BAB 4 ANALISIS SOSIAL, EKONOMI, DAN LINGKUNGAN - DOCRPIJM cca1c06055 BAB IVBAB 4

RPIJM 2015-2019 KOTA MANADO

BAB 4
ANALISIS SOSIAL, EKONOMI, DAN LINGKUNGAN
4.1

Latar Belakang
Sumber daya alam dan lingkungan hidup merupakan sumber yang penting bagi

kehidupan umat manusia dan makhluk hidup lainnya. Sumber daya alam menyediakan
sesuatu yang diperoleh dari lingkungan fisik untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan
manusia, sedangkan lingkungan merupakan tempat dalam arti luas bagi manusia dalam
melakukan aktifitasnya. Untuk itu, pengelolaan sumber daya alam seharusnya mengacu
kepada aspek konservasi dan pelestarian lingkungan. Eksploitasi sumber daya alam
yang hanya berorientasi ekonomi hanya membawa efek positif secara ekonomi tetapi
menimbulkan efek negatif bagi kelangsungan kehidupan umat manusia. Oleh karena itu
pembangunan tidak hanya memperhatikan aspek ekonomi tetapi juga memperhatikan
aspek etika dan sosial yang berkaitan dengan kelestarian serta kemampuan dan daya
dukung sumber daya alam. Pembangunan sumber daya alam dan lingkungan hidup
menjadi


acuan

bagi

kegiatan

berbagai

sektor

pembangunan

agar

tercipta

keseimbangan dan kelestarian fungsi sumber daya alam dan lingkungan hidup sehingga
keberlanjutan

pembangunan


tetap

terjamin.

Pemanfaatan

sumber

daya

alam

seharusnya memberi kesempatan dan ruang bagi peranserta masyarakat dalam
pemeliharaan lingkungan dan pembangunan berkelanjutan.
RPI2-JM bidang Cipta Karya membutuhkan kajian pendukung dalam hal lingkungan dan
sosial untuk meminimalkan pengaruh negative pembangunan infrastruktur bidang Cipta
Karya terhadap lingkungan permukiman baik di perkotaan maupun di perdesaan. Kajian
aspek lingkungan dan sosial meliputi acuan peraturan perundang-undangan, kondisi
eksisting lingkungan dan sosial, analisis dengan instrumen, serta pemetaan antisipasi

dan rekomendasi perlindungan lingkungan dan sosial yang dibutuhkan.
Peraturan dan perundang – undangan yang berhubungan dengan SAFEGUARD adalah
:


Undang – undang No. 4 tahun 1982, tentang ketentuan-ketentuan pokok
pengelolaan lingkungan hidup.



Undang-undang No. 5 tahun 1990, tentang Konversi Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya
97

RPIJM 2015-2019 KOTA MANADO


Undang-undang No. 26 tahun 2007, tentang Penataan Ruang




Keputusan Presiden RI No. 23 tahun 1990 tentang Badan Pengendalian dampak
Lingkungan



Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 1993 tentang Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan



Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Kepala Badan Pengendalian Dampak
Lingkungan (BAPEDAL) No. 056/1994, tanggal 18 Maret 1994 tentang Pedoman
Ukuran dampak Lingkungan



Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Kep.12/MENLH/3/94, tanggal 14 Maret 1994
tentang Pedoman Umum Upaya Pengelolaan lingkungan (UKL) dan Upaya
Pemanfaatan lingkungan (UPL)




Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.Kep.11/MENLH/3/94. tanggal 19 Maret
1994, tentang jenis usaha atau kegiatan wajib dilengkapi SAFEGUARD



Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.Kep.13/MENLH/3/94. tanggal 19 Maret
1994

tentang

Pedoman

Susunan

Keanggotaan

dan


Tata

Kerja

Komisi

SAFEGUARD


Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.Kep.154/MENLH/3/1994, tanggal 19
Maret 1994 tentang Pedoman Umum Penyusunan SAFEGUARD Keputusan
Menteri



Pekerjaan Umum No.17/KPTS/M/2003 tentang Petapan Jenis Usaha dan/atau
Kegiatan Bidang Permukiman dan Prasarana Wilayah yang Wajib Dilengkapi
dengan Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan.


Peranan pemerintah daerah sangat diperlukan dalam perumusan kebijakan pengelolaan
sumber daya alam terutama dalam rangka perlindungan dari bencana ekologis. Sejalan
dengan otonomi daerah, kontrol masyarakat dalam pengelolaan sumber daya alam dan
pelestarian fungsi lingkungan hidup merupakan hal yang penting.
Dengan demikian hak dan kewajiban masyarakat untuk memanfaatkan dan memelihara
keberlanjutan sumber daya alam dan lingkungan harus dapat dioptimalkan. Kesalahan
dalam pengelolaan dapat berpotensi mempercepat terjadinya kerusakan sumber daya
alam,

termasuk

kerusakan

hutan

lindung,

pencemaran

udara,


hilangnya

keanekaragaman hayati, kerusakan konservasi alam, dan sebagainya.

