The analysis of climatic elements on the incidence of dengue haemorrhagic fever | Wulandari | Berita Kedokteran Masyarakat 25777 71049 1 PB

Analisis unsur iklim terhadap kejadian Demam Berdarah
Dengue (DBD) di kota Kendari tahun 2005-2015
The analysis of climatic elements on the incidence of Dengue Haemorrhagic Fever in Kendari 20052015
Resti Sri Wulandari 1, Lutfan Lazuardi

2

Dikirim: 8 Juni 2017 Diterima: 8 September 2017 Dipublikasi: 1 November 2017
Abstrak
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan hubungan antara unsur iklim dengan kejadian Demam
Berdarah Dengue. Metode: Penelitian ini menggunakan studi ekologi dengan pendekatan spasial-temporal.
Populasi penelitian merupakan kasus Demam Berdarah Dengue pada tahun 2005-2015 di wilayah
administrasi Kota Kendari. Hasil: Pola Demam Berdarah Dengue mengikuti fluktuasi variabel iklim (suhu
udara, kelembaban, curah hujan dan iradiasi matahari). Suhu dua bulan sebelumnya, curah hujan di bulan
yang sama, radiasi matahari di bulan yang sama.Implikasi praktis: Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa Dinas Kesehatan Kota Kendari perlu bekerjasama dengan Badan Meteorologi Klimatologi dan
Geofisika untuk mendapatkan data tentang prediksi cuaca, perubahan iklim, serta faktor cuaca yang
berpotensi meningkatkan kejadian Demam Berdarah Dengue. Keaslian: Penelitian ini memberikan
kontribusi terhadap pemahaman kita bahwa unsur iklim mempengaruhi kejadian Demam Berdarah
Dengue.
Kata kunci: Demam Berdarah Dengue; iklim; korelasi; temporal

Abstract
Purpose: This study try to explain the relationship between climate element with the incidence of Dengue
Haemorrhagic Fever. Method: This study uses ecological studies with spatial-temporal approach. The population is Dengue Haemorrhagic Fever incidence during 2005-2015 in the administrative area of Kendari City.
Findings: Dengue Haemorrhagic Fever patterns follow fluctuations of climate variables (air temperature, humidity, rainfall and solar irradiation). Temperatures two months before, rainfall in the same month, solar radiation in the same month. Practical Implications: The results of this study indicate that Kendari City Health
Office needs to cooperation with Meteorology Climatology and Geophysics Agency to get data about weather
prediction, climate change, weather factor that potentially increase the incidence of Dengue Hemorrhagic Fever. Originality: This study contributes to our understanding that climatic element affect the incidence of DHF.
Keywords: Dengue Hemorrhagic Fever; climate; correlation; temporal

1
2

Departemen Perliaku Kesehatan, Kesehatan Lingkungan dan Kedokteran Sosial, Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada
(Email: restisriwulandari.skm@gmail.com)
Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada

1065

Berita Kedokteran Masyarakat, Vol. 33 No. 11 Tahun 2017

dan pengamatan penyakit Demam Berdarah


PENDAHULUAN
Demam Berdarah Dengue merupakan salah

Dengue,

penanggulangan

dan

penyuluhan.

satu beban kesehatan masyarakat yang masih

Namun demikian, kasus Demam Berdarah

sulit untuk di kendalikan. Pada tahun 2015

Dengue di kota Kendari masih belum terken-


jumlah penderita Demam Berdarah Dengue

dali.

yang dilaporkan meningkat sebanyak 129.650

Iklim dan cuaca merupakan faktor yang

kasus dengan jumlah kematian sebanyak 1.071

dapat

memengaruhi

peningkatan

orang (incidence Rate (IR)= 50,75 per 100.000

kepadatan populasi vektor sehingga berdam-


penduduk dan Case Fatality Rate (CFR) =

pak pada peningkatkan jumlah kasus dan

0,83%). Renstra Kementerian Kesehatan untuk

mempercepat terjadinya epidemi (3). Beberapa

angka kesakitan Demam Berdarah Dengue ta-

penelitian

hun 2015 yaitu sebesar 0,05, artinya tidak ada

wilayah dengan total kejadian terendah, yaitu

hubungan antara variabel kecepatan angin dan

100 kasus se-wilayah Kota Kendari.


kejadian Demam Berdarah Dengue.
Pola hubungan antara variabel iklim dan
ketersediaan air dengan kasus diare di Kota
Kupang

secara

grafik dapat dilihat pada

Gambar 3 sampai gambar 6.

