BAB II LATAR BELAKANG SEJARAH SITUS BATUR AGUNG DI DESA BASEH KECAMATAN KEDUNG BANTENG KABUPATEN BANYUMAS A. Sejarah Situs Batur Agung - PELESTARIAN SITUS SEJARAH BATUR AGUNG SEBAGAI OBJEK WISATA SEJARAH DI KABUPATEN BANYUMAS - repository perpustakaan

BAB II LATAR BELAKANG SEJARAH SITUS BATUR AGUNG DI DESA BASEH KECAMATAN KEDUNG BANTENG KABUPATEN BANYUMAS A. Sejarah Situs Batur Agung Batur Agung bukanlah sebuah makam melainkan sebuah petilasan. Petilasan bisa

  diartikan sebagai tempat persinggahan dalam jangka waktu yang cukup lama. Batur Agung adalah petilasan dari mbah Agung, mbah Agung adalah orang yang pertama kali menempati tempat tersebut. Kemudian didatangi oleh Syekh Mangunsari beliau adalah orang yang pertama kali menyebarkan agama islam di desa Baseh. Pada masa kerajaan, Batur Agung menjadi tempat pertapaan dari Raden Kamandaka dan diperolehnya wangsit baju Lutung Kasarung (Wawancara dengan Sobirin, 1 Mei 2018).

  Raden Kamandaka adalah seorang putra Raja Pajajaran, nama tersebut rupanya hanya sebuah kedok dalam upaya pencarian calon jodoh. Nama asli dari Raden Kamandaka adalah Banyak Catra, datang dengan membawa kedok sebagai rakyat biasa yang mengabdi kepada Patih Pasirluhur, Reksanata. Keberuntungan berpihak kepadanya karena ia diangkat sebagai anak oleh sang patih. Di samping itu, Banyak Catra menutupi jati dirinya dengan nama samara, Kamandaka. Kata Kamandaka berasaldari Bahasa Jawa Kuna yang berarti ‘kata’ atau ‘ucapan yang bukan-bukan (Prawiroatmojo 1988: 203)

  Kamandaka mempunyai keberanian untuk memasuki taman sari Pasirluhur setelah mendapat angina dari Putri Bungsu Ciptarasa. Perilaku Kamandaka yang selalu sembunyi untuk bertemu dengan dewi Ciptarasa diketahui oleh pihak kerajaan dalam teks Babad Pasir disebut dengan julukan maling julig kamandaka. Kamandaka adalah seorang pencuri, bukanlah sebuah harta atau benda yang di curi melainkan hati dari dewi Ciptarasa yang berhasil dicurinya. Akhirnya Kamandaka menjadi buron para prajurit Pasirluhur (Priyadi 2013: 30).

  Patih Reksanata, si ayah Kamandaka, mendapat tugas untuk menangkap hidup atau mati buron tersebut dengan disertai ancaman hukuman berat dari sang adipati. Rupanya, telah terjadi kerjasama antara Kamandaka dengan patih Reksanata. Kamandaka sempat lolos dengan tipuan yang sangat cerdas. Kamandaka terjun ke salah satu kedung di Sungai Logawa yang terkenal dengan nama Kedung Petaunan. Karena bertahun-tahun, Kamandaka tidak pernah mencul lagi di kedung itu maka berita kematian tersebar di kalangan kadipaten dan masyarakat Pasirluhur. Kamandaka ternyata pulang ke Pajajaran setelah bertemu adiknya bernama Banyak Ngampar. Kepulangan Kamandaka ke negerinya karena Prabu Siliwangi sudah sangat tua dan bermaksud turun tahta. Namun, ada tuntutan dari ibu Banyak Belabur sesuai dengan janji ketika putri Banten itu dilamar. Di sini Kamandaka mengalami setengah kegagalan karena di Pajajaran ada dua orang calon raja, yakni Banyak Belabur dan Banyak Catra. Keduanya oleh sang raja diminta untuk memenuhi syarat berupa sayembara putri kembar yang berjumlah empat puluh orang. Kamandaka dating untuk kedua kalinya ke Pasirluhur, selain untuk memenuhi Ciptarasa juga mencari putri kembar.

