ASPEK TEKNIS PER SEKTOR

I RPI2-JM I Kabupaten Pulau Morotai I

06

ASPEK TEKNIS PER SEKTOR
6.1. PENGEMBANGAN PERMUKIMAN
6.1.1. Isu

Strategis,

Kondisi

Eksisting,

Permasalahan

dan

tantangan

Pengembangan Permukiman

Pengembangan permukiman baik di perkotaan maupun di perdesaan pada
hakekatnya adalah untukmewujudkan kondisi perkotaan dan perdesaan yang layak huni
(livable), aman, nyaman, damai dan sejahteraserta berkelanjutan.Permukiman
merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia.Untuk itu Perintah wajibmemberikan
akses kepada masyarakat untuk dapat memperoleh permukiman yang laya huni,
sejahtera,berbudaya, dan berkeadilan sosial.
Pengembangan permukiman ini meliputi pengembangan prasarana dan sarana
dasar perkotaan,pengembangan permukiman yang terjangkau, khususnya bagi
masyarakat berpenghasilan rendah, prosespenyelenggaraan lahan, pengembangan
ekonomi kota, serta penciptaan sosial budaya di perkotaan.
Berbagai isu strategis nasional yang berpengaruh terhadappengembangan
permukiman saat ini adalah:
1. Mengimplementasikan konsepsi pembangunan berkelanjutan sertamitigasi dan
adaptasi terhadap perubahan iklim.
2. Percepatan pencapaian target MDGs 2020 yaitu penurunan proporsirumahtangga
kumuh perkotaan.
3. Perlunya dukungan terhadap pelaksanaan Program-Program DirektifPresiden yang
tertuang dalam MP3EI dan MP3KI.
4. Percepatan pembangunan di wilayah timur Indonesia (Provinsi NTT,Provinsi Papua,
dan Provinsi Papua Barat) untuk mengatasikesenjangan.

5. Meminimalisir penyebab dan dampak bencana sekecil mungkin.
6. Meningkatnya urbanisasi yang berimplikasi terhadap proporsipenduduk perkotaan
yang bertambah, tingginya kemiskinanpenduduk perkotaan, dan bertambahnya
kawasan kumuh.
7. Belum optimalnya pemanfaatan Infrastruktur Permukiman yangsudah dibangun.
8. Perlunya kerjasama lintas sektor untuk mendukung sinergitas dalampengembangan
kawasan permukiman.
9. Belum optimalnya peran pemerintah daerah dalam mendukungpembangunan
permukiman. Ditopang oleh belum optimalnyakapasitas kelembagaan dan kualitas
sumber daya manusia sertaperangkat organisasi penyelenggara dalam memenuhi
standarpelayanan minimal di bidang pembangunan perumahan danpermukiman.

Bantuan Teknis Penyusunan RPI2JMKabupaten/Kota VI - 1
Bidang Cipta Karya - Termasuk KSN - 2014

I RPI2-JM I Kabupaten Pulau Morotai I
Isu-isu permukiman perkotaan Kabupaten Pulau Morotai dapat dilihat pada tabel
di bawah ini.
Tabel6.1. Isu-Isu Permukiman Perkotaan
No


Isu-Isu Permukiman Perkotaan

1

Kondisi tata bangunan belum terpola

4

Didominasi masyarakat miskin (MBR)

Isu-isu infrastruktur perkotaan pada 4 (empat) kawasan prioritas Kabupaten Pulau
Morotai dapat dilihat pada penjelasan Tabel di bawah ini.
Tabel 6.2. Isu-Isu Infrastruktur Perkotaan Kabupaten Pulau Morotai
No

Isu-Isu Infrastruktur Perkotaan

1


Sistem drainase permukiman dengan kategori buruk

2

Sanitasi lingkungan permukiman dikategorikan buruk

3

Sistem jaringan jalan lingkungan permukiman tidak terpola

4

Sistem pengelolaan air limbah buangan rumah tangga belum tertangani dengan baik
Tingkat distribusi pelayanan air minum belum optimal

5
6

Sistem penanganan persampahan belum tertangani dengan baik


Permasalahan yang diindentifikasi pada kawasan permukiman Kabupaten Pulau
Morotai, sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.

Permukiman kumuh
Kemiskinan perkotaan
Banjir perkotaan
Degradasi lingkungan, dan
Abrasi pantai

Tantangan pembangunan yang dihadapi antara lain sebagai berikut:
1. Aspek Fisik : Intensitas pemanfaatan lahan dan ruang pada kawasan pesisir yang
cukup tinggi di akibatkan oleh lemahnya pengendalian peningkatan aktifitas sosial
ekonomi strategis memicu berkembangnya permukiman kumuh berdampak pada
abrasi lingkungan, degradasi lingkungan, dan banjir perkotaan.
2. Aspek Ekonomi : Keberadaan fungsi-fungsi ekonomi kota yang belum dioptimalkan

sebagai sumber pendapatan asli daerah dalam kerangka peningkatan kesejahteraan
masyarakat dan sebagai sumber daya pembangunan, berdampak pada rendahnya

Bantuan Teknis Penyusunan RPI2JMKabupaten/Kota VI - 2
Bidang Cipta Karya - Termasuk KSN - 2014

I RPI2-JM I Kabupaten Pulau Morotai I
3.

4.

5.

6.

7.

pendapatan ,masyarakat, ketersediaan lapangan kerja yang masih terbatas dan
rendahnya daya beli masyarakat
Aspek Sosial : Urbanisasi dan migrasi yang berlangsung akibat faktor daya tarik

kawasan fungsional strategis perkotaan mendorong munculnya kesenjangan sosial
dan berdampak pada kemiskinan, pengangguran, dan permukiman kumuh.
Aspek Kelembagaan : Fungsi dan peran kelembagaan dalam pengendalian
pemanfaatan ruang yang ada mendorong perkembangan kota ke arah pembauran
fungsi-fungsi ruang dan cenderung sporadis.
Aspek Pembiayaan : Alokasi dana yang bersumber dari APBD untuk membiayai
infrastruktur permukiman yang terbatas memerlukan dukungan sumber pembiayaan
lain
Aspek Partisipasi Publik : Tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan
perkotaan yang cukup rendah mengakibatkan lemahnya tingkat kesadaran masyarakat
terhadap infrastruktur perkotaan berdampak pada tingginya kerusakan lingkungan,
pencemaran lingkungan dan degradasi lingkungan
Aspek Kebijakan Pembangunan : Implementasi kebijakan pembangunan belum
berjalan optimal men-dorong perubahan fungsi ruang berdampak pada penurunan
kualitas lingkungan hidup perkotaan

6.1.2. Analisa Kebutuhan Permukiman
Proyeksi jumlah penduduk dilakukan untuk melihat kecenderungan
perkembangan penduduk untuk masing-masing kawasan permukiman dimasa yang akan
datang dan memperkirakan jumlah penduduk dalam kurun waktu 20 tahun ke depan

berdasarkan perkembangan jumlah penduduk saat ini. Berdasarkan data perkembangan
penduduk kawasan permukiman selama beberapa tahun, maka proyeksi jumlah
penduduk hingga tahun 2034 diperkirakan akan mencapai kurang lebih 78.445 jiwa.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel di bawah ini.
Tabel 6.3. Proyeksi Jumlah Penduduk Kabupaten Pulau Morotai dari Masing-Masing
Kecamatan
Jumlah Penduduk (tahun)
No

