PENINGKATAN PEMAHAMAN SISWA TENTANG KONSEP TEKANAN UDARA MENGGUNAKAN METODE EKSPERIMEN TERBIMBING PADA SISWA KELAS VIII SMPK YOS SUDARSO BLITAR SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan

  

PENINGKATAN PEMAHAMAN SISWA TENTANG KONSEP TEKANAN

UDARA MENGGUNAKAN METODE EKSPERIMEN TERBIMBING PADA

SISWA KELAS VIII SMPK YOS SUDARSO BLITAR

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

  

Program Studi Pendidikan Fisika

Disusun Oleh :

Fitri Astutik

  

NIM: 031424014

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

   

   

   

   

  

ABSTRAK

Fitri Astutik. “Peningkatan Pemahaman Siswa Tentang Konsep Tekanan Udara

Menggunakan Metode Eksperimen Terbimbing Pada Siswa Kelas VIII SMPK 3

Yos Sudarso Blitar”. Program Studi pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, 2010.

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) sejauh mana pemahaman siswa tentang tekanan udara sebelum dijelaskan dengan menggunakan metode eksperimen terbimbing, (2) sejauh mana pemahaman siswa tentang tekanan udara sesudah dijelaskan dengan menggunakan metode eksperimen terbimbing, (3) apakah ada peningkatan pemahaman siswa tentang tekanan udara dengan metode eksperimen terbimbing, (4) bagaimana sikap siswa terhadap metode eksperimen terbimbing yang digunakan oleh peneliti.

  Penelitian ini dilaksanakan di SMPK 3 Yos Sudarso Blitar pada tanggal 3 Mei sampai dengan 17 Mei 2010 dengan subyek partisipan 23 siswa kelas VIII A. Data- data yang dikumpulkan menggunakan hasil pretes, postes, dan kuesioner sikap siswa.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemahaman siswa mengenai konsep tekanan udara mengalami peningkatan setelah dijelaskan dengan menggunakan metode eksperimen terbimbing. Hasil kuesoner sikap siswa juga menunjukkan bahwa siswa senang dengan metode yang digunakan oleh peneliti yakni metode eksperimen terbimbing.

  

ABSTRACT

Fitri Astutik. “Increasing Students’ Understanding On Atmospheric Pressure

Concept by using Guided Experiment Method for Students of Grade VIII SMPK 3

Yos Sudarso Blitar”. Physics Education Study Program. Department of Science

and Mathematics Education. Faculty of Teachers Training and Education.

Sanata Dharma University , Yogyakarta . 2010.

  The purposes of the research are: (1) to know the students’ understanding on atmospheric pressure before they are explained by using Guided Experiment Method, (2) to know the students’ understanding on atmospheric pressure after they are explained by using Guided Experiment Method, (3) to know whether the students’ understanding on atmospheric pressure is increasing or not after they are explained by using Guided Experiment Method, and (4) to know the students’ responses on Guided Experiment Method used by the researcher.

  th

  The research was done on SMPK 3 Yos Sudarso Blitar, from May 3 2010 up

  th

  to May 17 2010. It used 23 students of grade VIII A as the subject participants. The data are collected by using pre-test, post-test, and questionnaires of students’ responses.

  The result of the research indicates that the students’ understanding on the atmospheric pressure concept is increasing after they are explained by using Guided Experiment Method. The questionnaires of the students’ responses also show that the students enjoy with the researcher’s method; that is Guided Experiment Method.

   

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat dan penyertaanNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi dengan judul “Peningkatan Pemahaman Siswa Tentang Konsep Tekanan Udara Menggunakan Metode Eksperimen Terbimbing Pada Siswa Kelas VIII SMPK 3 Yos Sudarso Blitar” ini disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Fisika di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  Penulisan skripsi ini terwujud atas bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak, yang telah berkenan membimbing, memberi petunjuk serta motivasi. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang besar- besarnya kepada:

  1. Bapak Drs. Domi Severinus, M. Si selaku Kaprodi Pendidikan Fisika dan juga selaku dosen pembimbing skripsi yang telah membimbing serta menyumbangkan ide dalam penulisan skripsi ini.

2. Segenap dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata

  Dharma, khususnya dosen P.Fisika yang telah membagikan ilmunya selama penulis mengikuti kuliah, serta staff non akademik terima kasih atas segala bantuan yang diberikan kepada penulis.

  3. Ibu Dra. Ignasia V. Sukatmi selaku Kepala Sekolah SMPK 3 Yos Sudarso yang memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di SMPK 3 Yos Sudarso Blitar.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  4. Ibu Puji Anethasari, S.Pd selaku guru mata pelajaarn Fisika yang bersedia membantu dan memberikan masukan serta kesempatan untuk melaksanakan penelitian di kelas.

  5. Seluruh siswa-siswi kelas VIII A SMPK 3 Yos Sudarso Blitar atas kerjasama dan partisipasinya dalam penelitian ini.

  6. Ibuku tercinta Marsuti. Terima kasih atas semua cinta kasih tak terhingga, doa, kepercayaan, dukungan, dan keringat yang telah beliau berikan hingga aku bisa menjadi seperti sekarang ini. Love u mom

  7. Kakak-kakakku yang tersayang, Mbak Wahyu, Mbak Tatik, Mbak Dyah, Mas Wawan & keponakanku Echa serta semua keluarga besarku, senang akhirnya aku bisa selesai.

