BAB II TINJAUAN PUSTAKA - PENAPISAN FITOKIMIA, SIDI K JARI FTIR, DAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI FRAKSI ETANOL - AIR DAN ETIL ASETAT DAUN NAGASARI (Mesua ferrea L .) - repository perpustakaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Daun nagasari memiliki kandungan senyawa golongan alkaloid,

  flavonoid, terpenoid, tanin, fitosterol, dan saponin (Beena et al., 2014; Sharma and Sharma, 2017; Novanti, 2016). Penelitian sebelumnya melakukan isolasi terhadap daun nagasari menggunakan metode kromatografi kolom dengan berbagai macam fase gerak yang digunakan, yang bertujuan untuk mendapatkan fraksi etanol-air, etil asetat, dan fraksi n-heksan.

  Fraksinasi etanol-air menggunakan metode kromatografi cair kinerja tinggi, dengan panjang kolom 5 mm, 150 x 4,6 mm, dengan fase gerak yaitu asetonitril : air (5 : 95 % v/v ), 55 : 45 % v/v, dan 80 : 20 % v/v. Senyawa yang telah berhasil di isolasi pada fraksi etanol-air yaitu cumarin jenis mammea type A/BB (Lucy et al., 2015). kumarin Type A/BB dibagi menjadi dua macam yaitu type A/BB cyclo D dan F. Cumarin jenis mammea A/BB dilaporkan memiliki aktivitas terhadap antibakteri (Gonçalves et al., 2013).

  Berikut profil analisis sidik jari FTIR terhadap kumarin jenis mammea pada type D dan F pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Analisis sidik jari FTIR fraksi etanol-air (Gomathi, 2015)

  • -1

  Nama senyawa Panjang serapan (cm ) Keterangan Cumarins mammea A/BB cyclo D 1740 α- pyrone 3461 Gugus O-H Cumarins mammea A/BB cyclo F 3453 Gugus O-H 1732 Gamma lakton 1603 Grup asil

  Hasil pemisahan senyawa murni pernah dilakukan pada fraksi etil asetat menggunakan kromatografi kolom dengan fase gerak metanol (10 : 0) dan metanol : kloroform (9,5 : 0,5) dan fase diam silika gel (Daud et al, 2016), dari hasil isolasi tersebut didapatkan senyawa buxixanthone. Buxixanthone merupakan golongan baru dari pyroxanthone yang dilaporkan memiliki aktivitas antibakteri dan antifungal Berikut profil analisis FTIR fraksi etil asetat ditunjukan pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Analisis Sidik Jari FTIR Fraksi Etil Asetat (Daud et al., 2016)

  Nama senyawa murni Panjang serapan (cm -1 ) Gugus Fungsi Buxixanthone 3410 Gugus hidroksil 1710 Gugus karbonil 1590 Cincin aromatik

  Hasil penelitian sebelumnya menunjukan bahwa ekstrak etanol biji nagasari memiliki aktivitas antibakteri dengan nilai MIC 240-980 µ g/ml (Adewale et al., 2011). Penelitian lain menyebutkan bahwa ekstrak etanol dari nagasari memiliki aktivitas antimikroba yang paling tinggi dibandingkan dengan ekstrak pelarut air dengan nilai diameter zona hambat sebesar 17,25 mm (Phuong dan Nhat, 2015). Perbedaan kedua penelitian ini yaitu pada penelitian uji aktivitas antibakteri dari ekstrak etanol biji nagasari, ekstraksi dilakukan dengan menggunakan pelarut n-heksana, etanol, metanol, petroleum eter, dan kloroform, sedangkan pada uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun nagasari dengan diameter zona hambat sebesar 17,25 mm, ekstraksi menggunakan pelarut etanol dan air yaitu pelarut air 10% dan pelarut etanol 30%v/v.

