KONTRIBUSI KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PENYESUAIAN SOSIAL PESERTA DIDIK PROGRAM PERCEPATAN BELAJAR.

(1)

Safitri Rachmatillah,2013

KONTRIBUSI KECERDASAN EMOSIONALTERHADAP PENYESUAIAN SOSIAL PESERTA DIDIK PROGRAM PERCEPATAN BELAJAR

Universitas Pendidikan Indonesia |repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu93

KONTRIBUSI KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PENYESUAIAN SOSIAL PESERTA DIDIK

PROGRAM PERCEPATAN BELAJAR

(Studi Deskriptif terhadap Peserta Didik Kelas Akselerasi Tahun Pertama dan Tahun Kedua di SMA Negeri 1 Margahayu

dan SMA Negeri 3 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

Oleh

SAFITRI RACHMATILLAH 0608386

JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2012


(2)

Safitri Rachmatillah,2013

KONTRIBUSI KECERDASAN EMOSIONALTERHADAP PENYESUAIAN SOSIAL PESERTA DIDIK PROGRAM PERCEPATAN BELAJAR

Universitas Pendidikan Indonesia |repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu93

KONTRIBUSI KECERDASAN EMOSIONAL

TERHADAP PENYESUAIAN SOSIAL

PESERTA DIDIK

PROGRAM PERCEPATAN BELAJAR

Oleh

Safitri Rachmatillah

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Safitri Rachmatillah 2012 Universitas Pendidikan Indonesia

Desember 2012

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

Safitri Rachmatillah,2013

KONTRIBUSI KECERDASAN EMOSIONALTERHADAP PENYESUAIAN SOSIAL PESERTA DIDIK PROGRAM PERCEPATAN BELAJAR

Universitas Pendidikan Indonesia |repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu93

SAFITRI RACHMATILLAH 0608386

KONTRIBUSI KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PENYESUAIAN SOSIAL PESERTA DIDIK

PROGRAM PERCEPATAN BELAJAR

(Studi Deskriptif terhadap Peserta Didik Kelas Akselerasi Tahun Pertama dan Tahun Kedua di SMA Negeri 1 Margahayu

dan SMA Negeri 3 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012)

Disetujui dan Disahkan Oleh :

Pembimbing I

Drs. Yaya Sunarya, M. Pd NIP 19591130 198703 1 002

Pembimbing II

Dra. R. Tati Kustiawati, M.Pd NIP 19620519 198603 2 002

Mengetahui,

Ketua Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia

Dr. Nandang Rusmana, M. Pd NIP 19600501 198603 1 004


(4)

Safitri Rachmatillah,2013

KONTRIBUSI KECERDASAN EMOSIONALTERHADAP PENYESUAIAN SOSIAL PESERTA DIDIK PROGRAM PERCEPATAN BELAJAR

Universitas Pendidikan Indonesia |repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu93 i ABSTRAK

Safitri Rachmatillah (2012). Kontribusi Kecerdasan Emosional Terhadap Penyesuaian Sosial Peserta Didik Program Percepatan Belajar

(Studi Deskriptif terhadap Peserta Didik Kelas Akselerasi Tahun Pertama dan Tahun Kedua di SMA Negeri 1 Margahayu

dan SMA Negeri 3 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012)

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh fenomena yang terjadi dikalangan peserta didik program percepatan belajar (akselerasi), mengenai adanya anggapan bahwa peserta didik yang berada di kelas akselerasi SMAN 1 Margahayu dan SMAN 3 Bandung, merupakan peserta didik yang memiliki kemampuan luar biasa dan serba bisa dalam bidang apapun, tak terkecuali akademik jika dibandingkan dengan peserta didik lain yang ada di sekolahnya. Namun, pada kenyataannya anggapan tersebut tidak demikian. Permasalahan yang muncul erat kaitannya dengan karakteristik kecerdasan emosional dan penyesuaian sosial yang melekat pada peserta didik akselerasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai profil kecerdasan emosional peserta didik akselerasi, gambaran mengenai profil penyesuaian sosial peserta didik akselerasi, serta besaran kontribusi kecerdasan emosional terhadap penyesuaian sosial peserta didik akselerasi. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dan kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif. Sampel penelitian menggunakan teknik sampling jenuh yang berjumlah sebanyak 14 orang (5 orang tahun pertama; 9 orang tahun kedua) di SMAN 1 Margahayu dan 32 orang (19 orang tahun pertama; 13 orang tahun kedua) di SMA Negeri 3 Bandung. Hasil penelitian diperoleh bahwa : (1) Profil kecerdasan emosional peserta didik program percepatan belajar (akselerasi) tahun pertama dan tahun kedua di SMAN 1 Margahayu dan SMAN 3 Bandung cenderung berada pada kategori tinggi, (2) Profil penyesuaian sosial peserta didik program percepatan belajar (akselerasi) di SMAN 1 Margahayu (tahun pertama cenderung sedang dengan persentase 60%; tahun kedua cenderung tinggi dengan persentase 77,78%) dan di SMAN 3 Bandung (tahun pertama cenderung tinggi dengan persentase 52,63%; tahun kedua cenderung sedang dengan persentase 53,85%), serta (3) Besaran kontribusi kecerdasan emosional terhadap penyesuaian sosial peserta didik program percepatan belajar (akselerasi) di SMAN 1 Margahayu (tahun pertama sebesar 37,21% dengan r = 0,61; tahun kedua sebesar 79,21% dengan r = 0,89) dan di SMAN 3 Bandung (tahun pertama sebesar 73,96% dengan r = 0,86; tahun kedua sebesar 67,24% dengan r = 0,82). Rekomendasi penelitian ditujukan kepada (1) konselor/guru pembimbing dan (2) peneliti selanjutnya.

Kata kunci : kecerdasan emosional, penyesuaian sosial, peserta didik program percepatan belajar (akselerasi)


(5)

Safitri Rachmatillah,2013

KONTRIBUSI KECERDASAN EMOSIONALTERHADAP PENYESUAIAN SOSIAL PESERTA DIDIK PROGRAM PERCEPATAN BELAJAR

Universitas Pendidikan Indonesia |repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu93 i

ABSTRACT

Safitri Rachmatillah (2012). The Contribution of Emotional Intelligence On The Social Adjustment Learners Learning Acceleration Programs

(Descriptive Study of Learners Class Accelerated First Year

and Second Year in SMA Negeri 1 Margahayu and SMA Negeri 3 Bandung School Year 2011/2012)

The research was distributed by the phenomenon that occurs among learners learning acceleration program (accelerated), regarding the existence of a presumption that the students who are in grade SMAN 1 Margahayu and SMAN 3 Bandung, the learners who have extraordinary ability and versatile in any field, academic was no exception when compared to other students in his school. However, in reality the assumptions are not. The problem that appears closely related to the characteristics of emotional intelligence and social adjustments which are attached to the accelerated learners. The purpose of this research is to obtain an idea of profile emotional intelligence learners acceleration, an idea of profile adjustment social learners acceleration, and the contributions emotional intelligence adjustment against social learners acceleration. The research approach used is a quantitative and qualitative approach by using a descriptive method. Samples research used technique sampling a saturated total about 14 people were (5 people the first year; 9 people second year) in SMAN 1 Margahayu and 32 people ( 19 people the first year; 13 people second year ) in SMAN 3 Bandung. The research results obtained that: (1) emotional intelligence pofile learners learning acceleration program (accelerated) the first year and second year at SMAN 1 Margahayu and SMAN 3 Bandung tend to be in the high category, (2) a profile of social adjustment program learners learning acceleration (acceleration) at SMAN 1 Margahayu (first year tend to be medium with percentage of 60%; the second year tends to be high with percentages 77,78%) and in the SMAN 3 Bandung (first year tends to be high with percentage of 52.63%; the second year tend to be medium with 53,85% percentage) and (3) the magnitude of the contribution of emotional intelligence on the social adjustment program learners learning acceleration (acceleration) at SMAN 1 Margahayu (first year of 37,21% with r = 0,61; the second year of 79,21% with r = 0,89) and SMAN 3 Bandung (first year of 73,96% with r = 0.86; the second year of 67,24% with r = 0.82). Recommendations research addressed to (1) counselor or teacher tutorship and (2) the next researchers.

Keywords : Emotional Intelligence, Social Adjustment, Learners Learning Acceleration Program


(6)

Safitri Rachmatillah,2013

KONTRIBUSI KECERDASAN EMOSIONALTERHADAP PENYESUAIAN SOSIAL PESERTA DIDIK PROGRAM PERCEPATAN BELAJAR

Universitas Pendidikan Indonesia |repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu93 viii DAFTAR ISI

ABSTRAK ... Error! Bookmark not defined. KATA PENGANTAR ... Error! Bookmark not defined. UCAPAN TERIMA KASIH ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR ISI ... 1 DAFTAR TABEL ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR GRAFIK ... Error! Bookmark not defined. BAB I PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined. A. Latar Belakang Penelitian ... Error! Bookmark not defined. B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... Error! Bookmark not defined. C. Tujuan Penelitian ... Error! Bookmark not defined. D. Manfaat Penelitian... Error! Bookmark not defined. E. Struktur Organisasi Skripsi ... Error! Bookmark not defined. BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... Error! Bookmark not defined.

A. Konsep Dasar Emosi ... Error! Bookmark not defined. 1. Pengertian Emosi ... Error! Bookmark not defined. 2. Beberapa Ciri Emosi ... Error! Bookmark not defined. 3. Perkembangan Emosi ... Error! Bookmark not defined. 4. Macam-macam Emosi ... Error! Bookmark not defined. B. Perkembangan Konsep Kecerdasan Emosional ... Error! Bookmark not defined.

C. Konsep Dasar Kecerdasan Emosional ... Error! Bookmark not defined. 1. Pengertian Kecerdasan Emosional ... Error! Bookmark not defined. 2. Ciri-Ciri Kecerdasan Emosional Tinggi dan Rendah .... Error! Bookmark not defined.

3. Kecerdasan Emosional Menurut Para Ahli ... Error! Bookmark not defined.

D. Konsep Dasar Penyesuaian Sosial... Error! Bookmark not defined. 1. Pengertian Penyesuaian Sosial ... Error! Bookmark not defined. 2. Ciri-Ciri Penyesuaian Sosial yang Baik .... Error! Bookmark not defined. 3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Sosial Error! Bookmark not defined.

E. Penyesuaian Sosial pada Masa Remaja ... Error! Bookmark not defined. F. Pengaruh Kecerdasan Emosional dan Penyesuaian Sosial Error! Bookmark not defined.

G. Penelitian Terdahulu ... Error! Bookmark not defined. BAB III METODE PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined. A. Lokasi dan Sampel Penelitian ... Error! Bookmark not defined. B. Pendekatan Penelitian ... Error! Bookmark not defined. C. Metode Penelitian ... Error! Bookmark not defined. D. Definisi Operasional Variabel (DOV) ... Error! Bookmark not defined. 1. Kecerdasan Emosional ... Error! Bookmark not defined. 2. Penyesuaian sosial ... Error! Bookmark not defined. E. Instrumen Penelitian ... Error! Bookmark not defined.


