STRATEGI GURU DALAM PENGEMBANGAN SIKAP SOSIAL ANAK DI TAMAN KANAK-KANAK ISLAM TARBIYATUL BANIN II KOTA SALATIGA TAHUN PELAJARAN 20182019

  

STRATEGI GURU DALAM PENGEMBANGAN SIKAP

SOSIAL ANAK DI TAMAN KANAK-KANAK ISLAM

TARBIYATUL BANIN II KOTA SALATIGA

TAHUN PELAJARAN

  

2018/2019

SKRIPSI

  

Diajukan untuk Memperoleh

Gelar arjana Pendidikan

Oleh :

MAULINA PUJININGTYAS

  

116-14-001

PROGAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN )

SALATIGA

2018

  

MOTTO

  Kerasnya usaha takkan pernah menghianati hasil Kuatnya doa takkan pernah mengecewakan yang meminta

  

PERSEMBAHAN

  Skripsi ini penulis persembahkan kepada : 1.

  Untuk Keluarga tercinta, Bapak Piadji Sutono, Ibu Nikmatul Hidayah serta Adik M.

  Ghofari Yulianto.

2. Teman-teman PIAUD 2014 3.

  Almamater IAIN Salatiga

KATA PENGANTAR

  Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “PENGEMBANGAN SIKAP SOSIAL ANAK DI TAMAN KANAK-KANAK ISLAM TARBIYATUL BANIN II KOTA SALATIGA TAHUN 2018/2019” guna memenuhi persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Islam.

  Dalam menyusun skripsi ini peneliti menyadari tidak dapat bekerja tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu peneliti mengucapkan terima kasih kepada: 1.

  Bapak Dr.Rahmat Hariyadi,M.Pd., selaku rektor IAIN Salatiga.

  2. Bapak Suwardi,M.Pd., selaku Dekan FTIK IAIN Salatiga 3.

  Ibu Dra.Siti Asdiqoh,M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Islam Anak Usia Dini. Serta yang telah tulus dan ikhlas senantiasa berkenan memberikan sumbangsih pemikiran, serta waktunya untuk membeimbing penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

  4. Ibu Dra.Siti Farikhah,M.Pd., yang telah membimbing dari awal hingga akhir perkuliahan.

  5. Para dosen dan staf pengajar dilingkungan IAIN Salatiga yang telah memberikan ilmu pengetahuan sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.

  6. Bapak (Piadji Sutono), Ibu (Nikmatul Hidayah) seta Adik ( M. Ghofari Yulianto) yang terkasih dan tercinta yang selalu tulus dan ikhlas mendoakan serta mencurahkan segalanya demi penulis.

  7. Seseorang yang selalu memberikan dukungan dan motivasi.

  8. Ibu Titiek Sugiyati M.Pd. yang telah mengizinkan penulis untuk mengadakan penelitian di Taman Kanak-kanak Islam Tarbiyatul Banin II Kota Salatiga Tahun Ajaran 2018/2019.

  9. Bapak dan ibu guru serta karyawan TK Islam Tarbiyatul Banin II Kota Salatiga yang telah berkenan membantu dan memberikan data kepada penulis.

  10. Bapak, Ibu serta seluruh keluarga besar RA Taruna Utama yang telah berkenan mendoakan serta mendukung penulis.

  11. Teman-teman PIAUD 2014 yang sudah menemani perjalanan menuntut ilmu di IAIN Salatiga yang telah memberikan semangat serta berjuang bersama.

  12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penulisan skripsi ini.

  Penulisan menyadari dan mengakui bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, semua itu dikarenakan kemampuan dan pengetahuan penulis sehingga masih banyak kekurangan yang perlu untuk diperbaiki dalam skripsi ini.

  Akhirnya penulis berharap dan berdo’a semoga skripsi ini memberikan sumbangan positif bagi pengembangan dunia pendidikan, khususnya Pendidikan Islam Anak Usia Dini.

  Salatiga, 29 Agustus 2018 Penulis

  

ABSTRAK

  Pujiningtyas,Maulina.2018.Pengembangan Sikap Sosial Anak di Taman Kanak-kanak

  Islam Tarbiyatul Banin

  II Kota Salatiga Tahun Pelajaran 2018/2019. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Pendidikan Islam

  Anak Usia Dini.Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh,M.Si.

  Kata Kunci : Perkembangan, sosial anak dan sikap sosial

  Proses pengembangan sikap sosial anak di Taman Kanak-kanak Islam Tarbiyatul Banin II Kota Salatiga, menggunakan metode pembiasaan yang dilaksanakan di tengah-tengah kegiatan pembelajaran di awal atau akhir kegiatan, tetapi karena tingginya sifat egoisme anak dan adanya perbedaan status sosial mendominasi sikap atau perilaku anak. Berdasarkan keadaan tersebut, maka penulis mengadakan penelitian kualitatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan sikap sosial anak pada kelompok A dan B Taman Kanak-kanak Islam Tarbiyatul Banin II Kota Salatiga Tahun Pelajaran 2018/2019.

  Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Kualitatif yang terdiri dari dua tahap penelitian yaitu, tahap wawancara dan dokumentasi. Penelitian ini menunjukkan penggunaan metode pembiasaan dapat mengembangkan sikap sosial anak. Hal ini ditunjukkan dengan perubahan sikap anak semakin baik atau berkembang dari kelompok A hingga ke kelompok B. Selain pembiasaan dengan mendongeng kisah teladah nabi dan rosul akan dapat memberikan gambaran pada anak tentang sikap-sikap teladan yang dapat di terapkan dalam kehidupan sehari-hari.

