PERBANDINGAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS ANTARA KELAS YANG MENERAPKAN PENDEKATAN KOMUNIKATIF DENGAN BANTUAN MULTIMEDIA DENGAN KELAS YANG YANG MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL.
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ... i
ABSTRAK ... ii
LEMBAR PERNYATAAN ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
UCAPAN TERIMA KASIH ... v
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 9
C. Pembatasan masalah ... 9
D. Perumusan Masalah ... 10
E. Tujuan Penelitian ... 11
F. Manfaat Penelitian ... 12
G. Asumsi ... 12
H. Hipotesis Penelitian ... 13
I. Definisi Operasional ... 13
BAB II BELAJAR, PEMBELAJARAN, PENDEKATAN KOMUNIKATIF DENGAN BANTUAN MULTIMEDIA, DAN PENDIDIKAN KEJURUAN A. Pengertian Belajar dan Hasil Belajar ... 16
1. Pengertian Belajar ... 16
2. Hasil Belajar ... ... 18
B. Pembelajaran ... 20
1. Pengertian Pembelajaran ... 20
2. Pembelajaran Bahasa Inggris di SMK ... 23
3. Pendekatan Komunikatif dalam Pembelajaran Bahasa Inggris ... 25
a. Prinsip-Prinsip Metodologi Pengajaran ... 27
b. Ciri-Ciri Pendekatan Komunikatif ... 29
c. Langkah-Langkah Pengajaran ... 29
3. Pembelajaran Konvensional ... 32
a. Ciri-Ciri Pendekatan Konvensional ... 35
b. Langkah-Langkah Pengajaran ... 36
C. Media Pembelajaran ... 38
1. Pengertian Media Pembelajaran ... 38
2. Jenis dan Karakteristik Media Pembelajaran ... 40
3. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran ... 41
a. Fungsi Media Pembelajaran ... 41
(2)
F. Penelitian yang Relevan ... 52
G. Paradigma Penelitian ... 53
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Disain Penelitian ... 54
B. Lokasi dan Sampel Penelitian ... 56
1. Lokasi Penelitian ... ... 56
2. Populasi dan Sampel Penelitian ... 56
3. Variabel Penelitian ... 58
4. Instrumen Penelitian ... 58
5. Wawancara ... . 59
6. Teknik Analisis Data ... 59
C. Instrumen Penelitian dan Pengembangannya ... 60
1. Tes Hasil Belajar ... 60
2. Angket Respons Siswa ... 61
D. Tahap Uji Coba Instrumen ... 61
1. Validitas ... 62
2. Reliabilitas ... 63
3. Tingkat Kesukaran ... 64
4. Daya Pembeda ... 65
E. Pengujian Instrumen... 66
1. Uji Validitas ... 66
2. Uji Reliabilitas ... 67
3. Uji Tingkat Kesukaran ... 67
4. Uji Daya Pembeda ... 68
F. Pelaksanaan Penelitian ... 69
G.Teknik Analisis Data ... 69
1. Uji Normalitas ... 70
2. Uji Homogenitas Varians ... 72
3. Menguji Hipotesis ... 73
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 76
1. Deskripsi Data ... 76
a. Tes Awal (Pre-test) ... 78
b. Perlakuan (Proses Pembelajaran) ... 80
c. Tes Akhir (Post-test) ... 80
d. Respons Siswa ... 82
2. Analisis Data ... 83
a. Uji Normalitas Kelompok Data ... 83
b. Uji Homogenitas Kelompok Data ... 84
c. Uji Hipotesis Kelompok Data ... 86
(3)
DAFTAR PUSTAKA ... 95
(4)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya pribadi manusia menurut ukuran normatif. Menyadari akan hal tersebut, pemerintah berupaya terus menangani bidang pendidikan, sebab dengan sistem pendidikan yang baik diharapkan muncul generasi penerus bangsa yang berkualitas dan mampu menyesuaikan diri untuk hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Upaya yang telah dan terus dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan adalah dengan mewujudkan amanat tersebut melalui pengembangan berbagai usaha pembangunan pendidikan yang lebih berkualitas antara lain melalui perbaikan kurikulum, pengadaan materi ajar, sistem evaluasi dan perbaikan sarana pendidikan.
Sekolah adalah tempat penyelenggaraan pendidikan, di ruang-ruang kelas proses belajar mengajar berlangsung. Undang-Undang Nomor 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003 menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada satu lingkungan belajar. Guru adalah kreator proses belajar dan mengajar. Guru adalah orang yang akan mengembangkan suasana belajar bagi siswa untuk mengkaji apa yang menarik minatnya, mengekspresikan ide-ide kreativitasnya dalam batas-batas dan norma-norma yang ditegakkan secara konsisten.
(5)
Dalam proses belajar mengajar di kelas, guru harus dapat menciptakan suatu kondisi yang memungkinkan proses komunikasi berjalan lancar sehingga pesan yang disampaikan dapat diterima oleh siswa. Agar siswa dapat menerima pesan dengan baik maka harus ada suatu pendekatan yang dilakukan oleh seorang guru, dalam pembelajaran bahasa, pendekatan komunikatif (communicative
approach) dinilai tepat karena dianggap lebih relevan dengan fungsi bahasa itu
sendiri yakni untuk komunikasi antar sesama, dengan kata lain bahwa pengembangan pembelajaran bahasa Inggris saat ini seharusnya diarahkan untuk kemampuan berbahasa peserta didik secara aktif.
Pendekatan komunikatif yang menekankan aspek komunikatif diartikan sebagai pendekatan yang mengutamakan pembelajar dalam menggunakan bahasa untuk berkomunikasi secara aktif dalam keterpaduan penggunaan empat kemahiran bahasa yaitu mendengar, membaca, berbicara, dan menulis. Hal ini berarti bahwa fokus pembelajaran terletak pada penggunaan bahasa dalam konteks kehidupan sehari-hari.
Di dalam konsep pendekatan komunikatif terdapat konsep kompetensi komunikatif yang membedakan komponen bahasa menjadi dua bagian, yaitu kompetensi dan unjuk kerja. Menurut Mary Finochiaro dan Cristopher Brumfit,
Functional Notional Approach: From Theory to Practice, h.14, bahwa pendekatan
komunikatif ini: 1) mengembangkan keterampilan komunikasi pembelajar, 2) menekankan pada makna secara utuh dan fungsional, penyajian bahan tidak terpecah-pecah dalam satuan-satuan lepas, 3) berorientasi pada konteks, 4) mempertajam kepekaan sosial, 5) belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi, 6)
(6)
komunikasi yang efektif merupakan tuntutan, 7) latihan komunikasi dimulai sejak permulaan belajar bahasa, kompetensi komunikatif merupakan tujuan utama, 9) urutan pembelajaran tidak selalu linear, didasarkan atas kebutuhan, 10) pembelajar sebagai pusat belajar, 11) kesalahan berbahasa merupakan hal yang wajar, 12) materi senantiasa melibatkan aspek ahli bahasa, makna fungsional, dan makna sosial.
Jadi, dengan kata lain bahwa pendekatan komunikatif yang digunakan di kelas akan lebih bermanfaat bagi para siswa karena pada pembelajaran bahasa Inggris siswa diajak untuk berkomunikasi dalam bahasa Inggris tidak menekankan pada tata bahasa (grammar) nya saja. Dengan adanya interaksi antara pengajar dan pembelajar diharapkan siswa yang tadinya malu untuk berbicara bahasa Inggris dapat termotivasi dan berani untuk berbicara karena dalam proses belajarnya guru selalu menekankan fungsi bahasanya itu sendiri.
Di samping model pembelajaran atau pendekatan yang diberikan kepada siswa, masih ada yang lain dan tidak kalah pentingnya yaitu peran media pembelajaran. Karena guru bukan penyaji informasi secara mutlak, maka seiring dengan perkembangan teknologi penyampaian materi dapat dilakukan oleh media, oleh karena itu, dalam setiap kegiatan belajar mengajar potensi media tidak dapat diabaikan dan proses komunikasi antara guru dan siswa dapat terlaksana dengan baik dan lancar apabila dalam proses pembelajarannya menggunakan media yang tepat sehingga akan sangat membantu siswa lebih cepat dalam merespon pesan yang disampaikan, sehingga akan berpengaruh pada hasil belajar siswa.
