HUBUNGAN ANATAR PERALATAN PRAKTEK, PELAYANAN GURU DAN PRAKTEK INDUSTRI PROGRAM STUDI GAMBAR BANGUNAN DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA SMKN DI KOTA BANDUNG.

(1)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

LEMBAR PERNYATAAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 6

1.3. PembatasanMasalah ... 8

1.4. Rumusan Masalah ... 9

1.5. Kerangka Berfikir ... 1.5.1. Keterikatan antar Variabel ... 9 12 1.6. Asumsi Penelitian …... 16

1.7. Definisi Operasional ... 1.8. Hipotesis ... 1.9. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 17 20 21 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. PendidikanNasional …...……... 23

2.2. Arah Kebijakan SMK ... 23

2.3. Konsep SMK ………... 24

2.4. Orientasi Kerja SMK ... 29

2.4.1. Peralatan Praktek ..………... 2.4.2. Pelayanan Guru …..………... 2.4.3. Praktek Industri …..……... 2.4.4. Prestasi Belajar …..………... 30 31 32 33 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian ………... 34


(2)

3.3. Populasi dan Sampel ... 36

3.3.1. Populasi ………... 36

3.3.2. Sampel ………... 36

3.4. Instrumen dan Pengembangan Pengumpul Data ... 38

3.4.1. Instrumen Pengumpul Data ………... 38

3.4.1.1. Kuesioner …... 3.4.1.2. Dokumentasi ... 3.4.2. Kisi-kisi Penelitian ... 3.4.3.Pengembangan Alat Pengumpul Data ... 3.5. Uji Validitas ... 3.5.1. Hasil Uji Validitas Peralatan Praktek ……….. 3.5.2. Hasil Uji Validitas Pelayanan Guru ………...………….. 3.5.3. Hasil Uji Validitas Praktek Industri ………...………….. 3.5.4. Hasil Uji Validitas Prestasi Belajar …………...……….. 3.6. Uji Reliabilitas Instrumen ………. 3.7. Prosedur Penelitian dan Teknik Analisis Data ………... 3.7.1. Prosedur Penelitian ……… 3.7.2. Prosedur Pengolahan Data ………. 3.7.3. Uji Normalitas ………... 3.7.4. Tahap Pengujian Hipotesis ………. 39 40 40 43 43 45 45 45 45 46 47 47 47 48 48 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1. Uji Validitas Instrumen ………. 4.2. Uji Reliabilitas ……….. 4.3 Deskripsi Data Variabel Peralatan Praktek …...……..……… 4.4. Deskripsi Data Variabel Pelayanan Guru …...………….…..…… 52 55 55 60 4.5. Deskripsi Data Variabel Praktek Industri ………..…… 4.6. Deskripsi Data Variabel Prestasi Belajar …………..……… 68 74 4.7. Statistik Penelitian Variabel Peralatan Praktek ………..…… 76

4.8. Statistik Penelitian Variabel Pelayanan Guru ………...…….…… 4.9. Statistik Penelitian Variabel Praktek Industri ………..……... 78 80 4.10. Statistik Penelitian Variabel Prestasi Belajar ……… 82 4.11. Analisis Statistik dan Uji Hipotesis Peralatan praktek terhadap

prestasi belajar siswa ………...

4.12. Analisis Statistik dan Uji Hipotesis Pelayanan Guru terhadap prestasi belajar siswa ... 4.13. Analisis Statistik dan Uji Hipotesis Praktek Industri terhadap

prestasi belajar siswa ... 4.14. Analisis Statistik dan Uji Hipotesis Peralatan praktek, Pelayanan

Guru terhadap prestasi belajar siswa ………... 4.15. Analisis Statistik dan Uji Hipotesis Peralatan praktek, Praktek

……….………...

85

89

93


(3)

4.16. Analisis Statistik dan Uji Hipotesis Pelayanan Guru, Praktek Industri terhadap prestasi belajar siswa ………... 4.17. Analisis Statistik dan Uji Hipotesis Peralatan praktek Pelayanan

Guru, Praktek Industri terhadap prestasi belajar siswa ….………

4.18. Pembahasan ………..

109

115 123

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1. Kesimpulan ... 124

5.2. Rekomendasi ... 125

DAFTAR PUSTAKA ... 127


(4)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Kami sebagai Generasi Muda sangat perihatin dengan keadaan generasi penerus atau calon generasi penerus Bangsa Indonesia saat ini, yang tinggal, hidup dan dibesarkan di dalam bumi republik ini. Untuk menyiapkan generasi penerus yang bermoral, beretika, sopan, santun, beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa perlu dilakukan hal-hal yang memungkin hal itu terjadi walaupun memakan waktu lama.

Pertama, melalui pendidikan nasional yang bermoral. Pendidikan Nasional dan Nasib Generasi Penerus memiliki hubungan yang sangat erat. Pendidikan pada hakikatnya adalah alat untuk menyiapkan sumber daya manusia yang bermoral dan berkualitas unggul. Dan sumber daya manusia tersebut merupakan refleksi nyata dari apa yang telah pendidikan sumbangankan untuk kemajuan atau kemunduran suatu bangsa. Apa yang telah terjadi pada Bangsa Indonesia saat ini adalah sebagai sumbangan pendidikan nasional kita selama ini.

Kedua, Perubahan dalam pendidikan nasional jangan hanya terpaku pada perubahan kurikulum, peningkatan anggaran pendidikan, perbaikan fasilitas. Misalkan kurikulum sudah dirubah, anggaran pendidikan sudah ditingkatkan dan fasilitas sudah dilengkapi dan gaji guru/dosen sudah dinaikkan, Namun kalau pendidik (guru atau dosen) dan birokrat pendidikan serta para pembuat kebijakan belum memiliki sifat-sifat seperti diatas, rasanya perubahan-perubahan tersebut


(5)

akan sia-sia. Implementasi di lapangan akan jauh dari yang diharapkan Dan akibat yang ditimbulkan oleh proses pendidikan pada generasi muda akan sama seperti sekarang ini. Dalam hal ini saya tidak berpretensi menyudutkan guru atau dosen dan birokrat pendidikan serta pembuat kebijakan sebagai penyebab terpuruknya proses pendidikan di Indonesia saat ini. Tapi adanya oknum yang berperilaku menyimpang dan tidak bermoral harus segera mengubah diri sedini mungkin kalau menginginkan generasi seperti diatas.

Mengenai pembicaraan diatas tentang pendidikan di Indonesia secara umum aspek yang ditonjolkan berkisar pada faktor kebijakan pendidikan, kurikulum, tenaga pengajar, biaya pendidikan, sistem evaluasi dan rendahnya mutu keluaran pendidikan. Tentu banyak yang bertanya apakah karena situasi lingkungan yang terlalu cepat bergerak sementara pendidikan kita tidak bisa mengikuti?, apakah karena komponen-komponen pembelajar seperti tenaga kependidikan kita yang kurang mampu mengantisipasi perkembangan yang ada?, apakah sarana-sarana penunjang proses pembelajaran seperti buku, gedung, alat-alat praktik yang kurang ?, apakah perangkat penjamin mutu seperti kurikulum, proses pembelajaran, dan sistem evaluasi yang kurang tepat?, atau apakah kebijakan pendidikan yang kurang tepat?, dan banyak lagi pertanyaan yang dapat timbul pada saat membicarakan pendidikan di negara kita.

Saat ini khususnya negara di kawasan Asia, bahwa negara yang maju dan berkembang adalah negara yang mempunyai kualitas sumber daya manusia (SDM) yang unggul. Alasan pemikiran ini semakin nyata apabila kita melihat bahwa ke depan masyarakat bergeser dari masyarakat yang berbasiskan


(6)

keunggulan komparatif (biasanya didukung oleh kekayaan sumber daya alam) ke masyarakat yang berbasiskan keunggulan kompetitif (masyarakat yang mampu menciptakan nilai tambah dari suatu produk).

Terkait dengan masalah ketenagakerjaan di Indonesia, BPS: Sakernas 2005, menyatakan bahwa angka pengangguran berdasarkan jenjang pendidikan adalah ( lihat tabel 1.1).

TABEL 1.1

Angka Pengangguran Berdasarkan Jenjang Pendidikan

< SD = 1.01 jt (9.36%)

SD = 2.54 jt (23.52 %)

SLTP = 2.68 jt (24.82 %)

SLTA = 3.91 jt (36.21 %)

Diploma = 0.31 jt (2.87 %) Universitas = 0.39 jt (3.62 %)

Belum lagi masalah lain misalnya tenaga kerja yang disebut setengah penganggur (< 35 jam) sebesar 29,9 juta (31,4%), meningkatnya jumlah penganggur terdidik, lowongan yang tersedia tidak dapat diisi seluruhnya oleh pencari kerja, rendahnya tingkat produktivitas dan kompetensi tenaga keja.