(7)

Safitri Rachmatillah,2013

KONTRIBUSI KECERDASAN EMOSIONALTERHADAP PENYESUAIAN SOSIAL PESERTA DIDIK PROGRAM PERCEPATAN BELAJAR

Universitas Pendidikan Indonesia |repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu93 ix

F. Proses Pengembangan Instrumen ... Error! Bookmark not defined. 1. Angket Kecerdasan Emosional ... Error! Bookmark not defined. 2. Angket Penyesuaian Sosial ... Error! Bookmark not defined. G. Teknik Analisis Data dan Pengolahan Data . Error! Bookmark not defined.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Error! Bookmark not defined.

A. Profil Kecerdasan Emosional Peserta Didik Program Percepatan Belajar (Akselerasi) ... Error! Bookmark not defined.

1. Gambaran Umum Kecerdasan Emosional Peserta Didik Program

Percepatan Belajar (Akselerasi) ... Error! Bookmark not defined. 2. Gambaran Per-Komponen Kecerdasan Emosional Peserta Didik Program Percepatan Belajar (Akselerasi) ... Error! Bookmark not defined. B. Profil Penyesuaian Sosial Peserta Didik Program Percepatan Belajar

(Akselerasi) ... Error! Bookmark not defined. 1. Gambaran Umum Penyesuaian Sosial Peserta Didik Program Percepatan Belajar (Akselerasi) ... Error! Bookmark not defined. 2. Gambaran Per Sub Aspek Penyesuaian Sosial Peserta Didik Program Percepatan Belajar (Akselerasi) ... Error! Bookmark not defined. C. Kontribusi Kecerdasan Emosional terhadap Penyesuaian Sosial Peserta Didik Program Percepatan Belajar (Akselerasi) Error! Bookmark not defined. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... Error! Bookmark not defined. A. Kesimpulan ... Error! Bookmark not defined. B. Saran ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined. LAMPIRAN


(8)

Safitri Rachmatillah,2013

KONTRIBUSI KECERDASAN EMOSIONALTERHADAP PENYESUAIAN SOSIAL PESERTA DIDIK PROGRAM PERCEPATAN BELAJAR

Universitas Pendidikan Indonesia |repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu93 1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 1 mengemukakan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Tujuan pendidikan adalah menyediakan lingkungan yang memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya secara optimal, sehingga ia dapat mewujudkan dirinya dan berfungsi sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan pribadinya dan kebutuhan masyarakat. Pendidikan bertanggungjawab untuk memandu (mengidentifikasi dan membina) serta memupuk (mengembangkan dan meningkatkan) bakat tersebut, termasuk dari mereka yang berbakat istimewa atau memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa (the gifted and talented).

Pemerintah Indonesia memberikan perhatian khusus terhadap pendidikan peserta didik yang cerdas dan berbakat. Undang-Undang RI Nomer 20 Tahun 2003 Bab IV pasal 5 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) mengamanatkan bahwa “warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan layanan khusus.” Untuk menjalankan amanat Undang-Undang tersebut, Direktorat Jenderal Pendidikan


(9)

2

Dasar dan Menengah mengeluarkan Pedoman Penyelenggaraan Program Percepatan Belajar bagi peserta didik SD, SMP dan SMA yang cerdas dan berbakat istimewa. (Asmadi Alsa, 2007 : 2)

Perkembangan mengenai landasan hukum penyelenggaraan program percepatan belajar (akselerasi) terus mengalami perubahan. Secara yuridis formal, layanan pendidikan bagi anak berbakat mendapatkan tempat di dalam Sistem Pendidikan Nasional Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 pasal 8 ayat 2 yang menyatakan “warga negara yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa berhak memperoleh perhatian khusus”. Selanjutnya, keberadaan program percepatan belajar (akselerasi) diperkuat setelah keluarnya Surat Keputusan Dirjen Dikdasmen tentang Penetapan Sekolah Penyelenggaraan Program Percepatan Belajar kepada 1 SD, 5 SMP, dan 5 SMA di DKI dan Jawa Barat pada tahun 1998/1999. Terakhir, Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 kembali diperbaharui dengan keluarnya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, pasal 5 ayat 4 yakni “warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus” dan pasal 12 ayat 1 yakni “setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak : … (b) mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya ; (f) menyelesaikan program pendidikan sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing dan tidak menyimpang dari ketentuan batas waktu yang ditetapkan”.

Penetapan program percepatan belajar (akselerasi) menjadi bukti nyata dari pihak pemerintah dalam memfasilitasi perkembangan peserta didik, untuk berkembang dan menjalankan tahapan pendidikan sesuai dengan tuntutan peserta


(10)

didik. Proses yang dijalankan untuk memasuki kelas akselerasi sendiri dilakukan melalui beberapa tahapan. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru pembimbing yang menangani kelas akselerasi di SMA Negeri 1 Margahayu, pelaksanaan program percepatan belajar (akselerasi) di SMA Negeri 1 Margahayu ditempuh melalui seleksi. Diawali dengan tes seleksi masuk bagi seluruh peserta didik, melaksakan psikotes secara umum, tes kemampuan dalam bidang mata pelajaran (bahasa inggris, matematika, fisika, kimia dan biologi). Hasil dari tes seleksi awal ini dipergunakan pihak sekolah dalam membagi kelompok belajar sesuai dengan kemampuan peserta didik yang terdiri dari kelas reguler, kelas unggulan (enrichment), dan kelas akselerasi. Peserta didik yang masuk dalam kelompok belajar kelas unggulan (enrichment), diharuskan untuk melaksanakan seleksi kembali dengan melaksanakan tes psikotes khusus dan tes TOEFL sesuai ketentuan dan pesyaratan yang ditetapkan pihak sekolah sebagai proses masuk ke dalam kelas akselerasi.

Secara lebih rinci, kualifikasi yang harus dipenuhi peserta didik untuk mengikuti kelas akselerasi di SMA meliputi aspek akademik, aspek psikologis, kesehatan fisik, dan kesediaan calon serta persetujuan orangtua.

1. Aspek Akademik: (a) Memiliki rata-rata Nilai Ujian Nasional (UAN) dari sekolah sebelumnya di atas 8, (b) Skor tes kemampuan akademik dengan nilai sekurang-kurangnya 8 dan (c) Rata-rata nilai rapor minimal 8 2. Aspek Psikologis: (a). Memiliki IQ = 140 ke atas, atau minimal IQ =125 tapi dengan memiliki kreativitas dan keterikatan terhadap tugas yang menonjol, dan (b) Informasi Data Subyektif yang menunjukkan ciri-ciri keberbakatan, yang diperoleh dari peserta didik sendiri, teman sebaya, dan guru.

3. Kesehatan Fisik berdasar surat keterangan dokter

4. Kesediaan calon peserta didik dan persetujuan orangtua peserta didik, dengan pernyataan tertulis mematuhi hak dan kewajiban serta mematuhi ketentuan lain yang ditentukan sekolah. (Asmadi Alsa, 2007 : 5)


(11)

4

Proses penetapan program percepatan belajar (akselerasi) hingga sekarang ternyata memunculkan persoalan yang menarik untuk dicermati, terutama jika dikaitkan dengan kondisi sosial dan perkembangan emosi peserta didik. Peserta didik cenderung menunjukkan kekukuhan dalam pendirian, yang berarti adanya kepercayaan diri yang kuat dalam mencapai hasil, peka terhadap keadaan sekitar, dan senang terhadap hal-hal baru sehingga perkembangan emosi mereka lebih matang dari teman sebayanya. Hal ini senada dengan hasil penelitian Clark (Somantri, 2007:177-178) dengan menghimpun dan menyimpulkan berbagai studi yang dilakukan banyak ahli tentang perkembangan sosial dan emosional anak berbakat termasuk didalamnya peserta didik program percepatan belajar (akselerasi) sebagai berikut :

1. anak berbakat, jika dibandingkan dengan teman sebayanya merasa lebih senang dan puas dengan keadaan dirinya sendiri dan hubungan antarpribadinya. Mereka mempersepsikan dirinya memiliki kebebasan pribadi yang besar daripada kawan-kawannya. Mereka menghargai bentuk-bentuk interaksi kerja sama dan demokratik dan kurang senang kompromi. Mereka menunjukkan perasaan positif berkenaan dengan dirinya dan orang lain,

2. anak berbakat cenderung menunjukkan penyesuaian emosional yang lebih baik daripada anak rata-rata walaupun kecenderungan ini lebih erat kaitannya dengan latar belakang sosial ekonomi daripada kecerdasan, 3. anak berbakat cenderung lebih mandiri dan kurang konformitas terhadap

pendapat teman sebaya, lebih dominan, lebih mampu mengendalikan lingkungan dan lebih kompetitif, dan

4. anak berbakat menunjukan kecakapan kepemimpinan dan menjadi terlibat dalam kegiatan dan kepedulian sosial. Kepedulian akan masalah-masalah umum dan kesejahteraan orang lain tumbuh lebih awal daripada teman sebayanya.

Laporan di beberapa sekolah membuktikan bahwa ternyata terdapat hal-hal yang tidak sesuai dengan yang diungkapkan dalam temuan Clark. Penelitian yang dilakukan oleh Akbar (1995) dalam blog Ardi Primasari (2008), terhadap 20


(12)

SMA unggulan di 16 propinsi Indonesia yang peserta didiknya termasuk dalam kriteria berbakat. Hasilnya menunjukkan bahwa 20%-25% peserta didik berbakat mengalami masalah sosial emosional lebih tinggi dengan lingkungan sekitarnya dibandingkan peserta didik yang mempunyai kemampuan rata-rata. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peserta didik program percepatan belajar (akselerasi) mengalami masalah sosial emosional dengan lingkungan sekitarnya lebih tinggi dari pada peserta didik regular.

Penelitian lain yang dilakukan Resmini (2009:83-84) terhadap 21 orang peserta didik program percepatan belajar (akselerasi) di SMA Negeri 3 Bandung menyatakan bahwa sebagian besar dari mereka mudah terpengaruh oleh lingkungan, terutama keluarga dan teman. Khusus peserta didik tahun pertama yang berjumlah 12 orang di SMA Negeri 3 Bandung teridentifikasi bahwa mereka gugup ketika berbicara di muka umum, sulit berkonsentrasi dan tidak menyukai pelajaran sosial, ketidakmampuan dalam membuat keputusan yang masih didominasi oleh keinginan orangtua.

Hal ini diperkuat dengan adanya tulisan Versteynen, L (2001:1) dari Universitas Waikato dalam jurnalnya yang berjudul “Issues In The Social And Emotional Adjustment Of Gifted Children: What Does The Literature Say?

mengatakan :

... that gifted children are 'more' at risk for adjustment problems than their non-gifted peers; that giftedness increases a child's vulnerability to adjustment difficulties. Supporters of this view believe that gifted children are more sensitive to interpersonal conflicts and experience greater degrees of alienation and stress than do their peers, as a result of their cognitive capacities (Neihart, 1999). A significant number of researchers support this view, including Hollingworth (1942), Janos and Robinson


(13)

6

(1985), Grossberg and Cornell (1988), Roedell (1986), Silverman (1983),

and Tannenbaum (1983).”

Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa anak-anak berbakat „lebih‟ beresiko memiliki masalah dalam melakukan penyesuaian dengan teman-teman sebaya mereka yang tidak berbakat. Para pendukung pandangan ini meyakini bahwa anak-anak berbakat lebih sensitif terhadap konflik interpersonal dan cenderung mengalami rasa keterasingan dan stress yang tinggi dibandingkan teman-teman sebayanya. Hal ini sebagai akibat dari kapasitas kognitif mereka (Neihart, 1999). Beberapa ahli yang mendukung pandangan ini diantaranya Hollingworth (1942), Silverman (1983), dan Tannenbaum (1983), Janos dan Robinson (1985), Roedell (1986), Grossberg dan Cornell (1988).

Berdasarkan penelitian Lismainar (2005) dalam Mirna Resmini, ada beberapa permasalahan pada anak berbakat termasuk juga peserta didik program percepatan belajar (akselerasi) sebagai remaja baik secara kognitif dan afektif yang dapat menimbulkan berbagai masalah termasuk masalah sosial. Permasalahan yang berkaitan dengan kognitifnya yakni adanya kebosanan pada kurikulum dan sikap tidak sabar untuk menanti kelompok, terdapat hubungan yang buruk dengan teman-teman yang kemampuannya di bawah peserta didik program percepatan belajar (akselerasi), adanya tingkat energi yang berlebihan, mengambil begitu banyak aktivitas pada waktu yang bersamaan, mendominasi dalam diskusi dan kelas, tidak menyukai rutinitas dan paksaan, mudah frustrasi dengan tidak adanya aktivitas dan tidak adanya kemajuan, serta kurang hormat pada otoritas dan tradisi. Sementara itu, karakteristik afektif peserta didik program percepatan belajar, diantaranya yakni melakukan reformasi dan


(14)

pencapaian target yang realistik sehingga timbul frustrasi, dan tidak toleran dan kurang memahami kelompok teman sebaya sehingga peserta didik yang bersangkutan ditolak dan terisolasi.

Permasalahan lain terkait dengan perkembangan sosial yang muncul pada peserta didik program percepatan belajar (akselerasi), yakni berhubungan dengan kehidupan sosialnya. Penyesuaian sosial sebagai bentuk dari adanya perubahan sosial dalam tugas perkembangan remaja. Penyesuaian sosial sangat diperlukan peserta didik untuk mampu berinteraksi melalui komunikasi, menjalin hubungan dengan orang lain, menghargai diri sendiri dan orang lain, mendengarkan pendapat atau keluhan dari orang lain, memberi atau menerima feedback, memberi atau menerima kritik, bertindak sesuai norma dan aturan yang berlaku sehingga akan menciptakan hubungan yang akrab dengan lingkungan sekitarnya baik itu lingkungan sekolah, keluarga, maupun masyarakat luas.

Pada kenyataannya, kepadatan materi yang diberikan guru kepada peserta didik program percepatan belajar (akselerasi) tentu berdampak pada kegiatan kesehariannya. Hal senada diungkapkan oleh beberapa orang peserta didik kelas akselerasi di SMA Negeri 1 Margahayu dan SMA Negeri 3 Bandung (hasil wawancara yang dilaksanakan pada awal bulan Desember 2011). Peserta didik menyatakan bahwa setiap harinya disibukan dengan kegiatan-kegiatan sekolah. Selain itu, adanya tugas-tugas yang cukup banyak membuat peserta didik kurang mempunyai waktu untuk berinteraksi dengan teman-teman sebayanya. Pemadatan materi dari guru menyebabkan peserta didik program percepatan belajar (akselerasi) harus belajar ekstra keras agar dirinya tidak ketinggalan dengan


(15)

8

pelajaran yang diberikan guru. Hal itu mengakibatkan banyak peserta didik program percepatan belajar (akselerasi) menjadi kurang perhatian, serta enggan untuk berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan sekolah. Selain itu, kakak tingkat dari peserta didik program percepatan belajar (akselerasi) mengungkapkan bahwa baik peserta didik akselerasi tahun pertama maupun tahun kedua, cenderung mengasingkan diri dengan teman-teman sebayanya. Peserta didik akselerasi hanya melakukan interaksi sosial dengan sesama anak akselerasi, dan beberapa orang peserta didik lain yang berada di kelas reguler yang memang sangat dekat dengan mereka.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan sebelumnya, penelitian ini memfokuskan pada permasalahan untuk menemukan seberapa besar kontribusi kecerdasan emosional terhadap penyesuaian sosial pada peserta didik program percepatan belajar (akselerasi).

Mengacu pada rumusan masalah diatas, maka peneliti mengajukan pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Seperti apa profil kecerdasan emosional peserta didik program percepatan belajar (akselerasi) tahun pertama dan tahun kedua di SMA Negeri 1 Margahayu dan SMA Negeri 3 Bandung tahun ajaran 2011/2012?

2. Seperti apa profil penyesuaian sosial peserta didik program percepatan belajar (akselerasi) tahun pertama dan tahun kedua di SMA Negeri 1 Margahayu dan SMA Negeri 3 Bandung tahun ajaran 2011/2012?


(16)

3. Seberapa besar kontribusi kecerdasan emosional terhadap penyesuaian sosial peserta didik program percepatan belajar (akselerasi) tahun pertama dan tahun kedua SMA Negeri 1 Margahayu dan SMA Negeri 3 Bandung tahun ajaran 2011/2012?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui data dan informasi mengenai profil serta keterkaitan antara kecerdasan emosional dan penyesuaian sosial peserta didik program percepatan belajar (akselerasi) tahun pertama dan tahun kedua di SMA Negeri 1 Margahayu dan SMA Negeri 3 Bandung tahun ajaran 2011/2012.

2. Tujuan Khusus

a. Memperoleh gambaran mengenai profil kecerdasan emosional peserta didik program percepatan belajar (akselerasi) tahun pertama dan tahun kedua di SMA Negeri 1 Margahayu dan SMA Negeri 3 Bandung tahun ajaran 2011/2012.

b. Memperoleh gambaran mengenai profil penyesuaian sosial peserta didik peserta didik program percepatan belajar (akselerasi) tahun pertama dan tahun kedua di SMA Negeri 1 Margahayu dan SMA Negeri 3 Bandung tahun ajaran 2011/2012.

c. Memperoleh gambaran mengenai kontribusi kecerdasan emosional terhadap penyesuaian sosial peserta didik program percepatan belajar


(17)

10

(akselerasi) tahun pertama dan tahun kedua di SMA Negeri 1 Margahayu dan SMA Negeri 3 Bandung tahun ajaran 2011/2012. D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diupayakan mempunyai manfaat sebagai berikut :

1. Bagi konselor sekolah, dapat mengetahui gambaran umum mengenai pencapaian kecerdasan emosional dan penyesuaian sosial peserta didiknya sebagai dasar dalam memberikan layanan bimbingan pribadi dan sosial sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik peserta didik program percepatan belajar (akselerasi) di tingkat sekolah menengah atas.

2. Bagi peserta didik, dapat mengetahui mengenai dinamika emosional dirinya sendiri dan mengembangkan hubungan interaksi sosial yang tepat dan dapat diterima, terutama di lingkungan sekolah dan masyarakat luas. 3. Bagi sekolah, memberikan gambaran umum mengenai pencapaian

kecerdasan emosional dan penyesuaian sosial peserta didik program percepatan belajar (akselerasi), memberikan manfaat bagi para tenaga pendidik, khususnya di sekolah menengah atas dalam mengembangkan pengajaran dan bimbingan yang dapat mengarahkan peserta didik menuju perkembangan pribadi dan sosial yang sesuai.

E. Struktur Organisasi Skripsi

Bab I merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang penelitian kontribusi kecerdasan emosional terhadap penyesuaian sosial peserta didik program percepatan belajar (akselerasi), identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi penelitian skripsi.


(18)

Bab II merupakan kajian pustaka dan kerangka pemikiran tentang kecerdasan emosional yang berisi konsep dasar emosi, perkembangan konsep kecerdasan emosional, dan konsep dasar kecerdasan emosioanl. Penyesuaian sosial berisi tentang konsep dasar penyesuaian sosial, penyesuaian sosial pada masa remaja, pengaruh kecerdasan emosional dan penyesuaian sosial serta berisi penelitian-penelitian terdahulu yang relevan dengan konsep kecerdasan emosional dan penyesuaian sosial.

Bab III menyajikan metode penelitian yang berisi penjabaran secara rinci mengenai lokasi dan subjek penelitian, pendekatan penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik analisis data dan pengolahan data.

Bab IV menguraikan hasil penelitian dan pembahasan yang terdiri dari dua hal utama yaitu analisis data untuk menghasilkan temuan berkaitan dengan masalah penelitian, pertanyaan penelitian, dan tujuan penelitian serta menguraikan pembahasan atau analisis temuan.


(19)

Safitri Rachmatillah,2013

KONTRIBUSI KECERDASAN EMOSIONALTERHADAP PENYESUAIAN SOSIAL PESERTA DIDIK PROGRAM PERCEPATAN BELAJAR

Universitas Pendidikan Indonesia |repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu93 51 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik program percepatan belajar (akselerasi) tahun pertama dan tahun kedua SMA Negeri 1 Margahayu tahun ajaran 2011/2012 yang berlokasi di Jl. KH Wahid Hasyim No. 387 dan peserta didik program percepatan belajar (akselerasi) tahun pertama dan tahun kedua SMA Negeri 3 Bandung tahun ajaran 2011/2012 yang berlokasi di Jl. Belitung 8.

Pengambilan sampel dalam penelitian didasarkan pada pendapat Arikunto

(1998:120) yang menyatakan bahwa: “apabila populasinya kurang dari 100 orang, maka seluruhnya dijadikan sampel sehingga penelitiannya merupakan penelitian

populasi”. Adapun rincian jumlah populasi dan sampel dapat dilihat pada tabel 3.1 dibawah ini :

Tabel 3. 1

Penyebaran Populasi dan Sampel Penelitian

Sekolah SMAN 1 Margahayu Tahun SMAN 3 Bandung Pertama

Tahun Kedua

Tahun Pertama

Tahun Kedua Jumlah

populasi 5 orang 9 orang 19 orang 13 orang

Jumlah

Sampel 5 orang 9 orang 19 orang 13 orang

Jumlah (∑) 14 orang 32 orang

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik sampling jenuh yaitu teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi


(20)

Safitri Rachmatillah,2013

KONTRIBUSI KECERDASAN EMOSIONALTERHADAP PENYESUAIAN SOSIAL PESERTA DIDIK PROGRAM PERCEPATAN BELAJAR

Universitas Pendidikan Indonesia |repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu93

digunakan sebagai sampel. Istilah lain dari sampel jenuh adalah sensus, semua anggota populasi dijadikan sampel (Sugiyono, 2002: 61).

B. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan kuantitatif bertujuan untuk memperoleh angka-angka secara numerikal berupa persentase mengenai ketercapaian komponen kecerdasan emosional dan sub aspek penyesuaian sosial peserta didik program percepatan belajar (akselerasi) tahun pertama dan tahun kedua di SMA Negeri 1 Margahayu dan SMA Negeri 3 Bandung tahun ajaran 2011/2012 serta besaran kontribusi variabel kecerdasan emosional terhadap variabel penyesuaian sosial. Pendekatan kualitatif digunakan sebagai penunjang untuk mendeskripsikan setiap pencapaian yang diperoleh peserta didik akselerasi yang didasarkan pada hasil wawancara dan observasi, baik itu pada peserta didik akselerasi maupun peserta didik non-akselerasi.

C. Metode Penelitian

Metode yang digunakan yaitu metode deskriptif. Metode deskriptif merupakan suatu metode yang diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta, atau kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat, mengenai sifat-sifat populasi atau daerah tertentu (Zuriah, 2006:47). Metode deskriptif dipilih peneliti karena bermaksud ingin mendeskripsikan, menganalisis, dan mengambil suatu generalisasi dari pengamatan mengenai kecerdasan emosional dan penyesuaian sosial peserta didik program percepatan belajar (akselerasi) tahun pertama dan tahun kedua di SMA Negeri 1 Margahayu dan SMA Negeri 3 Bandung.


(21)

53

Safitri Rachmatillah,2013

KONTRIBUSI KECERDASAN EMOSIONALTERHADAP PENYESUAIAN SOSIAL PESERTA DIDIK PROGRAM PERCEPATAN BELAJAR

Universitas Pendidikan Indonesia |repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu93

D. Definisi Operasional Variabel (DOV) 1. Kecerdasan Emosional

Kecerdasan emosional dalam penelitian ini diartikan sebagai skor kemampuan dalam mengenali diri sendiri (intrapersonal), berinteraksi dan bergaul baik dengan orang lain (interpersonal), bersikap realistis dalam menemukan berbagai macam permasalahan (adaptability), melakukan serangkaian proses pengelolaan dan pencarian akar permasalahan yang sedang dihadapi (stress management) serta turut bergembira terhadap segala pencapaian yang telah diperoleh dirinya dan orang lain (general mood) yang akan diuraikan sebagai berikut :

a. Kemampuan dalam mengenali diri sendiri (intrapersonal) yang meliputi sub komponen 1) penghargaan diri dengan indikator a) mengenali kekuatan dan kelemahan diri sendiri, dan b) menyenangi diri sendiri dengan segala kelemahan yang dimiliki, 2) kesadaran diri dengan indikator a) mengenali perasaan diri sendiri, b) mengenali penyebab dari perasaan yang muncul, dan c) mengenali pengaruh perilaku diri sendiri terhadap orang lain, 3) sikap asertif dengan indikator a) mampu menyampaikan isi pikiran dan perasaan secara terbuka, serta b) tidak membiarkan orang lain untuk memanfaatkan dan mengganggu dirinya, 4) kemandirian dengan indikator a) mampu mengarahkan dan mengendalikan

diri sendiri dalam berpikir dan bertindak, serta b) tidak tergantung pada orang lain secara emosional, 5) aktualisasi diri dengan indikator mengembangkan bakat dan minat secara dinamis untuk mencapai prestasi.


(22)

Safitri Rachmatillah,2013

KONTRIBUSI KECERDASAN EMOSIONALTERHADAP PENYESUAIAN SOSIAL PESERTA DIDIK PROGRAM PERCEPATAN BELAJAR

Universitas Pendidikan Indonesia |repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu93

b. Kemampuan dalam berinteraksi dan bergaul baik dengan orang lain (interpersonal) yang meliputi sub komponen 1) rasa empati dengan indikator a) memahami perasaan dan pikiran orang lain, serta b) menempatkan diri dengan yang dirasakan dan dipikirkan orang lain, 2) rasa tanggung jawab sosial dengan indikator a) berperan menjadi anggota

masyarakat, b) bekerja sama dan bermanfaat bagi kelompok dimasyarakatnya, dan c) bertindak sesuai dengan hati nurani, 3) menjalin hubungan antarpribadi dengan indikator a) adanya sikap saling memberi

dan menerima, b) adanya kepedulian terhadap sesama, dan c) merasa tenang dan nyaman ketika berada dalam jalinan hubungan antarpribadi. c. Kemampuan dalam bersikap realistis dalam menemukan berbagai macam

permasalahan (adaptability) yang meliputi sub komponen 1) uji realitas dengan indikator memiliki penilaian secara objektif terhadap satu kondisi, 2) bersikap fleksibel dengan indikator a) mampu menyesuaikan perasaan, pikiran dan tindakan diri dengan perubahan situasi dan kondisi, serta b) menerima gagasan/ide pemikiran, cara dan kebiasaan yang berbeda, 3) pemecahan masalah dengan indikator a) menetapkan alternatif persoalan

yang tepat, dan b) mengambil tindakan nyata dari persoalan yang dihadapi. d. Kemampuan dalam melakukan serangkaian proses pengelolaan dan pencarian akar permasalahan yang sedang dihadapi (stress management) yang meliputi sub komponen 1) ketahanan menanggung stres dengan indikator a) bersikap tenang dan sabar ketika menghadapi situasi yang menekan, dan b) dapat mengatasi konflik emosi secara konstruktif, 2)


(23)

55

Safitri Rachmatillah,2013

KONTRIBUSI KECERDASAN EMOSIONALTERHADAP PENYESUAIAN SOSIAL PESERTA DIDIK PROGRAM PERCEPATAN BELAJAR

Universitas Pendidikan Indonesia |repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu93

pengendalian impuls dengan indikator mampu mengelola amarah dan

pertentangan, dan

e. Kemampuan untuk turut bergembira terhadap segala pencapaian yang telah diperoleh dirinya dan orang lain (general mood) yang meliputi sub komponen 1) rasa optimisme dengan indikator memiliki sikap positif yang realistis ketika menghadapi kesulitan, dan 2) rasa kebahagiaan dengan indikator a) dapat mensyukuri kehidupan, dan b) bersenang-senang dengan diri sendiri dan orang lain.

2. Penyesuaian sosial

Penyesuaian sosial dalam penelitian ini diartikan sebagai skor kemampuan dalam memberikan reaksi/bertindak secara tepat terhadap kenyataan yang ada di lingkungan dan tuntutan sosial tempat dia berada dalam hal ini lingkungan sekolah yang ditandai dengan adanya sub aspek sebagai berikut :

a. Mampu menghargai dan mau menerima otoritas sekolah dengan indikator 1) memiliki kesadaran perbedaan karakteristik masing-masing individu, 2) tidak memilih-milih teman, guru, atau personil sekolah lainnya, dan 3) menghargai dan menjaga kewibawaan guru dan personil sekolah,

b. Tertarik dan mau berpartisipasi dalam aktivitas sekolah dengan indikator 1) memiliki minat dan berpartisipasi dalam kegiatan belajar mengajar, dan 2) ikut berpartisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler,

c. Mampu menjalin hubungan sosial yang sehat, bersahabat dengan teman sekelas, guru, dan pembimbing di sekolah dengan indikator 1)


(24)

Safitri Rachmatillah,2013

KONTRIBUSI KECERDASAN EMOSIONALTERHADAP PENYESUAIAN SOSIAL PESERTA DIDIK PROGRAM PERCEPATAN BELAJAR

Universitas Pendidikan Indonesia |repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu93

pengendalikan emosi, 2) memiliki mekanisme pertahanan diri, 3) adanya pengarahan atau pengendalian diri, dan 4) memiliki sikap yang realistis, d. Menerima terhadap peraturan atau tata tertib sekolah dengan indikator 1)

memiliki kesadaran akan pentingnya peraturan atau tata tertib sekolah, dan 2) mematuhi peraturan atau tata tertib sekolah,

e. Membantu sekolah untuk mencapai tujuan dengan indikator 1) mendukung kelancaran proses kegiatan belajar mengajar, dan 2) melaksanakan kewajiban sebagai siswa.

E. Instrumen Penelitian

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan melakukan penyebaran angket tertutup kepada peserta didik program percepatan belajar (akselerasi). Alat pengumpul data berupa angket tertutup yang terdiri atas dua angket tertutup yang memberikan gambaran mengenai kecerdasan emosional dengan mengacu pada konsep Reuven Bar-On (2004:12) dan penyesuaian sosial mengacu pada konsep Schneider (1964:451-458) dengan beberapa penyesuaian sesuai dengan kebutuhan penelitian. Angket tertutup yang dikembangkan ini, berbentuk kuesioner dengan cara memberi seperangkat pernyataan tertulis untuk dijawab oleh responden (Sugiyono, 2007:142). Angket tertutup yang digunakan menyediakan lima alternatif jawaban Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Kurang Sesuai (KS), Tidak Sesuai (TS) dan Sangat Tidak Sesuai (STS) dengan pemberian skor item antara 0 sampai dengan 4 pada skala Likert yang dijabarkan dalam tabel 3.2 sebagai berikut :


(25)

57

Safitri Rachmatillah,2013

KONTRIBUSI KECERDASAN EMOSIONALTERHADAP PENYESUAIAN SOSIAL PESERTA DIDIK PROGRAM PERCEPATAN BELAJAR

Universitas Pendidikan Indonesia |repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu93

Tabel 3. 2

Pola Penyekoran Angket

Item Sangat

Sesuai Sesuai

Kurang Sesuai

Tidak Sesuai

Sangat Tidak Sesuai

Positif 4 3 2 1 0

Negatif 0 1 2 3 4

F. Proses Pengembangan Instrumen 1. Angket Kecerdasan Emosional

a) Pengembangan Kisi-Kisi Instrumen

Kisi-kisi instrumen untuk menggambarkan kecerdasan emosional mengacu pada konsep yang dikemukakan Reuven Bar-On (2004:12). Berdasarkan konstruk tersebut, kisi-kisi alat pengumpul data untuk selanjutnya dijabarkan dalam bentuk item-item pernyataan. Dibawah ini merupakan kisi-kisi instrumen untuk menggambarkan kecerdasan emosional peserta didik program percepatan belajar (akselerasi) yang ditampilkan dalam tabel 3.3 sebagai berikut :

Tabel 3. 3

Kisi-Kisi Instrumen Kecerdasan Emosional Peserta Didik Program Percepatan Belajar (Akselerasi)

(Sebelum Uji Coba)

No. Komponen Sub Komponen Indikator Nomor Item

+ -

1. Intrapribadi

Penghargaan diri

a. Mengenali kekuatan dan kelemahan diri sendiri

1 2

b. Menyenangi diri sendiri dengan segala kelemahan yang dimiliki

3 4

Kesadaran diri

a. Mengenali perasaan

diri sendiri 5,6,7

b. Mengenali penyebab dari perasaan yang muncul

8,9 10


(26)