(7)
Penggunaan komputer sebagai media pembelajaran pada saat sekarang ini dinilai akan lebih mampu lagi menarik minat siswa untuk belajar, misalnya dengan media komputer. Kelebihan yang dimiliki oleh komputer diantaranya adalah mampu menyajikan obyek-obyek bergerak dan memadukannya dengan suara dan perpaduan antara obyek yang bergerak dan suara, atau kita kenal dengan multimedia, tetapi disamping memiliki sejumlah kelebihan, komputer sebagai sarana komunikasi interaktif juga memiliki beberapa kelemahan diantaranya komputer itu sangat tergantung pada power supply, kemudian hal lain adalah dalam merancang dan memproduksi program pembelajaran yang berbasis komputer (computer based instruction), pekerjaan itu bukan merupakan pekerjaan mudah terutama yang dirancang khusus untuk maksud pembelajaran. Memproduksi program komputer merupakan kegiatan intensif yang cukup memerlukan waktu dan juga keahlian khusus, diluar pembelajaran dengan menggunakan komputer maka perawatan yang meliputi perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software) juga memerlukan biaya yang relatif tinggi.
Walaupun demikian, dalam menyajikan informasinya di dalam kelas seorang guru memerlukan alat bantu yang sesuai, dalam hal ini penggunaan multimedia diharapkan akan membantu proses belajar mengajar siswa dan menarik siswa untuk dapat belajar secara menyenangkan dan tidak membosankan karena multimedia dapat mengkombinasikan berbagai gambar, grafik, teks, animasi, video dan suara. Hal ini dinyatakan oleh Ivers dan Baron (2002:2) bahwa : “In general term, multimedia is the use of several media to present
(8)
infomation. Combinations many include text, graphics, animation, pictures, video
and sounds”. Selanjutnya menurut Schurman (1995) dalam
http://www.members.tripod.com/-kudin96/nota.html yang mengatakan bahwa “multimedia sebagai kombinasi grafik, animasi, teks, video dan suara dalam satu materi yang mementingkan interaksi antara pengguna dan komputer”.
Multimedia terdiri dari dua jenis, yaitu multimedia non-interaktif dan multimedia interaktif. Pada multimedia non-interaktif, pengguna bertindak pasif dan menyaksikan adegan demi adegan secara berurutan. Sementara pada multimedia interaktif ditambah satu elemen lagi yaitu aspek interaktif sehingga pengguna dapat memilih secara aktif adegan yang diinginkan dan juga dapat bermain simulasi dan permainan yang disediakan.
Pada dasarnya salah satu tujuan dari pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan multimedia adalah sedapat mungkin menggantikan dan melengkapi tujuan, materi, metode dan alat lain yang ada dalam proses belajar mengajar dalam sistem pembelajaran konvensional. Dengan penerapan multimedia diharapkan akan mampu memberikan perubahan dalam suasana belajar, sehingga dapat menimbulkan motivasi khususnya dalam mengikuti pembelajaran sehingga hasil belajar siswa dapat diperoleh secara lebih baik lagi.
Dari hasil wawancara dengan guru bahasa Inggris di SMK Negeri 1 Cimahi, diperoleh keterangan bahwa tiga orang guru bahasa Inggris yang mengajar di kelas satu, satu orang guru telah menggunakan multimedia di dalam proses belajar mengajarnya. Guru yang belum menggunakan multimedia dalam memberikan materinya masih menggunakan model pembelajaran konvensional artinya dalam
(9)
penyampaian materi kepada siswa, ceramah, demonstrasi dan penggunaan tape recorder masih dipergunakan.
Pada pembelajaran seperti ini, sebagian besar guru pada umumnya dalam merumuskan tujuan pembelajarannya cenderung terbatas pada aspek kognitif domain ingatan, pemahaman dan aplikasi saja, sedangkan domain analisis dan sintesis belum biasa dilatihkan pada siswa dan biasanya siswa belajar dalam kelas klasikal, jarang sekali belajar dalam kelompok. Kalaupun mereka belajar
dalam kelompok biasanya hanya dalam kelompok yang homogen
kemampuannya. Pembelajaran seperti ini diduga akan mengakibatkan siswa kurang terbiasa bekerja dalam kelompok dan cenderung bersifat individualis.
Dalam pembelajaran konvensional masih menggunakan strategi pembelajaran teacher centre yang lebih menekankan pembelajaran yang berpusat pada guru, siswa hanya sebagai pendengar saja. Hal ini menyebabkan siswa kurang terampil berkomunikasi dalam kegiatan belajar mengajar di dalam kelas, siswa tidak tahu relevansi materi pelajaran yang dipelajari dengan kehidupan sehari-harinya sehingga materi yang diberikan hanya sebatas mengetahui saja tanpa bisa diterapkan dalam dunia nyata.
Secara disadari atau tidak, dengan menggunakan pola proses belajar mengajar konvensional cenderung membuat siswa pasif dalam berkomunikasi, padahal kemampuan berkomunikasi adalah salah satu kemampuan yang harus dimiliki siswa untuk mempersiapkan dan membekali siswa dalam memasuki dunia kerja terutama di sektor yang membutuhkan keterampilan berbahasa Inggris.
(10)
Kenyataan di atas tentulah berakibat pada pencapaian hasil belajar yang belum optimal. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil belajar bahasa Inggris semester I pada kelas 1 Teknik Transmisi secara keseluruhan yang menyangkut empat keterampilan yaitu : speaking, listening, writing dan reading pada semester ganjil tahun ajaran 2008/2009. Data yang diperoleh adalah sebagai berikut :
TABEL 1.1
NILAI BAHASA INGGRIS SEMESTER I TA 2008/2009
No. Nilai Keterangan Frekunesi Persentase
1 09.00 – 10.00 Amat Baik 2 5,88 %
2 8.00 –8.99 Baik 8 23,52 %
3 7.00 – 7,99 Cukup 10 29,41 %
4 < 7,00 Kurang 14 41,18 %
Jumlah : 34 100 %
(Sumber : Dokumen Guru Mata Diklat Bahasa Inggris)
Nilai di atas diambil dari hasil ulangan umum mata diklat bahasa Inggris kelas 1 Teknik Transmisi sebagai sampel. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa nilai kompetensi bahasa Inggris mempunyai standar minimal 7,00, sedangkan dari data yang diperoleh yang tergolong kurang, mencapai 14 orang atau 41,18 %, yang tergolong cukup 10 orang atau 29,41 %, persentase siswa yang tergolong baik 8 orang atau 23,52 % dan siswa yang tergolong amat baik hanya 2 orang atau 5,88 %. Dengan melihat distribusi hasil belajar mata diklat bahasa Inggris, kita bisa menyimpulkan bahwa prestasi yang dicapai siswa masih belum optimal.
(11)
Menurut Costa (1985), bahwa untuk mencapai hasil belajar yang diharapkan, guru perlu membuat strategi pembelajaran (teaching strategy) yang tepat misalnya dengan memilih model, media, metode dan keterampilan-keterampilan lainnya yang sesuai. Pembelajaran yang baik menurut Costa yaitu pembelajaran yang melibatkan siswa dalam mendapatkan pengalaman belajar. Makin aktif siswa secara intelektual dan sosial maka makin bertambah pengalaman belajar siswa. Dengan melak
Untuk mendukung strategi pembelajaran yang tepat seperti apa yang telah dikemukakan oleh Costa, maka penulis mengangkat pembelajaran dengan pendekatan komunikatif. Seperti telah diuraikan sebelumnya bahwa pendekatan komunikatif yang dalam pembelajarannya lebih menekankan fungsi bahasa daripada tata bahasa diharapkan dapat dijadikan alternatif pendekatan bagi guru dalam penyampaian materi di kelas dan bagi siswa itu sendiri dapat lebih menggali lagi kemampuan berkomunikasi sehingga siswa akan memiliki kemampuan berkomunikasi dalam bahasa Inggris dengan baik dan diharapkan siswa dapat bersaing dalam dunia kerja. Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang tercantum dalam GBPP kurikulum SMK bahwa SMK sebagai bagian dari salah satu jenjang pendidikan menengah dalam sistem pendidikan nasional bertujuan meningkatkan kemampuan siswa untuk dapat mengembangkan diri sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian serta menyiapkan siswa untuk memasuki lapangan kerja dan mengembangkan sikap profesional (Kurikulum, 2004:4).
(12)
Dari uraian yang telah dipaparkan di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai perbedaan hasil belajar bahasa Inggris antara kelas yang menerapkan pendekatan komunikatif dibantu dengan multimedia dengan kelas yang pembelajarannya konvensional.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas, maka masalah - masalah yang ada pada penelitian ini antara lain adalah:
1. Pengaruh pembelajaran yang menerapkan pendekatan komunikatif dengan bantuan multimedia terhadap hasil belajar bahasa Inggris.
2. Perbedaan hasil belajar siswa pada mata pelajaran bahasa Inggris antara kelas yang menerapkan pendekatan komunikatif dengan bantuan multimedia dengan kelas yang pembelajarannya konvensional.