Otoritas pengelola pendidikan kita menyadari tentang pendidikan kita yang belum bisa berbuat banyak, terbukti dengan masih banyaknya komentar-komentar dari masyarakat, kemudian ditambah lagi dengan adanya penilaian tentang daya saing bangsa, yang kurang menggembirakan dari lembaga penelitan luar negeri antara lain World Econonic Forum. Menurut World Economic Forum pada tahun 2003, bahwa peringkat daya saing Indonesia berada pada urutana ke


(7)

60 dari 90 negara. Inilah kenyataan yang kita fahami tetapi jarang diikuti dengan penyesuaian diri bahkan antisipasi yang memadai. Salah satu buktinya adalah kemerosotan yang kita alami akhir-akhir ini. Salah satu akar kemerosotan tersebut adalah karena belum cukup banyak SDM kita yang memiliki kemampuan yang memadai. Kita belum banyak memiliki SDM dengan kualitas global, yang memiliki kompetensi. Sebagian masyarakat kita masih menonjolkan gelar kesarjanaan dari pada kemampuan profesional, sehingga memicu timbulnya salah satu kesenjangan antara kebutuhan, lapangan kerja dengan tingkat kompetensi yang dimiliki masyarakat. Padahal sesungguhnya dalam banyak kasus di masyarakat gelar yang disandang tidak disertai dengan kompetensi atau keahlian sebagaimana semestinya. Kemampuan atau kompetensi merupakan gabungan pengetahuan teoritis dan praktek yang mestinya diperoleh melalui lembaga pendidikan. SMK tanpa kompetensi atau keprofesionalan pemiliknya menimbulkan kontradiksi terhadap peran dan tanggung jawab sekolah dalam proses menjadikan seseorang berkemampuan mengembangkan pengetahuan, keterarnpilan dan sikap profesional yang bermanfaat bagi kehidupan di masyarakat.

Selanjutnya Sawyer menyatakan bahwa lembaga pendidikan hanya berorientasi pada lulusan dan bukan pada kebutuhan dunia industri dan usaha. Menurut Sawyer, Indonesia saat ini perlu paradigma baru dengan memperhatikan era globaliasi atau pasar bebas dalam perdagangan dan industri yang mempengaruhi pasar kerja. Tenaga kerja Indonesia harus mampu bersaing secara nasional maupun internasional. Oleh karena itu dunia indusri sering dihadapkan


(8)

pada persoalan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang kurang memadai. Sementara itu ia dituntut oleh pelanggan untuk memberikan produk atau layanan dengan kualitas yang prima. Sehingga terjadi kesenjangan (gap) yang besar antara tuntutan bisnis dengan rendahnya kemampuan SDM yang ada

Untuk itu permintaan tenaga kerja kompeten dan profesional seiring pesatnya perkembangan industrialisasi mutlak diperlukan. Sebagai salah satu sekolah kejuruan, sudah selayaknya mempersiapkan lulusannya harus selalu berupaya mengembangkan program-program yang mengandung nilai-nilai akademis, profesional dan sikap yang tinggi serta menjaga interaksi pembelajaran tidak dilaksanakan secara verbalistis, sehingga para lulusan pendidikan seperti ini siap dan mampu menerapkan keahliannya sesuai bidang profesinya (Kep. Mendikbud No. 36/U/1993, pasal 1).

Melihat permasalahan di atas, maka pendidikan merupakan sesuatu yang sangat diperlukan untuk menghadapi tantangan ke depan yang menuntut kualitas Sumber Daya Manusia yang kompetitip dengan memiliki sikap professional dan moral yang tinggi. Dengan pendidikan pula penyiapan kualitas SDM yang unggul dapat menjadi bagian dari aset bangsa. Oleh karena itu pendidikan dapat disebut sebagai paspor untuk memasuki masa depan.

Walaupun masih banyak mendapat kritikan bahwa mutu pendidikan masih rendah, tetapi tetap diupayakan mutu pendidikan kejuruan harus dapat Mencapai sasaran melalui berbagai pengembangan-pengembangan seperti desain program (kurikulum), biaya pendidikan, optimalisasi proses belajar mengajar, metoda pengajaran, sistem evaluasi, pengembangan staf pengajar, manajemen pendidikan dan berbagai aspek sarana dan prasarana penununjang pendidikan yang terus


(9)

menerus disesuaikan dengan perkembangan teknologi, termasuk peningkatan kerjasama dengan dunia usaha atau kalangan industri.

Dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan tersebut, kenyataannya tidak semua sekolah kejuruan mampu memenuhi kebutuhan yang dimaksud. Berdasarkan hasil pengamatan penulis di SMK Negeri di Kota Bandung, bahwa dalam melaksanakan pembelajaran masih banyak kendala yang dihadapi, antara lain sarana dan prasarana yang masih sangat terbatas, belum lagi persyaratan kekinian (kemutakhiran) fasilitas yang digunakan, bahwa sebagian peralatan di bengkel sudah usang (obsolete). Selanjutnya pelayanan guru kepada siswa belum merata terutama kegiatan bimbingan di luar jam belajar, pelaksanaan praktek industri masih sebatas mengirim siswa ke industri tanpa perencanaan yang dilakukan secara bersama dengan industri.

Kendala - kendala ini dapat berimplikasi pada prestasi belajar siswa dimana prestasi belajar merupakan wujud dari hasil belajar selama mengikuti proses pendidikan, walaupun tidak dipungkiri bahwa prestasi belajar bukan saja dipengaruhi oleh faktor-faktor yang disebutkan di atas. Sudjana (1989: 18) menyatakan bahwa prestasi belajar dapat dipengaruhi oleh faktor interen yaitu kemampuan yang dimiliki, minat dan motivasi serta faktor-faktor lain. Faktor ekstern yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.

1.2. Identifikasi Masalah

SMK Negeri di Kota Bandung adalah Sekolah Negeri yang berada di kota Bandung, Adapun sekolah menengah kejuruan negeri ada 15 sekolah dengan


(10)

jurusan dan rumpun yang berbeda-beda. Adapun SMK Negeri beserta alamatnya di Kota Bandung adalah (lihat tabel 1.2).

TABEL 1.2

Nama SMKN, Alamat dan Jurusan

No. SEKOLAH ALAMAT JURUSAN

1 SMK N 1 BANDUNG JL. Wastu kencana no.3 BDG Bisnis dan Manajemen

2 SMK N 2 BANDUNG JL. Ciliwung no. 2 BDG Teknik Mesin

3 SMK N 3 BANDUNG JL. Solontonganno. 10 BDG Bisnis dan Manajemen

4 SMK N 4 BANDUNG JL. Kliningan no. 6 BDG Listrik & Elektro

5 SMK N 5 BANDUNG JL. Bojong koneng no. 37a BDG Teknik Bangunan

6 SMK N 6 BANDUNG JL. Soekarno- Hatta BDG BELMO

7 SMK N 7 BANDUNG JL. Soekarno-Hatta no. 596 BDG Kimia Tekstil

8 SMK N 8 BANDUNG JL. Kliningan no. 31 BDG Teknik Otomotif

9 SMK N 9 BANDUNG JL. Soekarno-Hatta km. 10 BDG Pariwisata

10 SMKN 10 BANDUNG JL. Cijaura hilir no. 33 bdg Kesenian

11 SMKN 11 BANDUNG JL. Budi Cilember-Cimahi Bisnis dan Manajemen

12 SMKN 12 BANDUNG JL. Pajajaran no. 92 BDg Penerbangan

13 SMKN 13 BANDUNG JL. Soekarno-Hatta km. 10 BDG Farmasi

14 SMKN 14 BANDUNG JL. Cijaura hilir no. 339 BDG Kerajinan

15 SMKN 15 BANDUNG JL. Gatot subroto no. 12 BDG Pekerja Sosial

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasikan bahwa masalah rendahnya sumber daya manusia dapat dipengaruhi oleh faktor pendidikan. Dalam proses pendidikan, pencapaian prestasi belajar dipengaruhi oleh faktor interen yaitu kemampuan individu atau kecerdasan, minat dan


(11)

motivasi serta faktor-faktor lain. Faktor ekstern terdiri dari lingkungan keluarga temasuk latar belakang ekonomi, faktor lingkungan sekolah yakni kurikulum, fasilitas belajar, sistem evaluasi, disiplin, biaya pendidikan, dan faktor lingkungan masyarakat termasuk dukungan industri.

1.3. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini penulis membatasi permasalahan pada SMK Negeri di Kota Bandung Bidang Studi Gambar Bangunan. Adapun pembatasan masalah tersebut difokuskan pada Bidang Studi Gambar Bangunan, karena pada pelaksanaan praktek industri lebih relevan dibanding dengan bidang studi lainnya, misalnya; Bidang Studi Struktur dan konstruksi biasanya praktek industrinya sebagai mandor atau asisten pelaksana, Bangunan air pada praktek industri juga sama sebagai mandor atau bagian gudang, sedangkan Survey dan pemetaan pada praktek industri hanya menghitung kontur atau menggambar kontur saja, tidak terjun ke lapangan, walaupun ada sebagian kecil yang praktek ke lapangan, tapi penulis melihat Bidang Studi Gambar Bangunan yang sangat relevan antara praktek disekolah dengan pelaksanaan praktek industri. Dan Jurusan tersebut ada pada SMK Negeri 5 dan SMK Negeri 6 Bandung saja. Untuk itu penulis memberi batasan masalah dalam penelitian terkait dengan kesiapan peralatan praktek, pelayanan guru dan praktek industri dihubumgkan dengan prestasi belajar siswa SMK Negeri 5 dan SMK Negeri 6 Bandung. Variabel bebasnya (independent) adalah kesiapan peralatan praktek sebagai X1, peleyanan guru sebagai X2, dan

praktek industri industri sebagai X3, sedangkan variabel terikat (dependent) adalah


(12)

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas dan supaya masalah penelitian ini dapat terjawab dengan akurat, maka rumusan masalah disusun dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut :

1. Bagaimanakah hubungan antara kesiapan peralatan praktek dengan prestasi belajar siswa SMK di Kota Bandung.

2. Bagaimanakah hubungan yang positif antara pelayanan guru dengm prestasi belajar siswa Smk di Kota Bandung.

3. Bagaimanakah hubungan yang positif antara praktek industri dengan prestasi belajar siswa SMK di Kota Bandung.

4. Bagaimanakah hubungan yang positif dua variable atau lebih secara bersama-sama antara kesiapan peralatan praktek, pelayanan guru, dan praktek industri dengan prestasi belajar siswa SMK di Kota Bandung.