Safitri Rachmatillah,2013

KONTRIBUSI KECERDASAN EMOSIONALTERHADAP PENYESUAIAN SOSIAL PESERTA DIDIK PROGRAM PERCEPATAN BELAJAR

Universitas Pendidikan Indonesia |repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu93

No. Komponen Sub Komponen Indikator Nomor Item

+ -

perilaku diri sendiri terhadap orang lain

Sikap asertif

a. Mampu

menyampaikan isi pikiran dan perasaan secara terbuka, jelas dan tepat

12,13

b. Tidak membiarkan orang lain untuk memanfaatkan dan mengganggu dirinya

14

Kemandirian

a. Mampu mengarahkan dan mengendalikan diri sendiri dalam berpikir dan bertindak

15,16 b. Tidak tergantung

pada orang lain dalam secara emosional

17

Aktualisasi diri

Mengembangkan bakat dan minat secara

dinamis untuk mencapai prestasi

18,19, 20

2. Antarpribadi

Empati

a. Memahami perasaan

dan pikiran orang lain 21,22

b. Menempatkan diri dengan yang dirasakan dan dipikirkan orang lain

23,24, 25,26

Tanggung jawab social

a. Berperan menjadi

anggota masyarakat 27,28 29

b. Bekerja sama dan bermanfaat bagi kelompok masyarakatnya

30 31

c. Bertindak sesuai dengan hati nurani

32,33,

34 35

Hubungan antarpribadi

a. Adanya sikap saling memberi dan menerima

36,37, 38,39 b. Adanya kepedulian

terhadap sesama

40,42,

43 41

c. Merasa tenang dan nyaman ketika berada dalam jalinan hubungan antarpribadi

44,45, 46

3. Penyesuaian

Diri Uji realitas

Memiliki penilaian secara objektif terhadap satu kondisi


(27)

59

Safitri Rachmatillah,2013

KONTRIBUSI KECERDASAN EMOSIONALTERHADAP PENYESUAIAN SOSIAL PESERTA DIDIK PROGRAM PERCEPATAN BELAJAR

Universitas Pendidikan Indonesia |repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu93

No. Komponen Sub Komponen Indikator Nomor Item

+ -

Sikap fleksibel

a. Mampu

menyesuaikan perasaan, pikiran, dan tindakan diri dengan perubahan situasi dan kondisi

49,50, 51 b. Menerima

gagasan/ide pemikiran, cara dan kebiasaan yang berbeda

52

Pemecahan masalah

a. Menetapkan alternatif

persoalan yang tepat 53,54

b. Mengambil tindakan nyata dari persoalan yang dihadapi

55,56, 57

4. Penanganan

Stres

Ketahanan menanggung

stress

a. Bersikap tenang dan sabar ketika menghadapi situasi yang menekan

58,59 60,

61 b. Dapat mengatasi

konflik emosi secara konstruktif 62,63, 64 Pengendalian impuls Mampu mengelola amarah dan pertentangan

65 66,

67

5. Suasana Hati

Optimisme

Memiliki sikap positif yang realistis ketika menghadapi kesulitan

68

Kebahagiaan

a. Dapat mensyukuri

kehidupan 69,70

b. Bersenang-senang dengan diri sendiri dan orang lain

71,72, 73

a) Uji Kelayakan Instumen (Judgement)

Instrumen yang telah disusun selanjutnya ditimbang (judgement) oleh 3 orang ahli yaitu 2 dosen dari jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia dan 1 dosen dari jurusan Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia. Judgement dilakukan untuk mengetahui tingkat kelayakan instrumen baik dari segi isi, konstruk dan bahasa dari setiap item pernyataan.


(28)

Safitri Rachmatillah,2013

KONTRIBUSI KECERDASAN EMOSIONALTERHADAP PENYESUAIAN SOSIAL PESERTA DIDIK PROGRAM PERCEPATAN BELAJAR

Universitas Pendidikan Indonesia |repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu93

Aspek isi meliputi kesesuaian materi pernyataan instrumen dengan landasan teori kecerdasan emosional yang dijadikan dasar dalam pengembangan instrumen. Aspek konstruk instrumen meliputi kesesuaiannya dengan teori. Adapun aspek bahasa meliputi struktur bahasa dalam item pernyataan instrumen. Dibawah ini merupakan hasil judgement angket kecerdasan emosional yang ditampilkan pada tabel 3.4 sebagai berikut :

Tabel 3. 4

Hasil Judgement Angket Kecerdasan Emosional

No Kesimpulan No Item

1 Memadai

1,7,8,11,20,21,22,23,24,25,26,27,29,32,33,35, 37,38,40,41,46,47,49,50,52,54,55,56,58,59,60,62, 64,70,71,75,79,80,83

2 Revisi

3,4,5,6,9,10,13,14,15,16,17,19,28,31,34,36,39,43, 44,48,51,57,61,63,65,66,67,68,69,72,73,

74,81,82

3 Buang 2,12,18,30,42,45,53,76,77,78

Berdasarkan hasil judgement diatas, instrumen kecerdasan emosional yang pada awalnya terdiri dari 83 item pernyataan, setelah direvisi menjadi 73 item pernyataan dengan keterangan 39 item pernyataan memadai (tanpa perubahan pernyataan), 34 item pernyataan direvisi (disesuaikan dengan indikator dan segi bahasanya), dan 10 item dibuang (tidak digunakan karena tidak sesuai dengan indikator). Dengan demikian, instrumen tersebut dinyatakan baik untuk digunakan dalam penelitian ini.

b) Uji Keterbacaan Item

Uji keterbacaan dilakukan untuk mengetahui tingkat keterbacaan dari tiap item pernyataan. Uji keterbacaan dilakukan pada tanggal 21-22 Februari 2012 kepada peserta didik kelas X (non akselerasi) SMA Negeri 1 Margahayu yang tidak menjadi sampel penelitian. Uji keterbacaan dilakukan kepada 2 peserta didik


(29)

61

Safitri Rachmatillah,2013

KONTRIBUSI KECERDASAN EMOSIONALTERHADAP PENYESUAIAN SOSIAL PESERTA DIDIK PROGRAM PERCEPATAN BELAJAR

Universitas Pendidikan Indonesia |repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu93

laki-laki dan 2 peserta didik perempuan, sehingga setiap item pernyataan bisa dimengerti dan dijadikan sebagai instrumen untuk mengungkap kecerdasan emosional dan penyesuaian sosial peserta didik program percepatan belajar (akselerasi).

Setelah uji keterbacaan untuk pernyataan-pernyataan yang tidak dipahami kemudian direvisi sesuai dengan kebutuhan sehingga dapat dimengerti oleh peserta didik program percepatan belajar (akselerasi) SMA Negeri 1 Margahayu dan SMA Negeri 3 Bandung yang kemudian dilakukan uji validitas.

c) Uji Validitas Item

Setelah uji keterbacaan item dilakukan, langkah selanjutnya yakni menguji validitas dan reliabilitas instrumen. Suatu instrumen dapat dikatakan valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2008:121).

Berkaitan dengan pengujian validitas instrumen Arikunto (2008:70) menjelaskan bahwa validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kehandalan atau kesahihan suatu alat ukur. Untuk menguji validitas alat ukur, terlebih dahulu dicari harga korelasi antara bagian-bagian dari alat ukur secara keseluruhan dengan cara mengkorelasikan setiap butir/item alat ukur dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir/item, dengan rumus product moment (rxy) sebagai berikut :


(30)

Safitri Rachmatillah,2013

KONTRIBUSI KECERDASAN EMOSIONALTERHADAP PENYESUAIAN SOSIAL PESERTA DIDIK PROGRAM PERCEPATAN BELAJAR

Universitas Pendidikan Indonesia |repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu93

rxy

 

2

 

2

 

2

 

2

 

Y Y

N X X

N

Y X

XY N

Keterangan :

rxy = Koefisien korelasi yang dicari ∑X = Jumlah skor item

∑Y = Jumlah skor total (seluruh item) N = Jumlah responden

Selanjutnya, untuk menguji tingkat signifikansi butir/item pernyataan menggunakan rumus uji-t sebagai berikut :

Keterangan :

t = harga thitung untuk tingkat signifikansi r = koefisien korelasi hasil r-hitung n = jumlah responden

Setelah diperoleh thitung, langkah selanjutnya adalah membandingkannya dengan ttabel. Untuk mengetahui tingkat signifikansinya dengan ketentuan thitung > ttabel (α = 0,05 dan dk = n-2 ). Kaidah keputusan : Jika thitung > ttabel berarti valid sebaliknya thitung < ttabel berarti tidak valid.

Langkah-langkah yang dilakukan untuk menguji validitas instrumen tersebut diolah dengan metode statistika dengan menggunakan bantuan komputer program Microsoft Excel 2007 sebagai berikut :

(a). Menyebarkan instrumen kepada peserta didik program percepatan belajar (akselerasi) tahun pertaman dan tahun kedua untuk memperoleh data.

(b). Mencari nilai r hitung untuk setiap butir pernyataan dengan rumus product moment (rxy)

2

2 1

n t r

r -=


(31)

-63

Safitri Rachmatillah,2013

KONTRIBUSI KECERDASAN EMOSIONALTERHADAP PENYESUAIAN SOSIAL PESERTA DIDIK PROGRAM PERCEPATAN BELAJAR

Universitas Pendidikan Indonesia |repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu93

(c). Mencari nilai t-hitung untuk setiap butir pernyataan dengan rumus uji-t diatas.

(d). Selanjutnya membandingkan nilai t-hitung dengan nilai t-tabel dengan tingkat kesalahan 5% atau dengan taraf signifikansi 95%.

Untuk mengetahui apakah perbedaan itu signifikan atau tidak maka harga t-hitung tersebut perlu dibandingkan dengan harga t-tabel. Jika t-hitung lebih besar daripada t-tabel, maka perbedaan itu signifikan, sehingga instrument dinyatakan valid. Tetapi jika t-hitung lebih kecil daripada t-tabel maka, item tersebut tidak valid. Nilai t-tabel untuk α = 0. 05 dengan derajat kebebasan (dk = 46-2) adalah 2,015.