Kecamatan
2015

2020

2025

2030

2034


1

Moratai Selatan

19.085

20.648

22.602

24.556

26.119

2

Moratai Selatan Barat

12.049


13.036

14.270

15.504

16.490

3

Moratai Timur

8.462

9.156

10.023

10.890


11.584

4

Moratai Utara

7.687

8.316

9.103

9.890

10.519

5

Moratai Jaya

10.035

10.857

11.884

12.911

13.733

57.318

62.013

67.881

73.750

78.445

Jumlah
Sumber: Hasil Analisis

Tabel proyeksi diatas menggambarkan bahwa penduduk Pulau Morotai pada tahun 2034
di perkirakan sekitar 78.445 ribu jiwa. Artinya 20 tahun kedepan diperkirakan terjadi
pertambahan jumlah penduduk sekitar21.126 atau hampir setengah (37 persen) dari

Bantuan Teknis Penyusunan RPI2JMKabupaten/Kota VI - 3
Bidang Cipta Karya - Termasuk KSN - 2014

I RPI2-JM I Kabupaten Pulau Morotai I
tahun 2010.Pertumbuhan ini terbilang cukup siginifikan, maka kedepannya diperlukan
adanya perencanaan wilayah yang baik.
Perumahan merupakan wadah bagi penduduk untuk melakukan aktivitas seharihari dan berfungsi sebagai tempat perlindungan dan membina keluarga.Penentuan
jumlah fasilitas ini didasarkan pada kecenderungan jumlah penduduk hasil proyeksi
hingga akhir tahun perencanaan.
Kebutuhan fasilitas perumahan dan permukiman pada tahun 2034. Hasil proyeksi
penduduk Kawasan prioritas hingga akhir tahun 2034 sebesar 78.445 jiwa, untuk
kebutuhan jumlah rumah menggunakan asumsi 1 KK terdiri dari 5 orang anggota
keluarga dan membutuhkan 1 unit rumah. Perbandingan masing-masing klasifikasi rumah
beserta luas tipe kapling diuraikan sebagai berikut :
 Tipe A dengan luas lahan 135 m2
 Tipe B dengan luas lahan 120 m2
 Tipe C dengan luas lahan 108 m2
Sesuai ketentuan dan standar perencanaan perbandingan perumahan kota
menganut konsep 1 : 3 : 6 dengan asumsi dasar 10% untuk tipe menengah ke atas, 30%
tipe menengah dan 60% untuk kelompok masyarakat berpenghasilan rendah. Kebutuhan
perumahan berdasarkan tipe dan klasifikasinya di Kawasan Prioritas dapat dilihat pada
Tabel berikut.
Tabel6.4. Kebutuhan Perumahan Berdasarkan Tipe Kavling di Kawasan Prioritas
Kabupaten Pulau Morotai
No

Kawasan
Prioritas

1

Moratai Selatan

2

Moratai Selatan
Barat

3

Moratai Timur

4

Moratai Utara
Moratai Jaya

Tipe
Kavling
Tipe A
Tipe B
Tipe C
Tipe A
Tipe B
Tipe C
Tipe A
Tipe B
Tipe C
Tipe A
Tipe B
Tipe C
Tipe A
Tipe B
Tipe C
Jumlah

Jumlah Rumah
(Unit)
522
1567
3134
330
989
1979
232
695
1390
210
631
1262
275
824
1648
15.689

Luas Kaveling
(m2)
135
120
108
135
120
108
135
120
108
135
120
108
135
120
108

Luas Lahan
(Ha)
7,05
18,81
33,85
4,45
11,87
21,37
3,13
8,34
15,01
2,84
7,57
13,63
3,71
9,89
17,80
179,32

Sumber : Hasil Analisis

Tabel tersebut menunjukkan bahwa kebutuhan fasilitas perumahan di kawasan
prioritas hingga tahun 2034 membutuhkan kurang lebih sebanyak 15.689 unit. Dengan
asumsi masing-masing luas kapling pada tiap tipe rumah, maka lahan peruntukan fasilitas
permukiman hingga tahun 2034 menggunakan lahan seluas kurang lebih 179,32 Ha.

Bantuan Teknis Penyusunan RPI2JMKabupaten/Kota VI - 4
Bidang Cipta Karya - Termasuk KSN - 2014

I RPI2-JM I Kabupaten Pulau Morotai I
Kemiskinan pada dasarnya terdiri dari; kimiskinan absolut dan kemiskinan
struktural.Kemiskinan absolut adalah kemiskinan yang terjadi secara turun temurun,
sedangkan kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh
ketidakmampun memenuhi kebutuhan hidup dan akses terhadap sumberdaya
ekonomi.Penyebab kemiskinan yang paling utama dan sangat menonjol antara lain
sebagai berikut:
1. Rendahnya taraf pendidikan
2. Rendahnya derajat kesehatan
3. Terbatasnya lapangan kerja
4. Kondisi terisolasi (secara geografis dan sosial)
Biasanya penyebab kemiskinan di atas saling berkaitan satu dengan yang lain. Tetapi
diperkirakan masalah pendidikan (pengertian cara berfikir) yang paling utama.
Pendidikan, khususnya pendidikan formal mampu mengubah cara berpikir seseorang
lebih rasional dan inovatif, sehingga bila memiliki masalah seperti masalah kesehatan,
lapangan kerja, dan kondisi terisolasi, mereka dapat berusaha mengatasinya.
Adanya budaya kemiskinan yang secara tidak disadari diwariskan dari satu keluarga
kepada generasi berikutnya, sehingga keluarga miskin mewariskan kebiasaan cara
berpikir orang tua yang kurang benar kepada generasi selanjutnya. Budaya kemiskinan
ini lebih merupakan pola atau cara berpikir seseorang yang menghambat mereka untuk
maju. Konsep kemiskinan dapat dilihat dari beberapa aspek, sebagai berikut:
1. Kemiskinan Ekonomi
Secara ekonomi kemiskinan dapat diartikan suatu keadaan kekurangan sumberdaya
yang digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan sekelompok orang-orang.Konsep
ekonomi ini tidak hanya pengertian finansial, tetapi perlu mempertimbangkan semua
jenis kekayaan yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
2. Kemiskinan Politik
Kemiskinan politik menekankan pada derajat akses terhadap kekuasaan (power) yang
dapat menentukan alokasi sumberdaya untuk kepentingan sekelompok orang atau
tatanan sistem sosial yang menentukan alokasi sumberdaya, melalui sistem politik
formal, kontak-kontak informal dengan struktur kekuasaan yang mempunyai pengaruh
pada kekuasaan ekonomi.
3. Kemiskinan Sosial
Kemiskinan sosial diartikan sebagai kemiskinan karena kekurangan jaringan sosial
dan struktur yang mendukung untuk mendapatkan kesempatan agar produktivitas
seseorang meningkat.
Dariberbagai unsur yang berkaitan dengan persoalan kemiskinan, dan masalah
kemiskinan juga masalah penyadaran masyarakat dalam memandang kemiskinan, maka
penanggulangan kemiskinan melibatkan beberapa pihak. Secara garis besar ada 4
(empat) hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi kemiskinan, sebagai berikut:
1. Penyediaan Lapangan Kerja
Bila dalam suatu masyarakat miskin banyak terdapat usia produktif antara usia 15-55
tahun, maka upaya penyediaan lapangan kerja, memberikan skill, pendampingan

Bantuan Teknis Penyusunan RPI2JMKabupaten/Kota VI - 5
Bidang Cipta Karya - Termasuk KSN - 2014