1.5. Kerangka Berpikir

Keberhasilan dalam pelaksanaan pembelajaran didukung, oleh beberapa unsur atau komponen yang saling berhubungan. Bloom (Tangyong, 1996: 50) mengemukakan bahwa perubahan sikap perilaku, serta perolehan pengetahuan dari keterampilm yang dihasilkan dan suatu proses pendidikan dan pembelajaran dipengaruhi oleh tiga hal, yakni: (a) affective entry characteristics; sebagai bagian yang melekat pada diri siswa yang dibawa dari lingkungan keluarga. (b) cognitive entry behaviors; merupakan bagian dari latar belakang keluarga atau jenjang


(13)

pendidikan sebelumnya, dan (c) kualitas pembelajaran, Dari ketiga aspek ini akan turbentuk pengetahuan, keterarnpilan dan sikap serta kepribadian.

Dalam diagram berikut memperlihatkan bahwa siswa yang merupakan masukan utama di dalam sistem dengan berbagai karakteristik yang dimilikinya termasuk ciri-ciri yang berhubungan dengan faktor internal (struktur kognitif, sikap, motivasi dan lain-lain), serta faktor ekstenal (keadaan ekonomi keluarga dan lain-lain), kemudian berinteraksi dalam kegiatan pembelajaran, hasilnya menjadi keluaran dari sistem. Unsur-unsur lain yang menjadi penunjang adalah termasuk program pendidikan/kurikulum dan perangkatnya, tenaga kependidikan, sarana-prasarana, pembiayaan, manajemen pendidikan; dan (3) peran serta masyarakat.

Proses pembelajaran menyangkut interaksi antara program pendidikan / kurikulum; guru yang memberikan pelayanan pembelajaran, bimbingan dan evaluasi; sarana-prasarana; biaya pendidikan; managemen dan dukungan masyarakat; serta siswa sebagai komponen masukan.

Gambar 1.1. Model Teoritik Kerangka Berpikir Penelitian Sumber : A.J. Romiszowki (Tangyong, 1996 : 51)

Proses Pembelajaran

Program Pendidikan/ Perangkat Kurikulum

Tenaga Kependidikan

Sarana dan Prasarana

Biaya

Manajemen siswa

Masukan

Hasil Keluaran

Masukan dari masyarakat (Orangtua, badan, perseorangan, industri, dunia usaha)


(14)

Tangyong (1996: 52) menyatakan bahwa jika lembaga, pendidikan menyelenggarakan kegiatan pembelajarannya dilakukan secara terencana dan sistematik, maka upaya pengembangan SDM yang berkualitas akan terpenuhi. Pencapaian kualitas tersebut harus ditunjang juga oleh program pendidikan/kurikulum dan perangkatnya, tenaga pendidikan yang profesional dengan memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya, sarana prasarana yang berkualitas dan dalam jumlah yang mencukupi, manajemen penyelenggaraan pendidikan yang efektif dan efisien, serta peran masyarakat yang optimal. Sedangkan Yuniarsih (2002: 55) memberikan batasan layanan pembelajaran, oleh guru mencakup layanan pembelajaran dan pendidikan, Pemberian motivasi, bantuan mengatasi kesulitan belajar, serta layanan dalam bidang pelatihan berbagai keterampilan.

Berdasarkan model teoritik berpikir di atas, maka secara operasional kerangka berpikir dalam penelitian ini digambarkan melalui skema berikut :

Variabel Indevenden Variabel Devenden

Gambar 1.2. Kerangka Berpikir Operasional Hubungan antara variabel  Peralatan Praktek

 Pelayanan Guru  Praktek Industri

Prestasi Belajar Siswa


(15)

1.5.1. Keterkaitan antar Variabel

1. Keterkaitan antara peralatan praktek dengan prestasi belajar siswa. Fasilitas belajar menyangkut ketersediaan hal hal yang dapat memberikan kemudahan bagi perolehan pengalaman belajar yang efektif dan efisien. Fasilitas belajar yang utama adalah laboratorium yang memenuhi syarat bengkel kerja, perpustakaan dan kondisi fisik lainnya yang secara langsung mempengaruhi kenyamanan belajar. Jika fasilitas terpenuhi, maka para siswa dapat mengimplementasikan teori-teori yang diperolehnya ke dalam praktek langsung.

Salah satu keberhasilan pendidikan profesional apabila proses pendidikannya didukung oleh kelengkapan khususnya fasilitas belajar yang memadai baik dari segi jumlah, jenis dan tingkatan teknologi yang digunakan. Dengan fasilitas belajar yang memadai para siswa dapat membuktikan langsung konsep teori yang diperolehnya di dalam kelas tanpa menimbulkan bias. Siswa dapat dengan segera menguasai keterampilan yang rumit yang tidak dapat dijelaskan hanya melalui verbalitas.

2. Keterkaitan antara pelayanan guru kepada para siswa dalam hubungannya dengan prestasi belajar. Guru sebagai pendidik telah dipersiapkan secara formal dalam lembaga pendidikan guru. Ia juga telah dibina untuk memiliki kepribadian sebagai pendidik. Lebih dari itu ia juga telah diangkat dan diberi kepercayaan oleh masyarakat untuk menjadi guru bukan sekadar oleh surat keputusan dari pejabat yang berwenang.


(16)

Walaupun guru bukan merupakan satu-satunya faktor penentu tercapainya tujuan pendidikan yang berkualitas, namun guru tetap merupakan faktor kunci yang paling menentukan karena proses kegiatan belajar mengajar ditentukan oleh pendidik dan peserta didik (Soeparto dalam Turin: http://pk.ut.ac.id/jp/12 turi.htm).

Uraian di atas menceminkan betapa pentingnya peran guru dalam meningkatkan mutu pendidikan, Bahwa faktor utama yang menjamin mutu pendidikan lebih baik adalah apabila sekolah tersebut memiliki guru profesional. Kemampuan profesional guru direfleksikan pada mutu pengalaman pembelajaran siswa yang berinteraksi dalam kondisi proses belajar mengajar.

Kondisi ini sangat dipengaruhi oleh : (1) tingkat penguasaan guru terhadap bahan pelajaran, (2) metode, pendekatan, gaya/seni dan produsen mengajar, (3) pemanfaatan fasilitas belajar, (4) pemahaman guru terhadap karakteristik siswa, (5) kemampuan menciptakan dialog kretif dan lingkungan belajar yang menyenangkan, serta (6) kepribadian guru, (Tola dan Furqon, http://www.depdiknas.go.id/Jurnal/144/burhannudin-furqon.htm).

Penguasaan materi bagi tenaga pengajar yang profesional merupakan hal yang sangat menentukan khususnya dalam proses pembelajaran. Apabila kemampuan guru dalam bidang studi yang diajarkan serta penguasaan metodologi penyampaian materi memadai, maka substansi materi yang akan ditransfer menjadi lebih bermakna dan implikasinya dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Faktor sikap dan kepribadian guru dalam membangun


(17)

kedekatan jarak antara dirinya dan para siswa ini akan membuahkan tingkat keakraban antar pelaku pembelajaran. Kondisi psikologis hubungan guru dan siswa yang akrab dalam dua arah sangat berpengaruh terhadap motivasi siswa untuk berprestasi. Dengan keadaan demikian ini sikap saling terbuka untuk saling memahami, saling menghayati antara satu dengan yang lain dapat melahirkan motivasi belajar siswa dan pada akhirnya dapat meraih hasil belajar yang baik.

Dari uraian di atas, terlihat berapa pentingnya kedudukan guru dalam proses pembelajaran. Prestasi siswa dipengaruhi oleh banyak faktor, namun yang paling menentukan adalah faktor guru. Senada dengan hal tersebut Yuniarsih (2002: 55) mengatakan bahwa salah satu aspek yang memiliki pengaruh terhadap keberhasilan pencapaian mutu belajar siswa ialah mutu layanan pembelajaran yang diberikan para guru, mencakup layanan pendidikan dan pengajaran, layanan pengembangan mutu KBM, pemberian motivasi belajar, layanan dalam bidang evaluasi belajar, bantuan untuk mengatasi kesulitan belajar, serta pelayanan dalam bidang pelatihan keterampilan.

3. Keterkaitan antara praktek industri dengan prestasi belajar. Tempat kerja yang paling cocok untuk praktikum siswa adalah tempat kerja yang sesuai bidang keahlian yang dipelajari di sekolah. Siswa memperoleh peluang untuk bekerja dengan peralatan-peralatan yang sesuai dengan yang diberikan praktek di sekolah atau yang lebih modern, memperoleh pengalaman serta membiasakan diri dengan perkembangan baru.


(18)

Pembelajaran di kedua tempat yakni di sekolah dan industri merupakan kombinasi dua kegiatan yang berkaitan dan mengarah pada pencapaian kompetensi industri (Bukit, 1997: 19) Sedangkan Djohar (1995: 76) menyatakan bahwa keahlian profesianal pada dasarnya mengandung unsur ilmu pengetahuan, teknik dan kiat (arts). Ilmu pengetahuan dan teknik dapat dipelajari, tetapi kiat hanya dapat dikuasai dengan cara mengerjakan pekerjaan langsung pada bidang profesi itu sendiri. Wawasan yang diperlukan hanya dapat diperoleh dengan jalan mengumpulkan pengalaman praktek bekerja di tempat kerja sebenarnya.