B. Landasan Teori 1. Infeksi

  Infeksi merupakan masuknya mikroorganisme ke dalam jaringan tubuh, dengan cara memperbanyak diri sehingga menyebabkan peradangan (Dorland, 2012). Infeksi disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, dan parasit. Contoh infeksi yang disebabkan oleh bakteri seperti

  M. tuberculosis pada tuberkulosis, S. thypi, Shiggella spp., E. coli pada

  diare. Infeksi yang disebabkan oleh virus contohnya HIV. Infeksi yang disebabkan oleh jamur yaitu C. albicans pada sepsis, dan infeksi yang disebabkan parasit seperti C. trachomatis penyebab penyakit Chlamydia (Wells et al., 2015). Infeksi ditandai dengan meningkatnya jumlah sel darah putih ( >4000 dan 10.000 cel/mm

  3

  , meningkatnya jumlah leukosit (>30.000 sampai 10.000 cell/mm

  

3

  ), nyeri dan inflamasi (panas, bengkak, kemerahan, dan kerusakan jaringan) (Wells et al., 2015).

  2. Antibiotik

  Antibiotik berasal dari kata (L. Anti = lawan, bios = hidup) adalah zat-zat kimia yang dihasilkan oleh fungi dan bakteri, yang memiliki khasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan kuman, sedangkan toksisitasnya bagi manusia relatif kecil. Golongan antibiotik yaitu penisilin, sefalosforin, aminoglikosida, tetrasiklin, makrolida dan linkomisin, polipeptida, sulfonamida, dan antibiotik lainnya (Tjay dan Raharja, 2007).

  3. Resistensi antimikroba

  Resistensi antimikroba adalah kemampuan mikroba untuk bertahan hidup terhadap efek antimikroba sehingga tidak efektif dalam penggunaan klinis (Depkes RI, 2015). Contoh antimikroba yang mengalami resistensi terhadap E. coli yaitu golongan florokuinolon sebanyak 89% (WHO, 2014), dan 48,8% (Usui et al., 2014), dan sebanyak 567 strain jenis E. coli resisten terhadap golongan florokuinolon (Rath and Padhy, 2015). E. coli juga dilaporkan resisten terhadap ampisilin, trimetropim, sulfametoksazol, kloramfenikol, dan ciprofloxacin (Hadi et al., 2013).

  Bakteri B. subtillis, mengalami resistensi terhadap kloramfenikol, eritromycin, kanamisin, penisilin, streptomisin, trimethroprim (Compaoré et al., 2013), tetrasiklin, dan aminoglikosida (Gueimonde et

  al. , 2013). Hasil penelitian Antimicrobial Resistance in Indonesia pada

  tahun 2000-2004 di RSUD dr. Soetomo Surabaya terdapat kuman multi-

  resitance seperti MRSA (Methicillin Resistance Staphylococcus aureus)

  dan bakteri ESBL (Extended Spectrum Beta Laktamase) (Depkes RI, 2017).

  4. Deskripsi tanaman dan klasifikasi tanaman nagasari

  Tanaman nagasari yang diambil dari Desa Notog, Kabupaten Banyumas ditunjukan pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Pohon nagasari di Kabupaten Banyumas

  Nagasari memiliki sinonim yaitu Callophyllum nagassarium

  

Burm. F.M. Nagassarium (Burm.f.) kosterm, atau Mesua ferrea L.,

Calophyllum nagassarium Burm.f., Mesua coromandelina Wight, M.

pedunculata Wight, M. roxburghii Wight, M. sclerophylla Thw., M.

  Guttiferrae.

speciosa Choisy, keluarga dari Nagasari merupakan jenis

  tumbuhan yang terdapat di negara Kamboja, India, Malaysia, Filipina, Singapura, Myanmar, dan Vietnam berupa pohon berukuran sedang, tinggi 36 m, batang lurus, berdiameter 95 m, permukaan batang beralur panjang, daun bersilangan, tunggal, tepi, daun rata, berbentuk lonjong, pangkal daun runcing, berwarna hijau kebiru-biruan, urat daun tidak jelas, panjang tangkai daun 4-8 mm (P, Nurwanto dan Widyani, 2002).

