EKSPLORASI TARI PENDET SEBAGAI MEDIA BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS BUDAYA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Fisika

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

EKSPLORASI TARI PENDET SEBAGAI MEDIA BELAJAR DALAM
PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS BUDAYA

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh :
CLARA DIAN AYU PUSPATANTRI
NIM : 131424002

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

iii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HALAMAN PERSEMBAHAN
Ku persembahkan karya tulis ini untuk keluargaku, teman–teman, kekasih, dosen–
dosen dan keluarga besar PFIS USD khususnya pak Rohandi dan pak Sarkim,
dan para motivator (Ansi dan Meldi) yang tak pernah lelah sebagai sponsor
materi, doa dan menjadi inspirator untuk melawan ketermalasan.

iv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


MOTTO
Sebuah pertanyaan “Kapan Lulus?”
Akan terjawab tepat pada waktu dikala malas lenyap ke antah berantah
****Clara Dian Ayu****

v

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 17 Januari 2019
Penulis

Clara Dian Ayu Puspatantri


vi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertandatangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Clara Dian Ayu Puspatantri
NIM

: 131424002

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
EKSPLORASI TARI PENDET SEBAGAI MEDIA BELAJAR DALAM
PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS BUDAYA
Dengan demikian, saya memberikan hak kepada Perpustakaan Universitas Sanata
Dharma untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk lain, mengelolanya dalam
bentuk pengkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya
di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin

kepada saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan
nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 17 Januari 2019
Yang menyatakan

Clara Dian Ayu Puspatantri

vii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRAK

EKSPLORASI TARI PENDET SEBAGAI MEDIA BELAJAR DALAM
PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS BUDAYA
Skripsi. Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta 2018

Clara Dian Ayu Puspatantri
131424002
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi gerak agem kanan dalam
tari Pendet yang dapat diintegrasikan dalam pembelajaran sains dan mendesain
model pembelajaran sains yang melibatkan budaya Bali.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang dilaksanakan
di Komunitas Tari Bali Sekar Jepun Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada
Januari – Mei 2018. Subyek penelitian adalah 1 pelatih tari yang merupakan
penduduk asli Bali dan 1 penari tari Pendet. Instrumen penelitian yang digunakan
adalah observasi yang memberikan data berupa gambar dan wawancara untuk
mengetahui tentang tari Pendet dan gerakan–gerakannya. Hasil observasi dan
wawancara selanjutnya dianalisis untuk mengidentifikasi besaran–besaran fisis
yang terdapat tari Pendet.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) gerak agem kanan dalam tari
Pendet memiliki relevansi terhadap konsep kesetimbangan benda tegar dan momen
gaya pada pembelajaran fisika serta (2) dapat dirancang model pembelajaran sains
berbasis budaya lokal pada kasus tari Pendet.
Kata kunci: Tari Pendet, Budaya Lokal, Kesetimbangan Benda Tegar, Momen
Gaya dan Media Pembelajaran


viii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRACT

TARI PENDET EXPLORATION AS LEARNING MEDIA ON CULTURAL
BASED PHYSICS LEARNING
Undergraduate Thesis. Physics Education Study Program, Mathematics and
Science Department, Teacher and Education Science Faculty, Sanata Dharma
University, Yogyakarta 2018
Clara Dian Ayu Puspatantri
131424002
This research aims to identify agem kanan motion on tari Pendet which
can be integrated on science learning and designing science learning model that
involve Balinese culture.
It’s a descriptive qualitative research which held at Tari Bali Sekar Jepun
Community of Sanata Dharma University Yogyakarta during January – May 2018.
Subject of this research is 1 dance instructor whom a real Balinese resident and 1
tari Pendet dancer. Research instrument that being used is observation, which gives

data in the form of pictures and also interview in order to understand tari Pendet
and its motions. Observation and interview results then analyzed to identify
physical unit that discovered on tari Pendet.
Results of the research shows that (1) agem kanan motion on tari Pendet
has relevance towards rigid body equilibrium concept and moment of force on
Physics learning (2) can be designed science learning model based on local culture
on tari Pendet case.
Keywords: Tari Pendet, Local Culture, Rigid Body Equilibrium, Moment of Force
and Learning Media

ix

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyusun proposal skripsi dengan judul
“EKSPLORASI TARI PENDET SEBAGAI MEDIA BELAJAR DALAM
PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS BUDAYA”
Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat diselesaikan berkat bimbingan

dan dukungan dari beberapa pihak yang berperan penting dalam penyelesaian
skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Rohandi, Ph. D. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah
memberikan masukan, arahan dan bimbingan kepada peneliti dalam
menyusun skripsi ini.
2. Ibu Ni Kadek Rai Dewi Astini yang bersedia sebagai narasumber saya dan
Mam Ni Luh Putu Rosiandani yang telah mengijinkan saya melakukan
penelitian di Komunitas Tari Bali Sekar Jepun.
3. Bapak Dr. Ign. Edi Santosa, M.S. selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Fisika dan Bapak Drs. Tarsisius Sarkim, M. Ed., Ph. D. selaku Dosen
Pembimbing Akademik yang telah memberikan semangat dan motivasi
kepada penulis.
4. Segenap dosen program studi Pendidikan Fisika dan karyawan JPMIPA
yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam penyelesaian skripsi
ini.

x

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


5. Keluargaku tercinta papa DM. Daroji, mama Benidita Suardini, AMd. Kep.,
kembaranku Agnes Diah Ayu Pusparini, AMd. Kep., Nyoman Ludowika,
Wayan Servasius, dan Eugenius Ragil yang selalu memberikan dukungan
dana dan doa dalam penyelesaian kuliah dan skripsi ini.
6. Ansi Udak, Meldi Danus dan Reza Luthfan yang tidak pernah lelah
menemani dan menanti skripsi ini terselesaikan, memberikan motivasi,
semangat dan dukungan kepada penulis.
7. Teman-teman pendidikan fisika angkatan 2013 yang selalu memberikan
dukungan dan motivasi.
8. Serta semua pihak yang telah mendukung penulis dalam menyelesaikan
penelitian dan penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari jika dalam penulisan skripsi ini memiliki beberapa
kesalahan atau kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran
dari pembaca yang berguna membangun skripsi ini. semoga skripsi ini berguna dan
bermanfaat bagi para pembaca.