  Hambatan yang dialami oleh guru dalam pengembangan sikap sosial anak yaitu tingginya sifat egoisme yang dimiliki oleh anak membuat anak sulit untuk mendapatkan masukan dari guru atau orang lain. Kurangnya sosialisasi dengan orang-orang disekitar membuat anak sulit untuk dapat berbaur dengan lingkungan dan orang-orang baru. Hambatan yang terakhir adalah kurangnya komunikasi antara orang tua dengan guru atau pihak sekolah yang menimbulkan perbedaan persepsi terhadap pengembangan sikap sosial anak di rumah dan di sekolah

  

DAFTAR ISI

  SAMPUL JUDUL ................................................................................................................. i LEMBAR BERLOGO ........................................................................................................... ii JUDUL ................................................................................................................................... iii PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................................................................... iv PENGESAHAN KELULUSAN ............................................................................................ v PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ............................................................................. vi MOTTO ................................................................................................................................. vii PERSEMBAHAN ................................................................................................................. viii KATA PENGANTAR ........................................................................................................... ix ABSTRAK .............................................................................................................................. x DAFTAR ISI .......................................................................................................................... xii DAFTAR TABEL ................................................................................................................. xiii DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................................ xiv

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ..............................................................................................................1 B. Fokus Masalah ..............................................................................................................6 C. Tujuan Penelitian ..........................................................................................................6 D. Manfaat Penelitian ........................................................................................................7 E. Penegasan Istilah ...........................................................................................................7

  F.

  Sistematika Penulisan ...................................................................................................9

  BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Sikap Sosial ........................................................................................10 2. Hakikat Perkembangan Sikap Sosial ....................................................................12 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sikap sosial ……..………....16 4. Ciri-ciri Sikap Sosial Anak ...................................................................................22 5. Unsur-unsur Pengembangan Sikap Sosial ............................................................24 6. Hambatan Sikap Sosial Anak ................................................................................25 7. Proses Pengembangan Sikap Sosial Anak ............................................................28 8. Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan Sosial Anak Usia 3-4…...................32 9. Standar Tingkat Pencapaian perkembangan Sosial Anak Usia 4-5.......................37 B. Kajian Pustaka .............................................................................................................40 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ............................................................................................................41 B. Lokasi dan Waktu Penelitian .......................................................................................41 C. Sumber Data ................................................................................................................42 D. Prosedur Pengumpulan Data .......................................................................................42 E. Analisis Data ...............................................................................................................44 F. Pengecekan Keabsahan Data .......................................................................................45 BAB IV PAPARAN DAN ANALISIS DATA A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Tempat Penelitian ..................................................................................................46 2. Sejarah Berdirinya TK Islam Tarbiyatul Banin II Kota Salatiga ..........................46 3. Visi dan Misi Taman Kanak-kanak Islam Tarbiyatul Banin II Kota Salatiga ................................................................................................................................48 4. Data Jumlah Guru TK Islam Tarbiyatul Banin II Kota Salatiga ..........................48 5. Profil Taman Kanak-kanak Islam Tarbiyatul Banin II…………… ......................49

  6. Rincian Data Jumlah Peserta Didik Taman Kanak-kanak Islam Tarbiyatul Banin II Kota Salatiga .........................................................................................................50 7. Kurikulum TK Islam Tarbiyatul Banin II Kota Salatiga ......................................50 8. Gambaran Informan...............................................................................................52 B. Temuan Penelitian 1.

  Pengembangan Sikap Sosial Anak di Taman Kanak-kanak Islam Tarbiyatul Banin

  II Kota Salatiga ....................................................................................................53 2. Hambatan Pengembangan Sikap Sosial Anak di TK Islam Tarbiyatul Banin II

  Kota Salatiga ........................................................................................................56 C. Analisis Hasil Data Penelitian ...................................................................................58

  BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ..................................................................................................................62 B. Saran ............................................................................................................................62 DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................72 LAMPIRAN

  • – LAMPIRAN ..................................................................................................73

  DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Daftar Guru TK Islam Tarbiyatul Banin II ...........................................54Tabel 3.2 Daftar Siswa TK Islam Tarbiyatul Banin II ..........................................56Tabel 3.3 Data Hasil Wawancara Guru Kelompok A dan B.................................62Tabel 3.4 Hasil Wawancara Kepala Sekolah ........................................................67Tabel 3.5 Hasil Wawancara Staf Kantor ..............................................................71

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan sikap sosial anak memang sangatlah penting bagi pertumbuhan

  dan kematangannya menuju usia kedewasaan. Pada usia dini perkembangan sosial sangatlah penting karena sebagai kodrat manusia sebagai makhluk sosial, tentunya manusia tidak dapat lepas dari orang lain. Dengan perkembangan sikap sosial yang baik maka anak akan dapat menjalin hubungan yang baik dengan sesama manusia lainnya yang berada di kehidupannya yaitu teman sebaya, orang tua, saudara bahkan orang lain yang berada disekelilingnya. Dengan perkembangan sikap sosial yang baik anak akan mampu menghormati orang lain atau orang yang lebih tua, mudah bergaul atau menjalin relasi dengan teman sebayanya, dan dapat bertanggung jawab dengan segala keputusannya. Sebelum memasuki usia sekolah anak perkembangan sikap sosial anak dicetak melalui pola asuh orang tua dan keluarga dirumah. Tetapi, setelah memasuki usia sekolah anak selanjutnya bersosialisasi pada pendidikan formal disekolah dimana mereka menuntut ilmu pengetahuan. Setelah masuk sekolah anak diharapkan dapat menyesuaikan diri dengan kondisi serta aturan-aturan sekolah yang berlaku.