  Kamandaka kemudian melakukan pertapaan di Gunung Agung (Batur Agung) dan Kabunan. Pertapaan itu mendapatkan baju sakti yang terkenal seperti legenda masyarakat sunda yakni Lutung Kasarung. Pemakaian baju Lutung Kasarung tersebut sesungguhnya merupakan puncak dari segala tipu daya Kamandaka setelah dua kali kabar kematiannya. Kabar kematian yang kedua disertai dengan tipu daya berupa darah dan hati anjing yang di pakai sebagai bukti bahwa Kamandaka telah mati. Darah dan hati tersebut disantap oleh sang adipati dengan penuh kemantapan hati bahwa musuhnya telah mati untuk selamanya (Priyadi 2013: 31).

  Selang beberapa waktu situs Batur Agung berfungsi menjadi tempat orang-orang dalam berdoa dan mencari sejarah mengenai Situs sejarah Batur Agung untuk keperluan edukasi.

  Dalam urusan keagamaan di Batur Agung dalam runtut sejarah telah dikunjungi oleh beberapa orang yang memiliki kepercayaan berbeda satu sama lainnya. Itulah yang mendasari bapak Sobirin dalam persepsinya Batur Agung adalah tempat penganut agama nasional artinya nasional itu menurut masing-masing ada Islam, Budha, Jawa, Kristen. Bagi orang Cina dan Belanda itu dengan cara membakar dupa dan giok, dan ada yang membawa bunga. Tapi bagi hukum agama Islam cukup dengan berdoa saja. Kemudian Batur Agung semakin dikenal ada yang dari bagian timur ada Bali dan tebu ireng Surabaya ke barat ada Banten, Jakarta, Cilacap dan Pemalang (Wawancara dengan Sobirin, 1 Mei 2018).

  Seluruh umat penganut kepercayaan tiada lain adalah beribadah dan berdoa kepada dzat tunggal dari Maha yang meraja melalui korelasi letak geografis sebelah utara merupakan gunung Slamet dan Nama dari Petilasan Batur Agung dipersepsikan dalam bentuk doa, karena di sebelah utara Batur Agung terletak gunung Slamet menjadi permohonan pertama ialah meminta Agung Keselametan sekeluarganya dan sesodaranya dan yang kedua Allah memberikan Agung usahanya dan Agung Kejujurannya dan yang terakhir Allah itu memberikan Agung rejekinya yang halal dunia akhirat yang pertama untuk sangu ibadah dan kedua sangu keluarga ketiga sangu besok di akhirat. Batur Agung adalah sebuah tempat petilasan maka dari itu hanya terdapat benda benda purbakala di dalamnya yaitu batu yang berbentuk ada yang berbentuk semar, Batara Guru, Togog, Bawor, Lumpang, Rorojonggrang, dan rebana. Benda tersebut telah ada sejak sebelum masehi menurut dinas penelitian balai arkeologi jogja dan dinas purbakala prambanan dan dari kasimsekalapedankasmala usia batu itu telah mencapai satu jura tahun lebih (Wawancara dengan Sobirin, 1 Mei 2018).

B. Letak Situs Sejarah Batur Agung 1. Kondisi geografis desa Baseh

  Desa baseh merupakan salah satu wilayah yang terletak di daerah paling utara Kecamatan Kedungbanteng dan berbatasan langsung dengan Gunung Slamet. Tata letak desa Baseh 07 21’ 48,5” LS dan 109 11’ 10,4” BT, desa Baseh berada di ketinggian 600 mdl dengan curah hujan 3.000 mm dan memiliki jumlah bulan hujan mencapai 6 bulan dengan suhu rata-rata harian berkisar diantara 35-36 C. bentang wilayah desa baseh ialah bukit.

  Dengan luas wilayah mencapai 396.33 ha, luas wilayah ini merupakan struktur tanah yang terbagi menjadi tiga klasifikasi tanah fungsi diantaranya adalah tanah sawah, tanah kering dan tanah fasilitas umum. Tanah sawah seluas 169,26 ha yang di fungsikan sebagai sawah irigasi teknis, Tanah Kering sekitar 200.04 digunakan sebagai tegal/ladang dan 3.2 digunakan sebagai pemukiman serta tanah, Tanah Fasilitas Umum seluas 23.83 difungsikan sebagai tanah fasilitas umum berupa Kas desa seluas 17.6 ha, Lapangan 1,22 ha, perkantoran pemerintah 0.8 ha dan lahan lainnya sekitar 4.21 ha.

