BAB II TINJAUAN TEORI A. Teori Medis - Istina Indah M BAB II

BAB II TINJAUAN TEORI A. Teori Medis

  1. Kehamilan

  a. Pengertian Proses kehamilan merupakan matarantai yang bersinambung dan terdiri dari ovulasi, migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan plasenta dan tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm. Peristiwa terjadinya kehamilan diantaranya yaitu ovulasi, fertilisasi dan konsepsi, nidasi dan implantasi, pembentukan plasenta, pembentukan kantong amnion (Manuaba, 2010).

  Kehamilan adalah waktu transisi yaitu suatu masa antara kehidupan sebelum memiliki anak yang sekarang berada dalam kandungan dan kehidupan nanti setelah anak tersebut lahir. (Sukarni, 2013).

  b. Tanda dan Gejala kehamilan 1) Tanda kehamilan

  a) Tanda Dugaan kehamilan (1) Terlambat datang bulan

  Selain hamil, terlambat datang bulan bisa di sebabkan oleh peningkatan atau penurunan berat badan secara drastis.

  9 Selain itu masalah hormone, kelelahan, setres, pil kontrasepsi dan sedang menyusui juga bisa jadi penyebab terlambat datang bulan. (2) Mual dan muntah

  Apabila suka mual dan muntah tanpa sebab bisa saja itu adalah morning sickness. Namun apabila tidak sedang hamil tetapi mengalami mual dan muntah adalah tanda keracunan makanan, setres, dan gangguan perut.

  (3) Payudara membengkak.

  Beberapa ibu hamil mengalami pembengkakan di bagian payudara. Sementara itu, faktor lain yang menyebabkan hal ini adalah hormon, pil kontrasepsi, dan tanda akan menstruasi.

  (4) Lelah dan ngantuk (5) Nyeri punggung (6) Sakit kepala (7) Areola menghitam (8) Sering berkemih (9) Konstipasi atau susah buang air besar.

  (10) Pigmentasi kulit (Sukarni, 2013). b) Tanda tidak pasti kehamilan (1) Rahim membesar.

  (2) Pada pemeriksaan dalam di jumpai tanda hegar, tanda chadwicks, tanda piscaseck, kontraksi Braxton hicks dan teraba ballotemen. (3) Pemeriksaan tes biologis kehamilan positif. Tetapi sebagian kemungkinan positif palsu.

  c) Tanda pasti kehamilan (1) Gerakan janin dalam rahim.

  (2) Terlihat/teraba gerakan janin dan teraba bagian-bagian janin. (3) Denyut jantung janin. Di dengar dengan stetoskop laenec, alat kardiotokografi alat dopler. Di lihat dengan ultrasonografi (Manuaba, 2010).

  2) Gejala kehamilan

  a) Amenorea (terlambat datang bulan). Konsepsi dan nidasi menyebabkan tidak terjadi pembentukan folikel degraf dan ovulasi.

  b) Perubahan payudara.

  Pengaruh estrogen-progesteron menimbulkan deposit lemak, air, dan garam pada payudara. Payudara tegang dan membesar.

  Ujung saraf tertekan menyebabkan rasa sakit terutama pada hamil pertama. c) Mual dan muntah.

  Terjadi segera setelah periode menstruasi pertama tidak terjadi, banyak wanita mengalami derajat yang bervariasi dari mual, pening dan muntah. Hal ini disebut dengan morning sickness karena gejala-gejala lebih sering terjadi setelah sarapan pagi.

  Diyakini bahwa morning sickness adalah respons awal tubuh terhadap tingginya kadar progesteron.

  d) Frekuensi berkemih.

  Kongesti darah pada organ-organ pelvic meningkat sensitivitas jaringan. Tekanan karena pembesaran uterus pada kandung kemih menstimulasi saraf dan mentriger keinginan untuk berkemih selama kehamilan (Sukarni, 2013).

  c. Tanda Bahaya Kehamilan 1) Perdarahan pervaginam.

  2) Perdarahan pervaginam masa hamil muda Perdarahan pervaginam pada hamil muda dapat disebabkan oleh abortus, kehamilan ektopik atau mola hidatidosa. 3) Perdarahan pervaginam antepartum. 4) Perdarahan antepartum adalah perdarahan pada trimester akhir sampai bayi di lahirkan.Macam-macam perdarahan antepartum yaitu plasenta previa, solusio plasenta dan gangguan pembekuan darah.

  5) Sakit kepala yang hebat

  Sakit kepala seringkali merupakan ketidaknyamanan yang normal pada kehamilan. Sakit kepala yang menunjukan suatu masalah serius adalah sakit kepala yang menetap dan tidak hilang dengan istirahat. Dari sakit kepala yang hebat bisa menjadi penglihatannya kabur atau berbayang. Sakit kepala yang hebat dalam kehamilan adalah gejala dari preeklamsia.

  6) Penglihatan kabur Wanita hamil mengeluh penglihatan yang kabur karena pengaruh hormonal, ketajaman penglihatan ibu dapat berubah dalam kehamilan. Perubah ringan (minor) adalah normal. 7) Bengkak di wajah dan ekstremitas.

  Bengkak bisa menunjukan adanya masalah serius jika muncul pada muka dan tangan tidak hilang setelah beristirahat dan disertai dengan keluhan fisik yang lain. Hal ini bisa merupakan pertanda anemia, gagal jantung, atau preeklamsia.

  8) Gerakan janin tidak terasa Normalnya ibu mulia merasakan gerakan janin selama bulan ke 5 atau ke 6, beberapa ibu dapat merasakan gerakan janinnyalebih awal. Gerakan bayi akan mudah terasa jika ibu berbaring atau beristirahat dan jika ibu makan dan minum dengan baik. Apabila ibu tidak merasakan gerakan janin sesudah kehamilan trimester 3 maka merupakan masalah.

  9) Keluar cairan pervaginam.

