HUBUNGAN ANTARA KETERLIBATAN PESERTA DIDIK DALAM KEPRAMUKAAN DENGAN PENYESUAIAN SOSIAL DI SEKOLAH.

(1)

Hindam, 2013

HUBUNGAN ANTARA KETERLIBATAN PESERTA DIDIK DALAM KEPRAMUKAAN DENGAN PENYESUAIAN SOSIAL DI SEKOLAH (Studi Korelasional terhadap Anggota Pramuka SMK Negeri Rajapolah

Tahun Ajaran 2012/2013)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

Oleh HINDAM

0800071

JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013


(2)

Hindam, 2013

HUBUNGAN ANTARA KETERLIBATAN PESERTA DIDIK DALAM KEPRAMUKAAN DENGAN PENYESUAIAN SOSIAL DI SEKOLAH (Studi Korelasional terhadap Anggota Pramuka SMK Negeri Rajapolah

Tahun Ajaran 2012/2013)

Oleh Hindam

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Hindam 2013

Universitas Pendidikan Indonesia Agustus 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

Hindam, 2013

LEMBAR PENGESAHAN

HUBUNGAN ANTARA KETERLIBATAN PESERTA DIDIK DALAM KEPRAMUKAAN DENGAN PENYESUAIAN SOSIAL DI SEKOLAH (Studi Korelasional terhadap Anggota Pramuka SMK Negeri Rajapolah

Tahun Ajaran 2012/2013) Oleh

HINDAM NIM 0800071

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH: Pembimbing I

Dr. H. M. Solehuddin, M.A., M.Pd. NIP. 19620208 198501 1 002

Pembimbing II

Dra. Hj. Aas Saomah, M.Si. NIP. 19610317 198703 2 001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia

Dr. Nandang Rusmana, M. Pd. NIP. 196005011986031004


(4)

Hindam, 2013

ABSTRAK

Hindam. (2013). Hubungan Antara Keterlibatan Peserta Didik dalam Kepramukaan dengan Penyesuaian Sosial di Sekolah (Studi Korelasional terhadap Anggota Pramuka SMK Negeri Rajapolah Tahun Ajaran 2012/2013)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara keterlibatan peserta didik dalam kepramukaan dengan penyesuaian sosial di sekolah. Tugas perkembangan utama masa remaja adalah menyesuaikan dengan perubahan yang terjadi di dalam diri serta menyesuaikan diri dengan perubahan harapan masyarakat terhadap remaja. Apabila remaja memiliki penyesuaian yang baik, maka remaja akan memperoleh kepuasaan dalam hidupnya. Oleh karena itu, penyesuaian sosial menjadi fokus utama dalam perkembangan remaja. Kegiatan kepramukaan dapat menjadi salah satu cara untuk meningkatkan penyesuaian sosial, karena pola pembinaan kepramukaan disesuaikan dengan tugas-tugas perkembangan masa remaja, termasuk dalam aspek sosial. Pendekatan penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif. Metode yang digunakan yaitu studi korelasional. Subjek penelitian adalah anggota pramuka SMK Negeri Rajapolah tahun ajaran 2012/2013 yang berjumlah 41 orang. Hasil penelitian menunjukkan: (1) Secara umum, gambaran keterlibatan peserta didik dalam kepramukaan berada pada kategori tinggi; (2) Secara umum, penyesuaian sosial di sekolah berada pada kategori tinggi; dan (3) Terdapat hubungan yang positif signifikan antara keterlibatan peserta didik dalam kepramukaan dengan penyesuaian sosial di sekolah.


(5)

Hindam, 2013

ABSTRACT

Hindam. (2013). Relationship Between Student’s Involvement in Scouting with the Social Adjustment in Schools (Correlational Study of the Scout Member at SMK Rajapolah in Academic Year 2012/2013)

This study aims to determine the relationship between the learner's involvement in Scouting with social adjustment in school. Major developmental task of adolescence is to adjust to the changes that occur in themselves and adjust to the changing expectations of society towards teens. If the teen has a good adjustment, then teens will gain satisfaction in life. Therefore, the main focus of social adjustment in adolescent development. Scouting activities may be one way to improve social adjustment, because the pattern of scouting coaching tailored to the developmental tasks of adolescence, including the social aspects. The research approach using a quantitative approach. The method used is a correlational study. Subjects were scouts SMK Rajapolah school year 2012/2013 which amounted to 41 people. The results showed: (1) In general, the picture of the learner's involvement in Scouting at the high category, (2) In general, social adjustment in the school at the high category, and (3) There is a significant positive relationship between the involvement of learners in scouting with social adjustment in school.


(6)

Hindam, 2013

DAFTAR ISI

Absrtak i

Kata Pengantar... ii

Ucapan Terima Kasih ... iii

Daftar Isi... v

Daftar Bagan... vii

Daftar Grafik... viii

Daftar Tabel ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 5

C.Tujuan Penelitian ... 6

D.Manfaat Penelitian... 7

E. Struktur Organisasi Skripsi ... 7

BAB II KONSEP KEGIATAN KEPRAMUKAAN DAN PENYESUAIAN SOSIAL F. A Kegiatan Kepramukaan... 8

B. Penyesuaian Sosial... 21

C.Kegiatan Kepramukaan Sebagai Bagian Dari Kegiatan Bimbingan Sosial Peserta Didik... 26 D.Penelitian Terdahulu... 30

E. Kerangka Pemikiran ... 31

F. Hipotesis Penelitian... 34

BAB III METODOLOGI PENELITIAN G. A. Lokasi dan Subjek Penelitian... 35

B. Pendekatan dan Metode Penelitian ... 35


(7)

Hindam, 2013

D.Instrumen Penelitian ... 38

E. Proses Pengembangan Instrumen... 39

F. Analisis Data ... 47

G.Uji Korelasi... 54

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN H. A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 55

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 67

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI I. A. Kesimpulan... 79

B. Rekomendasi... 80

Daftar Pustaka... 82 Daftar Lampiran


(8)

Hindam, 2013

DAFTAR BAGAN


(9)

Hindam, 2013

DAFTAR GRAFIK

Nama Grafik 4.1 Gambaran Umum Keterlibatan Peserta Didik dalam Kepramukaan di SMK

Negeri Rajapolah Tahun Ajaran 2012/2013...

56 4.2 Gambaran Setiap Aspek Keterlibatan Peserta Didik dalam Kepramukaan di

SMK Negeri Rajapolah Tahun Ajaran 2012/2013... 57 4.3 Gambaran Umum Penyesuaian Sosial di Sekolah Peserta didik SMK Negeri

Rajapolah Tahun Ajaran 2012/2013... 62 4.4 Gambaran Setiap Aspek Penyesuaian Sosial di Sekolah Peserta Didik SMK

Negeri Rajapolah Tahun Ajaran 2012/2013... 63


(10)

Hindam, 2013

DAFTAR TABEL

Nama Tabel

3.1 Rentang Skala Likert... ... 39

3.2 Kisi-kisi Instrumen Keterlibatan Peserta Didik dalam Kepramukaan (sebelum uji coba)... 39 3.3 Kisi-kisi Instrumen Penyesuaian Sosial di Sekolah (sebelum uji coba) ... 40

3.4 Hasil Uji Validitas Instrumen Keterlibatan Peserta Didik dalam Kepramukaan... 43

3.5 Hasil Uji Validitas Instrumen Penyesuaian Sosial di Sekolah... 44

3.6 Interpretasi Reliabilitas... 45

3.7 Kisi-kisi Instrumen Keterlibatan Peserta Didik dalam Kepramukaan (setelah uji coba)... 46 3.8 Kisi-kisi Instrumen Penyesuaian Sosial di Sekolah (setelah uji coba)... 47

3.9 Rumusan Kategorisasi Skala... 48

3.10 Rumusan Kategori Keterlibatan Peserta Didik dalam Kepramukaan... 49

3.11 Rumusan Kategori Penyesuaian Sosial di Sekolah... 50

3.12 Hasil Uji Linieritas Variabel Y atas Variabel X... 54

4.1 Gambaran Umum Keterlibatan Peserta Didik dalam Kepramukaan di SMK Negeri Rajapolah Tahun Ajaran 2012/2013... 55 4.2 Gambaran Aspek Kehadiran... 58

4.3 Gambaran Aspek Tujuan yang Ingin Dicapai... 58

4.4 Gambaran Aspek Memberikan Gagasan... 59

4.5 Gambaran Aspek Tanggung jawab... 60

4.6 Gambaran Aspek Manfaat yang Diperoleh... 60

4.7 Gambaran Umum Penyesuaian Sosial di Sekolah Peserta Didik SMK Negeri Rajapolah Tahun Ajaran 2012/2013... 61 4.8 Gambaran Aspek Menghormati dan Menerrima Otoritas Sekolah... 63

4.9 Gambaran Aspek Minat dan Partisipasi dalam Fungsi dan Kegiatan Sekolah... 64

4.10 Gambaran Aspek Membina Hubungan Pertemanan yang Sehat... 65

4.11 Gambaran Aspek Menerima Keterbatasan dan Tanggung jawab... 65 4.12 Gambaran Aspek Membantu Sekolah dalam Mewujudkan Tujuan Instrinsik

dan Ekstrinsik... 66


(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Remaja sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup sendiri, melainkan senantiasa hidup dan bergaul dengan lingkungan sosialnya sebagai sarana untuk berinteraksi dengan orang lain. Melalui interaksi dengan lingkungan sosialnya remaja dapat memenuhi kebutuhan sosialnya untuk mencapai kesejahteraan hidup. Dalam melakukan interaksi sosial, remaja akan banyak belajar tentang norma-norma yang dianut dari lingkungan sosial. Proses tersebut dapat mengantarkan remaja pada proses penerimaan sosial.

Penerimaan oleh lingkungan sosial merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi remaja sebagai makhluk sosial. Agar dapat mencapai kebutuhan sosial tersebut remaja perlu menjalin hubungan yang harmonis dan kerjasama dengan orang lain serta menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok. Hal ini sejalan dengan pendapat Setianingsih dkk. (2006) yang menyatakan bahwa remaja dituntut untuk memiliki kemampuan dalam menyesuaikan diri terhadap tuntutan lingkungan agar keikutsertaannya selalu relevan dalam kegiatan masyarakat yang disebut dengan penyesuaian sosial.