  Nagasari memiliki aktivitas sebagai antiseptik, antiinflamasi, dan antialergi (Gomathi, 2015), hepatoprotektif, diuretik, obat cacing, kardiotonik, expektoran, antioksidan, antipiretik, antimikroba, depressan, antispasmodik, dan analgesik (Keawsa-Ard et al., 2015). Daun nagasari memiliki aktivitas terhadap bakteri gram positif, negatif dan yeast (Chanda et al., 2013).

  Kandungan kimia bunga nagasari yaitu 4-alkil, 4-fenil kumarin yang merupakan golongan neoflavonoid. Dilaporkan bahwa 4-alkil, 4- fenil kumarin memiliki aktivitas terhadap bakteri gram positif dan negatif (Verotta et al., 2004). Nagasari memiliki kandungan kimia dari golongan alkaloid, flavonoid, terpenoid, tanin dan fitosterol (Sharma dan Sharma, 2017; Novanti, 2016).

5. Metode pemisahan

  Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari campurannya dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Jenis

  • –jenis ekstraksi (Mukhriani, 2014) terdiri dari:

  a. Maserasi Maserasi adalah metode ekstraksi yang paling sederhana, dengan cara memasukan serbuk ke dalam wadah yang bersifat inert dengan menggunakan pelarut yang cocok.

  b.

   Ultrasonic Ultrasonic adalah metode maserasi dengan menggunakan

  bantuan ultrasonic (20 KHz) dimana tekanan yang dihasilkan dapat mengakibatkan peningkatan kelarutan.

  c. Perkolasi Perkolasi adalah suatu metode pemisahan dengan menggunakan alat perkolator (wadah silinder yang dilengkapi dengan kran bagian bawahnya).

  d. Soxhletasi Suatu metode dengan cara menetapkan sampel pada sarung selulosa dalam wadah yang ditempatkan di atas labu dan di bawah kondensor dengan menggunakan pelarut yang sesuai.

  e. Reflux dan destilasi uap

  Reflux adalah metode ekstraksi dengan cara memasukan

  sampel bersama dengan pelarut ke dalam labu yang dihubungkan dengan kondensor, dan uap yang dihasilkan kembali lagi ke dalam labu. Destilasi uap memiliki proses yang sama dan digunakan untuk senyawa yang bersifat mudah menguap (Volatil).

  f. Fraksinasi Fraksinasi merupakan metode pemisahan yang menggunakan polaritas dan ukuran molekul yang sama. Hasil dari fraksinasi disebut fraksi. Fraksinasi dapat dilakukan dengan menggunakan metode ekstraksi cair

  • –cair. Ekstraksi cair–cair merupakan metode yang sederhana, karena melibatkan pemilihan pelarut atau gabungan pelarut yang akan melarutkan secara sempurna senyawa yang akan dianalisis dan melarutkan sedikit senyawa lain yang akan mengganggu proses analisis (Sudjadi, 2007).

  Jenis ekstraksi, waktu ekstraksi, suhu, sifat pelarut, polaritas, dan konsentrasi pelarut merupakan faktor yang mempengaruhi kuantitas dan komponen pengambilan senyawa yang didapat. Pemilihan pelarut merupakan faktor keberhasilan di dalam pengambilan senyawa. Pelarut yang baik memiliki sifat-sifat yaitu toksisitas yang rendah, mudah diuapkan pada suhu rendah, memiliki penyerapan fisiologis yang cepat dari ekstrak, dan sebagai pengawet.

  Faktor yang mempengaruhi pelarut yaitu jumlah fitokimia yang akan di ekstraksi, tingkat ekstraksi, keanekaragaman senyawa yang akan di ekstraksi, keragaman senyawa penghambat yang akan di ekstraksi, mudah dilakukan penanganan terhadap ekstrak. Prinsip dasar pelarut yaitu pelarut dapat meningkatkan luas permukaan ekstraksi, sehingga dapat meningkatkan ekstraksi (Pandey dan Tripathi, 2014).