  8. Yang terkasih Robertus Suban Kelen. Terimakasih sudah banyak membantu dalam menemani penelitian, memberikan cinta, perhatian, dan semangat untuk menyelesaikan kuliah. Love u bro

  9. No Yasin yang udah jadi tempat curhatku. Makasih banyak ya no udah mau mendengar keluh kesahku selama ini.

  10. Ryan “capoenk”. Trimakasih ya untuk dukungan, semangat, dan perhatian buat aku.

  11. Kak Pepyto yang sering aku repotkan. Kapan-kapan ya kita bergadang bareng lagi di benteng.

  12. Ade Putri yang selalu mendukungku cepat selesaikan skripsi & yang sudah menemaniku jalan-jalan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  13. Teman-teman Komunitas Sant’Egidio spesial yang di Yogyakarta yang tidak bisa disebutin satu-satu, TQ atas persaudaraan dan dukungan yang luar biasa indah, SPIRIT ☺.

  14. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu di sini. Terima kasih untuk segala hal yang dapat membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.

  Peneliti menyadari skripsi ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu dengan segenap kerendahan hati penulis menerima kritik dan saran yang membangun untuk menunjang kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga penelitian ini bermanfaat bagi banyak pihak yang ingin memajukan pendidikan di negara kita.

  Penulis

  

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL ……..………………………………………………………… i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING…..………………………………... ii HALAMAN PENGESAHAN .………………………..…………………………… iii HALAMAN PERSEMBAHAN …………..……………………………………….. iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA…………………………………………….. v ABSTRAK ..…………………………………………………………………………vi ABSTRACT ..…………………………………………………………………...… vii HALAMAN PUBLIKASI………………………………………………………… viii KATA PENGANTAR ...…………………………………………………………….ix DAFTAR ISI ……..……………………………………………………………...…xii DAFTAR TABEL…………………………………………………………………. xv DATAR LAMPIRAN .…..…………………………………………………….… xvi

  BAB I. PENDAHULUAN………………………………………………………….. 1 A. Latar Belakang Masalah………………………………………………… 1 B. Rumusan Masalah……………………………………………………….. 3 C. Tujuan Penelitian………………………………………………………... 4 D. Manfaat Penelitian………………………………………………………. 4 BAB II. LANDASAN TEORI A. Kegiatan Belajar Mengajar…………………………………………........ 6 B. Pemahaman Konsep…………………………………………………….. 8 C. Metode Eksperimen …………………………………………………… 10

  1. Pengertian metode Eksperimen ..………………………………….. 10

  2. Kebaikan atau keuntungan metode ekdperimen…………………… 12

  3. Kerugian atau kelemahan metode eksperimen…………………….. 13

  D. Lembar Kegiatan Siswa .………………………………………………. 13

  E. Hasil Belajar Sisw ……………………………………………………... 14

  F. Materi Pelajaran ..…………………………………………………….... 16

  1. Pemuaian ..…………………………………………………………. 17

  2. Perubahan Wujud Zat ……..………………………………………. 19

  3. Pengertian Tekanan………………………………………………... 21

  4. Tekanan Pada Zat Gas .…………………………………………… 22

  BAB III. METODOLOGI PENELITIAN .……………………………………….. 33 A. Jenis Penelitian………………………………………………………..... 33 B. Waktu dan Tempat penelitian ..………………………………………... 33 C. Populasi dan Sampel ..…………………………………………………. 33 D. Instrument ..……………………………………………………………. 33 E. Metode Analisis Data…………………………………………………... 36 BAB IV. DATA DAN PEMBAHASAN…………………………………………... 43 A. Deskriptif Pelaksanaan Penelitian……………………………………… 43 B. Data ……………………………………………………………………. 45 C. Analisis Data…………………………………………………………… 49 BAB V. PENUTUP ..……………………………………………………………… 70 A. Kesimpulan…………………………………………………………….. 70

B. Saran…………………………………………………………………… 71

  DAFTAR PUSTAKA .……………………………………………………………. 73 LAMPIRAN………………………………………………………………………... 75

  

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perubahan Wujud ………………………………………….…………... 19Tabel 3.1 Kisi-kisi soal pretes dan postes ………………………….……………... 35Tabel 3.2 Frekuensi dan Porsentase Hasil Pretes maupun Postes .………………... 37Tabel 3.2 Variasi Jawaban Untuk Soal Pretes Maupun Postes…………………… 37Tabel 3.3 Tabel Distribusi Penskoran ……………………………………………. 38Tabel 3.4 Perubahan Pemahaman Siswa …………………………………………. 39Tabel 3.5 Peningkatan Pemahaman Siswa ……………………………………….. 39Tabel 3.6 Skor untuk setiap butir kuesioner ……………………………………… 40Tabel 3.7 Skor untuk no 2 pada soal kuesioner …………………………………… 41Tabel 3.8 Kriteria sikap siswa terhadap metode Eksperimen terbimbing .………... 41Tabel 3.9 Sikap seluruh siswa terhadap metode Eksperimen terbimbing ………... 42Tabel 4.1 Data Hasil Pretes Siswa Kelas VIII A SMPK 3

