I Kadek Prima Aditya Putra, Pande Gede Musika, I Ketut Muryana

ULUNING SEGARA

  I Kadek Prima Aditya Putra, Pande Gede Musika, I Ketut Muryana Institut Seni Indonesia Denpasar Fakultas Seni Pertunjukan Jl. Nusa Indah Denpasar (0361) 227316 Fax. (0361) 236100 Denpasar

  E-mail : Abstrak

  Karya garapan komposisi karawitan Uluning Segara ini terinspirasi dari keindahan alam yang ada di Desa Seganing, Nusa Penida yaitu air (mata air) yang jatuh di permukaan laut. Air merupakan zat atau unsur yang sangat penting bagi semua kehidupan yang ada di dunia. Sedangkan laut atau segara merupakan sumber amerta kehidupan. Begitu juga sebaliknya sumber mata air yang ada di Desa Seganing merupakan sumber kehidupan dimasa lalu sampai sekarang. Mengangkat ide tersebut penata ingin mentranspormasikannya menjadi sebuah garapan komposisi karawitan tabuh kreasi baru dengan mengembangka unsur-unsur yang diinovasi.

  Dalam penggarapan suatu karya seni, tentu tidak akan bisa terlaksana kalau tidak melakukan suatu proses, karena proses penggarapan merupakan hal yang harus dimulai untuk menentukan keberhasilan sebuah karya seni. Adapun tiga tahapan yang harus dilalui sebuah penciptaan yaitu tahap penjajagan (eksplorasi), tahap percobaan (improvisasi), dan tahap pembentukan (forming). Dalam tahap penjajagan penata mulai dari awal yaitu pencarian ide, kemudian setelah pencarian ide ada tahapan kedua yaitu percobaan yaitu menuangkan konsep melalui improvisasi dan tahap pembentukan penata mulai menuangkan gending yang didapatkan ke pendukung.

  Garapan ini berbentuk tabuh kreasi yang berjudul Uluning Segara. Tabuh kreasi merupakan bentuk garapan atau ciptaan gending-gending atau tabuh-tabuh komposisi karawitan Bali yang sepenuhnya merupakan hasil dari proses kreativitas seorang komposer. Seperti halnya dalam penggarapan tabuh kreasi baru, sesuai dengan fenomena, konsep, bentuk maupun ide garap dalam hal ini penata akan menggunakan media ungkap barungan gamelan Gong Kebyar sebagai sarana untuk mendukung garapan komposisi tabuh kreasi Uluning Segara.

  Kata kunci : Uluning Segara, Tabuh Kreasi Baru.

  Abstrak

  The work of Uluning Segara's gamelan composition is inspired by the natural beauty of Seganing Village, the water of Nusa Penida (springs) that fall on the surface of the sea. Water is a substance or a very important element for all life in the world. While the sea or sea is the source of life amerta. Likewise the springs in Seganing Village are the source of life in the past until now. Raise the idea of the stylist wants to transform himself into a composition karawitan creations creations new creations by developing elements that innovate.

  In growing a work of art, certainly will not be done if not do the process, because the cultivation process is a thing that must begin to determine the success of a work of art. Three stages that must be passed is the stage of exploration (exploration), the stage of experiment (improvisation), and the formation of the stage (forming). In the strater assessment stage starting from the beginning of the idea of searching, then after the search idea there is a second stage of the experiment is pouring concepts through improvisation and stratum stage formation began to pour gending obtained to supporters. .

  This cultivation is a river named Uluning Segara. Creation Tabuh is a form of

  

garapan or gending gising or composition of the gamelan music of Balinese gamelan

  which is entirely the result of creativity of a composer. Just as in the cultivation of new creations, in accordance with the phenomenon, concepts, forms and work ideas in this case the stylist will use Barungan Gong Kebyar media that shows the gamelan as a means to support the creation of the composition of percussion of Uluning Segara.

  Keywords: Uluning Segara, Tabuh Kreasi Baru.

  PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Menyusuri setiap jengkal pulau ini akan memberi suatu kejutan. Ibarat pepatah mengatakan “tak kenal maka tak sayang”, perumpamaan ini tepat bagi orang yang belum mengetahui secara utuh keistimewaan Pulau Nusa Penida. Namun jika sudah menginjakkan kaki, menyelusuri dan menikmati indahnya dijamin kecanduan dan berteriak puas kegirangan, berikutnya tertegun melongo akan karuniaNya yang begitu mempesona. Melihat birunya laut ditambah ganasnya terjangan ombak terkadang membuat nyali ciut dan mengkerut. Laut adalah salah satu ciptaan Tuhan yang banyak sekali memiliki fungsi dan makna dalam kehidupan manusia. Seperti misalnya laut adalah sumber amerta. Dalam konsekwensi Hindu, laut merupakan sumber amerta yang dapat memberikan kebahagiaan semua umat manusia. Upacara melasti merupakan sebuah bakti bahwa betapa pentingnya laut sebagai sebuah sumber penyucian. Bagi para pengagum keindahan, laut juga merupakan salah satu sumber keindahan. Keindahan laut dapat menjadi terapi bagi mereka yang sedang terkena stress. Khusus bagi para seniman, laut dan isinya adalah sumber inspirasi yang tidak ada habisnya digali untuk diekspresikan menjadi sebuah karya seni. Seperti seniman lukis contohnya, tidak sedikit gambaran laut dituangkan dalam karya-karyanya. Demikian pula dengan seniman karawitan yang dirasakan laut begitu sungguh indah dan mempesona. Deburan ombak serta kilauan air laut di bawah teriknya sinar mentari membuat suasana hati ini terhanyut di dalamnya.

  Air merupakan zat atau unsur yang sangat penting bagi semua bentuk kehidupan di dunia. Air sebagaian besar terdapat di laut (air asin) dan pada lapisan- lapisan es (di kutub dan di puncak-puncak gunung), akan tetapi juga dapat hadir obyek-obyek tersebut bergerak mengikuti suatu siklus air, yaitu: melalui penguapan, hujan, dan aliran air di atas permukaan tanah (runoff, meliputi mata air, sungai, muara) menuju laut.