6. Skrining Fitokimia Identifikasi senyawa kimia menurut (Setyowati et al., 2014).

  Pertama yaitu alkaloid. Hasil positif dari uji alkaloid akan terbentuk endapan putih. Endapan terjadi disebabkan adanya kompleks kalium-

  • alkaloid, nitrogen dari alkaloid berikatan dengan K dari kalium tetraiodomerkurat (II) membentuk kalium alkaloid kompleks yang mengendap. Mekanisme alkaloid dengan reagen Mayer ditunjukan pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2 . Reaksi alkaloid dengan pereaksi Mayer (Setyowati et al., 2014)

  Identifikasi senyawa yang kedua yaitu saponin. Hasil positif uji saponin yaitu berbentuk buih. Timbulnya buih karena kombinasi rantai sapogenin yang bersifat non polar dan rantai samping polar, sehingga saponin akan terdistribusi ke bagian polar dan rantai sapogenin mengikat udara sehingga menimbulkan buih (Novanti, 2016).

  Identfikasi senyawa yang ketiga yaitu fenolat dan tanin. Hasil positif jika tebentuk warna hijau gelap. Mekanisme reaksi tanin dengan

  3+ ion Fe ditunjukan pada Gambar 2.3.

Gambar 2.3. Mekanisme reaksi tanin dan FeCl (Setyowati et al., 2014)

  3 Keempat identifikasi senyawa golongan Flavonoid. Hasil positif

  jika menjadi warna kuning kecoklatan, karena flavonoid merupakan senyawa fenol yang akan berubah menjadi kuning kecoklatan bila di tambah dengan amonia dan asam sulfat pekat.

  Kelima uji terpenoid ini menggunakan uji salkoweski karena adanya penambahan klorofom dengan asam sulfat pekat, maka akan terbentuk lapisan coklat kemerahan jika hasilnya positif .

7. Spektra FTIR (Fourier Infrared Spectroscopy)

  Spektra FTIR yaitu analisis karakterisasi dan identifikasi senyawa yang didasarkan dengan sifat interaksi radiasi Inframerah dengan vibrasi molekul. Spektra FTIR disebabkan oleh perubahan energi getaran yang disertai dengan energi rotasi. Keuntungan menggunakan spektroskopi FTIR yaitu relatif murah, cepat, dapat menentukan gugus fungsional kimia dalam suatu sampel karena kelompok gugus fungsional yang berbeda dapat menyerap karakteristik radiasi IR (Rakesh et al., 2014). FTIR seperti sidik jari atau

  “ fingerprint” (Rohman, 2013). Analisis

  FTIR, dapat memberikan informasi tentang senyawa yang belum diketahui, menentukan kualitas sampel dan menentukan komponen senyawa yang ada didalam suatu campuran (Krishna et al., 2013).

  Macam-macam daerah FTIR seperti yang terlihat pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3 Daerah Spektra FTIR (Rakesh et al., 2014) .

  Wavelenght Wavenumber

Daerah Frekuens (Hz) Aplikasi

-1 (µm) (cm )

  • Dekat 0,78 12.800 - 4000 3,8 x 10 analisis kuantitatif
  • – 2,5
  • 14 14 1,2 x 10 14 Sedang 5 - 50 4000 - 200 1,2 x 10 identifikasi 12 – 6 x 10 kelompok fungsional, analisis kuantitatif dan mendekteksi 12 ketidakmurnian

      Jauh 50-100 200-10 6 x 10 analisis struktur 11 – 3 x 10 molekul 14 paling 2,5 4000-670 1,2 x 10

    • – 15 – 2

    • 13 x 10 banyak digunakan

        Instrumen FTIR terdiri dari berbagai macam bagian, dimana setiap bagian instrumen memiliki fungsi masing-masing. Instrumen FTIR pada Gambar 2.4.