Kemampuan remaja dalam melakukan penyesuaian sosial berkaitan erat dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Salah satu faktor yang mempengaruhi penyesuaian sosial remaja adalah lingkungan sekolah. Di sekolah remaja mendapatkan bekal pengetahuan dan latihan untuk menghadapi kehidupan di masyarakat. Berkaitan dengan ini, Karsidi (2005) mengemukakan bahwa dalam fungsi sosialnya, sekolah memiliki peranan yang penting dalam membantu perkembangan peserta didik menjadi makhluk sosial, yaitu makhluk yang dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya.

Peserta didik sebagai makhluk sosial perlu mempunyai penyesuaian sosial yang efektif di sekolah. Shah & Sharma (2012) mengungkapkan bahwa penyesuaian sosial yang efektif di sekolah akan berdampak pada peningkatan prestasi akademik. Sebaliknya, Adhiambo dkk. (2011) mengungkapkan bahwa


(12)

ketidakmampuan penyesuaian sosial di sekolah akan berakibat pada rendahnya prestasi belajar, perilaku bermasalah, ketidaksesuaian aspirasi pendidikan, dan drop out dari sekolah.

Penyesuaian sosial yang efektif di sekolah ditandai dengan adanya: (1) penerimaan dan penghargaan terhadap orang yang patut dihormati disekolah, (2) memiliki minat dalam kegiatan ekstrakurikuler ataupun kelompok belajar, (3) mematuhi tata tertib sekolah yang berlaku dengan penuh kesadaran dan penerimaan, (4) melakukan interaksi yang sehat dengan teman sekolah, guru bidang studi atau wali kelas dan guru pembimbing serta staf tata usaha (Nurdin, 2009). Sebaliknya, Merrel dan Walker (2004) serta Yusuf (2009) mengemukakan bahwa penyesuaian sosial yang menyimpang ditandai dengan perilaku anti sosial dalam konteks teman sebaya yang menyimpang (juvenile delinquency) seperti mencuri, bolos dari sekolah, free sex, vandalisme (perusakan), serangan yang agresif yang mengarah pada kematian, mengkonsumsi minuman keras atau obat-obat terlarang, berpakaian tidak senonoh dan tawuran (kekerasan berkelompok/geng).

Ditinjau dari perilaku anti sosial sebagai ciri penyesuaian sosial yang menyimpang terdapat fenomena-fenomena perilaku anti sosial yang ditunjukkan peserta didik, seperti kasus drop out sembilan orang peserta didik Sekolah Menegah Kejuruan (SMK) di Jember karena melakukan pesta minuman keras di dalam ruang kelas (JemberPost.com, 2012). Selain itu, ketua Satuan Tugas (Satgas) pelajar Kota Bogor Ruchjani mengemukakan bahwa jumlah kasus tawuran di kota Bogor menigkat 95% selama tahun ajaran 2011-2012 yang didominasi oleh peserta didik SMK (Felicia, 2012).

Fenomena-fenomena penyesuaian yang menyimpang peserta didik seperti yang tersebut di atas menunjukkan bahwa mereka membutuhkan sentuhan pendidikan yang dapat memfasilitasi berkembangnya kepribadian yang mantap sehingga dapat mencegah terjadinya penyesuaian yang menyimpang. Menurut Yusuf (2009) sentuhan pendidikan tersebut adalah layanan bimbingan dan konseling. Salah satu fungsi bimbingan dan konseling adalah fungsi penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dalam membantu peserta didik agar dapat menyesuaikan


(13)

diri secara dinamis dan konstruktif terhadap program pendidikan, peraturan sekolah dan norma agama sehingga dapat mengembangkan diri secara optimal.

Salah satu cara yang dapat dilakukan konselor untuk mengembangkan penyesuaian peserta didik adalah dengan mendorongnya untuk aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler. Berkaitan dengan hal ini, Mahoney dkk. (2005) serta Darling dkk. (2005) mengemukakan bahwa kegiatan ekstrakurikuler dapat memberikan dampak positif bagi penyesuaian sosial di sekolah diantaranya mengembangkan kemampuan interpersonal, meningkatkan prestasi akademik, serta mengembangkan sikap yang lebih positif terhadap sekolah.

Lebih lanjut, dalam Permendiknas RI No 22/2006 tentang Standar Isi dikemukakan bahwa bimbingan dan konseling serta ekstrakurikuler merupakan komponen pengembangan diri. Kegiatan pengembangan diri merupakan upaya pembentukan watak dan kepribadian peserta didik yang dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling berkenaan dengan masalah pribadi dan kehidupan sosial, kegiatan belajar, dan pengembangan karir, serta kegiatan ekstrakurikuler yang dipilih sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan sekolah.

Paparan di atas menunjukkan bahwa bimbingan dan konseling serta kegiatan ekstrakurikuler merupakan dua hal yang saling berkaitan untuk memfasilitasi pengembangan diri peserta didik dalam berbagai aspek kehidupannya, termasuk aspek sosial.

Berkaitan dengan masalah penyesuaian sosial, konselor dapat mendorong peserta didik untuk terlibat dalam kegiatan ekstrakurikuer. Ekstrakurikuler yang dapat menunjang penyesuaian sosial peserta didik salah satunya adalah kegiatan kepramukaan. Ketua Kwartir Daerah Gerakan Pramuka Jawa Barat Dede Yusuf (Dwiputra, 2012) mengemukakan bahwa kegiatan kepramukaan merupakan cara yang efektif untuk mencegah perilaku penyesuaian peserta didik yang menyimpang seperti tawuran dan sejenisnya. Lebih lanjut Dede menyatakan bahwa melalui kegiatan kepramukaan peserta didik dapat menyalurkan potensinya dalam kegiatan positif dan terhindar dari kegiatan negatif bahkan dapat berperan aktif dalam pembangunan bangsa. Oleh karena itu, beberapa sekolah mewajibkan peserta didiknya untuk mengikuti kegiatan kepramukaan.


(14)

Di dalam UU RI No 12/2010 tentang Gerakan Pramuka pasal 20 terdapat kode kehormatan pramuka yaitu budaya organisasi gerakan pramuka yang melandasi sikap dan tingkah laku anggota pramuka dalam hidup dan kehidupan berorganisasi. Dalam kehidupan sehari-hari kode kehormatan pramuka dapat diamalkan dalam bentuk sikap kebersamaan, tidak mementingkan diri sendiri, belajar mendengar, menghargai dan menerima pendapat orang lain, membina diri dalam upaya bertutur kata dan bertingkah laku sopan, membiasakan diri memberikan pertolongan dan berpartisipasi dalam kegiatan sosial, mengendalikan dan mengatur diri sendiri, taat terhadap aturan dan kesepakatan, dan sejenisnya. Berdasarkan paparan tersebut, kegiatan kepramukaan banyak menitikberatkan pada perilaku sosial yang dapat melatih kemampuan penyesuaian sosial.

Guna mengetahui kegiatan kepramukaan dan penyesuaian sosial peserta didik SMK, dilakukan studi pendahuluan di SMK Negeri Rajapolah. Hasil wawancara dengan pembina ekstrakurikuler pramuka pada tanggal 21 Desember 2012 diperoleh informasi bahwa kegiatan kepramukaan di SMK Negeri Rajapolah difokuskan untuk mengembangkan kepedulian sosial peserta didik, contoh kegiatan yang dilaksanakan diantaranya kegiatan bakti sosial penanaman pohon di lingkungan sekolah, kegiatan bakti kepada masyarakat, dan sejenisnya. Selain itu, berdasarkan hasil pengamatan pada bulan September 2012 sampai dengan Februari 2013, peserta didik yang mengikuti kegiatan kepramukaan dianggap memiliki penyesuaian sosial di sekolah, contoh perilaku yang ditunjukkan adalah peserta didik mampu berbicara dan berkata sopan kepada guru, mudah bergaul dengan teman, dan berpakaian sesuai dengan aturan sekolah. Sebaliknya, peserta didik yang tidak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di sekolah cenderung menampilkan perilaku bolos sekolah, berpakaian tidak sesuai aturan, dan berbicara kasar di lingkungan sekolah.

Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini difokuskan pada analisis hubungan antara keterlibatan peserta didik dalam kepramukaan dengan penyesuaian sosial di sekolah.


(15)

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Ditinjau dari sudut pandang pendidikan, fenomena perilaku penyesuaian sosial peserta didik SMK yang menyimpang merupakan hal yang perlu dihindari karena tidak sesuai dengan tujuan pendidikan nasional seperti yang tercantum dalam UU RI No 20/2003.

Penyesuaian menjadi fokus dalam setiap tahap perkembangan individu, tetapi menjadi fokus utama selama masa remaja. Tugas perkembangan utama masa remaja adalah menyesuaikan dengan perubahan yang terjadi di dalam diri serta menyesuaikan diri dengan perubahan harapan masyarakat terhadap remaja. Apabila remaja memiliki penyesuaian yang baik, maka remaja akan memperoleh kepuasaan, motivasi untuk sukses, mandiri, percaya diri serta kesehatan mental (Shah & Sharma, 2012).

Sekolah memiliki tanggung jawab untuk mengembangkan penyesuaian sosial peserta didik. Darling dkk. (2005) mengungkapkan bahwa penyesuaian sosial di sekolah dapat dikembangkan dengan berpartisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler. Salah satu jenis kegiatan ekstrakurikuler yang dapat menunjang penyesuaian sosial peserta didik adalah kegiatan kepramukaan. Berkaitan dengan ini, Anggadiredja dkk. (2011) mengungkapkan bahwa pembinaan dalam kegiatan kepramukaan didasarkan pada tugas-tugas perkembangan peserta didik, salah satunya berkaitan dengan aspek sosial. Sasaran yang ingin dicapai dalam pengembangan sosial adalah peserta didik mampu bekerjasama dan berinteraksi dengan orang lain di dalam sebuah kelompok, mematuhi aturan kelompok dan sanggup menerima konsekuensinya, peduli terhadap orang lain dan lingkungannya.

Kegiatan kepramukaan diharapkan dapat menjadi solusi untuk menangani masalah penyesuaian sosial peserta didik SMK. Berkaitan dengan ini SK Kwarnas Gerakan Pramuka No 203/2009 tentang Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka pasal 8 ayat 1 menyebutkan:

Pendidikan kepramukaan adalah proses pendidikan yang praktis, di luar lingkungan sekolah dan di luar lingkungan keluarga yang dilakukan di alam terbuka dalam bentuk kegiatan yang menarik, menantang, menyenangkan, sehat, teratur dan terarah dengan menerapkan prinsip dasar kepramukaan dan metode


(16)

kepramukaan, yang sasaran akhirnya adalah terbentuknya watak kepribadian dan akhlak mulia.