  Proses sosialisasi anak disekolah anak akan membentuk kepribadian untuk tekun dan rajin belajar, memiliki cita-cita dan lain-lain. Sejumlah peranan sekolah yaitu memberikan bekal pengetahuan dan keterampilan, membentuk kader pemimpin, sebagai tempat mengantisipasi mobilitas sosial, membantu memecahkan masalah sosial, sebagai agen penerus dan pengembangan kebudayaan dan membantu kesejahteraan keluarga (Ary H. Gunawan: 2005). Pendidikan prasekolah bertujuan untuk membantu meletakkan dasar ke arah perkembangan sikap, intelektual, keterampilan fisik dan motorik, sosial moral dan daya cipta yang diperlukan oleh anak-anak untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya, serta untuk pertumbuhan dan perkembangan tahap selanjutnya.

  Guru memiliki peran penting dalam proses pengembangan sikap sosial anak. Karena disekolah anak berasal dari bermacam-macam latar belakang dan harus dapat berbaur satu sama lain. Dalam proses pengembangan sikap sosial ini guru harus dapat menyatukan berbagai sifat dan karakter anak untuk dapat mengembangkan sikap sosial anak dengan baik. Sehingga anak dapat bersosialisasi dengan baik bersama teman sebayanya dan orang-orang yang berada dilingkungan sekolah.

  Karakteristik perkembangan sosial anak usia dini dapat diartikan dengan ciri khas berbagai perubahan terkait dengan kemampuan anak usia 0-6 tahun dalam menjalin relasi dengan dirinya sendiri maupun dengan orang lain untuk mendapatkan keinginannya. Pada usia 0-3 bulan, anak menjalin hubungan dengan orang lain dengan tangisannya, ekspresi wajah, dan gerak badannya, tidak dengan perkataannya. Pada usia 4-6 bulan, kemampuan menjalin hubungan pada bayi akan berkembang seiring dengan kebutuhannya untuk bertemu orang lain dengan lebih sering. Pada usia ini, bayi akan lebih menyadarikeberadaan orang lain termasuk orang asing disekitarnya. Bayi juga akan menggunakan senyuman, mata, dan suara untuk menarik perhatian dan berhubungan dengan orang lain. Sementara itu, ketertarikan dan keinginan bayi yang besar untuk berhubungan dengan orang lain akan terjadi pada usia 10-12 bulan. Pada usia ini bayi akan menjalin hubungan yang penuh antusias dengan orangtuanya atau pengasuhnya, dan sebaliknya ia akan menjadi pribadi yang pendiam dan pasif dalam berhubungan dengan orang asing baginya. Kemudian, pada usia 13-18 bulan bayi akan berusaha untuk menampilkan sikap asertif, yaitu sikap menyatakan keinginan dan kemauannya sendiri dengan lugas. Pada usia 13-18 bulan ini, bayi juga akan menunjukkan kemampuan hubungan sosialnya setelah melalui tahapan permainan. Pada usia 19-24 bulan, bayi mulai mengembangkan kemampuan untuk membantah apa yang sudahditetapkan. Ia menginginkan agar kemauannya dituruti dan disetujui. Kemudian pada usia 2-3 tahun, anak mulai menjalin hubungan pertemanan. Dalam hubungan pertemanan tersebut, anak ingin disukai oleh teman- temannya. Hubungan pertemanan anak mulai meningkat di usia 3-4 tahun, peningkatan tersebut terjadi seiring dengan berkembangnya aspek moralitas pada anak. Anak mulai mengenali mana yang benar dan mana yang tidak benar. Pola pertemanan dan hubungan anak sudah lebih stabil pada usia 4-5 tahun. Hal ini disebabkan anak sudah memahami adanya aturan, bahkan tidak hanya ketika bermain dilingkungan sekolah, tetapi juga dalam perilakunya dirumah. Pada usia 5-6 tahun terjadi peningkatan kemampuan perkembangan sosial pada anak usia 5-6 tahun.

  Faktor penambahan usia menjadi penyebabnya, dengan pertambahan usia tersebut anak menjadi lebih banyak bermain dan bercakap-cakap dengan anak lainnya, khususnya dengan teman-temannya. Hubungan anak dengan teman-temannya semakin meningkat melalui kegiatan bermain, baik di sekolah ataupun dilingkungan rumah dapat menjadikan ia memahami dirinya sendiri untuk bersikap kooperatif, toleran, menyesuaikan diri dan mematuhi aturan yang berlaku di rumah, sekolah dan lingkungan masyarakat.

  Mayoritas anak didik Taman Kanak-kanak Islam Tarbiyatul Banin II berasal dari kalangan status sosial menengah ke atas. Banyak anak yang dibesarkan dilingkungan perumahan yang keadaan lingkungannya anak jarang bermain dengan teman-teman sebaya karena mayoritas kehidupan dalam lingkungan perumahan lebih cenderung bersifat individual. Sehingga membuat anak jarang bersosialisasi dengan orang-orang sekitar. Keadaan seperti ini yang dapat menimbulkan sikap egoisme yang tinggi dan membuat anak sulit untuk bersosialisasi. Selain itu, sebagian besar orang tua atau wali murid sudah mengenalkan anak dengan gadget atau handphone yang membuat anak asik bermain sendiri yang dapat menambah sikap egoisme dan tidak peduli dengan keadaan sekitarnya.

  Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan oleh penulis pada tanggal 7 Mei 2018 diketahui bahwa proses pengembangan sikap sosial anak di Taman Kanak- kanak Islam Tarbiyatul Banin II memiliki beberapa kendala, misalnya :

  1. Anak sulit menerima nasihat atau masukan dari guru karena sifat egois yang tinggi.

  2. Pengaruh penggunaan gadget dirumah menyebabkan anak sulit bersosialisasi dengan teman-temannya.

  3. Perbedaan status sosial membuat anak hanya mau berbaur dengan yang setara status sosialnya saja.

  Dengan kendala yang ada guru Taman Kanak-kanak Islam Tarbiyatul Banin II memiliki tugas yang cukup keras dalam mengembangkan sikap sosial anak. Guru harus mampu mengarahkan anak untuk bisa bersikap sosial dengan baik dan peduli dengan lingkungan sekitarnya. Untuk mencapai tujuannya dalam pengembangan sikap sosial anak di Taman Kanak-kanak Islam Tarbiyatul Banin

  II guru-guru wali kelas memiliki strategi yaitu dengan melakukan pembiasaan terhadap anak. Pembiasaan ini dilakukan setiap pagi sebelum ataupun sesudah kegiatan maupun dalam pembelajaran. Pembiasaan yang dilakukan yaitu bercerita atau mendongeng tentang kisah-kisah teladan nabi dan rosul, dalam kegiatan ini guru menstimulasi anak dengan memberikan gambaran-gambaran sikap teladan yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Setiap pembelajaran atau kegiatan disekolah guru selalu membentuk anak dalam beberapa kelompok yang bertujuan agar anak dapat berkomunikasi dan bersosialisasi serta kerja sama dengan satu sama lain. Guru juga mengajak anak untuk mendoakan teman yang sedang sakit atau terkena musibah untuk menumbuhkan rasa kepedulian terhadap teman yang lain.

  Berdasarkan paparan diatas maka penulis membuat judul, “PENGEMBANGAN SIKAP SOSIAL ANAK DI TAMAN KANAK-KANAK

  ISLAM TARBIYATUL BANIN II KOTA SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2018/2019 ” B.

   Fokus Masalah

  Berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan di atas, maka dapat dirumuskan fokus permasalahan pada penelitian ini, yaitu:

1. Bagaimana pengembangan sikap sosial anak di TK Trabiyatul Banin II Kota

  Salatiga Tahun Pelajaran 2018/2019 ? 2. Apa hambatan pengembangan sikap sosial anak di TK Tarbiyatul Banin II Kota

  Salatiga Tahun Pelajaran 2018/2019 ? C.

   Tujuan Penelitian

  Tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui pengembangan sikap sosial anak di Taman Kanak-kanak Islam

  Tarbiyatul Banin II Kota Salatiga Tahun Pelajaran 2018/2019 2. Untuk mengetahui hambatan pengembangan sikap sosial anak di Taman Kanak- kanak Tarbiyatul Banin II Kota Salatiga Tahun Pelajaran 2018/2019

D. Manfaat Penelitian 1.

  Manfaat Teoritis

  Hasil dari penelitian ini dapat menjadi landasan dalam pengembangan sikap sosial anak, selain itu juga menjadi sumber pengetahuan bagi guru pendidikan anak usia dini.

2. Manfaat Praktis

  Hasil penelitian ini bagi penulis yaitu penulis mampu mengetahui cara atau strategi dalam mengembangkan sikap sosial anak yang nantinya dapat diterapkan dalam dunia pendidikan anak usia dini.

  Bagi guru penelitian ini dapat dijadikan sebagai evaluasi pembelajaran yang telah dilaksanakan agar dapat lebih berkembang dan lebih inovatif lagi dalam mengembangkan sikap sosial anak.

E. Penegasan Istilah

  Untuk menghindari kesalahpahaman dalam pembahasan skripsi yang berjudul “PENGEMBANGAN SIKAP SOSIAL ANAK DI TAMAN KANAK-KANAK

  ISLAM TARBIYATUL BANIN II KOTA SALATIGA”. Penulis akan memberikan penjelasan dan pembatasan istilah, yaitu:

  1. Pengembangan Pengembangan berarti proses menterjemahkan atau menjabarkan spesifikasi rancangan ke dalam bentuk fitur fisik. Pengembangan secara khusus berarti proses menghasilkan bahan-bahan pembelajaran. (Alim Sumarno:2012).

  Pengembangan dilakukan untuk meningkatkan kemampuan tektis, teoritis, konseptual dan moral seorang individu atau anak sesuai dengan kebutuhan perkembangannya. Hal ini agar dapat menanamkan nilai-nilai sosial atau kehidupan dalam kepribadian anak agar lebih terarah dan tertata dengan baik.

  2. Sikap Sosial

  Pengertian sikap, sikap merupakan sesuatu yang dipelajari dan sikap menentukan apa yang dicari individu dalam kehidupan. Sedangkan, kata sosial berkenaan dengan hubungan antara seorang individu dan individu lainnya. Sikap sosial adalah suatu kecenderungan yang berpola terhadap orang atau barang yang mempunyai arti sosial. Sikap sosial dinyatakan tidak oleh seorang saja tetapi diperhatikan oleh orang-orang sekelompoknya. Objeknya adalah objek sosial dan dinyatakan berulang-ulang (Salmeto, 1987:191)

  Jadi yang dimaksud dalam judul skripsi ini adalah penulis ingin mengetahui pengembangan sikap sosial anak di Taman Kanak-kanak Islam Tarbiyatul Banin

  II Kota Salatiga. Tentang bagaimana cara pengembangan sikap sosial anak agar dapat berkembang dengan baik. Serta apa saja hambatan atau kendala yang dialami oleh guru dalam proses pengembangan yang telah dilakukan.

F. Sistematika Penulisan

  BAB I Pendahuluan yaitu terdiri dari latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian. Kemudian selanjutnya adalah penegasan istilah dan sistematika penulisan.

  BAB II Kajian Pustaka yaitu terdiri dari landasan teori dan kajian puastaka. BAB III Metode Penelitian terdiri dari jenis penelitian, lokasi dan waktu penelitian, sumber data, prosedur pengumpulan data, analisis data dan pengecekan keabsahan data.

  BAB IV Paparan dan Analisis Data yang terdiri dari paparan data dan analisis data. BAB V Penutup yaitu kesimpulan dan saran. Bagian Akhir yang terdiri dari daftar pustaka, lampiran dan daftar riwayat hidup penulis.