  Melihat fenomena zaman sekarang mengenai keadaan lingkungan khususnya di Pulau Nusa Penida yaitu memiliki keindahan pesona alamnya yang begitu luar biasa. Beriringan dengan pesatnya perkembangan pariwisata, objek pariwisata kini sudah mulai dieksplorasi. Ketika berbicara tentang sumber mata air apalagi air terjun, maka orang beranggapan bahwa tidak mungkin ada potensi itu di Nusa Penida. Stigma ini masih melekat dan wajar kita jika melihat kondisi alamnya yang kering, tidak ada hujan, kontur berbukit dan hanya diisi pegunungan batu kapur serta nyaris tanpa sungai. Tidak hanya anugrah laut melimpah dengan segala potensi, budaya dan alamnya, Nusa Penida juga memiliki air terjun yang indah sekaligus sumber kehidupan di masa lalu hingga sampai sekarang yaitu air terjun seganing.

  Alasan penata mengangkat ide tersebut karena penata secara langsung melihat keindahan pesona alam tersebut di Pulau Nusa Penida yang bertempat di Desa Seganing. Bukan hanya itu saja melainkan penata sendiri berasal dari Nusa Penida yang ingin mengangkat fenomena alam tersebut yang dimiliki dari pulau sendiri sehingga dapat menyadarkan masyarakat untuk menjaga dan melestarikan keindahan pesona air terjun seganing untuk menciptakan sesuatu hal yang baru dalam berkreativitas berkesenian khususnya yang menggeluti bidang seni karawitan.

  Melihat fenomena seperti ini penata menuangkan dalam komposisi tabuh kreasi yang berjudul Uluning Segara dengan menggunakan media gamelan Gong Kebyar. Gong Kebyar telah terbukti sebagai salah satu sumber inspirasi bagi para seniman baik dalam maupun luar. Berkat inspirasi tersebut berbagai bentuk karya seni telah terwujud. Gong Kebyar merupakan salah satu bentuk gamelan Bali yang menggunakan laras pelog lima nada. Gamelan ini diduga muncul pertama kali di Bali Utara sekitar tahun 1915 (Rai S, 2001:3). Sejak kemunculannya, ternyata Gong Kebyar telah mampu merebut hati masyarakat karena gamelan ini merupakan salah satu media yang digunakan oleh para seniman untuk mengungkapkan kebebasan ekspresi artistiknya baik yang masih mengacu pada tradisi yang benar-benar ingin mendapatkan sesuatu yang baru. Dalam penggarapan komposisi tabuh kreasi ini penata memberi judul Uluning Segara yang bertemakan tentang pengembangan/pelestarian alam. Uluning Segara terdiri dari dua suku kata yaitu ulun dan segara. Ulun yang berarti atas, artinya air yang mengalir dari atas sedangkan segara yang berarti laut. Jadi, Uluning Segara artinya air yang mengalir dari atas menuju laut. Menggunakan media ungkap gamelan Gong Kebyar dikarenakan dapat untuk digarap yang memiliki banyak khasanah musikal, serta mampu menghadirkan karakter lembut, halus, keras, dan agung yang sangat mendukung ide serta tema dari garapan ini.

1.2 Ide Garapan

  Ide garapan adalah sebuah hal yang paling awal dari suatu proses penciptaan. Ide merupakan sebuah hasil pemikiran yang sangat matang, untuk mewujudkan karya yang mempunyai tujuan dan arah yang tentu sangat jelas, sehingga dapat berwujud berupa karya. Menentukan pilihan ide bisa dilakukan dengan cara membaca, merenungkan, menonton, melihat peristiwa, fenomena alam, pengalaman, dan lain sebagainya.

  Dalam penggarapan suatu karya, ide tersebut tidak dapat ditebak waktu kemunculannya. Muncul secara tiba-tiba, namun harus dicari dengan cara merenungkan. Membuat sebuah karya baru, diperlukan pemikiran dan imajinasi serta ide sebagai daya nalar, untuk menangkap fenomena-fenomena yang berlangsung dan keadaan tertentu. Kemudian ide tidak terlepas dari daya sensitifitas yang dimiliki oleh seseorang untuk menangkap fenomena di lingkungan sekitarnya sebagai rangsangan luar yang selanjutnya merangsang munculnya ide tersebut.

  Ide garapan ini terinspirasi dari keindahan alam yang ada di Desa Seganing, Nusa Penida yaitu Air (mata air) yang mengalir dari atas menuju laut. Jadi dapat dikatakan ide awalnya disini adalah bersumber dari fenomena non musikal. Keindahan mata air dan laut yang ditangkap melalui indera pengliatan tersebut selanjutnya ditranspormasikan menjadi karya audio. Dalam mentransformasikan ide tersebut, penata merealisasikannya dengan menggunakan seperangkat gamelan Gong Kebyar sebagai media ungkap. Hal ini dilakukan mengingat Gong Kebyar merupakan sebuah barungan gamelan baru yang cukup dinamis dan fleksibel untuk dijadikan sebagai media kreativitas musik.

1.3 Tujuan Garapan

  Dalam pembuatan sebuah karya, tentunya memiliki sebuah tujuan. Tujuan yang hendak dicapai menjadi sebuah motivasi dalam mendorong terwujudnya suatu garapan. Adapun tujuan dari garapan ini sebagai berikut:

  1.3.1 Tujuan Khusus :

  1. Untuk membuat sebuah karya, melalui pengalamanan pribadi yang dituangkan melalui ide ke sebuah karya musik melalui gamelan Gong Kebyar.

2. Untuk mewujudkan ide melalui garapan sesuai dengan konsep yang diinginkan.

  3. Untuk membuat komposisi karawitan baru dari menentukan ide, konsep dan mengambil pengalaman lewat proses penyusunan komposisi pada garapan ini.

  1.3.2 Tujuan Umum : 1. Untuk memberikan inspirasi bagi penciptaan karya seni karawitan Bali.

  2. Untuk mengukur potensi kreatif yang dimiliki penggarap dan melatih olah pikir penata dalam hal berkarya agar menghasilkan karya yang berguna di masyarakat kususnya bagi seni karawitan Bali.