I RPI2-JM I Kabupaten Pulau Morotai I
manajemen ekonomi dan rumah tangga akan sangat efektif. Tetapi pada masyarakat
kelompok usia 55 tahun lebih, pelayanan sosial yang perlu digalakkan.
2. Pendidikan
Pengadaan pendidikan yang murah dan terjangkau perlu digalakkan bagi masyarakat
miskin yang memiliki anak di bawah usia 15 tahun.
3. Pemberdayaan
Pemberdayaan mempunyai arti luas, tidak sekedar penyediaan lapangan
kerja.Pemberdayaan memiliki alur yang lebih kompleks, seperti alur berpikir, idealism
yang harus dianut, persepsi dalam melihat kondisi, motivasi, peningkatan kualitas
sumberdaya manusia, pendayagunaan sumberdaya alam dan pilihan iptek yang
digunakan.Pemberdayaan dapat melibatkan pemerintah, lembaga swadaya
masyarakat (LSM), masyarakat dan relawan.
4. Pendekatan Struktural dan Sistem
Kesenjangan sosial ekonomi banyak disebabkan masalah-masalah struktural dan
sistem kemasyarakatan.Karena itu tindakan yang harus dilakukan perlu berdimensi
struktural, misalnya menekan pemerintah dengan mengubah konsep dan kebijakan
dari konsep pertumbuhan ekonomi ke pemerataan hasil pembangunan, serta
kebijakan-kebijakan yang memihak masyarakat lapisan bawah.
Berdasarkan hasil observasi lapangan dan wawancara dengan pemangku
kepentingan di kabupaten Pulau Morotai, di ketahui bahwa lokasi kawasan permukiman
berada di Desa Juanga, Desa Wawama, Desa Totodoku, Desa Jaubela, Desa Dehegila,
dan Desa Pilowo. Luas kawasan permukiman kumuh di Kabupaten Pulau Morotai ini
mencapai 34,66 Hektar. Latar belakang Terjadinya permukiman kumuh di Kabupaten
Pulau Morotai ini antara lain terjadi karena relokasi permukiman yang kurang termonitor
pertumbuhannya. Karakteristik kawasan permukiman kumuh di Kabupaten Halmahera
Pulau Morotai tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 6.4a. Karakteristik kawasan permukiman kumuh di Kabupaten Halmahera Pulau
Morotai

Bantuan Teknis Penyusunan RPI2JMKabupaten/Kota VI - 6
Bidang Cipta Karya - Termasuk KSN - 2014

I RPI2-JM I Kabupaten Pulau Morotai I

Gambar 6.1a. Karakteristik Kawasan Kumuh Juanga (Sumber: Satker Bangkim Provinsi Maluku Utara)

Bantuan Teknis Penyusunan RPI2JMKabupaten/Kota VI - 7
Bidang Cipta Karya - Termasuk KSN - 2014

I RPI2-JM I Kabupaten Pulau Morotai I

Gambar 6.1b. Karakteristik Kawasan Kumuh Wawama (Sumber: Satker Bangkim Provinsi Maluku Utara)

Bantuan Teknis Penyusunan RPI2JMKabupaten/Kota VI - 8
Bidang Cipta Karya - Termasuk KSN - 2014

I RPI2-JM I Kabupaten Pulau Morotai I

Gambar 6.1c. Karakteristik Kawasan Kumuh Totodoku (Sumber: Satker Bangkim Provinsi Maluku Utara)

Bantuan Teknis Penyusunan RPI2JMKabupaten/Kota VI - 9
Bidang Cipta Karya - Termasuk KSN - 2014

I RPI2-JM I Kabupaten Pulau Morotai I

Gambar 6.1d. Karakteristik Kawasan Kumuh Joubela (Sumber: Satker Bangkim Provinsi Maluku Utara)

Bantuan Teknis Penyusunan RPI2JMKabupaten/Kota VI - 10
Bidang Cipta Karya - Termasuk KSN - 2014

I RPI2-JM I Kabupaten Pulau Morotai I

Gambar 6.1e. Karakteristik Kawasan Kumuh Dehegila (Sumber: Satker Bangkim Provinsi Maluku Utara)

Bantuan Teknis Penyusunan RPI2JMKabupaten/Kota VI - 11
Bidang Cipta Karya - Termasuk KSN - 2014

I RPI2-JM I Kabupaten Pulau Morotai I

Gambar 6.1f. Karakteristik Kawasan Pilowo (Sumber: Satker Bangkim Provinsi Maluku Utara)

Bantuan Teknis Penyusunan RPI2JMKabupaten/Kota VI - 12
Bidang Cipta Karya - Termasuk KSN - 2014

I RPI2-JM I Kabupaten Pulau Morotai I
6.1.3. Program Pengembangan Permukiman
Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembanganpermukiman
kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan.Pengembangan permukiman kawasan
perkotaan terdiri dari:
1. Peningkatan kualitas permukiman kumuh di kawasan yang telah ditentukan dan
RSH.
Sedangkan untuk pengembangan kawasan perdesaan terdiri dari:
1. Pengembangan kawasan permukiman perdesaan untuk kawasanpotensial
(Agropolitan dan Minapolitan), rawan bencana, sertaperbatasan dan pulau kecil
2. Pengembangan kawasan pusat pertumbuhan dengan programPISEW (RISE),
3. Desa tertinggal dengan program PPIP dan RIS PNPM.
Rencana aksi program penanganan dan pembangunan permukiman ini dilakukan
dengan model pembangunan berbasis kawasan
dan pendekatan perencanaan
partisipatif pada kawasan prioritas yang kelola secara terpadu. Rencana aksi program
yang dihasilkan meliputi infrastruktur keciptakaryaan maupun komponen sektor terkait
lainnya, dan disusun sampai dengan tingkat kedalaman yang bersifat operasional
(jenis/komponen, volume, kegiatan, lokasi dan pelaku)

6.1.4. Usulan Program Dan Kegiatan Pengembangan Permukiman
Usulan Program dan Kegiatan Pembangunan Permukiman Kabupaten Pulau
Morotai dapat dilihat pada lampiran Matriks Program Sektor Pengembangan
Permukiman. 6.1

6.2.

PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN

Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan
sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang, terutama untuk
mewujudkan lingkungan binaan, baik di perkotaan maupun di perdesaan, khususnya
wujud fisik bangunan gedung dan lingkungannya.
6.2.1. Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan dan tantangan Penataan
Bangunan Dan Lingkungan
Isu strategis penataan lingkungan permukiman yaitu :
1. Revitalisasi kawasan bersejarah dan penataan kawasan permukiman kumuh yang
berada di wilayah pesisir maupun dipusat kota,
2. Perencanaan dan pengembangan Ruang Terbuka Hijau Privat dan Publik untuk
memenuhi standar minimal kebutuhan RTH 30% dari luas wilayah,
3. Peningkatan kualitas lingkungan kawasan dan permukiman dengan rekayasa hijau
4. Pengendalian penggunaan lahan yang berlebihan dengan pembangunan berbasis
penataan ruang,
5. Peningkatan peran stakeholder dalam proses perencanaan, pemanfaatan dan
pengendalian lingkungan kawasan dan permikiman.
Isu strategis penyelenggaraan bangunan gedung yaitu :

Bantuan Teknis Penyusunan RPI2JMKabupaten/Kota VI - 13
Bidang Cipta Karya - Termasuk KSN - 2014

I RPI2-JM I Kabupaten Pulau Morotai I
1.
2.
3.
4.

Penataan bangunan tradisional/bersejarah atau yang termasuk dalam benda cagar
budaya yang dilindungi oleh Negara,
Tertib bangunan gedung dengan regulasi PERDA Bangunan Gedung termasuk IMB,
Peningkatan kualitas bangunan gedung yang serasi, selaras dengan lingkungannya
yang andal dan berkelanjutan,
Penataan bangunan dan kawasan dengan system insentif dan disinsentif

Kondisi eksisting penataan bangunan dan lingkungan yaitu :
1.

Untuk Daruba Sebagai Pusat Pemerintahan Kabupaten Pulau Morotai ditinjau dari
segi intensitas bangunan, arsitektur dan lingkungan keselamatan dan keamanan
belum dilaksanakan Karena Belum jalannya aturan IMB dan RAPERDA tentang
bangunan gedung.