98

RPIJM 2015-2019 KOTA MANADO

Meningkatnya intensitas kegiatan penduduk dan industri perlu dikendalikan untuk
mengurangi kadar kerusakan lingkungan di banyak tempat yang antara lain berupa
pencemaran industri, pembuangan limbah yang tidak memenuhi persyaratan teknis dan
kesehatan, penggunaan bahan bakar yang tidak aman bagi lingkungan, kegiatan
pertanian, penangkapan ikan, dan eksploitasi hutan lindung yang mengabaikan daya
dukung dan daya tampung lingkungan.
Prinsip Dasar
Prinsip AMDAL secara garis besar digambarkan sebagai berikut, semua kegiatan yang
diajukan dan atau akan diusulkan harus sesuai dengan prinsip lingkungan serta telah
memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Pengkajian lingkungan dan rencana penanggulangannya dapat berbentuk : (i)

AMDAL (atau ANDAL dan RKL/RPL), atau (ii) UKL/UPL, tergantung kategori
dampak proyek dimaksud (lihat daftar kategori, di bawah). Penentuan kategori
lingkungan untuk masing-masing proyek mengacu pada kriteria yang ditetapkan
dalam kerangka safeguard ini.
b. AMDAL dan UKL/UPL harus dipandang sebagai alat untuk meningkatkan kualitas
proyek. Karena itu, AMDAL atau UKL/UPL harus menjadi bagian tak terpisahkan
dari analisis kelayakan teknis, ekonomi, sosial, institusional dan keuangan setiap
usulan proyek.
c.

Sedapat mungkin proyek harus menghindari, atau meminimalkan, dampak negatif
pada lingkungan. Alternatif desain, termasuk alternatif tanpa proyek, harus dikaji
dengan seksama sebelum usulan proyek diajukan. Sebaliknya, proyek harus
dirancang sedemikian sehingga dampak positif dapat dimaksimalkan.

d. Proyek yang menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan, dan dampaknya
tidak dapat dikelola melalui rancangan atau praktek-praktek konstruksi, harus
disertai dengan AMDAL.
e. Proyek yang mengganggu habitat alam kritis, masyarakat terasing dan rentan (IVP),
kawasan lindung, atau merupakan kawasan sengketa. Di samping itu, produksi,

atau penggunaan :
• Bahan-bahan yang merusak ozon, tembakau atau produk-produk tembakau.

99

RPIJM 2015-2019 KOTA MANADO
• Asbes, berbagai tindakan pencegahan berkaitan dengan penggunaan asbes,
seperti renovasi bangunan yang menggunakan asbes, akan diterapkan.
• Bahan beracun berbahaya (B3). Proyek yang menggunakan, memproduksi,
menyimpan atau mengangkut bahan-beracun berbahaya (toksik, korosif, atau
eksplosif) atau bahan berkategori B3 dalam undang-undang Indonesia, tidak
dapat dibiayai.
• Pestisida, herbisida, dan insektisida.
• Konstruksi bendungan (dam).
• Kekayaan budaya. Proyek yang merusak kekayaan budaya, termasuk barang,
struktur fisik dan lokasi yang dianggap sakral atau setidaknya memiliki nilai
spiritual, tidak dapat dibiayai.
f.

Karena alasan praktis, disarankan agar proyek investasi tahun I tidak termasuk

proyek yang perlu dilengkapi dengan AMDAL. Proyek-proyek dimaksud dapat
diusulkan pada tahun II, atau setelahnya.

Kategori Proyek
Safeguard lingkungan ini berlaku pada semua tahap pengembangan proyek,
seperti: pengajuan usulan, perencanaan, pelaksanaan dan pengoperasian proyek tiap
proyek atau kegiatan yang diusulkan dapat dikelompokkan ke dalam salah satu dari 3
kategori berikut. Kategorisasi serupa berdasarkan peraturan-perundangan Nasional
juga dicantumkan dalam tabel.

Tabel 4. 1 Jenis Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup untuk Dinas Pekerjaan Umum Bidang Cipta Karya

100

RPIJM 2015-2019 KOTA MANADO
No
1.

≥ 40 Ha
≥ 25 Ha

2.


No.

3.

1.

Jenis Usaha/Kegiatan

Dasar Pertimbangan


Skala (Besaran)



Persampahan

Perubahan bentang alam
≥ 500 Ha
dan bentuk lahan, pengaruh Gangguan kesehatan, estetika,
penggunaan teknologinya bau, asap pembakaran, emisi bio
terhadap lingkungan fisik - gas (H2S, Nox, Sox, Cox, dioxin),
pencemaran air tanah maupun air
kimia dan sosial ekonomi

permukaan
budaya, introduksi jenis
hewan


Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
dengan system control ladfill
atau sanitary landfill

4.
a.

5.

6.

Luas

5 liter/det dan < 50
liter/det

Penerapan teknologinya
mempengaruhi lingkungan
fisik - kimiawi, proses dan
hasil kegiatannya
mempengaruhi lingkungan

Perubahan bentang alam
dan bentuk lahan,
penerapan teknologinya
mempengaruhi lingkungan
fisik - kimiawi, proses dan
hasilnya mempengaruhi
lingkungan sosial, ekonomi
dan budaya

Gangguan lalu lintas, kerusakan
prasarana dan sarana umum,
ketidakpuasan atas nilai
kompensasi

Gangguan lalu lintas, kerusakan
prasarana dan sarana umum,
ketidakpuasan atas nilai
kompensasi kerusakan property
atau kompensasi pembebasan
lahan, perubahan kualitas air di
bagian hilir saluran.