  3. Untuk ikut dalam pelestarian gamelan yang mempunyai klasifikasi yang tradisional kususnya gamelan Gong Kebyar pelog lima nada. Sekaligus mengolah gamelan Gong Kebyar tersebut ke dalam karya yang bersifat tradisi.

1.4 Manfaat Garapan

  Manfaat garapan yang dapat diperoleh dari penyusunan komposisi karawitan tabuh kreasi baru Uluning Segara ini adalah :

  1. Dapat meningkatkan kreativitas, pengalaman, serta menambah wawasan dalam berkarya seni yang nanti sangat berguna, baik bagi penata maupun masyarakat.

  2. Garapan ini diharapkan memberikan kontribusi terhadap perkembangan kreativitas ilmu seni khususnya di ranah dunia karawitan.

  3. Mendapatkan sebuah pengalaman di dalam penciptaan karawitan dan meningkatkan olah rasa dalam bermain gamelan.

1.5 Ruang Lingkup

  Pada ruang lingkup ini, akan dijelaskan kembali terhadap karya yang dibuat untuk menghindari kesalan dalam tafsiran garapan tentang batasan-batasan baik dari komposisi musik, bentuk garapan, ide garap, serta alat, sehingga kerancuan terhindar dari garapan yang berjudul Uluning Segara diantaranya sebagai berikut: 1.

  Komposisi musik tradisi ini yang diberi judul Uluning Segara adalah sebuah bentuk garapan tabuh kreasi baru yang bertemakan tentang pelestarian dan pengembangan alam dengan objek air terjun yang mengalir dari atas menuju laut. Berbicara tentang sumber mata air bahwa banyak orang yang beranggapan bahwa tidak mungkin potensi itu ada di Nusa Penida. Namun sebaliknya tidak disangka ternyata pulau Nusa Penida menyimpan kejutan dengan potensi budaya dan alamnya yang begitu indah dan luar biasa yaitu disalah satu Desa terdapat air terjun cantik dan sekaligus sebagai sumber kehidupan di masa lalu (Air Terjun Seganing). Dengan mengolah unsur-unsur musik seperti: harmoni, melodi, tempo,dinamika, ritme, dan warna suara yang dimiliki oleh media ungkap dari gamelan Gong Kebyar.

2. Adapun rincian media ungkap yang di pergunakan dalam gamelan

  Gong Kebyar diantaranya: dua buah instrumen kendang ceditan (lanang-wadon), satu buah kecek, dua buah ugal, empat buah pemade, empat buah kantil, satu buah tawa-tawa, enam buah suling (kecil dan besar), satu buah tungguh riyong, dua buah jegog, dua buah jublag, dua buah penyacah, dua buah gong (lanang-wadon), satu buah kempur dan satu buah klentong.

  3. Dalam garapan ini penata mempergunakan konsep estetis, dengan pembagian strukturnya seperti: Bagian I, Bagian II,Bagian III (kawitan, pengawak, pengecet).

PROSES KREATIVITAS

  Proses di dalam sebuah garapan merupakan suatu langkah yang sangat menentukan dalam mewujudkan suatu karya seni. Untuk mewujudkan suatu karya seni, seorang penata harus memiliki keterampilan, pengalaman, pengetahuan, wawasan seni dan budaya, kreativitas yang cukup, disamping faktor penunjang baik internal maupun exsternal. Faktor

  

internal adalah kesiapan dari fisik penata (kesehatan dan kemampuan dalam

  mempersiapkan materi yang akan disajikan), sedangkan faktor exsternal adalah kesiapan pendukung dan sarana lainnya seperti tempat dan alat untuk menggarap. Faktor tersebut jika dapat terpenuhi dengan baik, niscaya akan terwujud sebuah karya seni yang bermutu dan berkualitas.

  Dalam penggarapan suatu karya seni, tentu tidak akan bisa terlaksana kalau tidak melakukan proses, karena proses penggarapan merupakan hal yang harus dilalui untuk menentukan keberhasilan sebuah karya seni. Maka dari itu diperlukan suatu konsep yang jelas dan persiapan yang benar-benar matang serta direncanakan secara sistematis yang dilakukan bertahap. Seperti yang tertuang dalam Buku Creating Through Dance oleh Alma M. Ha wkins (1964:19) yang diterjemahkan oleh Y. Sumandyo Hadi, “Mencipta Lewat Tari” disebutkan tiga proses yang dilalui dalam penciptaan tari yaitu Tahap Penjajagan (eksplorasi), Tahap Percobaan (improvisasi), dan Tahap Pembentukan (forming).

  Meskipun pendapat Alma M. Hawkins mengenai proses penciptaan Tari, namun dapat juga diadopsi dalam proses kreativitas lainnya dalam dunia seni pertunjukan, termasuk dunia

  3.1 Tahapan Penjajagan (Eksplorasi)

  Tahapan ini merupakan tahap awal penggarapan suatu karya seni. Pada tahapan ini pertama-tama dilakukan pencarian ide. Ide ini timbul pada saat penata mendapat mata kuliah komposisi karawitan IV pada semester 7, pada saat mahasiswa diarahkan untuk menggarap sebuah komposisi kontemporer agar dapat mengikuti ujian semester pada kelas tersebut. Selain itu penata juga dapatkan ide ini dari tema penyelenggaraan PKB XXXIX Tahun 2017, yang mengangkat tema “Ulun Danu” : Melestarikan Air Sumber Kehidupan. Ulun Danu merupakan kearifan lokal berupa pengetahuan bagaimana kita semestinya memelihara, memuliakan, dan mengelola air sebagai sumber kehidupan dan penghidupan serta sumber peradaban.

  Dalam rangka menyelesaikan program srata 1 (S1), penata menyempurnakan atau mengangkat kembali ide dari komposisi karawitan IV dan tema dari penyelenggaraan PKB

  XXXIX tahun 2017 yaitu Ulun Danu tersebut ke dalam sebuah komposisi kreasi baru dengan menggunakan media ungkap gamelan Gong Kebyar utuh.