  Yos Sudarso Blitar …………………………………………………….. 46

Tabel 4.2 Data Hasil Postes Siswa Kelas VIII A SMPK 3

  Yos Sudarso Blitar ................................................................................... 47

Tabel 4.3 Sikap siswa terhadap metode Eksperimen Terbimbing ………………... 48Tabel 4.4 Frekuensi dan Prosentase Hasil Pretes Siswa Kelas VIII A

  SMPK 3 Yos Sudarso Blitar …………………………………………... 49

Tabel 4.5 Variasi jawaban Pretes siswa kelas VIII A …………………………… 50Tabel 4.6 Frekuensi dan Prosentase Hasil Postes Siswa Kelas VIII A

  SMPK 3 Yos Sudarso Blitar ................................................................... 55

Tabel 4.7 Variasi jawaban Postes siswa kelas VIII A …………………………... 56Tabel 4.8 Analisis hasil belajar untuk Pretes dan Postes kelas VIII A ……….… 62Tabel 4.9 Perubahan Pemahaman Siswa ………………………………………... 64Tabel 4.10 Peningkatan Pemahaman Siswa …………………………………….... 65Tabel 4.11 Tabel Krieria Sikap Siswa ………………………………………….… 69Tabel 4.12 Sikap seluruh siswa terhadap metode Eksperimen Terbimbing ……… 69

DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran 1. Rencana Program Pembelajaran (RPP)…..……..…………………. 76 Lampiran 2. Lembar Kegiatan Siswa (LKS)……………………………………. 82 Lampiran 3. Soal Pretes ………………………………………………………… 90 Lampiran 4. Soal Postes ………………………………………………………… 92 Lampiran 5. Soal Kuesioner …………………………………………………….. 94 Lampiran 6. Surat permohonan ijin penelitian………….…………………..…… 96 Lampiran 7. Surat keterangan melaksanakan penelitian………………………… 97 Lampiran 8. Daftar nama siswa…………………………………………………. 98 Lampiran 9. Table two tailed test……………………………………………..…. 99

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan manusia. Pendidikan

  tidak diperoleh begitu saja dalam waktu yang sangat singkat, namun memerlukan suatu proses pembelajaran sehingga menimbulkan dampak atau efek yang sesuai dengan proses yang telah dilalui.

  Dalam proses pembelajaran ini melibatkan dua pihak yaitu guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik. Dengan demikian suatu kegiatan belajar dinamakan kegiatan belajar jika ada guru, siswa, dan interaksi antara keduanya. Untuk dapat mendukung kegiatan belajar siswa, maka guru perlu membangun lingkungan belajar. Seorang guru memang tidak dapat mengatur semua faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar. Akan tetapi guru dapat mengusahakan lingkungan belajar yang mereka bangun, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi pada keberhasilan belajar para muridnya.

  Agar siswa dapat langsung merasakan keberhasilan belajarnya dan lebih memahami materi yang diberikan oleh guru secara langsung, maka diperlukan keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar tersebut. Untuk itu guru harus dapat mengusahakan agar siswa benar-benar terlibat aktif dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar tersebut. Hal ini disebabkan karena siswa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  mengerti dan memahami bagaimana penemuan konsep, prinsip, dan hukum yang dipelajari itu terjadi. Dengan demikian dalam diri siswa tertanam sikap keilmuwan yaitu sikap yang dimiliki oleh para ilmuwan dan menemukan hasil keilmuwannya.

  Kompetensi guru sangat diperlukan untuk dapat menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan menyenangkan terutama dalam belajar fisika. Dengan demikian siswa termotivasi dan tertarik untuk mengikuti proses belajar mengajar sehingga dapat memahami dan menguasai dengan baik pelajaran yang dipelajari. Seorang guru juga harus bisa mempersiapkan dan melaksanakan pembelajaran di kelas dengan baik.

  Agar tujuan pembelajaran yang diinginkan bisa tercapai maka guru harus cermat dan tepat dalam menggunakan metode pembelajaran yang akan digunakan. Metode pembelajaran sangat diperlukan oleh guru sebagai sebuah teknik pengajaran untuk meyampaikan pengetahuan agar dapat diterima siswa dengan baik sehingga keefektifan pembelajaran dan pemahaman siswa dapat dioptimalkan.

  Metode pembelajaran yang bisa digunakan untuk dapat melibatkan siswa secara aktif didalamnya adalah metode Eksperimen Terbimbing. Metode ini dirancang agar siswa terlibat aktif dalam proses mengembangkan pengetahuannya dan guru lebih banyak memberikan kesempatan pada siswa untuk mencari tahu jawaban terhadap pertanyaan yang dapat mengarahkan pada kegiatan eksperimen. Dalam proses pembelajaran ini siswa lebih

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Jika dalam percobaan siswa mengalami kesulitan, maka guru harus bisa memancing dan mengasuh pemikiran siswa agar siswa mampu mengatasi sendiri kesulitan yang dihadapi.

