Analisis Hermeneutika Gaya Komunikasi Dai Di Kota Medan

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Masalah

Penelitian ini mengkaji mengenai gaya komunikasi sebagai salah satu bagian
penting dalam komunikasi. Meneliti gaya komunikasi yang dilakukan oleh dai
sebagai pelaku utama dalam dunia dakwah.
Dakwah yang mulanya dilakukan di masjid-masjid dan di rumah-rumah
warga, yang biasa dilakukan ketika acara sukuran, wiritan atau pengajian. Kini
dakwah berkembang ke dunia pertelevisian dengan pendengar yang semakin
bertambah. Tidak hanya mereka yang sudah berumur yang menjadi pendengar
setia, berbagai golongan usia kini banyak yang menjadi pendengar ceramah di
televisi. Dakwahtainment sebagai sebuah istilah yang lazim digunakan untuk
memberi identitas pada bentuk dakwah ditelevisi, dimana metode dakwah
dikemas dalam bentuk hiburan yang diselingi dengan acara seperti humor, drama,
nyanyian serta informasi-informasi ringan (Laila, 2013:128).
Sejalan dengan berkembangnya tren dakwah di televisi kini hadir dai-dai
baru dengan berbagai macam variasi gaya. Dai saat ini tidak lagi identik dengan

sepuh (tua), serius dan menegangkan. Para dai populer yang menghiasi layar kaca
menghadirkan gaya khas yang berbeda-beda. Gaya dai dalam berceramah ini tidak
hanya lahir dari tuntutan untuk tampil di televisi saja, namun ada juga yang
memang sudah dari awal gayanya demikian, dimana dengan gaya yang unik itu
menjadi terkenal dimedia sosial sehingga pihak televisi mengontrak dai tersebut
untuk mengisi program-program di televisi tersebut.
1

2

Fenomena dai populer atau dai kondang di Indonesia boleh dikatakan
dipelopori oleh Zainuddin MZ. Ia memiliki gaya yang unik pada jamannya,
dengan suara yang berat dan berirama dalam penyampaian ceramah. Sesekali ia
melontarkan humor-humor ringan tiap berceramah. Dakwahnya lebih berbobot
karena kefasihannya melafaskan nash-nash Islam dan dengan bahasa yang baik
sehingga idenya mudah ditangkap dan dapat menyederhanakan masalah yang
rumit dalam Islam demikian menurut guru besar IAIN Sumut Prof. H Syahrin
Harahap (waspadamedan.com 7 Juli 2011). Setiap ceramahnya selalu dibanjiri
banyak jamaah, begitu juga kaset rekaman ceramahnya banyak dikoleksi
masyarakt. Dai sejuta umat begitulah label yang melekat padanya.

Gaya komunikasi ceramah Zainuddin MZ tidak hanya berkesan ditelinga
jamaah saja. Melainkan juga memberi inspirasi pada dai-dai muda dalam
berceramah. Bahkan ada dai yang meniru persis gaya beliau, mulai dari suara
sampai dengan cara bicaranya. Dalam suatu kontes pemilihan dai berbakat yang
diadakan salah satu televisi swasta, gaya Zainuddin MZ merupakan gaya yang
paling banyak ditiru (http://life.viva.co.id/news/read/251814-gaya-zainuddin-mzpaling-banyak-ditiru).
Abdullah Gymnastiar yang dikenal dengan Aa Gym hadir dengan gaya
santun dan simpatik. Dimana sosok Aa Gym dirasa mampu untuk memenuhi
kebutuhan akan ketentraman, ketenangan dan kesejukan dalam masyarakat
Indonesia pada awal kemunculannya. Aa Gym membawa konsep Manajemen
Qalbu, yaitu konsep tentang indahnya hidup dengan kebeningan hati (Riana,
2003:5). Sosoknya yang sangat terkenal bahkan fenomenal kala itu, karena

.

