilakukan uji pesyaratan analisis data sebagai berikut :


(4)

30

a. Uji Validitas dan Reliabilitas. Uji Validitas dan Reliabilitas dilakukan untuk mengetahui valid dan reliabel tidaknya instrument yang dipakai. b. Uji Normalitas Distribusi Data X dan Y. Uji Normalitas dilakukan untuk

mengetahui normal atau tidaknya distribusi data hasil angket intensitas membaca dan tes kemampuan membaca teks.

c. Uji Kelinearan dan Keberartian Regresi. Dilakukan untuk mengetahui linear dan berarti atau tidaknya hubungan antara dua dua variabel yang diteliti.

d. Perhitungan Koefisien Korelasi (Pearson). Perhitungan ini dilakukan untuk mengetahui berapa besar hubungan antara dua variabel yang diteliti. Karena kedua sampel berdistribusi normal dan regresinya linier, maka dilakukan pengujian dengan menggunakan uji korelasi product moment. e. Perhitungan Koefisien Determinasi. Perhitungan ini dilakukan untuk

mengetahui berapa besar kontribusi variabel X terhadap variabel Y. Setelah harga

r

xy diperoleh, kemudian disubtitusikan ke dalam rumus uji t.

3.7 Hipotesis Statistik Ho :

r

xy = 0, Hi :

r

xy ≠ 0

Jika tidak terdapat hubungan yang signifikan antara variabel X dan Y, maka hipotesis Ho diterima, namun jika terdapat hubungan anatara kedua variabel tersebut maka hipotesis Ho diolak dan hipotesis diterima.


(5)

40 BAB V

Kesimpulan Dan Saran

5.1 Kesimpulan

Setelah dilakukan analisis dan perhitungan-perhitungan statistik maka hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:

a. tingkat intensitas membaca siswa sekolah menengah atas

Dengan melihat hasil dari data perolehan nilai angket intensitas membaca termasuk kedalam kategori cukup tinggi, maka dapat disimpulkan bahwa secara umum tingkat intensitas membaca siswa sekolah menengah atas adalah sedang atau cukup.

b. kemampuan memahami teks bahasa Jerman siswa sekolah menengah atas Dengan meihat hasil dari perolehan nilai tes membaca teks bahasa Jerman juga termasuk kedalam kategori baik, maka dapat disimpulkan bahwa secara umum tingkat intensitas membaca siswa sekolah menengah atas adalah sedang atau cukup.

c. hubungan antara intensitas membaca dengan kemampuan memahami teks bahasa Jerman siswa sekolah menengah atas

Berdasarkan perhitungan-perhitungan statistik, diperoleh kesimpulan, bahwa intensitas membaca mempunyai korelasi yang signifikan dengan kemampuan memahami teks bahasa Jerman. Ini berarti semakin tinggi intensitas membaca, maka akan semakin tinggi pula kemampuan memahami teks yang bisa dicapai.


(6)

41

Intensitas membaca mempunyai kotribusi yang kuat terhadap kemampuan memahami teks. Ini berarti, tinggi rendahnya intensitas membaca siswa sekolah menengah atas memberikan pengaruh yang sangat berarti terhadap tingkat kemampuan membaca yang dicapainya.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan pada kesimpulan penelitan di atas, serta berdasarkan kajian teoritis yang mendasari penelitian ini penulis kemukakan beberapa saran:

a. Untuk Praktik Kependidikan

1.. Para siswa sekolah menengah atas, hendaknya selalu dapat meningkatkan intensitas membaca agar dapat mempunyai ketarampilan membaca yang baik dan memperoleh informasi sebanyak mungkin.

2. Para guru sekolah menegah atas, hendaknya berupaya terus untuk meningkatkan intensitas membaca siswa dan merangsang siswa agar mempunyai minat baca yang tinggi.

b. Untuk Penelitian Lebih Lanjut

Sebagai tindak lanjut dari penelitian ini, hendaknya dilakukan penelitian mengenai variabel lain yang mempengaruhi pemahaman teks bahasa Jerman siswa sekolah menengah atas.