  Cairan yang keluar yang dapat membahayakan kehamilan adalah keluarnya air ketuban dari jalan lahir, yang normalnya selaput ketuban pecah pada saat persalinan (Yuni, 2008).

  d. Komplikasi Dalam Kehamilan 1) Emesis dan Hiperemesis gravidarum Emesis gravidarum merupakan keluhan umum yang di sampaikan pada kehamilan muda. Terjadinya kehamilan menimbulkan perubahan hormonal pada wanita karena terdapat peningkatan hormone estrogen, progesterone dan di keluarkannya human chorlonic gonadotropine plasenta. Hormone-hormone inilah yang menyebabkan emesis gravidarum. Gejala klinis emesis gravidarum adalah kepala pusing, terutama pagi hari. disertai mual muntah sampai umur kehamilan empat bulan. Emesis gravidarum dapat diatasi dengan berobat jalan. Hiperemesis gravidarum dapat menyebabkan cadangan karbohidrat habis dipakai untuk keperluan energi, sehingga pembakaran tubuh beralih pada cadangan lemak dan protein. Pembakaran lemak kurang sempurna terbentuklah badan keton di dalam darah yang dapat menambah beratnya gejala klinik.

  2) Anemia pada kehamilan Anemia pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat besi, dan merupakan jenis anemia yang pengobatannya relative mudah, bahkan murah. Anemia pada kehamilan merupakan masalah nasional karena mencerminkan kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat dan pengaruhnya sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Anemia kehamilan di sebut potensial yang membahayakan ibu dan anak, karena itulah anemia memerlukan perhatian serius dari semua pihak terkait dalam pelayanan kesehatan. 3) Perdarahan pada kehamilan

  Perdarahan pada kehamilan dapat di bagi menjadi dua yaitu perdarahan hamil muda dan perdarahan antepartum. Perdarahan muda dapat disebabkan oleh abortus, kehamilan ektopik dan molahidatidosa. Perdarahan antepatum adalah perdarahan pervaginam pada kehamilan di atas 28 minggu atau lebih atau sering di sebut perdarahan trimester tiga.

  4) Preeklamsia dan Eklamsia pada kehamilan Kejadian preeklamsi dan eklamsia bervariasi di setiap Negara bahkan pada setiap daerah Dijumpai beberapa factor yang mempengaruhi, diantaranya primigravida terutama primigravida muda, distensi rahim berlebih, hidramnion, hamil kembar, mala hidatidosa, dan penyakit yang menyertai kehamilan, diabetes militus, kegemukan dan jumlah usia ibu hamil yang lebih dari 35 tahun. 5) Kehamilan kembar

  Pada kehamilan kembar dengan distensia uterus yang berlebihan dapat terjadi persalinan premature. Kebutuhan ibu untuk pertumbuhan hamil kembar lebih besar, sehingga terjadi defisiensi nutrisi seperti anemia kehamilan yang dapat mengganggu pertumbuhan janin dalam rahim. 6) Ketuban pecah dini

  Selaput ketuban sangat kuat pada kehamilan muda, pada trimester tiga selaput ketuban mudah pecah. Melemahnya kekuatan selaput ketuban ada hubungannya dengan pembesaran uterus, kontraksi rahim, dan gerakan janin. Pada trimester akhir terjadi perubahan biokimia pada selaput ketuban. Pecahnya ketuban pada kehamilan aterm merupakan hal fisiologis dan pecahnya ketuban pada kehamilan premature merupakan ketuban pecah dini (Sarwono, 2010).

  e. Perhitungan berat badan berdasarkan Indeks Masa Tubuh

  Kategori

  IMT Rekomendasi Rendah <19,8 12,5-18 Normal 19,8-26 11,5-16

  Tinggi 26-29 7-11,5 Obesitas >29 ≥7 Gemeli

  16-20,5

  Sumber : Marwwita, 2017

  f. Standar Asuhan Kebidanan 1) Standar pelayanan ANC

  a) Timbang berat badan dan ukur tinggi badan b) Pemeriksaan tekanan darah

  c) Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas)

  d) Pemeriksaan puncak rahim (tinggi fundus uteri)

  e) Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)

  f) Skrining status imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) bila diperlukan

  g) Pemberian tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan

  h) Test laboratorium (rutin dan khusus) i) Tatalaksana kasus j) Temu wicara (konseling) (Depkes RI, 2009). 2) Standar kunjungan ANC

  a) Kunjungan 1 kali pada trimester I (usia kehamilan 1-12 minggu) dilakukan untuk penapisan dan pengobatan anemia, perencanaan persalinan, pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya.

  b) Kunjungan 1 kali pada trimester II (usia kehamilan 13-24 minggu) dilakukan untuk pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya, penapisan preeklamsia, infeksi alat reproduksi dan saluran kemih, mengulang rencana persalinan.

  c) Kunjungan 2 kali pada trimester III (usia kehamilan >24 minggu) dilakukan untuk mengenali kelainan letak dan peresentasi, memantapkan rencana persalinan, mengenali tanda-tanda persalinan (William, 2010).

  3) Standar asuhan kehamilan 1) Standar 3 : identifikasi ibu hamil

  Melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan masyarakat secara berkala untuk penyuluhan dan motivasi untuk pemeriksaan dini dan teratur. 2) Standar 4 : pemeriksaan dan pemantauan antenatal

  Sedikitnya 4x pelayanan kehamilan. Pemeriksaan meliputi ; anamnesis dan pemantauan ibu dan janin, mengena/ kehamilan resiko tinggi, imunisasi, nasehat dan penyuluhan, mencatat data yang tepat setiap kunjungan, tindakan tepat untuk merujuk.

  3) Standar 5 : palpasi abdominal 4) Standar 6 : pengelolaan anemia pada kehamilan 5) Pengelolaan dini hipertensi pada kehamilan 6) Standar 8 persiapan persalinan (Kusmiati, 2008).

  g. Asuhan kehamilan kunjungan awal Kehamilan bukan suatu penyakit, melainkan sebuah proses fisiologis yang membutuhkan kenaikan proses metabolism dan nutrisi untuk pertumbuhan janin Kunjungan pertama meliputi : Anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan tambahan lain untuk memperoleh data dasar, member support psikis agar seorang ibu hamil memiliki emosi yang stabil (Kusmiyati, 2008).

  h. Asuhan kehamilan kunjungan ulang

  Setiap kali kunjungan antenatal yang dilakukan setelah kunjungan antenatal pertama sampai memasuki persalinan disebut kunjungan ulang. Asuhan yang diberikan pendeteksian komplikasi komplikasi, mempersiapkan kelahiran dan kegawatdaruratan, pemeriksaan fisik yang terfokus (Kusmiyati, 2008). i. Komplikasi dalam kehamilan

  Komplikasi kehamilan dapat disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari gen wanita sampai lingkungan. Semua faktor tersebut dapat membahayakan fisik dan mental wanita. Komplikasi kehamilan yang paling umum adalah tekanan darah tinggi, preeklamsi, kelahiran prematur, keguguran, diabetes gestasional, anemia, dan infeksi saluran kemih (William, 2008).