  Tahapan eksplorasi ini sudah dimulai pada bulan Februari 2017 dengan menjajagi literatur yang berkaitan dengan penggarapan komposisi musik ini. Langkah selanjutnya penata melakukan penjajagan terhadap media yang akan digunakan yaitu barungan gamelan Gong Kebyar milik Banjar Limo, Desa Kutampi Kaler, Kecamatan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung.

  3.2 Tahapan Percobaan (Improvisasi)

  Improvisasi merupakan tahapan kedua setelah tahap penjajagan. Dalam tahapan ini penata mulai menuangkan konsep lagu melalui improvisasi. Sebelum melanjutkan proses percobaan ini penata melakukan nuasen (menentukan hari baik) untuk memperlancar jalannya percobaan ini. Sebagai umat beragama Hindu, dalam mengawali suatu kegiatan terlebih dahulu mengawalinya dengan persembahyangan dengan tujuan untuk memohon keselamatan serta kelancaran dalam proses penggarapan. Upacara ini dilakukan pada tanggal 12 Maret 2017, hari Minggu Purnama Sasih Kesanga di pura Puseh Banjar Limo.

  Pada hari pedewasaan ini penata bersama pendukung ujian melakukan persembahyangan bersama di pura Puseh Banjar Limo pada jam 15.00 WITA, kemudian pada sore harinya jam 16.00 WITA penata beserta pendukung ujian kembali mengadakan

  

penuasenan di Banjar Limo untuk menyatukan diri dengan gamelan, dilanjutkan

  pengumuman tentang pentingnya arti ujian bagi penata. Agar para pendukung bisa melibatkan diri secara fisik maupun mental terhadap garapan yang mereka dukung.

  3.3 Tahapan Pembentukan (Forming)

  Pada tahapan ini gending atau lagu yang didapat, dituangkan kepada pendukung secara bertahap. Perbaikan-demi perbaikan akan selalu dilakukan, karena dalam pembentukan ini tidak akan jadi begitu saja. Hal itu juga harus mengikuti saran-saran dari dosen pembimbing karya. Jadi jelaslah bahwa pembentukan atau forming tidak mutlak pada suatu saat, bahkan pada tahapan hampir akhirpun masih memungkinkan adanya perubahan.

  Dari ketiga tahapan ini, tidak menutup kemungkinan untuk diubah urutan maupun penggunaannya. Karena dalam tahapan forming pada bentuknya perlu mempertimbangkan atau merupakan eksplorasi dan improvisasi hingga terwujud satu kesatuan garapan yang utuh. Tahap ini akan menyangkut pengendapan temuan, pertimbangan komposisi, pembobotan estetis dan hal-hal lain yang berkenaan dengan tata penyajian.

WUJUD GARAPAN

4.1 Deskripsi Karya

  Komposisi karawitan Uluning Segara ini merupakan sebuah hasil konsep garapan Pola-pola tradisi tersebut dikembangkan baik dari segi struktur lagu, teknik dan motif-motif permainan dengan penataan unsur-unsur musikal seperti : nada, melodi, tempo, harmoni dan dinamika.

  Selain hal tersebut diatas sifat-sifat estetik umum seperti unity (keutuhan, kekompakan, kebersihan), intensity (kekuatan, keyakinan, kesungguhan), dan konpleksitas (kerumitan), tetap dijadikan acuan dalam mewujudkan karya untuk memberikan bobot seni terhadap garapan agar mempunyai kualitas. Garapan komposisi karawitan dengan judul

  

Uluning Segara ini dipentaskan di stage Natya Mandala di Institut Seni Indonesia Denpasar

yang berbentuk konser yaitu dipertontonkan di depan khalayak umum.

  Berbagai upaya telah dilakukan oleh para seniman untuk menambah serta memperkaya khasanah seni karawitan Bali. Salah satunya adalah dengan memunculkan bentuk komposisi karawitan yang saat ini popular dengan tabuh kreasi. Tabuh kreasi adalah bentuk garapan atau ciptaan gending-gending atau tabuh-tabuh komposisi karawitan Bali yang sepenuhnya merupakan hasil dari proses kreativitas seorang komposer. Seperti halnya dalam penggarapan tabuh kreasi baru, sesuai dengan fenomena, konsep, bentuk maupun ide garap dalam hal ini penata akan menggunakan media ungkap barungan gamelan Gong Kebyar sebagai sarana untuk mendukung garapan komposisi tabuh kreasi Uluning Segara.

4.2 Struktur Garapan

  Karya seni komposisi karawitan Uluning Segara disusun berdasarkan struktur garapan yang terdiri dari tiga pokok bagian yaitu : kawitan, pengawak, pengecet. Adapun uraian dari masing-masing bagian tersebut adalah sebagai berikut :

  4.2.1 Bagian I (Kawitan)

  Bagian ini merupakan bagian awal dari garapan Uluning Segara. Bagian ini menggambarkan suasana suara gumericik air yang ramai akan jatuh secara bergantian kemudian menimbulkan suara nada yang indah. Untuk mengungkapkan hal tersebut ke dalam komposisi karawitan, penata memulai bagian ini dengan instrumen gangsa pemade dan kantilan yang dimainkan secara bersamaan kemudian diikuti dengan permainan riyong,

  

jublag , kemudian muncul bentuk gending kebyar terus diikuti dengan permainan instrumen

kendang dan suling dengan motif-motif tertentu yang menggambarkan ramainya suara

  gumericik air yang jatuh secara beriringan. Walaupun suasana ramai yang menghiasi, namun terasa sangat kental kedamaian, keharmonisan dan ketenangan menyelimuti alam mata air. Hal tersebut digambarkan dengan permainan suling yang dimodulasikan sehingga dapat menyentuh perasaan penikmat dari garapan ini, seolah-olah mereka berada di tengah kicauan dari suara gumericik air tersebut.