*) Pembangunan drainase
sekunder dan tertier di kota
sedang kemungkinan melewati
pemukiman padat

Gangguan lalu lintas, kebisingan,
kesehatan, getaran, gangguan
Perubahan bentuk lahan,
genangan lokal (dewatering),
proses teknologinya
gangguan cahaya, kebakaran,
mempengaruhi lingkungan bangkitan LHR, air limbah,
fisik - kimia, hasilnya
sampah, peningkatan kebutuhan
mempengaruhi lingkungan pelayanan prasarana dan sarana
sosial, ekonomi, budaya,
perkotaan (air bersih, air limbah,
flora fauna, perubahan
jalan akses, drainase, area
intensitas bangunan gedung parkir), perubahan KDB, KLB,
terhadap lingkungan
peningkatan kaki lima (PKL),
peningkatan emisi gas, bahan
yang bersifat ozon

Gangguan lalu lintas,
kecemburuan sosial antar
konsumen air bersih, konflik
Penerapan teknologinya
pemakaian sumber daya air,
mempengaruhi lingkungan
perubahan pasokan air,
fisik kimiawi, proses dan
penurunan muka tanah (land
hasilnya mempengaruhi
subsident) akibat penyedotan air
lingkungan sosial budaya,
tanah yang berlebihan, intrusi air
eksploitasi sumber daya air
asin, perubahan kualitas air
yang pemanfaatannya
berpotensi menimbulkan
*) Skala besaran wajib UKL/UPL
pemborosan maupun
untuk pengambilan dari mata air
kerusakan sumber daya
>5 liter/det s/d 1 Ha (kawasan perkotaan) dan/atau
> 5 Ha (kawasan perdesaan), memerlukan UKL/UPL

1.
2.
a.
b.
c.
d.
e.

Klasifikasi kota menurut sumber dari National Urban Development Strategic (NUDS) :
Kota Metropolitan Populasi >1.000.000 jiwa
Kota Besar Populasi 500.000 - 1.000.000 jiwa
Kota Sedang Populasi 200.000 - 500.000 jiwa
Kota Kecil Populasi 20.000 - 200.000 jiwa
Kota Kecamatan Populasi 3.000 - 20.000 jiwa

104

RPIJM 2015-2019 KOTA MANADO
Pengadaan Lahan/Tanah
Pengadaan tanah dan pemukiman kembali terpicu jika suatu proyek yang akan didanai
berlokasi pada tanah yang bukan milik pemerintah atau telah ditempati oleh usaha
privat selama lebih dari satu tahun. Prinsip utama pengadaan tanah adalah bahwa
semua langkah yang diambil harus dilakukan untuk meningkatkan, atau sedikitnya
memperbaiki, pendapatan dan standar kehidupan warga yang terkena dampak negatif
akibat pengadaan tanah ini. Prinsip pengadaan tanah dan pemukiman kembali harus
dilakukan secara :
a. Transparan: Proyek dan kegiatannya yang terkait harus diinformasikan secara
transparan kepada pihak-pihak yang akan terkena dampak. Informasi harus
mencakup, antara lain, daftar warga dan aset (tanah, bangunan, tanaman, atau
lainnya) yang akan terkena;
b. Partisipatif: Warga yang mungkin perlu dipindahkan (Displaced People - DP) harus
terlibat dalam seluruh tahap perencanaan proyek, seperti: penentuan lokasi proyek,
jumlah dan bentuk kompensasi, dan lokasi pemukiman kembali;
c.

Adil: Pengadaan tanah tidak boleh memperburuk kondisi kehidupan warga yang
terkena dampak. Warga dimaksud memiliki hak untuk mendapatkan kompensasi
yang memadai, seperti tanah alternatif dan/atau uang kompensasi yang sama
dengan harga pasar tanah dan aset. Biaya terkait lainnya, seperti biaya pindah,
pengurusan surat tanah, dan pajak, harus ditanggung oleh Pemrakarsa. Warga
yang terkena harus diberi kesempatan untuk membahas secara terpisah di antara
mereka sendiri dan menyetujui syarat-syarat dan jumlah kompensasi dan/atau
pemukiman kembali;

d. Terdapat sejumlah cara untuk menghitung kompensasi: i). tanah, berdasarkan nilai
pasar setempat yang mempunyai nilai ekonomi atau keuntungan lokasional yang
sama, yang berlaku pada saat pembayaran ganti rugi; ii). bangunan, berdasarkan
nilai pasar setempat untuk kondisi/kualitas bangunan yang sama; iii). tanaman,
sesuai dengan harga pasar, ditambah perhitungan atas kerugian non-material; dan
iv).

aset

lain,

diganti

dengan

aset

yang

minimal

sama,

atau

dengan

memperhitungkan besarnya biaya yang dibutuhkan untuk memperoleh aset yang
sama.