Pembentukan watak, akhlak dan budi pekerti luhur melalui kegiatan kepramukaan sangat sesuai dengan tuntutan perilaku yang diharapkan di sekolah. Hal ini sejalan dengan pendapat Schneiders (1964) mengenai perilaku penyesuaian sosial yang sesuai dengan tuntutan sekolah, yaitu menghormati dan menerima otoritas sekolah; menyalurkan minat dan partisipasi dalam fungsi dan kegiatan sekolah; membina hubungan pertemanan yang sehat dengan teman, guru dan konselor; keinginan menerima keterbatasan dan tanggung jawab; dan membantu seokalah dalam mewujudkan tujuan instrinsik dan ekstrinsik.

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka masalah-masalah yang dikaji dalam penelitian adalah sebagai berikut.

1. Bagaimana gambaran umum keterlibatan peserta didik dalam kepramukaan di SMK Negeri Rajapolah tahun ajaran 2012/2013?

2. Bagaimana gambaran umum penyesuaian sosial di sekolah peserta didik SMK Negeri Rajapolah tahun ajaran 2012/2013?

3. Apakah terdapat hubungan yang positif signifikan antara keterlibatan peserta didik dalam kepramukaan dengan penyesuaian sosial di sekolah peserta didik SMK Negeri Rajapolah tahun ajaran 2012/2013?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Memperoleh gambaran umum keterlibatan peserta didik dalam kepramukaan

di SMK Negeri Rajapolah tahun ajaran 2012/2013.

2. Memperoleh gambaran umum penyesuaian sosial di sekolah peserta didik SMK Negeri Rajapolah tahun ajaran 2012/2013.

3. Mengetahui signifikasi hubungan antara keterlibatan peserta didik dalam kepramukaan dengan penyesuain sosial di sekolah peserta didik SMK Negeri Rajapolah tahun ajaran 2012/2013.


(17)

D. Manfaat penelitian

Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut. 1. Bagi Pihak Sekolah

Dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam mengatur kebijakan mengenai kegiatan kepramukaan di sekolah dalam membentuk peserta didik untuk memahami nilai-nilai moral yang berlaku di lingkungan sosialnya, sehingga dapat mereduksi perilaku maladjusment di sekolah.

2. Bagi Pemina Pramuka

Memberikan masukkan bagi pembina pramuka dalam membina kegiatan kepramukaan guna meningkatkan penyesuaian sosial peserta didik secara profesional.

3. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling di Sekolah

Dapat dijadikan bahan materi bimbingan dan konseling bagi guru Bimbingan dan Konseling untuk meningkatkan penyesuaian sosial peserta didik dengan pokok bahasan kerja sama, toleransi, tanggung jawab dan sejenisnya yang terkandung dalam nilai-nilai kepramukaan.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Dapat menjadi bahan pertimbangan bagi peneliti selanjutnya apabila akan mengembangkan penelitian mengenai kegiatan kepramukaan untuk meningkatkan penyesuaian sosial peserta didik.

E. Struktur Organisasi Skripsi

Struktur organisasi penulisan skripsi terdiri dari lima bab, yaitu Bab I memaparkan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang penelitian, identifikasi dan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi; Bab II menyajikan konsep kegiatan kepramukaan dan penyesuaian sosial; Bab III memaparkan metode penelitian; Bab IV menyajikan hasil penelitian dan pembahasan; dan Bab V berisi kesimpulan penelitian dan rekomendasi hasil penelitian.


(18)

Hindam, 2013

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian dilakukan di SMK Negeri Rajapolah yang beralamat di Ciinjuk No. 1 Sukaraja Kecamatan Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya.

Arikunto (2002:130) menyatakan bahwa keseluruhan subjek penelitian disebut dengan populasi. Menurut Sugiyono (2011:117) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian adalah peserta didik SMK Negeri Rajapolah tahun ajaran 2012/2013 yang secara administratif tercatat sebagai anggota pramuka sebanyak 41 peserta didik.

Pertimbangan memilih lokasi dan subjek penelitian di SMK Negeri Rajapolah adalah:

1. Peserta didik SMK berada pada masa remaja. Tugas perkembangan pada masa remaja yang tersulit adalah yang berhubungan dengan penyesuaian sosial (Hurlock, 1997: 213).

2. Kegiatan kepramukaan banyak menitikberatkan pada perilaku sosial (Erwanto, 2011).

3. Berdasarkan studi pendahuluan peserta didik yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler pramuka di SMK Negeri Rajapolah dianggap memiliki penyesuaian sosial di sekolah yang memadai.

B. Pendekatan dan Metode Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, yaitu suatu pendekatan yang memungkinkan dilakukannya pencatatan data penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik (Sugiyono, 2011: 7). Pendekatan kuantitatif dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur keterlibatan peserta didik dalam kepramukaan dan penyesuaian sosial di sekolah. Data hasil penelitian yang berupa skor (angka-angka) akan diproses melalui


(19)

Hindam, 2013

pengolahan statistik yang selanjutnya dideskripsikan untuk mendapatkan gambaran keterlibatan peserta didik dalam kepramukaan dan penyesuaian sosial di sekolah melalu studi korelasional. Studi korelasional dalam penelitian ini digunakan untuk menggambarkan hubungan keterlibatan peserta didik dalam kepramukaan dengan penyesuaian sosial di sekolah sesuai dengan hasil yang diperoleh.

C. Definisi Operasional Variabel

1. Keterlibatan Peserta Didik dalam Kepramukaan

UU RI No 12/2010 tentang Gerakan Pramuka pasal 1 merumuskan gerakan pramuka sebagai organisasi yang dibentuk oleh pramuka untuk menyelenggarakan pendidikan kepramukaan, yaitu proses pembentukan kepribadian, kecakapan hidup, dan akhlak mulia pramuka melalui penghayatan dan pengamalan nilai-nilai kepramukaan.

Anggadiredja dkk. (2011) secara garis besar membagi kegiatan kepramukaan bagi golongan penegak menjadi kegiatan (1) mingguan, yaitu kegiatan latihan rutin yang meliputi penanaman nilai-nilai dan keterampilan; (2) kegiatan bulanan/ dua bulanan/ tiga bulanan yang dilaksanakan atas keputusan dewan penegak dan pembina yang biasanya dilakukan ke luar dari pangkalan gugus depan misalnya hiking, bakti masyarakat, berkemah dan lain-lain; (3) Kegiatan latihan gabungan yaitu kegiatan latihan bersama gugus depan lain, (4) Kegiatan latihan gabungan, kegiatan pramuka di tingkat kwartir cabang, daerah dan nasional yang diselenggarakan tahunan misalnya kegiatan Kursus Instruktur Muda (KIM), dan lain-lain; (5) kegiatan insidental yang biasanya muncul karena gerakan pramuka mengikuti kegiatan lembaga pemerintah atau lembaga non-pemerintah lainnya; dan (6) kegiatan pengembangan minat yang dibagi menjadi delapan satuan karya (saka).

Kegiatan peserta didik dalam kepramukaan menuntut keterlibatan dalam kegiatan-kegiatan kepramukaan (Ray, 2012). Berkaitan dengan ini, Zulkarnaen (2010) mengemukakan bahwa ciri-ciri orang yang terlibat dalam suatu kegiatan


(20)

Hindam, 2013

ditandai dengan kehadiran, adanya tujuan yang ingin dicapai, memberikan gagasan, tanggung jawab dan manfaat yang diperoleh dari kegiatan tersebut.

Secara operasional, keterlibatan peserta didik dalam kepramukaan pada penelitian ini adalah kegiatan peserta didik SMK Negeri Rajapolah tahun ajaran 2012/2013 dalam kepramukaan yang meliputi kegiatan latihan rutin, kegiatan lintas alam, kegiatan berkemah, kegiatan bakti sosial, kegiatan saka wirakartika, dan kegiatan rapat-rapat kepramukaan yang diukur melalui:

1. Kehadiran.

2. Tujuan yang ingin dicapai. 3. Memberikan gagasan. 4. Tanggung jawab.

5. Manfaat yang diperoleh.

2. Penyesuaian Sosial di Sekolah

Schneiders (1964: 454) telah menyusun tuntutan lingkungan atau perilaku yang diharapkan dan berkaitan dengan realitas, situasi, dan relasi sosial di sekolah sebagai berikut:

Respect for and acceptance of duly constituted authority, interest and participation in school functions and activities, wholsome friendly relations with classmates, teachers, and counselors, willing acceptance of limitations and responsibilities, and helping the school to realize both intrinsic and extrinsic objective

Berdasarkan pendapat Schneiders, penyesuaian sosial di sekolah meliputi menghormati dan menerima otoritas sekolah, minat dan partisipasi dalam fungsi dan kegiatan sekolah, membina hubungan pertemanan yang sehat dengan teman, guru dan konselor, keinginan menerima keterbatasan dan tanggung jawab, dan membantu seokalah dalam mewujudkan tujuan instrinsik dan ekstrinsik.

Pada tataran operasional, penyesuaian sosial di sekolah dalam penelitian ini adalah kemampuan peserta didik SMK Negeri Rajapolah Tahun Ajaran 2012/2013 yang meliputi aspek-aspek sebagai berikut:


(21)

Hindam, 2013

1. Menghormati dan menerima otoritas sekolah, ditandai dengan: (a) memiliki kesadaran akan pentingnya peraturan di sekolah, dan (b) menaati peraturan yang berlaku di sekolah.

2. Minat dan partisipasi dalam kegiatan dan fungsi sekolah, ditandai dengan: (a) terlibat secara sukarela dalam kegiatan kurikuler, (b) terlibat secara sukarela dalam kegiatan ekstrakurikuler.

3. Membina hubungan pertemanan yang sehat dengan teman dan guru/staf sekolah ditandai dengan: (a) keakraban dengan teman, dan (b) keakraban dengan guru/staf sekolah.

4. Menerima keterbatasan dan tanggung jawab, ditandai dengan: (a) menerima kekurangan diri secara realistis, dan (b) menerima resiko atas perbuatan yang dilakukan

5. Membantu sekolah dalam mewujudkan tujuan instrinsik dan ekstrinsik, ditandai dengan: (a) keinginan berprestasi untuk sekolah, dan (b) keinginan untuk memajukan sekolah dimasyarakat.