  Kondisi desa baseh adalah berupa perbukitan atau dataran tinggi jika ditarik jarak dari desa ke pusat pemerintahan (Orbitasi) sebagai berikut jarak ke ibu kota kecamatan dengan jarak terdekat mencapai 6 km ditempuh dengan waktu sekitar 6 menit akomodasi umum yang digunakan untuk menuju ke desa baseh menggunakan koprades, kemudian jarak terdekat menuju ibukota kabupaten sekitar 15 km dengan alokasi waktu 0,30 jam menggunakan angkutan umum adapun batas-batas wilayah desa Baseh sebagai berikut:

  • Sebelah Utara : Tanah Kehutanan -

  Sebelah Selatan : Desa Babakan, Desa Dawungankulon, Desa Dawuhanwetan

  • Sebelah Timur : Desa Kalisalak -

  Sebelah Barat : Desa Sunyalangu Desa Baseh salah satu distrik yang berada di dalam wilayah kecamatan Kedung Banteng.

  Kecamatan Kedungbanteng terbagi menjadi 14 desa di antaranya adalah Kedungbanteng, Kebocoran, Karangsalakidul, beji, Karangnangka, Keniten, Dawuhanwetan, Dawuhankulon, Baseh, Kalisalak, Windujaya, Kalikesur, Kutaliman, dan Melung. Kecamatan Kedungbanteng terletak disebelah utara Kabupaten Banyumas.

  Gambar

1.1Peta Desa Baseh Kecamatan Kedungbanteng (Sumber: google.com)

  Warna tanah desa Baseh sebagian besar berwarna merah dengan kedalaman sekitar 0,25 m yang bertekstur Lempungan tidak memiliki permasalahan dalam kandungan tanah.

  Kepemilikan lahan pertanian pangan dibagi menjadi empat klasifikasi golongan diantara adalah Rumah Tangga Memiliki Lahan Pertanian, Tidak memiliki, memiliki kurang 0,5 ha, memiliki 0,5-1,0 ha dalam tabel.

Tabel 2.1 Kepemilikan Lahan Pertanian Pangan Tahun 2017

  

Klasifikasi Kepala Keluarga (KK)

Rumah Tangga Memiliki Lahan 825 KK Pertanian Tidak memiliki 413 KK Memiliki 0,5 ha 449 KK Memiliki 0,5-1,0 ha 376 KK Jumlah 2063 KK

  Sumber: Kelurahan Desa Baseh Disimpulkan bahwa sejumlah 2063 KK telah memiliki lahan yang dapat digunakan dalam menunjang pertumbuhan ekonomi dalam parameter kekayaan berupa lahan usaha.

2. Kondisi Ekonomi Desa Baseh

  Usia produktif kerap berkaitan dengan faktor pertumbuhan perekonomian dengan upaya menghasilkan suatu barang atau jasa guna memenuhi kebutuhan sendiri atau masyarakat sesuai dengan Undang-undang yang telah pengatur perihal tenaga kerja. Menurut Undang- undang mereka yang dikelompokan sebagai tenaga kerja yaitu mereka yang berusia 15 sampai 64 tahun.

  Sedangkan klasifikasi yang bukan tenaga kerja adalah mereka yang tidak mampu dan tidak mau bekerja meskipun ada pekerjaan yang ditawarkan. Menurut Undang-undang No.

  13 Tahun 2003, mereka berada di luar usia, yaitu mereka yang berusia dibawah 15 tahun dan mereka yang berada diatas 64 tahun. Contoh kelompok ini adalah para pensiunan, para lansia (lanjut usia) dan anak-anak. Berdasarkan peraturan perundang-undangan diatas klasifikasi regional desa Baseh sebagai berikut data dalam tabel.