Apabila para siswa berhasil dalam menerapkan hal-hal yang sudah dipelajari mengenai bidang kejujurannya, maka hal itu akan berpengaruh positif terhadap motivasi belajar. Oleh karena itu pendidikan yang berorientasi kerja seperti kegiatan praktek industri untuk memperoleh pengalaman menjadi sangat penting bagi pembentukan kemampuan profesional para siswa karena adanya. pertukaran pengetahuan, kemudian pengetahuan di sekolah dapat diimplementasikan di lapangan kerja. Sedangkan pengalaman yang didapat dari pengalaman di lapangan dapat melengkapi pembelajaran di sekolah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui keterkaitan antara pembelajaran di sekolah dengan industri akan terbuka peluang peningkatan mutu pembelajaran di sekolah (Bukit, 1997: 253). Selanjutnya dengan peningkatan mutu pembelajaran, maka kualitas hasil belajar para siswa diharapkan turut meningkat.


(19)

1.6 Asumsi Penelitian

Dalam buku pedoman penulisan karya ilmiah UPI Bandung (2007: 51) dinyatakan bahwa asumsi merupakan titik dimulainya penelitian dan merupakan landasan untuk perumusan hipotesis. Dengan kata lain tanpa asumsi tersebut, penelitian tidak dapat dilaksanakan. Asumsi dapat berupa teori, evidensi-evidensi, dan pikiran-pikiran lain yang tidak perlu dipersoalkan atau dibuktikan lagi. Sebagai titik pangkal penelitian, maka asumsi digunakan untuk memberikan arah dalam penelitian. Asumsi dalarn penelitian ini adalah :

1. Pendidikan yang berkualitas didukung oleh sarana-prasarana yang berkualitas, seperti peralatan gedung dan perabot, laboratorium, bengkel kerja, perpustakaan serta sarana penunjang pembelajaran sesuai dengan mata pelajaran (Tangyong, 1996: 64).

2. Pendidikan yang berkualitas banyak ditentukan interaksi antara guru dan siswa, dengan asumsi bahwa interaksi yang baik akan mengeluarkan hasil yang baik (Tangyong, 1996: 64).

3. Pembelajaran yang diberikan di sekolah harus sesuai dengan tuntutan kebutuhan industri. Kedua pengalaman belajar baik di sekolah maupun di industri kedudukannya adalah untuk saling memperjelas (Bukit, 1997: 252). Sedangkan Djohar (1995: 4) menyatakan untuk menyiapkan tenaga kerja yang berkemampuan adalah dengan memadukan pengalaman di sekolah dengan pengalaman di industri. Selanjutnya Barlow (Meirawan, 1996: 41) mengemukakan bahwa pendidikan kejuruan direncanakan dalam kerja sama yang erat dengan industri, sehingga dapat


(20)

memberikan keterampilan dan pengetahuan yang bemilai dalam pasar tenaga kerja.

1.7 Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahan dalam pengertian perlu dijelaskan batasan ruang lingkup penelitian yang berkaitan dengan variabel penelitian yaitu;

1. Peralatan Praktek. Yang dimaksud peralatan praktek dalam penulisan penelitian ini adalah semua peralatan atau alat bantu yang biasa di gunakan sebagai alat bantu dalam melaksanakan praktek disekolah. Dalam hal ini adalah peralatan praktek pada jurusan teknik gambar bangunan di SMK Negeri 5 dan di SMK Negeri 6 Bandung.

2. Pelayanan Guru. Yuniarsih (2002: 54) mengemukakan bahwa : "Konsep pelayanan pembelajaran sesungguhnya berhubungan dengan berbagai kegiatan profesional yang dilaksanakan tenaga pendidik (guru maupun dosen) dalam interaksinya dengan peserta didik (siswa ataupun mahasiswa) baik yang berlangsung di dalam maupun di luar kelas."

Selanjutnya Yuniarsih (2002: 55) menyatakan bahwa pelayanan pembelajaran guru mencakup pelayanan pembelajaran dan pendidikan, pemberian motivasi, bantuan mengatasi kesulitan belajar serta pelayanan dalam bidang pelatihan keterampilan.

Dengan demikian pengertian pelayanan guru dalam penelitian ini mengacu dari pendapat tersebut di atas yang berarti aktivitas guru dalam interaksinya dengan siswa di dalam maupun di luar kelas mencakup pelayanan


(21)

pembelajaran dan pendidikan, pemberian motivasi, bantuan kesulitan belajar, dan layanan berbagai keterampilan.

3. Praktek Industri. Praktek industri merupakan salah satu mata pelajaran yang menuntut aktivitas langsung pada dunia kerja oleh siswa sendiri dan pada pekerjaan yang sebenarnya. Pengalaman yang diperoleh dari praktik industri adalah bersifat praktis dan fungsional mendukung penguasaan teori di sekolah. Jadi adanya keterkaitan antara teori dan praktik yang diterima di sekolah dengan pekerjaan yang ada di industri/perusahaan.

Pengalaman pada hakikatnya merupakan pemahaman terhadap sesuatu yang dihayati seseorang, sehingga dengan apa yang dihayati atau dialami tersebut diperoleh pengetahuan, keterampilan ataupun sikap pada individu tersebut. Pengalaman industri bagi para siswa adalah suatu kegiatan yang diikuti para siswa di luar sekolah sebagai wahana untuk memantapkan hasil belajar sekaligus memberikan kesempatan kepada siswa mengalami situasi dan kondisi kerja yang sesungguhnya. Melalui penghayatan dalam praktek industri, para siswa memperoleh pengalaman yang bernilai dan berpengaruh positif terhadap motivasi belajar maupun semangat belajarnya (Nolker, 1983: 119).

Menurut Depdiknas (2003: 1) dalam pedoman Praktek Kerja Industri menyebutkan bahwa " .... praktek kerja industri merupakan bagian dari program bersama-sama antara SMK dan Industri yang dilaksanakan di dunia usaha dan industri."


(22)

Pelaksanaan Praktik Kerja Industri (Prakerin) merupakan bagian dari Pendidikan Sistem Ganda yang merupakan inovasi pada program SMK dimana peserta didik melakukan praktek kerja (magang) di perusahaan atau industri yang merupakan bagian integral dari proses pendidikan dan pelatihan di SMK. Pendidikan Sistem Ganda (PSG) diilhami oleh dua system (dual system) yang dilakukan di Jerman. Mulai diberlakukan di Indonesia berdasarkan kurikulum SMK tahun 1994, dipertajam dengan kurikulum SMK edisi 1999 dan dipertegas dengan kurikulum SMK edisi 2004.

Di Indonesia dalam penyelenggaraan Pendidikan Sistem Ganda, peserta diklat SMK menjalani magang di industri hanya beberapa bulan selama mereka menjalani sistem pendidikan tiga tahun atau empat tahun di SMK. Pendidikan Sistem Ganda melalui program praktik kerja industri merupakan suatu langkah nyata (substansial) untuk membuat sistem pendidikan dan pelatihan kejuruan lebih relevan dengan dunia kerja dalam rangka menghasilkan tamatan yang bermutu.

4. Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan guru (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1999: 787). Prestasi belajar dalam penelitian ini ditampilkan sebagai hasil raport siswa dari kelompok matapelajaran keahlian berkarya (MPB) dan kelompok mata pelajaran keilmuan dan keterampilan (MPK) pada kurikulum yang berlaku saat ini.


(23)

1.8 Hipotesis

Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka penulis merumuskan hipotesis penelitian sebagai jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian ini yaitu :

1. Terdapat hubungan yang positif antara Peralatan praktek dengan prestasi belajar siswa.

2. Terdapat hubungan yang positif antara Pelayanan guru dengan prestasi belajar siswa.

3. Terdapat hubungan yang positif antara Praktek industri dengan prestasi belajar siswa.

4. Terdapat hubungan yang positif secara bersama-sama antara peralatan praktek, pelayanan guru dan praktek industri dengan prestasi belajar siswa.

Hipotesis Statistik

1. Ho : x1 y = 0

Ha : x1y ≠ 0

2. Ho : x 2y = 0

Ha : x 2y ≠ 0

3. Ho : x 3y = 0

Ha : x 3y ≠ 0

4. Ho : x 123y = 0


(24)

Keterangan :

Ho: x.y = 0, artinya tidak terdapat hubungan.

Ha: x.y ≠ 0, artinya terdapat hubungan.

1.9 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. 9. 1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui bentuk hubungan antara kesiapan peralatan praktek dengan prestasi belajar siswa.

b. Untuk mengetahui seberapa besar hubungan pelayanan guru, dengan prestasi belajar siswa.

c. Untuk mengetahui bentuk hubungan praktek industri dengan prestasi belajar siswa.

d. Untuk mengetahui bentuk hubungan peralatan praktek, pelayanan guru dan praktek industri terhadap prestasi belajar siswa.

1.9.2. Manfaat Penelitian

a. Diperoleh suatu hubungan antara kesiapan peralatan praktek dengan prestasi belajar siswa.

b. Diperoleh suatu hubungan antara pelayanan guru dengan prestasi belajar siswa.

c. Diperoleh suatu hubungan antara praktek industry dengan prestasi belajar siswa.


(25)

d. Diperoleh suatu hubungan secara bersama-sama antara kesiapan peralatan praktek, pelayanan guru dan praktek industri dengan prestasi belajar siswa.