D. Instrumen Penelitian

Menurut Sugiyono (2011: 199) pada prinsipnya meneliti adalah mengukur, maka untuk melakukan suatu penelitian diperlukan alat ukur yang baik.Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan instrumen penelitian. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kuesioner atau angket. Lebih lanjut Sugiyono mengemukakan kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.

Angket dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur hubungan antara keterlibatan peserta didik dalam kepramukaan dengan penyesuaian sosial di sekolah. Bentuk angket yang digunakan adalah angket berstruktur dengan bentuk jawaban tertutup. Angket bentuk ini merupakan angket yang jawabannya telah tersedia kemudian responden diberi sejumlah pernyataan dengan cara memilih


(22)

Hindam, 2013

setiap pernyataan pada alternatif jawaban yang telah disediakan. Setiap jawaban diberi skor sesuai dengan bobot yang telah ditetapkan.

Skala yang digunakan dalam angket ini adalah skala likert. Sugiyono (2011: 134) menyatakan skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Fenomena sosial dalam penelitian ini telah ditetapkan sebagai variabel penelitian. Lebih lanjut Sugiyono (2011: 134) mengemukakan dengan skala likert, variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pertanyaan atau pernyataan. Berikut rentang skala likert yang digunakan dalam penelitian ini.

Tabel 3.1 Rentang Skala Likert

Alternatif Jawaban Bobot

(+) (-)

Selalu (SL) 5 1

Sering (S) 4 2

Kadang-kadang (KK) 3 3

Jarang (J) 2 4

Tidak Pernah (TP) 1 5

E. Proses Pengembangan Instrumen

1. Pengembangan Kisi-kisi Instrumen

Kisi-kisi instrumen keterlibatan peserta didik dalam kepramukaan dikembangkan berdasarkan definisi operasional variabel yang merujuk pada UU RI No 12/2010 tentang Gerakan Pramuka. Berikut ini disajikan kisi-kisi instrumen keterlibatan peserta didik dalam kepramukaan sebelum uji coba.

Tabel 3.2

Kisi-kisi Instrumen Keterlibatan Peserta Didik dalam Kepramukaan (Sebelum Uji Coba)

Aspek Indikator Item Pernyataan

(+) (-)

Kehadiran Mengikuti setiap kegiatan


(23)

Hindam, 2013

Aspek Indikator Item Pernyataan

(+) (-)

Ketepatan waktu dalam mengikuti setiap kegiatan kepramukaan

7,8,9,

10,11,12 6

Tujuan yang ingin dicapai

Membina watak,

kepribadian, dan akhlak mulia

13,14,15,16

17,18,19,20 8

Membina keterampilan 21,22,23

24,25,26 6

Membina kesehatan 27 1

Memberikan gagasan

Keaktifan dalam

menyampaikan pendapat 28,29,30 3

Tanggung Jawab

Melaksanakan kode kehormatan pramuka

31,32,33,34,35

36,37,38,39,40 10

Membayar iuran anggota

pramuka 41 1

Menjunjung tinggi harkat dan martabat gerakan pramuka

42,43,44 3

Manfaat yang diperoleh

Memiliki kecakapan

umum pramuka penegak 45 1

Memiliki kecakapan

khusus pramuka penegak 46 1

Total pernyataan 46

Adapun kisi-kisi instrumen penyesuaian sosial di sekolah dikembangkan berdasarkan definisi operasional variabel yang merujuk pada konsep Schneiders (1964: 454). Berikut ini disajikan kisi-kisi instrumen penyesuian sosial di sekolah sebelum uji coba.

Tabel 3.3

Kisi-kisi Instrumen Penyesuaian Sosial di Sekolah (Sebelum Uji Coba)

Aspek Indikator Nomor Item

(+) (-)

Menghormati dan menerima otoritas sekolah

Memiliki kesadaran akan

pentingnya peraturan di sekolah 1,2 2 Menaati peraturan yang

berlaku di sekolah.

3,4, 5,

6, 7,8 9,10 8

Minat dan partisipasi dalam

Terlibat secara sukarela dalam kegiatan kurikuler

11,12,


(24)

Hindam, 2013

Aspek Indikator Nomor Item

(+) (-)

fungsi dan kegiatan sekolah

Terlibat secara sukarela dalam

kegiatan ekstrakurikuler 16,17,18 19,20 5 Membina

hubungan

pertemanan yang sehat

Keakraban dengan teman 21,22,23,

24,25,26 6

Keakraban dengan guru/staf sekolah

27,28,

29 30,31

5

Menerima keterbatasan dan tanggung jawab

Bersikap realistis terhadap kekurangan

32,33, 34,35,

36

5 Berani menanggung resiko atas

perbuatan yang dilakukan 37,38,39 40,41 5 Membantu sekolah

dalam mewujudkan tujuan instrinsik dan ekstrinsik

Keinginan berprestasi untuk

sekolah 42,43,44 3

Keinginan untuk memajukan

sekolah dimasyarakat 45,46,47 3

Total Pernyataan 47

2. Uji Kelayakan Instrumen

Sebelum diujicobakan, instrumen keterlibatan peserta didik dalam kepramukaan dan penyesuaian sosial di sekolah yang telah disusun terlebih dahulu ditimbang kelayakannya oleh para pakar. Penimbangan instrumen dilakukan oleh dua orang pakar bergelar doktor dan satu orang magister dalam bidang bimbingan dan konseling di Universitas Pendidikan Indonesia. Penimbangan kelayakan instrument bertujuan untuk mengetahui tingkat kelayakan instrumen dari segi bahasa, konstruk, maupun materi.

Instrumen yang ditimbang oleh para pakar diklasifikasikan ke dalam dua kategori yaitu memadai dan tidak memadai. Memadai artinya butir instrumen bisa langsung digunakan, sedangkan tidak memadai berarti butir instrumen tersebut tidak layak digunakan atau bisa digunakan tetapi harus diperbaiki terlebih dahulu sesuai dengan hasil penimbangan. Selanjutnya, hasil penimbangan kelayakan instrumen oleh para ahli bimbingan dan konseling tersebut dijadikan sebagai landasan dalam penyempurnaan instrumen yang telah disusun.


(25)

Hindam, 2013

Hasil uji kelayakan instrumen keterlibatan peserta didik dalam kepramukaan menunjukkan dari 46 item pernyataan terdapat 33 item yang memadai sehingga dapat langsung digunakan untuk pengukuran dan 13 item yang tidak memadai (item nomor 31 sampai dengan 40, kemudian item nomor 42 sampai dengan 44). Item pernyataan yang tidak memadai kemudian diperbaiki sebelum digunakan untuk pengukuran.

Adapun hasil uji kelayakan instrumen penyesuaian sosial di sekolah menunjukkan dari 47 item pernyataan terdapat 39 item yang memadai sehingga dapat langsung digunakan untuk pengukuran dan 8 item yang tidak memadai (item nomor 1,2,9,10,23,27,28, dan 36). Item pernyataan yang tidak memadai kemudian diperbaiki sebelum digunakan untuk pengukuran.

Pernyataan-pernyataan yang termasuk pada kategori tidak memadai disebabkan oleh beberapa hal diantaranya kalimat pernyataan samar atau kurang jelas, isi pernyataan kurang spesifik dan pernyataan yang berulang dan memiliki makna yang sama.

3. Uji Keterbacaan Instrumen

Uji keterbacaan dilakukan untuk mengetahui tingkat keterbacaan dari tiap item pernyataan. Uji keterbacaan dilakukan kepada sampel setara yaitu lima orang peserta didik SMK yang mengikuti ekstrakurikuler pramuka, sehingga setiap item pernyataan bisa dimengerti dan dijadikan sebagai instrumen untuk mengungkap keterlibatan peserta didik dalam kepramukaan dan penyesuaian sosial di SMK Negeri Rajapolah. Berdasarkan hasil uji keterbacaan, responden dapat memahami dengan baik seluruh item pernyataan baik dari segi bahasa maupun makna yang terkandung dalam pernyataan instrumen.

4. Uji Validitas Instrumen

Sugiyono (2011: 267) menyatakan bahwa uji validitas alat pengumpul data dilakukan untuk mengetahui apakah instrumen yang digunakan dalam penelitian dapat digunakan untuk mengukur apa yang akan diukur. Data yang digunakan


(26)

Hindam, 2013

untuk mengukur validitas item, merupakan data hasil penyebaran instrumen. Dengan kata lain, penyebaran instrumen dilaksanakan sekaligus untuk menguji validitas item (built-in). Pengujian validitas instrumen pada penelitian ini menggunakan uji validitas dari Spearman. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program SPPS for Windows Versi 20.0. Berikut ini disajikan hasil uji validitas instrumen keterlibatan peserta didik dalam kepramukaan.

Tabel 3.4

Hasil Uji Validitas Instrumen

Keterlibatan Peserta Didik dalam Kepramukaan No

Item

Koefisien

Korelasi Keterangan

No Item

Koefisien

Korelasi Keterangan

1 0,501** Valid 24 0,314* Valid

2 0,424** Valid 25 0,711** Valid

3 0,543** Valid 26 0,376* Valid

4 0,271 Tidak Valid 27 0,698** Valid

5 0,790** Valid 28 -0,218 Tidak Valid

6 0,469** Valid 29 0,667** Valid

7 0,293 Tidak Valid 30 0,513** Valid

8 0,355* Valid 31 0,414** Valid

9 0,520** Valid 32 0,151 Tidak Valid

10 0,525** Valid 33 0,468** Valid

11 0,716** Valid 34 0,273 Tidak Valid

12 0,307 Tidak Valid 35 0,499** Valid

13 0,454** Valid 36 0,854** Valid

14 0,378* Valid 37 0,446** Valid

15 0,644** Valid 38 0,632** Valid

16 0,675** Valid 39 0,602** Valid

17 0,675** Valid 40 0,638** Valid

18 0,426** Valid 41 0,646** Valid

19 0,835** Valid 42 0,473** Valid

20 0,747** Valid 43 0,381* Valid

21 0,703** Valid 44 0,069 Tidak Valid

22 0,411** Valid 45 0,589** Valid

23 0,125 Tidak Valid 46 0,564** Valid

Keterangan:

**: Correlation is significant at the 0,.01 level (2-tailed) *: Correlation is significant at the 0,05 level (2-tailed)


(27)

Hindam, 2013

Hasil uji validitas menunjukkan bahwa dari 46 item pernyataan angket keterlibatan peserta didik dalam kepramukaan, terdapat 38 item pernyataan yang valid, dan delapan item pernyataan yang tidak valid.