      Gambar 2.4. Instrument FTIR (Chakraborty, 2016)

        Instrumen FTIR (Chakraborty, 2016) terdiri dari:

        a. Sumber Menggunakan energi inframerah yang berasal dari black-

        body source, kemudian sumber cahaya melewati suatu balok yang mengendalikan jumlah energi.

        b. Interferometer Balok memasuki interferometer, sehingga terjadi pengkodean spektral, dimana akan menghasilkan interferogram.

        c. Sampel Balok kemudian melewati suatu sampel, setelah itu sampel mengalami transmisi/dipantulkan dari permukaan sampel, sehingga mengalami penyerapan energi.

        d. Detektor Untuk membaca hasil serapan berupa interferogram khusus yang dihasilkan e. Komputer

        Sinyal kemudian akan di digitalkan dan dikirimkan kekomputer, dan akan menghasilkan data berupa spektrum hasil dari analasis FTIR. Teknik analisis FTIR (Rakesh et al, 2014) dibedakan menjadi :

        a. Teknik KBr Sampel sebanyak 0,5 sampai 10 mg ditumbuk halus dan dicampur dengan campuran 100 mg bubuk kalium bromida kering atau alkali halida lainnya. Tekanan diatur dengan cukup, dan campuran di tekan kedalam campuran transparan. Spektrum IR

      • -1 -1

        menunjukan pita 3450 cm dan 1640 cm .

        b. Teknik ATR (Attenuated Total Reflectance) Dapat digunakan untuk bahan-bahan padat dan cairan padat yang sangat menyerap, seperti pelapis, bubuk, benang, perekat, polimer dan sampel yang berair. Sampel ditempatkan dalam kontak dekat dengan kristal indeks dengan densitas tinggi yang lebih padat seperti seng selenida, thallium bromide

      • –thallium iodida (KRS-5) atau germanium. Keuntungan ATR yaitu memerlukan sedikit sampel, teknik pengambilan sampel yang serbaguna.

        Mekanisme ATR yaitu radiasi yang dilewatkan melalui hasil cerminan kristal pada permukaan. Radiasi terjadi ketika radiasi menyerap bahan yang ditempatkan pada kristal, sinar merah akan menembus lapisan tipis dari permukaan dan kehilangan energi, sehingga terjadi refleksi total inaktivaasi. Penetrasi sinar kedalam suatu sampel dibagi menjadi radiasi sudut pandang, radiasi panjang gelombang, indeks bias kristal, dan sampel. Sinar radiasi ketika melewati ATR yang terdiri dari dua bagian yaitu ZnSe (indeks bias 2,69) dan berlian Krs-5 (indeks bias 2,42) dan indeks bias tertinggi tergantung dari sampel. Kekuatan tekanan pada penggunaan ATR juga harus diatur karena akan mempengaruhi hasil spektroskopi (Sanches et al., 2013).

        c. Specular Reflectance Teknik nondestruktif dengan menggunakan lapisan tipis yang selektif, dan tanpa dilakukan preparasi sampel. Metode ini seperti cermin yang mengalami refleksi. d. Reflectif membaur ( Spektra DRIFT) Teknik yang digunakan untuk sampel bubuk dan memiliki permukaan kasar, seperti batubara, kertas, dan kain. Teknik ini menggunakan pantulan untuk mengumpulkan dan memfokuskan kembali cahaya yang disebarkan dengan diffusent oleh cermin ellipsoidal besar, specular dihilangkan. Teknik ini dinamakan

      Refluctuse Inframerah Fourier Transfom Spectroscopy (DRIFTS).

        e. Spektroscopi Photoaccoustic (PAS) Metode ini digunakan untuk memeriksa sampel yang mudah menyerap dan sulit dianalisis dengan teknik IR konvensional.

        Keuntungan Spektrum PAS membutuhkan preparasi sampel yang mudah, tidak lama dan tanpa kristal tunggal, dan serat tunggal.