Mengacu pada pengujian validitas instrumen dalam penelitian menggunakan rumus korelasi product-moment dengan skor mentah, maka diperoleh hasil perhitungan korelasi antara skor item dengan skor total yang ditampilkan dalam tabel 3.5 sebagai berikut :

Tabel 3. 5

Hasil Perhitungan Korelasi antara Skor Item dengan Skor Total Kecerdasan Emosional

No.Item Korelasi t hitung t tabel Keterangan

1 0,428 2,835 2,015 Valid

2 0,052 0,344 2,015 Tidak Valid

3 0,201 1,331 2,015 Tidak Valid

4 0,332 2,200 2,015 Valid

5 -0,196 -1,297 2,015 Tidak Valid

6 -0,029 -0,198 2,015 Tidak Valid

7 0,324 2,146 2,015 Valid

8 0,185 1,227 2,015 Tidak Valid

9 0,314 2,078 2,015 Valid

10 0,214 1,419 2,015 Tidak Valid

11 0,429 2,843 2,015 Valid

12 0,319 2,118 2,015 Valid

13 0,018 0,119 2,015 Tidak Valid


(32)

Safitri Rachmatillah,2013

KONTRIBUSI KECERDASAN EMOSIONALTERHADAP PENYESUAIAN SOSIAL PESERTA DIDIK PROGRAM PERCEPATAN BELAJAR

Universitas Pendidikan Indonesia |repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu93

No.Item Korelasi t hitung t tabel Keterangan

15 0,415 2,748 2,015 Valid

16 0,518 3,427 2,015 Valid

17 0,338 2,240 2,015 Valid

18 0,327 2,165 2,015 Valid

19 0,246 1,627 2,015 Tidak Valid

20 0,574 3,795 2,015 Valid

21 0,642 4,240 2,015 Valid

22 0,626 4,135 2,015 Valid

23 0,364 2,408 2,015 Valid

24 0,474 3,138 2,015 Valid

25 0,558 3,688 2,015 Valid

26 0,510 3,374 2,015 Valid

27 0,206 1,367 2,015 Tidak Valid

28 0,349 2,309 2,015 Valid

29 0,416 2,753 2,015 Valid

30 0,436 2,889 2,015 Valid

31 0,167 1,105 2,015 Tidak Valid

32 0,550 3,633 2,015 Valid

33 0,477 3,153 2,015 Valid

34 0,432 2,862 2,015 Valid

35 0,343 2,271 2,015 Valid

36 0,537 3,548 2,015 Valid

37 0,623 4,113 2,015 Valid

38 0,548 3,622 2,015 Valid

39 0,487 3,219 2,015 Valid

40 0,574 3,795 2,015 Valid

41 0,522 3,454 2,015 Valid

42 0,472 3,125 2,015 Valid

43 0,363 2,407 2,015 Valid

44 0,403 2,670 2,015 Valid

45 0,239 1,583 2,015 Tidak Valid

46 0,092 0,610 2,015 Tidak Valid

47 -0,195 -1,293 2,015 Tidak Valid

48 0,347 2,296 2,015 Valid

49 0,547 3,613 2,015 Valid

50 0,732 4,823 2,015 Valid

51 -0,186 -1,233 2,015 Tidak Valid

52 0,342 2,266 2,015 Valid

53 0,671 4,429 2,015 Valid

54 0,461 3,052 2,015 Valid

55 0,393 2,560 2,015 Valid

56 0,574 3,791 2,015 Valid

57 0,469 3,100 2,015 Valid

58 0,450 2,976 2,015 Valid

59 0,421 2,787 2,015 Valid

60 0,091 0,603 2,015 Tidak Valid


(33)

65

Safitri Rachmatillah,2013

KONTRIBUSI KECERDASAN EMOSIONALTERHADAP PENYESUAIAN SOSIAL PESERTA DIDIK PROGRAM PERCEPATAN BELAJAR

Universitas Pendidikan Indonesia |repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu93

No.Item Korelasi t hitung t tabel Keterangan

62 0,281 1,859 2,015 Tidak Valid

63 0,289 1,914 2,015 Tidak Valid

64 0,425 2,815 2,015 Valid

65 0,610 4,030 2,015 Valid

66 0,247 1,637 2,015 Tidak Valid

67 0,289 1,921 2,015 Tidak Valid

68 0,314 2,082 2,015 Valid

69 0,500 3,308 2,015 Valid

70 0,449 2,974 2,015 Valid

71 -0,053 -0,353 2,015 Tidak Valid

72 0,429 2,838 2,015 Valid

73 0,526 3,480 2,015 Valid

Hasil uji validitas instrumen kecerdasan emosional peserta didik program percepatan belajar (akselerasi), ditampilkan pada tabel 3.6 sebagai berikut :

Tabel 3. 6

Hasil Uji Validitas Instrumen Kecerdasan Emosional Peserta Didik Program Percepatan Belajar (Akselerasi)

Kesimpulan Nomor Item Jumlah

Valid

1,4,7,9,11,12,14,15,16,17,18,20,21,22,23, 24,25,26,28,29,30,32,33,34,35,36,37,38,39,40, 41,42,43,44,48,49,50,52,53,54,55,56,

57,58,59,61,64,65,68,69,70,72,73

53

Tidak Valid 2,3,5,6,8,10,13,19,27,31,45,46,47,51,60,62,63,

66,67,71 20

Berdasarkan hasil pengujian diatas, dapat disimpulkan bahwa instrumen kecerdasan emosional peserta didik program percepatan belajar (akselerasi) memiliki validitas isi yang tinggi.

d) Reliabilitas

Istilah reliabilitas menunjukkan tingkat keterandalan atau kemantapan suatu tes maksudnya sejauhmana suatu tes mampu menghasilkan skor-skor secara konsisten (Cece Rakhmat & M. Solehuddin, 2006:70). Uji reliabilitas dimaksudkan untuk mengetahui keterandalan alat ukur atau ketetapan alat ukur. Jika suatu alat ukur yang memiliki reliabilitas baik maka alat ukur tersebut dapat


(34)

Safitri Rachmatillah,2013

KONTRIBUSI KECERDASAN EMOSIONALTERHADAP PENYESUAIAN SOSIAL PESERTA DIDIK PROGRAM PERCEPATAN BELAJAR

Universitas Pendidikan Indonesia |repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu93

memberikan skor yang relatif sama pada seorang responden jika responden tersebut mengisi kuesioner itu pada waktu yang berbeda.

Metode yang digunakan dalam pengujian reliabilitas instrumen adalah metode belah dua atau split-half method. Metode belah dua hanya menggunakan sebuah tes dan dicobakan hanya satu kali. Oleh karena itu, disebut juga single-test-single-trial method (Arikunto, 2001:92). Rumus yang digunakan untuk

mencari reliabilitas alat ukur tentang gambaran kecerdasan emosional dan penyesuaian sosial peserta didik program percepatan belajar (akselerasi) tes secara keseluruhan adalah Spearman-Brown sebagai berikut :

r11 =

22 11 22 11

1 2

r r  Keterangan :

r11 = koefisien reliabilitas tes secara keseluruhan 22

11

r = koefisien korelasi product moment antara separoh (½) tes (belahan I) dengan separoh (½) tes (belahan II) dari tes tersebut 1 dan 2 = Bilangan konstan

Sebagai tolak ukur koefisien reliabilitasnya, digunakan kriteria dari Guilford (Minnatul Maula, 2008:14), yaitu :

< 0,20 : Derajat keterandalannya sangat rendah 0,21 - 0,40 : Derajat keterandalannya rendah 0,41 – 0,70 : Derajat keterandalannya sedang 0,71 – 0,90 : Derajat keterandalannya tinggi

0,91 – 1,00 : Derajat keterandalannya sangat tinggi

Untuk menguji reliabilitas instrumen kecerdasan emosional menggunakan rumus split-half method dengan cara membagi skor hasil tes menjadi dua bagian, yaitu skor item ganjil dan skor item genap. Setelah itu, jumlah skor item ganjil dan jumlah skor item genap dikorelasikan dengan menggunakan rumus Product Moment. Hasil dari korelasi ke-dua skor item tersebut kemudian dimasukkan ke


(35)

67

Safitri Rachmatillah,2013

KONTRIBUSI KECERDASAN EMOSIONALTERHADAP PENYESUAIAN SOSIAL PESERTA DIDIK PROGRAM PERCEPATAN BELAJAR

Universitas Pendidikan Indonesia |repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu93

dalam rumus Spearman-Brown sehingga menghasilkan nilai reliabilitas dari masing-masing variabel.

Diketahui :

∑ X : 3536 ∑ X2 : 276548 ∑ X.Y : 258231

∑ Y : 3307 ∑ Y2 : 242223 N : 46

(∑X) 2 : 12503296 (∑Y) 2 : 10936249

rxy

 

2

 

2

2

 

2

  Y Y N X X N Y X XY N

rxy =

46.276548 12503296



46.242223 10936249

) 3307 )( 3536 ( ) 258231 )( 46 (    rxy =

12721208 12503296



11142258 10936249

) 11693552 ( ) 11878626 (    rxy =

217912



206009

185074

rxy =

93 , 211876

185074 rxy = 0,87

Maka, perhitungan reliabilitasnya adalah :

r11 =

22 11 22 11 1 2 r r

r11 =

 

 

0,87 1 87 . 0 2  r11 =

87 , 1 74 , 1 r11 = 0,93

Nilai reliabilitas yang diperoleh adalah 0,93 sesuai dengan kriteria Guilford, maka reliabilitas instrumen ini berada pada kategori sangat tinggi.

Artinya, instrumen yang digunakan memiliki keajegan dalam menghasilkan skor-skor pada setiap item.


(36)

Safitri Rachmatillah,2013

KONTRIBUSI KECERDASAN EMOSIONALTERHADAP PENYESUAIAN SOSIAL PESERTA DIDIK PROGRAM PERCEPATAN BELAJAR

Universitas Pendidikan Indonesia |repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu93

Untuk menguji signifikansi indeks korelasi di atas, digunakan uji-t dengan rumus berikut :

Berdasarkan perhitungan di atas, α = 0,05 dan N = 46, uji dua pihak : dengan dk = n – 2 = 46 – 2 = 44 sehingga diperoleh t tabel = 2,015. Ternyata thitung lebih besar dari ttabel, atau 11,78 > 2,015. Maka t signifikan pada tingkat 0,95

Setelah melalui serangkaian uji coba sesuai ketentuan diatas, maka dalam pengembangan kisi-kisi angket kecerdasan emosional peserta didik program percepatan belajar (akselerasi) mengalami perubahan yang ditampilkan pada tabel 3.7 sebagai berikut :

Tabel 3. 7

Kisi-Kisi Instrumen Kecerdasan Emosional Peserta Didik Program Percepatan Belajar (Akselerasi)

(Setelah Uji Coba)

No. Komponen Sub Komponen Indikator

Nomor Valid

Nomor Item Baru

1. Intrapribadi

Penghargaan diri

a. Mengenali kekuatan dan kelemahan diri sendiri

1 1

b. Menyenangi diri sendiri dengan segala kelemahan yang dimiliki

4 2

Kesadaran diri

a. Mengenali perasaan

diri sendiri 7 3

b. Mengenali penyebab dari perasaan yang muncul


(37)

69

Safitri Rachmatillah,2013

KONTRIBUSI KECERDASAN EMOSIONALTERHADAP PENYESUAIAN SOSIAL PESERTA DIDIK PROGRAM PERCEPATAN BELAJAR

Universitas Pendidikan Indonesia |repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu93