(26)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Objek Penelitian

Penelitian ini terdiri dari empat variabel yaitu peralatan praktek, pelayanan guru, praktek industri, dan prestrasi belajar. Keempat variable tersebut dikelompokan menjadi :

1. Variabel bebas terdiri dari peralatan praktek, pelayanan guru dan praktek industri.

2. Variabel terikat adalah prestrasi belajar siswa.

Guna kepentingan penyederhanaan dalam analisis data, maka masing-masing variable diberi simbol yaitu peralatan praktek dengan simbol X1,

pelayanan guru dengan simbol X2, praktek industri dengan simbol X3. Sedangkan

prestasi belajar siswa sebagai variable terikat menggunakan simbol Y.

Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan September 2008 sampai juni 2009 yang dilaksanakan di Kota Bandung yang tepatnya pada SMK Negeri 5 dan SMK Negeri 6 Bandung Jurusan Teknik Gambar Bangunan.

Hasan (2002: 20) menyatakan bahwa “ Metode penelitian adalah cara atau jalan yang ditempuh sehubungan dengan penelitian yag dilakukan dan memiliki langkah-langkah sistematis.”

Selanjutnya Kerlinger (Sugiyono, 2005: 7) megemukakan bahwa, Penelitian survey adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari


(27)

populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi, dan hubungan-hubungan antar variabel sosiologis maupun psikologis.

Berdasarkan hal tersebut, maka dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian melalui pendekatan survey. Sedangkan menurut tingakat explanasinya, penelitian ini adalah termasuk penelitian asosiatif. Penelitian asosiatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui kedudukan variabel-variabel yang diteliti serta hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya (Sugiyono 2005:11).

3.2. Paradigma Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah kesiapan Peralatan praktek sebagai variabel independen (X1), Pelayanan Guru sebagai variabel independen (X2), Praktek industri sebagai variabel independen (X3), dan prestasi belajar sebagai variabel terikat atau dependen (Y).


(28)

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian 3.3.1. Populasi

Sugiyono (2005: 90) mengatakan bahwa “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.”Sedangkan Sudjana (1996: 6) menyatakan bahwa “Populasi merupakan totalitas semua nilai yang mungkin, hasil menghitung ataupun pengukuran kuantitatif maupun kualitatif dari karakteristik tertentu mengenai sekumpulan subjek yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya.” Hasan (2002: 58) menyatakan bahwa “Populasi adalah totalitas dari semua objek atau individu yang memiliki karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yang akan diteliti.”Dari beberapa pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa populasi merupakan objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah generalisasi dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian.

Berdasarkan pengertian di atas, maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMK Negeri di Kota Bandung Program Studi Teknik Gambar Bangunan

3.3.2. Sampel

Sampel sering didefinisikan sebagai bagian dari populasi. Bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada populasi karena keterbatasan tertentu, maka peneliti menggunakan sampel yang diambil dari


(29)

populasi tersebut. Sugiyono (2005 : 91) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Dengan demikian sampel merupakan wakil populasi yang diteliti untuk memperoleh sumber data.

Hasan (2002: 119) berpendapat bahwa sampel dalam suatu penelitian timbul disebabkan dua hal yaitu: (1) Peneliti bermaksud mereduksi objek penelitian sebagai populasi. (2) Peneliti bermaksud mengadakan generalisasi dari hasil-hasil penelitiannya dalam arti mengenakan kesimpulan-kesimpulan dalam objek, gejala, atau kejadian yang lebih luas.

n =

1

2 Nd

N

Taro Yamane (Akdon 2005 : 107 )

Keterangan : n = Jumlah sampel N = Jumlah Populasi

d = Penyimpangan terhadap populasi

Dalam penentuan sampel ini penulis menggunakan estimasi penyimpangan terhadap populasi sebesar 5%, dengan demikian penetapan banyaknya sampel dapat dihitung dengan cara sebagai berikut :

n =

) 05 . 0 ( 120 1

120

2

= 1 120(0.05 ) 120

2

= 96 (responden)

Dari jumlah sampel, kemudian dicari pengambilan berstrata dengan rumus :

ni = xn

N Ni


(30)

Keterangan :

ni = Jumlah sampel menurut stratum n = Jumlah sampel keseluruhan Ni = Jumlah poplasi menurut stratum N = Jumlah populasi keseluruhan

Sehingga sampel yang mewakili masing-masing kelas setiap angkatan adalah :

ni = n

N Ni

ni = 96 19

120 24

x responden



  

    2 2 2 2 y y n x x n y x y x n rxy Dinama : xy

r = Koefisien Korelasi

x = Jumlah skor item

y = Jumlah skor total (seluruh item)

3.4. Instrumen dan Pengembangan Pengumpul Data 3.4.1 Instrumen Pengumpul Data

Pengumpulan data dimaksudkan untuk mengungkapkan informasi (data) mengenai variabel-variabel dalam penelitian serta data pendukung lainnya yang dianggap relevan meliputi :


(31)

a. Data variable bebas peralatan praktek (X1), pelayanan guru (X2), praktek

industri (X3).

b. Data variabel terikat prestasi belajar (Y).

Untuk memperoleh data yang sah guna menunjang keberhasilan penelitian, penulis menggunakan alat pengumpul data yang terdiri dari :

3.4.1.1 Kuesioner (angket)

Kuesioner (angket) merupakan salah satu alat pengumpul data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab (Sugiyono, 2005: 162). Angket pada umumnya digunakan untuk meminta keterangan tentang fakta, pendapat, pengetahuan, sikap dan perilaku responden dalam suatu peristiwa. Kuesioner dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data tentang kesiapan fasilitas, layanan pembelajaran dan pengalaman industri. Model skala pengukuran yang digunakan untuk menjaring data pada variabel-variabel penelitian ini adalah :

 Variabel peralatan praktek : menggunakan angket dengan pola jawaban tertutup model skala Likert.

 Variabel pelayanan guru : menggunakan angket dengan pola jawaban tertutup model skala Likert.

 Variabel praktek industri : menggunakan angket dengan pola jawaban tertutup model skala Likert.


(32)

Oleh karena angket ini dirancang menggunakan skala Likert dengan lima alternatif jawaban, maka responden hanya diminta memilih alternatif jawaban yang telah tersedia. Adapun pola penskorannya (scoring) adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1 Pola Penskoran

No Opsi Skor

1 Sangat setuju/selalu/sangat baik 5

2 Setuju/sering/baik 4

3 Ragu-ragu/kadang-kadang/cukup baik 3

4 Tidak setuju/jarang/kurang baik 2

5 Sangat tidak setuju/tidak pernah/tidak baik 1

Sumber : Sugiyono (2005: 107)

3.4.1.2 Dokumentasi

Dokumentasi ditujukan untuk memperoleh data langsung dari tempat penelitian meliputi buku-buku dan data-data yang relevan. Menjaring data variabel prestasi belajar adalah menggunakan studi dokumentasi terhadap Nilai hasil belajar mata pelajaran keahlian berkarya (MPB) dan mata pelajaran keilmuan dan ketrampilan (MKK).

3.4.2 Kisi-Kisi Penelitian

Sesuai dengan judul dan permasalahan yang dijelaskan dalam bab 1, terdapat dua kategori variabel yaitu variable bebas dan variable terikat. Variabel bebasnya (independen) terdiri dari kesiapan fasilitas sebagai variable independen (X1), layanan pembelajaran sebagai variabel independen (X2), pengalaman


(33)

industri sebagai variabel independen (X3), sedangkan variable terikat atau

dependen (Y) adalah prestasi belajar siswa. Keempat variabel tersebut kemudian dikembangkan ke dalam kisi-kisi penelitian yang terdiri dari variabel/subvariabel dan indikator. Dari indikator ini dirinci ke dalam bentuk deskripsi. Berdasarkan deskripsi tersebut selanjutnya instrumen penelitian disusun dalam bentuk butir-butir pertanyaan.

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Penelitian

Variabel/ Sub

Variabel Indikator Deskripsi No.

Peralatan praktek

1. Keberadaan  Jumlah fasilitas 1, 2

2. Relevansi  Relevansi peralatan dengan

kurikulum

6,7

 Relevansi peralatan dengan

evaluasi

8, 9, 10

3. Asas manfaat  Manfaat fasilitas yang

digunakan siswa 5

4. Asas pemeliharaan  Pemeliharaan fasilitas 3, 4

5. Penataan  Penataan peralatan 11, 12,

13, 14

Pelayanan guru

6. Dalam pendidikan dan pengajaran

a. Guru memberikan layanan akademik

 Gaya mengajar guru

 Penguasaan materi guru

 Layanan akademik oleh

guru

1, 2, 3, 4, 5, 6 b. Guru memberikan

nilai-nilai kehidupan di masyarakat

 Pembelajaran guru terhadap

nilai nilai kehidupan

7

7. Dalam bidang pengembangan mutu kegiatan belajar mengajar

a. Kedisiplinan guru b. Kepustakaan muktahir

c. Pengumuman media mengajar

 Kedisiplinan guru dalam

mengajar

 Penggunaan kepustakaan

Guru

 Penggunaan media

pembelajaran

8

9


(34)

Tabel 3.2 lanjutan Kisi-Kisi Penelitian

Variabel/ Sub

Variabel Indikator Deskripsi No.