3. Tanggapan guru dan siswa terhadap multimedia dalam proses pemebaljaran. 4. Kendala yang dihadapi guru dalam menerapkan pendekatan komunikatif dalam
mengajar bahasa Inggris.
5. Kendala yang dihadapi guru dalam menggunakan multimedia dalam proses pembelajaran di kelas.
C. Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya lingkup permasalahan dalam penelitian ini dan agar penelitian ini menjadi lebih terarah serta untuk menghindari adanya
(13)
penyimpangan dari tujuan penelitian, maka peneliti melakukan pembatasan masalah, sebagai berikut :
1. Pendekatan komunikatif dengan bantuan multimedia hanya diterapkan pada materi Asking for and Giving Directions and Locations saja.
2.Penelitian dilakukan berkaitan dengan perbedaan hasil belajar siswa pada mata pelajaran bahasa Inggris antara kelas yang menerapkan pendekatan komunikatif dengan bantuan multimedia dan kelas yang mengunakan model konvensional. 3.Multimedia yang digunakan dalam proses pembelajaran adalah multimedia
yang menggunakan Compact Disc (CD), diputar dengan menggunakan komputer/laptop yang diproyeksikan melalui infocus ke layar lebar, dimana gambarnya bergerak, suaranya dapat didengar yang merupakan perpaduan antara media visual dan audio.
D. Perumusan Masalah
Dengan mengacu pada latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : “Bagaimanakah pengaruh penerapan pendekatan komunikatif dengan bantuan multimedia pada mata pelajaran Bahasa Inggris terhadap hasil belajar siswa?”
Rumusan masalah di atas dijabarkan menjadi pertanyaan-pertanyaan penelitian, sebagai berikut :
1. Bagaimanakah hasil belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran melalui pendekatan komunikatif dengan bantuan multimedia pada pelajaran bahasa Inggris?
(14)
2. Bagaimanakah perbedaan hasil belajar siswa, antara kelas yang menerapkan pendekatan komunikatif dibantu dengan multimedia dan kelas yang pembelajarannya konvensional?
3. Bagaimanakah tanggapan siswa dan guru Bahasa Inggris tentang penerapan pendekatan komunikatif dengan bantuan multimedia pada materi Asking for
and Giving Directions and Locations?.
E. Tujuan Penelitian
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan hasil belajar bahasa Inggris antara kelas yang menerapkan pendekatan komunikatif dengan bantuan multimedia dengan kelas yang pembelajarannya konvensional. Tujuan khusus dari penelitian ini adalah :
1. Mendapatkan gambaran nyata mengenai hasil belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran melalui pendekatan komunikatif dengan bantuan multimedia pada pelajaran bahasa Inggris.
2. Mendapatkan gambaran nyata mengenai perbedaan hasil belajar siswa antara yang menggunakan pendekatan komunikatif dengan bantuan multimedia dengan yang tidak menggunakan multimedia.
3. Memperoleh informasi serta mengetahui tanggapan siswa dan guru bahasa Inggris mengenai model pembelajaran/pendekatan komunikatif dengan bantuan multimedia dalam proses pembelajaran Asking for and Giving Directions and
(15)
F. Manfaat Penelitian
Diharapkan, hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan referensi ilmu pengetahuan tentang penerapan pendekatan komunikatif dalam proses pembelajaran dengan bantuan multimedia untuk mendapatkan hasil belajar siswa yang lebih tinggi lagi serta dapat dimanfaatkan oleh :
1. Sekolah, khususnya Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai wahana untuk meningkatkan kualitas dan implementasi kurikulum dan pembelajaran melalui pendekatan komunikatif dan penambahan media pembelajaran.
2. Guru, diharapkan dapat menerapkan pendekatan komunikatif dalam proses pembelajarannya sehingga siswa dapat mengembangkan kemampuan mereka dalam berkomunikasi dan dapat menggunakan multimedia sebagai salah satu alternatif pembelajaran untuk meningkatkan kualitas proses belajar mengajar. 3. Siswa, melalui pembelajaran yang menggunakan pendekatan komunikatif
dibantu dengan penggunaan multimedia, dapat membantu siswa dalam memperoleh hasil belajar yang lebih maksimal lagi, khususnya dalam mata pelajaran bahasa Inggris.
G. Asumsi
Sebagai landasan dalam penelitian ini maka asumsi yang digunakan yaitu: 1. Penerapan pendekatan komunikatif dalam proses pembelajaran adalah upaya
yang dilakukan untuk memperoleh kemampuan berkomunikasi secara efektif karena menekankan siswa belajar bahasa Inggris sesuai dengan fungsinya.
(16)
2. Penerapan pendekatan komunikatif dalam proses pembelajaran adalah upaya yang dilakukan untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi siswa karena menekankan siswa belajar bahasa Inggris sesuai dengan fungsinya. 3. Penggunaan multimedia dalam proses pembelajaran adalah suatu upaya untuk
memberikan penguatan pemahaman materi melalui penglihatan dan pendengaran (audio visual).
4. Penerapan Pendekatan komunikatif dengan bantuan multimedia dalam proses pembelajaran adalah upaya yang dilakukan agar proses pembelajaran lebih efektif, menyenangkan serta tidak membosankan dan hasil belajar siswa akan lebih maksimal.
H. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto: 65). Hipotesis dalam penelitian ini berdasarkan asumsi yang telah disebutkan di atas adalah : “Terdapat perbedaan hasil belajar bahasa Inggris siswa SMK yang dalam pembelajarannya menerapkan pendekatan komunikatif dengan bantuan multimedia dengan hasil belajar siswa yang pembelajarannya secara konvensional”.
I. Definisi Operasional
Definisi operasional dalam penelitian sangat bermanfaat terutama untuk menghindari kesalahpahaman dalam menginterpretasikan hasil penelitian. Definisi
(17)
operasional adalah definisi yang didasarkan pada karakteristik-karakteristik yang dapat diamati dari apa yang didefinisikan. Pengertian ini didukung oleh Tuckman (1978: 79) yang menyatakan bahwa ”an operational definition is a definition based on the observable characteristic of that which being defined”. Dalam penelitian ini yang akan didefinisikan secara operasional, yaitu :
1. Pendekatan Komunikatif dengan Bantuan Multimedia pada Pembelajaran Bahasa Inggris
Pembelajaran yang menerapkan pendekatan komunikatif dalam pembelajaran bahasa Inggris adalah pembelajaran yang menekankan kemampuan berkomunikasi dan lebih menitik beratkan pengajaran pada kebermaknaan bahasa dan fungsi komunikatif daripada penguasaan struktur bahasa. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih berbicara dan berkomunikasi yang sesuai dengan konteks dan situasi.
Pembelajaran bahasa Inggris menggunakan multimedia merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan peralatan komputer/laptop dan secara visual mendukung interaksi melalui teks, audio, grafis, gambar, video dan animasi. Dalam hal ini komputer/lap top berfungsi sebagai pemutar Compact
Disc (CD) yang berisi materi pembelajaran dan diproyeksikan dengan infocus ke
layar lebar.
Pembelajaran bahasa Inggris yang menggunakan pendekatan komunikatif dibantu dengan multimedia dimaknai sebagai pembelajaran yang komunikatif antara guru, siswa dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
(18)
2. Pembelajaran Konvensional
Pada pembelajaran konvensional dapat dimaknai sebagai pendekatan pembelajaran yang lebih banyak berpusat pada guru, komunikasi lebih banyak satu arah dari guru ke siswa, metode pembelajaran lebih banyak menggunakan ceramah dan demonstrasi, dan materi pembelajaran lebih pada penguasaan konsep-konsep bukan kompetensi.
3. Hasil Belajar Siswa
Hasil belajar adalah merupakan perilaku berupa pengetahuan, keterampilan, sikap, informasi dan atau strategi kognitif yang baru dan diperoleh siswa setelah berinteraksi dengan lingkungan dalam suatu kondisi pembelajaran. Untuk mengukur hasil belajar dilakukan dengan pemberian test hasil belajar.
(19)
(20)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode dan Desain Penelitian
Metode adalah salah satu bagian dalam melakukan penelitian karena berfungsi sebagai cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan. Metode penelitian memberikan gambaran pada peneliti bagaimana penelitian ini dilakukan. Sesuai dengan permasalahan yang dipecahkan dalam penelitian ini, penulis mencoba menggunakan metode kuantitatif.
Desain Penelitian ini merupakan quasi eksperimen dengan menggunakan dua kelompok. Kelompok pertama sebagai kelompok eksperimen dan kelompok kedua sebagai kelompok kontrol. Untuk memperoleh data pada kedua kelompok tersebut diberikan tes awal dan tes akhir. Perbedaan antara kedua kelompok tersebut adalah pada perlakuan dalam proses pembelajaran, dimana kelompok eksperimen pembelajarannya dengan menggunakan pendekatan komunikatif dibantu dengan multimedia, sedangkan kelompok kontrol pembelajarannya konvensional.