  4.2.2 Bagian II (pengawak)

  Pada bagian pertengahan ini kesan yang ingin diungkapkan adalah suasana ramai dan ketenangan. Namun suasana ramai dan ketenangan ini bukan disebabkan oleh suara mata air saja melainkan suara gelombang-gelombang yang datang dari tengah lautan menuju ke tebing mata air dengan deburannya yang sangat keras kemudian suasana ramai ini mampu mengubahnya menjadi suasana tenang. Hal tersebut digambarkan dengan motif- motif gegenderan yang dihiasi dengan motif-motif pukulan instrumen gangsa pemade dan

  

kantilan . Kemudian diikuti dengan alunan melodi jublag, jegog, suling kemudian masuk

  motif-motif pukulan pada instrumen gangsa pemade, kantilan, riyong, dan kendang secara bergantian dengan dinamika yang berbeda yang akan menciptakan suasana ketenangan. `

  4.2.3 Bagian III (pengecet)

  Bagian ini merupakan akhir dari garapan Uluning Segara yang mengambarkan suasana kedamaian namun pada akhirnya timbul ketegangan. Suasana kedamaian dan ketegangan ini dibentuk oleh percikan mata air yang jatuh di permukaan laut. Jadi dua elemen inilah yang akan membentuk suasana kedamaian dan ketegangan. Air adalah pukulan riyong, kemudian direnspon kebyar bersama, setelah kebyar bersama terdapat permainan suling yang sedikit modulasi, di dalam modulasi tersebut terdapat permainan

  

kendang dan kajar yang mengikuti alunan suling tersebut, kemudian diikuti secara

  keseluruhan instrumen secara serentak dengan tempo yang sama dan dinamika yang sama pula. Hal-hal menggambarkan suasana mata air jatuh ke permukaan laut berbenturan sehingga timbullah gelombang-gelombang kecil yang menegangkan. Setelah itu muncul alunan suling kecil. Alunan suling tersebutlah yang menggambarkan benturan antara mata air dengan gelombang-gelombang laut di tengah-tengah permukaan sehingga menimbulkan busa putih, bagaikan mustika laut yang muncul secara tiba-tiba. Garapan ini diakhiri dengan permainan semua instrumen yang tiba-tiba muncul secara bersama dan hilang secara bersama pula.

  4.3 Analisa Simbol

  Notasi karawitan atau sering disebut titi laras adalah catatan cara penulisan

  

gending-gending atau lagu dengan menggunakan lambang nada yang berupa angka, huruf,

  maupun gambar. Tujuannya adalah untuk memberikan isyarat secara visual (tafsir) tentang garapan ini gending atau lagu yang dinotasikan. Adapun yang dipergunakan adalah notasi umum atau biasa yang digunakan dalam penotasian karawitan Bali, tapi pada karya ini yang ditulis hanya melodi pokoknya serta beberapa melodi-melodi biasa. Simbol notasi ini diambil dari Panganggening Aksara Bali, yaitu : Ulu (3), Tedong (4), Taleng (5), Suku (7) dan Carik (1). Simbol-simbol ini dibaca dengan laras lima nada yang disesuaikan dengan laras yang dimiliki oleh gamelan Gong Kebyar.

  4.4 Analisa Materi

  Pada dasarnya analisa materi merupakan bahan-bahan garap atau materi pokok yang nantinya akan membentuk struktur dari sebuah garapan. Struktur menyangkut masalah bagaimana cara penyusunan sebuah komposisi secara keseluruhan dalam kesatuan garapan komposisi karawitan kreasi baru, dengan menggunakan materi yang sudah ditentukan sesuai dengan kebutuhan konsep garap seperti melodi, ritma/irama, tempo, dinamika, intonasi dan teknik permainan atau gegebug.

  1) Melodi adalah hasil perjalinan nada-nada yang disusun sedemikian rupa, sehingga terbentuk suatu lagu. Dalam garapan ini, melodi dapat diartikan sebagai hasil dari terjalinnya bunyi-bunyi yang disusun. Dari hal penyusunannya penata mencoba menjalin beberapa pola susunan melodi yang berbeda yang menjadi satu, sehingga akan menghasilkan jalinan atau loncatan-loncatan melodi yang menimbulkan kesan adanya unsur komunikasi melodi satu dengan melodi yang lainnya.

  2) Ritme/irama adalah tekanan atau timbul tenggelamnya bunyi secara teratur maupun yang tidak berulang-ulang yang merupakan nafas dari lagu itu sendiri. Dalam garapan ini beberapa pola ritme yang ritmis yang berbeda akan dijalin menjadi satu, sehingga menghasilkan kesan ritmis yang rumit.

3) Tempo adalah cepat lambatnya suatu aturan atau pola permainan untuk dimainkan.

  Di dalam garapan ini penata ingin menggarap tempo yang dinamis, dan dengan adanya perubahan tempo yang secara drastis dan tiba-tiba pada setiap peralihan pola permainan yang sesuai dengan konsep garap penata. 4)

  Dinamika adalah masalah yang menyangkut keras lirihnya dan panjang pendeknya pola permainan yang dilakukan untuk menghasilkan kesan dinamis. Kaitannya dengan garapan ini, dinamika penata olah sebagai satu cara untuk memberikan ekspresi dalam garapan ini seperti sistem ngumbang isep. 5)

  Intonasi adalah tekanan-tekanan tertentu untuk nada-nada yang menyangkut tekanan, hentakan atau aksen pada bagian-bagian tertentu pada suatu pola permainan, untuk pengungkapan karakter atau nuansa dalam garapan ini.

6) Teknik pukulan atau gegebug adalah suatu hal yang pokok dalam gamelan Bali.

  Begitu juga dalam garapan ini mengolah teknik permainan akan penata jadikan titik tolak dalam pengungkapan ide ke dalam karya seni.

4.5 Analisa Penyajian/Penampilan

  Dalam penyajiannya, penata berusaha agar garapan ini dapat disampaikan dengan baik dari segala penampilan dari pendukung garapan. Selain dituntut keutuhan garapan dari penyajiannya tak kalah penting untuk diperhatikan adalah penataan dari instrumentasi dan fungsi instrumen, teknik permainan, setting instrumen, tata busana,/kostum dan cahaya/lampu.