  1) Komplikasi obstetrik langsung, meliputi :

  a) Perdarahan

  b) Preeklampsia/Eklampsia

  c) Kelainan letak (letak lintang/letak sungsang)

  d) Hidramnion

  e) Ketuban Pecah Dini 2) Komplikasi obstetrik tidak langsung, meliputi :

  a) Penyakit jantung

  b) Tuberculosis (TBC)

  c) Anemia

  d) Malaria

  (William, 2008).

  2. Persalinan

  a. Pengertian Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke dalam jalan lahir, persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan, lahir spontan dengan presentasi belakang kepala, tanpa komplikasi baik ibu maupun janin (Sukarni, 2013).

  Persalinan yang normal menunjukan bahwa ketiga factor penting yaitu power, passage, dan passenger sama dengan baik sehingga persalinan berlangsung spontan, aterm dan hidup (Manuaba, 2010).

  b. Tanda dan Gejala persalinan Tanda dan gejala menjelang persalinan antara lain : perasaan distensi berkurang (lightening), perubahan serviks, persalinan palsu, ketuban pecah, blood show, lonjakan energy, gangguan pada saluran cerna.

  Lightening yang mulai dirasakan kira-kira 2 minggu menjelang persalinan adalah penurunan bagian presentasi ke dalam pelvis minor.

  Lightening adalah sebutan bahwa kepala janin sudah turun.

  Perubahan serviks di duga terjadi akibat peningkatan intensitas braton hicks. Servix menjadi matang selama periode berbeda-beda sebelum persalinan. Kematangan serviks mengindikasikan kesiapan untuk persalinan.

  Persalinan palsu terdiri dari kontraksi uterus yang sangat nyeri, yang memberi pengaruh signifikan terhadap serviks. Kontraksi pada persalinan palsu sebenarnya timbul akibat kontraksi Braxton hicks yang tidak nyeri, yang telah terjadi sejak sekitar enam minggu kehamilan.

  Pada kondisi normal,ketuban pecah pada akhir kala 1 persalinan. Apabila terjadi sebelum dimulainya persalinan disebut ketuban pecah dini (KPD). Kurang lebih 80% wanita yang mendekati usia kehamilan cukup bulan dan mengalami KPD mulai mengalami persalinan spontan dalam waktu 24jam.

  Bloody show paling sering terlihat sebagai lendir bercampur darah yang lengket dan harus di bedakan dengan cermat dari perdarahan mumi. Blody show merupakan tanda persalinan yang akan terjadi, biasanya dalam 24 sampai 48 jam.

  Banyak wanita yang mengalami lonjakan energy kurang lebih 24 sampai 48 jam sebelum dimulainya persalinan (Sukarni, 2013).

  c. Tanda Bahaya persalinan 1) Denyut jantung janin lebih lambat, yaitu kurang dari 100x/menrt atau lebih cepat dari 180x/menit 2) Demam tinggi 3) Tekanan darah naik atau turun

  4) Ibu mengalami konvulsi (kejang-kejang) 5) Perdarahan pada saat persalinan 6) Tali plasenta keluar dari vagina

  Agak jarang terjadi saat kantung amnion pecah, maka tali plasenta turun ke vagina dan terhenti di bagian depan bayi. Tali plasenta umumnya langsung merosot kebawah melewati kepala bayi. Jika : Air ketubannya banyak, bayinya kecil atau muda, bayinya berada dalam posisi yang sulit, bayinya masih berada dalam posisi tinggi di atas ruang panggul, ketika air ketuban pecah Jika tali plasenta terperangkap di depan kepala bayi atau di sisi-sisi kepalanya maka dia bisa saja tergencet diantara kepalanya dan tulang ibu. Ini membuat darah sulit melewati tali pusat untuk membawa oksigen dan makanan kepada bayi. Bayi bisa mengalami kerusakan otak atau kematian.

  7) Air ketuban pecah sebelum persalinan di mulai.

  Kantung ketuban biasanya pecah diakhir kala 1. Namun dia bisa juga pecah setiap saat. Sebelum bukaan persalinan dimulai saat atau sesaat bayi lahir, kadang-kadang kantung ini pecah dengan suara keras, namun bisa juga hanya seperti rembesan- rembesan kecil: a) Memeriksa air ketuban.

  Ketika air ketuban pecah mestinya warnanya jernih atau sedikit merah muda. Bila warna air ketuban berwarna kuning atau hijau merupakan tanda bahaya. Bisa berarti bayinya sudah buang feses di dalam kandungan. Kadang-kadang air ketuban mengadung butiran-butiran feses yang bisa di lihat. Feses di dalam air ketuban bisa menjadi tanda bahwa bayinya mengalami gangguan. Ada juga bahaya kalau fesesnya masuk kembali kedalam mulut dan hidung bayi. Ketika bayi mulai bernafas dengan udara pertama kali, bisa jadi cairan feses yang sudah lengket di dalam mulut dan hidungnya masuk ke dalam paru-parunya. Akan sulit baginya untuk mendapatkan cukup udara, dan kadang-kadang ini bisa menyebabkan infeksi saluran pernafasan, kerusakan otak, bahkan kematian (Varney, 2008).

  b) Memperkirakan berapa lama air ketuban sudah pecah.