Ruseffendi (1994, 45) mengatakan bahwa pada jenis desain eksperimen ini terjadi pengelompokan subyek secara acak (A), adanya pretes (0) dan ada postes (0). Kelompok yang satu memperoleh perlakuan pembelajaran dengan pendekatan multimedia (X1), sedangkan kelompok yang satu lagi memperoleh perlakuan pembelajaran konvensional (X2).
(21)
Desain Penelitian yang digunakan seperti tabel di bawah ini : TABEL 3.1
DESAIN PENELITIAN
Kelompok Tes Awal
(Pretes)
Perlakuan Tes Akhir (Postes)
A 0 X1 0
A 0 X2 0
Keterangan :
A : Penempatan acak 0 : Tes awal dan tes akhir
X1 : Perlakuan Pembelajaran dengan pendekatan komunikatif melalui
penggunaan multimedia. X2 : Pembelajaran konvensional
Adapun prosedur yang ditempuh dalam penelitian ini dapat dideskripsikan sebagai berikut :
1. Menempatkan kelas sampel yang akan dijadikan kelas uji coba untuk mengetahui apakah soal tersebut valid dan reliabel jika nanti diberikan kepada kelas kontrol dan kelas eksperimen.
2. Melakukan uji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda pada soal uji coba, selanjutnya soal tersebut dijadikan soal untuk pre-test kelas kontrol dan kelas eksperimen .
3. Melakukan perlakuan pada kelas eksperimen yaitu pembelajaran melalui pendekatan komunikatif dibantu dengan multimedia sedangkan kelompok kontrol diberikan perlakuan pembelajaran konvensional.
(22)
4. Memberikan post test kepada ke dua kelas tersebut. Kemudian dihitung mean (rata-rata) dan simpangan baku dari masing-masing kelompok untuk mengetahui hasil belajarnya.
5. Menggunakan uji statistik yang sesuai dengan kriteria data (normal atau tidak normal dan homogen atau tidak homogen) untuk mengetahui pengaruh penerapan pembelajaran dengan pendekatan komunikatif dibantu dengan multimedia terhadap hasil belajar kelompok eksperimen.
B. Lokasi dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di SMK Negeri I Cimahi. Penentuan ini diambil dengan pertimbangan selain lokasi sekolah dekat dengan tempat tinggal penulis juga dapat mewakili Sekolah Menengah Kejuruan yang berada di Cimahi karena sudah melaksanakan program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI).
2. Populasi dan Sampel Penelitian
Untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan guna memecahkan masalah dan mencapai tujuan penelitian, maka penelitian membutuhkan sumber data yang dapat memberikan informasi mengenai masalah yang sedang dibahas secara transparan dan obyektif. Sumber data yang dimaksud berasal dari populasi yaitu objek yang dapat dijadikan sebagai sumber penelitian yang berbentuk benda-benda, manusia ataupun peristiwa sebagai obyek penelitian. Hal ini sesuai dengan pendapat Surachmad (1998: 93), bahwa : ”Populasi adalah sekumpulan obyek baik manusia, gejala, nilai, peristiwa, dan benda-benda”. Jadi populasi
(23)
bahwa : ”Populasi dapat didefinisikan sebagai kelompok objek dengan ukurannya tidak terhingga (infinite), yang karakteristiknya dikaji atau diuji melalui
sampling”. Dalam penelitian ini yang dijadikan sebagai populasi adalah siswa
kelas 1 semester 2 SMK Negeri 1 Cimahi.
Pertimbangan peneliti mengambil populasi siswa kelas 1 antara lain : (1) siswa kelas 1 dapat diasumsikan masih belum banyak dipengaruhi oleh berbagai pendekatan dalam proses pembelajaran mata pelajaran bahasa Inggris, (2) siswa kelas 1 merupakan siswa kelas terendah di jenjang SMK karena baru lulus dari Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), sehingga apabila diberikan pembelajaran bahasa Inggris dengan model pendekatan komunikatif dengan penunjang multimedia sebagai medianya, dapat lebih menguasai keterampilan dalam berbahasa Inggris.
Setelah populasi ditetapkan, selanjutnya dipilih sejumlah sampel
sebagai sumber data. ”Sampel merupakan sebagian dari populasi yang dijadikan objek penelitian yang dianggap dapat mewakili seluruh populasi” (Nasution,
1988: 99). Lebih lanjut Arikunto (2006: 135) menyarankan, ” Agar diperoleh hasil penelitian yang lebih baik, diperlukan sampel yang baik pula, yang betul-betul
mencerminkan populasi.”
Dari seluruh kelas 1 yang ada di SMK Negeri 1 Cimahi, dipilih dua kelas secara acak untuk dijadikan sampel penelitian. Ini dipilih karena ” ... setiap anggota dari suatu populasi yang ada mempunyai kesempatan yang sama untuk
(24)
sampel kemudian kelas 1 Rekayasa Perangkat Lunak (RPL) A terpilih menjadi kelas eksperimen dan kelas 1 Teknik Transmisi B terpilih menjadi kelas kontrol.
3. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu :
a. Variabel bebas : Pembelajaran dengan pendekatan komunikatif dibantu dengan penggunaan multimedia.
b. Variabel terikat : Hasil Belajar Siswa
4. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar dan angket respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan pada siswa kelompok eksperimen.
Sudjana dan Ibrahim (2001:102) menyatakan bahwa : ”Angket merupakan
alat pengumpul data yang digunakan untuk mendapatkan informasi yang berkenaan dengan pendapat, aspirasi, harapan, persepsi, keinginan, keyakinan, dari individu/responden dalam bentuk tertulis”.
Angket dalam hal ini merupakan teknik pengumpulan data yang digunakan untuk mengungkapkan respon terhadap penggunaan bahasa Inggris yang efisien dan efektif. Dalam penyusunan tiap item pernyataannya digunakan bentuk tertutup, dengan beberapa alternatif jawaban yang disusun dalam bentuk skala interval atau dalam bentuk pernyataan.
(25)
5. Wawancara
Wawancara merupakan suatu cara pengambilan data atau informasi langsung dari sumber atau reponden.
6. Teknik Analisis Data
Pengolahan data penelitian yang sudah diperoleh dimaksudkan sebagai suatu cara mengorganisasikan data sedemikian rupa sehingga dapat dibaca (readable) dan ditafsirkan (interpretable) serta dapat menjawab pertanyaan penelitian. Hal ini sejalan dengan pendapat Nana Sudjana dan Ibrahim (2001:126)
bahwa : ”Data yang diperoleh dari sampel melalui instrumen yang dipilih akan
digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian. Oleh sebab itu data perlu diolah dan dianalisis agar mempunyai makna guna pemecahan masalah”.
Pada dasarnya kegiatan pengolahan data dan analisis data dalam penelitian kualitatif dimulai sejak pengumpulan data dilakukan, namun analisis tersebut bersifat parsial, sedangkan analisis yang diharapkan adalah analisis yang bersifat kontekstual. Untuk memperoleh analisis yang bersifat konstektual, maka harus dianalisis setelah semua data terkumpul secara utuh. Sehubungan dengan hal tersebut, maka langkah-langkah analisis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Mengumpulkan catatan-catatan lapangan yang berasal dari hasil wawancara dan observasi.
(26)
c. Mendeskripsikan data dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan umum, sekaligus menyusun temuan-temuan penelitian, baik yang berhubungan dengan permasalahan penelitian maupun tidak.
d.Menyusun temuan yang dimunculkan
e. Menganalisis hubungan data yang satu dengan yang lain f. Menyimpulkan laporan penelitian secara umum
g.Memberikan komentar berupa tanggapan, dan tafsiran terhadap data secara konstektual.
C. Instrumen Penelitian dan Pengembangannya
Jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yaitu berupa nilai dari hasil belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran materi
Asking for and Giving Directions and Locations. Instrumen dalam penelitian ini
ada dua macam, yaitu tes hasil belajar dan angket respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran (data angket respon siswa hanya diambil dari siswa kelompok eksperimen saja).
1. Tes Hasil Belajar
Tes hasil belajar dalam penelitian ini diperlukan untuk mendapatkan data kuantitatif yang berupa nilai dari hasil belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran materi Asking for and Giving Directions and Locations. Jumlah soal ada tiga puluh.
Instrumen atau tes hasil belajar ini disusun berdasarkan rumusan tujuan pembelajaran khusus yang dituang dalam kisi-kisi tes. Selanjutnya tes ini
(27)
diberikan kepada siswa baik pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol sebelum dan sesuah proses pembelajaran dilaksanakan.