  Dalam penelitian ini, penulis memilih materi Tekanan Udara. Pemilihan materi ini disesuaikan dengan materi yang akan dipelajari siswa di sekolah tempat penulis melaksanakan penelitian. Hal ini dikarenakan materi yang akan dipelajari siswa di sekolah adalah materi tentang Tekanan Udara sehingga materinya bertepatan dengan yang penulis pilih.

  Berdasarkan uraian di atas, penulis berminat untuk mengetahui sejauh mana pemahaman awal siswa mengenai Tekanan Udara serta peningkatan pemahaman yang dimiliki siswa setelah mengalami proses pembelajaran dengan metode Eksperimen Terbimbing. Untuk itu penulis ingin meneliti “Peningkatan Pemahaman Siswa Tentang Konsep Tekanan Udara Mengunakan Metode Eksperimen Terbimbing Pada Siswa Kelas VIII SMPK 3 Yos Sudarso Blitar”.

B. Rumusan Masalah

  Dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka penulis ingin merumuskan masalah sebagai berikut:

  1. Bagaimana pemahaman siswa tentang tekanan udara sebelum dijelaskan dengan menggunakan metode eksperimen terbimbing?

  2. Bagaimana pemahaman siswa tentang tekanan udara setelah dijelaskan dengan menggunakan metode eksperimen terbimbing?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  3. Apakah ada peningkatan pemahaman siswa tentang tekanan udara setelah dijelaskan menggunakan metode eksperimen terbimbing?

  4. Bagaimana sikap siswa terhadap metode eksperimen terbimbing yang digunakan oleh peneliti?

C. Tujuan Penelitian

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

  a. Tingkat pemahaman siswa tentang tekanan udara sebelum dijelaskan dengan menggunakan metode eksperimen terbimbing.

  b. Tingkat pemahaman siswa tentang tekanan udara sesudah dijelaskan dengan menggunakan metode eksperimen terbimbing.

  c. Apakah ada peningkatan pemahaman siswa tentang tekanan udara dengan metode eksperimen terbimbing.

  d. Sikap siswa terhadap metode eksperimen terbimbing yang digunakan oleh peneliti.

D. Manfaat Penelitian

  Penelitian ini memiliki beberapa manfaat antara lain:

a. Bagi guru dan calon guru Fisika

  Guru memperoleh gambaran tentang salah satu model pembelajaran yang diharapkan bisa digunakan sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan pemahaman siswa dalam belajar Fisika sehingga hasil yang dicapai bisa lebih optimal.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  b. Bagi siswa Dengan mengikuti pembelajaran dengan metode eksperimen terbimbing di kelas diharapkan siswa bisa lebih mudah dalam memahami konsep yang dipelajari.

  c. Bagi Peneliti Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan untuk pengajaran kelak pada saat peneliti menjadi pengajar, dan dijadikan sebagai pertimbangan dalam memilih metode mengajar yang sesuai.

   

BAB II LANDASAN TEORI A. Kegiatan Belajar Mengajar Kegiatan belajar mengajar (KBM) merupakan proses aktif bagi siswa dan

  guru untuk mengembangkan potensi siswa sehingga mereka akan tahu terhadap pengetahuan dan pada akhirnya mampu untuk melakukan sesuatu (Depdiknas, 2003). Suparno (1997) mengemukakan bahwa belajar adalah proses mengkontruksi struktur pengetahuan baru dan membentuk hubungan baru di antara struktur. Implikasi prinsip ini untuk pembelajaran adalah bahwa pemahaman harus dikonstruksi secara bertahap dari pengalaman dan komunikasi.

  Pengetahuan tidak dapat ditansfer langsung dari satu individu ke individu yang lain. Setiap struktur pengetahuan individual mencerminkan pengalaman uniknya.

  Juga tidak dapat, pengetahuan yang kaya dikonstruksi secara sekejap. Pemahaman harus dikembangkan secara bertahap melalui penyusunan langkah demi langkah struktur pengetahuan.

  Sedangkan mengajar pada prinsipnya adalah membimbing siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Atau dapat dikatakan bahwa mengajar merupakan suatu usaha untuk mengorganisasi lingkungan dalam hubungannnya dengan peserta didik dan bahan pengajaran sehingga menimbulkan terjadinya proses belajar pada diri siswa .

  Menurut kaum konstruktivis, seperti yang diungkapkan Betencourt (1989) dalam Suparno (1997: 65) mengajar bukan merupakan kegiatan memindahkan pengetahuan dari guru ke siswa melainkan suatu kegiatan yang memungkinkan siswa membangun sendiri pengetahuannya. Mengajar berarti partisipasi dengan pelajar dalam membentuk pengetahuan, membuat makna, mencari kejelasan, bersikap kritis dan mengadakan justifikasi.

  Berdasarkan pengertian di atas, seorang guru dituntut untuk dapat berperan sebagai organisator dan fasilitator kegiatan belajar siswa yang mampu memanfaatkan lingkungan, baik yang terdapat di dalam kelas maupun di luar kelas.