105

RPIJM 2015-2019 KOTA MANADO
e. Pihak-pihak terkena yang dimaksud di sini dapat termasuk orang, badan hukum,
atau lembaga yang, karena implementasi proyek, terkena dampak dalam bentuk
seperti: a). faktor fisik, berupa tanah, bangunan, tanaman, atau aset lainnya; dan b).
faktor non-fisik, berupa manfaat lokasional, akses ke tempat kerja, infrastruktur, dan
sebagainya. Berdasarkan alas haknya, kategori spesifik warga atau pihak yang
terkena adalah sebagai berikut: i).pemilik – orang yang memiliki hak atas tanah,
termasuk masyarakat adat pemegang hak ulayat; ii). penyewa - orang atau pihak
yang menguasai tanah berdasarkan perjanjian atau kesepakatan tertentu dengan
pemilik tanah; iii). penggarap – orang atau pihak yang menguasai tanah secara fisik
tanpa alas hak, atau perjanjian dengan pemilik tanah; dan iv). nadzir – orang atau
pihak yang mengelola tanah wakaf.
f.

Warga atau pihak yang terkena perlu menyepakati suatu nilai kompensasi tertentu,
atau jika dapat diterima, secara sukarela menyumbangkan sebagian tanah dan
asetnya kepada proyek. Pertemuan dan diskusi di kalangan warga atau pihak yang
terkena, difasilitasi oleh Forum Stakeholders, akan diatur untuk menjamin bahwa
warga atau pihak tersebut dapat mengambil keputusan secara independen.

g. Pemberian secara sukarela hanya dapat dipertimbangkan jika warga yang terkena
mendapatkan manfaat langsung yang jauh melebihi harga tanah (dibuktikan dengan
perhitungan yang dilakukan oleh kedua belah pihak), sama dengan atau kurang dari
10% dari luas tanah tersebut, dan dikuatkan oleh surat persetujuan yang
ditandatangani oleh warga dimaksud setelah mereka melakukan pembicaraan
terpisah seperti dimaksud pada butir F di atas dan mendapatkan penjelasan atas
hak-hak mereka. Tim Pemantau Safeguard harus memastikan bahwa tidak ada
paksaan atas warga tersebut untuk memberikan tanahnya secara sukarela.
Persetujuan ini harus didokumentasikan dalam dokumen resmi (legal).
h. Proyek harus sudah memiliki batas-batas (alignment) tanah yang dibutuhkan,
jumlah warga yang harus dipindahkan, informasi umum tentang pendapatan dan
mata pencaharian warga tersebut, dan harga pasar tanah yang berlaku, yang
diajukan oleh Pemrakarsa dan didukung oleh formulir NJOP (Nilai Jual Obyek
Pajak), sebelum pengadaan tanah (dengan atau tanpa pemukiman kembali)
dilaksanakan.

106

RPIJM 2015-2019 KOTA MANADO
Apabila ada konflik atau inkonsistensi antara peraturan-perundangan yang berlaku di
Indonesia dan prinsip atau prosedur yang ditetapkan dalam kerangka pengadaan tanah
ini, maka Pemerintah Republik Indonesia, termasuk Pemerintah Kota/Kabupaten
peserta

USDRP,

akan

mengabaikan

peraturan-perundangan

tersebut

sejauh

diperlukan, sehingga implementasi kerangka ini dapat berlangsung efektif :
-

Proyek

harus

disosialisasikan

dan

dikonsultasikan

dengan

pihak

yang

berkepentingan, khususnya warga yang dipindahkan.
-

Sosialisasi dan konsultasi harus meliputi: informasi menyeluruh mengenai ukuran,
isi, rencana pelaksanaan, keuntungan dan risiko, serta dampak negatif yang
mungkin terjadi akibat proyek yang diusulkan.

-

Warga yang dipindahkan harus memahami hak-haknya, memiliki cukup waktu dan
kesempatan untuk berdiskusi dan mengambil keputusan secara independen.

-

Setiap keputusan dan rencana safeguard harus diinformasikan secara luas kepada
orang-orang yang dipindahkan.

Yang berhak menerima santunan :


Pemilik-pemegang hak atas lahan, termasuk lahan ulayat (masyarakat adat),
bangunan, tanaman, atau aset lainnya;



Penyewa-menguasai lahan berdasarkan perjanjian dengan pemilik lahan;



Penggarap-menguasai lahan secara fisik tanpa alas hak, dengan atau tanpa ijin
pemilik lahan;



Nadzir, bagi lahan wakaf

Cara menghitung kompensasi :
Prinsip: kompensasi merupakan biaya penggantian nyata yang memungkinkan warga
yang terkena proyek dapat membeli lahan, bangunan,atau aset lainnya sesuai dengan
besaran dan kualitas yang dimiliki sebelumnya.
Contoh cara menghitung :


Lahan: berdasarkan nilai pasar setempat, untuk nilai dan keuntungan lokasi
yang sama, yang berlaku saat pembayaran ganti rugi;



Bangunan: berdasarkan nilai pasar setempat untuk kondisi / kualitas bangunan
yang sama;

107

RPIJM 2015-2019 KOTA MANADO


Tanaman: sesuai harga pasar, ditambah dengan perhitungan atas kerugian
immaterial



Aset lain: diganti dengan aset yang minimal sama, atau dengan memperhitungkan
biaya untuk memperoleh aset yang sama

Pengaduan /klaim :
Keluhan

atau

pengaduan

berkenaan

dengan

pelaksanaan

pengadaan

lahan

disampaikan ke :