4.5.1 Instrumentasi dan Fungsi Instrumen

  Garapan karawitan Uluning Segara ini mempergunakan barungan Gong Kebyar, yang nantinya dapat mengungkapkan kesan-kesan tertentu yang ingin dicapai. Penggarapan komposisi ini memakai keseluruhan dari instrumen tersebut. Adapun instrumen tersebut serta fungsinya yang terdiri dari :

  (1) Ugal

  Ugal merupakan jenis instrumen perkusi yang berbentuk bilah. Dalam gamelan

  Gong Kebyar terdapat duah tungguh ugal dengan sistem ngumbang-ngisep yang masing-masing tungguhnya terdiri dari sepuluh bilah. Tetapi dalam garapan ini penata hanya menggunakan satu tungguh ugal dengan susunan nadanya adalah (4,5,7,1,3). Adapun fungsi dari instrumen ugal yaitu :

  Membawa melodi gending

  • Menghubungkan ruas-ruas gending
  • (2)

  Pemade dan Kantilan Instrumen ini merupakan instrumen pukul berbentuk bilah yang masing-masing terdiri dari sepuluh bilah dengan sistem ngumbang-ngisep, dengan susunan nadanya adalah (4,5,7,1,3,4,5,7,1,3) garapan ini menggunakan empat buah pemade dan empat buah tungguh kantilan.

  Adapun fungsi dari pemade dan kantilan yaitu : Membuat jalinan tertentu

  • Memberi hiasan terhadap nada pokok berupa ubit-ubitan
  • (3)

  Penyacah Instrumen ini merupakan instrumen yang sumber bunyinya berbentuk bilah dan masing-masing tungguhnya terdiri dari tujuh nada dengan susunan nadanya : (7, 1, 3, 4, 5, 7, 1). Adapun fungsi dari instrumen penyacah yaitu :

  Menentukan jatuhnya pukulan jublag

  • Sebagai melodi pokok
  • (4)

  Jublag Instrumen jublag adalah suatu intrumen yang mempunyai jumblah bilah 5 (lima) buah dengan susunan nada sebagai berikut : susunan nada yang pertama 3 4 5 7

  1. Mengenai besar kecil nadanya diambil dari nada instrumen ugalyang lebih kecil dari nada instrumen jegogan. Adapun fungsi dari instrumen jublag yaitu :

  Menentukan jatuhnya pukulan jegogan

  • Memperjelas tekanan-tekanan dari melodi penyacah
  • (5)

  Jegogan Instrumen jegogan adalah instrumen yang berbilah dan bernada paling rendah/besar, dimana instrumen ini mempunyai jumblah bilah sebanyak 5 (lima) buah dengan susunan nada sebagai berikut : 3 4 5 7 1.

  Adapun fungsi dari instrumen jegogan yaitu : Memperjelas tekanan-tekanan gending pada setiap akhir kalimat lagu

  • Dalam garapan ini fungsi dari instrumen jegogan juga dikembangkan sebagai
  • pembawa melodi

  (6) Reong

  Instrumen reong adalah suatu instrumen yang bentuknya memanjang. Instrumen ini pada umumnya mempunyai jumblah moncol/pencon sebanyak 12 (dua belas) buah dengan susunan nada sebagai berikut : 5 7 1 3 4 5 7 1 3 4 5 7. Instrumen ini dapat dimainkan atau dipukul oleh empat orang dengan masing-masing orang memakai dua buah panggul yang dipegang oleh tangan kanan dan tangan kiri. Adapun fungsi dari instrumen reong yaitu :

  Memberikan angsel-angsel (ritme)

  • Membuat jalinan motif-motif tertentu
  • Memberi hiasan pada nada pokok berupa ubit-ubitan
  • Membuat jalinan melodi tertentu dengan permainan tunggal
  • (7)

  Kendang Instrumen kendang adalah suatu alat yang sumber suaranya dari kulit. Instrumen ini dapat dibagi menjadi 2 (dua) yaitu : instrumen kendang lanang dan kendang yang masing-masing dapat dimainkan oleh dua tangan yaitu tangan

  wadon

  kanan dan tangan kiri. Pada tangan kiri kendang lanang penulis pakai tanda notasi : P yang suaranya “Pek”, sedangkan bagian kanan memukul ditengah- tengah dengan tangan kanan ujung jari terbuka penulis pakai notasi dengan tanda Pg yang suaranya berbunyi “Pung”. Kalau memukul sisi lingkaran bagian kanan dengan tangan kanan akan bersuara “Tut” dengan tanda ^.

  Pada bagaian kendang wadon untuk bagian kiri dipukul dengan tangan kiri akan diberi tand a K yang suaranya “Ka” bagian kanan memukul ditengah-tengah dengan tangan kanan ujung jari terbuka diberi tanda Km yang suaranya “Kum”.

  Sedangkan memukul dibagian kanan pinggiran lingkaran dengan tangan kanan tertutup atau terbuka dipakai tanda O yang suar anya “Dig”. Instrumen kendang ini dapat dipukul dengan cara memangku instrumen dengan menekukan kedua kaki kanan dan kiri dengan posisi tertentu (bersila). Instrumen kendang ini diletakkan diatas lekukan kaki tersebut. Adapun fungsi dari instrumen kendang yaitu :

  Sebagai pemurba irama

  • Sebagai penghubung ruas-ruas gending
  • Memberi angsel-angsel
  • (8)

  Gong Instrumen gong adalah instrumen pencon/moncol yang bahannya dari kerawang, yang mempunyai ukuran garis tengah lingkaran 65 senti meter sampai dengan 90 senti meter. Adapun fungsi dari instrumen gong yaitu :

  Sebagai finalis lagu/gending

  • Memberi tekanan-tekanan sesuai dengan tujuan lagu itu sendiri
  • Tapi dalam garapan ini jatuhnya pukulan Gong tidak memakai hitungan
  • artinya jatuhnya pukulan Gong pada lagu yang tepat