Adapun pengolahan data hasil uji validitas dengan menggunakan program SPPS for Windows Versi 20.0. untuk angket penyesuaian sosial di sekolah adalah sebagai berikut.

Tabel 3.5

Hasil Uji Validitas Instrumen Penyesuaian Sosial di Sekolah No

Item

Koefisien

Korelasi Keterangan

No Item

Koefisien

Korelasi Keterangan

1 0,631** Valid 25 0,598** Valid

2 0,605** Valid 26 0,171 Tidak Valid

3 0,541** Valid 27 0,312* Valid

4 -0,071 Tidak Valid 28 -0,43 Tidak Valid

5 0,350* Valid 29 -0,157 Tidak Valid

6 0,308 Tidak Valid 30 0,311* Valid

7 0,005 Tidak Valid 31 0,000 Tidak Valid

8 0,305 Tidak Valid 32 0479,** Valid

9 0,141 Tidak Valid 33 0,471** Valid

10 0,358* Valid 34 0,444** Valid

11 0,542** Valid 35 0,582** Valid

12 0,438** Valid 36 0,401** Valid

13 0,428** Valid 37 0,427** Valid

14 0,366* Valid 38 0,550** Valid

15 0,310* Valid 39 0,589** Valid

16 0,465** Valid 40 0,270 Tidak Valid

17 0,568** Valid 41 0,333** Valid

18 0,289 Tidak Valid 42 0,300 Tidak Valid

19 0,267 Tidak Valid 43 0,417** Valid

20 0,449** Valid 44 0,563** Valid

21 0,550** Valid 45 0,646** Valid

22 0,487** Valid 46 0,543** Valid

23 0,495** Valid 47 0,419** Valid

24 0,374* Valid

Keterangan:

**: Correlation is significant at the 0,.01 level (2-tailed) *: Correlation is significant at the 0,05 level (2-tailed)


(28)

Hindam, 2013

Hasil uji validitas angket penyesuaian sosial di sekolah menunjukkan bahwa dari 47 item pernyataan terdapat 34 item yang valid dan 13 item yang tidak valid. Item yang valid berarti item tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.

5. Uji Reliabilitas Instrumen

Uji reliabilitas dimaksudkan untuk mengetahui keterandalan atau ketetapan alat ukur. Jika suatu alat ukur memiliki reliabilitas yang baik maka alat ukur tersebut dapat memberikan skor yang relatif sama pada seorang responden jika responden mengisi kuesioner itu pada waktu yang berbeda.

Metode yang digunakan dalam uji reliabilitas instrumen adalah metode dengan menggunakan rumus Alpha. Menurut Arikunto (2010: 239) untuk uji reliabilitas yang skornya merupakan rentangan antara beberapa nilai atau berbentuk skala dapat menggunakan rumus Alpha sebagai berikut.

Keterangan:

r 11 = Reliabilitas instrumen k = Banyaknya butir soal ∑Si = Jumlah varians butir St = Varians total

Adapun tolak ukur untuk menentukan koefisien reliabilitas yang digunakan adalah pedoman interpretasi koefisien korelasi menurut Sugiyono (2011:257) yang disajikan pada tabel 3.6 berikut.

Tabel 3.6

Interpretasi Reliabilitas

Koefisien Korelasi Kriteria reliabilitas

0,81  r  1,00 Sangat Tinggi 0,61  r  0,80 Tinggi


(29)

Hindam, 2013

Koefisien Korelasi Kriteria reliabilitas

0,41  r  0,60 Cukup 0,21  r  0,40 Rendah

0,00  r  0,20 Sangat Rendah

Perhitungan reliabilitas dilakukan dengan bantuan program SPSS for Windows Versi 20.0. Berdasarkan pengolahan data, diperoleh koefisien reliabilitas untuk instrumen keterlibatan peserta didik dalam kepramukaan sebesar 0,945 dan koefisien reliabilitas untuk instrumen penyesuaian sosial di sekolah sebesar 0,886. Dengan demikian, koefisien reliabilitas instrumen keterlibatan peserta didik dalam kepramukaan dan penyesuaian sosial di sekolah berada pada kategori sangat tinggi, dan dapat dipercaya sebagai alat pengumpul data mengenai keterlibatan peserta didik dalam kepramukaan dan penyesuaian sosial di sekolah.

Setelah melalui serangkaian uji coba sesuai ketentuan yang telah dikemukakan, maka dalam pengembangan kisi-kisi instrumen mengalami perubahan. Berikut ini disajikan kisi-kisi instrumen keterlibatan peserta didik dalam kepramukaan setelah uji validitas.

Tabel 3.7

Kisi-kisi Instrumen Keterlibatan Peserta Didik dalam Kepramukaan Setelah Uji Validitas

Aspek Indikator Item Pernyataan

(+) (-)

Kehadiran

Mengikuti setiap kegiatan

kepramukaan 1,2,3,4,5, 5

Ketepatan waktu dalam mengikuti setiap kegiatan kepramukaan

6,7,8,9 4

Tujuan yang ingin dicapai

Membina watak, kepribadian, dan akhlak mulia

10,11,12,13,

14,15,16,17 8

Membina keterampilan 18,19,20,

21,22 5

Membina kesehatan 23 1

Memberikan gagasan

Keaktifan dalam

menyampaikan pendapat 24,25 2

Tanggung Jawab

Melaksanakan kode kehormatan pramuka

26,27,28,29

30,31,32,33 8

Membayar iuran anggota


(30)

Hindam, 2013

Aspek Indikator Item Pernyataan

(+) (-)

Menjunjung tinggi harkat dan

martabat gerakan pramuka 35,36 2

Manfaat yang diperoleh

Memiliki kecakapan umum

pramuka penegak 37 1

Memiliki kecakapan khusus

pramuka penegak 38 1

Total pernyataan 38

Adapun kisi-kisi instrumen penyesuaian sosial di sekolah setelah uji validitas disajikan pada tabel berikut ini.

Tabel 3.8

Kisi-kisi Instrumen Penyesuaian Sosial di Sekolah Setelah Uji Coba

Aspek Indikator Nomor Item

(+) (-)

Menghormati dan menerima otoritas sekolah

Memiliki kesadaran akan

pentingnya peraturan di sekolah 1,2 2 Menaati peraturan yang

berlaku di sekolah. 3,4, 5 3

Minat dan partisipasi dalam fungsi dan kegiatan sekolah

Terlibat secara sukarela dalam

kegiatan kurikuler 6,7,8,9 10 5

Terlibat secara sukarela dalam

kegiatan ekstrakurikuler 11,21 13 3 Membina

hubungan

pertemanan yang sehat

Keakraban dengan teman 14,15,16,

17,18 5

Keakraban dengan guru/staf

sekolah 19 20 2

Menerima keterbatasan dan tanggung jawab

Bersikap realistis terhadap kekurangan

21,22,23,

24,25 5

Berani menanggung resiko atas

perbuatan yang dilakukan 26,27,28 29 4 Membantu sekolah

dalam mewujudkan tujuan instrinsik dan ekstrinsik

Keinginan berprestasi untuk

sekolah 30,31 2

Keinginan untuk memajukan


(31)

Hindam, 2013

Aspek Indikator Nomor Item

(+) (-)

Total Pernyataan 34

F. Pengolahan Data

1. Verifikasi Data

Verifikasi data bertujuan untuk menyeleksi data yang dianggap layak untuk diolah. Adapun tahapan verifikasi data yang dilakukan adalah sebagai berikut.

a. Melakukan pengecekan jumlah angket yang sudah terkumpul sesuai dengan petunjuk pengisian.

b. Memberikan nomor urut pada setiap angket untuk menghindari kesalahan pada saat melakukan rekapitulasi data.

c. Merekap data yang diperoleh dari responden sesuai dengan tahapan penyekoran yang telah ditetapkan.

d. Melakukan perhitungan statistik sesuai dengan analisis yang dibutuhkan.

2. Pengelompokkan Data

Data-data yang diperoleh dari hasil penyebaran instrumen keterlibatan peserta didik dalam kepramukaan dan penyesuaian sosial di sekolah dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu tinggi, sedang dan rendah dengan langkah-langkah sebagai berikut.

a) Menentukan Skor maksimal ideal yang diperoleh peserta didik dengan rumus: Skor maksimal ideal = jumlah item pernyataan x skor tertinggi b) Menentukan Skor minimal ideal yang diperoleh peserta didik dengan

rumus: Skor minimal ideal = jumlah item pernyataan x skor terendah c) Mencari rentang skor ideal yang diperoleh peserta didik dengan rumus:

Rentang skor = Skor maksimal ideal – skor minimal ideal

d) Mencari interval skor dengan rumus: Interval skor = Rentang skor/ 3 Berdasarkan langkah-langkah di atas, kemudian didapatkan rumusan kategorisasi skala sebagai berikut.

Tabel 3.9


(32)

Hindam, 2013

Kategori Rentang

Tinggi X > Min Ideal + 2.Interval

Sedang Min Ideal + Interval < X ≤ Min Ideal + 2.Interval

Rendah X ≤ Min Ideal +Interval

Hasil perhitungan dengan menggunakan rumus di atas, diperoleh rentang skor untuk menentukan kategorisasi keterlibatan peserta didik dalam kepramukaan seperti yang terdapat pada tabel 3.10 berikut ini.