Table 2.2 Tingkat Usia Produktif Tenaga Kerja Desa Baseh Tahun 2017

  Klasifikasi Usia Produktif Jumlah/orang

  Angkatan Kerja (Penduduk Usia 15-55 Tahun) 2.942 Penduduk Usia 15-55 Tahun Yang Masih Sekolah 240 Penduduk Usia 15-55 Tahun Yang Menjadi Ibu Rumah Tangga

  1.025 Penduduk Usia 15-55 Tahun Yang Bekerja Penuh 862 Penduduk Usia 15-55 Tahun Yang Bekerja Tidak Tentu

  815

  Sumber: Kelurahan Desa Baseh Dari tabel diatas di desa baseh terdapat sekitar 2.942 orang yang masuk dalam klasifikasi usia produktif angkatan kerja. Sedangkan usia produktif yang masih sekolah sekitar 240 orang yang menjadi ibu rumah tangga sekitar 1025 orang, penduduk produktif yang bekerja penuh sekitar 862 orang dan ada sekitar 815 orang yang memiliki bekerjaan tidak tentu. Berdasarkan kesimpulan diatas keproduktifan tenaga kerja dan bukan tenaga kerja di desa Baseh memiliki kecondongan tenaga kerja yang bekerja selisih sekitar 2% dari usia produktif yang tidak bekerja yang artinya desa Baseh memiliki pertumbuhan ekonomi yang berada di posisi menengah kebawah. Adapun jenis pekerjaan yang dilakoni oleh penduduk desa Baseh terpapar di dalam tabel.

Table 2.3 Mata Pencaharian Pokok Masyarakat Desa Baseh Tahun 2017 No Pekerjaan Jumlah

  11

  11 Pelajar/Mahasiswa 952 Total 2546

  10 Wiraswasta 110

  46

  9 Buruh Tani

  8 Pedagang 134

  7 Petani/Pekebun 741

  6 Karyawan Swasta 534

  5 Guru

  1 Kepala Desa

  4

  4 Pensiunan

  4

  3 PNS

  9

  2 Perangkat desa

  1

  Sumber: Keluraham Desa Baseh Terpapar jenis pekerjaan yang dilakoni terbagi menjadi 3 ranah kelembagaan diantaranya adalah kelembagaan di bawah naungan pemerintah, kelembagaan oleh instansi swasta, dan dalam bidang agrobisnis. Ada sekitar 28 orang yang berkerja di dalam lembaga pemerintah yang termasuk lembaga pemerintah adalah pegawai kelurahan, Guru, PNS, dan Pensiunan. Sedangkan didalam lembaga swasta terdapat sekitar 644 orang yang berwiraswasta, pedagang dan karyawan swasta. Dalam bidang agrobisnis terdapat sekitar 787 orang diantaranya sebagai petani dan buruh tani. Terdapat 952 orang yang masih menjadi pelajar/mahasiswa.

3. Tingkat Pendidikan Desa Baseh

  Definisi luas mengenai pendidikan adalah pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan yang mempengaruhi segala situasi hidup dalam pertumbuhan individu, masa pendidikan berlangsung seumur hidup dalam setiap saat selama ada pengaruh lingkungan. Lingkungan pendidikan berlangsung dalam segala lingkungan hidup, baik yang khusus diciptakan untuk kepentingan pendidikan maupun yang ada dengan sendirinya. Sedangkan bentuk kegiatan terentang dari bentuk-bentuk yang misterius atau tak disengaja sampai dengan terprogram. Pendidikan berbentuk segala macam pengalaman belajar dalam hidup. Pendidikan berlangsung dalam beraneka ragam bentuk, pola, dan lembaga.

  Kesadaran akan pentinganya pendidikan telah dirasakan oleh masyarakat desa Baseh yang mengerti bahwa pendidikan sebagai modal untuk mendapatkan hidup yang lebih berguna kesadaran tersebut terlihat melaluli data tabel yang telah diperoleh dari lembaga pemerintahan desa Baseh. Jumlah warga yang tidak atau belum tamat sekolah berjumlah 437 orang, pada tingkatan pendidikan sekolah dasar (SD) berjumlah 2262 orang, pada tingkatan sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP) berujumlah 613 orang selanjutnya pada sekolah lanjutan tingkat akhir (SLTA) berjumlah 254 orang, pada jenjang pendidikan di universitas jumlah warga yang menempuh diploma I,II,II (D.I.II.III) sekitar 32 orang dan yang menempuh sarjanaa (S.I) berjumlah 26 orang.