Yogyakarta, 17 Januari 2019
Penulis

xi


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI
JUDUL ............................................................................................................ i
LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii
PERSEMBAHAN .......................................................................................... iv
MOTTO .......................................................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................................ vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIS ..................................................................... vii
ABSTRAK ...................................................................................................... viii
ABSTRACT ..................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR .................................................................................... x
DAFTAR ISI ................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xv
DAFTAR BAGAN ......................................................................................... xvi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xviii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................. 5
C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian .................................................................................. 5

xii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II LANDASAN TEORI
A. Pengertian Budaya dan Sains ................................................................. 7
1. Pengertian Budaya ............................................................................ 7
2. Pengertian Sains ............................................................................... 7
B. Hakikat Pembelajaran Kontekstual ........................................................ 9
1. Pengertian Pembelajaran Kontekstual .............................................. 9
2. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual .......................................... 10
C. Pembelajaran Berbasis Budaya .............................................................. 13
1. Belajar dengan budaya ..................................................................... 13
2. Belajar melalui budaya ..................................................................... 14
D. Media Pembelajaran ............................................................................... 16
E. Tari Pendet dan Gerak Agem Kanan ...................................................... 18
1. Pengertian dan Makna Tari Pendet................................................... 18
2. Istilah–Istilah dalam Gerakan Tari Pendet ....................................... 18
3. Agem Kanan ..................................................................................... 19
F. Kesetimbangan Benda Tegar .................................................................. 20
G. Momen Gaya .......................................................................................... 21
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ....................................................................................... 24
B. Desain Penelitian .................................................................................... 24
1. Pengumpulan Informasi Tentang Budaya Bali ................................. 25
2. Memilih Informasi yang Relevan Terhadap Pembelajaran Sains .... 26
3. Identifikasi Tari Pendet dalam Segala Aspek Terhadap Konsep–Konsep
Sains yang Relevan........................................................................... 26
4. Perumusan Hasil Kajian ................................................................... 26
C. Sampel Penelitian ................................................................................... 27
D. Waktu Penelitian .................................................................................... 27
E. Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ......................................... 28
1. Metode Observasi ............................................................................. 28
2. Metode Wawancara .......................................................................... 28
xiii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

F. Metode Analisis Data ............................................................................. 30
1. Analisis informasi dari studi literatur sebagai sumber acuan penulis 30
2. Analisis hasil wawancara dari penari dan pelatih tari Pendet untuk
mengetahui budaya lokal .................................................................. 30
3. Analisis hasil observasi dari mengamati latihan tari Bali di Komunitas
Tari Bali Sekar Jepun Yogyakarta untuk mengetahui besaran–besaran
fisis yang terkandung dalam budaya tari Pendet .............................. 31
4. Proses triangulasi data ...................................................................... 31
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Penelitian ................................................................................ 33
B. Gambaran Masyarakat Bali Tentang Tari Pendet................................... 34
C. Analisis Data dan Pembahasan ............................................................... 38
1. Posisi agem kanan dalam tari Pendet ............................................... 39
2. Diagram gerak agem kanan dalam budaya tari Pendet .................... 41
3. Hubungan antara gerak agem kanan dan konsep fisika ................... 45
4. Skenario pembelajaran berbasis budaya local .................................. 51
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ............................................................................................. 54
B. Keterbatasan Penelitian .......................................................................... 54
Saran ................................................................................................................ 55
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 56
LAMPIRAN .................................................................................................... 58

xiv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Identifikasi besaran–besaran fisika dalam tari Pendet ..................... 30
Tabel 4.1 Deskripsi konseptual gerak dalam tari Pendet terhadap fisika ........ 46

xv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR BAGAN
Bagan 4.1 Skenario Pembelajaran Sains Berbasis Budaya Lokal (Kasus Tari
Pendet) ............................................................................................................. 48

xvi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Sebuah benda mengalami gaya di titik P tetapi torsinya bekerja di
titik o ................................................................................................................ 22
Gambar 4.1 Data pusat gravitasi tiap segmen tubuh tampak samping pada saat (a)
berdiri tegak dan (b) membungkuk .................................................................. 38
Gambar 4.2 Diagram gaya dalam gerak dasar tapak sirang pada ................... 38
Gambar 4.3 Diagram geraak dasar tapak sirang pada kemudian mendak ...... 39
Gambar 4.4 Posisi agem kanan dikombinasikan dengan mendak (a) tampak depan
dan (b) tampak samping ................................................................................... 40
Gambar 4.5 Diagram pada posisi agem kanan dalam tari Pendet (a) tampak depan
dan (b) tampak samping ................................................................................... 41
Gambar 4.6 (a) luas daerah stabil ketika kaki berdekatan dan (b) luas daerah stabil
ketika kaki terpisah .......................................................................................... 43

xvii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Contoh Skenario Pembelajaran Sains Berbasis Budaya Lokal .... 54
Lampiran 2 Hasil Data Wawancara dengan Masyarakat ................................. 60
Lampiran 3 Foto Penelitian .............................................................................. 70

xviii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kehidupan manusia tidak terlepas dari budaya yang hidup, tumbuh dan
berkembang di sekitar alam dan lingkungannya. Manusia mempunyai
tuntutan kebutuhan hidup yang ditempuh dengan mencurahkan akal dan
budinya untuk menciptakan kebudayaan dan hidup dalam dunia berbudaya.
Sebagai konsekuensinya, manusia harus dilengkapi dengan nilai-nilai atau
norma-norma kebudayaan yang wajib disampaikan dalam pendidikan.
Berdasarkan hal tersebut, pendidikan merupakan suatu hal yang penting
untuk dijadikan sarana penyampaian nilai dan norma kebudayaan kepada
generasi selanjutnya. Pendidikan membuat anak–anak diangkat ke dalam
masyarakat yang berbudaya juga.
Pendidikan

berfungsi

memberdayakan

potensi

manusia

untuk

mewariskan, mengembangkan serta membangun kebudayaan dan peradaban
masa depan. Pendidikan berfungsi untuk melestarikan nilai-nilai budaya yang
positif dan menciptakan perubahan ke arah kehidupan yang lebih inovatif.
Berdasarkan hal tersebut, pendidikan dapat dikatakan memiliki fungsi kembar
(Budhisantoso, 1992; Pelly, 1992 dalam Suastra, 2010). Hal inilah yang
menyebabkan sistem pendidikan asli di suatu daerah memiliki peran penting
dalam perkembangan pendidikan dan kebudayaan.
Disadari secara langsung maupun tidak langsung, proses pembudayaan
sebenarnya terjadi di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. Di sekolah