Tabel 3.10

Rumusan Kategori Keterlibatan Peserta Didik dalam Kepramukaan

Kategori Rentang Kualifikasi

Tinggi > 140 Peserta didik pada kategori tinggi berarti peserta didik rajin dan tepat waktu dalam mengikuti setiap kegiatan kepramukaan; memiliki keinginan yang kuat untuk membina watak, kepribadian dan akhlak mulia, membina keterampilan, dan membina

kesehatan; aktif menyampaikan pendapat; memiliki kesadaran yang kuat untuk melaksanakan kode kehormatan, membayar iuran anggora pramuka serta menjunjung tinggi harkat dan martabat gerakan pramuka; memiliki kecakapan umum dan kecakapan khusus pramuka penegak yang sudah optimal

Sedang 89-140 Peserta didik pada kategori sedang berarti peserta didik cukup rajin dan cukup tepat waktu dalam mengikuti setiap kegiatan kepramukaan; memiliki keinginan yang cukup kuat untuk membina watak, kepribadian dan akhlak mulia, membina

keterampilan, dan membina kesehatan; cukup aktif menyampaikan pendapat; memiliki kesadaran yang cukup kuat untuk melaksanakan kode kehormatan, membayar iuran anggora pramuka serta menjunjung tinggi harkat dan martabat gerakan pramuka;


(33)

Hindam, 2013

Kategori Rentang Kualifikasi

memiliki kecakapan umum dan kecakapan khusus pramuka penegak namun belum optimal

Rendah < 89 Peserta didik pada kategori rendah berarti peserta didik kurang rajin dan kurang tepat waktu dalam mengikuti setiap kegiatan kepramukaan; kurang memiliki keinginan untuk membina watak, kepribadian dan akhlak mulia, membina

keterampilan, dan membina kesehatan; kurang aktif menyampaikan pendapat; kurang memiliki

kesadaran untuk melaksanakan kode kehormatan, membayar iuran anggora pramuka serta menjunjung tinggi harkat dan martabat gerakan pramuka;

kurang memiliki kecakapan umum dan kecakapan khusus pramuka penegak.

Adapun rentang skor untuk menentukan kategorisasi penyesuaian sosial di sekolah disajikan pada tabel 3.11 berikut ini.

Tabel 3.11

Rumusan Kategori Penyesuaian Sosial di Sekolah

Kategori Rentang Kualifikasi

Tinggi > 124 Peserta didik pada kategori tinggi berarti peserta didik sudah memiliki kesadaran yang kuat akan pentingnya peraturan di sekolah dan terampil dalam menaati peraturan di sekolah; dapat terlibat secara sukarela dalam kegiatan kurikuler dan ekstrakurikuler; terampil menjalin keakraban dengan teman dan

guru/staf sekolah; memiliki sikap yang realistis terhadap kekurangan dan memiliki keberanian menanggung resiko atas perbuatan yang

dilakukan; memiliki keinginan yang kuat untuk berprestasi bagi sekolah dan memajukan sekolah di masyarakat.

Sedang 79 – 124 Peserta didik pada kategori sedang berarti peserta didik sudah memiliki kesadaran yang cukup kuat akan pentingnya peraturan di sekolah dan cukup terampil dalam menaati peraturan di sekolah; dapat terlibat secara sukarela dalam kegiatan kurikuler dan

ekstrakurikuler namun belum optimal; cukup terampil menjalin keakraban dengan teman dan


(34)

Hindam, 2013

Kategori Rentang Kualifikasi

guru/staf sekolah; memiliki sikap yang realistis terhadap kekurangan namun belum optimal dan memiliki cukup keberanian menanggung resiko atas perbuatan yang dilakukan; memiliki keinginan yang cukup kuat untuk berprestasi bagi sekolah dan memajukan sekolah

dimasyarakat.

Rendah < 79 Peserta didik pada kategori rendah berarti peserta didik kurang memiliki kesadaran akan pentingnya peraturan di sekolah dan kurang terampil dalam menaati peraturan di sekolah; kurang dapat terlibat secara sukarela dalam kegiatan kurikuler dan ekstrakurikuler; kurang terampil menjalin keakraban dengan teman dan guru/staf sekolah; kurang memiliki sikap yang realistis terhadap kekurangan dan kurang memiliki keberanian menanggung resiko atas perbuatan yang dilakukan; kurang memiliki keinginan untuk berprestasi bagi sekolah dan memajukan sekolah dimasyarakat.

3. Uji Homogenitas

Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui data dari hasil pengukuran bersifat homogen atau tidak homogen. Uji homogenitas pada penelitian ini menggunakan uji varians terbesar dibanding varian terkecil menggunakan tabel F, dengan langkah-langkah sebagai berikut.

a) Menghitung varians terbesar dan varians terkecil Fhitung = Varians terbesar

Varians terkecil

b) Bandingkan nilai Fhitung dengan Ftabel dengan rumus= dbpembilang = n-1(untuk varians terbesar)

dbpeyebut= n-1 (untuk varians terkecil). c) Kriteria pengujian:

Jika Fhitung > Ftabel, tidak homogen Jika Fhitung < Ftabel, homogen


(35)

Hindam, 2013

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan bantuan software microsoft excel 2007, diperoleh varians (S2) untk variabel keterlibatan peserta didik dalam kepramukaan sebesar 451 dan varians (S2) untuk variabel penyesuaian sosial di sekolah sebesar 155,4. Maka Fhitung = 451/155,4 = 2,9. Dengan n = 41, maka dbpembilang dan db penyebut = 41-1 = 40. Maka, dengan taraf signifikasi 0,05 diperoleh Ftabel 1,84. Jadi, Fhitung > Ftabel = 2,9 > 1,84, sehingga data bersifat tidak homogen.

4. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui data dari hasil pengukuran berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan uji normalitas Liliefors, dengan langkah sebagai berikut.

a) Membakukan nilai X menjadi angka baku Z dengan rumus: _

Z = X-X S

b) Untuk tiap angka baku digunakan daftar distribusi normal baku, kemudian dihitung nilai peluang. F (Zi) = P (Z<Zi)

c) Selanjutnya dihitung nilai proporsi Z1,Z2,...Zn yang lebih kecil atau sama dengan Zi. Jika proporsinya dinyatakan oleh S (Zi), maka:

S (Zi) = Banyaknya Z1, Z2, ... Zn yang < Zi n

d) Hitung selisih F (Zi) – S (Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya.

e) Ambil harga mutlak yang paling besar. Ambil nilai terbesar sebagai nilai Lo yang kemudian dibandingkan dengan nilai Ltabel . Apabila Lo < Ltabel, maka data berdistribusi normal.

Perhitungan uji normalitas menggunakan bantuan software microsoft excel 2007. Adapun hasil perhitungan uji normalitas variabel keterlibatan peserta didik dalam kepramukaan di peroleh Lhitung sebesar 0,047. Dengan n= 41 dan taraf signifikasi 0,05, didapat Ltabel sebesar 0,886. Maka Lhitung<Ltabel sehingga data berdistibusi normal. Selanjutnya, hasil uji normalitas variabel penyesuaian sosial


(36)

Hindam, 2013

di sekolah diperoleh Lhitung sebesar 0,096. Dengan n=41 dan taraf signifikasi 0,05, didapat Ltabel sebesar 0,086. Maka Lhitung<Ltabel sehingga data berdistibusi normal.

5. Uji Linieritas

Uji linieritas bertujuan untuk mengetahui data dari hasil pengukuran berpolah linier atau tidak. Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan microsoft Excel 2007, diperoleh data sebagai berikut.

∑ X = 5967 ∑ Y = 5928 ∑ XY = 867654

∑ X2 = 886457 Koefisien b = 0,272

∑ Y2 =863318 k = 33 dan n =41

Uji linieritas regresi untuk variabel Y atas X, mengikuti langkah-langkah sebagai berikut.

a) Hitung Jumlah kuadrat regresi (JKReg(a)) dengan rumus: JKReg(a) = (∑Y)2

n

b) Hitung jumlah rumus kuadrat regresi (JKReg(bla)) dengan rumus: JKReg(bla)= b(XY - X.Y)

n

c) Hitung jumlah kuadrat residu (JKres) dengan rumus: JKres = ∑ Y2 - JKReg(bla) - JKReg(a)

d) Hitung rata-rata jumlah kuadrat regresi (RJKReg(a)) dengan rumus: RJKReg(a) = JKReg(a)

e) Hitung rata-rata jumlah kuadrat regresi (RJKReg(bla)) dengan rumus: RJKReg(bla) = JKReg(bla)

f) Hitung rata-rata jumlah kuadrat residu (RJKRes) dengan rumus: RJKRes = (JKRes)

n-2

g) Hitung jumlah kuadrat eror (JKE) dengan rumus: JKE = ∑k {Y2– (Y)2 }

n

Sebelum menghitung JKE Urutkan data X mulai dari data yang paling kecil sampai data yang paling besar.


(37)

Hindam, 2013

JKTC = JKRes– JKE

i) Hitung rata-rata jumlah kuadrat tuna cocok (RJKTC) dengan rumus: RJKTC = JKTC

k-2

j) Hitung rata-rata jumlah kuadrat eror (RJKE) dengan rumus: RJKE = JKE

n-k

k) Mencari Nilai Fhitung dengan rumus: Fhitung = RJKTC : RJKE

l) Cari nilai Ftabel menggunakan tabel F dengan rumus: Ftabel = F(1- ) (db TC, db E)

=F(1-0,05) (db TC, db E)

Keterangan db TC = k-2 sebagai angka pembilang dan db E = n-k sebagai angka penyebut.

m) Bandingkan nilai Fhitung dengan nilai Ftabel,. Jika Fhitung < Ftabel berarti linier.

Secara ringkas, hasil perhitungan uji linieritas variabel Y atas variabel X disajikan dalam tabel 3.12 berikut ini.

Tabel 3.12

Hasil Uji Linieritas Variabel Y atas Variabel X Sumber

Variasi db JK RJK Fhitung Ftabel

Total 41 - 1,568 3,05

Regresi (a) 1 857102,049 857102,049 Kesimpulan:

Karena Fhitung < Ftabel maka dapat disimpulkan bahwa regresi X atas Y berpolah linier

Regresi (b I a) 1 1336,369 1336,369

Residu 39 125,117 125,117

Tuna Cocok 31 4189,915 135,159

Kesalahan 8 689,667 86,208

G. Uji Korelasi

Uji korelasi pada penelitian ini bertujuan untuk menjawab hipotesis penelitian asosiatif. Data dalam penelitian ini merupakan data ordinal dan


(38)

Hindam, 2013

berdasarkan uji homogenitas data bersifat tidak homogen (statistik nonparametrik). Oleh karena itu, uji korelasi menggunakan rumus Spearman Rank Order Correlation (rho) sebagai berikut.

ρ = 1-

Sumber: Riduwan (2012:135)

Keterangan:

ρ = Nilai Korelasi Spearman

∑d² = Total kuadrat selisih antar ranking n = Jumlah sampel penelitian

Untuk menguji signifikasi koefisien korelasi dilakukan dengan menghitung lebih dulu t hitung berdasarkan harga rho hitung yang diperoleh, yakni dengan rumus sebagai berikut.

