1 PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA DAN MINAT BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS III DI SDN 1 NGLANDUNG GEGER MADIUN TAHUN PELAJARAN 20162017 SKRIPSI

  

PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA DAN MINAT BELAJAR

TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS III DI

SDN 1 NGLANDUNG GEGER MADIUN TAHUN PELAJARAN 2016/2017

SKRIPSI

  

OLEH

DIAH WULANDARI

NIM : 210613048

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

PONOROGO

2017

  

ABSTRAK

Wulandari, Diah. 2017. Pengaruh Lingkungan Keluarga dan Minat Belajar

terhadap Prestasi BelajarMatematika Siswa Kelas IIIdi SDN 1 Nglandung Geger Madiun Tahun Pelajaran 2016/2017.Skripsi. Jurusan Pendidikan Guru

  Madrasah Ibtidaiyah (PGMI), Fakultas Tarbiyah, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo. Pembimbing KurniaHidayati, M.Pd.

  Kata Kunci: lingkungan keluarga, minat belajar, dan prestasi belajar matematika Keluarga merupakan tempat pertama kali anak merasakan pendidikan.

  Adapun minat belajar juga merupakan salah satu faktor yang cukup besar pengaruhnya terhadap aktivitas belajar. Kedua faktor tersebut merupakan pendukung keberhasilan belajar anak. Di lapangan ditemukan masih terdapat beberapa siswa Sekolah Dasar yang belum mampu mencapai tujuan pendidikan dalam hal ini prestasi belajar. Dalam penelitian ini ingin mengetahui pengaruh antara lingkungan keluarga dan minat belajar terhadap prestasi belajar matematika siswa kelas III SDN 1 Nglandung Geger.

  Tujuan penelitian ini adalah, 1) untuk menjelaskan adakah pengaruh yang signifikan antara lingkungan keluarga terhadap prestasi belajar matematika siswa kelas IIISDN 1 Nglandung Geger Madiun, 2) untuk menjelaskan adakah pengaruh yang signifikan antara minat belajar terhadap prestasi belajar matematika siswa kelas

  IIISDN 1 Nglandung Geger Madiun, 3) untuk menjelaskan adakah pengaruh yang signifikan antara lingkungan keluarga dan minat belajar terhadap prestasi belajar matematika siswa kelas IIISDN 1 Nglandung Geger.

  Pada penelitian ini, peneliti menggunakan penelitian kuantitatif dengan rancangan penelitianexpost facto.Untuk teknik pengumpulan data digunakan angket dan dokumentasi. Adapun teknik analisis data digunakan rumus Regresi Linier

  

Sederhana dan Regresi Linier Berganda, dengan bantuan SPSS 16. Penentuan sampel

  dalam penelitian ini menggunakan sampel jenuh, yaitu dengan menjadikan semua anggota populasi sebagai sampel.

  Hasil analisis data ditemukan: 1) ada pengaruh yang signifikan antara lingkungan keluarga terhadap prestasi belajarmatematika siswa kelas IIISDN 1 Nglandung Geger Madiun sebesar 20,2%, 2) ada pengaruh yang signifikan antara minat belajar terhadap prestasi belajarmatematika siswa kelas III SDN 1 Nglandung Geger Madiunsebesar 22,2%, dan 3) ada pengaruh yang signifikan antara lingkungan keluarga dan minat belajar terhadap prestasi belajarmatematika siswa kelas IIISDN 1 Nglandung Gegersebesar 33,1%.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prestasi belajar merupakan tolak ukur keberhasilan suatu proses

  pembelajaran suatu pembelajaran. Setiap kegiatan pembelajaran tentunya selalu mengharapkan akan menghasilkan pembelajaran yang maksimal. Dengan kata lain prestasi belajar yang diperoleh peserta didik mencerminkan tingkat

  1 penguasaan peserta didik terhadap materi yang diajarkan.

  Prestasi belajar dapat pula dikatakan sebagai penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak dalam periode tertentu. Prestasi belajar seseorang sesuatu dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau raport setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar

  2 mengajar.

  Menurut R.M. Gagne yang dikutip oleh Euis Karwati menyatakan bahwa prestasi belajar adalah kecakapan manusiawi (human capabilities) yang meliputi informasi verbal, kecakapan intelektual (diskriminasi, konsep konkrit, konsep abstrak, aturan, dan aturan yang lebih tinggi), strategi kognitif, sikap, dan 1 2 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar (Jakarta: PT Raja Grapindo Persada, 2006), 87.

  Muhammad Faturrohman dan Sulistyorini, Belajar dan Pembelajaran (Yogyakarta: Teras,

  3

  kecakapan motorik. Adapun menurut Purwanto yang dikutip oleh Euis Karwati menyatakan bahwa prestasi belajar adalah perubahan perilaku yang terjadi setelah mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan.

  Di lapangan ditemukan masih terdapat beberapa siswa Sekolah Dasar yang belum mampu mencapai tujuan pendidikan. Hal ini dibuktikan dari hasil wawancara dengan wali kelas III SDN 1 Nglandung Geger Madiun pada tanggal

  5 November 2016, bahwa ada beberapa siswa siswa yang ditinggal ibunya bekerja di luar negeri atau yang hanya tinggal dengan orang tua tunggal memiliki prestasi yang cenderung kurang dari siswa lainnya. Terbukti dari hasil ulangan harian yang tidak jarang mengikuti remidi karena nilai siswa kurang dari kriteria ketuntasan minimal (KKM). Siswa tersebut memiliki sifat pendiam, pemalu, dan tidak percaya diri. Apabila diberikan tugas/PR seringkali tidak mengerjakan dengan alasan lupa. Menurut penjelasan wali kelas III, siswa yang ditinggal ibunya bekerja di luar negeri pada saat di rumah diasuh oleh Ayahnya saja, bahkan ada yang hanya diasuh oleh neneknya. Sehingga dalam bimbingan dan

  4 disiplin belajarnya masih kurang.