Pemda, sebagai Pemrakarsa



Forum Stakeholders



Tim Pengawas Safeguards

Materi yang tertuang dalam dokumen AMDAL/UKL/UPL :
Identitas Pemrakarsa: nama lembaga, nama penanggungjawab rencana kegiatan, dan
alamat kantor.
a. Rencana Kegiatan : nama, lokasi, skala kegiatan, garis besar komponen rencana
kegiatan (Prakonstruksi, konstruksi, dan operasi)
b. Dampak Lingkungan yang Akan Terjadi: kegiatan yang menjadi sumber dampak,
jenis, dan besaran dampak
c. Program Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan: langkah-langkah untuk
mencegah dan mengelola dampak, termasuk untuk menanggulangi keadaan
darurat; Kegiatan pemantauan, tolok ukur untuk menilai efektivitas pengelolaan
lingkungan.
d. Tanda Tangan dan Cap: menyatakan komitmen Pemrakarsa untuk melaksanakan
UKL/UPL tersebut.
4.2

Aspek Lingkungan

Kajian lingkungan dibutuhkan untuk memastikan bahwa dalam penyusunan RPI2-JM
bidang Cipta Karya oleh pemerintah kabupaten/kota telah mengakomodasi prinsip
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Adapun amanat perlindungan dan
pengelolaan lingkungan adalah sebagai berikut:

108

RPIJM 2015-2019 KOTA MANADO
1.

UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup:

“Instrumen pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup terdiri atas
antara lain Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS), Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan (AMDAL), dan Upaya Pengelolaan Lingkungan-Upaya Pemantauan
Lingkungan (UKL-UPL) dan Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan
Pemantauan Lingkungan Hidup (SPPLH)”
2.

UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional:

“Dalam rangka meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang baik perlu penerapan
prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan secara konsisten di segala bidang”
3.

Peraturan Presiden No. 5/2010 tentang Rencana Pembangunan

Jangka

Menengah Nasional Tahun 2010-2014:
“Dalam bidang lingkungan hidup, sasaran yang hendak dicapai adalah perbaikan mutu
lingkungan hidup dan pengelolaan sumber daya alam di perkotaan dan pedesaan,
penahanan laju kerusakan lingkungan dengan peningkatan daya dukung dan daya
tamping lingkungan; peningkatan kapasitas adaptasi dan mitigasi perubahan iklim”
4.

Permen LH No. 9 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Kajian Lingkungan
Hidup Strategis:

Dalam penyusunan kebijakan, rencana dan/atau program, KLHS digunakan untuk
menyiapkan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana dan/atau program agar
dampak dan/atau risiko lingkungan yang tidak diharapkan dapat diminimalkan
5.

Permen LH No. 16 Tahun 2012 tentang Penyusunan Dokumen Lingkungan.

Sebagai persyaratan untuk mengajukan ijin lingkungan maka perlu disusun dokumen
Amdal, UKL dan UPL, atau Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan Lingkungan
Hidup atau disebut dengan dengan SPPL bagi kegiatan yang tidak membutuhkan
Amdal atau UKL dan UPL.
Tugas dan wewenang pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah
kabupaten/kota dalam aspek lingkungan terkait bidang Cipta Karya mengacu pada UU
No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yaitu:
1. Pemerintah Pusat
a. Menetapkan kebijakan nasional.
b. Menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria.
c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai KLHS.

109

RPIJM 2015-2019 KOTA MANADO
d. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL.
e. Melaksanakan pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup.
f. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai pengendalian dampak
perubahan iklim dan perlindungan lapisan ozon.
g. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan
nasional, peraturan daerah, dan peraturan kepala daerah.
h. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.
i. Mengembangkan dan melaksanakan kebijakan pengaduan masyarakat.
j. Menetapkan standar pelayanan minimal.
2. Pemerintah Provinsi
a. Menetapkan kebijakan tingkat provinsi.
b. Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat provinsi.
c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL.
d. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan,
peraturan daerah, dan peraturan kepala daerah kabupaten/kota.
e. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.
f. Melakukan pembinaan, bantuan teknis, dan pengawasan kepada kabupaten/kota
di bidang program dan kegiatan.
g. Melaksanakan standar pelayanan minimal.
3. Pemerintah Kabupaten/Kota
a. Menetapkan kebijakan tingkat kabupaten/kota.
b. Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat kabupaten/kota.
c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL.
d. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.
e. Melaksanakan standar pelayanan minimal.
4.2.1 Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)
Tahapan pelaksanaan KLHS diawali dengan penapisan usulan rencana/program dalam
RPIJM per sektor dengan mempertimbangkan isu-isu pokok seperti (1) perubahan iklim,
(2) kerusakan, kemerosotan, dan/atau kepunahan keanekaragaman hayati, (3)
peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana banjir, longsor, kekeringan,
dan/atau kebakaran hutan dan lahan, (4) penurunan mutu dan kelimpahan sumber daya