  Sekali kantong amnion pecah, kuman bisa masuk ke dalam rahim dengan cepat.Untuk menghindari infeksi, bayi mestinya dilahirkan paling lambat 1 hari 1 malam (24jam) sotolah air ketuban pecah. Ini artinya persalinan harus di mulai paling lambat 12 jam setelah air ketuban pecah. Sembari menunggu persalinan, bantulah ibu menjauhkan kuman dari vaginanya : jangan lakukan pengujian vagina, jangan masukan apapun ke dalam vagina ibu, pastikan ibu tidak duduk di dalam air ketika mandi, mintalah ibu membersihkan alat kelaminnya dari depan ke belakang setelah BAK / BAB, dan teratur mengganti celana dalam atau alas tempat tidurnya (Varney, 2008).

  d. Komplikasi persalinan 1) Perdarahan postpartum adalah perdarahan yang terjadi dalam 24 jam setelah persalinan berlangsung. Perdarahan postpartum dibagi menjadi perdarahan primer dan skunder. Perdarahan postpartum primer terjadi dalam 24 jam. Perdarahan skunder adalah perdarahan setelah 24 jam. 2) Atonia uteri adalah suatu keadaan dimana uterus mengalami kegagalan dalam berkontraksi segera setelah bayi lahir.

  3) Ketuban pecah dini merupakan penyebab terbesar persalinan premature dengan berbagai akibatnya. Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan, dan setelah ditunggu satu jam belum dimulainya tanda persalinan.

  4) Infeksi intrapartum Infeksi intrapartum adalah infeksi yang terjadi dalam persalinan.

  Infeksi dapat juga terjadi sebelum persalinan berupa karioamnionitis. Infeksi intrapartum disebabkan oleh factor predisposisi : Distosia bahu. pemeriksaan dalam lebih dari 2x, keadaan umum lemah, ketuban pecah dini, servisitis, vaginitis.

  Diagnosis klinik pasien dapat di tegakkan pada pasien dengan : Demam lebih dari 38 derajat cetcius tanpa ada sumber infeksi, takikardi janin atau ibu, nyeri pada uterus, cairan amnion yang berbau, sepsis, pemeriksaan cairan amnion, kultur, pemeriksaan jaringan.

  e. Asuhan pada ibu bersalin kala I, II, III dan IV

  a) Kala I :

  a) Pemantauan terus menerus kemajuan persalinan menggunakan Partograf

  b) Pemantauan terus menerus vital sign

  c) Pemantauan terus menerus terhadap keadaan bayi

  d) Pemberian hidrasi bagi pasien

  e) Menganjurkan dan membantu pasien dalam upaya perubahan posisi dan ambulansi f) Mengupayakan tindakan yang membuat pasien nyaman.

  g) Memfasilitasi dukungan keluarga (Wiknjosastro, 2008).

  b) Kala II :

  a) Evaluasi kontinu kesejahteraan ibu

  b) Evaluasi kontinu kesejahteraan janin

  c) Evaluasi kontinu kemajuan persalinan

  d) Perawatan tubuh wanita

  e) Asuhan pendukung wanita dan orang terdekatnya beserta Keluarga

  f) Persiapan persalinan

  g) Penatalaksanaan kelahiran

  h) Pembuatan keputusan untuk penatalaksanaan kala II persalinan

  (Wiknjosastro, 2008).

  c) Kala III :

  a) Memberikan pujian kepada pasien atas keberhasilannya

  b) Lakukan manajemen aktif kala III

  c) Pantau kontraksi uterus

  d) Berikan dukungan mental pada pasien

  e) Berikan informasi mengenai apa yang harus dilakukan oleh pasien dan pendamping agar proses kelahiran placenta lancar f) Jaga kenyamanan pasien dengan menjaga kebersihan tubuh bagian bawah (perineum)

  (Wiknjosastro, 2008).

  d) Kala IV :

  a) Pemeriksaan fundus setiap setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 30 menit pada jam ke 2. Jika kontraksi uterus tidak kuat, masase uterus sampai menjadi keras

  b) Periksa tekanan darah, nadi, kandung kemih dan perdarahan setiap 15 menit pada jam pertama dan 30 menit pada jam ke 2 c) Anjurkan ibu untuk minum untuk mencegah dehidrasi

  d) Bersihkan perineum dan gunakan pakaian yang bersih dan kering e) Biarkan ibu beristirahat kerena telah bekerja keras melahirkan bayinya, bantu ibu pada posisi yang nyaman f) Bayi sangat bersiap segera setelah melahirkan. Hal ini sangat tepat untuk memberikan ASI g) Pastikan ibu sudah buang air kecil 3 jam pasca persalinan

  h) Anjurkan ibu dan keluarga mengenal bagaimana memeriksa fundus dan menimbulkan kontraksi serta tanda-tanda bahaya ibu dan bayi (Rohani, 2011).

  3. Bayi Baru Lahir

  a. Definisi Bayi baru lahir normal dengan cukup bulan yang sehat harus memiliki nilai apgar 7 hingga 10 baik pada menit pertama maupun pada menit kelima kehidupannya (Varney, 2008)

  b. Tanda fisiologis bayi baru lahir 1) Bayi cukup bulan 2) Air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium 3) Bayi menangis atau bernafas sesaat setelah lahir 4) Tonus otot baik (Prawirohardjo, 2010).

  c. Tanda bahaya bayi baru lahir 1) Ketuban bercampur mekonium 2) Warna kulit kebiruan 3) Bayi tidak menangis sesaat setelah lahir

  4) Nafas bayi megap-megap 5) Tonus otot lemah 6) Bayi tidak bernafas sesaat setelah lahir (Manuaba, 2010).

  d. Komplikasi bayi baru lahir 1) Hipoksia dan asfiksia neonatorum 2) Perdarahan jaringan otak 3) Fraktur tulang klavikula 4) Kelainan konginetal 5) Tetanus neonatorum 6) Ikterus neonatorum 7) Berat badan bayi lahir rendah (BBLR) 8) Infeksi neonatorum 9) Sepsis neonatorum dan meningitis

  e. Asuhan bayi baru lahir Tujuan utama perawatan bayi segera setelah lahir yaitu : 1) Untuk membersihkan jalan nafas 2) Memotong dan merawat tali pusat 3) Mempertahankan suhu tubuh bayi 4) Memberikan vitamin K1 dan mengoleskan salep mata 5) Identifikasi sebagai alat pengenal / identitas bayi 6) Pencegahan infeksi (Varney, 2009).

  f. Kunjungan neonatal

  Pelayanan kesehatan neonatal adalah pelayanan kesehatan sesuai standar yang diberikan oleh tenaga kesehatan yang kompeten kepada neonatal sedikitnya 3 kali, selama periode 0 - 28 hari setelah lahir, baik di fasilitas maupun melalui kunjungan rumah.

  a) Tujuan kunjungan neonatal : (1) Untuk meningkatkan akses neonatus terhadap pelayanan kesehatan dasar.