1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2

terdapat mata pelajaran khusus mengenai budaya seperti mata pelajaran seni
budaya, seni musik, seni tari, seni lukis, kesenian dan kerajinan tangan, dan
beberapa pelajaran tentang budaya lainnya. Sebagian besar pelajaranpelajaran tersebut hanya sebagai tambahan pengetahuan seputar budaya
daerah dan nusantara sehingga sangat jarang diintegrasikan terhadap mata
pelajaran lain karena dianggap tidak saling berhubungan.
Pembelajaran sains khususnya pelajaran fisika di sekolah sebagian
besar hanya mengacu pada buku teks pegangan siswa dan guru. Buku-buku
yang dipakai telah memuat konsep–konsep, fakta, prinsip/hukum, teori dan
rumus-rumus serta beberapa contoh aplikasinya unntuk tiap-tiap bab yang
dipelajari. Contoh-contoh yang termuat dalam buku teks cenderung
mengadopsi pembelajaran budaya Barat yang sebagian tidak dikenal oleh
anak-anak Indonesia khususnya yang berada di daerah-daerah tertentu yang
masih mengandalkan alam. Mereka akan merasa asing dengan pelajaran
fisika beserta dengan contoh–contoh yang termuat di dalam buku. Hal ini
dapat menyebabkan pelajaran menjadi kurang bermakna bagi kehidupan
sosial–budaya mereka.
Dalam pembelajaran di kelas, siswa–siswa yang mengerti akan sains
cenderung lebih mengandalkan pengetahuan mereka untuk menjawab
pertanyaan dari soal–soal hitungan dibuku teks. Para siswa hanya menjadi
mahir dalam menjawab soal–soal bukannya memiliki pengetahuan tentang
sains yang luas. Guru sains (fisika, biologi dan kimia) ditantang untuk
mencari metode, strategi maupun pendekatan yang lebih relevan dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3

kondisi siswa sehingga mereka mendapatkan pengetahuan dan inovasi
melalui pendidikan dan kebudayaan.
Pelestarian budaya diperkenalkan kepada anak–anak Indonesia melalui
pendidikan nonformal seperti orang tua, tokoh masyarakat dan lingkungan di
mana mereka tinggal, serta pembelajaran budaya dalam mata pelajaran di
sekolah sebagai pendidikan formal. Budaya bukan hanya sebagai koleksi
daerah atau negara semata. Budaya adalah warisan yang harus dijaga dan
diperkenalkan kepada semua generasi. Melestarikan budaya itu juga bukan
hanya dimaknai sebagai warisan. Makna lain yang terkandung di dalamnya
adalah pengetahuan yang diperoleh dari proses belajar sehingga kebudayaan
dapat dilihat tidak hanya dari pemanfaatan di bidang pariwisata dan seni
namun dapat diintegrasikan dan dimanfaatkan pula dalam bidang pendidikan.
Integrasi budaya dalam aspek pendidikan telah dikaji oleh beberapa
peneliti. Sebagai contohnya Setiawan (2008) menggunakan pengetahuan
budaya Jawa dalam kehidupan sehari–hari dalam pengembangan desain
pembelajaran IPA pada jenjang pendidikan sekolah dasar (SD) di
Yogyakarta. Enita (2013) mengintegrasikan pengetahuan masyarakat Dayak
mengenai perubahan fase–fase bulan ke dalam pembelajaran fisika kelas VII.
Penelitian terbaru dari Gea (2017) mengambil kebudayaan lompat batu dari
Nias dan mendapatkan pengintegrasian dalam bahasan gerak parabola untuk
pembelajaran sains di sekolah menengah.
Tari Pendet sebagai salah satu kebudayaan masyarakat Bali telah
menjadi bahan kaji penelitian dalam bidang komputerisasi. Heryadi Yaya dkk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4

(2012) mengembangkan aplikasi untuk mengenali gerak dari setiap gerakan–
gerakan dalam dari penari tari Pendet. Kemudian pada tahun 2015, Heryadi
Yaya dan kawan–kawan membuat pembaharuan metode dalam penelitian
mereka menggunakan metode pengenal gerak dan skoring dengan klasifikasi
dua lapis pada bidang acak dan mendapatkan hasil lebih baik dari penelitian
sebelumnya.
Berdasarkan

hal

di

atas,

peneliti

menyadari

perlunya

mengintegrasikan tari Pendet sebagai budaya lokal masyarakat Bali ke dalam
pembelajaran sains untuk membantu siswa menyadari bahwa belajar sains
bukan hanya dipelajari dari buku teks yang mengadopsi budaya Barat. Tari
Pendet khususnya untuk gerak agem kanan diangkat sebagai topik penelitian
yang diintegrasikan dalam konsep kesetimbangan dan momen gaya yang
bertujuan untuk mengembangkan sains berbasis budaya lokal di sekolah–
sekolah di Bali dan daerah–daerah transmigran Bali seperti Kabupaten Parigi
Moutong di Sulawesi Tengah dan Lampung menggunakan budaya yang
sudah ada dan berkembang dalam masyarakat tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Sejauh mana gerak tapak sirang pada, mendak, agem dan agem kanan
dalam tari Pendet memiliki relevansi dengan konsep kesetimbangan dan
momen gaya?
2. Bagaimana merancang pembelajaran sains yang diintegrasikan dalam
budaya Bali?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5