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Sikap Sosial Sikap, atau yang dalam bahasa Inggris disebut attitude adalah

  suatau cara bereaksi terhadap suatu perangsang. Kata sosial, dari kata lain societas, yang artinya masyarakat. Kata societas dari kata socius, yang artinya teman, dan selanjutnya kata sosial berarti hubungan antara manusia yang satu dengan manusia yang lain dalam bentuknya yang berlain-lainan, misalnya: keluarga, sekolah, organisasi dan sebagainya (Agus Suyanto:1995).

  Berdasarkan pengertian di atas maka sikap sosial yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu perbuatan, perilaku yang berkenaan dengan masyarakat. Bagi siswa taman kanak-kanak, lingkungan masyarakat yang dimaksud adalah lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat pada umumnya. Perkembangan sikap sosial anak memang sangatlah penting bagi pertumbuhan dan kematangannya menuju usia kedewasaan. Pada usia dini perkembangan sosial sangatlah penting karena sebagai kodrat manusia sebagai makhluk sosial, tentunya manusia tidak dapat lepas dari orang lain.

  Dengan perkembangan sikap sosial yang baik maka anak akan dapat menjalin hubungan yang baik dengan sesama manusia lainnya yang berada di kehidupannya yaitu teman sebaya, orang tua, saudara bahkan orang lain yang berada di sekelilingnya. Dengan perkembangan sikap sosial yang baik anak akan mampu menghormati orang lain atau orang yang lebih tua, mudah bergaul atau menjalin relasi dengan teman sebayanya, dan dapat bertanggung jawab dengan segala keputusannya.

  Sebelum memasuki usia sekolah anak perkembangan sikap sosial anak dicetak melalui pola asuh orang tua dan keluarga dirumah. Tetapi, setelah memasuki usia sekolah anak selanjutnya bersosialisasi pada pendidikan formal disekolah dimana mereka menuntut ilmu pengetahuan. Setelah masuk sekolah anak diharapkan dapat menyesuaikan diri dengan kondisi serta aturan-aturan sekolah yang berlaku.

  Proses sosialisasi anak disekolah anak akan membentuk kepribadian untuk tekun dan rajin belajar, memiliki cita-cita dan lain-lain. Sejumlah peranan sekolah yaitu memberikan bekal pengetahuan dan keterampilan, membentuk kader pemimpin, sebagai tempat mengantisipasi mobilitas sosial, membantu memecahkan masalah sosial, sebagai agen penerus dan pengembangan kebudayaan dan membantu kesejahteraan keluarga (Ary H. Gunawan: 2005). Pendidikan prasekolah bertujuan untuk membantu meletakkan dasar ke arah perkembangan sikap, intelektual, keterampilan fisik dan motorik, sosial moral dan daya cipta yang diperlukan oleh anak-anak untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya, serta untuk pertumbuhan dan perkembangan tahap selanjutnya.

  Guru memiliki peran penting dalam proses pengembangan sikap sosial anak. Karena disekolah anak berasal dari bermacam-macam latar belakang dan harus dapat berbaur satu sama lain. Dalam proses pengembangan sikap sosial ini guru harus dapat menyatukan berbagai sifat dan karakter anak untuk dapat mengembangkan sikap sosial anak dengan baik. Sehingga anak dapat bersosialisasi dengan baik bersama teman sebayanya dan orang-orang yang berada dilingkungan sekolah.

2. Hakikat Perkembangan Sikap Sosial

  Perkembangan digunakan untuk menyatakan berbagai perubahan dalam aspek psikologis atau kejiwaan, seperti aspek kognitif, bahasa, sosial, emosi, moral dan agama. Perkembangan mencangkup berbagai dimensi psikis manusia atau dimensi ruhani manusia. Kemudian, kata sosial berkenaan dengn hubungan antara seorang individu dan individu lainnya. Howard Gardner menyebut hubungan yang demikian dengan istilah hubungan interpersonal. Hubungan interpersonal dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat dihindarkan. Bahkan, tanpa adanya hubungan tersebut manusia sudah dipastikan tidak akan bisa bertahan hidup. Contohnya Nabi Adam a.s. sebagai manusia pertama, ia tak mampu hidup sendirian sehingga diciptakanlah Hawa sebagai pendamping hidupnya. Lawan dari hubungan interpersonal adalah intrapersonal, yaitu hubungan antara seseorang dan dirinya sendiri.

  Ada indicidu yang mampu berhubungan dengan individu lainnya dengan baik, adapula individu yang kurang mampu bahkan tidak mampu berhubungan dengan individu lainnya. Ada individu yang mampu berhubungan dengan dirinya sendiri, dan ada juga individu yang kurang atau tidak mampu menjalin hubungan dengan dirinya sendiri. Hal itu sangat dipengaruhi oleh kemampuannya dalam menjalin relasi dengan dirinya sendiri maupun dengan individu lainnya. Hubungan interpersonal maupun hubungan intrapersonal dilakukan oleh seorang individu untuk mencapai tujuan tertentu. Tidak ada seorang individu pun yang menjalin hubungan baik dengan dirinya sendiri maupun dengan orang lain tanpa adanya tujuan tertentu. Sementara itu, pada

  

Kamus Besar Bahasa Indonesia, anak diartikan dengan manusia yang masih kecil,

  yaitu yang baru berumur enam tahun. Jadi, jika diartikan secara bahasa, anak usia dini adalah sebutan bagi anak yang berusia antara 0 hingga 6 tahun (Hasan Alwi:2002).