Adapun langkah-langkah dalam penyusunan instrumen adalah sebagai berikut :
Merumuskan tujuan yang dituangkan dalam kisi-kisi;
Membuat butir soal, melengkapinya dengan kunci jawaban serta memberi skor tiap-tiap jawaban siswa.
Melaksanakan uji coba instrumen
Menganalisis hasil uji coba
Melakukan perbaikan terhadap hasil uji coba pada soal-soal yang dirasa kurang baik.
2. Angket Respons Siswa
Angket ini diberikan untuk mengetahui bagaimana tanggapan atau respons siswa terhadap kegiatan pembelajaran bahasa Inggris materi Asking for and
Giving Directions and Locations dengan pendekatan komunikatif dibantu dengan
menggunakan multimedia. Angket ini hanya diberikan kepada kelas eksperimen.
D. Tahap Uji Coba Instrumen
Sebelum soal tes digunakan dalam penelitian ini, soal tersebut diujicobakan terlebih dahulu kepada siswa yang berbeda kelasnya dengan kelas eksperimen dan kelas uji coba. Pelaksanaan uji coba dimaksudkan untuk mengetahui kekurangan-kekurangan yang mungkin terjadi baik dalam hal redaksi, alternatif jawaban yang tersedia, maupun maksud dalam pertanyaan dan jawaban tersebut. Disamping itu,
(28)
uji coba ini juga dimaksudkan untuk mendapatkan suatu tes dengan bahasa yang tepat dan mudah dipahami, serta untuk mengetahui validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda dari soal tes tersebut.
Pentingnya dilakukan uji coba soal tes ini diungkapkan oleh Faisal (1982: 38), sebagai berikut :
Setelah angket disusun lazimnya tidak langsung disebarkan untuk penggunaan sesungguhnya (tidak langsung dipakai dalam pengumpulan data sebenarnya). Sebelum pemakaian yang sesungguhnya sangat diperlukan uji coba terhadap isi maupun bahasa angket yang telah disusun.
Setelah uji coba soal dilaksanakan, maka dilakukan analisis statistika dengan tujuan untuk menguji tingkat validitas dan reliabilitasnya. Dengan diketahuinya keterjaminan validitas dan reliabilitas alat pengumulan data, maka diharapkan hasil penelitian memiliki validitas dan reliabilitas yang dapat dipertanggungjawabkan.
1. Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kesahihan suatu tes atau pengumpul data. Arikunto (2006: 170) mengemukakan bahwa untuk menguji validitas tiap butir soal, maka skor-skor tiap butir soal yang dimaksud dikorelasikan dengan skor total.
Koefisien korelasi dihitung dengan menggunakan rumus Pearson Product
Moment, yaitu :
] ) ( ][ ) ( [ ) )( ( ) ( 2 2 2 2 Y Y N X X N Y X XY N rxyrxy = koefisien korelasi skor butir soal dengan skor total
(29)
X = skor tiap butir soal
Y = Skor total yang diperoleh dari penjumlahan skor butir
Riduwan (2004: 1100) memberikan kriteria untuk menginterpretasikan koefisien korelasi (r) sebagai berikut :
0,800 – 1,000 = sangat tinggi 0,600 – 0,799 = tinggi
0,400 – 0,599 = cukup tinggi 0,200 – 0,399 = rendah
0,000 – 0,199 = sangat rendah (tidak valid)
Setelah diperoleh koefisien korelasi, selanjutnya untuk melihat signifikasinya koefisien korelasi Product Moment Pearson tersebut disubstitusikan ke persamaan uji-t, yaitu :
2
1 2
r n r t
Riduwan (2004: 110)
Validitas terbukti jika harga thitung > ttabel dengan tingkat signifikasi 95% atau
α = 0,05.
2. Reliabilitas
Menurut Suharsimi (1997: 83) bahwa : ”Reliabilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan. Suatu tes dapat dikatakan memiliki taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Jadi, pengertian reliabilitas tes berhubungan dengan masalah ketetapan hasil tes, dan apabila hasilnya berubahpun perubahannya yang terjadi dapat dikatakan tidak berarti”.
Untuk memperoleh reliabilitas dalam penelitian ini digunakan rumus Belah Dua (Split Half) dan Spearman Brown sebagai berikut :
(30)
rb rb r 1 . 2
11 Riduwan (2004: 112)
r11 = koefisien reliabilitas internal seluruh item
k = korelasi product moment antara belahan (ganjil-genap)
Interpretasi indeks derajat reliabilitas suatu tes, menurut Guilford dan Winarno (Ruseffendi, 1994: 144), adalah sebagai berikut :
0,000 r11 0,200 = derajat reliabilitas tes kecil
0,200 r11 0,800 = derajat reliabilitas tes rendah
0,400 r11 0,600 = derajat reliabilitas tes sedang
0,700 r11 0,400 = derajat reliabilitas tes tinggi
0,900 r11 0,200 = derajat reliabilitas tes sangat tinggi
Setelah data hasil ujicoba dianalisis, maka akan diperoleh koefisien reliabilitas tes. Tingginya koefisien reliabilitas (mendekati angka 1) menunjukkan soal tes yang diujicobakan reliabel untuk digunakan sebagai instrumen pengumpul data penelitian. Derajat reliabilitas yang tinggi menunjukkan perangkat tes tersebut dapat dipercaya dan layak untuk dijadikan sebagai alat ukur.
3. Tingkat Kesukaran
Tingkat kesukaran adalah suatu tes yang diujikan. Tingkat kesukaran dapat ditentukan berdasarkan proporsi siswa yang menjawab dengan benar.
P = N S x m
Surapranata (2006: 12)
P = indeks tingkat kesukaran
Σx = banyaknya peserta tes yang menjawab benar Sm = skor maksimum
(31)
Kriteria indeks kesukaran butir soal yang digunakan menurut Surapranata (2006: 21) dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
0,00 < P 0,30 = sukar 0,30 < P 0,70 = sedang 0,70 < P 1,00 = mudah
4. Daya Pembeda
Indeks daya pembeda digunakan untuk menentukan dapat tidaknya suatu soal dapat membedakan kelompok yang diukur seseuai dengan perbedaan yang ada dalam kelompok itu. Menghitung daya pembeda tiap soal perlu dilakukan pengelompokkan hasil tes tersebut menjadi tiga kelompok berdasarkan peringkat dari keseluruhan skor yang diperoleh. Menurut Cureton (Surapranata, 2006: 24) kelompok tersebut adalah :
o Kelompok atas diambil 27 %
o Kelompok bawah diambil 27 %
Pembagian kelompok tinggi dan rendah ditentukan berdasarkan skor penguasaan kompetensi kognitif yang diperoleh pada tes. Penghitung daya pembeda setiap soal menggunakan rumus :
B B A
A
n n
D
Surapranata (2006, 31)D = indeks daya pembeda
ΣA = jumlah peserta tes yang menjawab benar pada kelompok atas
ΣB = jumlah peserta tes yang menjawab benar pada kelompok bawah
nA = jumlah peserta tes kelompok atas
(32)
Jika jumlah peserta tes kelompok atas sama dengan jumlah peserta kolompok bawah, nA = nB = n, maka persamaan daya pembeda berubah menjadi :
n
D
A
B Surapranata (2006: 31)Kriteria indeks daya pembeda yang digunakan dapat
diklasifikasikan seperti pada tabel di bawah ini : TABEL 3.2
KRITERIA INDEKS DAYA PEMBEDA
Rentang D Kriteria Keputusan
> 3,00 Baik Diterima
0,10 – 0,30 Cukup Direvisi
< 0,10 Jelek Ditolak
E. Pengujian Instrumen
Untuk melihat apakah tidak ada perbedaan yang signifikan tentang kemampuan awal siswa kelas Rekayasa Perangkat Lunak (RPL) A dan kelas Teknik Transmisi (Tetrans) B, maka diperlukan tes uji coba yang dilakukan pada kelas Rekayasa Perangkat Lunak (RPL) B. Setelah dilakukan uji coba tes selanjutnya dilakukan pengolahan data untuk menguji validitas instrument, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda.
1. Uji Validitas
Uji validitas instrument dilakukan dengan cara mengkorelasikan skor tiap butir soal dengan skor total yang merupakan jumlah tiap butir soal. Untuk mengetahui koefisien korelasi dilakukan dengan menggunakan persamaan koefisien korelasi product moment dan untuk mengetahui taraf signifikasi
(33)
koefisien diuji dengan menggunakan rumus uji-t. Sedangkan untuk mengetahui validitas butir soal, butir soal tersebut dikorelasikan dengan ttabel. Butir soal
dikatakan valid jika thitung > ttabel, pada taraf signifikan (α) = 0,05 dengan dk = n-2.