110

RPIJM 2015-2019 KOTA MANADO
alam, (5) peningkatan alih fungsi kawasan hutan dan/atau lahan, (6) peningkatan jumlah
penduduk

miskin

atau

terancamnya

keberlanjutan

penghidupan

sekelompok

masyarakat; dan/atau (7) peningkatan risiko terhadap kesehatan dan keselamatan
manusia. Isu-isu tersebut menjadi kriteria apakah rencana/program yang disusun
teridentifikasi menimbulkan resiko atau dampak terhadap isu-isu tersebut.
Tahap selanjutnya setelah penapisan terdapat dua kegiatan. Jika melalui proses
penapisan di atas tidak teridentifikasi bahwa rencana/program dalam RPIJM tidak
berpengaruh terhadap kriteria penapisan di atas maka berdasarkan Permen Lingkungan
Hidup No.9/2011 tentang Pedoman Umum KLHS, Tim Satgas RPIJM Kabupaten/Kota
dapat menyertakan Surat Pernyataan bahwa KLHS tidak perlu dilaksanakan, dengan
ditandatangani oleh Ketua Satgas RPIJM dengan persetujuan BPLHD, dan dijadikan
lampiran dalam dokumen RPIJM.
Namun, jika teridentifikasi bahwa rencana/program dalam RPIJM berpengaruh terhadap
kriteria penapisan di atas maka Satgas RPIJM didukung dinas lingkungan hidup
(BPLHD) dapat menyusun KLHS dengan tahapan sebagai berikut:
1. Pengkajian Pengaruh KRP terhadap Kondisi Lingkungan Hidup di Wilayah
Perencanaan, dilaksanakan melalui 4 (empat) tahapan sebagai berikut:
a) Identifikasi Masyarakat dan Pemangku Kepentingan Lainnya.
b) Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan.
c) Identifikasi Kebijakan/Rencana/Program (KRP)
d) Kajian Pengaruh KRP terhadap Kondisi Lingkungan Hidup di Suatu Wilayah
2. Perumusan Alternatif Penyempurnaan KRP
Tujuan perumusan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana, dan/atau program
untuk mengembangkan berbagai alternatif perbaikan muatan kebijakan, rencana,
dan/atau program dan menjamin pembangunan berkelanjutan. Setelah dilakukan
kajian, dan disepakati bahwa kebijakan, rencana dan/atau program yang dikaji
potensial memberikan dampak negatif pada pembangunan berkelanjutan, maka
dilakukan pengembangan beberapa alternatif untuk menyempurnakan rancangan
atau merubah kebijakan, rencana dan/atau program yang ada.
Beberapa alternatif untuk menyempurnakan dan atau mengubah rancangan
kebijakan, rencana dan/atau program ini dengan mempertimbangkan antara lain:

111

RPIJM 2015-2019 KOTA MANADO
a. Memberikan arahan atau rambu-rambu mitigasi terkait dengan kebijakan,
rencana, dan/atau program yang diperkirakan akan menimbulkan dampak
lingkungan atau bertentangan dengan kaidah pembangunan berkelanjutan.
b. Menyesuaikan ukuran, skala, dan lokasi usulan kebijakan, rencana, dan/atau
program.
c. Menunda, memperbaiki urutan, atau mengubah prioritas pelaksanaan kebijakan,
rencana, dan/atau program.
d. Mengubah kebijakan, rencana, dan/atau program.
3. Rekomendasi Perbaikan KRP dan Pengintegrasian Hasil KLHS
4.2.2 AMDAL, UKL-UPL dan SPPLH
Pengelompokan atau kategorisasi proyek mengikuti ketentuan yang telah ditetapkan
dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5 tahun 2012 tentang jenis rencana
usaha dan/atau kegiatan Wajib AMDAL dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 10
Tahun 2008 Tentang Penetapan Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Bidang
Pekerjaan Umum yang Wajib Dilengkapi dengan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup
dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup, yaitu:
1. Proyek wajib AMDAL
2. Proyek tidak wajib AMDAL tapi wajib UKL-UPL
3. Proyek tidak wajib UKL-UPL tapi SPPLH
4.3

Aspek Sosial

Prinsip Dasar
Analisis dampak Lingkungan dan sosial proyek adalah suatu kegiatan pengkajian
mengenai dampak-dampak lingkungan dan sosial negatif maupun positif yang
diprediksikan akan terjadi di saat dan setelah proyek dilaksanakan. Kegiatan ini penting
dilaksanakan sebagai bagian dari upaya safeguard lingkungan dan sosial. Analisa
dampak lingkungan dan sosial perlu dilakukan terkait dengan isu-isu strategis yang
melingkupi proses rekonstruksi dan rehabilitasi antara lain sebagai berikut :

112

RPIJM 2015-2019 KOTA MANADO
1. Lapangan Pekerjaan (Temporer)
Tahapan kegiatan proyek yang berpotensi menimbulkan dampak terhadap terbukanya
kesempatan kerja dan usaha produktif bagi masyarakat adalah tahap pembangunan.
Pada tahap ini terdapat kegiatan mobilisasi tenaga kerja yang membutuhkan sejumlah
tenaga kerja baik tenaga kerja yang memiliki ketrampilan khusus maupun unskilled.
Peluang kerja ini dapat diisi oleh penduduk yang tinggal di sekitar kegiatan
pembangunan.