No. Komponen Sub Komponen Indikator

Nomor Valid

Nomor Item Baru c. Mengenali pengaruh

perilaku diri sendiri terhadap orang lain

11 5

Sikap asertif

a. Mampu

menyampaikan isi pikiran dan perasaan secara terbuka, jelas dan tepat

12 6

b. Tidak membiarkan orang lain untuk memanfaatkan dan mengganggu dirinya

14 7

Kemandirian

a. Mampu mengarahkan dan mengendalikan diri sendiri dalam berpikir dan bertindak

15,16 8,9

b. Tidak tergantung pada orang lain dalam secara emosional

17 10

Aktualisasi diri

Mengembangkan bakat dan minat secara

dinamis untuk mencapai prestasi

18,20 11,12

2. Antarpribadi

Empati

a. Memahami perasaan

dan pikiran orang lain 21,22 13,14

b. Menempatkan diri dengan yang dirasakan dan dipikirkan orang lain 23,24, 25,26 15,16, 17,18 Tanggung jawab sosial

a. Berperan menjadi

anggota masyarakat 28,29 19,20

b. Bekerja sama dan bermanfaat bagi kelompok masyarakatnya

30 21

c. Bertindak sesuai dengan hati nurani

32,33, 34,35 22,23, 24,25 Hubungan antarpribadi

a. Adanya sikap saling memberi dan menerima

36,37, 38,39

26,27, 28,29 b. Adanya kepedulian

terhadap sesama

40,42, 41,43

30,31, 32,33 c. Merasa tenang dan

nyaman ketika berada dalam jalinan hubungan antarpribadi

44 34


(38)

Safitri Rachmatillah,2013

KONTRIBUSI KECERDASAN EMOSIONALTERHADAP PENYESUAIAN SOSIAL PESERTA DIDIK PROGRAM PERCEPATAN BELAJAR

Universitas Pendidikan Indonesia |repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu93

No. Komponen Sub Komponen Indikator

Nomor Valid

Nomor Item Baru

Diri secara objektif terhadap

satu kondisi

Sikap fleksibel

a. Mampu

menyesuaikan perasaan, pikiran, dan tindakan diri dengan perubahan situasi dan kondisi

49,50 36,37

b. Menerima

gagasan/ide pemikiran, cara dan kebiasaan yang berbeda

52 38

Pemecahan masalah

a. Menetapkan alternatif

persoalan yang tepat 53,54 39,40

b. Mengambil tindakan nyata dari persoalan yang dihadapi

55,56, 57

41,42, 43

4. Penanganan

Stres

Ketahanan menanggung

stress

a. Bersikap tenang dan sabar ketika menghadapi situasi yang menekan

58,59, 61

44,45, 46 b. Dapat mengatasi

konflik emosi secara konstruktif

64 47

Pengendalian impuls

Mampu mengelola amarah dan pertentangan

65 48

5. Suasana Hati

Optimisme

Memiliki sikap positif yang realistis ketika menghadapi kesulitan

68 49

Kebahagiaan

a. Dapat mensyukuri

kehidupan 69,70 50,51

b. Bersenang-senang dengan diri sendiri dan orang lain

72,73 52,53

G. Teknik Analisis Data dan Pengolahan Data

Data-data yang diperoleh dari hasil penyebaran instrumen kemudian diolah dengan menetapkan tingkatan kecerdasan emosional peserta didik program percepatan belajar (akselerasi), apakah berada dalam tingkatan sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, atau sangat rendah.


(39)

71

Safitri Rachmatillah,2013

KONTRIBUSI KECERDASAN EMOSIONALTERHADAP PENYESUAIAN SOSIAL PESERTA DIDIK PROGRAM PERCEPATAN BELAJAR

Universitas Pendidikan Indonesia |repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu93

Untuk menentukan kedudukan subjek dalam tingkatan kecerdasan emosional dilakukan teknik pengolahan data dengan menggunakan rumus skor ideal sebagai berikut :

Skor ideal = jumlah skor valid X skor terbesar = 53 X 4

= 212

Skor terendah = jumlah skor valid X skor terkecil = 53 X 0

= 0

X ideal = 1/2 x skor ideal = 1/2 x 212 = 106

Pengelompokan data mengacu kepada penentuan konversi skor. Konversi skor disusun berdasarkan skor yang diperoleh subjek penelitian pada keseluruhan dan pada setiap komponen. Jumlah angka dalam masing-masing interval kelasnya ditentukan berdasarkan dari nilai untuk setiap pilihan. Nilai yang terendah dari setiap jawaban adalah 0 dan yang tertinggi adalah 4.

Penentuan kriteria tersebut berdasarkan pada skala kontinum sesuai dengan pendapat Allen L. Edwards (1986 : 84), bahwa pergerakan skala dimulai dari daerah unfavorable (-) sampai ke daerah favorable (+). Skala kontinum ini, jika ditunjukkan dalam garis akan tampak pada diagram 3.1 berikut :

0 1 2 3 4

0,5 1,5 2,5 3,5

SR R S T ST

Diagram 3. 1 Skala Kontinum

Kriteria skala kontinum ini digunakan sebagai patokan dalam menentukan kategori dari skor. Dalam penggunaannya, setiap range dalam kriteria di atas dikalikan dengan jumlah item kecerdasan emosional yaitu sebanyak 53 item.


(40)

Safitri Rachmatillah,2013

KONTRIBUSI KECERDASAN EMOSIONALTERHADAP PENYESUAIAN SOSIAL PESERTA DIDIK PROGRAM PERCEPATAN BELAJAR

Universitas Pendidikan Indonesia |repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu93

Berdasarkan perhitungan yang mengacu pada skala kontinum, maka pembagian kategori kecerdasan emosional peserta didik dijabarkan pada tabel 3.8 sebagai berikut :

Tabel 3. 8

Kualifikasi Kecerdasan Emosional

Peserta Didik Program Percepatan Belajar (Akselerasi) Rentang

skor Kategori Kualifikasi

≥ 186 Sangat

Tinggi

Peserta didik memiliki kemampuan sangat memadai dalam mengenali diri sendiri, berinteraksi dan bergaul baik dengan orang lain, bersikap realistis dalam menemukan berbagai macam permasalahan, melakukan serangkaian proses pengelolaan dan pencarian akar permasalahan yang sedang dihadapi, serta turut bergembira terhadap segala pencapaian yang telah diperoleh dirinya dan orang lain.

133 – 185,5 Tinggi

Peserta didik memiliki kemampuan memadai dalam mengenali diri sendiri, berinteraksi dan bergaul baik dengan orang lain, bersikap realistis dalam menemukan berbagai macam permasalahan, melakukan serangkaian proses pengelolaan dan pencarian akar permasalahan yang sedang dihadapi, serta turut bergembira terhadap segala pencapaian yang telah diperoleh dirinya dan orang lain.

80 – 132,5 Sedang

Peserta didik memiliki kemampuan yang cukup memadai dalam mengenali diri sendiri, berinteraksi dan bergaul baik dengan orang lain, bersikap realistis dalam menemukan berbagai macam permasalahan, melakukan serangkaian proses pengelolaan dan pencarian akar permasalahan yang sedang dihadapi, serta turut bergembira terhadap segala pencapaian yang telah diperoleh dirinya dan orang lain.

27 – 79,5 Rendah

Peserta didik memiliki kemampuan yang kurang memadai dalam mengenali diri sendiri, berinteraksi dan bergaul baik dengan orang lain, bersikap realistis dalam menemukan berbagai macam permasalahan, melakukan serangkaian proses pengelolaan dan pencarian akar permasalahan yang sedang dihadapi, serta turut bergembira terhadap segala pencapaian yang telah diperoleh dirinya dan orang lain.

0 – 26,5 Sangat

Rendah

Peserta didik memiliki kemampuan yang sangat kurang memadai dalam mengenali diri sendiri, berinteraksi dan bergaul baik dengan orang lain, bersikap realistis dalam menemukan berbagai macam permasalahan, melakukan serangkaian proses pengelolaan dan pencarian akar permasalahan yang sedang dihadapi, serta turut bergembira terhadap segala pencapaian yang telah diperoleh dirinya dan orang lain.


(41)

73

Safitri Rachmatillah,2013

KONTRIBUSI KECERDASAN EMOSIONALTERHADAP PENYESUAIAN SOSIAL PESERTA DIDIK PROGRAM PERCEPATAN BELAJAR

Universitas Pendidikan Indonesia |repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu93

Berdasarkan hasil perhitungan kriteria skala kontinum, diperoleh rentang skor kategori kecerdasan emosional, baik secara total, maupun berdasarkan komponennya yang ditampilkan tabel 3.9 dibawah ini :

Tabel 3. 9

Rentang Skor Kategori Kecerdasan Emosional Peserta Didik Program Percepatan Belajar (Akselerasi)

Kategori Kecerdasan Emosional

Komponen

Intrapribadi Antarpribadi Penyesuaian

Diri

Penanganan Stres

Suasana Hati Jumlah

Soal 53 12 22 9 5 5

Skor

Terbesar 4 4 4 4 4 4

Skor

Ideal 212 48 88 36 20 20

Rata-Rata

Ideal 106 24 44 18 10 10

Sangat

Tinggi ≥ 186 ≥ 43 ≥ 78 ≥ 32 ≥ 18 ≥ 18

Tinggi 133 – 185,5 31 – 42 56 – 77 23 – 31,5 13 – 17,5 13 – 17,5

Sedang 80 – 132,5 19 – 30 34 – 55 14 – 22,5 8 – 12,5 8 – 12,5

Rendah 27 – 79,5 7 – 18 12 – 33 5 – 13,5 3 – 7,5 3 – 7,5

Sangat

Rendah 0 – 26,5 0 – 6 0 – 11 0 – 4,5 0 – 2,5 0 – 2,5

2. Angket Penyesuaian Sosial

a) Pengembangan Kisi-Kisi Instrumen

Kisi-kisi instrumen untuk menggambarkan penyesuaian sosial mengacu pada konsep yang dikemukakan Schneider (Nurihsan dan Mubiar Agustin, 2010:71-73). Berdasarkan konstruk tersebut, kisi-kisi alat pengumpul data untuk selanjutnya dijabarkan dalam bentuk item-item pernyataan. Dibawah ini merupakan kisi-kisi instrumen untuk menggambarkan penyesuaian sosial peserta didik program percepatan belajar (akselerasi) yang ditampilkan pada tabel 3.10 sebagai berikut :


(42)

Safitri Rachmatillah,2013

KONTRIBUSI KECERDASAN EMOSIONALTERHADAP PENYESUAIAN SOSIAL PESERTA DIDIK PROGRAM PERCEPATAN BELAJAR

Universitas Pendidikan Indonesia |repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu93

Tabel 3. 10

Kisi-Kisi Instrumen Penyesuaian Sosial

Peserta Didik Program Percepatan Belajar (Akselerasi) (Sebelum Uji Coba)

No. Sub Aspek Indikator

Nomor Item + - 1. Menghargai dan mau menerima otoritas sekolah

a. Memiliki kesadaran perbedaan karakteristik masing-masing individu

1,2,3, 4,5 b. Tidak memilih-milih teman,

guru, atau personil sekolah lainnya 6 7

c. Menghargai dan menjaga kewibawaan guru dan personil sekolah

8,9,10

2.