2.

Kondisi kawasan kumuh di Kabupaten Pulau Morotai digambarkan sebagai
penduduk miskin yang mata pencaharian sebagai petani/nelayan tradisional yang
kondisi rumahnya bersifat darurat dan kondisi lingkungannya tidak didukung dengan
ketersediaan PSD, kawasan ini tersebar pada wilayah dan kawasan pesisir atau
pulau serta bantaran sungai di Kabupaten Pulau Morotai.

3.

KabupatenPulau Morotai mempunyai potensi untuk pengembangan pasar pariwisata
bahari, wisata alam, wisata pantai, wisata sejarah yang belum dimanfaatkan dan
dikembangkan yang perlu didukung dengan sektor-sektor pelayanan untuk
merangsang pertumbuhan ekonomi dan sektor wisata, dan obyek-obyek wisata
berupa permukiman-permukiman tradisonal, bangunan gedung bersejarah tidak
dimiliki oleh kabupaten. Untuk Sarana lingkungan open spice hanya tersedia secara
alamiberupa hutan kota, lahan kosong yang belum dikelola/ditata

Permasalahan umum di Daruba yang dihadapi yaitu :
1.
2.
3.

Potensi perubahan tatanan dan wujud bangunan lama dan bangunan baru yang tidak
laras antara satu dan lainnya.
Alih fungsi rumah tinggal menjadi komersial yang tidak dilengkapi penyediaan sarana
yang memadai (tempat parkir, bongkar muat, penempatan reklame).
Penataan sistem drainase yang belum terintegrasi serta ketidaksesuaian peil
bangunan dan jalan pada lokasi berkontur.
Kondisi sistem drainase di wilayah perencanaan menunjukkan beberapa
permasalahan yaitu:
a. Geometrik saluran yang kurang memadahi
b. Tempat sampah di saluran drainase
c. Saluran limbah dan drainase menjadi satu
d. Jaringan drainase sebagian tidak mengalir menuju badan air tetapi terputus di
lahan kosong
e. Pembangunan drainase yang ada tidak memperhatikan ketinggian dari kontur
lahan dan piel banjir yang telah ditetapkan, sehingga potensi banjir sangat besar
terjadi terutama di sekitar Muhajin.

Bantuan Teknis Penyusunan RPI2JMKabupaten/Kota VI - 14
Bidang Cipta Karya - Termasuk KSN - 2014

I RPI2-JM I Kabupaten Pulau Morotai I
4.

Belum adanya trotoar dan elemen pengaman bagi pejalan kaki di setiap sudut
kawasan Daruba
5. Banyaknya atribut partai politik yang ditempelkan di pohon menurunkan estetika
kawasan.
6. Permukaan tanah yang berkontur menyebabkan koridor ini rawan banjir, terutama
pada daerah yang lebih rendah dari permukaan air
7. Kurang adanya identitas kawasan seperti perbaikan sclupture/penanda/landmark
yang jelas
8. Tidak tersedianya bando jalan serta penunjuk arah dan naman jalan
9. Sebagianbesar belum memiliki prasarana dan sarana hidran penanggulangan
kebakaran, baik di gedung perkantoran, kesehatan, pendidikan maupun pada
kawasan permukiman juga belum tersedia hidran kebakaran yang input pada
jaringan pipa air bersih.
10. Belum terkelolanya sarana parkir dan reklame menjadikan sarana-sarana tersebut
memiliki dampak negatif terhadap sosial dan lingkungan di wilayah perkotaan.
11. Saat ini belum ada penegakan hukum yang dilakukan oleh lembaga yang berwenang
terhadap penataan bangunan gedung. Ini meyebabkan tidak ada sanksi yang tegas
terhadap pelanggaran ketentuan bangunan gedung misalnya pembanguan gedung
yang tidak sesuai dengan fungsi kawasan.
12. Keberadaan Usaha Pedagang Kaki Lima di ruang-ruang publik yang tidak tertib ikut
memberikan dampak negatif terhadap citra lingkungan yang serasi dan selaras
Identifikasi permasalahan tiap zona :
1. Zona A pelabuhan
Pelabuhan merupakan area dengan aktifitas tinggi, serta potensi laju perekonomian
utama. Secara umum permukiman pada zona pelabuhan memerlukan penataan
bangunan dan lingkungan kondisi ini untuk mengatisipasi lonjakan kawasan
terbangun kedepan dan untuk menghindari adanya kawasan yang di indikasikan
sebagai area kumuh. Permasalahan pada zona ini adalah mulai berkembang PKL
sehingga mengurangi kapasitas jalan sebab menempati ruang publik seperti jalan
dan trotoar sebagai tempat berjualan. Selain itu zona ini rentan akan bahaya abrasi,
pendangkalan (sedimentasi) dan bencana alam tsunami.
2. Zona B Permukiman dan Perdagangan Jasa
Zona perdagangan terletak pada sepanjang jalan proklamasi dan sekitar pelabuhan
masih dalam wilayah pesisir. Permasalahan utama pada zona perdagangan adalah
bangunan berkembang cukup padat, sehingga pembangunan rumah/ruko dibangun
tanpa memperhatikan garis sempadan bangunan (GSB), Koefisien lantai bangunan
(KLB). Pada areal pasar dan terminal tata letak bangunan tidak teratur sehingga
estetika lingkungan belum terlihat dan kurang memadai. PKL tersebar sepanjang
kawasan dengan memanfatkan ruang publik seperti trotoar dan jalan. Prasarana
seperti jalur jalan/pedestrian, jalur hijau dan ruang terbuka hijau sangat minim
sehingga kawasan terkesan panas dan tidak nyaman bagi pejalan kaki.
Penataan koridor di zona B diarahkan secara komprehensif menata seluruh elemen
ruang di Koridor. Fokus penataan koridor adalah setback, scale proportion, massing,
orientation, location of parking dan detail arsitektur, melalui:
a. Penataan setback dan tata bangunan lain
Penyeragaman setback bangunan akan memberikan ruang untuk kebutuhan
penempatan elemen jalan, tersedianya ruang-ruang publik dan menjaga kesan

Bantuan Teknis Penyusunan RPI2JMKabupaten/Kota VI - 15
Bidang Cipta Karya - Termasuk KSN - 2014

I RPI2-JM I Kabupaten Pulau Morotai I

3.

4.

5.