C. Tujuan Penelitian
1. Mengidentifikasi gerak tapak sirang pada, mendak, agem dan agem kanan
dalam tari Pendet yang dapat diintegrasikan dalam pembelajaran sains.
2. Mendesain model pembelajaran sains yang melibatkan tari Pendet.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Bagi guru dan calon guru
a. Dapat memperoleh wawasan untuk memperbaiki, meningkatkan, dan
mengembangkan kualitas pembelajaran sains dengan memperhatikan
lingkungan sosial-budaya anak. Pelatih tari Bali juga memperoleh
pengetahuan sains dalam tari Bali untuk meneruskan, meningkatkan,
dan mengembangkan latihan tari Bali.
b. Menyediakan alternatif pembelajaran sains dengan memperhatikan
aspek budaya dan mengintegrasikannya dalam pembelajaran sains dan
sebaliknya menyediakan pula alternatif latihan tari Bali dengan
memperhatikan konsep fisika yang terkandung di dalamnya.
c. Sebagai referensi bagi guru dan calon guru agar nantinya dalam
merencanakan pembelajaran sains hendaknya juga memperhatikan
budaya lokal anak. Referensi bagi pelatih tari Bali untuk membantu
para penari berlatih tari Bali dengan sebaik-baiknya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6

2. Bagi siswa
a. Siswa dapat belajar sains, baik dari adopsi budaya Barat maupun
budaya lokal/lingkungan siswa sendiri.
b. Siswa akan lebih menghargai budaya lokalnya sendiri dan
mengembangkan pengetahuan lokal.
3. Bagi peneliti
a. Dapat mendorong peneliti untuk melaksanakan penelitian sains
berbasis budaya lokal yang lain atau di daerah yang berbeda sehingga
dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dan memperkenalkan
budaya lokal di daerah sendiri atau di daerah lain.
b. Menambah pengetahuan peneliti tentang sains dan budaya di daerah
peneliti berasal.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Budaya dan Sains
1.

Pengertian Budaya
Istilah budaya berasal dari bahasa Sansekerta, buddhayah yang

merupakan bentuk jamak dari buddhi. Kata ini sering diucapkan dalam bahasa
Indonesia budi, yang berarti hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal
manusia. Sementara itu, istilah budaya jika diambil dari bahasa Inggris culture
berasal dari bahasa Latin cultura dari kata dasar colere yang artinya mengolah
atau mengerjakan (to cultivate).
Menurut Santrock (2014), budaya mengacu pada pola perilaku,
keyakinan, dan semua produk lain dari sekelompok orang tertentu yang
diwariskan dari generasi ke generasi. Produk ini hasil interaksi antara
kelompok orang dan lingkungan mereka selama bertahun-tahun.
Spranger (dalam Suriasumantri, 2017: 471) mengidentifikasikan enam
nilai dasar dalam kebudayaan yakni nilai teori, ekonomi, estetika, sosial, politik
dan agama. Setiap kebudayaan mempunyai skala hirarki mengenai mana yang
lebih penting dan mana yang kurang penting dari nilai-nilai tersebut dari setiap
kategori.
2.

Pengertian Sains
Sains merupakan kata yang berasal dari bahasa Latin “Scientia” artinya

“tahu” atau mengetahui. John Woodbum dan E. O. Obourn (dalam Isabel
Gedgrave, 2009: 1) menganggap sains sebagai upaya manusia yang berusaha

7

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8

untuk mencari penjelasan bahkan meningkatkan akurasi, peristiwa dan
kenyataan yang terjadi atau hidup dalam lingkungan alam kita. Walaupun
pengertian sains tersebut adalah mengetahui, pada akhirnya sains itu sendiri
tidak sekedar hanya untuk mengetahui. Menurut pandangan antropologi
budaya, kebudayaan dapat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh ilmu
pengetahuan yang berkembang di masyarakat. Dari hal tersebut pembelajaran
sains dapat dianggap sebagai transmisi budaya.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa sains merupakan bagian dari
budaya, yaitu pada sistem pengetahuan yang dimiliki manusia melalui proses
belajar. Proses belajar itu sendiri merupakan proses pembudayaan yang tidak
dapat dipisahkan dari aksi dan interaksi. Hal ini dikarenakan persepsi dan
aktivitas berjalan seiring secara dialogis.
Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa budaya berperan penting
dalam pembelajaran sains yang memungkinkan anak mempelajari banyak
pengetahuan tentang pelajaran fisika dan pengetahuan sains. Melalui hal
tersebut memungkinkan juga budaya bisa menjadi alat atau sarana yang
berharga bagi anak dalam mengembangkan pengetahuan baru. Dalam proses
pembelajaran, budaya digunakan oleh guru sains untuk menyampaikan sains
yang berkaitan dengan produk dan proses.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9

B. Hakikat Pembelajaran Kontekstual
1. Pengertian Pembelajaran Kontekstual
Menurut Elaine B. Johnson (2010: 14),
“contextual Teaching and Learning adalah sebuah sistem belajar yang
didasarkan pada filosofi bahwa siswa mampu menyerap pelajaran apabila
mereka menangkap makna dalam materi akademis yang mereka terima, dan
mereka menangkap makna-makna dalam tugas-tugas sekolah jika mereka
bisa mengaitkan informasi baru dengan pengetahuan dan pengalaman yang
sudah mereka miliki sebelumnya.”

Blancard (2001: 1), Berns dan Erickson (2001: 2) dalam Komalasari
(2010: 6) mengemukakan bahwa:
“ Contextual teaching and learning is a conception of teaching and learning
that helps teachers relate subject matter content to real world situations;
and motivates students to make connections between knowledge and its
aplications to their lives as family members, citizens, and workers and
engage in the hard work that learning requires.”