Table 2.4 Tingkat Pendidikan Tahun 2017

  No Tingkat pendidikan Jumlah

  1 Tidak/ Belum Tamat Sekolah 437

  2 SD/ Sederajat 2262

  3 SLTP/ Sederajat 613

  4 SLTA/ Sederajat 254

  5 D.I.II.III / Sederajat

  32

  6 S.I / Sederajat

  26 Total 3624 Sumber: Kelurahan Desa Baseh Tahun 2017

  Segala perubuatan memiliki latar belakang sebagai penggerak dalam menuju pencapaian bagi setiap individu dalam konteks pendidikan tujuan dari pendidikan itu sendiri terkandung dalam setiap pengalaman belajar. Tujuan pendidikan adalah pertumbuhan, tujuan pendidikan tidak terbatas dan tujuan pendidikan adalah sama dengan tujuan hidup.

C. Perkembangan Industri Pariwisata Sejarah di Banyumas

  Pariwisata dewasa ini adalah sebuah mega bisnis, jutaan orang mengeluarkan triliunan dollar Amerika, meninggalkan rumah dan pekerjaannya untuk memuaskan atau membahagiakan diri (pleasure)dan untuk menghabiskan waktu waktu luang (leisure). Hal ini menjadi bagian penting dalam kehidupan dan gaya hidup di negara-negara maju. Namun demikian memposisikan pariwisata sebagai bagian esensial dalam kehidupan sehari-hari merupakan fenomena yang relative baru. Hal ini mulai terlihat sejak berakhirnya Perang Dunia II di saat mana pariwisata meledak dalam skala besar sebagai salah satu kekuatan social dan ekonomi (MacDonald, 2004: 7).

  Bidang urusan kebudayaan kabupaten Banyumas telah mempunyai wacana mengenai pengembangan tempat sejarah menjadi sebuah tempat pariwisata bertujuan untuk memperkenalkan lebih luas mengenai sejarah lokal. Namun dalam bidang penulisan sejarah Dinas kebudayaan kabupaten Banyumas belum memiliki tim khusus. Meski begitu masih ada kesempatan dalam mengkaji obyek sejarah yaitu Badan Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Tengah dengan tim khususnya namun jika melihat ranahnya, BPCB memiliki wilayah otoriter yang luas sehingga dalam mengkaji sejarah lokal masih terdapat pertimbangan, DINPORABUDPAR hanya bisa menyajikan beberapa fakta sejarah dan menunggu hingga ada tim khusus yang dating untuk melakukan pengkajian lebih lanjut.

  Berkaitan dengan pengelolaan cagar budaya, perihal sertifikat dan lain-lain DINPORABUDPAR belum memiliki wewenang. Tapi dinas tidak menutup mata dinas juga tetap aktif membantu jika itu memungkinkan untuk dibantu sejauh masih di wilayah kabupaten Banyumas. Segala sesuatu kembali ke masyarakat dinas pemerintah hanya dapat memberi umpan kemudian perlu adanya partisipasi dan dukungan dari masyarakat dalam kelangsungan pengembangan tempat wisata. Masyarakat diharapkan memberikan sambutan yang ramah, sopan dan keamanan sehingga para wisatawan memiliki rasa nyaman.

  Kemudian diperlukan juga kesadaran masyarakat akan kebersihan lingkungan dan menjaga fasilitas apapun yang ada di kawasan wisata.

  Selain dari masyarakat perlu adanya perbaikan akomodasi dari pihak pengembang maupun dari bentuk usaha desa. Karena akomodasi bisa dikatan sebagai factor utama dalam meningkatkan antusias para wisatawan. Akomodasi menjadi jalan penghubung dengan adanya akomodasi yang berstandard akan mengurangi rasa enggan dalam berkunjung ke tempat wisata.

  Objek wisata sejarah adalah hal yang unik, mayoritas para pengunjung berasal dari kelompok-kelompok tertentu. Wisatawan sejarah sering diistilahkan sebagi jenis wisata dengan minat khusus, biasanya keperluan akademik sebagai bahan ajar dan bahan penelitian. Ini yang masih menjadi problematika. Sehingga dinas tidak hanya terpaku kepada hal itu saja, dinas tetap mengupayakan agar obyek wisata sejarah sebagai tempat yang diminati masyarakat luas. Rencana pengembangan akan difokuskan ke daerah Banyumas.