  Agar peran dan tugas tersebut dapat berjalan secara optimal, diperlukan kegiatan yang perlu dikerjakan dan juga beberapa pemikiran yang perlu disadari oleh pengajar (Suparno, 1997) :

  1. Guru perlu banyak berinteraksi dengan siswa untuk lebih mengerti apa yang sudah mereka ketahui dan pikirkan.

  2. Tujuan apa yang akan dibuat di kelas sebaiknya dibicarakan bersama sehingga siswa sungguh terlibat.

  3. Guru perlu mengerti pengalaman belajar mana yang lebih sesuai dengan kebutuhan siswa. Ini dapat dilakukan dengan berpartisipasi sebagai pelajar di tengah pelajar.

  4. Diperlukan keterlibatan dengan siswa yang sedang berjuang dan kepercayaan terhadap siswa bahwa mereka dapat belajar.

  5. Guru perlu mempunyai pemikiran yang fleksibel untuk dapat mengerti dan menghargai pemikiran siswa, karena kadang siswa berpikir berdasarkan pengandaian yang tidak diterima guru.

B. Pemahaman Konsep

  Salah satu hal penting dalam proses belajar mengajar di sekolah bagi siswa adalah kemampuan untuk memahami yang dipelajari. Dalam proses belajar mengajar dapat terjadi bahwa siswa bertambah mengerti dan konsep yang diketahui bertambah. Guru sebagai mediator dan fasilitator harus membimbing dan menekankan pada pemahaman tersebut.

  Pemahaman dan pengembangan konsep merupakan bagian penting dalam mencapai tujuan belajar fisika. Dalam proses belajar mengajar diperlukan usaha agar siswa memahami konsep. Langkah awal pemahaman suatu konsep adalah memahami definisi konsep tersebut secara benar sesuai hakikat dan peruntukannya (Kartika Budi, 1991). Hal ini sangat penting, karena suatu konsep akan fungsional dapat dipakai untuk memecahkan berbagai macam masalah bila konsep tersebut telah didefinisikan dengan jelas dan benar.

  Untuk dapat memutuskan apakah siswa memahami suatu konsep diperlukan kriteria atau indikator-indikator yang dapat menunjukkan pemahaman tersebut. Menurut Kartika Budi (1992: 114), kriteria atau indikator-indikator tersebut antara lain; 1) dapat menyatakan pengertian konsep dalam bentuk definisi menggunakan kalimat sendiri, 2) dapat menjelaskan makna dari konsep bersangkutan kepada orang lain, 3) dapat menganalisis hubungan antara konsep dalam suatu hukum, 4) dapat menerapkan konsep untuk menganalisis dan menjelaskan gejala-gejala alam, memcahkan masalah fisika baik secara teoritis maupun praktis, dan memprediksi kemungkinan-kemungkina yang bakal terjadi pada suatu sistem bila kondisi tertentu dipenuhi, 5) dapat mempelajari konsep lain yang berkaitan dengan cepat, 6) dapat membedakan yang satu dengan konsep lain yang saling berkaitan.

  Hasil belajar yang dicapai siswa dapat diketahui berdasarkan kriteria atau indikator di atas. Untuk mempermudahnya, Bloom (Iskandar, 1997:96) secara garis besar mengklasifikasikan hasil belajar menjadi tiga ranah (kawasan), yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor. Pemahaman termasuk dalam ranah kognitif karena berkaitan dengan hasil belajar intelegensi. Hasil belajar pemahaman lebih tinggi satu tingkat dari hasil belajar pengetahuan hafalan.

  Pemahaman memerlukan kemampuan menangkap makna atau arti dari suatu konsep (Sudjana, 1989: 50). Untuk itu maka diperlukan hubungan antara konsep dengan makna yang ada dalam konsep tersebut.

  Menurut Sudjana (1989, 51) pemahaman dapat dibedakan ke dalam tiga kategori, yaitu; pemahaman tingkat rendah, pemahaman tingkat dua, dan pemahaman tingkat tiga atau tingkat tinggi. Dengan semakin bertambahnya konsep yang diketahui dan dipahami sekaligus semakin tepat konsep fisika dimengerti siswa, maka siswa semakin benar-benar menguasai fisika.

C. Metode Eksperimen Pengertian Metode Eksperimen 1.

  Metode eksperimen adalah suatu cara mengajar yang memberikan kesempatan pada siswa untuk menemukan sendiri suatu fakta yang diperlukannya atau yang ingin diketahuinya (Jusuf Djajadisastra, 1982:10, dalam Hira Prihandoko Rafael).

  Metode ini menekankan pada kegiatan yang harus dialami sendiri, dicari, dan ditemukan sendiri data dan pemecahannya. Dalam metode ini siswa mencari dan menyelidiki sendiri kebenaran dari suatu obyek maupun proses. Siswa harus mengalami sendiri dan bukan hanya percaya atau mengandalkan keterangan guru. Prinsip yang mendukung metode ini adalah pendapat bahwa siswa harus dapat mencapai suatu definisi (batasan), mengetahui proses, memahami cara kerjanya, memahami hukum-hukum melalui percobaan (eksperimen) yang dapat dikontrol oleh siswa dan bukan hanya mengahafalkannya di luar kepala dari buku-buku atau catatan yang diberikan oleh guru.