Dengan demikian pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar
dan mengajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang
diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warga
negara, dan pekerja.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10

2. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran kontekstual memiliki beberapa karakteristik khusus
yang membedakannya dengan pendekatan pendidikan lain. Elaine B.
Johnson (2010: 65–66) mengidentifikasi ada delapan komponen yang
menjadi karakteristik pembelajaran kontekstual, yaitu: (1) membuat
keterkaitan-keterkaitan yang bermakna, (2) melakukan pekerjaan yang
berarti, (3) melakukan pembelajaran yang diatur sendiri, (4) bekerja sama,
(5) berpikir kritis dan kreatif, (6) membangun individu untuk tumbuh dan
berkembang, (7) mencapai standar yang tinggi, dan (8) menggunakan
penilaian autentik.
Sounders (1995: 5–10) dalam Komalasari (2010: 8–10) menjelaskan
bahwa pembelajaran difokuskan pada REACT (Relating, Experiencing,
Applying, Cooperating, dan Transfering) yang diuraikan sebagai berikut;
a. Relating (keterkaitan, relevansi)
Proses pembelajaran hendaknya ada keterkaitan (relevansi) dengan
bekal pengetahuan (prerequisite knowledge) yang telah ada pada diri
siswa (relevansi antarfaktor internal seperti bekal pengetahuan,
keterampilan, bakat, minat, dengan faktor ekksternal seperti ekspose
media dan pembelajaran oleh guru dan lingkungan luar), dan dengan
konteks pengalaman dalam kehidupan dunia nyata seperti manfaat
untuk bekal bekerja di kemudian hari.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11

b. Experiencing (pengalaman langsung)
Dalam proses pembelajaran, siswa perlu mendapatkan pengalaman
langsung melalui kegiatan eksplorasi, penemuan (discovery), inventori,
investigasi, penelitian, dan sebagainya. Experiencing dipandang
sebagai jantung pembelajaran kontekstual, proses pembelajaran akan
berlangsung cepat jika siswa diberi kesempatan untuk memanipulasi
peralatan, memanfaatkan sumber belajar, dan melakukan bentukbentuk kegiatan penelitian yang lain secara aktif. Untuk mendorong
daya tarik dan motivasi maka diperlukan penggunaan strategi
pembelajaran dan media seperti audio, video, membaca dan menelaah
buku teks, dan sebagainya.
c. Applying (aplikasi)
Menerapkan fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang dipelajari dalam
situasi dan konteks yang lain merupakan pembelajaran tingkat tinggi,
lebih sekedar hafal. Kemampuan siswa untuk menerapkan materi yang
telah dipelajari untuk diterapkan atau digunakan pada situasi lain yang
berbeda merupakan penggunaan (use) fakta konsep, prinsip atau
prosedur atau “pencapaian tujuan pembelajaran dalam bentuk
menggunakan (use)” (Reigeluth dan Merril, 1987: 7 dalam Komalasari,
2010: 9).
Kemampuan siswa menerapkan konsep dan informasi dalam konteks
yang bermanfaat juga dapat mendorong siswa untuk memikirkan karir
dan pekerjaan di masa depan yang mereka minati. Dalam pembelajaran

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12

kontekstual, penerapan ini lebih banyak diarahkan pada dunia kerja.
Dalam kegiatan pembelajaran di kelas, pengenalan dunia kerja ini
dilaksanakan dengan menggunakan buku teks, video, laboratorium, dan
bila memungkinkan ditindaklanjuti dengan memberikan pengalaman
langsung melalui kegiatan karyawisata, praktik kerja lapangan,
magang, dan sebagainya.
d. Cooperating (kerja sama)
Kerja sama dalam konteks saling tukar pikiran, mengajukan dan
menjawab pertanyaan, komunikasi interaktif antarsesama siswa,
antarsiswa dengan guru, antarsiswa dengan narasumber, memecahkan
masalah dan mengerjakan tugas bersama merupakan strategi
pembelajaran pokok dalam pembelajaran kontekstual. Pengalaman
bekerja sama tidak hanya membantu siswa belajar menguasai materi
pembelajaran, tetapi juga sekaligus memberikan wawasan pada dunia
nyata bahwa untuk menyelesaikan suatu tugas akan lebih berhasil jika
dilakukan secara bersama-sama atau kerja sama dalam bentuk tim.
e. Transfering (alih pengetahuan)
Pembelajaran kontekstual menekankan pada kemampuan siswa untuk
mentransfer pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang telah dimiliki
pada situasi lain. Dengan kata lain, pengetahuan dan keterampilan yang
telah dimiliki tidak sekedar untuk dihafal, tetapi dapat digunakan atau
dialihkan pada situasi dan kondisi lain. Kemampuan siswa untuk
menerapkan materi yang telah dipelajari untuk memecahkan masalah-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13

masalah baru merupakan strategi kognitif (Gagne, 1988: 19 dalam
Komalasari, 2010: 10) atau “pencapaian tujuan pembelajaran dalam
bentuk menemukan (finding)” (Reigeluth dan Merril, 1987: 17 dalam
Komalasari 2011: 10).

C. Pembelajaran Berbasis Budaya
Pembelajaran

berbasis

budaya

merupakan

strategi

penciptaan

lingkungan belajar dan perancangan pengalaman belajar yang mengitegrasikan
budaya sebagai bagian dari proses pembelajaran (Suprayekti dkk, 2008: 4.12
dalam Wihelmina, 2017: 13). Pembelajaran berbasis budaya dilandaskan pada
pengakuan terhadap budaya sebagai bagian yang fundamental (mendasar dan
penting) bagi pendidikan, ekspresi dan komunikasi suatu gagasan dan
perkembangan pengetahuan.
Pembelajaran berbasis budaya dapat dibedakan menjadi tiga macam
yaitu belajar tentang budaya, belajar dengan budaya, dan belajar melalui
budaya. Pada topik ini dibahas integrasi budaya dalam pembelajaran sains
sehingga pembahasan hanya difokuskan pada masalah belajar dengan budaya
dan belajar melalui budaya.
1.

Belajar dengan budaya
Belajar tipe ini terjadi pada saat budaya diperkenalkan kepada siswa
sebagai cara atau metode untuk mempelajari suatu mata pelajaran tertentu.
Belajar dengan budaya meliputi pemanfaatan beragam bentuk perwujudan
budaya. Belajar dengan budaya dan perwujudannya menjadi media

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14

pembelajaran dalam proses belajar menciptakan kondisi di mana siswa
mempelajari konteks dari contoh–contoh konsep atau prinsip dalam suatu
mata pelajaran menjadi konteks penerapan prinsip atau prosedur dalam
suatu pelajaran.
2.