Gambar 2. Peta sebaran kejadian Demam
Berdarah Dengue di Kota Kendari selama
periode tahun 2005 – 2015
Gambar 3. Grafik Time-Series suhu udara dan
Hubungan Variabel Unsur Iklim Dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue

kejadian Demam Berdarah Dengue di Kota
Kendari Tahun 2005 sampai Tahun 2015


Tabel 1. Analisis korelasi variabel iklim dengan
kejadian Demam Berdarah Dengue
Variabel
Suhu
Udara
Kecepatan
Angin
Curah
Hujan
Penyinaran
Matahari

p
value
r
P
value
r
P
value

r
P
value
r

0
0,0404

Lag
1
2
0,0000 0,0000

3
0,0000

0,1786
0,1061

0,3547

0,2749

0,4769*
0,8528

0,4655
0,2718

-0,1413
0,0000

-0,1017
0,0002

-0,0164
0,0913

0,0975
0,3428


0,3523*
0,0001

0,3179
0,0006

0,1493
0,2776

- 0,0845
0,1128

0,3407*

- 0,2967

0,0959

0,1403


Gambar 4. Grafik Time-Series kecepatan angin
Hasil analisis korelasi antara variabel suhu
udara, curah hujan dan penyinaran matahari
dengan kejadian Demam Berdarah Dengue
(Tabel 1) menunjukan nilai yang signifikan
dengan p-value < 0,05, artinya ada hubungan
antara variabel suhu udara, kelembaban, curah hujan dan penyinaran matahari dengan
kejadian Demam Berdarah Dengue. Sedangkan
hasil analisis korelasi antara variabel ke-

dan kejadian Demam Berdarah Dengue di Kota
Kendari Tahun 2005 sampai Tahun 2015
Pola

hubungan

secara

grafik


antara

fluktuasi suhu udara dengan total kejadian
Demam Berdarah Dengue selama periode tahun 2005 sampai tahun 2015 menunjukan
hubungan yang searah. Pada bulan awal tahun
terlihat bahwa fluktuasi suhu udara tidak
1068

Berita Kedokteran Masyarakat, Vol. 33 No. 11 Tahun 2017

searah dengan fluktuasi kejadian Demam

hujan pada bulan yang sama. Namun pada

Berdarah Dengue, namun akan cenderung

bulan Februari, Maret dan Mei fluktuasi curah

searah pada bulan selanjutnya, yaitu pada

hujan terlihat tidak searah dengan kejadian

bulan Mei hingga bulan Desember.

Demam Berdarah Dengue.

Apabila
dengan

analisis
analisis

statistik
grafik,

digabungkan
maka

hasil

menunjukkan bahwa suhu udara pada 2 bulan
sebelumnya (lag 2) akan cenderung semakin
signifikan

dan

berkorelasi

positif

dengan

kejadian Demam Berdarah Dengue.
Secara

grafik,

pola

hubungan

antara

fluktuasi suhu udara dengan kejadian Demam
Berdarah Dengue menunjukan hubungan yang
searah. Pada grafik hubungan suhu udara dan
kejadian Demam Berdarah Dengue per bulan
terlihat bahwa fluktuasi suhu udara tidak

Gambar 6. Grafik Time-Series penyinaran
matahari dan kejadian Demam Berdarah
Dengue di Kota Kendari Tahun 2005 sampai
Tahun 2015

searah dengan fluktuasi kejadian Demam

Pola

hubungan

secara

Berdarah Dengue pada bulan Januari sampai

fluktuasi

dengan bulan April. Tetapi akan cenderung

kejadian

searah pada bulan selanjutnya, yaitu pada

menunjukan hubungan yang searah dengan

bulan Mei hingga bulan Desember.

fluktuasi kejadian pada bulan yang sama. Na-

penyinaran
Demam

grafik

matahari
Berdarah

antara
dengan
Dengue

mun pengecualian pada bulan Maret dan bulan
Juni. Jika membandingkan penyinaran matahari pada 1 bulan sebelumnya dengan kejadian Demam Berdarah Dengue maka dapat
kita lihat bahwa pada awal tahun hingga
pertengahan tahun tepanya bulan Juni hubungan antara penyinaran matahari dengan kejadian Demam Berdarah Dengue searah. Namun berbanding terbalik pada bulan selanjutGambar 5. Grafik Time-Series Curah hujan dan
kejadian Demam Berdarah Dengue di Kota
Kendari Tahun 2005 sampai Tahun 2015

nya hingga akhir tahun.
PEMBAHASAN

antara

Hasil analisis secara statistik dan secara

fluktuasi curah hujan dengan kejadian Dmam

grafik/time-trend antara unsur iklim dengan

Berdarah Dengue menunjukan hubungan yang

kejadian

searah. Setiap peningkatan curah hujan akan

menunjukan beberapa variabel memiliki hu-

diikuti dengan peningkatan kasus Demam

bungan yang signifikan dan tidak signifikan.