  Karakteristik perkembangan sosial anak usia dini dapat diartikan dengan ciri khas berbagai perubahan terkait dengan kemampuan anak usia 0-6 tahun dalam menjalin relasi dengan dirinya sendiri maupun dengan orang lain untuk mendapatkan keinginannya.

  Pada usia 0-3 bulan, anak menjalin hubungan dengan orang lain dengan tangisannya, ekspresi wajah, dan gerak badannya, tidak dengan perkataannya. Pada usia 4-6 bulan, kemampuan menjalin hubungan pada bayi akan berkembang seiring dengan kebutuhannya untuk bertemu orang lain dengan lebih sering. Pada usia ini, bayi akan lebih menyadarikeberadaan orang lain termasuk orang asing disekitarnya. Bayi juga akan menggunakan senyuman, mata, dan suara untuk menarik perhatian dan berhubungan dengan orang lain. Sementara itu, ketertarikan dan keinginan bayi yang besar untuk berhubungan dengan orang lain akan terjadi pada usia 10-12 bulan. Pada usia ini bayi akan menjalin hubungan yang penuh antusias dengan orangtuanya atau pengasuhnya, dan sebaliknya ia akan menjadi pribadi yang pendiam dan pasif dalam berhubungan dengan orang asing baginya. Kemudian, pada usia 13-18 bulan bayi akan berusaha untuk menampilkan sikap asertif, yaitu sikap menyatakan keinginan dan kemauannya sendiri dengan lugas.

  Pada usia 13-18 bulan ini, bayi juga akan menunjukkan kemampuan hubungan sosialnya setelah melalui tahapan permainan. Pada usia 19-24 bulan, bayi mulai mengembangkan kemampuan untuk membantah apa yang sudahditetapkan. Ia menginginkan agar kemauannya dituruti dan disetujui. Kemudian pada usia 2-3 tahun, anak mulai menjalin hubungan pertemanan. Dalam hubungan pertemanan tersebut, anak ingin disukai oleh teman-temannya. Hubungan pertemanan anak mulai meningkat di usia 3-4 tahun, peningkatan tersebut terjadi seiring dengan berkembangnya aspek moralitas pada anak. Anak mulai mengenali mana yang benar dan mana yang tidak benar. Pola pertemanan dan hubungan anak sudah lebih stabil pada usia 4-5 tahun. Hal ini disebabkan anak sudah memahami adanya aturan, bahkan tidak hanya ketika bermain dilingkungan sekolah, tetapi juga dalam perilakunya dirumah. Pada usia 5-6 tahun terjadi peningkatan kemampuan perkembangan sosial pada anak usia 5-6 tahun. Faktor penambahan usia menjadi penyebabnya, dengan pertambahan usia tersebut anak menjadi lebih banyak bermain dan bercakap-cakap dengan anak lainnya, khususnya dengan teman-temannya. Hubungan anak dengan teman-temannya semakin meningkat melalui kegiatan bermain, baik di sekolah ataupun dilingkungan rumah dapat menjadikan ia memahami dirinya sendiri untuk bersikap kooperatif, toleran, menyesuaikan diri dan mematuhi aturan yang berlaku di rumah, sekolah dan lingkungan masyarakat. Anak juga akan menggunakan tata krama yang berlaku di lingkungannya agar ia diterima dengan baik oleh lingkungannya, dan dihargai sebagai individu yang mengenal serta dapat menerapkan tata krama. Tata krama ini merupakan tata cara dalam kehidupan sosial atau cara-cara yang dianggap baik dalam pergaulan antarmanusia. Tata Cara tersebut bisa bersumber dari falsafah hidup suatu asyarakat yang diyakininya.

  Dalam perspektif Islam, hubungan sosial dengan sesama manusia disebut dengan istilah hablumminannas. Hubungan sosial tersebut harus dibina dengan baik didasari dengan kemanfaatan yang didapatkan yang sesuai dengan jalan Allah SWT. Hal itu tertuang dalam firman Allah SWT. berikut ini :

  Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebijakan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam perbuatan dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya. (Qs.Al-Maidah[5]:2)

3. Faktor-fakor yang Mempengaruhi Perkembangan Sikap Sosial a.

  Faktor Hereditas Faktor Hereditas merupakan karakteristik bawaan yang diturunkan dari orangtua biologis atau orangtua kandung kepada anaknya. Mudahnya, faktor hereditas ini berhubungan dengan hal-hal yang diturunkan dari orang tua kepada anak cucunya. Jadi dapatlah dikatakan, faktor hereditas merupakan pemberian biologis sejak lahir. Faktor hereditas ini merupakan salah satu faktor penting yang memberikan pengaruh terhadap perkembangan anak usia dini, termasuk perkembangan sosial mereka. Menurut hasil riset, faktor hereditas tersebut mempengaruhi kemampuan intelektual yang salah satunya dapat menentukan perkembangan sosial seorang anak. Pada sudut pandang hereditas, karakteristik seorang anak dipengaruhi oleh gen yang merupakan karakteristik bawaan yang diwariskan (genotip) dari orangtuanya, yanga akan terlihat sebagai karakteristik yang dapat diobservasi (fenotip). Gen merupakan cetak biru dari perkembangan yang tetap diturunkan dari generasi ke generasi. Fenotip merupakan karakter individu yang terlihat langsung oleh mata sehari- hari yang tercipta dari cetak biru tersebut.

  Pada disiplin ilmu pendidikan, orang yang mempercayai bahwa perkembangan seorang anak dipengaruhi oleh faktor hereditas disebut dengan aliran nativisme. Pelopornya adalah Schopenhauer. Aliran tersebut berpendapat bahwa perkembangan anak telah ditentukan oleh faktor-faktor yang dibawanya sejak lahir. Hereditas oleh aliran ini disebut juga dengan pembawaan. Pembawaan yang telah ada pada anak sejak dilahirkan itulah yang menentukan perkembangannya di kemudian hari. Dalam perspektif hereditas, perkembangan seorang anak sangat dipengaruhi oleh bakat dansifat- sifat keturunan.

  b.