  (2) Mengetahui sedini mungkin bila terdapat kelainan atau masalah kesehatan pada neonatus b) Waktu pelaksanaan :

  (1) Kunjungan Neonatal ke-1 (KN 1) dilakukan dalam kurun waktu 6-48 jam setelah bayi lahir.

  (2) Kunjungan Nenonatal ke-2 ( KN 2) dilakukan dalam kurun waktu hari ke-3 sampai dengan hari ke-7. (3) Kunjungan Neonatal ke-3 (KN-3) dilakukan pada kurun waktu hari ke-8 sampai dengan hari ke-

  28 setelah lahir

  g. Reflek normal pada bayi baru lahir

  a) Reflek Moro Didapat dengan cara memberikan isyarat (teriakan, gerakan mendadak) pada bayi. Respon bayi baru lahir berupa menghentakkan tangan dan kaki lurus kearah keluar, lutut fleksi dan bayi mungkin menangis.

  b) Reflek menggenggam Didapat dengan cara menstimulasi telapak tangan bayi dengan sebuah obyek atau jari. Respon bayi berupa menggenggam dan memegang erat.

  c) Reflek menghisap Didapat saat sisi mulut bayi baru lahir atau dagu disentuh. Sebagai respon bayi akan menoleh dan membuka mulut untuk menghisap obyek.

  d) Rotting reflek Rotting reflek terjadi ketika pipi bayi diusap (dibelai) atau disentuh bagian pinggir mulutnya. Sebagai respon, bayi itu memalingkan kepalanya kearah benda yang menyentuhnya, dalam upaya menemukan sesuatu yang dapat dihisap (Ladewidg, 2005).

  4. Nifas

  a. Pengertian Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulia dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil. Lama masa nifas 6-8 minggu (Ambarwati, 2008).

  b. Tanda fisiologis nifas 1) Perubahan system reproduksi

  (a) Involusi

  Involusi atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram. Proses ini dimulai segera setelah plasenta lahir akibat kontraksi otot-otot polos uterus.

  (b) Lochea Cairan secret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas. Lochea dibagi menjadi lima macam yaitu lochea rubra, lochea sanguinolenta, lochea alba, lochea purulenta, lokiostasis (Mochtar, 2012).

  2) Perubahan sistem pencernaan Biasanya ibu mengalami obstipasi setelah melahirkan anak.

  Hal ini di sebabkan karena pada waktu melahirkan alat pencernaan mendapat tekanan yang menyebabkan colon menjadi koson, pengeluaran cairan yang berlebihan pada waktu persalinan, kurang makan, hemoroid, laserasi jalan lahir. Supaya buang air besar kembali teratur dapat diberikan diit atau makanan yang mengandung serat dan pemberian cairan yang cukup.

  3) Perubahan system perkemihan Hendaknya buang air kecil dapat dilakukan sendiri secepatnya. Kadang-kadang puerperium mengalami sulit buang air kecil, karena sfingter uretra di tekan oleh kepala janin dan spase oleh iritasi muscular sfingter ant selama persalinan, juga oleh karena adanya edema kandung kemih yang terjadi selama persalinan. 4) Perubahan endokrin

  Selama periode nifas terjadi perubahan hormone yang besar diantaranya hormone plasenta, hormone prtuitary, hormone oksitosin hipotalamik prtuitary ovarium. Hormone plasenta akan menyebabkan penurunan yang signifikan yang di produksi oleh plasenta, kemudian hormone HCG (human chorionic Gonadotropin)menurun dengan cepat dan menetap sampai 10% dalam 3 jam sampai hari ke postpartum dan sebagai onset pemenuhan mamae pada hari ke 3 postpartum.

  Pada Hormone pituitary prolaktin darah meningkat dengan cepat, pada wanita tidak menyusui menurun dalam waktu 2 minggu.

  FSH dan LH meningkat pada fase konsentrasi folikel pada minggu ke-3 dan LH tetap rendah hingga ovulasi terjadi.

  Pada hormone oksitosin, oksitosin dikeluarkan dari kelenjar bawah otak bagian belakang (posterior), bekerja terhadap otot uterus dan jaringan payudara Selama tahap ketiga persalinan, oksiosin menyebabkan pemisahan plasenta.

  Pada hipotalamik prtuitary ovarium wanita yang menyusui dan tidak menyusui akan mempengarungi lamanya ia mendapat menstruasi. Seringkah menstruasi pertama itu bersifat anovulasi yang dikarenakan rendahnya kadar estrogen dan progesteron. 5) Perubahan tanda-tanda vital

  Perubahan tanda-tanda vital yang terjadi adalah suhu badan akan naik sedikit (37-38 derajat celcius) pada 24 jam post partum sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan dan kelelahan, apabila keadaan normal suhu badan akan biasa lagi.

  Kemudian pada nadi, denyut nadi normalnya 60-80 kali permenit. Sehabis melahirkan biasanya denyut nadi akan lebih cepat. Pada tekanan darah biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah akan rendah setelah melahirkan karena ada perdarahan. Pada pernafasan, keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi. Apabila suhu dan denyut nadi tidak normal pernafasan juga akan mengikutinya kecuali ada gangguan khusus pada saluran pernafasan. 6) Perubahan system kardiovaskuler

  Pada persalinan pervaginam kehilangan darah sekitar 300- 400 cc. bila kelahiran melalui section caesaria kehilangan darah dapat dua kali lipat. Perubahan terdiri dari volume darah dan hemokonsentrasi. Apabila pada persalinan pervaginam haemokonsentrasi akan naik dan pada section caesaria haemokonentrasi cenderung stabil dan kembali normal setelah 4-6 minggu. Setelah melahirkan shunt akan hilang dengan tiba-tiba. Volume darah ibu relative akan bertambah. Keadaan ini menimbulkan beban pada jantung dan dapat menimbulkan dekompensasi kodis pada penderita vitium cordial. Untuk keadaan ini dapat di atasi dengan mekanisme kompensasi dengan timbulnya haemokonsentrasi sehingga volume darah kembali seperti sedia kala. 7) Perubahan hematologi

  Selama minggu-minggu terakhir kehamilan, kadar fibrinogen dan plasma serta factor-faktor pembekuan darah meningkat. Pada hari pertama postpartum. kadar fibrinogen dan plasma akan sedikit menurun akan tetapi darah lebih mengental dengan peningkatan viskositas sehingga meningkatkan factor pembekuan darah (Ambarwati, 2008).