Selain

peluang

kerja,

kegiatan-kegiatan

tersebut

juga

dapat

menumbuhkan aktifitas usaha masyarakat baik formal maupun informal.
2. Perubahan Pola Pemikiran dan Peningkatan Kapasitas SDM
Kegiatan proyek yang berpotensi melahirkan dampak perubahan pola pemikiran dan
peningkatan kapasitas SDM di masyarakat adalah kegiatan pengorganisasian
masyarakat dan penguatan kapasitas kelompok baik pada tahap persiapan,
perencanaan maupun tahap pembangunan.
3. Penguatan Organisasi Masyarakat
Kegiatan proyek melalui pendekatan berbasis komunitas berpotensi melahirkan dampak
terhadap menguatnya organisasi-organisasi sosial yang ada di masyarakat.
4. Kearifan Lokal
Kegiatan proyek yang dilakukan melalui pendekatan berbasis komunitas yang
berpotensi melahirkan dampak terhadap menguatnya kearifan-kearifan lokal (local
wisdom). Penguatan kearifan lokal ini dapat dilihat melalui proses kegiatan yang secara
konsisten dilakukan melalui pertemuan-pertemuan atau rembug-rembug warga, hal ini
dapat mendorong menguatnya nilai-nilai kegotongroyongan, solidaritas sosial, kejujuran,
keterbukaan, demokrasi dan penghormatan atas perbedaan pendapat dan pandangan,
dll sebagai dasar bangunan kearifan lokal.
5. Keterbukaan dan Demokrasi
Kegiatan proyek yang dilaksanakan melalui pendekatan berbasis komunitas berpotensi
melahirkan dampak terhadap terselenggaranya proses demokratisasi dan keterbukaan
masyarakat. Demokratisasi dan keterbukaan ini dapat di lihat dari proses dan dinamika

113

RPIJM 2015-2019 KOTA MANADO
warga masyarakat dalam setiap pengambilan keputusan, baik dari proses paling awal
seperti saat perencanaan hingga ke proses pelaksanaan pembangunan.
6. Transparansi dan Akuntabilitas
Kegiatan proyek yang dilaksanakan melalui pendekatan berbasis komunitas yang
berpotensi

melahirkan

dampak

terhadap

terselenggaranya

transparansi

dan

akuntabilitas, hal ini dapat dilihat terutama dalam tahapan perencanaan dan
pelaksanaan

pembangunan

(khususnya

dalam

konteks

pengelolaan

dana

pembangunan).
7. Perubahan Pola Hidup/Kebiasaan
Kegiatan proyek berpotensi menimbulkan dampak terhadap pola hidup/kebiasaan
masyarakat di sekitar wilayah kegiatan dari sejak tahap persiapan, perencanaan sampai
tahap pembangunan. Perubahan pola hidup/kebiasaan tidak terlepas dari keberadaan
manusia sebagai makhluk sosial yang selalu melakukan interaksi baik terhadap
sesamanya maupun terhadap lingkungan di sekitarnya. Kegiatan pengorganisasian
masyarakat dan penguatan kapasitas kelompok diperkirakan menimbulkan dampak
terhadap pola kebiasaan masyarakat yang berhubungan dengan konstruksi relasi social
dan cara-cara masyarakat mengambil keputusan.
8.

Konflik Sosial

Kegiatan

pengambilan

keputusan

dalam

penetapan

program

pembangunan,

pengelolaan keuangan dan kegiatan pengadaan material merupakan kegiatan yang
sangat potensial menimbulkan konflik sosial baik vertikal maupun horisontal. Konflik
vertikal terjadi akibat ketidaksepahaman antara apa yang menjadi tujuan dari
masyarakat dengan kebijakan proyek yang telah ditetapkan, termasuk di dalamnya
kuatnya intervensi pemerintah dan aparat desa/kelurahan. Konflik horisontal terjadi
karena terjadinya sikap pro dan kontra di masyarakat terhadap rencana pembangunan,
selain itu karena terjadinya penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh oknum
ataupun kelompok kepentingan di dalam masyarakat itu sendiri.

114

RPIJM 2015-2019 KOTA MANADO
9. Marginalisasi Kelompok Perempuan dan Kelompok Rentan Lainnya
Masih terdapat faktor sosial dan budaya yang menghambat kaum perempuan dan
kelompok rentan lainnya (lansia, janda, difabel, dan anakanak) untuk berpartisipasi
aktif

dalam

perencanaan,

implementasi,

dan

pelaksanaan

kegiatan-kegiatan

rekonstruksi dan rehabilitasi. Sering kali, para perencana bekerja melalui para elite
laki-laki, yang tidak akan mewakili komunitas keseluruhannya, khususnya kaum
perempuan. Oleh karena itu diperlukan upaya-upaya khusus untuk memastikan
keterlibatan mereka dalam kegiatan-kegiatan tersebut.
10. Sikap/Persepsi Negatif Masyarakat
Sosialisasi yang tidak berjalan sebagaimana mestinya, aturan main yang sepenuhnya
tidak

ditegakkan,

proses kegiatan

pendampingan

yang

tidak

optimal,

akan

menimbulkan sikap dan persepsi negatif di masyarakat. Masyarakat telah kehilangan
kepercayaan terhadap segala kegiatan yang dilaksanakan. Potensi munculnya
persepsi