  Faktor Lingkungan Faktor lingkungan ini sering disebut dengan istilah nurture. Faktor lingkungan diartikan sebagai kekuatan yang kompleks dari dunia fisik dan sosial yang memiliki pengaruh terhadap susunan biologis serta pengalaman psikologis, termasuk pengalaman sosial dan emosi anak sejak sebelum ada dan sesudah ia lahir. Faktor lingkungan ini meliputi semua pengaruh lingkungan, termasuk didalamnya pengaruh-pengaruh dari keluarga, pada ilmu pendidikan keluarga menajdi lingkungan pendidikan yang pertama dan utama. Dengan demikian, dapatlah dikatakan lingkungan keluarga memiliki peran yang utama dalam menentukan perkembangan sosial anak dikemudian hari, dan dilingkungan keluarga inilah anak pertama kalinya menerima pendidikan.

  Orangtua mereka merupakan pendidik bagi mereka. Pola asuh orangtua, sikap, serta situasi dan kondisi yang sedang melingkupi orangtua dapat memberikan pengaruh terhadap perkembangan sosial anak.

  Keadaan ekonomi dan status sosial orangtua juga ikut mempengaruhi perkembangan sosial anak. Contohnya saja anak yang tinggal di lingkungan keluarga yang miskin dapat membuat anak memiliki masalah sosial serta memiliki potensi kognitif yang buruk. Keadaan ekonomi orangtua yang buruk juga pastinya sangat berpengaruh terhadap pemberian makanan yang bergizi bagi anak, yang mana pemberian makanan yang bergizi tersebut akan snagat menentukan pertumbuhan fisik dan berpengaruh terhadap perkembangan psikisnya, termasuk perkembangan sosialnya. Selain itu, kedudukan anak dalam lingkungan keluarga serta banyaknya anggota keluarga juga dapat mempengaruhi perkembangan sosial anak.

  Kemudian sekolah, sekolah merupakan lingkungan kedua bagi anak, di sekolah anak berhubungan dengan pendidik dan teman sebayanya. Hubungan antara anak dengan pendidik dan anak dengan teman sebayanya dapat mempengaruhi perkembangan sosial anak. Stimulus yang diberikan oleh pendidik terhadap anak memiliki pengaruh yang tidak sedikit guna mengoptimalkan perkembangan sosial anak. Pendiidk merupakan wakil dari orangtua mereka ketika berada di sekolah. Pola asuh dan perilaku yang ditampilkan oleh pendidik dihadapan anak juga akan dapat mempengaruhi perkembangan sosialnya.Perilaku yang ditampilkan oleh teman sebayanya juga memiliki andil dalam menentukan perkembangan sosial seorang anak.

  Jika seorang anak dan teman sebayanya dapat bermain sesuai dengan aturan, hal itu dapat mengoptimalkan perkembangan sosialnya. Berikutnya adlah masyarakat, secara sederhana masyarakat diartikan sebagai kumpulan individu atau kelompok yang diikat oleh kesatuan negara, kebudayaan dan agama.

  Didalamnya termasuk semua jalinan hubungan yang timbal balik yang berangkat atas kepentingan bersama, adat, kebiasaan, pola-pola, teknik-teknik, sistem hidup, undang-undang, institusi dan semua segi fenomena yang dirangkum oleh masyarakat dalam pengertian luas dan baru.

  Budaya, kebiasaan, agama dan keadaan demografi pada suatu masyarakat diakui ataupun tidak memiliki pengaruh dalam perkembangan sosial anak usia dini.Kebiasaan pada suatu masyarakat dapat mempengaruhi cara belajar dan hasil belajar anak, religiusitas suatu masyarakat juga akan sangat menentukan dalam perkembangan sosial anak. c.

  Faktor Umum Faktor umum merupakan campuran dari faktor hereditas dan faktor lingkungan. Faktor umum yang dapat mempengaruhi perkembangan anak usia dini, yaitu jenis kelamin yang memiliki peranan penting dalam perkembangan sikap sosial anak. Saat menghadapi suatu masalah dalam pergaulannya ataupun dalam menyelesaikan tugas-tugas kesehariannya, biasanya anak laki- laki cenderung akan mengatasi masalah tersebut dengan logikanya, sedangkan anak perempuan cenderung mengatasi masalah tersebut dengan perasaan atau emosinya. Jenis kelamin juga menjadi penentu dalam pembentukan kelompok bermain. Ada kelompok bermain laki-laki dan ada kelompok bermain perempuan. Berikutnya adalah kelenjar gondok hasil riset dalam bidang

  endrocinologi menunjukkan betapa vitalnya peranan yang dimainkan oleh

  kelenjar gondok terhadap perkembangan fisik-motorik dan psikis, termasuk perkembangan sosial anak usia dini. Kelenjar gondok tersebut mempengaruhi perkembangannya, baik pada waktu sebelum lahir maupun pada pertumbuhan dan perkembangan sesudahnya. Dan yang terakhir adalah kesehatan, kesehatan juga merupakan salah satu faktor umum yang mempengaruhi perkembangan anak usia dini. Mereka yang kesehatan fisik dan psikisnya baik dan sempurna akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang memadai, termasuk perkembangan sosialnya. Keadaan fisik dan psikis yang sempurna akan memudahkan seorang anak dalam bergaul dengan orang lain.