Pelayanan guru

8. Dalam bidang pemberian motivasi belajar

a. Merasakan motivasi

guru  Motivasi yang diberikan guru 11

9. Dalam bidang evaluasi belajar

a. Objektivitas evaluasi Objektivitas evaluasi

 Relevansi evaluasi dengan

silabus

12 13 10. Dalam bidang bantuan

Untuk mengatasi kesulitan belajar

a. Perhatian guru atas

kesulitan yang dihadapi parasiswa

b. Hubungan harmonis

guru dan parasiswa

c. Kesempatan berbeda

pendapat

 Tingkat perhatian guru

terhadap kesulitan siswa

 Tingkat hubungan harmonis

guru dan siswa

 Tingkat perbedaan pendapat

guru dan siswa

14

15 16, 17 11. Dalam bidang pelatihan

Keterampilan

a. bantuan guru dalam

bidang latihan  Tingkat bantuan guru dalam memberikan latihan keterampilan

18, 19

Praktek Industri

12. Pengalaman kerja  Pengetahuan teoritis

 Pengetahuan praktis

 Tingkat ketelitian

 Penggunaan peralatan

 Keselamatan kerja

1, 2, 6, 7,

3 4 5 13. Kedewasaaan

a. Kedewasaan kerja (job

maturity,ability)

b. Kedewasaan Psikologis

(psychologic maturity)

 Melaksanakan pekerjaan

tanpa pengawasan

 Percaya diri

 Tanggung jawab

8, 9, 10 14, 15, 16, 17 10, 11, 12, 13, 18, 19


(35)

3.4.3 Pengembangan Alat Pengumpul Data

Sebelum kuesioner disebarkan kepada responden, maka dilakukan uji coba terhadap alat pengumpul data tersebut. Hal ini penting dilakukan untuk mengetahui kekurangan dan kelemahan yang mungkin terjadi, sehingga dengan uji coba instrumen pengumpul data ini derajat validitas maupun reliabilitasnya dapat di ketahui.

Langkah-langkah uji coba angket dilaksanakan sebagai berikut :

1. Setelah item pertanyaan disusun, kemudian diteliti untuk melihat apakah indikator telah terwadahi dalam butir-butir pertanyaan.

2. Item atau butir instrumen dikonsultasikan dengan ahlinya (pembimbing), apakah sudah sesuai dengan ruang lingkup dan kedalaman variable yang akan diukur.

3. Uji coba dilaksanakan terhadap kelompok siswa yang memiliki kesamaan karakteristik dengan responden yang akan diteliti.

4. Selanjutnya hasil uji coba diolah untuk mengetahui validitas dan reliabilitasnya.

3.5 Uji Validitas Instrumen

Menurut Sugiyono (2005: 137) bahwa instrumen yang valid apabila instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Hasil penelitian yang valid bila terdapat kesamaan data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek yang di teliti. Arikunto (Akdon, 2005: 143) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan validitas adalah suatu ukuran


(36)

yang menunjukan tingkat kehandalan atau keahlian suatu alat ukur. Oleh karena itu sebelum instrumen tersebut digunakan hingga dapat mengungkap data yang sesungguhnya, maka terlebih dahulu dilakukan uji validitas instrumen, hasilnya dihitung menggunakan rumus Pearson Product Moment

Setelah perhitungan selesai dan instrumen valid, maka dilihat kriteria penafsiran mengenai indeks korelasinya (r) sebagai berikut :

Tabel 3.3

Interpretasi Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00-0,199 Sangat rendah

0,20-0,399 Rendah

0,40-0,599 Sedang

0,60-0,799 Kuat

0,80-1,000 Sangat kuat

Sugiyono (2005: 214)

Untuk menguji signifikansi hubungan yaitu apakah hubungan yang ditemukan itu berlaku untuk seluruh populasi, maka perlu diuji signifikasinya. Rumus uji signifikasi korelasi product moment adalah sebagai berikut :

2

1 2

r n r t

  

Dimana :

t = Nilai t hitung

r = Koefisien korelasi hasil r hitung

n = Jumlah responden

Harga thitung selanjutnya dibandingkan dengan harga ttabel, untuk kesalahan

5%. (

α

= 0,05) dan derajat kebebasan (dk = n – 2). Kaidah keputusan : jika thitung > ttabel berarti valid, sebaliknya


(37)

3.5.1 Hasil Uji Validitas Instrumen Peralatan Praktek (X1)

Variabel ini terdiri dari 13 butir/item pernyataan positip maupun negatip. Instrumen tersebut telah diuji cobakan kepada 96 orang siswa, dengan hasil seperti pada lampiran.

Berdasarkan analisis data diperoleh hasil bahwa ke 13 butir/item pernyataan dinyatakan valid.

3.5.2 Hasil Uji Validitas Instrumen Pelayanan Guru (X2)

Variabel ini terdiri dari 19 butir/item pernyataan positip maupun negatip. Instrumen tersebut telah diuji cobakan kepada 96 orang siswa, dengan hasil seperti pada lampiran.

Berdasarkan analisis data diperoleh hasil bahwa ke 19 butir/item pernyataan dinyatakan valid.

3.5.3 Hasil Uji Validitas Instrumen Praktek Industri (X3)

Variabel ini terdiri dari 18 butir/item pernyataan positip maupun negatip. Instrumen tersebut telah diuji cobakan kepada 96 orang siswa, dengan hasil seperti pada lampiran.

Berdasarkan analisis data diperoleh hasil bahwa ke 18 butir/item pernyataan dinyatakan valid.

3.5.4 Hasil Uji Validitas Instrumen Prestasi Belajar (Y)

Variabel ini dianbil dari data hasil nilai raport siswa yang telah dikumpul oleh wali kelas masing-masing kelas, hasinya terlampir pada lampiran penelitian ini.


(38)

3.6 Uji Reliabilitas Instrumen.

Uji reliabilitas dimaksudkan untuk melihat konsistensi dari instrumen dalam mengungkap fenomena dari sekelompok individu meskipun dilakukan dalam waktu yang berbeda. Dengan demikian dapat diartikan bahwa reliabilitas instrumen adalah sebagai keajegan (konsistensi) alat ukur dalam mengukur apa yang diukurnya, sehingga kapanpun alat itu digunakan akan memberikan hasil yang relatif sama. Untuk menguji reliabilitas instrumen dengan internal consistency dilakukan dengan cara mencobakan sekali saja , kemudian data yang diperoleh dianalisis. Hasil analisis dapat digunakan untuk memprediksi reliabilitas instrumen. Oleh karena itu instrumen yang valid dan reliabel merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan hasil penelitian yang baik.

Tabel 3.4

Hasil Uji Reliabilitaspada SMKN di Kota Bandung

No. Variabel Nilai Alpha Keterangan

1. (X1) Peralatan Praktek terhadap

(Y) Prestasi Belajar 0.932 Sangat kuat

2. (X2) Pelayanan Guru terhadap

(Y) Prestasi Belajar 0.968 Sangat kuat

3. (X3) Praktek Industri terhadap

(Y) Prestasi Belajar 0.950 Sangat kuat

4. (X1) Peralatan Praktek dan (X2)

Pelayanan Guru terhadap (Y) Prestasi Belajar

0.960 Sangat kuat

5. (X1) Peralatan Praktek dan (X3)

Praktek Industri terhadap (Y) Prestasi Belajar

0.945 Sangat kuat

6. (X2) Pelayanan Guru dan (X3)

Praktek Industri terhadap (Y) Prestasi Belajar

0.977 Sangat kuat

7. (X1) Peralatan Praktek, (X2)

Pelayanan Guru dan (X3) Praktek

Industri terhadap (Y) Prestasi Belajar

0.969 Sangat kuat


(39)

3.7 Prosedur Penelitian dan Teknik Analisis Data. 3.7.1 Prosedur Penelitian.

Prosedur pengumpulan data ini termasuk pada saat pengambilan data uji coba instrumen sampai pada pengumpulan data penelitian yang sesungguhnya. Adapun langkah-langkah yang ditempuh adalah : (1) Penggandaan instrumen, (2) mempersiapkan surat izin melaksanakan penelitian. (3) Penyebaran kuesioner.

3.7.2 Prosedur Pengolahan data.

Pengolahan data adalah suatu proses dalam memperoleh data ringkasan atau angka ringkasan dengan menggunakan cara-cara atau rumus-rumus tertentu. Dengan pengolahan data dapat diketahui tentang makna data yang dikumpulkan sehingga hasil penelitianpun segera diketahui. Langkah-langkah pengolahan data dalam penelitian ini adalah :

(1) Menyeleksi (editing) data yang telah dikumpulkan dengan memeriksa jawaban responden sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Tujuan editing adalah untuk menghilangkan kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi. Hasan (2002: 89) menyatakan bahwa kesalahan data dapat dilengkapi atau diperbaiki dengan pengumpulan data ulangataupun dengan penyisipan (interpolasi). (2) Memberi skor terhadap item-item kuesioner berdasarkan pola skor ke dalam

tabel rekapitulasi data (tabulasi).

(3) Menganalisis data kemudian diinterpretasikan untuk dapat menarik kesimpulan.


(40)

3.7.3 Uji Normalitas

Uji persyaratan analisis yang dilakukan adalah uji normalitas. Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui normal tidaknya sebaran data yang akan dianalisis. Uji normalitas telah dilakukan dan hasilnya adalah bahwa sebaran data yang dianalisis adalah normal, analisis dilakukan dengan menggunakan bantuan program SPSS for windows 14 (lihat lampiran)

3.7.4 Tahap Pengujian Hipotesis.

Pengujian hipotesis penelitian dilakukan dengan menggunakan analisis korelasi dan regresi, di mana untuk menguji hipotesis pertama, kedua dan ketiga digunakan teknik analisis korelasi dan regresi linear sederhana sedangkan untuk menguji hipotesis keempat digunakan teknik korelasi dan regresi linear ganda. Uji

keberartian menggunakan uji t dan uji F pada taraf signifikansi α = 0,05.