Belajar melalui budaya
Belajar melalui budaya merupakan metode yang memberikan kesempatan
kepada siswa untuk menunjukkan pencapaian pemahaman atau makna
yang diciptakannya dalam suatu mata pelajaran melalui ragam perwujudan
budaya. Belajar melalui budaya juga merupakan salah satu bentuk multiple
representation of learning assesment atau bentuk penilaian pemahaman
dalam ragam bentuk. Melalui metode ini memungkinkan siswa untuk
memperlihatkan kedalaman pemikirannya, penjiwaannya terhadap konsep
atau prinsip yang dipelajari dalam suatu mata pelajaran, serta imajinasi
kreatifnya dalam mengekspresikan pemahamannya. Belajar melalui
budaya dapat dilakukan di sekolah dasar, sekolah menengah atau
perguruan tinggi serta dalam mata pelajaran apapun.
Dalam pengertian yang seluas–luasnya pendidikan dapat dipandang

sebagai pengalihan kebudayaan, yakni pemindahan nilai–nilai dan berbagai
pengetahuan yang terkumpul dalam sesuatu masyarakat dari generasi yang
terdahulu kepada generasi berikutnya. Sains dalam zaman modern ini tumbuh
dan berkembang di negara–negara Barat dengan latar belakang kebudayaan
Barat. Tetapi, negara–negara sedang berkembang pada umumnya, termasuk
Indonesia mempunyai kebudayaan yang berlainan. Semangat keilmuan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15

negara–negara sedang berkembang dan tidak dengan sendirinya berkembang
dalam masyarakat. Dengan demikian, pendidikan sains di Indonesia
mempunyai peranan utama yang sangat penting untuk menumbuhkan dan
membina suatu kebudayaan ilmiah (The Liang Gie, 1992: 21-29).
Pembelajaran berbasis budaya merupakan salah satu cara yang
dipersepsikan menjadi dua makna. Pertama, menjadikan pembelajaran
bermakna dan kontekstual yang sangat terkait dengan komunitas budaya, di
mana suatu bidang ilmu dipelajari dan akan diterapkan nantinya di dalam
komunitas budaya dari mana Anda berasal. Kedua, menjadikan pembelajaran
menarik dan menyenangkan. Maksudnya ialah menciptakan kondisi belajar
yang memungkinkan terjadinya penciptaan makna secara kontekstual
berdasarkan pada pengalaman awal Anda sebagai anggota suatu masyarakat
yang berbudaya serta merupakan salah satu prinsip dasar dari teori
konstruktivisme.
Menurut Vygotsky, perkembangan fungsi kebudayaan pada anak
mengalami dua fase, yaitu fase sosial dan fase individu. Interaksi sosial
memberikan pengalaman pada anak dan pada tahap selanjutnya pengalaman–
pengalaman yang mereka lalui diinternalisasi oleh anak dan menjadi struktur
pengetahuan atau skemata anak. Selanjutnya, Vygotsky juga mengemukakan
bahwa perkembangan kognitif sangat ditentukan oleh interaksi sosial anak
dengan lingkungannya, terutama pada masa anak berada dalam zone of
proximal development yang secara intelektual dapat pula diartikan sebagai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16

memberikan makna baru dari pengalaman–pengalaman yang telah mereka
miliki (Martini Jamalis, 2013: 151–153).
D. Media Pembelajaran
Kata media merupakan bentuk jamak dari kata medium. Media adalah
perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan (Sadirman,
1993 dalam Cecep Kustandi & Bambang Sutjipto, 2013: 7). Dijelaskan pula
oleh Raharjo (1989) dalam Cecep Kustandi & Bambang Sutjipto (2013: 7)
bahwa media adalah wadah dari pesan yang oleh sumbernya ingin diteruskan
kepada sasaran atau penerima pesan tersebut.
Pembelajaran

merupakan

usaha–usaha

yang

terencana

dalam

memanipulasi sumber–sumber belajar agar proses belajar terjadi dalam diri
siswa. Hal inilah yang dilakukan oleh guru atau tenaga kependidikan secara
sadar untuk membantu peserta didik mendapatkan pengetahuan sesuai dengan
kebutuhan dan minat mereka. Proses pembelajaran mengandung lima
komponen, yaitu komunikasi, guru (komunikator), bahan pembelajaran, siswa
(komunikan) dan tujuan pembelajaran. Berdasarkan pengertian–pengertian
tersebut, media pembelajaran adalah alat yang membantu proses belajar
mengajar dan berfungsi untuk memperjelas makna pesan (bahan pembelajaran)
yang disampaikan, sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran dengan lebih
baik.
Secara umum dapat dikatakan media dalam proses pembelajaran
mempunyai kegunaan, antara lain:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17

1. Wakil guru dalam menyampaikan informasi secara lebih teliti, jelas
dan menarik;
2. Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis;
3. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, tenaga dan daya indera;
4. Menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara murid
dan sumber belajar;
5. Memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan
kemampuan visual, auditori dan kinestiknya;
6. Memberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman dan
menimbulkan persepsi yang sama.
Selain itu, Kemp dan Dayton (1985) dalam Cecep Kustandi & Bambang
Sutjipto (2013: 21) menjabarkan kontribusi media pembelajaran sebagai
berikut.
1. Penyampaian pelajaran tidak kaku.
2. Pembelajaran bisa lebih menarik.
3. Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan diterapkannya teori
belajar.
4. Lama waktu pembelajaran yang diperlukan dipersingkat.
5. Kualitas belajar dapat ditingkatkan.
6. Pembelajaran dapat diberikan kapan dan di mana saja diperlukan,
terutama jika media pembelajaran dirancang untuk penggunaan
secara individu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18

7. Sikap positif siswa terhadap apa yang mereka pelajari dan terhadap
proses belajar dapat ditingkatkan.
8. Peran guru dapat berubah ke arah yang lebih positif.
E. Tari Pendet dan Gerak Agem Kanan
1. Pengertian dan Makna Tari Pendet
Menurut Kusmayati dkk (2003) dalam Siluh Made A. dan Usrek T. U.
(2007: 170)
“Pada jaman dahulu tari Pendet merupakan tarian Pura yang fungsinya untuk
memuja para dewa–dewi yang berdiam di Pura selama upacara odalan
berlangsung.”