        Aplikasi analisis FTIR pada tumbuhan seperti pada Digitalis

        

      purpurea yaitu untuk melihat profil digoksin, dan mendeteksi senyawa

        yang terkandung didalamnya, Radix aconitii kusnezoffii merupakan analisis menggunakan spektra FTIR dan 2D-IR untuk melihat perbedaan khas dalam penyerapan puncak yang terdapat pada senyawa yang terkandung, FTIR digunakan pada Angelica sinensis untuk melihat unsur utama senyawa aktif yang digunakan sebagai pengobatan. Buchu oil, aplikasi FTIR dari spektrofotometri lain yang dibandingkan, ternyata memiliki hasil analisis senyawa yang baik. Chrysanthemum, aplikasi FTIR digunakan untuk mengidentfiikasi senyawa utama dari berbagai macam komponen senyawa yang terkandung didalam krisantin. Gingseng digunakan untuk melihat perbedaan puncak atau profil dari gingseng (Chakraborty, 2016) .

        Menurut Anam et al (2007), Hasil analisis sidik jari FTIR menjelaskan bahwa setiap pita serapan dengan puncak absorbansi tertentu menunjukan ciri khas gugus tertentu. bisa dilihat pada Tabel 2.4.

      Tabel 2.4 Macam-macam bilangan gelombang pada setiap gugus fungsi (Anam et

        al., 2007) Bilangan gelombang Bilangan gelombang Gugus fungsi Gugus fungsi

      • -1 -1 (cm ) (cm )

        Karbonil 1700-2000 Alkena 1640-1680 Aldehida 1726-1740 Alcohol 3200-3600 Ester 1741-1750 Alkane 3020-3000 Amida 1630-1690 Eter 1120-1140 Acyl 1602 Ester 1000-1300 Aromatik 1650-1450 Asam karboksilat 3200-3600 8.

         Bakteri

        Bakteri adalah mikroorganisme prokariotik, yang memiliki ukuran 0,1 -1,0 µm. Bakteri memiliki berbagai macam bentuk seperti bentuk coccus, bacillus, curve, dan spiral (Elliott et al., 2011). Struktur bakteri dibagi menjadi dua yaitu struktur bakteri eksternal dan struktur bakteri internal. Struktur bakteri eksternal terdiri dari glikokaliks, flagela, filamen aksial, fimbria, dan pili. Struktur internal bakteri yaitu struktur yang berada didalam dinding bakteri. Dinding bakteri terdapat sitoplasma. Sitoplasma yaitu substansi yang paling dalam, dan berisi enzim, air (80%), protein, karbohidrat, asam nukleat,dan lipid yang membentuk suatu sistem koloid yang bersifat homogen (Pratiwi, 2008). Fase pertumbuhan bakteri dibagi menjadi 4 (Elliott et al., 2011) yaitu :

        a. Fase lag Fase lag merupakan fase dimana ketika bakteri dinokulumkan kedalam suatu media pertumbuhan bakteri.

        b. Fase log Fase log merupakan pertumbuhan yang bersifat exponensial,

        6 media pertumbuhan menjadi lebih keruh sekitar 1 x 10 cell/mL.

        c. Fase stationer Fase stasioner merupakan suatu fase dimana tingkat pertumbuhan bakteri melambat yang disebabkan habisnya nutrisi, sehingga laju pembagian sel sama dengan laju kematian dan konstan.

        d. Fase kematian / decline Fase kematian yaitu suatu fase dimana kecepatan pertumbuhan bakteri menurun, sehingga perhitungan bakteri menurun (Elliott et al., 2011).

        Bakteri dibagi menjadi dua macam yaitu bakteri gram positif dan bakteri gram negatif. Bakteri gram positif yaitu memiliki dinding bakteri yang tebal dan tersusun dari polipetidoglikan. Contoh : Bacillus,

        

      Lactobacillus. Bakteri gram negatif yaitu dinding bakteri tersusun dari

      lipopolisakarida. Contoh : E. coli, N. gonorrhea.

        a. Bakteri Subtilis Sistem klasifikasi sebagai berikut : Kingdom : bacteria Phylum : firmicutes Kelas : bacilli Ordo : bacillales Family : bacillaleae Genus : Bacillus Species : subtillis (Madigan, 2008)

         B. subtilis dapat diketahui mampu memproduksi lebih dari

        24 jenis antibiotik dengan berbagai macam jenis struktur dan juga bakteriosin. B. subtillis dapat menghasilkan spora ketika dalam kondisi yang tidak memungkinkan (Sopyan et al., 2009).