Sesuai dengan hipotesis dan desain penelitian yang telah dikemukakan, maka dalam pengujiannya dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :

Untuk mengetahui hubungan antara X1 dengan Y; X2 dengan Y; dan X3

dengan Y digunakan rumus korelasi sederhana Pearson Product Moment berikut:

2 2

2 2

y

x

x

n

y

x

y

x

n

r

xy

n

y


(41)

Dimana :

rxy = Koefisien korelasi ∑x = Jumlah skor item

∑y = Jumlah skor total (seluruh item) n = Jumlah sampel

Nilai korelasi PPM dilambangkan (r), apabila nilai r telah diperoleh dari hasil perhitungan, selanjutnya ditafsirkan dengan tabel interpretasi (tabel 3.3).

Untuk menyatakan besar kecilnya kontribusi variabel X terhadap Y dapat ditentukan dengan rumus koefisien determinan sebagai berikut :

Dimana :

KD = Nilai koefisien determinan r = Nilai koefisien korelasi

Untuk uji signifikansi variabel X terhadap Y digunakan rumus seperti dibawah ini, sedangkan mencari ttabel menggunakan bantuan MsExcel.

Dimana :

t = Nilai t hitung

r = Koefisien korelasi hasil r hitung n = Jumlah responden

KD = r2 x 100% Akdon (2002: 188)

Sugiyono (2005: 214)

2

1 2

r

n

r

t

 


(42)

Untuk mengetahui hubungan secara simultan X1, X2, X3 terhadap Y

menggunakan koefisien korelasi ganda, perhitungan dilakukan dengan bantuan program SPSS for Windows 14.

Untuk mengetahui hubungan fungsional antar variabel digunakan metode regresi :

a. Regresi Linear Sederhana

Uji regresi ini ini bertujuan untuk mencari pola hubungan fungsional antara variabel X dan Y. Persamaan regresi ini dinyatakan dengan rumus :

bX a Y 

Dimana :

Y = Variabel terikat (variabel yang diduga)

X = Variabel bebas

a = Intersep

b = Koefisien regresi

Untuk melihat bentuk korelasi antar variabel dengan persamaan regresi tersebut, maka nilai a dan b harus ditentukan terlebih dahulu melalui persamaan berikut : 2 1 2 1 1 1 1 2 1 1 ) ( ) )( ( ) )( ( X x n Y X X X Y a          2 1 2 1 1 1 1 1 ) ( ) )( ( X x n Y X Y X n b        

Sugiyono (2005: 238)


(43)

Selanjutnya persamaan tersebut diuji keberartian (signifikansi) arah koefisien dengan menggunakan analisis varians (ANAVA) yang diolah dengan bantuan MsExcel.

b. Regresi Linear Ganda

Uji regresi linear ganda bertujuan untuk membuktikan ada atau tidak adanya hubungan fungsional atau kausal antara variabel bebas X1, X2, dan X3

terhadap Y. Pengujian data dilakukan menggunakan bantuan program SPSS for Windows 14. Persamaan regresi linear ganda dinyatakan dalam rumus : Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3


(44)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

1.1. Kesimpulan

Prestasi Belajar siswa pada SMK Negeri di kota Bandung sangat penting diwujudkan agar memberikan kualitas para siswa terhadap pencapaian tujuannya. Hal tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor. Penelitian ini mengkaji pengaruh peralatan praktek, pelayanan guru dan praktek Industri bidang gambar Bangunan terhadap prestasi belajar siswa pada SMK Negeri di kota Bandung dengan kesimpulan sebagai berikut :

1. Peralatan praktek, pelayanan guru dan praktek Industri bidang gambar Bangunan berpengaruh positif dan signifikan terhadap prestasi belajar siswa pada SMK Negeri di kota Bandung. Pengaruh tersebut dinilai besar; sehingga peralatan praktek, pelayanan guru dan praktek Industri bidang gambar Bangunan dapat dijadikan sebagai faktor penting dalam mengefektifkan prestasi belajar siswa pada SMK Negeri di kota Bandung. Sebab itu, semakin berkualitas peralatan praktek, pelayanan guru dan praktek Industri bidang gambar Bangunan pada prestasi belajar siswa pada SMK Negeri di kota Bandung, maka akan semakin efektif prestasi belajar siswa pada SMK Negeri di kota Bandung.

2. Peralatan praktek, pelayanan guru dan praktek Industri bidang gambar Bangunan terhadap pengaruh prestasi belajar siswa pada SMK Negeri di kota Bandung berdasarkan uji F menunjukkan bahwa kedua variabel bebas tersebut berpengaruh positif terhadap pengaruh terhadap prestasi belajar


(45)

siswa pada SMK Negeri di kota Bandung. Hal ini ditunjukkan oleh Fhitung

> Ftabel dengan derajat bebas pembilang dua dan penyebut 94 pada 

(0,05). Dengan kata lain, semakin berkualitas dan tinggi Peralatan praktek, pelayanan guru dan praktek Industri bidang gambar Bangunan, maka semakin berkualitas prestasi belajar siswa pada SMK Negeri di kota Bandung. Artinya pengaruh ketiga variabel bebas mempunyai pengaruh yang patut diperhatikan dalam peralatan praktek, pelayanan guru dan praktek Industri bidang gambar bangunan pada prestasi belajar siswa pada SMK Negeri di kota Bandung.

1.2. Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan penelitian di atas, maka dikemukakan Rekomendasi yang meliputi :

1. Peralatan praktek, pelayanan guru dan praktek Industri bidang gambar Bangunan perlu ditingkatkan kualitasnya agar memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap Peralatan praktek, pelayanan guru dan praktek Industri bidang gambar Bangunan. Peralatan praktek, pelayanan guru dan praktek Industri bidang gambar Bangunan dimaksud dilakukan antara lain melalui pengkajian dan perumusannya secara lebih rasional sesuai dengan tuntutan masalah yang menjadi fokus perhatian pada Peralatan praktek, pelayanan guru dan praktek Industri bidang gambar Bangunan. Selain itu, kualitas Peralatan praktek, pelayanan guru dan praktek Industri bidang


(46)

gambar Bangunan perlu ditingkatkan melalui antara lain peralatan yang lebih memadai untuk menunjang hal tersebut.

2. Oleh karena masih adanya pengaruh faktor lain terhadap Peralatan praktek, pelayanan guru dan praktek Industri bidang gambar Bangunan, maka agar faktor tersebut dapat diketahui, perlu dilakukan penelitian lanjutan. Dengan demikian, diperoleh informasi secara jelas mengenai faktor apa saja yang mempengaruhi prestasi belajar siswa pada SMK Negeri di kota Bandung, selain produk Peralatan praktek, pelayanan guru dan praktek Industri bidang gambar Bangunan.


(47)

DAFTAR PUSTAKA

Akdon dan Sahlan, Hadi. (2005). Aplikasi Statistika dan Metode Penelitian Untuk Administrasi & Manajemen. Bandung: Dewa Ruchi.

Anastasi, A. (1976). Psychological Testing, fourth edition. New York: Macmillan Publishing Co., Inc.

Bailey, T.R. et al. (2004). Working Knowledge. Work – Based Learning and Education Reform. New York: RoutledgeFalmer.

Best, John W. (1983). Research in Education, Fourth Edition. New Delhi: Prentice-Hall of India.

Boud, D. dan Solomon, N. (2003). Work Based Learning. Great Britain: St. Edmundsbury Press Ltd.

Bukit, Masriam. (1997). Implementasi Pendidikan Sistem Ganda Sebagai Pembaruan Kurikulum. Disertasi Doktor pada Program Pascasarjana IKIP Bandung: tidak diterbitkan.

Butler, F.C. (1979). Instructional Systems Development for Vocational and Technical Training. Englewood Cliffs, N.J.: Educational Technology Publication

Cowie, AP. (1989). Oxford Advanced Learner’s Dictionary, Fourth Edition. Oxford University Press.

Daryanto. (2005). Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Davish, Ivor K. (1981). Instructional Technique. McGraw-Hill Book Company. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1999). Kamus Besar Bahasa

Indonesia. Edisi Kedua. Balai Pustaka.

Depdiknas. (2003). Pedoman pelaksanaan Paktek Kerja Industri (SMK). Jakarta: DPMK.

Djohar, As’ari. (1995). Pengembangan dan Implementasi Program Magang pada

Pendidikan Apprentis. Tesis pada Program Pascasarjana IKIP Bandung: tidak diterbitkan.

Finch, C.R., dan Crunkilton, J.R. (1984). Curriculum Development in Vocational and Technical Education: Planning, Content and Implementation. Boston: Allyn and Bacon, Inc.


(48)

Hadi, Sutrisno. (1960). Psikologi Karya. FIP-IKIP Jogjakarta.

Hasan, Bachtiar. (2003). Perencanaan Pengajaran Bidang Studi. Edisi kedua. Bandung: Pustaka Ramadhan.

Hasan, Iqbal. (2002). Metode Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Hersey, P. dan Blanchard K. (1982). Management of Organizational Behavior, Utilizing Human Resources. New Jersey: Prentice-Hall Englewood Cliffs. Hoover, Kennet H. (1976). The Professional Teacher Handbook, Allyn and

Bacon, Inc.

Idris, Zahara. (1981). Dasar-Dasar Kependidikan. Padang: Angkasa Raya.

Kerlinger, Fred N. (1973). Foundation Of Behavioral Research, Second edition. New York: Holt, Reinhart and Wiston Inc.