  Diduga permasalahan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor. Secara umum, faktor tersebut dapat berasal dari luar diri siswa dan dapat pula dari dalam diri siswa. Faktor-faktor tersebut ialah, 1) faktor jasmaniah (fisiologi yaitu: penglihatan, pendengaran, dan struktur tubuh), 2) faktor psikologis, meliputi 3 Euis Karwati, Manajemen Kelas (Bandung: Alfabeta, 2014), 155. 4 Hasil wawancara dengan wali kelas III SDN 1 Nglandung 1 Geger Madiun pada tanggal 5

  faktor intelektif (kecerdasan dan bakat) dan faktor non intelektif (kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, dan emosi), 3) faktor kematangan fisik maupun psikis, 4) faktor sosial (lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, dan lingkungan kelompok), 5) faktor budaya (adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian), 6) faktor lingkungan fisik (fasilitas rumah, fasilitas belajar, dan iklim), serta 7) faktor lingkungan spiritual dan

  5 keamanan.

  Keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan pertama, sebab dalam lingkungan inilah pertama-tama anak mendapatkan pendidikan, bimbingan, asuhan, pembiasaan, dan latihan. Keluarga bukan hanya menjadi tempat anak dipelihara dan dibesarkan, tetapi juga tempat anak hidup dan dididik pertama kali. Apa yang diperolehnya dalam kehidupan keluarga, akan menjadi dasar dan dikembangkan pada kehidupan-kehidupan selanjutnya. Keluarga merupakan masyarakat kecil sebagai prototipe masyarakat luas. Semua aspek kehidupan masyarakat ada di dalam kehidupan keluarga, seperti aspek ekonomi, sosial, politik, keamanan, kesehatan, agama, termasuk aspek pendidikan.

  Di antara aspek-aspek kehidupan tersebut, pendidikan menempati kedudukan yang paling sentral dalam kehidupan keluarga, sebab ada suatu kecenderungan yang sangat kuat pada manusia, bahwa mereka ingin

  5 melestarikan keturunannya dan ini dapat dicapai melalui pendidikan. Cita-cita

  6 orang tua tentang anak dan cucunya direlisasikan melalui pendidikan.

  Keluarga merupakan tempat pertama kali anak merasakan pendidikan, karena di dalam keluargalah anak tumbuh dan berkembang dengan baik, sehingga secara langsung maupun tidak langsung keberadaan keluarga akan

  7

  mempengaruhi keberhasilan belajar anak. Hal ini berkaitan dengan faktor keluarga yang meliputi; cara orang tua mendidik anak, hubungan orang tua dan

  8 anak, suasana rumah/keluarga, dan keadaan ekonomi keluarga.

  Faktor orang tua sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan anak dalam belajar. Tinggi rendahnya pendidikan orang tua, besar kecilnya penghasilan, cukup atau kurang perhatian dan bimbingan orang tua, rukun atau tidaknya orang tua, akrab atau tidaknya hubungan orang tua dengan anak-anak, tenang atau tidaknya situasi rumah, semuanya itu turut mempengaruhi

  9 pencapaian hasil belajar anak.

  Adapun faktor minat besar pengaruhnya terhadap aktivitas belajar. Anak didik yang berminat terhadap suatu mata pelajaran akan mempelajarinya dengan sungguh-sungguh, karena adanya daya tarik baginya. Minat merupakan alat

  6 Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan (Jakarta: PT Remaja Rosdakarya, 2011), 5-6. 7 8 Muhammad Faturrohman dan Sulistyorini, Belajar dan Pembelajaran, 128. 9 Abu Ahmadi, Psikologi Belajar (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2008), 85-88. motivasi yang utama yang dapat membangkitkan kegairahan belajar anak didik

  10 dalam rentangan waktu tertentu.

  Prestasi belajar yang tinggi dan ketekunan dalam belajar merupakan realisasi dari apresiasi anak untuk memiliki nilai-nilai ilmiah yang diupayakan orang tua. Hal ini, tidak lain karena kesadaran diri untuk senantiasa berprestasi dan menuntut ilmu (belajar) yang merupakan pantulan dari kehausan diri

  11 manusia untuk menggapai nilai-nilai kebenaran ilmiah dan logis.

  Berangkat dari permasalah di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA DAN MINAT BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS III DI SDN 1 NGLANDUNG GEGER MADIUN TAHUN

  PELAJARAN 2016/2017 “. B. Batasan Masalah Ada beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa. Secara umum, faktor tersebut dapat berasal dari luar diri siswa dan dapat pula dari dalam diri siswa. Faktor-faktor tersebut ialah, 1) faktor jasmaniah (fisiologi yaitu: penglihatan, pendengaran, dan struktur tubuh), 2) faktor psikologis, meliputi faktor intelektif (kecerdasan dan bakat) dan faktor non intelektif (kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, dan emosi), 3) faktor kematangan fisik maupun 10 11 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar ( Jakarta: PT Rineka Cipta, 2008), 167.

  

Moh Sochib, Pola Asuh Orang Tua untuk Mengembangkan Disiplin Diri (Jakarta: PT psikis, 4) faktor sosial (lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, dan lingkungan kelompok), 5) faktor budaya (adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian), 6) faktor lingkungan fisik (fasilitas rumah, fasilitas belajar, dan iklim), serta 7) faktor lingkungan spiritual dan keamanan. Akan tetapi, karena keterbatasan metodologis dan teoritis perlu adanya batasan masalah. Masalah yang dianggap penting dalam penelitian ini adalah, (1) lingkungan keluarga, (2) minat belajar, dan (3) prestasi belajar.

C. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

  1. Adakah pengaruh lingkungan keluarga terhadap prestasi belajar matematika siswa kelas III di SDN 1 Nglandung Geger Madiun tahun pelajaran 2016/2017? 2. Adakah pengaruh minat belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika siswa kelas III di SDN 1 Nglandung Geger Madiun tahun pelajaran

  2016/2017? 3. Adakah pengaruh lingkungan keluarga dan minat belajar terhadap prestasi belajar matematika siswa kelas III di SDN 1 Nglandung Geger Madiun tahun pelajaran 2016/2017?