  8) Perubahan Tinggi Fundus Uteri Tinggi fundus uteri pada masa nifas : (a) Hari ke 1 : fundus uteri setinggi pusat (b) Hari ke 2 : fundus uteri berada 2 jari dibawah pusat (c) Hari ke 7 : fundus uteri berada pada pertengahan antara pusat dan simphisis (d) Hari ke 10 : fundus uteri berada pada simphisis, dan setelah hari ke 10 biasanya sulit untuk dilakukan palpasi

  (Manuaba, 2007).

  c. Tanda bahaya nifas 1. Ibu mengalami demam.

  2. Alat kelaminnya mengeluarkan bau tidak enak.

  3. Ibu mengeluarkan banyak darah.

  4. Ibu merasakan sakit di perutnya.

  5. Seluruh badan di tubuhnya terasa sakit.

  6. Ibu merasakan sakit di vaginanya.

  7. Kulit vagina membengkak, berwarna merah dan terasa keras (Susan, 2008).

  d. Standar Asuhan ibu nifas 1. Menanyakan kondisi ibu nifas secara umum.

  2. Pengukuran tekanan darah, suhu tubuh, nadi dan pernapasan.

  3. Pemeriksaan lochea dan perdarahan.

  4. Pemeriksaan kondisi jalan lahir dan tanda infeksi.

  5. Pemeriksaan kontraksi rahim dan tinggi fundus uteri.

  6. Pemeriksan payudara dan anjuran pemberian ASI eksklusif.

  7. Pemberian kapsul vitamin A.

  8. Pelayanan kontrasepsi pasca persalinan.

  9. Konseling.

  10. Tatalaksana pada ibu nifas sakit atau ibu nifas dengan Komplikasi (KemenKes, 2016).

  e. Komplikasi 1) Depresi masa nifas

  Riset menunjukan 10% ibu mengalami depresi setelah melahirkan dan 10%nya saja tidak mengalami perubahan emosi. Keadaan ini berlangsung antara 3-6 bulan bahkan pada beberapa kasus terjadi selama 1 tahun pertama kehidupan bayi. Penyebab depresi terjadi karena reaksi terhadap rasa sakit yang muncul saat melahirkan dank arena sebab-sebab yang kompleks lainnya.

  Berdasarkan hasil riset yang dilakukan menunjukan factor-faktor penyebab depresi adalah terhambatnya karier ibu karena harus melahirkan, kurangnya perhatian orang- orang terdekat terutama suami dan perubahan struktur keluarga karena hadirnya bayi, terutama pada ibu primipara. 2) Perdarahan nifas sekunder

  Perdarahan kala nifas skunder adalah perdarahan yang terjadi setelah 24 jam pertama. Factor yang menyebabkan terjadinya perdarahan nifas skunder adalah endometritis, sub involusi, sisa plasenta, mioma uteri, kelainan uterus, inversio uteri, pemberian estrogen untuk menekan laktasi. Gejala klinisnya yaitu terjadi perdarahan berkepanjangan melampaui partum pengeluaran lochea normal, terjadi perdarahan yang cukup banyak, rasa sakit di daerah uterus, pada saat palpasi fundus uteri masih dapat di raba lebih besar dari seharusnya, pada pemeriksaan VT didapatkan uterus membesar lunak dan dari oesteum uteri keluar darah.

  3) Infeksi kala nifas Sumber terjadinya infeksi kala nifas adalah manipulasi penolong yang terlalu sering melakukan pemeriksaan dalam atau penggunaan alat yang kurang steril. Infeksi juga dapat di peroleh dari dari rumah sakit (nosokimial), hubungan seks menjelang persalinan atau sudah terdapat infeksi intrapartrum : persalinan lama terlantar, ketuban pecah lebih dari enam jam, terdapat pusat infeksi dalam tubuh (Ambarwati, 2008).

  f. Kunjungan masa nifas 1) Kunjungan ke-1 (6-8 jam setelah persalinan), tujuannya untuk: a) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.

  b) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan dan merujuk apabila perdarahan berlanjut.

  c) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.

  d) Pemberian ASI awal.

  e) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.

  f) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia.

  g) Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah kelahiran, atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil 2. 2) Kunjungan ke-2 (6 hari setelah persalinan), tujuannya untuk:

  a) Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilikus, tidak perdarahan abnormal, tidak ada bau. b) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau perdarahan abnormal.

  c) Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan, dan istirahat.

  d) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tak memperlihatkan tanda-tanda penyulit.

  e) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat, dan merawat bayi sehari- hari. 3) Kunjungan ke-3 (2 minggu setelah persalinan), tujuannya untuk : Sama seperti di atas (6 hari setelah persalinan).

  4) Kunjungan ke-4 (6 minggu setelah persalinan), tujuannya untuk :

  a) Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia atau bayi alami.

  b) Memberikan konseling untuk KB secara dini.

  g. Asuhan masa nifas 1) Anjurkan ibu untuk melakukan kontrol/kunjungan masa nifas setidaknya 4 kali yaitu: a) 6-8 jam setelah persalinan (sebelum pulang).

  b) 6 hari setelah persalinan.

  c) 2 minggu setelah persalinan.

  d) 6 minggu setelah persalinan 2) Periksa tekanan darah, perdarahan pervaginam, kondisi perineum, tanda infeksi, kontraksi uterus, tinggi fundus, dan temperatur secara rutin 3) Nilai fungsi berkemih, fungsi cerna, penyembuhan luka, sakit kepala, rasa lelah, dan nyeri punggung.