Berdarah Dengue. Pada Gambar 6, menun-

Berdasarkan hasil analisis, distribusi suhu

jukan bahwa peningkatan kasus akan cederung

udara rata-rata perbulan selama periode waktu

mengikuti fluktuasi atau peningkatan curah

2005 sampai dengan 2015 di Kota Kendari

Secara

grafik,

pola

hubungan

Demam

Berdarah

Dengue

1069

Berita Kedokteran Masyarakat, Vol. 33 No. 11 Tahun 2017

adalah 26,96oC. Hasil uji korelasi antara suhu

menghisap darah yang dilakukan nyamuk Ae.

udara dan kejadian Demam Berdarah Dengue

aegypti yaitu pada suhu 26oC – 28oC(12).

di Kota Kendari, menunjukan bahwa pola

Nyamuk Aedes yang hidup di suhu sekitar 23oC-

hubungan antara suhu udara dan kejadian

27oC (rata-rata 25oC) dan kelembaban 80%

Demam Berdarah Dengue signifikan (p-value

memiliki aktifitas reproduksi yang berbeda

0,0000) dan akan semakin kuat pada dua bulan

dengan nyamuk Aedes yang hidup di suhu

sebelumnya (Lag 2). Kekuatan korelasinya

sekitar

adalah sedang dengan pola positif (r=0,4769),

kelembaban 80%. Ada peningkatan jumlah

artinya peningkatan suhu udara akan diikuti

telur sebanyak 40% pada nyamuk yang hidup

dengan peningkatan kasus. Hal serupa juga

di

ditunjukan grafik time series, korelasi antara

33oC-37oC

suhu

25oC

bila

35oC)

(rata-rata

dibandingkan

dan

dengan

0

nyamuk yang hidup pada suhu 35 C (13).

suhu udara dan kejadian Demam Berdarah

Jarak terbang rata-rata nyamuk Aedes betina

Dengue akan semakin signifikan pada bulan

adalah 40 meter. Sedangkan jarak terbang

kedua sebelum kejadian Demam Berdarah

maksimal nyamuk adalah 100 Meter. Jarak

Dengue. Hasil dalam penelitian ini sesuai

terbang nyamuk dapat melebihi jarak maksi-

dengan penelitian Ariati dan Anwar (2012) di

mal

Batam, Ayumi (2016) di Bantul dan Minh An

Kecepatan angin< 8,05 km/jam (2,2 meter/detik)

dan Rocklov (2014) di Hanoi menunjukan

tidak mempengaruhi aktivitas nyamuk dan

bahwa kejadian Demam Berdarah Dengue

aktivitas nyamuk akan terpengaruh oleh angin

berhubungan positif dengan suhu udara (6,7,8).

pada kecepatan mencapai ≥ 8,05 km/jam (2,2

Rata-rata suhu optimum untuk perkem-

meter/detik). Distribusi rata-rata kecepatan an-

bangbiakan

nyamuk

o

bantuan

kecepatan

angin.

25 C-27 C

gin selama periode waktu 2005 sampai dengan

(9).Sedangkan WHO (2011), menge-mukakan

2015 di Kota Kendari adalah 2,19 Knot (1.09

suhu

perkem-bangbiakan

meter/detik). Hasil analisis korelasi, variabel

nyamuk adalah 27oC–30oC (10). Suhu rata-rata

kecepatan angin dengan kejadian Demam

rata-rata

untuk

adalah

o

dengan

o

26,96 C berada pada rentang suhu optimum

Berdarah

dalam

menunjukkan tidak adanya hubungan yang

perkembangbiakan

nyamuk

Aedes.