  D. Tujuan Penelitian

  Mengacu pada rumusan masalah yang peneliti kemukakan di atas, tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

  1. Untuk mengetahui pengaruh lingkungan keluarga terhadap prestasi belajar matematika siswa kelas III di SDN 1 Nglandung Geger Madiun tahun pelajaran 2016/2017.

  2. Untuk mengetahui pengaruh minat belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika siswa kelas III di SDN 1 Nglandung Geger Madiun tahun pelajaran 2016/2017.

  3. Untuk mengetahui pengaruh lingkungan keluarga dan minat belajar terhadap prestasi belajar matematika siswa kelas III di SDN 1 Nglandung Geger Madiun tahun pelajaran 2016/2017.

  E. Manfaat Penelitian

  Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Secara Teoritis

  Hasil penelitian ini diharapkan dapat menguji ada atau tidaknya pengaruh lingkungan keluarga dan minat belajar terhadap prestasi belajar, diharapkan pula dapat memberikan kontribusi bagi khasanah pendidikan, khususnya pada mata kuliah matematika yang membahas tentang prestasi

2. Manfaat Secara Praktis

  a) Bagi Siswa

  Penelitian ini diharapkan siswa dapat meningkatkan minat belajar sehingga prestasi belajar matematika akan semakin meningkat.

  b) Bagi Guru

  Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi guru, khususnya guru mata pelajaran matematika dalam meningkatkan minat belajar.

  c) Bagi Sekolah

  Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi sekolah dalam mengambil langkah untuk meningkatkan prestasi siswa.

  d) Bagi Peneliti yang Akan Datang

  Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memperluas wawasan berfikir, serta referensi bagi peneliti yang akan datang.

F. Sistematika Pembahasan

  Laporan hasil penelitian kuantitatif ini akan disusun menjadi tiga bagian utama yaitu bagian awal, bagian inti, dan bagian akhir. Untuk memudahkan dalam penulisan, pembahasan dalam laporan penelitian akan dikelompokkan menjadi 5 bab, yang masing-masing bab terdiri dari sub bab yang berkaitan. Sistematika pembahasan ini adalah:

BAB I Pendahuluan , merupakan gambaran umum, untuk memberikan

  pola pemikiran bagi keseluruhan laporan penelitian yang meliputi latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika pembahasan. BAB II Landasan Teori, Telaah Hasil

  

Penelitian Terdahulu, Kerangka Berpikir, dan Pengajuan Hipotesis . Landasan

  teori dalam penelitian ini membahas tentang lingkungan kelurga, minat belajar, prestasi belajar matematika, dan pengaruh lingkungan kelurga dan minat belajar prestasi belajar matematika. Adapun itu akan dibahas pula tentang telaah hasil penelitian terdahulu, kerangka berpikir, dan pengajuan hipotesis. BAB III Metode

  

Penelitian, membahas mengenai rancangan penelitian, populasi dan sampel,

instrumen penelitian data, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

BAB IV Hasil Penelitian , sebelum memaparkan hasil penelitian akan dipaparkan

  mengenai gambaran umum lokasi penelitian, kemudian hasil penelitian yang meliputi deskripsi data, analisis data (pengujian hipotesis), serta interpretasi dan pembahasan. BAB V Penutup, merupakan penutup dari laporan penelitian yang berisi kesimpulan dan saran.

BAB II LANDASAN TEORI, TELAAH HASIL PENELITIAN TERDAHULU, KERANGKA BERPIKIR, DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Landasan Teori 1. Lingkungan Keluarga a. Pengertian Lingkungan Keluarga Menurut Sertain (seorang ahli psikologi) yang dikutip oleh Ngalim Purwanto mengatakan bahwa lingkungan adalah semua kondisi-

  kondisi dalam dunia ini yang dalam cara-cara tertentu mempengaruhi

  12 tingkah laku kita, pertumbuhan atau life processes.

  Sementara menurut Wasty Soemanto yang dikutip oleh Syamsu Yusuf & A. Juntika Nurihsan berpendapat bahwa lingkungan itu dapat diartikan secara (1) fisiologi, yang meliputi segala kondisi dan material jasmaniyah; (2) psikologi, yang mencakup stimulasi yang diterima individu mulai masa konsepsi, kelahiran, sampai mati, sampai sifat-sifat genetik, dan (3) sosiokultural, yang mencakup segenap stimulus, interaksi dan kondisi eksternal dalam hubungan dengan perlakuan atau karya orang

  12 lain seperti keluarga, pergaulan kelompok, pengajaran, dan bimbingan

  13 konseling.

  Secara umum, keluarga merupakan suatu lembaga yang terdiri atas suami istri dan anak-anak yang belum menikah, hidup dalam sebuah kesatuan kelompok berdasarkan ikatan tertentu. Keluarga sebagai suatu kesatuan sosial terkecil merupakan kelompok kekerabatan yang bertempat tinggal sama, yang ditandai dengan adanya kerjasama ekonomi, memiliki fungsi menyosialisasikan atau mendidik anak

  14 sehingga anak berkembang dengan baik.

  Menurut Reiss yang dikutip oleh Sri Lestari bahwa keluarga adalah suatu kelompok kecil yang terstruktur dalam pertalian keluarga dan memiliki fungsi utama berupa sosialisasi pemeliharaan terhadap

  15

  generasi baru. Adapun menurut Abu Ahmadi keluarga adalah wadah yang sangat penting diantara individu dan group, dan merupakan kelompok sosial yang pertama dimana anak-anak menjadi anggotanya. Keluargalah sudah barang tentu yang pertama-tama pula menjadi tempat untuk mengadakan sosialisasi kehidupan anak-anak. Ibu, ayah dan saudara-saudaranya serta keluarga-keluarga yang lain adalah orang-orang 13 yang pertama dimana anak-anak mengadakan kontak dan yang pertama

  Syamsu Yusuf &A. Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), 175-176 14 15 Uyoh Sadulloh, Pedagogik Ilmu Mendidik (Bandung: Alfabeta, 2010), 186.

  pula untuk mengajar pada anak-anak itu sebagaimana dia hidup dengan orang lain. Sampai anak-anak memasuki sekolah, mereka itu

  16 menghabiskan seluruh waktunya di dalam unit keluarga.