Tari Pendet merupakan perkembangan dari memendet yaitu suatu
perilaku manusia ketika ngaturang ayah atau mempersembahkan
kemampuan yang mereka miliki ketika berada di pura dalam pelaksanaan
upacara keagamaan (bebali). Tari Pendet yang sudah dikembangkan dan
diperbaiki selama beberapa masa kini dipergunakan juga untuk pariwisata,
khususnya di daerah Bali.
Tari Pendet biasanya ditarikan oleh para gadis atau putri-putri remaja
baik itu secara kelompok kecil, kelompok besar, maupun secara masal yang
menggunakan properti berupa bokor dan ada juntaian daun janur yang
disebut dengan sampiyan. Di atas sampiyan diisi dengan bunga tabur.

2. Istilah–Istilah dalam Gerakan Tari Pendet
Pada dasarnya motif gerak tari Pendet sama seperti tari Bali pada
umumnya, yaitu;

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19

a. Agem adalah sikap pokok yang mengandung maksud tertentu yaitu
suatu gerak pokok yang tidak berubah-ubah dari suatu sikap pokok ke
sikap pokok yang lain.
b. Tandang adalah cara memindahkan gerakan kaki dari suatu gerakan
pokok ke gerakan pokok lain sehingga menjadi suatu rangkaian gerak
yang saling berhubungan.
c. Tangkis adalah perkembangan gerakan tangan penari sehingga menjadi
rangkaian yang selaras dalam suatu tarian.
d. Tangkep adalah mimik yang memancarkan penjiwaan tari yaitu suatu
ekspresi yang timbul melalui cahaya muka.

3. Agem Kanan
Seperti yang telah dijelaskan bahwa agem adalah suatu sikap pokok
dalam menari Bali. Gerak agem meliputi agem kanan dan kiri, tapak sirang
pada, nuding, nabdab gelung dan nabdab gelung kana. Tulisan kali ini akan
lebih memfokuskan penjelasan mengenai gerak agem kanan sebagai suatu
media pembelajaran untuk menjelaskan suatu konsep fisika.
Agem kanan adalah sikap dasar bagaimana penari memahami sikap
tubuh. Sikap tubuh yang pertama, tubuh itu harus merendah atau disebut
dengan mendak. Kemudian mendorong tubuh ke depan atau disebut dengan
ngeed (di Jawa dikenal dengan mayuk). Cengked yaitu gerak menarik tulang
ekor supaya melengkung. Awalnya adalah tulang belikat menarik bahu ke
belakang, menyatunya tulang belikat kemudian melakukan gerak ngeed.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20

Posisi kaki kanan diagonal terhadap kaki kiri di mana kaki kiri berada
di depan kaki kanan atau membentuk huruf “V”. Jarak antara kaki kanan
yang posisinya diagonal dengan posisi kaki kiri kira–kira satu genggaman
tangan. Kemudian jari kaki kanan dan kiri nyelekenting yaitu jari–jari
dinaikan ke atas dan dibuat melengkung ke belakang.
Pada mulanya berat badan diletakkan pada bagian tengah tubuh
penari. Ketika penari mendak artinya dia tidak sengaja meletakkan berat
badan pada bagian tubuh kanan. Untuk mendapatkan posisi seimbang maka
pinggul sedikit didorong ke kiri dan pinggang ke kanan.
Posisi tangan kiri sirang susu yaitu posisi tangan berada di samping
dada. Posisi ibu jari ditekuk ke belakang kemudian empat jari lainnya
melengkung ke belakang dan digetarkan yang disebut dengan jeriring.
Posisi tangan kanan sepat pala yaitu posisi tangan kanan sejajar bahu
kemudian lengan bawah ditekuk ke depan membentuk sudut siku–siku
dengan lengan atas. Posisi jari–jari pada tangan kanan sama seperti tangan
kiri. Posisi kepala direbahkan ke kanan kemudian mata dibuka lebar tanpa
berkedip dan difokus untuk menatap ke depan.
F. Kesetimbangan Benda Tegar
Tipler (1998) menyatakan bahwa kesetimbangan benda tegar adalah
kondisi benda dengan gaya resultan dan momen gaya resultan sama dengan nol
pada benda yang diam (statis) atau benda yang bergerak lurus (dinamis). Pada
pokok bahasan Hukum–hukum Newton telah dijelaskan bagaimana sebuah
partikel agar tetap diam, yaitu gaya neto yang bekerja pada partikel tersebut

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21

adalah nol. Pada kondisi ini, partikel tidak dipercepat, dan jika kecepatan
awalnya nol, maka partikel tetap diam. Karena percepatan pusat massa sebuah
benda sama dengan gaya neto yang bekerja pada benda dibagi dengan massa
total benda, maka syarat ini juga berlaku untuk benda tegar yang berada pada
kesetimbangan. Namun, walaupun pusat massa sebuah benda diam, benda
dapat berputar. Jadi, syarat lain yang diperlukan adalah torsi neto terhadap
pusat massa sama dengan nol. Jika pusat massa sebuah benda diam dan tidak
ada rotasi mengelilinginya, maka tidak akan ada rotasi yang mengelilingi titik
mana pun. Jadi, agar kesetimbangan statik terjadi, torsi neto yang bekerja pada
sebuah benda harus sama dengan nol terhadap setiap titik.
Kesimpulannya, ada dua syarat yang diperlukan agar benda tegar berada
dalam kesetimbangan statik, yaitu;
1. Gaya eksternal yang bekerja pada benda sama dengan nol:
𝑭𝒏𝒆𝒕𝒐 = 0

(1)

𝝉𝒏𝒆𝒕𝒐 = 0

(2)