  (9) Kempur

  Instrumen kempur adalah instrumen pencon/moncol yang bahannya dari kerawang, yang mempunyai ukuran garis tengah lingkaran 50 senti meter sampai 60 senti meter. Adapun fungsi dari instrumen kempur yaitu :

  • Sebagai pendorong jatuhnya pukulan Gong -
  • Adapun fungsi dari instrumen kemong yaitu :
  • Dinamika secara bergantian dengan kempur dalam satu Gong (11) Kajar Instrumen kajar adalah nama dari salah satu instrumen pencon/moncol yang dibuat dari kerawang, yang mempunyai fungsi sebagai pembawa irama serta menggunakan satu buah moncol dimana nadanya tidak dapat dipastikan/tidak persis sama dengan nada instrumen lainya. Nada instrumen kajar berkisar nada (3) dengan nada (7). Instrumen ini dipukul dengan satu orang. Adapun fungsi dari instrumen kajar yaitu :
  • Sebagai pemegang tempo

  • Sebagai pengisi irama
  • Membuat angsel-angsel, variasi-variasi tertentu bersama dengan kendang
  • Memperindah bagian-bagian gending yang lirih
  • Membuat suasanan tertentu
  • Menjalankan melodi
  • Dalam garapan ini suling sangat memegang melodi

  Tehnik permainan dari instrumen ugal adalah :

  1) Ugal

  Segara ini diuraiakan sebagai berikut :

  Demikian halnya dengan teknik permainan dalam gamelan Gong Kebyar, masing- masing instrumen memiliki teknik permainan yang berbeda. Teknik-teknik tersebut menyebabkan tiap-tiap kelompok instrumen memiliki bunyi dan suara yang berbeda pula. Adapun teknik permainan yang digunakan dalam garapan komposisi Karawitan Uluning

  Teknik permainan merupakan aparatus dalam gamelan Bali dan teknik-teknik tersebut menjadi indikator pokok dalam mempelajari gaya (style) gamelan itu. Menurut uraian yang terdapat dalam Lontar Prakempa, bahwa istilah umum yang digunakan untuk teknik menabuh dalam gamelan Bali ialah gegebug. Gegebug merupakan suatu hal yang pokok dalam gamelan Bali yang erat kaitannya dengan orkestrasi, serta menurut Prakempa bahwa hampir setiap instrumen mempunyai gegebug tersendiri.

  Adapun fungsi dari instrumen suling yaitu :

  cara ditiup, dengan sistem permainan yang sering disebut ngunjal angkihan (meniup tanpa henti-hentinya) di sini suling banyak memegang melodi. Dalam garapan komposisi Uluning Segara ini memakai 6 (enam) buah suling.

  Suling dalam gamelan Bali biasanya terbuat dari bambu yang dimainkan dengan

  (13) Suling

  yang disebut bungan ceng-ceng, pada ceng-ceng bawah yang terdiri dari lima alas buah ceng-ceng kecil. Adapun fungsi dari instrumen ceng-ceng ricik yaitu :

  ricik . Ceng-ceng ricik ini dimainkan dengan memukulkan dua buah ceng-ceng

  (12) Ceng-ceng ricik Instrumen ceng-ceng yang dipergunakan dalam garapan ini adalah ceng-ceng

  Instrumen kemong adalah nama dari salah satu instrumen pencon/moncol yang dibuat dari kerawang.

  Pematokruas gending (10) Kemong

4.5.2 Teknik permainan

  • Neliti : Memukul pokok gendingnya saja
  • 2)

  : Memukul dan menutup satu nada saja Nyeceh

  Pemade dan Kantilan Teknik permainan dari instrumen ini adalah :

  : Membuat jalinan antara nada polos dengan sangsih Ngubit

  • Nyogcag : Memukul nada yang satu dengan yang lain
  • : Memukul satu nada secara beruntun tanpa ditutup
  • : Memukul dan menutup satu nada saja

  Nitir

  • 3)

  Nyeceh

  Reong Teknik permainan dari instrumen reong adalah sebagai berikut :

  • antara polos dan sangsih. : Pukulan tangan kanan dan tangan kiri salah satu pemain

  : Pukulan yang mengisi ketukan yang kosong yaitu terjalin Ngubit

  • dengan memukul sambil menutup atau nekes yang dilakukan secara bergantian.

  Norot

  • angsel-angsel.

  Memenjing : Memukul tepi reong atau pukulan pada waktu membuat

  • dan tangan kiri secara beruntun.

  Nerumpuk : Memukul satu pencol atau satu nada dengan tangan kanan

  4) Penyacah

  Teknik permainan instrumen penyacah adalah : : Memukul pokok gendingnya saja atau pembawa melodi

  • dengan pukulan berbanding satu dengan jublag.

  Neliti

  5) Jublag dan Jegogan

  Instrumen ini merupakan instrumen yang sumber bunyinya berbentuk

  

bilah dan masing-masing tungguhnya terdiri dari lima bilah dengan susunan nadanya

  (3, 4, 5, 7, 1). Teknik permainan dari masing-masing instrumen ini adalah : Jublag adalah pukulannya neliti yaitu memukul pokok gendingnya saja, dan nyelah yaitu pukulan yang memberikan suatu tekanan pada sebuah nada dalam sebuah kalimat lagu. Sedangkan Jegogan pukulannya disebut temu guru yaitu jatuhnya pada pukulan

  Jublag ke empat, kedelapan atau pada suara yang panjang.

  Dalam garapan ini tehnik permainan tersebut juga dikembangkan yaitu dimainkan dengan secara bersama pada saat permainan reong tunggal untuk memperjelas aksen-aksen dari permainan reong. 6)

  Kendang

  Kendang adalah salah satu jenis tungguhan atau instrumen yang bahan

  utamanya terdiri dari kayu dan kulit. Kendang Bali pada umumnya berbentuk kubus yang salah satu sisi atau bagiannya dibuat agak kecil. Hal ini dimaksudkan untuk dapat menghasilkan akustik yang berbeda. Untuk menghasilkan yang berbeda secara jelas, dibuatlah sistem resonansi yang umumnya disebut pakelit. Pakelit adalah semacam rongga yang dibuat dengan ukuran tertentu, terbagi pada dua sisi yang berbeda dalam sebuah tungguhankendang. Pembuatan rongga atau pakelit kendang berdasarkan pada besar kecilnya kendang dan jenis kendang.