  Jadi lingkungan keluarga dapat diartikan sebagai unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul serta tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam

  17 keadaan saling bergantung.

b. Fungsi Lingkungan Keluarga

  Keluarga berfungsi untuk membekali setiap anggota keluarganya agar dapat hidup sesuai dengan tuntutan nilai-nilai agama, pribadi, dan lingkungan. Demi perkembangan dan pendidikan anak, keluarga harus melaksanakan fungsi-fungsinya dengan baik dan seimbang. M.I Soelaeman mengemukakan beberapa fungsi keluarga yaitu: 1)

  Fungsi Edukasi Fungsi ini berkaitan dengan keluarga sebagai wahana pendidikan anak khususnya dan pendidikan anggota keluarga lainnya.

  Fungsi ini tidak sekedar menyangkut pelaksanaannya, melainkan menyangkut penentuan dan pengukuhan landasan yang mendasari upaya pendidikan, penyediaan sarananya, pengayaan wawasan, dan 16 lain sebagainya yang berkaitan dengan upaya pendidikan keluaraga. 17 Abu Ahmadi, SosiologiPendidikan (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1991), 108.

  Keluarga sebagai wahana pendidikan pertama dan utama bagi anak- anaknya agar menjadi manusia yang sehat, tangguh, maju, dan mandiri, sesuai dengan tuntutan perkembangan waktu.

  Keluarga merupakan lingkungan yang pertama bagi anak di mana tanggung jawabnya dipikul oleh orang tua sebagai salah satu unsur tri pusat pendidikan. Orang tua harus dapat menciptakan situasi pendidikan yang dihayati anak didik sebagai iklim pendidikan dan mengundangnya pada perbuatan-perbuatan yang mengarah kepada tujuan pendidikan dengan memberi contoh teladan disertai dengan fasilitas yang memadai. Bagi anak, keluarga merupakan tempat/alam pertama dikenal dan merupakan lingkungan pertama bagi anak untuk menerima pendidikan. Orang tua secara kodrati langsung memikul tenaga sebgai tenaga pendidik, baik bersifat sebagai pemelihara, sebagai pengasuh, sebagai pembimbing, sebagai pembina maupun sebagai guru dan pemimpin terhadap anak-anaknya.

  2) Fungsi Sosialisasi

  Sosialisasi dapat diartikan belajar sosial, artinya anak mempelajari nilai-nilai sosial. Kehidupan anak dan dunianya merupakan suatu kehidupan dua dunia yang utuh, terpadu dan dihayati anak sebagai suatu kesatuan hidup di dunia. Keluarga merupakan lingkungan yang pertama kali memperkenalkan nilai-nilai

  3) Fungsi Proteksi

  Dengan fungsi ini keluarga berfungsi sebagai tempat memperoleh rasa aman, nyaman, damai, dan tentram bagi seluruh anggota keluarga sehingga terpenuhi kebahagiaan batin, juga secara fisik keluarga harus melindungi anggotanya, memenuhi kebutuhan pangan, sandang, dan papan, dan lain-lain. Perlindungan mental dimaksudkan supaya orang itu tidak kecewa (frustasi) karena mengalami konflik yang mendalam dan berkelanjutan yang disebabkan kurang pandai mengatasi masalah hidupnya. Perlindungan moral perlu dilakukan supaya anggota keluarga menghindarkan diri dari perbuatan jahat dan buruk.

  4) Fungsi Afeksi (Perasaan)

  Fungsi afeksi mendorong keluarga sebagai tempat untuk menumbuhkembangkan rasa cinta dan kasih sayang antara sesama anggota keluarga dan masyarakat serta kingkungannya. Selain itu keluarga harus dapat menjalankan tugasnya menjadi lembaga interaksi dalam ikatan batin yang kuat antar anggotanya, sesuai dengan status peranan sosial masing-masing dalam kehidupan keluarga itu. Ikatan batin yang dalam dan kuat ini harus dapat dirasakan oleh setiap anggota keluarga sebagai bentuk kasih sayang.

  5) Fungsi Religius

  Fungsi ini mendorong keluarga sebagai wahana pembangunan insan-insan yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, bermoral, berakhlak dan berbudi pekerti luhur sesuai dengan ajaran agamanya. Untuk melaksanakan fungsi ini keluarga berkewajiban memperkenalkan dan mengajak anak kepada kehidupan beragama dengan menciptakan iklim keluarga yang religius sehingga dapat dihayati oleh anggota kelurganya. 6)

  Fungsi Ekonomi Fungsi ini mendorong keluarga sebagai tempat pemenuhan kebutuhan ekonomi, fisik, dan materil yang sekaligus mendidik keluarga hidup efisien, ekonomis, dan rasional. Fungsi ekonomi meliputi pencarian nafkah, perencanaan, serta pemanfaatan dan pembelajarannya. Pada dasarnya laki-laki (suami-ayah) sebagai pemimpin rumah tangga yang menanggung nafkah keluarga, seperti firman Allah: Laki-laki itu menjadi tulang punggung (pemimpin,

  pengayom) perempuan, sebab Allah melebihkan setengah mereka dari yang lain dan karena mereka (laki-laki) memberi belanja dari hartanya (bagi perempuan). Namun tidak berarti bahwa istri tidak diperkenankan berupaya membantu mencari nafkah untu keluarga.