ruang yang manusiawi. Penataan setback bangunan di koridor sangat penting
karena saat ini ada kecenderungan ketidakteraturan kemunduran bangunan
tersebut. Ketidakteraturan setback bangunan tersebut diindikasikan menjadi faktor
tidak tertatanya koridor dengan fungsi perdagangan dan jasa atau kawasan
komersial.
b. Integrasi tema taman/RTH, sangat penting untuk :
 menjaga iklim mikro kawasan koridor yang cenderung gersang dan panas.
 RTH dan Taman memberikan integrasi melalui linkage secara visual
disepanjang koridor.
 RTH menjamin ruang-ruang publik di sepanjang koridor.
 Penegasan ruang publik di koridor
Penegasan ruang publik adalah konsep untuk dapat membedakan dengan
jelas antara ruang publik dan ruang privat. Ruang publik menjamin koridor tidak
hanya menjadi sirkulasi kendaraan bermotor seperti yang selama ini ada. ruang
publik akan menjamin pejalan kaki dan aktivitas tanpa kendaraan bermotor.
Konsep penataan ruang publik akan diwujudkan dalam Taman, RTH,
pedestrian, halte, sarana parkir dan pemberhentian sementara (drop off
concept). Drop off concept merupakan Konsep untuk mencari model lain sistem
parkir on street seperti yang sekarang ini cenderung terjadi di kawasankawasan perdagangan.
 Pemberian tanda sirkulasi dan Penataan Perabot jalan/Street furniture
Permukiman nelayan tumbuh menempati kawasan pesisir pantai namun belum
menempati ruang di atas air (laut). Kondisi area di zona ini masih dapat di
alihfungsikan karena memiliki kontur yang dapat dikembangkan sebagai barieer
dalam lingkup konservasi sempadan pantai.
Zona C Fasum, Permukiman dan RTH
Dalam zona ini masih banyak terdapat lahan kosong yang perlu dioptimalkan
penataanya, termasuk adanya kantor bupati sementara. Bangunan fasilitas
pendidikan di zona ini cukup mendomonasi sehingga dapat disimpulkan bahwa area
ini nantinya dikembangkan sebagai komplek pendidikan.
Jika di perhatikan ruang dengan fungsi RTH masih sangat kurang, yang terdapat
hanya banyaknya lahan kosong yang belum dimanfaatkan sebagai Ruang Terbuka
Hijau seperti taman publik perkotaan, dalam zona ini terdapat beberapa spot lahan
yang dapat dimanfaatkan sebagai ruang terbuka publik.
Zona D Fasum, Perdagangan dan Permukiman
Pada zona ini didominasi oleh kegiatan pendidikan dan perkantoran yang ditunjang
oleh adanya fasilitas umum. Namun, masih terdapat lahan kososng yang masih
belum dimanfaatkan dan beberapa jalan dengan kondisi kurang baik (belum di aspal)
Zona E Permukiman, Perdagangan dan Konservasi
Zona ruang terbuka hijau terletak pada kawasan pesisir pantai sehingga
permasalahan yang timbul adalah pada saat pasang kawasan terendam air sehingga
aktivitas di RTH ini tidak dapat dilakukan. Hal ini menyebabkan Drainase tidak
berfungsi dengan baik sehingga menyebabkan lambatnya aliran air dan menjadi
faktor penyebab banjir/pasang pada saat volume air meningkat.

6.2.2. Kebutuhan Penataan Bangunan Dan Lingkungan
Analisis Kebutuhan Penataan Bangunan dan Lingkungan berdasarkan kondisi
eksisting dan permasalahan kawasan yaitu :
1. Penataan Bangunan Gedung
a. Fasiliatasi Ranperda Bangunan Gedung dan Legalisasi Perda Bangunan Gedung

Bantuan Teknis Penyusunan RPI2JMKabupaten/Kota VI - 16
Bidang Cipta Karya - Termasuk KSN - 2014

I RPI2-JM I Kabupaten Pulau Morotai I
b. Untuk menangani permasalahan penataan bangunan gedung maka diperlukan
penyusunanrencana tata bangunan dan lingkungan bagi daerah yang belum
memilikinya.
c. Untuk menegakkan hukum pada sektor penataan bangunan gedung perlu
dilakukan legalisasirencana tata bangunan dan lingkungan yang telah disusun.
d. Perlu ada sosialisasi RTBL yang telah disusun kepada masyarakat secara umum
e. Perlu ada langkah-langkah penguatan fungsi kelembagaan dalam penegakan
hukum di bidangpenataan bangunan dan lingkungan.
f. Untuk menanggulangi bencana kebakaran perlu disusun Rencana Induk Sistem
ProteksiKebakaran
2. Penataan Lingkungan
a. Penataan / Peremajaan Permukiman Kumuh Untuk meningkatkan kualitas
pemukiman penduduk di kawasan kumuh perlu dilakukan penataan dan
peningkatan sarana prasarana misalnya: perkerasan jalan, pembuatan jalan portal
beton, jalan con block, pembuatan talud, pembuatan Jamban keluarga dan lainlain.
b. Ruang Terbuka Hijau dan taman Jalan
• Perlu dilakukan pemetaan dan studi karakter ruang kota sehingga dapat
diketahui pola,tingkat kebutuhan dan lokasi pengadaan ruang terbuka kota
• Perlu ada penyusunan masterplan taman jalan dan ruang terbuka hijau sebagai
acuanpemerintah kabupaten/kota
• Perlu ada pemberdayaan SDM di bidang perawatan taman jalan dan
pengadaan ataupunpenambahan sarana pendukung perawatan taman jalan.
Keberadaan tenaga opersionaldibidang perawatan taman jalan harus ditunjang
dengan sarana pendukung perawatan,misalnya mobil penyiram tanaman,
mesing pemotong rumput dll.
c. Sarana Reklame, Parkir dan BTS
• Untuk menertibkan sarana reklame perlu dibuat master plane penataan sarana
reklame diruang publik
• Untuk menertibkan kawasan parkir perlu dilakukan manajemen dan pengelolan
kawasanparkir
d. Penataan Pedagang Kaki Lima (PKL)
• Diperlukan relokasi bagi PKL yang menempati Jalan Utama Kota. Namun
demikianrelokasi yang diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan PKL
dan tidak semakinmembebani usaha PKL
• Perlu penyediaan bangunan usaha PKL yang baik
• Diperlukan pembinaan oleh pemerintah daerah setempat melalui jalur
kelembagaan PKLmisalnya koperasi atau paguyuban yang memberikan
berbagai macam pelatihan danpenyuluhan.
6.2.3. Program-Program Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan
1.
2.
3.

Program-program Penataan Bangunan dan Lingkungan :
Penyusunan Rencana Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas,
Penyusunan Rencana Tata Bangunan Dan Lingkungan (RTBL),
Penyusunan Rencana Tindak Revitalisasi Kawasan, Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan
Permukiman Tradisional/Bersejarah,

Bantuan Teknis Penyusunan RPI2JMKabupaten/Kota VI - 17
Bidang Cipta Karya - Termasuk KSN - 2014

I RPI2-JM I Kabupaten Pulau Morotai I
4.
5.
6.

7.

Penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK),
Dukungan Sarana dan Prasarana Dasar kawasan.
Kegiatan penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara meliputi:
a. Menguraikan kondisi bangunan gedung negara yang belum memenuhi
persyaratan keandalan yang mencakup (keselamatan, keamanan, kenyamanan
dan kemudahan);
b. Menguraikan kondisi Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara;
c. Menguraikan aset negara dari segi administrasi pemeliharaan.
Kegiatan Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan.

6.2.4. Usulan Program dan Kegiatan PBL
Usulan Program dan Kegiatan Penataan Bangunan dan LingkunganKabupaten
Pulau Morotai dapat dilihat pada lampiran Matriks Program Sektor Penataan Bangunan
dan Lingkungan 6.2
6.3.

SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (SPAM)

Penyelenggaraan pengembangan SPAM adalah kegiatanmerencanakan,
melaksanakan konstruksi, mengelola, memelihara,merehabilitasi, memantau, dan/atau
mengevaluasi sistem fisik (teknik)dan non fisik penyediaan air minum. Penyelenggara
pengembanganSPAM adalah badan usaha milik negara (BUMN)/ badan usaha
milikdaerah (BUMD), koperasi, badan usaha swasta, dan/atau kelompokmasyarakat yang
melakukan
penyelenggaraan
pengembangan
sistempenyediaan
air
minum.
Penyelenggaraan SPAM dapat melibatkanperan serta masyarakat dalam pengelolaan
SPAM berupapemeliharaan, perlindungan sumber air baku, penertiban sambunganliar,
dan sosialisasi dalam penyelenggaraan SPAM.
SPAM dapat dilakukan melalui sistem jaringan perpipaan dan/ataubukan jaringan
perpipaan. SPAM dengan jaringan perpipaan dapatmeliputi unit air baku, unit produksi,
unit distribusi, unit pelayanan, danunit pengelolaan. Sedangkan SPAM bukan jaringan
perpipaan dapatmeliputi sumur dangkal, sumur pompa tangan, bak penampungan
airhujan, terminal air, mobil tangki air, instalasi air kemasan, ataubangunan perlindungan
mata air. Pengembangan SPAM menjadikewenangan/ tanggung jawab Pemerintah dan
Pemerintah Daerahuntuk menjamin hak setiap orang dalam mendapatkan air minum
bagikebutuhan pokok minimal sehari-hari guna memenuhi kehidupan yangsehat, bersih,
dan produktif sesuai dengan peraturan perundangundangan,seperti yang diamanatkan
dalam PP No. 16 Tahun 2005
6.3.1. Isu