Sumber: Sugiyono (2011: 257) Selanjutnya, untuk menentukan nilai kontribusi keterlibatan peserta didik dalam kepramukaan terhadap penyesuaian sosial di sekolah, dilakukan dengan cara menghitung koefisien determinasi (KD), sebagai berikut.


(39)

Hindam, 2013

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Penelitian mengenai hubungan antara keterlibatan peserta didik dalam kepramukaan dengan penyesuaian sosial di sekolah dengan subjek penelitian peserta didik SMK Negeri Rajapolah tahun ajaran 2012/2013 yang secara administratif tercatat sebagai anggota pramuka sebanyak 41 peserta didik diperoleh kesimpulan sebagai berikut.

1. Secara umum, gambaran keterlibatan peserta didik dalam kepramukaan berada pada kategori tinggi. Artinya peserta didik rajin dan tepat waktu dalam mengikuti setiap kegiatan kepramukaan; memiliki keinginan yang kuat untuk membina watak, kepribadian dan akhlak mulia, membina keterampilan, dan membina kesehatan; aktif menyampaikan pendapat; memiliki kesadaran yang kuat untuk melaksanakan kode kehormatan, membayar iuran anggora pramuka serta menjunjung tinggi harkat dan martabat gerakan pramuka; memiliki kecakapan umum dan kecakapan khusus pramuka penegak yang sudah optimal.

2. Secara umum, penyesuaian sosial di sekolah berada pada kategori tinggi. Artinya peserta didik sudah memiliki kesadaran yang kuat akan pentingnya peraturan di sekolah dan terampil dalam menaati peraturan di sekolah; dapat terlibat secara sukarela dalam kegiatan kurikuler dan ekstrakurikuler; terampil menjalin keakraban dengan teman dan guru/staf sekolah; memiliki sikap yang realistis terhadap kekurangan dan memiliki keberanian menanggung resiko atas perbuatan yang dilakukan; memiliki keinginan yang kuat untuk berprestasi bagi sekolah dan memajukan sekolah dimasyarakat.

3. Terdapat hubungan yang positif signifikan antara keterlibatan peserta didik dalam kepramukaan dengan penyesuaian sosial di sekolah.


(40)

Hindam, 2013

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian, dikemukakan rekomendasi bagi pihak terkait sebagai berikut.

1. Bagi Pihak Sekolah

Kegiatan kepramukaan cukup diperhitungkan sebagai salah satu faktor yang dapat mempengaruhi penyesuaian sosial peserta didik. Oleh karena itu, pihak sekolah diharapkan dapat memberikan dukungan sistem dalam kegiatan kepramukaan berupa mengupayakan kegiatan kepramukaan sebagai ekstrakurikuler wajib di sekolah, dan memfasilitasi pelatihan secara profesional bagi pembina pramuka.

2. Bagi Pembina Pramuka

Pembinaan dalam kegiatan ekstrakurikuler pramuka merupakan kegiatan yang penting dan berdamapak besar terhadap hasil pendidikan kepramukaan. Oleh karena itu, pembina pramuka seyogyanya membina kegiatan pramuka secara profesional dengan cara meningkatkan kompetensinya sebagai pembina pramuka.

3. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling di Sekolah

a. Keterlibatan peserta didik dalam kepramukaan memiliki korelasi yang positif signifikan terhadap penyesuaian sosial di sekolah. Guru bimbingan dan konseling dapat memanfaatkan kegiatan kepramukaan sebagai media untuk mengembangkan penyesuaian sosial peserta didik di sekolah.

b. Guru bimbingan dan konseling dapat merancang program bimbingan sosial berdasarkan nilai-nilai kepramukaan seperti tolong-menolong, kerjasama, sopan santun, tanggung jawab dan sejenisnya.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Keterbatasan hasil penelitian ini tidak terlepas dari keterbatasan penulis dalam mengelola kegiatan penelitian. Oleh karena itu, kepada peneliti selanjutnya direkomendasikan untuk:


(41)

Hindam, 2013

a. Membandingkan gambaran umum penyesuaian sosial di sekolah bagi anggota pramuka berdasarkan satuan putra dan putri serta tanda tingkatan (bantara dan laksana).

b. Membandingkan gambaran umum penyesuaian sosial di sekolah antara peserta didik yang mengikuti ekstrakurikuler pramuka dengan peserta didik yang tidak mengikuti ekstrakurikuler apapun di sekolah.

c. Melaksanakan penelitian secara lebih mendalam mengenai kegiatan kepramukaan sebagai solusi untuk meningkatkan penyesuaian sosial peserta didik terutama untuk mengembangkan aspek kehadiran, memberikan gagasan dan manfaat yang diperoleh.

d. Melaksanakan penelitian mengenai kompetensi yang harus dimiliki pembina pramuka dalam upaya meningkatkan penyesuaian sosial peserta didik.

e. Melaksanakan penelitian secara lebih mendalam dengan menggunakan pendekatan dan metode penelitian yang lebih beragam untuk meneliti keterlibatan peserta didik dalam kepramukaan sebagai upaya meningkatkan penyesuaian sosial di sekolah.


(42)

Hindam, 2013

DAFTAR PUSTAKA

Adhiambo W.M., Odwar A.J., & Mildred A.A (2011). “The relationship among

School adjusment, Gender and Academic Achievement among Secondary

School Students in Kisumu District Kenya”. Journal of Emerging Trends

in Educational Research and Policy Studies. 2 (6), 493-497.

Anggadiredja, T dkk. (2011). Syarat Kecakapan Umum Penegak. Jakarta: Kwarnas Gerakan Pramuka

Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

_________, (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Boestomi, A (1990). Pedoman Kegiatan Kepramukaan. Tasikmalaya: Gerakan Pramuka Kwartir Cabang Tasikmalaya.

Crick N.R., & Dodge K.A. (1994). “A Review and Reformulation of Social

Information-Processing Mechanisms in Children's Social Adjustment”. Psychological Bulletin 115 (1), 74-101.

Darling N., Caldwell L.L., & Smith R (2005). “Participation in School-Based

Extracurricular Activities and Adolescent Adjustment”. Journal of Leisure Research. 37 (1), 51-76.

Dwiputra, A (2012, 25 September). Pramuka Bisa Cegah Tawuran. Jabar Today [online] Tersedia di: http://jabartoday.com [22 Januari 2013]

Erwanto, P.D (2011). Pengaruh Pelaksanaan Kegiatan Pramuka terhadap Kedisiplinan Peserta didik dan Rasa Menghargai Sesama Teman Orang Tua dan Guru. Skripsi pada Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi FPOK UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Felicia, N (2012, 16 September). Jumlah Kasus Tawuran di Bogor Meningkat 95%. Berita Satu. [online]. Tersedia di: http://www.beritasatu.com [22 Januari 2013]

Gerungan, W. A. (2009). Psikologi Sosial. Jakarta: Eresco.

Hurlock, E. (1997). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Edisi kelima. (alih bahasa Istiwidayanti & Soedjarwo) Jakarta: Erlangga.


(43)

Hindam, 2013

Makmun, A.S (2005) Psikologi Kependidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Karsidi, R. (2005). Sosiologi Pendidikan. Surakarta: LPP UNS & UNS Press. Maftuh, A. M. (2009). Buku Pegangan Pembina Pramuka. [online]. Tersedia di:

http://datastudi.files.wordpress.com/2009/12/datastudi_buku-pegangan-pembina-pramuka.pdf. [13 Januari 2013]

Mahoney dkk. (2003). “Promoting Interpersonal Competence and Educational SuccessThrough Extracurricular Activity Participation”. Journal of Educational Psychology. 95 (2), 409-418

Merrell K.W. & Walker H.M (2004). “Deconstructing a Definition: Social Maladjustment Versus Emotional Disturbance and Moving The EBD Field

Forward” Psychology in the Schools. 41(8), 899-910.

NN (2012, 28 November). Dispendik: Kasus Miras SMK 4, Siswa Boleh Lanjutkan Pendidikan Di Sekolah lain. Jember Post. [online]. Tersedia di:

http://jemberpost.com [22 Januari 2013].

Noeroni (2011). Perjalanan Penegak. Pusdiklatcab Tasikmalaya: Tidak diterbitkan

Nurdin (2009). Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Penyesuaian Sosial Siswa di Sekolah. Jurnal Administrasi Pendidikan. 9, 86-108.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi.

Poerwadarminto, W.J.S. (2002). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Ray, Mark (2012). How to Measure a Scout’s Participation for BSA

Requirements. [online]. Tersedia di:

How%20to%20measure%20a%20Scout's%20participation%20for%20BS A%20requirements%20-%20Scouting%20magazine.htm [13 Januari 2013].

Riduwan. (2012). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru, Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung : Alfabeta.

Schneiders, A. (1964). Personal Adjustment and Mental Health. New York: Rinehart & Winston.


(44)

Hindam, 2013

Setianingsih, E dkk. (2006). “Hubungan Antara Penyesuaian Sosial dan Kemampuan Menyelesaikan Masalah dengan Kecenderungan Perilaku Delinkuen Pada Remaja”. Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro. 3 (1), 29-35.

Shah, K.J. & Sharma, B. (2012). “A Study on Social Maturity, School

Adjusment, and Academic Achievement among Residential School Girls”.

Journal of Education and Practice. 3 (7), 69-80.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Supriatna, M. (2010). Pendidikan Karakter Melalui Ekstrakurikuler. [online]. Tersedia di: http://fileupi.edu/Direktori/FIP/JUR.PSIKOLOGI PEND DAN BIMBINGAN/1960082919870311- MAMAT SUPRIATNA/25. PENDIDIKAN KARAKTER VIA EKSTRA.pdf [31 Januari 2013]

Surat Keputusan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Nomor 203 tahun 2009 tentang Anggaran Rumah Tangga Pramuka

Surya, M (2008). Mewujudkan Bimbingan dan Konseling Profesional. (Penyunting: Dedi Herdiana Hafid, Suherman, Mubiar Agustin). Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan FIP UPI Bandung: Tidak diterbitkan. Syamsuri, A.M (2012). Perbandingan Perilaku Sosial Antara Siswa yang Mengikuti Kegiatan Ekstrakurikuler Olahraga dan Siswa yang Mengikuti Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka. Skripsi pada Jurusan Ilmu Keolahragaan FPOK UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka.

Yusuf, S (2009). Mental Hygiene. Bandung: Maestro

______ (2009). Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Bandung: Rizqi Press.

Zulkarnaen (2010). Hubungan Motivasi dengan Partisipasi Masyarakat dalam Melakukan Aktivitas Olahraga Futsal Di Kota Bekasi. Motion 1, 1-10.