  Menurut Karo-karo (1984) seperti dikutip Hira Prihandoko (2006:8), secara umum metode pengajaran eksperimen dilaksanakan dengan langkah- langkah berikut ini:

1) Langkah pertama

  Guru menerangkan dan menjelaskan tujuan diadakannya eksperimen, misalnya agar pelajar mengetahui proses apa yang terjadi, cara bekerjanya alat tertentu, benar atau tidaknya hipotesa. 2) Langkah kedua

  Guru atau murid, atau guru bersama murid menyediakan alat-alat yang digunakan. Dalam langkah ini guru menerangkan fungsi alat-alat tersebut atau menerangkan tentang pemakaian alat-alat tersebut. 3) Langkah ketiga

  Dalam langkah ini guru menjelaskan urutan langkah-langkah dalam mempertunjukkan atau mencobakan sesuatu.

  4) Langkah keempat Pelaksanaan dari eksperimen.

  5) Langkah kelima Mencatat dan menyimpulkan hasil.

  6) Langkah keenam Dalam langkah ini diadakan penilaian atau membicarakan kebaikan- kebaikan dari apa yang telah dikerjakan atau membicarakan kekurangan- kekurangan dan cara menanggulanginya.

  Dari uraian diatas pembelajaran dengan metode eksperimen terlihat tidak terlalu sukar untuk dilaksanakan tetapi harus diingat bahwa dalam pelaksanaannya memerlukan biaya dan tenaga yang besar sehingga sebagai guru fisika harus ahli dalam mendesain kegiatan eksperimen untuk siswanya. Namun demikian, hendaknya hal tersebut tidak menjadi momok bagi guru dalam mempersiapkan penggunaannya di kelas, akan tetapi justru menjadi tantangan bagi guru untuk mempersiapkan eksperimen sebaik-baiknya agar pembelajaran fisika dapat efektif.

2. Kebaikan atau keuntungan metode eksperimen: a) Siswa mengalami atau mengamati sendiri suatu proses atau kejadian.

  b) Karena mengamati sendiri suatu proses atau kejadian, maka siswa menjadi benar-benar yakin akan hasil atau akibat suatu proses.

  c) Siswa menjadi lebih bersikap hati-hati, teliti, mampu berfikir analitis dan tidak begitu saja percaya pada “kata orang”.

  d) Sesuai dengan perkembangan jiwa murid yang selalu tertarik pada realitas atau obyek-obyek yang nyata dari alam sekitarnya.

  e) Sesuai dengan jiwa anak yang selalu mengadakan eksplorasi (penjelajahan) untuk menemukan hal-hal yang baru baginya.

  f) Sesuai dengan prinsip didaktik modern, yaitu mengembangkan sikap inovatif (mencari sesuatu yang baru, hasrat menemukan sesuatu yang baru).

  g) Memupuk dan mengembangkan sikap berfikir ilmiah.

  h) Membangkitkan hasrat ingin tahu pada anak.

i) Memperkaya pengalaman dan meningkatkan keterampilan.

3. Kerugian atau kelemahan metode eksperimen antara lain:

  a) Tidak semua mata pelajaran dapat diajarkan dengan metode ini. Tidak semua hal dapat dieksperimenkan. Hanya hal-hal yang kongkrit dapat dilakukan eksperimen. Itupun jika tidak membahayakan kesehatan maupun keselamatan jiwa dan jasmani yang bersangkutan.

  b) Suatu eksperimen tidak selalu berhasil seperti yang diharapkan. Lebih- lebih jika kita bekerja dengan zat-zat kimia, dan baru untuk pertama kali melakukannya.

  c) Mahalnya alat-alat praktikum di sekolah sering merupakan hambatan untuk melakukan eksperimen-eksperimen di laboratorium sekolah maupun di kelas. Eksperimen terpaksa dikerjakan berkelompok yang berarti bahwa tidak semua murid dapat mengalami sendiri suatu eksperimen.

D. Lembar kegiatan Siswa

  Dikutip dari Rosiana Bumbungan (2009:17), dalam eksperimen yang akan dilakukan menggunakan lembar kerja siswa (LKS) untuk menuntun siswa dalam melakukan eksperimen. Biasanya LKS disajikan sebagai media dalam bentuk lembaran yang berisi serangkaian kegiatan yang harus dilakukan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. LKS yang digunakan dalam pembelajaran harus disesuaikan dengan karakteristik pelajaran yang disampaikan guru. Selain itu format LKS harus disesuaikan dengan tingkat kemampuan dan penalaran siswa yang sedang melaksanakan proses belajar. Kesesuaian format LKS ini akan mempengaruhi motivasi dan minat siswa untuk mempelajari fisika. Format LKS harus dengan urutan tertentu dan sesuai dengan penalaran siswa sehingga dapat mengaktifkan siswa dalam pembelajaran.