2. Torsi eksternal neto terhadap setiap titik harus sama dengan nol:

G. Momen Gaya

Halliday (1985) menyatakan bahwa momen gaya atau torsi atau
torka dari bahasa Latin torquere yang artinya memutar. Jadi, torsi adalah
kecenderungan sebuah gaya untuk memutar suatu benda tegar terhadap suatu
titik poros tertentu. Jika torsi resultan yang dialami oleh benda tidak sama
dengan nol, maka benda melakukan gerak putar dengan frekuensi sudut
ataupun periode yang berubah terhadap waktu. Artinya, bila torsi resultan tidak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22

nol, maka gerak putar itu mempunyai percepatan sudut yang tidak nol. Jika
torsi resultan pada benda bersifat nol, maka benda tersebut dalam
kesetimbangan rotasi. Selain itu, benda disebut dalam kesetimbangan translasi
bila gaya resultannya nol.
Jika benda bermassa m berada di posisi r (yaitu di titik P) relatif
terhadap titik asal koordinat (o), dan di titik P bekerja gaya F ( gambar 2.1 ),
maka torsi yang bekerja pada benda terhadap o didefenisikan sebagai :
𝝉=𝒓 ×𝑭

(3)

Gambar 2.1 Sebuah benda mengalami
gaya di titik P tetapi torsinya bekerja
terhadap titik o.

Torsi adalah besaran vektor. Besarnya diberikan oleh :
𝜏 = 𝑟𝐹 sin 𝜃

(4)

dengan θ adalah sudut antara r dan F; arahnya tegak lurus kepada bidang yang
dibentuk oleh r dan F. Arahnya dapat ditentukan dengan aturan tangan kanan bagi
perkalian vektor antara dua vektor, yaitu ayunkan r dan F melalui sudut terkecil
diantaranya dengan cara mengepalkan jari–jemari tangan kanan kemudian
memperhatikan arah yang ditunjukkan oleh ibu jari yang ditegakkan menyatakan
arah τ.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian deskriptif
kualitatif yaitu dengan menggunakan studi dokumentasi, observasi dan
wawancara. Wawancara dilakukan kepada penari dan pelatih Tari Bali di
Komunitas Sekar Jepun yang berdomisili di Yogyakarta. Observasi dilakukan
peneliti untuk membuat rekaman video serta pengambilan gambar tari Pendet.
B. Desain Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahap yang dapat diperhatikan
pada bagan berikut ini:
Pengumpulan Informasi Tentang Budaya Bali

Memilih Informasi yang Relevan Dengan Pembelajaran Sains

Menganalisis Besaran-Besaran dalam Tari Pendet

Perumusan Hasil Kajian

23

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24

Adapun penjelasan tahap–tahap pada penelitian ini adalah :
1. Pengumpulan Informasi Tentang Budaya Bali
Pengumpulan informasi tentang budaya Bali menggunakan tiga cara,
yaitu studi literatur, observasi dan wawancara. Literatur sangat berperan
penting dalam menemukan informasi yang dibutuhkan dalam suatu
penelitian. Maka dari itu peneliti mencari literatur yang menggambarkan
budaya Bali secara umum dan mengenai tari Pendet secara khusus. Literatur
digunakan sebagai referensi untuk melakukan mengetahui kehidupan
masyarakat berbudaya di Bali.
Pengumpulan informasi menggunakan metode wawancara dilakukan
kepada masyarakat suku Bali sebagai narasumber yang mengenal budaya
Bali. Narasumber yang dipilih adalah penduduk asli Bali yang berdomisili
di Yogyakarta. Informasi yang didapat oleh peneliti adalah informasi
mengenai aspek budaya lokal (budaya Bali) yang ada pada masyarakat di
mana mereka berasal serta kaitannya dengan pengetahuan lokal.
Wawancara dengan warga diperlukan untuk mendapatkan data tentang
pengetahuan lokal yang ada dan berkembang di lingkungan masyarakat
tersebut.
Selanjutnya peneliti melakukan observasi kegiatan pelatihan tari Bali
yang dilaksanakan oleh Komunitas Tari Bali Sekar Jepun di Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta. Observasi ini memberikan dokumentasi berupa
rekaman video pelatihan dan pentas tari Pendet serta foto–foto proses
latihan salah satu tari Bali.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25

2. Memilih Informasi yang Relevan Terhadap Pembelajaran Sains
Tari Pendet merupakan salah satu budaya lokal yang tumbuh dan
berkembang dalam masyarakat Bali dan kini juga banyak diketahui oleh
masyarakat Indonesia sebagai penunjang pariwisata di Bali. Melalui metode
pengumpulan informasi di atas, peneliti akan mendapatkan data dari
berbagai sumber tertulis maupun hasil wawancara bersama informan. Hasil
wawancara kemudian diolah guna mengetahui budaya lokal yang ada di
masyarakat. Selanjutnya peneliti memilih data yang relevan terhadap
konsep

sains.

Peneliti

melakukan

observasi

pada

salah

satu

sanggar/komunitas tari Bali di Yogyakarta untuk mendapatkan data berupa
video dan foto mengenai tari Pendet yang dapat digunakan sebagai
informasi tentang tari Pendet.
3. Identifikasi Tari Pendet dalam Segala Aspek Terhadap Konsep–Konsep
Sains yang Relevan
Pada langkah ini akan diidentifikasi konsep–konsep sains yang
relevan dari pengetahuan lokal dalam tari Pendet sebagai budaya lokal
masyarakat Bali. Pengetahuan ini meliputi beberapa besaran fisika yang
dapat dijadikan sebagai fokus kajian dalam penelitian ini dari perspektif
penari dan pelatih tari Pendet.
4. Perumusan Hasil kajian
Berdasarkan data observasi, wawancara dan analisis awal, peneliti
akan mengidentifikasi konsep–konsep yang sesuai dengan konsep–konsep
sains yang sudah dikenal. Hasil di atas akan digunakan sebagai dasar untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26

mengarahkan pengembangan media berbasis budaya lokal sebagai media
pembelajaran sains di sekolah.

C. Sampel Penelitian
Tari Pendet digun