negatif

masyarakat

terutama

apabila

kegiatan

proyek

Re-Kompak

menimbulkan dampak negatif terhadap aspek ekonomi, budaya, kesehatan dan
lingkungan. Sikap/persepsi negatif yang berakumulasi dalam jangka waktu lama akan
menimbulkan keresahan di masyarakat dan berpotensi menimbulkan konflik baik
vertikal maupun horizontal.
11. Pembebasan Lahan/Tanah
Dalam perencanaan pembangunan dimungkinkan terdapat sebagian atau seluruhnya
lahan/tanah milik perorangan atau kelompok (pemerintah/swasta) yang akan digunakan
sebagai tapak pembangunan infrastruktur sehingga dalam implementasinya akan
dilaksanakan pembebasan terhadap lahan/tanah tersebut. Dalam proses pembebasan
lahan/tanah tersebut dimungkinkan akan menimbulkan dampak terjadinya perselisihan
yang membutuhkan penanganan secara komprehensif dengan melibatkan pihak-pihak
terkait dengan suatu pendekatan dan cara yang manusiawi dan berkeadilan.
Tujuan Kegiatan
Tujuan umum dilakukan kegiatan ini adalah dalam rangka membuat analisis dampak
sosial

terhadap

Pelaksanaan

Proyek

yang

dapat

digunakan

sebagai

bahan

115

RPIJM 2015-2019 KOTA MANADO
pertimbangan bagi masyarakat sasaran proyek, Pemerintah, Lembaga Donor dan
Pelaksana Proyek dalam melakukan evaluasi kebijakan selama proyek berjalan.
Secara khusus tujuan dari kegiatan ini adalah :
a. Mengidentifikasi dampak penting dari rencana kegiatan pembangunan yang
berpotensi menjadi sumber dampak terhadap lingkungan sosial masyarakat. Dampak
penting yang timbul dapat berupa dampak positif maupun negatif baik langsung
maupun tidak langsung.
b. Mengidentifikasi rona lingkungan sosial terutama yang akan terkena dampak pada
saat

pembangunan

dilaksanakan.

Komponen

lingkungan

sosial

yang

akan

diidentifikasi mencakup demografi, sosial ekonomi, dan budaya masyarakat.
c. Mendeskripsikan dan mengukur dampak penting dari kegiatan yang berpotensi
terhadap lingkungan sosial ekonomi dan sosial budaya masyarakat, baik positif
maupun negatif.
d. Menganalisis kemungkinan pencegahan dan atau pengendalian terhadap dampak
yang tidak dikehendaki dan meningkatkan dampak yang dikehendaki agar
masyarakat mendapatkan manfaat dari perubahan yang terjadi.
e. Memantau pelaksanaan pembangunan (untuk memantau dampak yang nyata dan
terjadi) maupun strategi mitigasinya (untuk menentukan efektivitasnya).
Kegunaan Kegiatan Analisis Dampak Sosial
a. Membantu pengambilan keputusan dalam pemilihan alternatif yang layak bagi
pelaksanaan pembangunan dari segi lingkungan sosial ekonomi dan budaya.
b. Mengintegrasikan pertimbangan lingkungan sosial dalam setiap tahapan rencana
kegiatan pembangunan.
c.

Sebagai pedoman untuk kegiatan pengelolaan dan pemantauan lingkungan sosial.
Memberikan informasi bagi masyarakat untuk dapat memanfaatkan dampak positif
dan menghindari dampak negatif yang mungkin timbul dari kegiatan pembangunan
perumahan dan lingkungan.

116

RPIJM 2015-2019 KOTA MANADO
4.3.1 Aspek Sosial pada Perencanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya
4.3.1.1 Kemiskinan
Aspek sosial pada perencanaan pembangunan bidang Cipta Karya diharapkan mampu
melengkapi kajian perencanaan teknis sektoral. Salah satu aspek yang perlu ditindaklanjuti adalah isu kemiskinan. Kajian aspek sosial lebih menekankan pada manusianya
sehingga yang disasar adalah kajian mengenai penduduk miskin, mencakup data
eksisting, persebaran, karakteristik, sehingga kebutuhan penanganannya.
4.3.1.2 Pengarusutamaan
Selain itu aspek yang perlu diperhatikan adalah responsivitas kegiatan pembangunan
bidang Cipta Karya terhadap gender. Menindaklanjuti hal tersebut maka diperlukan
suatu pemetaan awal untuk mengetahui bentuk responsif gender dari masing-masing
kegiatan, manfaat, hingga permasalahan yang timbul sebegai pembelajaran di masa
dating.
4.3.1.3 Aspek Sosial pada Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya
Pelaksanaan pembangunan bidang Cipta Karya secara lokasi, besaran kegiatan, dan
durasi berdampak terhadap masyarakat. Untuk meminimalisir terjadinya konflik dengan
masyarakat penerima dampak maka perlu dilakukan beberapa langkah antisipasi,
seperti konsultasi, pengadaan lahan dan pemberian kompensasi untuk tanah dan
bangunan, serta permukiman kembali.
4.3.1.4

Aspek Sosial pada Pasca Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya

Output kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya harus memberi manfaat bagi
masyarakat. Manfaat tersebut diharapkan minimal dapat terlihat secara kasat mata dan
secara sederhana dapat terukur, seperti kemudahan mencapai lokasi pelayanan
infrastruktur, waktu tempuh yang menjadi lebih singkat, hingga pengurangan biaya yang
harus dikeluarkan oleh penduduk untuk mendapatkan akses pelayanan tersebut. Hasil
identifikasi aspek social pasca pelaksanaan pembangunan bidang Cipta Karya.

117