  Dengan LKS, siswa dapat dilatih berfikir secara sistematis, dan dengan memeriksa lembar kerja siswa, guru akan lebih mudah melihat keterlibatan siswa selama proses belajar berlangsung. Yang penting dalam LKS adalah serangkaian langkah-langkah, uraian, dan pertanyaan yang terdapat dalam lembar kerja siswa yang harus dilakukan, dicermati, dan dijawab oleh siswa. Jadi yang dimaksud dengan lembar kerja siswa (LKS) adalah media pembelajaran yang menggunakan lembar kerja yang harus diikuti oleh siswa yang belajar sebagai pelengkap dari kegiatan pembelajaran.

  Selain dengan kelebihannya, LKS juga memiliki kelemahan yaitu, siswa terus menerus fokus mengikuti petunjuk dalam LKS. Misalnya saja dalam menjawab pertanyaan atau membaca uraian dalam LKS. Jika siswa tidak benar- benar memahami salah satu bagian dalam LKS maka akan sangat dimungkinkan siswa akan mengalami kebingungan pada langkah berikutnya hal ini disebabkan karena bagian-bagian dalam LKS saling berkaitan satu sama lain.

E. Hasil Belajar Siswa

  Suparno (1997: 61) menyatakan bahwa hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui si pelajar: konsep-konsep, tujuan, dan motivasi yang mempengaruhi interaksi dengan bahan yang dipelajari.

  Hasil belajar seseorang tidak dapat terlihat secara langsung tanpa orang itu melakukan sesuatu yang menampakkan kemampuan yang telah diperoleh melalui belajar (Winkel, 1996 : 52). Hasil belajar yang baik menunjukkan tingkat keberhasilan siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran, yang dikenal sebagai prestasi belajar. Pada umumnya prestasi belajar siswa diwujudkan dengan nilai sebagai simbol yang digunakan untuk menyatakan tingkat keberhasilan siswa selama mengikuti kegiatan belajar mengajar.

  Siswa dikatakan memiliki prestasi belajar yang tinggi apabila banyak tujuan yang bisa dicapai dari pembelajaran. Indikator pencapaiannya dapat dilihat dari aspek pemahaman, ingatan, penerapan, dan analisis. Aspek pemahamaan ditunjukkan dengan seberapa jauh siswa dapat memahami dan mengerti materi yang dipelajari. Aspek ingatan ditunjukkan dengan kemampuan siswa mengingat materi pelajaran, mendefinisikan dan mampu mengungkap kembali konsep atau hukum yang telah dipelajari. Aspek penerapan ditunjukkan dengan kemampuan siswa dalam menerapkan konsep atau hukum dalam mengerjakan soal dan dalam memecahkan suatu permasalahan. Sedangkan aspek analisis ditunjukkan dengan kemampuan siswa dalam menggunakan konsep atau hukum dengan tepat, misalnya dalam langkah penyelesaian soal (Winkel, 1996 : 188).

  Agar hasil belajar yang dicapai siswa baik, maka guru harus bisa menciptakan pembelajaran yang menyenangkan, yang memungkinkan siswa tertarik untuk mengikutinya dengan sungguh-sungguh.

F. Materi Pelajaran

  Materi yang akan diajarkan dengan metode PBM adalah tentang tekanan udara namun ada juga materi tentang pemuaian dan perubahan wujud benda yang digunakan sebagai prasyarat materi tekanan udara.

1. Pemuaian

  Hampir setiap zat, baik zat padat, zat cair maupun gas, apabila suhunya dinaikkan akan memuai dan sebaliknya apabila suhunya diturunkan akan menyusut. Teori partikel zat menyatakan bahwa semua zat tersusun atas bagian yang sangat kecil dan tidak kasat mata (yang disebut partikel) yang selalu bergerak dan akan bergerak makin cepat jika suhunya dinaikkan. Perhatikan gambar di bawah ini. Pada gambar (a) dilukiskan susunan partikel-partikel zat teratur dan berdekatan ketika suhunya belum dinaikkan.

  Selanjutnya, pada gambar (b) jika suhu itu dinaikkan, susunan partikel- partikel zat tersebut berubah dan jarak antar partikel menjadi renggang sehingga volum zat bertambah besar. Dengan kata lain, zat telah mengalami pemuaian. Sebaliknya jika suhu zat itu turun, gerak partikel-partikelnya semakin lambat dan jarak antar partikel semakin dekat sehingga volum zat mengecil. Dengan kata lain, zat telah mengalami penyusutan. Gejala inilah yang dialami oleh berbagai zat, yaitu akan memuai apabila suhunya dinaikkan dan akan menyusut apabila suhunya diturunkan.

  Gambar 1(a) : Susunan partikel zat sebelum Gambar 1(b): Susunan partikel zat sesudah suhunya dinaikkan suhunya dinaikkan

  Ada tiga jenis pemuaian, yaitu : pemuaian pada zat padat, pemuaian pada zat cair dan pemuaian pada zat udara/gas. Pemuaian yang akan dibahas dalam penelitian ini hanya dibatasi pada pemuaian pada zat cair dan udara saja.