  7) Fungsi Rekreasi

  Dalam menjalankan fungsi ini, keluarga harus menjadi lingkungan yang nyaman, menyenangkan, cerah, ceria, hangat, dan penuh semangat. Keadaan ini dapat dibangun melalui kerja sama diantara anggota yang diwarnai oleh hubungan insani yang didasari oleh adanya saling mempercayai, saling menghormati, dan mengagumi, saling mengerti serta adanya “Take and Give”. Keluarga harus menjadi tempat yang menyenangkan bagi semua anggota keluarga. Oleh karena itu, keluarga hendaknya mampu menciptakan suasana tersebut agar timbul keseimbangan pribadi, dan keluarga dapat memberikan perasaan bebas terlepas dari kesibukan sehari-hari.

  8) Fungsi Biologis

  Fungsi ini diarahkan untuk mendorong keluarga sebagai wahana menyalurkan reproduksi sehat bagi semua anggota keluarganya.

  Kebutuhan biologis merupakan fitrah manusia, melibatkan fisik untuk melangsung kehidupannya. Pelaksanaan fungsi biologis ini tidak sendiri, melainkan adanya keseimbangan dalam pelaksanaan fungsi-fungsi lain seperti: fungsi religius, edukasi, sosialisasi anak, proteksi, afeksi, dan rekreasi. Keluarga disini menjadi tempat untuk dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar seperti kebutuhan akan keterlindungan fisik seperti kesehatan, pangan, sandang, dan papan dengan syarat-syarat dapat hidup di dalamnya, sekurang-kurangnya dapat mempertahankan

  18 hidup.

  Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa, fungsi keluarga dalam membantu perkembangan dan pendidikan anak meliputi, fungsi edukasi, fungsi sosialisasi, fungsi proteksi (perlindungan), fungsi afeksi (perasaan), fungsi religius, fungsi ekonomi, fungsi rekreasi, dan fungsi biologis.

c. Tanggung Jawab Keluarga

  Dasar-dasar tanggung jawab orang tua terhadap pendidikan anaknya meliputi hal-hal berikut ini: 1)

  Adanya motivasi atau dorongan cinta kasih yang menjiwai hubungan orang tua dan anak. Kasih sayang orang tua yang ikhlas dan murni akan mendorong sikap dan tindakan rela menerima tanggung jawab untuk mengorbankan hidupnya dalam memberikan pertolongan kepada anaknya. 2)

  Pemberian motivasi kewajiban moral sebagai konsekuensikedudukan orang tua terhadap keturunannya. Adanya tanggung jawab moral ini meliputi nilai-nilai agama atau nilai-nilai spiritual.

  Menurut para ahli, bahwa penanaman sikap beragama sangat baik pada masa anak-anak. Dengan demikian penanaman agama yang dimiliki 18 anak sejak kecil ini betul-betul tertanam dan terkesan pada dirinya.

  3) Tanggung jawab sosial adalah bagian dari keluarga yang merupakan kesadaran tanggung jawab kekeluargaan yang dibina oleh darah, keturunan dan kesatuan keyakinan.

  4) Memelihara dan membesarkan anaknya. Tanggung jawab ini merupakan dorongan alami untuk dilaksanakan, karena anak memerlukan makan, minum dan perawatan, agar ia dapat hidup secara berkelanjutan.

  5) Memberikan pendidikan dengan berbagai ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang berguna bagi kehidupan anak kelak, sehingga bila ia telah dewasa akan mampu mandiri. 19 Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa, tanggung jawab keluarga terhadap pendidikan anak meliputi adanya motivasi atau dorongan cinta kasih dari orang tua, memelihara dan membesarkan anaknya serta memberikan pendidikan dengan berbagai ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang berguna bagi kehidupan anak.

d. Faktor-Faktor Lingkungan Keluarga Keluarga merupakan pusat pendidikan yang utama dan pertama.

  Yang termasuk faktor ini antara lain adalah sebagai berikut:

  19

1. Faktor Orang Tua a.

  Cara mendidik anak Orang tua yang tidak/kurang memperhatikan pendidikan anak- anaknya, mungkin acuh tak acuh, tidak memperhatikan kemajuan belajar anak-anaknya, akan menjadi penyebab kesulitan belajarnya.

  Orang tua yang bersifat kejam, otoriter, akan menimbulkan mental yang tidak sehat bagi anak. Hal ini akan berakibat anak tidak dapat tenteram, tidak senang di rumah, ia pergi mencari teman sebayanya, hingga lupa belajar. Sebenarnya orang tua mengharapkan anaknya pandai, baik, cepat berhasil, tetapi malah menjadi takut, hingga rasa harga diri kurang.orang tua yang lemah, suka memanjakan anak, ia tidak rela anaknya bersusah payah belajar, menderita, berusaha keras, akibatnya anak tidak mempunyai kemampuan dan kemauan, bahkan sangat tergantung pada orang tua, hingga malas berusaha, malas menyelesaikan tugas-tugas sekolah, hingga prestasinya menurun.

  Kedua sikap itu pada umumnya orang tua tidak memberikan dorongan kepada anaknya, hingga anak menyukai belajar, bahkan karena sikap orang tuanya yang salah, anak bisa bisa benci belajar.

  b.

  Hubungan Orang Tua dan Anak Sifat hubungan orang tua dan anak sering dilupakan. Faktor ini penting sekali dalam menentukan kemajuan belajar anak. Yang dimaksud keras, acuh tak acuh, memanjakan, dan lain-lain. Kasih sayang dari orang tua, perhatian atau penghargaan kepada anak-anak menimbulkan mental yang sehat bagi anak. Kurangnya sih sayang akan menimbulkan

  

emotional insecurity. Demikian juga sikap keras, kejam, acuh tak acuh

akan menyebabkan hal yang serupa.

  c.

  Suasana rumah/keluarga Suasana keluarga yang sangat ramai/gaduh, tidak mungkin anak dapat belajar dengan baik. Anak akan selalu terganggu konsentrasinya, sehingga sukar untuk belajar. Demikian juga suasana rumah yang selalu tegang, selalu banyak cekcok di antara anggota keluarga selalu ditimpa kesedihan, antara ayah dan ibu selalu cekcok atau selalu membisu akan mewarnai suasana keluarga yang melahirkan anak-anak tidak sehat mentalnya. Anak akan tidak tahan di rumah, akhirnya keluyuran di luar menghabiskan waktunya untuk hilir mudik ke sana ke mari, sehingga tidak mustahil kalau prestasi belajar menurun.