Tertarik dan mau berpartisipasi dalam aktivitas sekolah

a. Memiliki minat dan berpartisipasi dalam kegiatan belajar mengajar

12 11,13

b. Ikut berpartisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler 14,15, 16 3. Menjalin hubungan sosial yang sehat, bersahabat dengan teman sekelas, guru, dan pembimbing atau penasihat di sekolah

a. Pengendalian emosi 17,18,

19,20 b. Memiliki mekanisme pertahanan

diri 21,23

22,24, 25,26 c. Pengarahan atau pengendalian

diri

27,28,

29 30,31

d. Memiliki sikap yang realistis 33 32

4.

Penerimaan terhadap

peraturan atau tata tertib sekolah

a. Memiliki kesadaran akan

pentingnya peraturan atau tata tertib sekolah

34,35 b. Mematuhi peraturan atau tata

tertib sekolah 36,37, 38 5. Membantu sekolah mencapai tujuan

a. Mendukung kelancaran proses

kegiatan belajar mengajar 40 39

b. Melaksanakan kewajiban sebagai siswa

41,42, 43

b) Uji Kelayakan Instumen (Judgement)

Sama halnya dengan judgement instrumen kecerdasan emosional, instrumen penyesuaian sosial yang telah disusun juga selanjutnya ditimbang (judgement) oleh 3 orang ahli yaitu 2 dosen dari jurusan Psikologi Pendidikan dan


(43)

75

Safitri Rachmatillah,2013

KONTRIBUSI KECERDASAN EMOSIONALTERHADAP PENYESUAIAN SOSIAL PESERTA DIDIK PROGRAM PERCEPATAN BELAJAR

Universitas Pendidikan Indonesia |repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu93

Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia dan 1 dosen dari jurusan Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia. Judgement dilakukan untuk mengetahui tingkat kelayakan instrumen baik dari segi isi, konstruk dan bahasa dari setiap item pernyataan. Dibawah ini merupakan hasil judgement angket penyesuaian sosial yang ditampilkan pada tabel 3.11 sebagai berikut :

Tabel 3. 11

Hasil Judgement Angket Penyesuaian Sosial

No Kesimpulan No Item

1 Memadai 1,2,7,8,9,12,13,15,17,18,19,20,21,22,27,

28,29,30,37,38,39,43

2 Revisi 3,4,5,6,10,11,14,16,23,24,25,26,31,32,33,34,

35,36,40,41,42

Instrumen penyesuaian sosial yang pada awalnya terdiri dari 43 item pernyataan, setelah direvisi tetap 43 item pernyataan dengan keterangan 22 item pernyataan memadai (tanpa perubahan pernyataan), dan 21 item pernyataan direvisi (disesuaikan dengan indikator dan bahasanya). Dengan demikian, instrumen tersebut dinyatakan baik untuk digunakan dalam penelitian ini.

c) Uji Keterbacaan Item

Uji keterbacaan dilakukan untuk mengetahui tingkat keterbacaan dari tiap item pernyataan. Uji keterbacaan dilakukan pada tanggal 21-22 Februari 2012 kepada peserta didik kelas X (non akselerasi) SMA Negeri 1 Margahayu yang tidak menjadi sampel penelitian. Uji keterbacaan dilakukan kepada 2 peserta didik laki-laki dan 2 peserta didik perempuan, sehingga setiap item pernyataan bisa dimengerti dan dijadikan sebagai instrumen untuk mengungkap kecerdasan


(1)

138

Safitri Rachmatillah,2013

b. Melakukan bimbingan secara berkesinambungan dilihat dari komponen kecerdasan emosional dan sub aspek penyesuaian sosial yang rendah berdasarkan hasil penelitian. Hal ini dimaksudkan untuk mengembangkan dan memaksimalkan segala potensi positif yang sudah ada pada peserta didik akselerasi agar lebih terarah.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Alsa, Asmadi. (2007). Keunggulan dan Kelemahan Program Akselerasi di SMA (Tinjauan Psikologi Pendidikan). Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar pada Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Arikunto, Suharsimi. (1998). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Produk. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. (2001). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

Arikunto, Suharsimi. (2006). Edisi Revisi VI. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Produk. Jakarta: Rineka Cipta.

Chaplin, J.P. (2000). Kamus Lengkap Psikologi (terjemahan Kartini Kartono). Jakarta : Rajawali Press.

Desmita. (2010). Cetakan kedua. Psikologi Perkembanngan Peserta Didik. Bandung. PT Remaja Rosdakarya.

Effendi, Irma N. (2003). Hubungan Antara Emotional Intelligence Dengan Penyesuaian Sosial di Sekolah Pada Siswa Kelas III SMUN 7 Bandung. Skripsi Sarjana Pada Fakultas Psikologi Universitas Islam Bandung : tidak diterbitkan.

Goleman, D (2000). Emotional Intelligence (Kecerdasan Emosional, Mengapa EI lebih penting daripada IQ). Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. Gunarsa. (2006). Dari Anak Sampai Usia Lanjut. Jakarta. Gunung Mulia. Hein, Steve (1996). Signs of High and Low EQ. [On line]. Tersedia :

http://www.core.eqi.org/signs.htm. [13 September 2012].

Hidayat. (2012). Interaksi Anak Dalam Lingkungannya. Bandung : artikel Koran Harian Pikiran Rakyat, 24 Juni 2012, (18).

Kamelia, Dian. (2003). Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Dengan Penyesuaian Sosial di Sekolah Pada Siswa Kelas II SMU PGII II Bandung. Skripsi Sarjana Pada Fakultas Psikologi Universitas Islam Bandung : tidak diterbitkan.

Mabruri, A.M. (2005). Kontribusi Kecerdasan Emosi terhadap Penyesuaian Sosial Peserta didik di Sekolah. Skripsi Jurusan PPB FIP UPI Bandung :


(3)

xiv

Safitri Rachmatillah,2013

Mayer, John D , Richard D. Roberts and Sigal G. Barsade. (2008). Human Abilities: Emotional Intelligence. The Annual Review of Psychology [Online]. Tersedia : http://psych.annualreviews.org [25 Januari 2011]. Mayer, John D, Peter Salovey and David R. Caruso. (2008). Emotional

Intelligence New Ability or Eclectic Traits?. American Psychological Association. 63, (6), 503–517.

Maula, M. (2008). Program Bimbingan dan Konseling untuk Mengembangkan Kecerdasan Emosional Siswa SMK. Skripsi Jurusan PPB FIP UPI Bandung : tidak diterbitkan.

Nikmah, Rika Kusumawati. (2009). Studi Tentang Kecerdasan Emosional Siswa Kelas Akselerasi Tingkat SMA di Kota Malang. Skripsi Jurusan Bimbingan Konseling dan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Malang : tidak diterbitkan.

Nurihsan dan Mubiar Agustin. (2010). Dinamika Perkembangan Anak dan Remaja (Tinjauan Psikologi, Pendidikan, dan Bimbingan. Bandung : PT. Refika Aditama.

Primasari, Ardi. (2008). Menilik Kembali Akselerasi. [On line]. Tersedia : http://ardiprimasari.blogspot.com. [3 Desember 2009].

Purnama, Seni Dewi. (2008). Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Dengan Penyesuaian Sosial Siswa SMA. Skripsi Sarjana Pada Fakultas Ilmu Pendidikan Jurusan Psikologi Universitas Pendidikan Indonesia : tidak diterbitkan.

Puswati, Rien Dwi. (2012). Kontribusi Kontrol Diri Pada Perilaku Konsumtif Remaja dan Implikasinya Terhadap Bimbingan dan Konseling. Skripsi Jurusan PPB FIP UPI Bandung : tidak diterbitkan.

Rahmi, Fitria Nur. (2012). Ciri-Ciri Orang yang Optimis. [On line]. Tersedia :

http://fitrianurrahmi.blogspot.com/2012/02/ciri-ciri-orang-yang-optimis.html. [13 September 2012].

Resmini, Mirna. (2009). Program Bimbingan Untuk Meningkatkan Kecerdasan Personal Anak Berbakat Akademik. Skripsi Jurusan PPB FIP UPI Bandung : tidak diterbitkan.

Sarafino, E. P. (1994). Health psychology. Canada: John Wiley & Sons. Inc. Schneiders, A.A. (1964). Personal Adjustment and Mental Health. New York :


(4)

Siti Maimunah, MM. (2009). Naskah Publikasi Gambaran Penyesuaian Sosial dan Emosi Siswa Program Akselerasi. Lembaga Penelitian Universitas Muhammadiyah Malang.

Solehuddin, M dan Cece Rakhmat. (2006). Pengukuran dan Penilaian Hasil Belajar. Bandung : Andira.

Somantri, Sutjihati. (2007). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung : Refika Aditama.

Stein, S dan Howard E.B., Alih Bahasa : Trianda Rairy J dan Yudhi M. (2002). Ledakan EQ (15 Prinsip Dasar Kecerdasan Emosional Meraih Sukses). Bandung : Kaifa.

Stys, Y and Shelley L. Brown. (2004). A Review of the Emotional Intelligence Literature and Implications for Corrections. Research Branch Correctional Service of Canada.

Sudrajat, Akhmad. (2008). Disiplin Siswa di Sekolah. [On line]. Tersedia :

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/04/04/disiplin-siswa-di-sekolah/). [13 September 2012].

Sugiyanto. (2006). Progam Bimbingan dan Konseling Untuk Penyesuaian Sosial Siswa. Tesis UPI. Bandung : tidak diterbitkan.

Sunarto dan Hartono. (1999). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta : Rineka Cipta.

Sunarya, Yaya. (1999). Beberapa Karakteristik Terisolir di Sekolah. Tesis IKIP. Bandung : tidak diterbitkan.

Sugiyono. (2008). Cetakan kelima. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata, Nana Syaodih (2003). Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Yusuf, Syamsu. (2001). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung : Rosda.

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003.

Versteynen, L. (2001). “Issues In The Social And Emotional Adjustment Of Gifted Children: What Does The Literature Say?”. The New Zealand Journal of Gifted Education. 13, (1).


(5)

xvi

Safitri Rachmatillah,2013

Willis, S.S. (1993). Konseling Keluarga. Bandung : tidak diterbitkan.

Yettie, Wandansari. 2004. Peran dukungan orangtua dan guru terhadap penyesuaian sosial anak berbakat intelektual. Jurnal Provitae, 1 (1), 29-42.

Zuriah, Nurul. (2006). Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan (Teori-Aplikasi). Jakarta : PT. Bumi Aksara.

Wahyudi, Deddy. (2011). Pembelajaran IPS Berbasis Kecerdasan Intrapersonal,

Interpersonal dan Eksistensial. jurnal.upi.edu (1), 33-45.

______. (2010). Pengertian Kepatuhan. [On line]. Tersedia : http://www.psychologymania.com/2012/08/pengertian-kepatuhan.html. [13 September 2012].

______. (2008). Pengertian Antar Pribadi (UI). [On line]. Tersedia :


(6)