  4) Tanyakan ibu mengenai suasana emosinya, bagaimana dukungan yang didapatkannya dari keluarga, pasangan, dan masyarakat untuk perawatan bayinya

  5) Tatalaksana atau rujuk ibu bila ditemukan masalah 6) Lengkapi vaksinasi tetanus toksoid bila diperlukan 7) Minta ibu segera menghubungi tenaga kesehatan bila ibu menemukan salah satu tanda berikut: 8) Perdarahan berlebihan

  a) Sekret vagina berbau

  b) Demam

  c) Nyeri perut berat

  d) Kelelahan atau sesak

  e) Bengkak di tangan, wajah, tungkai, atau sakit kepala atau pandangan kabur.

  f) Nyeri payudara, pembengkakan payudara, luka atau perdarahan putting.

  5. Keluarga Berencana (KB)

  a. Metode keluarga berencana Dalam melakukan pemilihan metode kontrasepsi perlu diperhatikan ketetapan bahwa makin rendah pendidikan masyarakat, semakin efektif metode KB yang dianjurkan yaitu kontap, suntik KB, susuk KB atau AKBK, AKDR/IUD. Salah satu peranan penting bidan adalah untuk meningkatan jumlah penerimaan dan kualitas metode KB kepada masyarakat. Sesuai dengan pengetahuan dan ketrampilan bidan, metode KB yang dapat dilaksanakan adalah metode sederhana (kondom, pantang berkala, pemakaian spermisid, senggama terputus) dan metode kontrasepsi efektif (suntik KB, susuk KB, AKDR) (Manuaba, 2010).

  b. Macam-macam KB (1) KB metode sederhana

  Metode KB sederhana adalah metode KB yang dilakukan tanpa bantuan orang lain. Yang termasuk KB sederhana adalah kondom, pantang berkala, senggama terputus, dan spermisid. Metode sederhana akan efektif bila penggunaannya di perhitungkan dengan masa subur. (2) KB metode efektif

  Metode KB efektif merupakan kontrasepsi hormonal. Yang termasuk KB efektif / hormonal adalah KB suntik dan KB susuk.

  (3) Kontrasepsi mekanis Yang termasuk dalam kontrasepsi mekanis adalah alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) Mekanisme kerja local AKDR. AKDR merupakan benda asing dalam rahim sehingga menimbulkan reaksi benda asing (dengan timbunan leukosit, makrofag, dan limfosit),

  AKDR menimbulkan perubahan pengeluaran cairan dan prostaglandin yang menghalangi kapasitasi spermatozoa, ion CU yang dikeluarkan AKDR dengan cupper menyebabkan gangguan gerak spermatozoa sehingga mengurangi kemampuan untuk melakukan konsepsi. (4) KB darurat

  Kontrasepsi darurat adalah kontrasepsi yang dapat diberikan pada hubungan seks yang tidak dilindungi dalam waktu 72 jam sampai 7 hari, sehingga dapat menghindari kehamilan.

  c. Penapisan pada ibu yang pertama kali menggunakan KB Penapisan merupakan upaya untuk melakukan tela’ah dan kajian tentang kesehatan klien dengan kesesuaian penggunaan metode kontrasepsi yang diinginkan. Tujuan utama penapisan klien untuk menentukan keadaan yg membutuhkan perhatian khusus dan masalah yang membutuhkan pengamatan dan pengelolaan lebih lanjut . Untuk sebagian besar klien bisa diselesaikan dengan cara anamnesis terarah, sehingga masalah utama dikenali atau memungkinkan hamil dapat dicegah. Sebagian besar cara kontrasepsi kecuali AKDR dan kontrasepsi mantap tidak membutuhkan pemeriksaan fisik maupun panggul.

Tabel 2.1 penapisan waktu dan jenis KB Waktu yang tepat Jenis KB untuk berKB

  Post partum KB suntik, KB susuk, AKDR, pil KB

  1 hanya progesterone, metode sederhana.

  Pasca abortus KB susuk atau implant.

  2 Saat menstruasi AKDR. kontap, metode sederhana.

  3 Masa interval KB suntik, KB susuk, AKDR,

  4 metode sederhana.

  5 Post-koitus Metode sederhana dan KB darurat

  Daftar Tilik Penapisan Klien. Metode Irreversibel (Tubektomi) Keadaan klien

Dapat dilakukan

pada fasilitas rawat

jalan

Dilakukan difasilitas rujukan

  Keadaan umum (anamnesis pemeriksaan fisik).

  

Kedaan umum baik,

tidak ada tanda-tanda

apenyakit jantung,

paru, atau ginjal.

  Diabetes tidak terkontrol, riwayat gangguan pembekuan darah, ada tanda - tanda penyakit jantung, paru atau ginjal. Keadaan emosional Tenang Cemas,takut Tekanan darah Kurang dari 160/100 mmHg ≥ 160/100mmHg

  Berat badan 35-85 kg >85kg ; < 35kg Riwayat operasi abdomen/panggul.

  

Bekas secsio sesaria

(tanpa perlekatan).

  Operasi abdomen lainya,perlekatan atau terdapat kelaianan pada pemerikaan panggul. Riwayat radang panggul, hamil ektopik, apendisitis.

  

Pemeriksaan dalam

normal Pemeriksaan dalam ada kelainan.

  Anemia HB ≥ 8g% HB < 8g%

Daftar Tilik Penapisan Klien. Metode Irreversibel (Vasektomi)

  Keadan klien

Dapat dilakukan pada

fasilitas berjalan

  Dilakukan pada fasilitas rujukan Keadaan umum (anamnesis, pemeiksaan fisik).

  

Keadaan umum baik,

tidak ada tanda

penyakit jantung, paru

atau ginjal.

  Diabetes tidak terkontrol, riwayat gangguan pembekuan darah, ada tanda penyakit jantung, paru atau ginjal. Keadaan emosional Tenang Cemas takut Tekanan darah < 160/100mmHg ≥160/100mmHg Infeksi atau kelainan skrotum/inguinal.