  Untuk itu hendaknya suasana di rumah selalu dibuat menyenangkan, tenteram, damai, harmonis, agar anak betah di rumah.

  Keadaan ini akan menguntungkan bagi kemajuan belajar anak.

  a.

  Keadaan Ekonomi Keluarga Keadaan ekonomi digolongkan dalam:

  1) Ekonomi yang kurang/miskin Keadaan ini akan menimbulkan kurangnya alat-alat belajar, kurangnya biaya yang disediakan oleh orang tua, dan tidak mempunyai tempat belajar yang baik. Faktor biaya merupakan faktor yang sangat penting karena belajar dan kelangsungannya sangat memerlukan biaya.

  Misalnya untuk membeli alat-alat, uang sekolah, dan biaya-biaya lainnya. Maka keluarga yang miskin akan merasa berat untuk mengeluarkan biaya yang bermacam-macam itu, karena keuangan dipergunakan untuk mencukupi kebutuhan anak sehari-hari. Lebih-lebih keluarga itu dengan banyak anak, maka hal ini akan merasa lebih sulit lagi.

  Keluarga yang miskin juga tidak dapat menyediakan tempat untuk belajar yang memadai, dimana tempat belajar itu merupakan salah satu sarana terlaksananya belajar secara efisien dan efektif.

  2) Ekonomi yang berlebihan (kaya)

  Keadaan ini sebaliknya dari keadaan yang pertama, dimana ekonomi keluarga berlimpah ruah. Mereka akan menjadi segan belajar karena ia terlalu banyak bersenang-senang. Mungkin juga ia dimanjakan oleh orang tuanya, orang tua tidak tahan melihat anaknya belajar dengan bersusah payah. Keadaan seperti ini akan menghambat kemajuan

  20 belajar.

  20

2. Minat Belajar a. Hakikat Minat

  Minat adalah sesuatu yang menimbulkan rasa suka kepada hal

  21 tertentu, yang disebabkan karena adanya ketertarikan atau hal yang lain.

  Menurut Sukardi yang dikutip oleh Ahmad Susanto minat dapat diartikan sebagai suatu kesukaan, kegemaran atau kesenangan akan sesuatu.

  Adapun menurut Sardiman yang dikuti oleh Ahmad Susanto minat adalah suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atau arti sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau

  

22

kebutuhan-kebutuhan sendiri.

  Minat menurut Slameto yang dikuti oleh Syaiful Bahri Djamarah adalah suatu rasa lebih suka atau rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau semakin dekat hubungan tersebut, semakin

  23 besar minat.

  Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan 21 mengenang beberapa kegiatan. Minat adalah perasaan senang atau tidak

  Muhammad Fathurrohman dan Sulistyorini, Belajar dan Pembelajaran (Yogyakarta: Teras, 2012), 167. 22 Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di SD (Jakarta: Prenada Media Group, 2003),57. 23

  24

  senang terhadap suatu objek. Seseorang yang berminat terhadap suatu aktivitas akan memperhatikan aktivitas tersebut secara konsisten dengan

  25 rasa senang.

  Berdasarkan beberapa pendapat di atas, kiranya dapat ditegaskan di sini bahwa minat merupakan dorongan dalam diri seseorang atau faktor yang menimbulkan ketertarikan atau perhatian secara efektif, yang menyebabkan dipilihnya suatu objek atau kegiatan yang menguntungkan, menyenangkan, dan lama-kelamaan akan mendatangakan kepuasan dalam

  26 dirinya.

b. Pengertian Minat Belajar

  Minat belajar adalah aspek psikologi seseorang yang menampakkan diri dalam beberapa gejala, seperti: gairah, keinginan, perasaan suka atau melakukan proses perubahan tingkah laku melalui berbagai kegiatan yang meliputi mencari pengetahuan dan pengalaman, dengan kata lain, minat belajar itu adalah perhatian, rasa suka, ketertarikan seseorang (siswa) terhadap belajar yang ditunjukkan melalui

  27 keantusiasan, partisipasi dan keaktifan dalam belajar.

  24 25 Muhammad Faturrohman dan Sulistyorini, Belajar dan Pembelajaran, 125. 26 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar ,166. 27 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, 58.

  28 Minat besar pengaruhnya terhadap belajar atau kegiatan. Anak

  didik yang berminat terhadap suatu mata pelajaran akan mempelajarinya dengan sungguh-sungguh, karena ada daya tarik baginya. Anak didik mudah menghapal pelajaran yang menarik minatnya. Proses belajar akan

  29

  berjalan lancar bila disertai minat. Minat belajar yang dimiliki siswa

  30 merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajarnya.

  Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulakan bahwa, minat belajar merupakan perhatian, rasa suka, ketertarikan seseorang (siswa) terhadap belajar yang ditunjukkan melalui keantusiasan, partisipasi dan keaktifan dalam belajar. Pada penelitian ini, peneliti memilih 3 faktor sebagai indikator dari minat belajar. Faktor tersebut mengenai, perhatian siswa pada materi pelajaran, ketertarikan pada materi pelajaran, rasa suka pada materi pelajaran, dan kepuasan siswa dalam menyelesaikan masalah.

c. Ciri-ciri minat

  Elizabeth B. Hurlock yang dikutip oleh Ahmad Susanto menyebutkan ada tujuh ciri minat, antara lain:

1) Minat tumbuh bersama dengan perkembangan fisik dan mental.

  Minat di semua bidang berubah selama terjadi perubahan fisik dan mental, misalnya perubahan minat dalam hubungannya dengan 28 perubahan usia. 29 Muhammad Faturrohman dan Sulistyorini, Belajar dan Pembelajaran, , 125. 30 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi, 167.