Strategis,

Kondisi

Eksisting,

Permasalahan

dan

tantangan

Pengembangan SPAM
6.3.1.1. Isu-Isu StrategisPengembangan SPAM
Terdapat isu-isu strategis yang diperkirakan akan mempengaruhi upayaIndonesia
untuk mencapai target pembangunan di bidang air minum.Isu strategis secara nasional,
yaitu :
1. Peningkatan Akses Aman Air Minum;
2. Pengembangan Pendanaan;
3. Peningkatan Kapasitas Kelembagaan;

Bantuan Teknis Penyusunan RPI2JMKabupaten/Kota VI - 18
Bidang Cipta Karya - Termasuk KSN - 2014

I RPI2-JM I Kabupaten Pulau Morotai I
4.
5.
6.
7.
8.

Pengembangan dan Penerapan Peraturan Perundang-undangan;
Pemenuhan Kebutuhan Air Baku untuk Air Minum;
Rencana Pengamanan Air Minum;
Peningkatan Peran dan Kemitraan Badan Usaha dan Masyarakat;
Penyelenggaraan Pengembangan SPAM yang Sesuai denganKaidah Teknis dan
Penerapan Inovasi Teknologi

6.3.1.2. Kondisi Eksisting Pengembangan SPAM
PDAM yang ada di Kota Daruba dan Kota Bere-bere secara struktural adalah
merupakan PDAM cabang Tobelo yang berpusat di Kabupaten Induk (sekarang
Halmahera Barat) yang berkedudukan di Ternate. Operasional PDAM di Pulau Morotai
bersifat subsidi yang menjadi tanggungan PDAM ranting Tobelo.
Sumber air PDAM di Kota Daruba merupakan sumur bor dengan debit air 30
liter/detik. Cukup memadai untuk saat ini tetapi belum memadai untuk kebutuhan di masa
yang akan datang. Diperlukan cadangan sumber air yang lain yang lebih memadai. Debit
air Kota Daruba telah meningkat 3 kali dibandingkan dengan kondisi tahun 2003.
Sedangkan PDAM Kota Bere-Bere memiliki sumber air yang cukup baik yaitu 85
liter/detik. Namun keterbatasan biaya operasional dan daya bayar dari pelanggan,
mempengaruhi kualitas pelayanan.
Tabel 6.5. Kondisi PDAM
Unit IKK

Jumlah Sumber Air

Kapasitas
Sumber
Air (liter/detik)

Kapasitas Pompa Air
(liter/detik)

IKK Daruba
IKK Bere Bere

1
1

30
85

10
5

Ket.IKK : Ibu Kota Kecamatan
Sumber : BPS Halut, 2009

Tabel 6.6. Jumlah Pelanggan Air Bersih
Unit IKK

Daya Pompa (kW)

Panel Kontrol

Jumlah Pelanggan

IKK Daruba
IKK Bere Bere

9,2
8

11
11

598
134

Sumber : BPS Halut, 2009

Kota Wayabula memiliki sumber air dengan kualitas dan debit cukup baik. Telah
ada pemasangan jaringan pelayanan namun belum mengalir menuju rumah-rumah yang
telah terpasang jaringan tersebut. Demikian juga, terdapat beberapa sumber air
berkualitas baik yang untuk masa mendatang diharapkan dapat melayani seluruh
kebutuhan air di Pulau Morotai.
Berkaitan dengan penggunaan air bersih, sebagian besar masyarakat Pulau
Morotai menggunakan air sumur, yang pada titik-titik tertentu ditemukan mata air sumur
dengan kualitas baik, sedangkan pada kebanyakan titik sumur, air yang digunakan terasa
payau. Pelayanan air bersih oleh PDAM hanya ada di kota Daruba dan Bere-Bere.
Jumlah pelanggan air bersih di kota Daruba sebanyak 598 (telah meningkat 51%

Bantuan Teknis Penyusunan RPI2JMKabupaten/Kota VI - 19
Bidang Cipta Karya - Termasuk KSN - 2014

I RPI2-JM I Kabupaten Pulau Morotai I
dibandingkan keadaan 6 tahun yang lalu) dan Kota Bere-bere sebanyak 134 pelanggan.
Penggunaan air bersih yang dilayani oleh PDAM yang relatif rendah dibandingkan jumlah
kepala keluarga di Kabupaten Morotai 11.773 KK. Selebihnya yang menetap bukan di
kedua kota tersebut menggunakan sumur gali yang jumlahnya sangat terbatas dan
umumnya terasa payau, atau tidak memenuhi syarat air bersih.
6.3.1.3. Permasalahan dan Tantangan
Permasalahan aspek teknis yang ada di PDAM Kabupaten Pulau Morotai adalah:
1.

Terbatasnya pasokan air baku juga menjadi isu penting saat ini karena persediaan
sumber air baku yang semakin menipis akibat degradasi kualitas lingkungan.
2. Adanya kebocoran yang disebabkan oleh jaringan air minum tidak dikelola dengan
baik, minimnya dana untuk melakukan pemeliharaan dan perawatan terhadap pipa
jaringan akibat tarif yang terlalu rendah dan selain itu juga disebabkan karena
masalah non teknis seperti kesalahan pencatatan meter dll.
3. Operasi dan Pemeliharaan (O&P) tidak sesuai standar (karena keterbatasan
kemampuan teknis sehingga tidak tercipta sistem yang berkelanjutan atau
(sustainable system). Tidak lengkapnya data dan peta jaringan pipa yang
menyebabkan sulitnya pemeliharaan, peningkatan dan perluasan jaringan.
Permasalahan keuangan yang ada di PDAM Kabupaten Pulau Morotai antara
lain adalah :
1.

2.
3.

4.
5.

6.

7.

Tingkat tarif yang berlaku nasional sangat rendah, belum bisa menutupi biaya
operasional atau biaya produksi air dan berakibat belum tercapainya Full cost
recovery. Hal ini tercermin dari rasio perbandingan tarif biaya O & P rata-rata yang
masih dibawah angka 1 yaitu 0,4.
Kesulitan likuidasi: ketidak cukupan dana untuk memberikan pelayanan yang wajar
dalam wujud kualitas, kuantitas dan kontinuitas.
Inefisiensi O & P dan Investasi yang tidak efektf, mengakibatkan tingkat profitabilitas
sangat rendah dan berdampak pada ketidakmampuan membayar cicilan hutang plus
beban bunga yang semakin membesar.
Tingginya piutang usaha dan rendahnya efektivitas penagihan serta kolektibilitas
tagihan rekening kepada konsumen.
Terbatasnya sumber pendanaan. Sampai saat ini ada beberapa sumber pembiayaan
bagi PDAM yaitu (1) dana Internal yang disisihkan dari sisa hasil usaha, (2)
Penyertaan modal dari pemerintah pusat. Aspek Kelembagaan / Legal.
Kekurang mandirian atau keterbatasan kewenangan manajemen dalam mengelola
PDAM sebagai satu kesatuan unit usaha. Hal ini berkaitan dengan status PDAM
sebagai perusahaan daerah dimana Pemerintah Daerah sebagai pemilik, ternyata
pemerintah daerah terlalu banyak campur tangan dalam pelaksanaan operasional
PDAM tersebut, tidak hanya dalam hal investasi namun juga ketegasan penentu
yang ada saat ini masih mengisyaratkan PDAM sebagai operator air minum di
kabupaten/kota.
Kurang mantapnya institusi PDAM mencakup kewenangan operasional, kemampuan
manajerial mencakup penugasan teknik teknologis dan kapasitas SDM, yang tidak
berorientasi pada peningkatan kualitas pelayanan.