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan

Penelitian mengenai hubungan antara keterlibatan peserta didik dalam kepramukaan dengan penyesuaian sosial di sekolah dengan subjek penelitian peserta didik SMK Negeri Rajapolah tahun ajaran 2012/2013 yang secara administratif tercatat sebagai anggota pramuka sebanyak 41 peserta didik diperoleh kesimpulan sebagai berikut.

1. Secara umum, gambaran keterlibatan peserta didik dalam kepramukaan berada pada kategori tinggi. Artinya peserta didik rajin dan tepat waktu dalam mengikuti setiap kegiatan kepramukaan; memiliki keinginan yang kuat untuk membina watak, kepribadian dan akhlak mulia, membina keterampilan, dan membina kesehatan; aktif menyampaikan pendapat; memiliki kesadaran yang kuat untuk melaksanakan kode kehormatan, membayar iuran anggora pramuka serta menjunjung tinggi harkat dan martabat gerakan pramuka; memiliki kecakapan umum dan kecakapan khusus pramuka penegak yang sudah optimal.

2. Secara umum, penyesuaian sosial di sekolah berada pada kategori tinggi. Artinya peserta didik sudah memiliki kesadaran yang kuat akan pentingnya peraturan di sekolah dan terampil dalam menaati peraturan di sekolah; dapat terlibat secara sukarela dalam kegiatan kurikuler dan ekstrakurikuler; terampil menjalin keakraban dengan teman dan guru/staf sekolah; memiliki sikap yang realistis terhadap kekurangan dan memiliki keberanian menanggung resiko atas perbuatan yang dilakukan; memiliki keinginan yang kuat untuk berprestasi bagi sekolah dan memajukan sekolah dimasyarakat.

3. Terdapat hubungan yang positif signifikan antara keterlibatan peserta didik dalam kepramukaan dengan penyesuaian sosial di sekolah.


(2)

Hindam, 2013

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian, dikemukakan rekomendasi bagi pihak terkait sebagai berikut.

1. Bagi Pihak Sekolah

Kegiatan kepramukaan cukup diperhitungkan sebagai salah satu faktor yang dapat mempengaruhi penyesuaian sosial peserta didik. Oleh karena itu, pihak sekolah diharapkan dapat memberikan dukungan sistem dalam kegiatan kepramukaan berupa mengupayakan kegiatan kepramukaan sebagai ekstrakurikuler wajib di sekolah, dan memfasilitasi pelatihan secara profesional bagi pembina pramuka.

2. Bagi Pembina Pramuka

Pembinaan dalam kegiatan ekstrakurikuler pramuka merupakan kegiatan yang penting dan berdamapak besar terhadap hasil pendidikan kepramukaan. Oleh karena itu, pembina pramuka seyogyanya membina kegiatan pramuka secara profesional dengan cara meningkatkan kompetensinya sebagai pembina pramuka.

3. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling di Sekolah

a. Keterlibatan peserta didik dalam kepramukaan memiliki korelasi yang positif signifikan terhadap penyesuaian sosial di sekolah. Guru bimbingan dan konseling dapat memanfaatkan kegiatan kepramukaan sebagai media untuk mengembangkan penyesuaian sosial peserta didik di sekolah.

b. Guru bimbingan dan konseling dapat merancang program bimbingan sosial berdasarkan nilai-nilai kepramukaan seperti tolong-menolong, kerjasama, sopan santun, tanggung jawab dan sejenisnya.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Keterbatasan hasil penelitian ini tidak terlepas dari keterbatasan penulis dalam mengelola kegiatan penelitian. Oleh karena itu, kepada peneliti selanjutnya direkomendasikan untuk:


(3)

a. Membandingkan gambaran umum penyesuaian sosial di sekolah bagi anggota pramuka berdasarkan satuan putra dan putri serta tanda tingkatan (bantara dan laksana).

b. Membandingkan gambaran umum penyesuaian sosial di sekolah antara peserta didik yang mengikuti ekstrakurikuler pramuka dengan peserta didik yang tidak mengikuti ekstrakurikuler apapun di sekolah.

c. Melaksanakan penelitian secara lebih mendalam mengenai kegiatan kepramukaan sebagai solusi untuk meningkatkan penyesuaian sosial peserta didik terutama untuk mengembangkan aspek kehadiran, memberikan gagasan dan manfaat yang diperoleh.

d. Melaksanakan penelitian mengenai kompetensi yang harus dimiliki pembina pramuka dalam upaya meningkatkan penyesuaian sosial peserta didik.

e. Melaksanakan penelitian secara lebih mendalam dengan menggunakan pendekatan dan metode penelitian yang lebih beragam untuk meneliti keterlibatan peserta didik dalam kepramukaan sebagai upaya meningkatkan penyesuaian sosial di sekolah.


(4)

Hindam, 2013

DAFTAR PUSTAKA

Adhiambo W.M., Odwar A.J., & Mildred A.A (2011). “The relationship among

School adjusment, Gender and Academic Achievement among Secondary

School Students in Kisumu District Kenya”. Journal of Emerging Trends in Educational Research and Policy Studies. 2 (6), 493-497.

Anggadiredja, T dkk. (2011). Syarat Kecakapan Umum Penegak. Jakarta: Kwarnas Gerakan Pramuka

Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

_________, (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Boestomi, A (1990). Pedoman Kegiatan Kepramukaan. Tasikmalaya: Gerakan Pramuka Kwartir Cabang Tasikmalaya.

Crick N.R., & Dodge K.A. (1994). “A Review and Reformulation of Social Information-Processing Mechanisms in Children's Social Adjustment”.

Psychological Bulletin 115 (1), 74-101.

Darling N., Caldwell L.L., & Smith R (2005). “Participation in School-Based Extracurricular Activities and Adolescent Adjustment”. Journal of Leisure Research. 37 (1), 51-76.

Dwiputra, A (2012, 25 September). Pramuka Bisa Cegah Tawuran. Jabar Today [online] Tersedia di: http://jabartoday.com [22 Januari 2013]

Erwanto, P.D (2011). Pengaruh Pelaksanaan Kegiatan Pramuka terhadap

Kedisiplinan Peserta didik dan Rasa Menghargai Sesama Teman Orang Tua dan Guru. Skripsi pada Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan

Rekreasi FPOK UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Felicia, N (2012, 16 September). Jumlah Kasus Tawuran di Bogor Meningkat 95%. Berita Satu. [online]. Tersedia di: http://www.beritasatu.com [22 Januari 2013]

Gerungan, W. A. (2009). Psikologi Sosial. Jakarta: Eresco.

Hurlock, E. (1997). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang

Rentang Kehidupan. Edisi kelima. (alih bahasa Istiwidayanti &


(5)

Makmun, A.S (2005) Psikologi Kependidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Karsidi, R. (2005). Sosiologi Pendidikan. Surakarta: LPP UNS & UNS Press. Maftuh, A. M. (2009). Buku Pegangan Pembina Pramuka. [online]. Tersedia di:

http://datastudi.files.wordpress.com/2009/12/datastudi_buku-pegangan-pembina-pramuka.pdf. [13 Januari 2013]

Mahoney dkk. (2003). “Promoting Interpersonal Competence and Educational SuccessThrough Extracurricular Activity Participation”. Journal of

Educational Psychology. 95 (2), 409-418

Merrell K.W. & Walker H.M (2004). “Deconstructing a Definition: Social Maladjustment Versus Emotional Disturbance and Moving The EBD Field Forward” Psychology in the Schools. 41(8), 899-910.

NN (2012, 28 November). Dispendik: Kasus Miras SMK 4, Siswa Boleh Lanjutkan Pendidikan Di Sekolah lain. Jember Post. [online]. Tersedia di:

http://jemberpost.com [22 Januari 2013].

Noeroni (2011). Perjalanan Penegak. Pusdiklatcab Tasikmalaya: Tidak diterbitkan

Nurdin (2009). Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Penyesuaian Sosial Siswa di Sekolah. Jurnal Administrasi Pendidikan. 9, 86-108.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi.

Poerwadarminto, W.J.S. (2002). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Ray, Mark (2012). How to Measure a Scout’s Participation for BSA

Requirements. [online]. Tersedia di:

How%20to%20measure%20a%20Scout's%20participation%20for%20BS A%20requirements%20-%20Scouting%20magazine.htm [13 Januari 2013].

Riduwan. (2012). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru, Karyawan dan Peneliti

Pemula. Bandung : Alfabeta.

Schneiders, A. (1964). Personal Adjustment and Mental Health. New York: Rinehart & Winston.


(6)

Hindam, 2013

Setianingsih, E dkk. (2006). “Hubungan Antara Penyesuaian Sosial dan Kemampuan Menyelesaikan Masalah dengan Kecenderungan Perilaku Delinkuen Pada Remaja”. Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro. 3 (1),

29-35.

Shah, K.J. & Sharma, B. (2012). “A Study on Social Maturity, School

Adjusment, and Academic Achievement among Residential School Girls”. Journal of Education and Practice. 3 (7), 69-80.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Supriatna, M. (2010). Pendidikan Karakter Melalui Ekstrakurikuler. [online]. Tersedia di: http://fileupi.edu/Direktori/FIP/JUR.PSIKOLOGI PEND DAN BIMBINGAN/1960082919870311- MAMAT SUPRIATNA/25.

PENDIDIKAN KARAKTER VIA EKSTRA.pdf [31 Januari 2013]

Surat Keputusan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Nomor 203 tahun 2009 tentang Anggaran Rumah Tangga Pramuka

Surya, M (2008). Mewujudkan Bimbingan dan Konseling Profesional. (Penyunting: Dedi Herdiana Hafid, Suherman, Mubiar Agustin). Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan FIP UPI Bandung: Tidak diterbitkan. Syamsuri, A.M (2012). Perbandingan Perilaku Sosial Antara Siswa yang

Mengikuti Kegiatan Ekstrakurikuler Olahraga dan Siswa yang Mengikuti Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka. Skripsi pada Jurusan Ilmu

Keolahragaan FPOK UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka.

Yusuf, S (2009). Mental Hygiene. Bandung: Maestro

______ (2009). Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Bandung: Rizqi Press.

Zulkarnaen (2010). Hubungan Motivasi dengan Partisipasi Masyarakat dalam Melakukan Aktivitas Olahraga Futsal Di Kota Bekasi. Motion 1, 1-10.