  2) Minat tergantung pada kegitan belajar. Kesiapan belajar merupakan salah satu penyebab meningkatnya minat seseorang.

  3) Minat tergantung pada kesempatan belajar. Kesempatan belajar merupakan faktor yang sangat berharga, sebab tidak semua orang dapat menikmatinya.

  4) Perkembangan minat mungkin terbatas. Keterbatasan ini mungkin dikarenakan keadaan fisik yang tidak memungkinkan.

  5) Minat dipengaruhi budaya, sebab jika budaya sudah mulai luntur mungkin minat juga ikut luntur.

  6) Minat berbobot emosional/perasaan, maksudnya bila sesuatu objek dihayati sebagai sesuatu yang sangat berharga, maka akan timbul perasaan senang yang akhirnya dapat diminatinya.

  7) Minat berbobot egosentris, artinya jika seseorang senang terhadap 31 sesuatu, maka akan timbul hasrat untuk memilikinya.

3. Prestasi Belajar Matematika a. Pembelajaran Matematika

  Matematika, menurut Ruseffendi yang dikutip oleh Heruman adalah bahasa simbol; ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif; ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak didefinisikan, ke unsur yang 31 didefinisikan, ke aksioma ke postulat, dan akhirnya ke dalil. Sedangkan hakikat matematika menurut Soedjadi yaitu memiliki objek tujuan

  32 abstrak, bertumpu pada kesepakatan, dan pola pikir yang deduktif.

  Matematika adalah adalah satu bidang studi hidup, yang perlu dipelajari karena hakikat matematika adalah pemahaman terhadap pola perubahan yang terjadi di dalam dunia nyata dan di dalam pikiran manusia serta keterkaitan diantara pola-pola tersebut secara holistik.

  Tujuan belajar matematika adalah mendorong siswa untuk menjadi pemecah masalah berdasarkan proses berfikir yang kritis, logis, dan

  33 rasional.

  Siswa Sekolah Dasar (SD) umurnya berkisar antara 6 atau 7 tahun, sampai 12 atau 13 tahun. Menurut Piaget, mereka berada pada fase operasional konkret. Kemampuan yang tampak pada fase ini adalah kemampuan dalam proses berpikir untuk mengoperasikan kaidah-kaidah logika, meskipun masih terikat dengan objek yang bersifat konkret.

  Dalam matematika, setiap konsep yang abstrak yang baru dipahami siswa perlu segera diberi penguatan, agar mengendap dan bertahan lama dalam memori siswa, sehingga akan melekat dalam pola pikir dan pola tindakannya. Untuk keperluan inilah, maka diperlukan adanya pembelajaran melalui perbuatan dan pengertian, tidak hanya

32 Heruman, Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), 1.

  33 sekedar hafalan atau mengingat fakta saja, karena hal ini akan mudah dilupakan siswa.

  Dalam pembelajaran matematika di tingkat SD, diharapkan terjadi

  

reinvention (penemuan kembali). Penemuan kembali adalah menemukan

suatu cara penyelesaian secara informal dalam pembelajaran di kelas.

  Walaupun penemuan tersebut sederhana dan bukan hal baru bagi orang ynag telah mengetahui sebelumnya, tetapi bagi siswa SD penemuan tersebut merupakan sesuatu hal yang baru.

  Brunner dalam metode penemuannya mengungkapkan bahwa dalam pembelajaran matematika, siswa harus menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang diperlukannya. „Menemukan‟ disini terutama adalah „menemukan lagi‟ (discovery), atau dapat juga menemukan yang sama sekali baru (invention). Oleh karena itu, kepada siswa materi disajikan bukan dalam bentuk akhir dan tidak diberitahukan cara penyelesaiannya. Dalam pembelajaran ini, guru harus lebih banyak berperan sebagai pembimbing dibandingkan sebagai pemberi tahu.

  Tujuan dari metode penemuan adalah untuk memperoleh pengetahuan dengan suatu cara yang dapat melatih berbagai kemampuan intelektual siswa, merangsang keingintahuan dan memotivasi kemampuan mereka. Adapun tujuan mengajar hanya dapat diuraikan secara garis besar, dan dapat dicapai dengan cara yang tidak perlu sama bagi setiap

  Pada pembelajaran matematika harus terdapat keterkaitan antara pengalaman belajar siswa sebelumnya dengan konsep yang akan diajarkan. Hal ini sesuai dengan “pembelajaran spiral”, sebagai konsekuensi dalil Brunner. Dalam matematika, setiap konsep berkaitan dengan konsep lain, dan suatu konsep menjadi prasyarat bagi konsep yang lain. Oleh karena itu, siswa harus lebih banyak diberi kesempatan untuk melakukan keterkaitan tersebut.

  Berdasarkan dimensi keterkaitan antar konsep dalam teori belajar Ausubel, „belajar‟ dapat diklasifikafikan dalam dua dimensi.

  Pertama,berhubungan dengan cara informasi atau konsep pelajaran yang disajikan pada siswa melalui penerimaan dan penemuan. Kedua, menyangkut cara bagaimana siswa dapat mengaitkan informasi itu pada struktur kognitif yang telah ada (telah dimiliki dan diingat siswa

  34 tersebut).

b. Pengertian Prestasi Belajar

  Dalam kamus besar bahasa Indonesia, prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya).

  Prestasi dapat diartikan sebagai hasil yang diperoleh karena aktivitas belajar yang telah dilakukan. Sedangkan menurut Djamarah yang dikutip oleh Muhammad Faturrohman dan Sulistyorini, prestasi adalah hasil dari 34 dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan baik secara individual maupun kelompok. Menurut Tohirin yang dikutip oleh Muhammad Faturrohman dan Sulistyorini, prestasi belajar adalah apa

  35 yang dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar.