Bantuan Teknis Penyusunan RPI2JMKabupaten/Kota VI - 20
Bidang Cipta Karya - Termasuk KSN - 2014

I RPI2-JM I Kabupaten Pulau Morotai I
8.
9.
10.
11.

12.

13.
14.

15.

Sistem pelayanan bersifat administrative kedaerahan. Kondisi ini juga terkait
inefesiensi kelembagaan PDAM sebagai suatu bisnis unit.
Sistem pendataan dan pelaporan internal PDAM kurang memadai
Tidak ada tindak lanjut umpan balik dan monitoring serta evaluasi.
Keterbatasan data yang dapat dijadikan input bagi pembinaan oleh instansi terkait,
antara lain Dinas PU Cipta Karya dan Bina Marga, menyebabkan tidak
terintegrasinya dengan baik program-program pembangunan dan pemeliharaan
jaringan distribusi PDAM.
Tidak samanya persepsi stakeholder dalam melihat air minum sebagai satu unit
usaha yang harus berkembang dan mandiri sehingga mampu memenuhi air minum
masyarakat.
Upaya memberdayakan masyarakat masih belum memadai.
Dalam hal ini kebijakan permasalahannya terletak pada pola pendekatan
pembangunan selama ini ternyata masih bernuansa administratif dimana institusi
pengelola dibentuk berdasarkan wilayah administratif
Dalam hal peraturan/legal, permasalahannya terletak pada masih lemahnya
perangkat hukum kelembagaan dan instansi terkait lainnya yang menunjang PDAM
sehingga mampu berkembang dan exis secara berkesinambungan.
Beberapa permasalahan terkait dengan kelembagaan antara lain adalah:

1.
2.
3.
4.

Kurangnya kemampuan manajerial mencakup penugasan teknik dan kapasitas SDM.
Sistem pendataan dan pelaporan internal PDAM kurang memadai.
Tidak ada tindak lanjut umpan balik dan monitoring serta evaluasi.
Keterbatasan data yang dapat dijadikan input bagi pembinaan oleh instansi terkait,
antara lain Dinas PU Cipta Karya dan Bina Marga, menyebabkan tidak
terintegrasinya dengan baik program-program pembangunan dan pemeliharaan
jaringan distribusi PDAM.

6.3.2. Kebutuhan Sistem Penyediaan Air Minum
Kebutuhan pokok yang diperlukan penduduk adalah air bersih. Pemenuhan
kebutuhan air bersih di Kabupaten Morotai yang digunakan untuk kebutuhan rumah
tangga dan industri disediakan oleh PDAM namun dengan jangkauan yang tidak
terlampau luas. Kebutuhan lainnya dipenuhi dengan pemanfaatan potensi cadangan air
Kabupaten Morotai dari sumber air permukaan (sungai) dan air tanah (air tanah dangkal
dan dalam).
Tabel 6.3.menggambarkan bahwa penduduk Pulau Morotai pada tahun 2034 di
perkirakan sekitar 78.445 ribu jiwa. Dengan mengasumsikan bahwa SPAM dengan
kapasitas 1 ltr/detik dapat melayani 400 jiwa maka berdasarkan proyeksi penduduk
diatas, kebutuhan air minum di Kabupaten Pulau Morotai dapat dilihat pada tabel berikut:

Bantuan Teknis Penyusunan RPI2JMKabupaten/Kota VI - 21
Bidang Cipta Karya - Termasuk KSN - 2014

I RPI2-JM I Kabupaten Pulau Morotai I
Tabel 6.7. Proyeksi kebutuhan Kapasitas Penyediaan air minum Kabupaten Pulau
Morotai dari Masing-Masing Kecamatan
Kebutuhan Kapasitas Produksi Air Bersih (liter/detik)
No

Kecamatan
2015

2020

2025

2030

2034

1

Moratai Selatan

48

52

57

61

65

2

Moratai Selatan Barat

30

33

36

39

42

3

Moratai Timur

21

23

25

27

29

4

Moratai Utara

19

21

23

25

28

5

Moratai Jaya

25

27

30

32

35

143

156

171

184

199

21,45

23,4

25,65

27,6

29,85

164,45

179,4

196,65

211,6

228,85

Jumlah
Kebutuhan Fasum 15%
Total Kebutuhan
Sumber : HasilAnalisis

Berdasarkan tabel diatas, untuk melayani seluruh penduduk Pulau Morotai maka
dibutuhkan SPAM dengan kapasitas 164,45 liter/detik pada tahun 2015 dan 228,85
liter/detik pada tahun 2034. Tingkat pelayanan air bersih / PAM di Pulau Morotai ini pada
umumnya masih sangat rendah, hanya desa / wilayah tertentu saja yang dilayani air
bersih dari PDAM seperti Daruba. Wilayah-wilayah lain masih menggunakan air sumur
atau sungai.
6.3.3. ProgramPengembangan SPAM
Program pengembangan SPAM pemerintah yaitu :
1.

2.

3.

Program SPAM IKK
Kriteria Program SPAM IKK adalah:
Sasaran: IKK yang belum memiliki SPAM
Kegiatan:
 Pembangunan SPAM (unit air baku, unit produksi dan unit distribusi utama)
 Jaringan distribusi untuk maksimal 40% target SambunganRumah (SR) total
Indikator:
 Peningkatan kapasitas (liter/detik)
 Penambahan jumlah kawasan/IKK yang terlayani SPAM
Program Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR)
Kriteria Program Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) adalah:
Sasaran: Optimalisasi SPAM IKK
Kegiatan: Stimulan jaringan pipa distribusi maksimal 40% daritarget total SR untuk
BR
Indikator:
 Peningkatan kapasitas (liter/detik)
 Penambahan jumlah kawasan kumuh/nelayan yang terlayani SPAM
Program Perdesaan Pola Pamsimas
Kriteria Program Perdesaan Pola Pamsimas adalah:
Sasaran: IKK yang belum memiliki SPAM

Bantuan Teknis Penyusunan RPI2JMKabupaten/Kota VI - 22
Bidang Cipta Karya - Termasuk KSN - 2014

I RPI2-JM I Kabupaten Pulau Morotai I

4.

5.

Kegiatan:
 Pembangunan SPAM (unit air baku, unit produksi dan unit distribusi utama)
 Jaringan distribusi untuk maksimal 40% target SambunganRumah (SR) total
Indikator:
 Peningkatan kapasitas (liter/detik)
 Penambahan jumlah kawasan/IKK yang terlayani SPAM
Program Desa Rawan Air/Terpencil
Kriteria Program SPAM IKK adalah:
Sasaran: Desa rawan air, desa miskin dan daerah terpencil(sumber air baku relatif
sulit)
Kegiatan: Pembangunan unit air baku, unit produksi dan unitdistribusi utama
Indikator: Penambahan jumlah desa yang terlayani SPAM
Program Pengamanan Air Minum
Kriteria Program Pengamanan Air Minum adalah:
Sasaran: PDAM-PDAM dalam rangka mengurangi resiko
Kegiatan: Pengendalian kualitas pelayanan air minum darihulu sampai hilir
Indikator: Penyediaan air minum memenuhi standar 4 K.

6.3.4. Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan SPAM
Usulan Program dan Kegiatan Pembangunan SPAM Kota Ternate dapat dilihat
pada lampiran Matriks Program PK-PAM 6.3

6.4.

PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN

6.4.1. Air Limbah
6.4.1.1. Isu

Strategis,

Kondisi

Eksisting,

Permasalahan

dan

tantangan

Pengembangan Air Limbah Permukiman
A. Isu StrategisAir Limbah Permukiman
Isu-isu strategis dalam pengelolaan air limbah permukiman di Indonesia antara
lain:
1.

2.

3.

Akses masyarakat terhadap pelayanan pengelolaan air limbah permukiman.
Sampai saat ini walaupun akses masyarakat terhadap prasarana sanitasi dasar
mencapai 90,5% di perkotaan dan di pedesaan mencapai 67% (Susenas 2007)
tetapi sebagian besar fasilitas pengolahan air limbah setempat tersebut belum
memenuhi standar teknis yang ditetapkan. Sedangkan akses layanan air limbah
dengan sistem terpusat baru mencapai 2,33% di 11 kota (Susenas2007 dalam
KSNP Air Limbah).
Peran Masyarakat
Peran masyarakat berupa rendahnya kesadaran masyakat danbelum
diberdayakannya potensi masyarakat dan dunia usahadalam pengelolaan air limbah
serta terbatasnya penyelenggaraanpengembangan sistem pengelolaan air limbah
permukimanberbasis masyarakat.
Peraturan perundang-undangan

Bantuan Teknis Penyusunan RPI2JMKabupaten/Kota VI - 23
Bidang Cipta Karya - Termasuk KSN - 2014

I RPI2-JM I Kabupaten Pulau Morotai I

4.

5.

Peraturan perundang-undangan meliputi lemahnya penegakanhukum dan belum
memadainya perangkat peraturan perundanganyang dibutuhkan dalam sistem
pengelolaan air limbah permukimanserta belum lengkapnya NSPM dan SPM
pelayanan air limbah.
Kelembagaan
Kelembagaan meliputi kapasitas SDM yang masih rendah, kurangkoordinasi antar
instansi dalam penetapan kebijakan di bidang airlimbah, belum terpisahnya fungsi
regulator dan operator, sertalemahnya fungsi lembaga bidang air limbah.
Pendanaan
Pendanaan terutama berkaitan dengan terbatasnya sumberpendanaan pemerintah
dan rendahnya alokasi pendanaan daripemerintah yang merupakan akibat dari
rendahnya skala prioritaspenanganan pengelolaan air limbah. Selain itu adalah
rendahnyatarif pelayanan air limbah sehingga berakibat pihak swasta kurangtertarik
untuk melakukan investasi di bidang air limbah.

Isu-isu strategis dalam pengelolaan air limbah permukiman di Kabupaten Pulau
Morotaiberdasarkan yang telah disusun antara lain:
1. Keterbatasan infrastruktur penanganan air limbah domestik
2. Sarana IPAL komunal dan sarana IPLT
3. Peningkatan cakupan kepemilikan jamban keluarga dengan pengunaan tengki
septik individual yang aman dimasyarakat
4. Kurangnya penyuluhan dan sosialisasi kepada masyarakat tetang prilaku PHBS
5. Pengalokasian anggaran yang cukup untuk pengelolaan limbah domestic
6. Peningkatan kegiatan sosialisasi terhadap pengelolaan air limbah domastik yang
berbasis masyarakat
7. Regulasitentang pengelolaan air limbah domestik

B. Kondisi EksistingAir Limbah Permukiman
Di Kabupaten Pulau Morotai pengelolaan air limbah masih dilakukan secara
individual oleh penduduknya.Pengelolaan secara komunal maupun sistem perpipaan
belum dilaksanakan baik oleh masyarakat maupun oleh swasta.Hal ini juga bisa dikaitkan
dengan kondisi Kabupaten Pulau Morotai yang merupakan daerah baru dari hasil
pemekaran sejak 2008, serta hampir semua Desa –Desanya masih belum terlalu
padat.Dan
sebagian besar masih berupa ibukota kecamatan yang kepadatan
penduduknya masih belum tinggi.
Sistem yang digunakan adalah ”on site” (setempat). Untuk permukiman penduduk
pada umumnya masih ada memanfaatkan sungai untuk keperluan mandi, cuci, dan
buang airnya. Dari seluruh penduduk (KK) yang bertempat tinggal di Kabupaten Pulau
Morotai, tidak terdata jumlah KK yang pembuangan limbah manusia secara on site
menggunakan tangki septik dan cubluk, on site secara komunal seperti jamban
umum atau MCK atau yang menggunakan tempat terbuka atau sungai untuk fasilitas
pembuangan limbah manusianya. Pada sistem on site yang diterapkan umumnya adalah
buangan tinja dialirkan ke cubluk atau tangki septik dan
air
bekas
cuci mandi dialirkan ke saluran
drainase dan
lahan
kosong
yang ada
disekitarnya. Sarana sanitasi secara on site yang dimiliki tiap keluarga pada

Bantuan Teknis Penyusunan RPI2JMKabupaten/Kota VI - 24
Bidang Cipta Karya - Termasuk KSN - 2014

I RPI2-JM I Kabupaten Pulau Morotai I
umumnya tidak dilakukan pengurasan secara berkala, pengurasan hanya dilakukan
apabila terjadi penyumbatan dan ada gangguan, yang dilakukan secara
manual (tanpa truck tinja). Sarana sanitasi secara on site yang dimiliki tiap keluarga
pada umumnya tidak dilakukan pengurasan secara berkala, pengurasan hanya
dilakukan apabila terjadi penyumbatan dan ada gangguan, yang dilakukan secara
manual (tanpa truck tinja).
Pada saat sekarang belum ada pihak swasta yang mengelola jasa
pengurasan lumpur tangki septik, sedangkan Dinas Pekerjaan Umum Kab. Pulau
Morotai ataupun instansi terkait belum memiliki truck tinja.
Jenis limbah terbagi dua yaitu libah industri dan limbah rumah tangga.Limbah
industri umumnya dikelola sendiri oleh pihak swasta sebagai persyaratan untuk
mendirikan sebuah industri.Pada prinsipnya kawasan industri harus membuat sistem
pengelolaan tersendiri dimana air buangan limbah yang telah diproses di IPAL tersebut
harus memenuhi Standar Amdal yang telah ditetapkan sehingga tidak mencemari
lingkungan ketika air buangan tersebut dialirkan ke sistem saluran drainase atau saluran
pembuangan limbah (sewerage sistem).
Pengelolaan limbah rumah tangga umumnya melibatkan pemerintah sebagai
pihak pengelola.Sistem pengelolaan limbah rumah tangga terbagi dua, yaitu sistem
setempat (on site) dan sistem terpusat (off site). Sistem pengelolaan limbah di Kabupaten
Pulau Morotai lebih cocok
menggunakan sistem setempat, karena pembiayaan
pengelolaannya relatif terjangkau baik oleh masyarakat maupun pemerintah.
Sistem pengelolaan air limbah domestic di Kabupaten Pulau Morotai belum tertata
/ dikelolah dengan benar, pengelolaan limbah rumah tangga black water masih dilakukan
secara individual pada masing-masing rumah tangga, di olah dalam property (lahan) milik
pribadi dengan teknologi tengki septic, endapan tinja yang terkumpul didalam tenki septic
tidak di angkut untuk di olah karena tidak ada armada (truk tinja) dan tidak ada istalasi
pengelolaan lumpur tinja (IPLT). Kondisi seperti ini sangat berpengaruh pada kesehatan
lingkungan, karena jika air limbah yang dihasilkan lebih dari 30 liter/orang/hari, besar
kemungkinan tanah tidak mampu lagi meloloskan air limbah, dan jika volume air limbah
yang dihasilkan lebih rendah maka tanah berpasir masih mampu meloloskan air limbah
terolah dari tengki septic ke