  Di Banyumas terdapat beberapa potensi wisata sejarah dan juga dulunya Banyumas sebagai pusat pemerintahan pada masanya. Di Banyumas terdapat sejarahmengenai Kyai Mranggih di desa Kejawar dan Nyai Mranggih yang berada di desa binangun, nanti rencananya akan digandengkan dengan obyek yang berada di kawasan banyumas lainnya seperti Sumur Mas, Museum Wayang dan Masjid Nur Sulaiman. Dinas juga telah melakukan studi banding di kawasan kota tua Banyumas yang dibantu oleh LPPM Unsoed.

  Penggarapan telah dilakukan secara bertahap pada tahap awal dinas berhasil membangun taman yang lokasinya berada di belakang Pendopo dan alun-alun Banyumas. Jika memungkinkanakan dilakukan kembali pengembangan perihal tujuh sumur yang ada di kawasan pendopo. Kedepannya akan ada deskripsi tertulis mengenai fungsi sumur tersebut yang terpampang bersebelahan dengan sumur tersebeut sehingga para wisatawan mengetahui informasi yang terkandung pada objek tersebut (Wawancara dengan Carlan, 12 Juli 2018).

  Banyumas memiliki beragam tempat sejarah yang berpotensi menjadi destinasi wisata. Dengan adanya pengkajian dan pengelolaan lebih mendalam akan menambah objek wisata sejarah yang baru. Dengan begitu Banyumas akan lebih dikenal dengan kota wisata diharapkan juga dapat mendorong perekonomian masyarakat sekitar.

Dokumen yang terkait

EKSPLORASI POTENSI SITUS PAKAUMAN KECAMATAN GRUJUGAN KABUPATEN BONDOWOSO SEBAGAI OBJEK WISATA SEJARAH DAN BUDAYA

0 5 14

MAKAM PUYANG RAMOBAYANG DI DESA EMBAWANG SEBAGAI SITUS SEJARAH KABUPATEN MUARA ENIM TAHUN 19991-2018 -

1 6 30

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kelompok Wanita Tani - PERAN KELOMPOK WANITA TANI “SARI MAKMUR” DALAM PEMBERDAYAAN WANITA DI DESA ALASMALANG KECAMATAN KEMRANJEN KABUPATEN BANYUMAS - repository perpustakaan

0 1 10

PERAN KELOMPOK WANITA TANI “SARI MAKMUR” DALAM PEMBERDAYAAN WANITA DI DESA ALASMALANG KECAMATAN KEMRANJEN KABUPATEN BANYUMAS - repository perpustakaan

0 3 19

ANALISIS PERILAKU PETANI TERHADAP RISIKO USAHATANI JAGUNG DI DESA KARANGGINTUNG KECAMATAN SUMBANG KABUPATEN BANYUMAS - repository perpustakaan

0 2 19

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG - PENGARUH SENAM OTAK TERHADAP GANGGUAN DAYA INGAT PADA LANSIA DI RT 6 RW 6 DESA SOKARAJA KULON BANYUMAS - repository perpustakaan

0 0 11

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - STUDI FENOMENOLOGI PEMANFAATAN SUNGAI SEBAGAI MEDIA MCK DI DESA SOKARAJA KULON KECAMATAN SOKARAJA KABUPATEN BANYUMAS - repository perpustakaan

0 0 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Perilaku 1. Definisi Perilaku - STUDI FENOMENOLOGI PEMANFAATAN SUNGAI SEBAGAI MEDIA MCK DI DESA SOKARAJA KULON KECAMATAN SOKARAJA KABUPATEN BANYUMAS - repository perpustakaan

0 1 25

STRATEGI PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN PENGRAJIN TAHU DI DESA KALISARI KECAMATAN CILONGOK KABUPATEN BANYUMAS - repository perpustakaan

0 0 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Persepsi - PERSEPSI KEPALA PUSKESMAS TERHADAP PERAN APOTEKER DI PUSKESMAS KABUPATEN BANYUMAS - repository perpustakaan

0 4 8