Setelah dilakukan analisis uji validitas dengan cara membandingan thitung
dan ttabel, maka dari sejumlah 50 butir soal yang diujicoba diperoleh 5 butir soal
yang tidak valid, yaitu butir soal nomor 39, 40, 41, 42, 47. Ke lima butir soal tersebut untuk selanjutnya tidak digunakan lagi. Soal yang digunakan untuk pre
test hanya sebanyak 30 soal dan soal yang lainnya tidak digunakan lagi karena ada
soal yang valid tetapi tidak signifikan serta ada pertimbangan-pertimbangan lain. 2. Uji Reliabilitas
Dari hasil analisis diperoleh koefisien reliabilitas soal (r11) sebesar 0,66
(lampiran 11). Hasil perhitungan ini menunjukkan bahwa soal tersebut mempunyai derajat reliabilitas yang tinggi, sehingga perangkat tersebut dapat dipercaya atau layak untuk dijadikan sebagai alat ukur.
3. Uji Tingkat Kesukaran
Dari analisis tingkat kesukaran butir soal pada lampiran 12, menunjukkan terdapat 9 butir soal dari 50 butir soal yang termasuk ke dalam kategori sukar (nilai indeks tingkat kesukaran berkisar di bawah 0,30), yaitu butir soal nomor 23, 28, 31, 34, 41, 44, 47, 49, dan 50, sedangkan 24 butir soal termasuk ke dalam kategori sedang (nilai indeks tingkat kesukaran berkisar antara 0,31 sampai 0,70) dan 15 butir soal termasuk ke dalam kategori mudah (nilai indeks tingkat kesukaran berkisar di atas 0,70).
(34)
4. Uji Daya Pembeda
Dari analisis daya pembeda menunjukkan terdapat 25 butir soal dari 50 butir soal yang termasuk ke dalam kategori baik, 12 butir soal termasuk ke dalam kategori cukup, dan 13 butir soal termasuk ke dalam ketegori jelek (lampiran 13).
Dari hasil analisis yang dilakukan pada instrumen tes di atas yaitu analisis uji validitas, uji reliabilitas, uji tingkat kesukaran dan uji daya pembeda dibuat rekapitulasi hasil uji coba seperti yang diperlihatkan pada tabel 3.3. Dari tabel 3.3 dapat diambil kesimpulan bahwa butir-butir soal yang tidak valid dan jelek selanjutnya tidak digunakan lagi dalam penelitian ini, Dengan demikian jumlah butir soal yang digunakan dalam penelitian ini adalah 30 soal.
Tabel 3.3
KARAKTERISTIK BUTIR SOAL BERDASARKAN HASIL UJI COBA
No. Soal
Validitas Tingkat Kesukaran Daya Pembeda Keterangan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Mudah Mudah Mudah Mudah Mudah Mudah Mudah Mudah Mudah Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Mudah Sedang Mudah Sedang Sedang Sedang Sedang Sukar Sedang Jelek Jelek Jelek Cukup Cukup Cukup Jelek Jelek Baik Baik Sekali Cukup Baik Sekali Baik
Baik Sekali Baik Cukup Baik Cukup Baik Jelek Baik Cukup Cukup Jelek Baik Tidak Dipakai Tidak Dipakai Tidak Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Tidak Dipakai Tidak Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Tidak Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Tidak Dipakai
(35)
26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Tidak Valid Tidak Valid Tidak Valid Tidak Valid Valid Tidak Valid Sedang Sedang Sukar Sedang Sedang Sukar Sedang Sedang Sukar Sedang Mudah Sedang Mudah Sedang Sedang Sukar Mudah Sedang Sukar Sedang Sedang Sukar Mudah Sukar Sukar Cukup Baik Jelek Jelek Baik Baik Baik Baik Jelek Baik Baik Jelek Cukup Baik Jelek Baik Sekali Baik Jelek Baik Sekali Baik Baik Cukup Cukup Cukup Baik Dipakai Dipakai Dipakai Tidak Dipakai Tidak Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Tidak Dipakai Dipakai Dipakai Tidak Dipakai Tidak Dipakai Tidak Dipakai Tidak Dipakai Dipakai Dipakai Tidak Dipakai Tidak Dipakai Tidak Dipakai Tidak Dipakai Tidak Dipakai Dipakai Tidak Dipakai
F. Pelaksanaan Penelitian
Kegiatan dalam penelitian ini dilaksanakan di kelas I (kelas yang tepilih sebagai sampel) pada semester ke dua tahun pembelajaran 2008/2009 dengan materi Asking for and Giving Directions and Locations. Pelaksanaan kegiatan dalam penelitian dimulai dengan melakukan konsultasi dengan guru mata diklat bahasa Inggris, tujuannya untuk memperoleh gambaran umum tentang karakteristik siswa di kelas tersebut. Adapun pelaksanaan kegiatan pembelajaran sesuai dengan jadwal kelas masing-masing,
G. Teknik Analisis Data
Setelah penelitian di sekolah, diperoleh data yang harus diolah agar dapat memberikan gambaran nyata mengenai permasalahan. Data ini terlebih dahulu
(36)
persyaratan ini terpenuhi, pengolahan data melalui statistik inferensial dapat dilaksanakan. Analisis data dalam penelitian ini bertujuan agar data yang diperoleh dapat memberikan informasi, jawaban dan kesimpulan yang diharapkan dalam penelitian ini.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui kondisi data, apakah berdistribusi normal atau tidak. Menurut Sugiyono (2007: 79), bahwa :
Untuk menentukan data tersebut menggunakan statistik parametris atau statistik nonparametris, maka kenormalan data harus diuji terlebih dahulu. Bila data berdistribusi normal, maka peneliti menggunakan statistik parametris. Jika data tersebut tidak berdistribusi normal, maka peneliti harus menggunakan
statistik non parametris.
Untuk uji normalitas distribusi dilakukan dengan
menggunakan rumus Chi Kuadrat (²) sebagai berikut :
] ) (
[
2 2
fe fe fo
x (
Reksoatmodjo, 2007: 43)
2
= nilai Chi-kuadrat
fo = frekuensi hasil pengamatan
fe = frekuensi teoritik atau ekspektasi/harapan
Untuk mengoperasikan rumus tersebut, ditempuh langkah-langkah berikut : 1. Membuat daftar distribusi frekuensi dengan langkah-langkah seperti di atas. 2. Mencari mean/rata-rata (X)
(37)
4. Membuat daftar frekuensi yang diharapkan dan hasil pengamatan melalui langkah-langkah sebagai berikut :
a. Menentukan batas kelas, yaitu angka skor-skor kiri kelas interval pertama dikurangi 0,5 dan selanjutnya angka skor-skor kanan kelas interval ditambah 0.5.
b. Mencari Z untuk batas kelas dengan rumus : batas kelas - X
Z = --- (Reksoatmodjo, 2007: 38)
S
c. Mencari luas 0–Z dari daftar F dengan menggunakan angka Z untuk batas kelas.
d. Mencari luas interval dengan jalan mengurangkan angka-angka pada luas 0–Z yang berdekatan, yaitu bagi angka yang bertanda sejenis dan menambahkan angka-angka pada luas 0-Z yang berdekatan bagi yang bertanda tidak sama pada nilai Z untuk batas kelas.
e. Mencari frekuensi yang diharapkan (fe), yaitu angka luas tiap kelas interval dikali dengan jumlah responden (n).
f. Memasukkan frekuensi yang ada dalam distribusi frekuensi sebagai frekuensi pengamatan (fo).
5. Mencari Chi-kuadrat (2)
6. Membandingkan setiap harga 2hitung dengan 2tabel, dengan dk = k – 1 pada tingkat kepercayaan tertentu.
(38)
Kriteria pengujian : Ho diterima jika 2
hitung 2tabel, artinya sampel berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas Varians
Untuk menentukan sampel dari populasi dari dua kelas yang homogen digunakan uji homogenitas. Jika kesimpulan menunjukkan kelompok data homogen, maka data berasal dari populasi yang sama dan layak untuk diuji statistik parametrik.
Sugiyono (2007: 56) mengatakan bahwa ” Salah satu teknik statistik yang
digunakan untuk menjelaskan homogenitas kelompok adalah dengan analisis varians. Untuk menguji homogenitas varians, maka langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut :
(1) Menghitung varians (S2) kedua kelompok sampel
) 1 (
)
( 1 2
2
n x x
S
Sugiyono (2007: 57)
(2) Menghitung harga Fhitung
terkecil terbesar
Varians Varians
F Sugiyono (2007: 140)
(3) Menghitung derajat kebebasan (dk) dk = (n-1)
(4) Menghitung harga Ftabel
(39)
3. Menguji Hipotesis
Dalam penelitian ini uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji hipotesis komparatif dua sampel independen atau sampel bebas yang didasarkan pada data nilai tes awal (pre-test) dan tes akhir (postest). Untuk melakukan uji t-test syaratnya data harus homogen dan normal. Oleh sebab itu data harus terlebih dahulu diuji homogenitas dan normalitas.