  Jenis kendang yang dipakai dalam garapan ini adalah sepasang kendang

  

ceditan (lanang wadon) yang dimainkan secara berpasangan atau metimpal. Adapun

  teknik permainan yang dipergunakan adalah Gelulet : jalinan pukulan.Kendang pada bagian muka kanan antara kendang lanang dan kendang wadon. 7)

  Gong

   Gong merupakan instrumen bermoncol yang ukurannya paling besar

  dibandingkan instrumen bermoncol lainnya dalam Gong Kebyar. Dalam garapan ini dipakai sebuah Gong lanang wadon. Jenis pukulannya disebut kaget atangi tapi dalam hal jatuhnya pukulan Gong pada setiap lagu yang pantas saja. 8)

  Kempur Penggunaan instrumen kempur pada garapan ini secara umum dapat disebutkan bahwa kempur berfungsi sebagai pendorong jatuhnya pukulan Gong. Adapun pukulan

  kempur disebut selah tunggal tapi dalam garapan ini pukulan kempur pada setiap lagu yang pantas.

  9) Kemong

  Penggunaan instrumen kemong pada garapan ini adalah untuk dimainkan secara bergantian dengan kempur menjelang jatuhnya pukulan Gong.

  10) Kajar

  Kajar adalah sebuah instrumen yang berbentuk Gong kecil, yang berfungsi sebagai

  pemegang tempo yang diinginkan. Mengenai pukulannya dalam garapan ini adalah irama tetap ajeg, tetapi mengikuti pola lagu ataupun aksen-aksen lagu. Jenis pukulannya adalah ngeremunncang rerames seperti orang mebat.

  11) Suling

  Suling dalam gamelan Bali biasanya terbuat dari bambu yang dimainkan

  dengan cara ditiup, dengan sistem permainan yang sering disebut ngunjal angkihan (meniup tanpa henti-hentinya) disini suling banyak memegang melodi. 12)

  Ceng-ceng ricik Instrumen ceng-ceng yang dipergunakan dalam garapan ini adalah ceng-

  . Ceng-ceng ricik ini dimainkan dengan memukulkan dua buah ceng-ceng

  ceng ricik

  yang disebut bungan ceng-ceng, pada ceng-ceng bawah yang terdiri dari lima alas enam buah ceng-ceng kecil. Jenis-jenis pukulan yang dipakai dalam garapan ini adalah:

  : Memainkan sambil menutup Ngecak

  • - Ngajet : Pukulan ceng-ceng dalam membuat angsel-angsel tertentu

  4.5.3 Setting Instrumen

  Garapan komposisi karawitan dengan judul Uluning Segara ini dipentaskan di stage Natya Mandala di Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar yang berbentuk stage procenium yaitu sebuah stage dengan posisi penonton dari arah depan. Masing-masing instrumen yang dipergunakan dalam garapan ini penata atur sedemikian rupa supaya dalam pementasan garapan ini nantinya tidak hanya enak didengar dari konsep akustiknya dan enak dilihat dari penampilan dalam konsep garapannya.

  4.5.4 Tata Busana atau Kostum

  Dalam penyajian garapan komposisi Uluning Segara, penataan kostum atau tata busana menjadi bagian yang berperan dalam hal penampilan ini selain dituntut keutuhan, kekompakan dan keharmonisan suatu garapan, yang penting untuk diperhatikan adalah penampilan ragam busana baik dari penggarap maupun pendukung itu sendiri. Dalam penyajian komposisi karawitan Uluning Segara ini penata maupun pendukung garapan ini sama-sama menggunakan pakaian Adat Tradisional Bali, hanya saja dibedakan dari warna kostum yang dipergunakan oleh penata selaku peserta ujian dengan para pemain selaku pendukung garapan.

  4.5.5 Tata cahaya atau lampu

  Dalam pementasan karya seni dengan judul Uluning Segara, tata cahaya yang digunakan tidak terlalu bervariasi dan menggunakan tata cahaya atau lampu standar/natural yang sesuai dengan konsep dan kebutuhan dalam penyajiannya.

  PENUTUP

  5.1 Kesimpulan

  Air merupakan zat atau unsur yang sangat peting bagi semua bentuk kehidupan di dunia. Air juga paling banyak terdapat di laut yaitu air asin. Laut adalah salah satu ciptaan Tuhan yang banyak sekali memiliki fungsi dan makna dalam kehidupan manusia. Disamping itu laut sebagai sumber amerta yang dapat memberikan kedamaian serta kebahagiaan semua umat manusia. Bagi para seniman laut merupakan sumber inspirasi yang tidak habis-habisnya untuk digali. Garapan komposisi karawitan

  Uluning Segara ini, telah dapat diwujudkan sesuai dengan ide-ide yang muncul.

  Garapan ini merupakan pengembangan karawitan tradisi yang berupa karawitan kreasi baru yang menggunakan media ungkap Gong Kebyar. Struktur garapan ini dibagi dalam tiga bagian yaitu : bagian pertama kawitan, kedua pengawak, dan ketiga pengecet.

  5.2 Saran-saran

  Dari pengalaman yang telah dialami selama proses berkarya, penata ingin menyampaikan beberapa hal yang nantinya mungkin dapat bermanfaat sebagai masukan untuk mewujudkan karya yang lebih baik dimasa yang akan datang. Adapun hal tersebut antara lain :

  • Untuk mewujudkan karya seni merupakan suatu hal yang tidak mudah, apalagi yang bersifat eksperimen, oleh karena itu diperlukan kesiapan yang cukup matang, baik kesiapan mental, fisik maupun yang lainnya
  • Penentuan konsep dan ide yang matang merupakan kunci untuk meraih keberhasilan dalam berkarya.
  • Diharapkan agar para seniman tergugah untuk menciptakan karya seni dengan melakukan eksperimen musik tradisional Bali serta pengolahan unsur- unsurnya.