        b. Bakteri E. coli Sistem klasifikasi sebagai berikut : Divisio : Protophyta Subdivisio : Schizomycetea Kelas : Schizomycetes ordo : Eubacteriaceae Familia : Enterobacteriaceae Genus : Escherichia Spesies : coli E.coli adalah salah satu jenis spesies bakteri gram negatif. E. dapat mengakibatkan keracunan makanan, diare berdarah karena

        coli

        mengandung toksin. Toksin bekerja dengan cara menghilangkan satu basa adenin dari unit 28SrNA sehingga menghentikan sintesis protein (Levinson, 2008). E. coli merupakan salah satu grup kliform yang dapat memfermentasikan laktosa dengan menghasilkan asam dan gas pada suhu 44°C, bersifat indol positif tidak dapat menggunakan sitrat dan menghasilkan asam dari manitol pada suhu 37°C. E.coli bersifat aerob dan anerob dan tumbuh optimum pada suhu 37°C (Raharjo, 2013).

        Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri ada dua yaitu nutrisi dan media kultur. Nutrisi merupakan suatu substansi yang di perlukan untuk biosintesis dan pembentukan energi, sedangkan media kultur yaitu digunakan untuk pertumbuhan mikroorganisme (Pratiwi., 2008). Medium bakteri dibagi menjadi tiga golongan yaitu simple media yang berisi pepton (polipetida dan asam amino, enzim yang dicerna dari daging) dan ekstrak daging (pelarut air dan pelrut lain yang melerutkan mineral, garam dan vitamin). Contohnya yaitu NA/NB. Enriched media yaitu nutrisi yang ditambahkan dan berasal dari isolasi bakteri. Contohnya agar darah, dan selektif media contohnya manitol salt agar. (Elliott et al., 2011). Ada dua cara metode uji aktivitas antibakteri yaitu :

        a. Metode Difusi Uji difusi ini dilakukan dengan cara mengukur zona bening yang merupakan petunjuk adanya respon penghambatan pertumbuhan bakteri oleh senyawa antibakteri dalam ekstrak (Fadhillah, 2013).

        b. Metode dilusi Pada metode ini menggunakan antimikroba dengan kadar yang menurun secara bertahap, baik dengan menggunakan media padat dan media cair. 1) Dilusi cair

        Metode ini digunakan untuk mengukur kadar hambat minimum (KHM) dan kadar bunuh minimum (KBM). Metode pembuatannya dengan cara membuat seri pengenceran antimikroba pada medium cair yang ditambahkan dengan mikroba uji yang akan digunakan. Larutan uji antimikroba pada kadar kecil yang terlihat jernih tanpa adanya pertumbuhan ditetapkan sebagai konsentrasi hambat minimum (KHM). Larutan yang ditetapkan sebagai KHM selanjutnya dikultur ulang pada media cair tanpa penambahan mikroba uji ataupun agen antimikroba, dan diinkubasi selama 18-24 jam. Media cair yang tetap terlihat jernih setelah inkubasi ditetapkan sebagai KBM (Pratiwi, 2008). 2) Dilusi Padat

        Keuntungan metode ini adalah satu konsentrasi agen antimikroba yang diuji dapat digunakan untuk menguji beberapa mikroba uji (Pratiwi, 2008).

      C. Kerangka Konsep

        Kerangka konsep penelitian penapisan fitokimia, sidik jari FTIR, dan aktivitas antibakteri daun nagasari (Mesua ferrea L.) dapat dilihat pada Gambar 2.5.

      Gambar 2.5. Kerangka Konsep

        Ekstrak etanol biji nagasari memiliki aktivitas antibakteri terhadap

        

      B. subtillis dan E. coli dengan MIC 240-980µg/ml (Adewale et

      al .,2011), dan ekstrak etanol daun nagasari memiliki aktivitas

        antibakteri terhadap E.coli dan Staphylococcus aureus dengan diameter zona hambat sebesar 17, 25 mm (Phoung dan Nath, 2015) Fraksi etanol air

        Fraksi n-heksana Fraksinasi dengan metode cair-cair dilakukan dengan menggunakan corong pisah. Pelarut yang digunakan yaitu etanol, etil asetat, dan n-heksana.