Uji t-test dapat menggunakan rumus sebagai berikut :
1. Rumus Uji t-test yang digunakan untuk statistik parametrik sampel berkorelasi adalah :
B
S B
t ; dimana,
) 1 ( 2 n n d
sB Nazir (Samosir, 2007: 84)
SB = standar error dua mean yang berhubungan
B = beda antara pengamatan tiap pasang
B = mean dari beda pengamatan n = jumlah sampel
2. Uji t-test yang digunakan untuk statistik parametrik sampel independen (bebas) adalah : 2 1 2 1 2 2 2 2 1 1 2 1 1 1 2 ) 1 ( ) 1 ( n n n n S n S n x x
t Sugiyono (2007: 138)
1
x Rata-rata sampel 1
2
x Rata-rata sampel 2
2 1
S Varians sampel 1
2 2
(40)
Langkah-langkah pengujian hipotesis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Menentukan hipotesis statistik yang diajukan b. Menentukan rata-rata kedua kelompok sampel c. Menentukan varians kedua kelompok sampel d. Menentukan harga thitung
e. Menentukan harga ttabel dan derajat kebebasan
f. Mengkorelasikan harga thitung dengan harga ttabel
g. Membuat kesimpulan dari pengujian hipotesis.
Menurut Sugiyono (2007: 119), ”Rumusan pengujian hipotesis komparatif terdiri dari tiga macam yaitu uji dua pihak, uji pihak kiri dan uji pihak kanan”
Apabila thitung lebih besar dari harga ttabel dan berada pada daerah penolakan
Ho, maka Ha diterima, jika thitung lebih kecil dari ttabel dan berada pada daerah
penerimaan Ho, maka Ha yang ditolak. Pengujian perbedaan rata-rata dua kelompok data yang dilakukan adalah sebanyak dua kali sehingga hipotesis statistik yang diajukan juga sebanyak dua kali. Hipotesis statistik digunakan untuk membuktikan hipotesis penelitian. Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Uji hipotesis pretest-pretest kelompok eksperimen dan kontrol
Ho : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil pretest proses pembelajaran menggunakan pendekatan komunikatif dengan bantuan multimedia dengan hasil pretest proses pembelajaran konvensional.
(41)
Ha : Terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil pretest proses pembelajaran menggunakan pendekatan komunikatif dengan bantuan multimedia dengan hasil pretest proses pembelajaran konvensional. Ho : µ1 = µ2
Ha : µ1 µ2
2. Uji hipotesis posttest-postest kelompok eksperimen dan kontrol
Ho : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil posttest proses pembelajaran menggunakan pendekatan komunikatif dengan bantuan multimedia dengan hasil posttest proses pembelajaran konvensional. Ha : Terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil posttest proses
pembelajaran menggunakan pendekatan komunikatif dengan bantuan multimedia dengan hasil posttest proses pembelajaran konvensional Ho : µ1 = µ2
(42)
(43)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan penelitian tentang pembelajaran mata diklat Bahasa Inggris yang dilakukan dengan model pendekatan komunikasi melalui penggunaan multimedia untuk melihat pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa dalam materi Asking for Giving
Directions and Locations pada siswa kelas I SMK Negeri 1 Cimahi, yang
mengacu kepada hipotesis yang diajukan, maka penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Hasil belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran melalui pendekatan komunikatif dengan bantuan multimedia pada pelajaran bahasa Inggris terdapat peningkatan secara signifikan. Peningkatan hasil belajar dari kelas eksperimen ini menunjukkan bahwa dalam proses pembelajaran yang menerapkan pendekatan komunikatif dapat dikatakan berhasil diterapkan guru karena di dalam proses pembelajaran guru memberikan langkah-langkah yang dinilai sangat efektif dalam penyampaian materi bahasa Inggris yaitu pada langkah awal mengajak berdialog dengan para peserta didik kemudian memberikan latihan agar lebih mengerti lagi akan materi yang sedang dan akan dipelajari, selanjutnya guru mengajak untuk berkomunikasi kembali dan komunikasi di sini sudah mengarah ke pembicaraan sehari-hari atau berdasarkan pengalaman siswa dalam berinteraksi dengan masyarakat. Dengan memberikan kesempatan
(44)
untuk berkomunikasi dengan siswa, kemampuan komunikatif siswa akan lebih terasah lagi, komunikasi yang sesuai dengan fungsinya ini akan membuat siswa lebih memahami lagi bahwa belajar bahasa Inggris itu tidak menekankan pada belajar tata bahasanya (grammar) saja tetapi bagaimana mengerti akan fungsi bahasa itu sendiri.
Peran multimedia di kelas sangat besar pengaruhnya terhadap sikap siswa yang membangkitkan rasa keingintahuannya dalam hal penerimaan materi yang disampaikan. Keterlibatan siswa yang aktif di kelas membuat kelas menjadi hidup, ada suasana baru dan kegiatan yang biasa monoton dapat tergantikan dengan komunikasi yang baik antara guru dengan siswa maupun antara siswa dengan siswa. Hasil dari pembelajaran ini adalah terlihatnya peningkatan motivasi, ada rasa percaya diri untuk berbicara dan keberanian untuk bekerja secara berpasangan (work in pairs) terlihat ada peningkatan dan semua berdampak pada hasil belajar siswa yang terlihat setelah melakukan postetst dalam materi Asking for and Giving Directions and Locations.
2. Dari hasil pengujian yang menunjukkan thitung lebih besar daripada ttabel yaitu
5,4418 >2,000, terdapat perbedaan hasil belajar siswa, antara kelas yang menerapkan pendekatan komunikatif dibantu dengan multimedia dengan kelas yang pembelajarannya konvensional. Perbedaan hasil belajar siswa antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol disebabkan karena pada kelas eksperimen dilakukan pendekatan komunikatif dibantu dengan multimedia dalam proses pembelajarannya.
(45)
3. Tanggapan siswa dan guru Bahasa Inggris tentang penerapan pendekatan komunikatif dengan bantuan multimedia pada materi Asking for and Giving
Directions and Locations sangat positif dan baik berdasarkan hasil wawancara
guru dan angket siswa. B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dikaitkan dengan manfaat praktis penelitian, peneliti memberikan saran sebagai berikut :
1.Untuk Peneliti selanjutnya :
a. Melakukan penelitian yang lebih luas lagi sehingga validitas pembelajaran dengan menggunakan pendekatan komunikatif untuk meningkatkan hasil belajar siswa lebih teruji.
b. Membenahi segala kekurangan dalam penelitian ini, sehingga dapat dihasilkan temuan-temuan baru yang dapat memberikan sumbangan positif bagi kemajuan di bidang pengajaran khususnya pembelajaran yang menggunakan pendekatan komunikatif.
2.Untuk mata guru diklat :
a. Menerangkan pembelajaran dengan pendekatan komunikatif dibantu dengan multimedia terutama pada mata diklat bahasa yang memerlukan latihan dalam empat keterampilan (listening, speaking, reading dan writing).
b. Memperdalam pengetahuan mengenai pembuatan multimedia, sehingga dapat menghasilkan media pembelajaran yang lebih baik untuk digunakan dalam pembelajaran.
(46)
3.Untuk Sekolah :
a. Memberikan dukungan dan dorongan terhadap pengembangan pembelajaran dengan menggunakan multimedia karena dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
b. Mendorong guru untuk memanfaatkan multimedia dengan menggunakan berbagai model pembelajaran untuk peningkatan hasil belajar siswa. c. Memfasilitasi penggunaan multimedia untuk meningkatkan hasil belajar
siswa.
d. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia, salah satunya dengan meningkatkan kemampuan guru untuk mengoperasikan komputer dan penggunaan CD pembelajaran yang sekarang banyak berkembang maupun pembelajaran yang berbasis teknologi lainnya.
(47)
(48)
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Arsyad, Azhar. 2005. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Bloom., B.S. 2005. Taxonomy of Education Objectives the Classification Domain. New York: Longman Inc.
Davies, Ivor K. 1981. Instructional Technique. New York: Mc. Graw Hill Book.Co. Dimyati dan Mudjiono.1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Fadli, Yusrizal. 2007. Penggunaan Multimedia dalam Pembelajaran Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Tesis pada SPS UPI Bandung: tidak
diterbitkan.
Finochiaro, Mary dan Brumfit, Cristopher. 1982. Functional Notional Approach:
From Theory to Practice.Oxford: Oxford University Press.