  Menurut James O. Wittaker dikutip oleh Wasty Soemanto, belajar dapat didefinisikan sebagai proses di mana tingkah laku ditimbulkan atau

  36

  diubah melalui latihan atau pengalaman. Adapun menurut Purwanto yang dikutip oleh Euis Karwati menyatakan bahwa prestasi belajar adalah perubahan perilaku yang terjadi setelah mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan. Menurut R.M. Gagne yang dikutip oleh Euis Karwati menyatakan bahwa prestasi belajar adalah kecakapan manusiawi (human capabilities) yang meliputi informasi verbal, kecakapan intelektual (diskriminasi, konsep konkrit, konsep abstrak, aturan, dan aturan yang lebih tinggi), strategi kognitif, sikap, dan

  37 kecakapan motorik.

  Prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak dalam periode tertentu. Prestasi belajar seseorang sesuatu dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam

  35 36 Muhammad Faturrohmandan Sulistyorini, BelajardanPembelajaran, 118. 37 Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006), 104. bentuk nilai atau raport setiap bidang studi setelah mengalami proses

  38 belajar mengajar.

c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

  Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah sebagai berikut:

1. Faktor internal

  a) Faktor jasmaniah (fisiologi) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh. Yang termasuk faktor ini misalnya penglihatan, pendengaran, struktur tubuh, dan sebagainya.

  b) Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh terdiri atas:

  1) Faktor intelektif yang meliputi: faktor potensial yaitu kecerdasan dan bakat; faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang telah dimiliki.

  2) Faktor non intelektif yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi, dan penyesuaian diri.

3) Faktor kematangan fisik maupun psikis.

  38

2. Faktor eksternal

  a) Faktor sosial yang terdiri atas: lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, dan lingkungan kelompok.

  b) Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian.

  c) Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, dan iklim.

  39 Faktor yang akan ditunjukkan dalam penelitian ini terkait dengan,

d) Faktor lingkungan spiritual dan keamanan.

  faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yaitu lingkungan keluarga dan faktor minat belajar siswa.

4. Pengaruh Lingkungan Keluarga dan Minat Belajar Terhadap Prestasi Belajar

  Menurut Muhammad Faturrohman dan Sulistyorini, keluarga mempunyai peran yang penting terhadap keberhasilan anak-anaknya. Apabila hubungan antara anggota keluarga, khususnya orang tua dengan anak-anaknya bersifat merangsang dan membimbing anak, akan kemungkinan anak tersebut mencapai prestasi yang baik. Sebaliknya apabila orang tua acuh tak acuh

  39 terhadap aktivitas belajar anak, biasanya anak cenderung malas belajar,

  40 akibatnya kecil kemungkinan anak mencapai prestasi yang baik.

  Temuan penelitian menunjukkan bahwa upaya orang tua untuk menyadarkan anak terhadap urgensi dari sebuah nilai dan atau prestasi, baik kini maupun hari esok terlihat dari beberapa hal. Pelibatan mereka dalam menata fisik dan suasana belajar, kesatuan tindakan orang tua, keakraban, keharmonisan, keintiman, keterbukaan, kerelaraan menyediakan waktu untuk mendekati mereka tatkala belajar, ketanggapan orang tua terhadap kebutuhan belajar anaknya, dan komunikasi keluarga yang penuh dialog, latihan dan pembiasaan diri (dalam belajar), merupakan unsur yang dapat mendialogkan orang tua dengan keurgenan makna nilai-nilai ilmiah yang mereka upayakan untuk dimiliki dan dikembangkan di dalam diri anak. Yang tak kalah pentingnya dalam hal ini adalah upaya orang tua dalam membantu anaknya

  41 untuk memiliki sahabat yang rajin belajar di sekolah dan di luar sekolah.

  Minat mempengaruhi proses dan hasil belajar anak didik. Tidak banyak yang dapat diharapkan untuk menghasilkan prestasi belajar yang baik

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA MINAT BACA DAN LINGKUNGAN BELAJAR DI SEKOLAH DENGAN PRESTASI BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 1 WONOSOBO TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 7 74

HUBUNGAN ANTARA LINGKUNGAN BELAJAR DAN MINAT BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS XI IPS SMAN 1 BELALAU TAHUN PELAJARAN 2012-2013

0 7 42

HUBUNGAN ANTARA LINGKUNGAN DAN MINAT BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 RAJABASA RAYA KOTA BANDARLAMPUNG TAHUN PELAJARAN 20014/2015

5 58 71

ANALISIS PENGARUH NUN DAN FAKTOR-FAKTOR MINAT TERHADAP PRESTASI BELAJAR FISIKA DI SMA NEGERI 1 PIYUNGAN TAHUN PELAJARAN 20172018

0 0 5

PENINGKATAN MINAT BELAJAR MEMAHAMI PERUBAHAN LINGKUNGAN FISIK DAN PENGARUHNYA MELALUI METODE PEMBELAJARAN JAS (JELAJAH ALAM SEKITAR) SISWA KELAS V TAHUN PELAJARAN 20162017 SDN SIDOREJO 01 KEBONSARI KA- BUPATEN MADIUN

0 0 8

PENGARUH GAYA BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM PADA SISWA KELAS X MAN 1 KABUPATEN MAGELANG TAHUN PELAJARAN 20172018 SKRIPSI

0 0 115

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR SISWA DAN METODE MENGAJAR GURU TERHADAP PRESTASI BELAJAR STENOGRAFI BAHASA INGGRIS SISWA KELAS XI SMK BATIK 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN 20162017

0 0 16

PENGARUH GAYA MENGAJAR GURU DAN KEBIASAAN BELAJAR SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS XI IIS DI SMA NEGERI 1 BANYUDONO TAHUN AJARAN 20162017

0 0 17

PENGARUH MEDIA NUMICON TERHADAP PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA ANAK TUNANETRA KELAS III DI SLB A YKAB SURAKARTA TAHUN AJARAN 20162017

0 0 18

HUBUNGAN ANTARA MINAT BELAJAR MATEMATIKA DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII-A SMPN 1 PASONGSONGAN SUMENEP TAHUN 2013 - Repositori STKIP PGRI Sumenep

0 0 12