1.1 Pemuaian pada zat cair

  Zat cair akan mengalami pemuaian jika suhunya dinaikkan, tetapi karena bentuk zat cair tidak tetap, maka ketika zat cair dipanaskan pemuaian yang terjadi bukanlah muai panjang melainkan muai volum. Selain itu, pemuaian zat cair lebih besar jika dibandingkan pemuaian pada zat padat. Hal ini dapat dibuktikan dengan memanaskan minyak kelapa.

  Ketika minyak dipanaskan di dalam bejana kaca, minyak dan bejana sama-sama memuai, tetapi karena pemuaian zat cair (minyak) lebih besar daripada bejana, maka jika pemanasan dilanjutkan sebagian zat cair dalam bejana akan meluap. Menurut pengalaman sehari-hari, pemuaian berbagai jenis zat cair juga berbeda-beda.

1.2 Pemuaian pada udara/gas

  Seperti halnya zat padat dan zat cair, gas juga akan memuai bila dipanaskan. Untuk menunjukkan adanya pemuaian pada gas, ikuti penjelasan berikut ini.

  Gambar 2: Proses pemuaian udara dari bejana kaca berisi udara yang ujungnya tercelup air pada bejana yang besar dipanaskan

  Gambar di atas memperlihatkan sebuah bejana yang dilengkapi pipa kaca yang ujungnya dicelupkan ke dalam bejana lain yang berisi air.

  Selanjutnya, bejana kaca berisi udara dipanaskan dengan menggunakan lampu spiritus. Ternyata setelah beberapa lama pemanasan berlangsung, dari ujung pipa kaca yang dicelupkan ke dalam bejana berisi air timbul gelembung-gelembung udara. Hal itu terjadi akibat adanya pemuaian udara (gas) di dalam bejana tersebut ketika suhunya dinaikkan. Apabila pemanasan dihentikan, suhu udara di dalam bejana akan turun. Akibatnya, volume udara di dalam bejana tersebut menyusut disertai dengan masuknya air melalui pipa kaca ke dalam bejana.

2. Perubahan Wujud Zat

  Wujud zat bersifat tidak tetap, artinya bisa berubah-ubah tergantung pada suhu zat tersebut, seperti yang telah disebutkan dalam teori kinetik, semakin tinggi suhu zat, semakin cepat pergerakan partikel zat. Pada suatu saat, ketika suhunya mencapai nilai tertentu, partikel-paryikel zat mulai mampu mengatasi gaya tarik menarik antar partikel zat, dan zat pun mulai berubah wujud. Jadi, secara umum bisa disebutkan bahwa wujud zat berubah

  ketika zat dipanaskan atau didinginkan.

  Tabel di bawah ini menunjukkan perubahan wujud yang terjadi pada zat ketika dipanaskan atau pun didinginkan beserta contohnya.

Tabel 2.1 Perubahan Wujud

  Perubahan Nama Contoh Dari wujud Menjadi wujud perubahan Padat Cair Melebur Coklat yang tidak diletakkan di kulkas atau dipanaskan

  Cair Padat Membeku Air yang dimasukkan ke kulkas berubah menjadi batu es Air yang direbus terus-menerus, laa-lama

  Cair Gas Menguap habis karena air berubah menjadi uap air Gas Cair Mengembun Uap air di udara menjadi titik-titik air di gelas

  

Padat Gas Menyublim Kapur barus berubah menjadi gas

Gas Padat Menyublim Proses pemurnian yodium

  Perubahan wujud yang akan dipelajari dalam penelitian ini adalah perubahan wujud zat dari cair menjadi gas, yaitu menguap dan mengembun.

  Sebelum membahas tentang proses penguapan dan pengembunan perlu diketahui pengertian mendidih dan menguap terlebih dahulu.

  2.1 Mendidih

  Jika air yang terdapat di dalam panci terbuka dipanaskan, pada suhu tertentu terlihat gelembung-gelembung uap air. Gelembung- gelembung uap ini tidak hanya terdapat di permukaan zat cair melainkan di seluruh zat cair. Jadi zat cair dikatakan mendidih jika gelembung- gelembung uap terjadi di dalam seluruh zat cair dan dapat meninggalkan zat cair tersebut.

  2.2 Menguap

  Pada saat air yang dipanaskan sudah mendidih, maka gelembung- gelembung uap air ini akan keluar dari permukaan air. Gelembung- gelembung ini akan hilang ke permukaan udara. Jadi zat cair dikatakan menguap jika ada pergerakan dari gelembung-gelembung uap air meninggalkan permukaan zat cair setelah terjadi proses mendidih.

  2.3 Mengembun

  Pengembunan adalah proses kebalikan dari penguapan, yaitu perubahan wujud dari gas ke cair. Jika uap air yang terjadi karena penguapan air(laut, sungai dan sebagainya) memasuki udara dingin, uap air ini dapat kembali ke wujud air sebagai tetesan air murni. Sebagai contohnya adalah awan yang ada di langit. Awan disusun oleh berjuta-juta tetes air yang menggantung di udara. Peristiwa pengembunan yang lain dapat diamati jika uap air yang keluar dari ketel (tempat masak air) mengenai kaca. Tampak bahwa kaca yang semula kering dipenuhi oleh tetes-tetes air yang berasal dari pengembunan uap air.