  Ketiga faktor diatas akan mempengaruhi perkembangan sosial anak usia dini dengan dominasi yang berbeda-beda. Ada yang perkembangannya didominasi oleh faktor hereditas, ada yang didominasi oleh faktor lingkungan ataupun didominasi oleh faktor umum. Perbedaan dominasi faktor-faktor tersebutlah yang kemudian memunculkan adanya perbedaan pada masing- masing anak usia dini, atau yang lebih sering disebut dengan perbedaan individu. Terkait dengan perbedaan individu tersebut, Allah Swt. berfirman:

  Katakanlah: Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masing-masing. Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalan-Nya.( Qs.Al-

  Isra[17]:84) Termasuk dalam pengertian “keadaan” pada ayat diatas adalah tabiat dan pengaruh alam sekitarnya. Jadi, ayat tersebut menyatakan bahwa bentuk fisik, perkembangan kognitif, emosi, sosial, bahasa, moral dan agama pada anak usia dini itu berbeda-beda sesuai dengan dominasi faktor yang mempengaruhinya. Hal itu juga menegaskan kepada kita bahwa perbedaan individual merupakan suatu hal yang tidak luput dari perhatian Islam perbedaan individu tersebut kemudian tidaklah menjadi suatu masalah. Setiap individu dianjurkan untuk berbuat kebaikan sesuai dengan kadar kemampuan fisik dan psikisnya. Jadi, tidak ada seorang individupun yang dirugikan karena kelemahannya.

4. Ciri-ciri sikap sosial anak

  Sikap sosial adalah kesadaran individu yang menentukan perbuatan yang nyata, yang berulang-ulang terhadap objek sosial. Sikap sosial dinyatakan tidak oleh raja tetapi diperhatikan oleh orang-orang sekelompoknya. Objeknya adalah onjek sosial (objeknya banyak orang dalam kelompok) dan dinyatakan berulang- ulang, misalnya sikap berkabung seluruh anggota kelompok karena meninggalnya aseorang pahlawannya. Jadi yang menandai adanya sikap sosial adalah sunjekn orang-orang dikelompoknya sedangkan objeknya sekelompok, objeknya sosial dan dinyatakan berulang-ulang. Sikap menentukan jenis atau tabiat tingkah laku anak dalam hubungannya dengan perangsang yang relevan, orang-orang atau kejadian-kejadian. Dapat dikatakan bahwa sikap merupakan faktor internal, tetapi tidak semua faktor internal adalah sikap. Adapun ciri-ciri sikap adalah sebagai berikut : a.

  Sikap itu dipelajari (learnability) Sikap merupakan hasil belajar ini perlu dibedakan dari motif-motif psikologi lainnya. Beberapa sikap dipelajari tidak sengaja dan tanpa kesadaran kepada sebagian individu. Barangkali yang terjadi adalah mempelajari sikap dengan sengaja bila individu menegerti bahwa hal itu akan membawa lebih baik (untuk dirinya sendiri), membantu tujuan kelompok atau memperoleh sesuatu nilai yang sifatnya perseorangan.

  b.

  Memiliki kestabilan (stability) Sikap bermula dan dipelajari, kemudian menjadi lebih kuat, tetap dan stabil, melalui pengalaman.

  c.

  Personal (societal significanceI) Sikap melibatkan hubungan antara seseorang dengan orang lain dan juga anatara orang dan barang atau situasi. Jika seseoorang merasa bahwa orang lain menyenangkan, terbuka serta hangat, maka ini akan sangat berarti bagi dirinya, ia merasa bebas dan favorable. Sikap tidak dibawa seseorang sejak lahir melainkan dibentuk sepanjang perkembangannya.

  Sikap dapat berubah-ubah, oleh karena itu sikap dapat dipelajari. Objek suatu sikap dapat tunggal atau jamak, sikap mengandung motivasi atau perasaan. Pengetahuan mengenai suatu objek tanpa disertai motivasi belum berarti sikap.

  Berdasarkan ciri-ciri sikap diatas bahwa manusia tidak dilahirkan dengan sikap tertentu melainkan dapat dibentuk sepanjang perkembangannya. Dengan demikian pembentukan sikap tidak dengan sendirinya tetapi berlangsungnya dalam sebuah interaksi sosial.

  Pembentukan sikap pembinaan moral dan pribadi pada umumnya terjadi melalui pengalaman sejak kecil. Dalam hal ini pendidik atau pembina pertama adalah orang tua,kemudian guru. Semua pengalaman yang dilalui oleh anak waktu kecilnya akan merupakan unsur terpenting dalam pribadi.

5. Unsur-unsur Pengembangan Sikap Sosial

  Menurut Abdullah Nashih Ulwan, pengembangan sikap sosial pada anak-anak berkisar pada hal-hal dibawah ini : a.

  Penanaman dasar-dasar psikis yang mulia Mengajarkan nilai-nilai agama pada anak sejaak usia dini agar didalam diri anak tertanam ketaqwaan terhadap Allah Swt. sehingga dalam perkembangannya selalu diiringi dengan ketentuan agama. Sikap atau rasa kasih sayang terhadap sesama juga perlu ditanamkan pada anak sejak dini, agar anak memiliki sikap mengasihi kepada teman dan orang lain. Sehingga membuat anak tidak bersikap agresif atau menyakiti orang lain. Bahkan lebih mengutamakan kepentingan orang lain. Mau memberikan maaf kepada orang yang melakukan kesalahan pada diri anak dan berani meminta maaf jika melakukan salah.

  b.

  Pemeliharaan Hak-hak orang lain Pengembangan sikap sosial anak yang baik juga menanamkan hak-hak yang dimiliki oleh anak terhadap orang lain. Misalnya hak terhadap orang tua anak mendapatkan kasih sayang dan bimbingan yang baik dari orang tua. Hak anak terhadap teman yaitu mengajak bermain dan belajar dengan taat dan tertib. Sehingga anak akan tahu apa yang harus ia lakukan terhadap orang- orang disekelilingnya.

  c.