Meirawan, D. (1996). Keterkaitan dan Kesepadanan Pengelolaan Program Pembelajaran di SMK Dengan Kebutuhan Industri. Disertasi Doktor pada Program Pascasarjana IKIP Bandung: tidak diterbitkan.

Mendiknas, Keputusan Nomor 232. (2000). Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa. Jakarta: Biro Hukum dan Humas Depdiknas.

Nolker, H dan Schoenfeldt. (1983). Pendidikan Kejuruan, Pengajaran, Kurikulum, Perencanaan. Terjemahan dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia.

Poerwadarminta, WJS. (1991). Kamus Umum bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Prihantoro, C.R. (1999). Model Pendidikan Keteknikan Berdasar Kompetensi Bagi Pengembangan Pendidikan Profesional di Politeknik. Disertasi Doktor pada Program Pascasarjana IKIP Bandung: tidak diterbitkan.

Sawyer, Graham. (2001). Daya Saing Pekerja Indonesia Rendah. Magelang Bernas [Online].Tersedia: http://www.indomedia.com/bernas/082001/ 15/UTAMA/ 15mgl1.htm [08 September 2005]

Soemanto, Wasty. (1998). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Soetardjo. (1996). Pengelolaan Bengkel. Surabaya: SIC-LPM IKIP Surabaya.


(1)

Selanjutnya persamaan tersebut diuji keberartian (signifikansi) arah koefisien dengan menggunakan analisis varians (ANAVA) yang diolah dengan bantuan MsExcel.

b. Regresi Linear Ganda

Uji regresi linear ganda bertujuan untuk membuktikan ada atau tidak adanya hubungan fungsional atau kausal antara variabel bebas X1, X2, dan X3

terhadap Y. Pengujian data dilakukan menggunakan bantuan program SPSS for Windows 14. Persamaan regresi linear ganda dinyatakan dalam rumus : Y = a +


(2)

124

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

1.1. Kesimpulan

Prestasi Belajar siswa pada SMK Negeri di kota Bandung sangat penting diwujudkan agar memberikan kualitas para siswa terhadap pencapaian tujuannya. Hal tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor. Penelitian ini mengkaji pengaruh peralatan praktek, pelayanan guru dan praktek Industri bidang gambar Bangunan terhadap prestasi belajar siswa pada SMK Negeri di kota Bandung dengan kesimpulan sebagai berikut :

1. Peralatan praktek, pelayanan guru dan praktek Industri bidang gambar Bangunan berpengaruh positif dan signifikan terhadap prestasi belajar siswa pada SMK Negeri di kota Bandung. Pengaruh tersebut dinilai besar; sehingga peralatan praktek, pelayanan guru dan praktek Industri bidang gambar Bangunan dapat dijadikan sebagai faktor penting dalam mengefektifkan prestasi belajar siswa pada SMK Negeri di kota Bandung. Sebab itu, semakin berkualitas peralatan praktek, pelayanan guru dan praktek Industri bidang gambar Bangunan pada prestasi belajar siswa pada SMK Negeri di kota Bandung, maka akan semakin efektif prestasi belajar siswa pada SMK Negeri di kota Bandung.

2. Peralatan praktek, pelayanan guru dan praktek Industri bidang gambar Bangunan terhadap pengaruh prestasi belajar siswa pada SMK Negeri di kota Bandung berdasarkan uji F menunjukkan bahwa kedua variabel bebas tersebut berpengaruh positif terhadap pengaruh terhadap prestasi belajar


(3)

siswa pada SMK Negeri di kota Bandung. Hal ini ditunjukkan oleh Fhitung

> Ftabel dengan derajat bebas pembilang dua dan penyebut 94 pada 

(0,05). Dengan kata lain, semakin berkualitas dan tinggi Peralatan praktek, pelayanan guru dan praktek Industri bidang gambar Bangunan, maka semakin berkualitas prestasi belajar siswa pada SMK Negeri di kota Bandung. Artinya pengaruh ketiga variabel bebas mempunyai pengaruh yang patut diperhatikan dalam peralatan praktek, pelayanan guru dan praktek Industri bidang gambar bangunan pada prestasi belajar siswa pada SMK Negeri di kota Bandung.

1.2. Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan penelitian di atas, maka dikemukakan Rekomendasi yang meliputi :

1. Peralatan praktek, pelayanan guru dan praktek Industri bidang gambar Bangunan perlu ditingkatkan kualitasnya agar memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap Peralatan praktek, pelayanan guru dan praktek Industri bidang gambar Bangunan. Peralatan praktek, pelayanan guru dan praktek Industri bidang gambar Bangunan dimaksud dilakukan antara lain melalui pengkajian dan perumusannya secara lebih rasional sesuai dengan tuntutan masalah yang menjadi fokus perhatian pada Peralatan praktek, pelayanan guru dan praktek Industri bidang gambar Bangunan. Selain itu, kualitas Peralatan praktek, pelayanan guru dan praktek Industri bidang


(4)

126

gambar Bangunan perlu ditingkatkan melalui antara lain peralatan yang lebih memadai untuk menunjang hal tersebut.

2. Oleh karena masih adanya pengaruh faktor lain terhadap Peralatan praktek, pelayanan guru dan praktek Industri bidang gambar Bangunan, maka agar faktor tersebut dapat diketahui, perlu dilakukan penelitian lanjutan. Dengan demikian, diperoleh informasi secara jelas mengenai faktor apa saja yang mempengaruhi prestasi belajar siswa pada SMK Negeri di kota Bandung, selain produk Peralatan praktek, pelayanan guru dan praktek Industri bidang gambar Bangunan.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Akdon dan Sahlan, Hadi. (2005). Aplikasi Statistika dan Metode Penelitian Untuk

Administrasi & Manajemen. Bandung: Dewa Ruchi.

Anastasi, A. (1976). Psychological Testing, fourth edition. New York: Macmillan Publishing Co., Inc.

Bailey, T.R. et al. (2004). Working Knowledge. Work – Based Learning and Education Reform. New York: RoutledgeFalmer.

Best, John W. (1983). Research in Education, Fourth Edition. New Delhi: Prentice-Hall of India.

Boud, D. dan Solomon, N. (2003). Work Based Learning. Great Britain: St. Edmundsbury Press Ltd.

Bukit, Masriam. (1997). Implementasi Pendidikan Sistem Ganda Sebagai

Pembaruan Kurikulum. Disertasi Doktor pada Program Pascasarjana IKIP

Bandung: tidak diterbitkan.

Butler, F.C. (1979). Instructional Systems Development for Vocational and

Technical Training. Englewood Cliffs, N.J.: Educational Technology

Publication

Cowie, AP. (1989). Oxford Advanced Learner’s Dictionary, Fourth Edition.

Oxford University Press.

Daryanto. (2005). Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Davish, Ivor K. (1981). Instructional Technique. McGraw-Hill Book Company. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1999). Kamus Besar Bahasa

Indonesia. Edisi Kedua. Balai Pustaka.

Depdiknas. (2003). Pedoman pelaksanaan Paktek Kerja Industri (SMK). Jakarta: DPMK.

Djohar, As’ari. (1995). Pengembangan dan Implementasi Program Magang pada

Pendidikan Apprentis. Tesis pada Program Pascasarjana IKIP Bandung:

tidak diterbitkan.

Finch, C.R., dan Crunkilton, J.R. (1984). Curriculum Development in Vocational

and Technical Education: Planning, Content and Implementation. Boston:


(6)

128

Hadi, Sutrisno. (1960). Psikologi Karya. FIP-IKIP Jogjakarta.

Hasan, Bachtiar. (2003). Perencanaan Pengajaran Bidang Studi. Edisi kedua. Bandung: Pustaka Ramadhan.

Hasan, Iqbal. (2002). Metode Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Hersey, P. dan Blanchard K. (1982). Management of Organizational Behavior,

Utilizing Human Resources. New Jersey: Prentice-Hall Englewood Cliffs.

Hoover, Kennet H. (1976). The Professional Teacher Handbook, Allyn and Bacon, Inc.

Idris, Zahara. (1981). Dasar-Dasar Kependidikan. Padang: Angkasa Raya.

Kerlinger, Fred N. (1973). Foundation Of Behavioral Research, Second edition. New York: Holt, Reinhart and Wiston Inc.

Meirawan, D. (1996). Keterkaitan dan Kesepadanan Pengelolaan Program

Pembelajaran di SMK Dengan Kebutuhan Industri. Disertasi Doktor pada

Program Pascasarjana IKIP Bandung: tidak diterbitkan.

Mendiknas, Keputusan Nomor 232. (2000). Pedoman Penyusunan Kurikulum

Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa. Jakarta: Biro

Hukum dan Humas Depdiknas.

Nolker, H dan Schoenfeldt. (1983). Pendidikan Kejuruan, Pengajaran,

Kurikulum, Perencanaan. Terjemahan dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: PT

Gramedia.

Poerwadarminta, WJS. (1991). Kamus Umum bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Prihantoro, C.R. (1999). Model Pendidikan Keteknikan Berdasar Kompetensi

Bagi Pengembangan Pendidikan Profesional di Politeknik. Disertasi Doktor

pada Program Pascasarjana IKIP Bandung: tidak diterbitkan.

Sawyer, Graham. (2001). Daya Saing Pekerja Indonesia Rendah. Magelang Bernas [Online].Tersedia: http://www.indomedia.com/bernas/082001/ 15/UTAMA/ 15mgl1.htm [08 September 2005]

Soemanto, Wasty. (1998). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Soetardjo. (1996). Pengelolaan Bengkel. Surabaya: SIC-LPM IKIP Surabaya.