Gagne, R.M.1975. Esentials of Learning for Instruction, New York: Holf Rinehart and Winston.
Gagne dan Briggs, Leslie J. 1979. Principles of Instructional Design. Second Edition. New York: Holt Rinehart and Winston.
Hamalik, Umar. 1985. Media Pendidikan, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Hartley, Anthony F.1982. Linguistics for Language Learners. London: The Macmillan Press Ltd.
(49)
Iswahyudi. 2006. Implementasi Pendekatan Komunikatif dalam Pengajaran
Bahasa Inggris di SMP. Tesis pada SPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Ivers dan Baron. 2002. Multimedia Projects in Educational Designing Producing
and Assesing. New York: John Willey & Sons.
Joyce, Bruce dan Weil, Marsha. 1996. Models of Teaching. Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice-Hall, Inc.
Littlewood, W. T. 1981. Communicative Language Teaching. Cambridge: Cambridge University Press.
Littlewood, W.T.1984. Foreign and Second Language Learning: Language
Acquisition Research and its Implications for the Classroom. Cambridge:
Cambridge University Press.
Morgan. 1986. http://www.Whandi.net/cetak.phpid=57. tanggal 14-8-2009.
Narsoyo Reksoatmojo, T. 2007. Statistika untuk Psikologi dan Pendidikan. Bandung: Refika Aditama.
Nasution, S. 1982. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta: Bina Aksara.
Nazir, Moh. 2005. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Nunan, D. 1990. Designing Tasks for Communicative Classroom. Cambridge: Cambridge University Press.
Ramelan. 1985. Penerapan Teori Linguistik untuk Pengajaran Bahasa. Riduwan. 2006. Metode dan Teknik: Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta.
Ruseffendi. 1998. Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Bandung: Bandung Press.
(50)
Richards Jack C. and Rodgers Theodore S. 2001. Approaches and Methods in
Language Teaching, Cambridge University Press.
Richards Jack C. and Renandya Willy A. 2005. Methodology in Language Teaching:
An Anthology of Current Practice. Cambridge University Press.
Sanjaya, W. 2005. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Sanjaya, W. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Sagala, Syaiful. 2005. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Senduk, A.G. 1987. Pengaruh Faktor-faktor Sosiolinguistis terhadap Penggunaan Bahasa Guru dalam Proses Belajar-Mengajar Bahasa Indonesia: Suatu Studi Eksploratif pada beberapa SMA di Kotamadya Manado. Tesis S2 FPS IKIP, IKIP Bandung: tidak diterbitkan.
Subyakto-Nababan, S. U. 1993. Metodologi Pengajaran Bahasa. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Surapranata.2006, S. 2005. Analisis, validitas, Reliabilitas dan Interprestasi Hasil
Tes. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Sugijono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta. Sugijono. 2007. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.
Slameto (Djamarah, Syaiful Bahri).1999. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta Sujana, Nana. 1989. Dasar- dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar
Baru.
(51)
Sujana, N. dan Ibrahim. 2001. Metodologi Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru.
Surachmad, Winarno. 1990. Metode Pengajaran Nasional. Bandung: Jemmars. Yalden Janice. 1987a. Principles of Course Design for Language Teaching.
Cambridge: Cambridge University Press.
Yessica, G.F. 2007. Pengembangan Pembelajaran Multimedia Interaktif Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Tesis pada SPS UPI Bandung: tidak
diterbitkan.
Depdiknas.2003. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003. Jakarta: Sinar Grafika Offset.
Depdiknas Dirjen Dikdasmen Dir. PMK. 2004. Kurikulum SMK Edisi 2004.
--- http://endangsuhardini.blogspot.com./ 2009/
08/kurikulum-pendidikan-teknologi-suatu.html.
---.
(1)
3.Untuk Sekolah :
a. Memberikan dukungan dan dorongan terhadap pengembangan pembelajaran dengan menggunakan multimedia karena dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
b. Mendorong guru untuk memanfaatkan multimedia dengan menggunakan berbagai model pembelajaran untuk peningkatan hasil belajar siswa. c. Memfasilitasi penggunaan multimedia untuk meningkatkan hasil belajar
siswa.
d. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia, salah satunya dengan meningkatkan kemampuan guru untuk mengoperasikan komputer dan penggunaan CD pembelajaran yang sekarang banyak berkembang maupun pembelajaran yang berbasis teknologi lainnya.
(2)
(3)
95
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Arsyad, Azhar. 2005. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Bloom., B.S. 2005. Taxonomy of Education Objectives the Classification Domain. New York: Longman Inc.
Davies, Ivor K. 1981. Instructional Technique. New York: Mc. Graw Hill Book.Co.
Dimyati dan Mudjiono.1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Fadli, Yusrizal. 2007. Penggunaan Multimedia dalam Pembelajaran Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Tesis pada SPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Finochiaro, Mary dan Brumfit, Cristopher. 1982. Functional Notional Approach: From Theory to Practice.Oxford: Oxford University Press.
Gagne, R.M.1975. Esentials of Learning for Instruction, New York: Holf Rinehart and Winston.
Gagne dan Briggs, Leslie J. 1979. Principles of Instructional Design. Second Edition. New York: Holt Rinehart and Winston.
Hamalik, Umar. 1985. Media Pendidikan, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Hartley, Anthony F.1982. Linguistics for Language Learners. London: The Macmillan Press Ltd.
(4)
Iswahyudi. 2006. Implementasi Pendekatan Komunikatif dalam Pengajaran Bahasa Inggris di SMP. Tesis pada SPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Ivers dan Baron. 2002. Multimedia Projects in Educational Designing Producing and Assesing. New York: John Willey & Sons.
Joyce, Bruce dan Weil, Marsha. 1996. Models of Teaching. Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice-Hall, Inc.
Littlewood, W. T. 1981. Communicative Language Teaching. Cambridge: Cambridge University Press.
Littlewood, W.T.1984. Foreign and Second Language Learning: Language Acquisition Research and its Implications for the Classroom. Cambridge: Cambridge University Press.
Morgan. 1986. http://www.Whandi.net/cetak.phpid=57. tanggal 14-8-2009.
Narsoyo Reksoatmojo, T. 2007. Statistika untuk Psikologi dan Pendidikan. Bandung: Refika Aditama.
Nasution, S. 1982. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta: Bina Aksara.
Nazir, Moh. 2005. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Nunan, D. 1990. Designing Tasks for Communicative Classroom. Cambridge: Cambridge University Press.
Ramelan. 1985. Penerapan Teori Linguistik untuk Pengajaran Bahasa.
Riduwan. 2006. Metode dan Teknik: Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta.
Ruseffendi. 1998. Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Bandung: Bandung Press.
(5)
97
Richards Jack C. and Rodgers Theodore S. 2001. Approaches and Methods in Language Teaching, Cambridge University Press.
Richards Jack C. and Renandya Willy A. 2005. Methodology in Language Teaching: An Anthology of Current Practice. Cambridge University Press.
Sanjaya, W. 2005. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Sanjaya, W. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Sagala, Syaiful. 2005. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Senduk, A.G. 1987. Pengaruh Faktor-faktor Sosiolinguistis terhadap Penggunaan Bahasa Guru dalam Proses Belajar-Mengajar Bahasa Indonesia: Suatu Studi Eksploratif pada beberapa SMA di Kotamadya Manado. Tesis S2 FPS IKIP, IKIP Bandung: tidak diterbitkan.
Subyakto-Nababan, S. U. 1993. Metodologi Pengajaran Bahasa. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Surapranata.2006, S. 2005. Analisis, validitas, Reliabilitas dan Interprestasi Hasil Tes. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Sugijono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta.
Sugijono. 2007. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.
Slameto (Djamarah, Syaiful Bahri).1999. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta
Sujana, Nana. 1989. Dasar- dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.
(6)
Sujana, N. dan Ibrahim. 2001. Metodologi Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru.
Surachmad, Winarno. 1990. Metode Pengajaran Nasional. Bandung: Jemmars.
Yalden Janice. 1987a. Principles of Course Design for Language Teaching. Cambridge: Cambridge University Press.
Yessica, G.F. 2007. Pengembangan Pembelajaran Multimedia Interaktif Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Tesis pada SPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Depdiknas.2003. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003. Jakarta: Sinar Grafika Offset.
Depdiknas Dirjen Dikdasmen Dir. PMK. 2004. Kurikulum SMK Edisi 2004.
--- http://endangsuhardini.blogspot.com./ 2009/ 08/kurikulum-pendidikan-teknologi-suatu.html.
---. http//cafestudi.061.wordpress.com/2008/09/11/pengertian-belajar-dan-perubahan-perilaku-dalam-belajar..