Dengue

di

Kota

Kendari

Nyamuk Aedes aegypti yang menetas pada

bermakna

suhu 25°C sebanyak 76%, pada 30°C sebanyak

penelitian ini sesuai dengan penelitian Wira-

68%, pada 35°C sebanyak 20%, dan pada suhu

yoga (2013) di Semarang bahwa kecepatan an-

40°C dan 45°C sebanyak 0%. Angka penetasan

gin tidak memiliki hubungan yang bermakna

akan menurun dengan meningkatnya suhu.

dengan kejadian Demam Berdarah Dengue

Kisaran optimal suhu untuk penetasan adalah

(14). Kemaknaan yang tidak signifikan terjadi

25°C-30°C. Perbedaan dalam tingkat penetasan

karena kecepatan angin di kota Kendari ku-

disebabkan oleh perubahan kondisi ekstrim

rang dari 8,05 km/jam (2,2 meter/detik) sehing-

dan fisiologi pada telur yang menyebabkan

ga

telur tidak menetas (11). Aktivitas nyamuk

aktivitas nyamuk Aedes. Nyamuk Aedes aegypti

Aedes aegypti dalam menghisap darah dan

merupakan vektor utama penyebar kejadian

bereproduksi dapat dipengaruhi oleh suhu.

Demam Berdarah Dengue di perkotaan. Nya-

Hasil penelitian Darmawansyah et al., (2013)

muk ini memiliki kebiasaan istirahat dan ke-

menunjukan

biasaan berkembangbiak di dalam rumah se-

aktifitas

tertinggi

dalam

(p-value

kecepatan

angin

>0,05).

tidak

Hasil

dalam

mempengaruhi

1070

Berita Kedokteran Masyarakat, Vol. 33 No. 11 Tahun 2017

hingga penyebaran vektor ini sangat kecil. Ke-

ideal. Indeks Curah Hujan (ICH) berpengaruh

cepatan angin dapat juga tidak berhubungan

terhadap curah hujan ideal. Tersedianya air

dengan kejadian Demam Berdarah Dengue ka-

dalam media akan menyebabkan telur nyamuk

rena arah angin dapat menyebarkan nyamuk

menetas dan setelah 10–12 hari akan berubah

ke tempat dimana keterpaparan antara manu-

menjadi nyamuk. Bila manusia digigit oleh

sia dan nyamuk kurang.

nyamuk dengan virus dengue maka dalam 4-7

Curah hujan memengaruhi ketersediaan air

hari kemudian akan timbul gejala Dmam

dan tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes.

Berdarah Dengue. Berdasarkan pengamatan

Sehingga

terhadap

pada

musim

hujan

terjadi

ICH

yang

dihubungkan

dengan

peningkatan jumlah penderita akibat adanya

kenaikan jumlah kasus, maka pada daerah

peningkatan jumlah vektor Demam Berdarah

dengan

Dengue di lingkungan penderita (15). Distribusi

sepanjang

curah hujan rata-rata perbulan selama periode

terdapat musim kemarau maka kewaspadaan

waktu 2005 sampai dengan 2015 di Kota Ken-

terhadap Demam Berdarah Dengue dimulai

dari adalah 178,24 mm. Berdasarkan hasil uji

saat masuk musim hujan (20). Pada musim

korelasi antara suhu udara dan kejadian

hujan populasi Aedes aegypti akan meningkat

Demam

karena telur-telur yang tadinya belum sempat

Berdarah

Dengue

menunjukkan

ICH

tinggi

tahun,

akan

perlu

kewaspadaan

sedangkan

menetas

relasi kuat pada bulan yang sama. Adapun

perkembangbiakannya yang berada di luar

kekuatan korelasinya adalah lemah dengan po-

rumah (TPA bukan keperluan sehari-hari dan

la positif, artinya peningkatan curah hujan

alamiah)

akan diikuti dengan peningkatan kejadian

tersebut akan meningkatkan populasi nyamuk.

Demam Berdarah Dengue. Hasil analisi grafik

Hubungan yang bermakna antara curah hujan

juga menunjukan hal serupa, bahwa curah hu-

dengan kejadian Demam Berdarah Dengue

jan pada bulan yang sama akan cenderung

dapat terjadi karena masih kurangnya an-

semakin signifikan dan berkorelasi positif

tisipasi warga masyarakat dalam melakukan

dengan kejadian Demam Berdarah Dengue.

Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) sebelum

Hasil dalam penelitian ini sesuai dengan

dan saat musim penghujan datang.

terisi

ketika

yang

adanya hubungan yang bermakna (p