        Uji aktivitas antibakteri terhadap B. subtillis, dan E. coli menggunakan metode difusi, dengan variasi konsentrasi 1000; 500; 250; 125; 62,5; 31,25; 15,3; 7,80; 3,90 µg/ml, kemudian di ukur diameter zona hambat

        Menghitung nilai MIC. MIC adalah konsentrasi terendah penghambatan pertumbuhan bakteri dari fraksi etanol-air dan etil asetat (Oh et al., 2013).

        Fraksi etil asetat Penapisan fitokimia dan sidik jari FTIR tidak dilanjutkan

        Fraksi etanol-air dan etil asetat daun nagasari diduga memiliki aktivitas antibakteri

      E. Hipotesis

        Fraksi etanol-air dan etil asetat dari ekstrak etanol daun nagasari diduga memiliki aktivitas antibakteri.

Dokumen yang terkait

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAN FRAKSI BATANG SEREH (Cymbopogon citratus (DC.) Stapf) TERHADAP BAKTERI Streptococcus mutans - repository perpustakaan

0 0 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI JAMUR ENDOFIT MFR-01 YANG DIISOLASI DARI TUMBUHAN INANG NAGASARI (Mesua ferrea, L.) TERHADAP BAKTERI Staphylococcus aureus DAN Escherchia coli - repository perpustakaan

0 0 8

PENENTUAN AKTIVITAS ESTROGENIK FRAKSI ETIL ASETAT DAN FRAKSI AIR DAUN JERUJU (Acanthus ilicifolius L.) MENGGUNAKAN

0 0 17

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Jeruju(Acanthus ilicifolius L.) 1. Karakteristik Umum Tanaman - PENENTUAN AKTIVITAS ESTROGENIK FRAKSI ETIL ASETAT DAN FRAKSI AIR DAUN JERUJU (Acanthus ilicifolius L.) MENGGUNAKAN YEAST ESTROGEN SCREEN (YES) ASSAY - repos

0 0 8

PENAPISAN FITOKIMIA, SIDIK JARI FTIR, DAN AKTIVITAS ANTIFUNGI EKSTRAK ETANOL, FRAKSI ETANOL - AIR , DAN FRAKSI ETIL ASETAT DAUN NAGASARI ( Mesua ferrea L.) - repository perpustakaan

0 0 18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - PENAPISAN FITOKIMIA, SIDIK JARI FTIR, DAN AKTIVITAS ANTIFUNGI EKSTRAK ETANOL, FRAKSI ETANOL - AIR , DAN FRAKSI ETIL ASETAT DAUN NAGASARI ( Mesua ferrea L.) - repository perpustakaan

0 0 17

PENAPISAN FITOKIMIA, SIDIK JARI FTIR, DAN AKTIVITAS ANTIFUNGI EKSTRAK ETANOL, FRAKSI ETANOL - AIR , DAN FRAKSI ETIL ASETAT DAUN NAGASARI ( Mesua ferrea L.) - repository perpustakaan

0 1 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - AKTIVITAS ANTIBAKTERI KANGEN WATER TERHADAP BAKTERI Propionibacterium acnes DAN Staphylococcus epidermidis - repository perpustakaan

0 0 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - FORMULASI, UJI STABILITAS DAN UJI AKTIVITAS TABIR SURYA SEDIAAN KRIM FRAKSI ETIL ASETAT EKSTRAK ETANOL RAMBUT JAGUNG (Zea mays L.) - repository perpustakaan

0 0 14

PENAPISAN FITOKIMIA, SIDI K JARI FTIR, DAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI FRAKSI ETANOL - AIR DAN ETIL ASETAT DAUN NAGASARI (Mesua ferrea L .) - repository perpustakaan

0 0 17