  Normal Tanda-tanda infeksi atau ada kelainan. Anemia HB ≥ 8g% HB < 8g%

  d. Keuntungan dan kerugian 1) KB metode sederhana

  Keuntungannya mudah dan murah. Kerugiannya kurang akurat untuk mencegah kehamilan.

  2) KB metode efektif (a) KB Suntik

  Keuntungannya pemberiannya sederhana, tingkat efektifitasnya tinggi, hubungan seks dengan suntik KB bebas, pengawasan medis yang ringan, dapat diberikan pasca persalinan, keguguran, atau pasca menstruasi (Handayani, 2009).

  Kerugiannya perdarahan yang tidak menentu, terjadi amenorea/tidak datang bulan, masih terjadi kemungkinan hamil.

  (b) KB susuk Keuntungannya mudah dan murah, kerusakan jaringan berkurang sehingga memperkcil komplikasi, waktu pencabutan dapat di perpendek (Handayani, 2009). (c) KB PIL

  Keuntungannya bila minum pil sesuai dengan aturan di jamin berhasil 100%, dapat di pakai sebagai pengobatan (ketegangan menjelang menstruasi, perdarahan menstruasi yang tidak teratur, nyeri saat menstruasi, pengobatan pasangan mandul).

  Kerugiannya harus minum pil secara teratur, dalam waktu panjang dapat menekan ovarium, mempengaruhi fungsi hati dan ginjal (Handayani, 2009). 3) Kontrasepsi mekanis (alat kontrasepsi dalam rahim) Keuntungan alat kontrasepsi dalam rahim dapat diterima masyarakat dunia, pemasangan tidak memerlukan medis yang sulit, control medis yang ringan, penyulit tidak terlalu berat. Kerugiannya masih bisa terjadi kehamilan dengan AKDR in situ, terdapat perdarahan, dapat terjadi infeksi, tali AKDR dapat menimbulkan perlukaan portio uteri dan mengganggu hubungan seksual.

  c. KB untuk ibu menyusui 1) Kontrasepsi tanpa menggunakan alat

  (a) Senggama Terputus Senggama terputus ialah penarikan penis dari vagina sebelum terjadinya ejakulasi, ejakulasi disadari sebelumnya oleh sebagian besar laki-laki (Prawirohardjo, 2011). (b) Pembilasan pasca senggama

  Pembilasan vagina dengan air biasa dengan atau tanpa tambahan larutan obat (cuka atau obat lain) segera setelah koitus merupakan suatu cara yang telah lama sekali dilakukan untuk tujuan kontrasepsi. Maksudnya ialah mengeluargkan sperma secara mekanik dari vagina (Prawirohardjo, 2011). (c) Metode Amenores Laktasi

  MAL adalah kontrasepsi yang mengendalikan pemberian ASI secara eksklusif, artinya hanya diberikan tambahan ASI saja tanpa tambahan makanan dan minuman (Prawirohardjo, 2011).

  (d) Pantang Berkala Seorang perempuan bisa dapat hamil dalam beberapa hari saja dalam daur haidnya. Masa subur yang juga disebut ‘‘fase ovulasi‘‘ mulai 48 jam sebelum ovulasi dan berakhir 24 jam setelah ovulasi. Sebelum dan sesudah masa itu, perempuan tersebut berada dalam keadaan tidak subur (Prawirohardjo, 2011).

  6. Teori Asuhan Kebidanan

  a. Standar Asuhan Kebidanan No.938/Menkes/SK/VIII/2007

  Standar asuhan kebidanan adalah acuan dalam proses pengambilan keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh bidan sesuai dengan wewenang dan ruang lingkup praktik-praktiknya berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan. Mulai dari pengkajian, perumusan diagnosa dan atau masalah kebidanan, perencanan, implementasi, evaluasi dan pencatatan asuhan kebidanan.

  b. Manajemen 7 langkah varney Langkah-langkah manajemen kebidanan : (1) Pengumpulan data Yaitu pengumpulan suatu data dasar lengkap untuk evaluasi pasien.

  Data dasar meliputi semua informasi bersangkutan dari semua sumber yang berhubungan erat dengan kondisi pasien (2) Menginterpretasi data

  Data yang telah dikumpulkan diinterpretasi untuk menegakkan diagnosis, mengidentifikasi masalah atau kebutuhan (3) Mendiagnosa asuhan kebidanan

  Dirumuskan berdasarkan analisa data yang telah dikumpulkan dan dibuat sesuai dengan kesenjangan yang dihadapi oleh pasien (4) Mengidentifikasi diagnosa potensial

  Identifikasi permasalahan potensial berdasarkan pada rangkaian masalah yang sekarang untuk mengantisipasi atau pencegahan overdistenston

  (5) Merencanakan asuhan secara menyeluruh Suatu perkembangan berdasarkan data-data yang sudah terkumpul dari langkah-langkah sebelumnya

  (6) Melaksanakan asuhan Bidan melaksanakan asuhan sesuai dengan rencana asuhan pada langkah sebelumnya

  (7) Mengevaluasi Mengevaluasi tindakan secera menyeluruh sesuai yang dibutuhkan paisen c. Dokumentasi SOAP

  Metode SOAP terdiri dari S (Subyektif). O (Obyektif), A (Assesment), P (Planning). Merupakan catatan yang bersifat sederhana, jelas, logis, dan singkat. Prinsip dari metode SOAP ini merupakan proses pemikiran penatalaksanaan manajemen kebidanan (Muslihatun, 2009).

  (1) S (Subyektif) Data subyektif merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut Helen varney langkah (pengkajian data) terutama data yang diperoleh melalui anamnesis. Data subyektif ini berhubungan dengan masalah dari sudut pandang pasien. Ekspresi yang di khawatirkan dan keluhan klien. Sehingga akan menguatkan diagnosis yang akan disusun.

  (2) O (Obyektif) Data Obyektif merupakan pendokumentasian menejemen kebidanan menurut Helen varney pertama (pengkajian data), terutama data yang diperoleh melalui hasil observasi yang jujur dari pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan laboratorium / pemeriksaan diagnostic lain. Data ini memberikan bukti gejala klinis pasien dan fakta yang berhubungan dengan diagnosis.