3

kemampuannya dalam mengemas materi yang disampaikan, media yang
digunakan, metode yang sesuai, retorika dan penampilan yang santun.
Dai kondang dalam dunia pertelevisian tersebut juga membawa label-label

tertentu. Selain dai sejuta umat yang dilabelkan pada sosok Zainuddin MZ, sosok
Aa Gym dikenal dengan ustad selebriti. Kemudian Uje dikenal dengan istilah
ustad gaul, merupakan idola remaja dan menjadi trend setter berpakaian muslim
pria. Dalam ceramahnya beliau selalu membaca ayat-ayat Al Quran dengan
menggunakan nada yang merdu. Selain itu penggunaan kata-katanya juga yang
biasa digunakan kalangan orang muda.
Dai M. Nur Maulana berikutnya, dai yang awal terkenal dimulai dari
media sosial. Beliau dikenal dengan “Jamaah oh jamaah, Alhamdu.....lillah”
ketika menyapa jamaahnya dengan gerakan tanganya yang khas. Ceramah yang
disampaikan dengan bahasa ringan dan humoris namun mampu “menghipnotis”
jamaah untuk meneteskan air mata ketika berdoa merupakan salah satu ciri
khasnya. Namun muncul berbagai reaksi masyarakat atas gaya berceramahnya,
ada yang pro dan ada yang kontra. Ada yang mengkritik, ada yang memberi saran
bahkan ada yang mendukung dengan alasan gaya ustad Maulana ini menciptakan
suasana santai dan tidak monoton (Zulhidayat, 2014: 28-30).
Kembali ke masa lalu, jika berbica mengenai pemikiran dan gerakan
dakwah, Indonesia termasuk dalam salah satu negara yang menjadi pusat
perhatian kegiatan dakwah. Dapat kita lihat dengan munculnya tokoh-tokoh
agama dengan berbagai macam pemikiran dan gerakan dakwahnya. Beberapa
tokoh tersebut diantaranya: Ahmad Dahlan, Hasyim Asy‟ary, Muhammad Natsir,

Buya Hamka dan masih banyak lagi. Mereka tidak hanya berperan sebagai

4

penyampai pesan dakwah (dai) di Indonesia saja, pemikiran-pemikiran mereka
memiliki andil dalam dunia Islam.
Indonesia sebagai negara berpenduduk muslim terbesar di dunia memiliki
banyak sekali organisasi Islam, yang tersebar diseluruh penjuru nusantara. Mulai
dari organisasi-organisasi besar hingga organisasi-organisasi kecil yang tumbuh di
pusat-pusat kota maupun di pedesaan. Wikipedia mencatat sekitar 30 organisasi
Islam di Indonesia, yaitu : Al Bayyinat, Al-Irsyad, Al Washliyah, Badan
Komunikasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia (BKPRMI), Dewan Dakwah
Islamiyah Indonesia (DDII), Dewan Masjid Indonesia (DMI), Forum Umat Islam
(FUI), Front Pembela Islam (FPI), Forum Dakwah Islam Indonesia (FDII), Forum
Komunikasi Aktivis Masjid (FKAM), Harakah Sunniyah Untuk Masyarakat
Islami (Hasmi), Hidayatullah, Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), Ikatan Cendekiawan
Muslim Indonesia (ICMI), Ikatan Dai Indonesia (Ikadi), Lembaga Dakwah
Kemuliaan Islam (LDKI), Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia
(MIUMI), Majelis Az Zikra, Majelis Dakwah Islamiyah, Majelis Ulama Indonesia
(MUI), Majelis Tafsir Al-Quran (MTA), Mathla'ul Anwar, Muhammadiyah,

Nahdlatul Ulama (NU), Nahdlatul Wathan (NW), Pemuda Muslimin Indonesia,
Persatuan Islam (Persis), Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI), Persatuan
Tarbiyah Islamiyah (Perti), Wahdah Islamiyah.
Beragam organisasi tersebut mencerminkan beragam pemikiran dakwah
yang ada di Indonesia. Seorang dai perlu untuk mengetahui beragam persoalan
yang menyangkut beragam pemikiran ini. Selain itu juga, pengetahuan terhadap
perkembangan tingkat kritis dan intelektualitas jamaah yang mendengar juga
menjadi satu perhatian, belum lagi sikap-sikap fanatik terhadap beberapa dai oleh

5

pengikutnya. Perkara-perkara tersebut hendaknya tidak hanya untuk diketahui
melainkan juga sebagai dapat menjadi pertimbangan dalam merencanakan
dakwah oleh para dai.
Dakwah menurut Darmawan (Sukardi, 2014: 140) adalah kegiatan untuk
mengkomunikasikan kebenaran Ilahiah (agama Islam) yang diyakinikan kepada
pihak lain. Dengan kata lain dakwah adalah suatu kegiatan atau ucapan untuk
mempengaruhi manusia mengikuti ajaran Islam. Proses penyampaian ajaran Islam
kepada khalayak dalam bentuk amar ma‟ruf nahi mungkar dan keteladanan yang
baik dalam kehidupan sehari-hari dengan metode yang sesuai dengan kebutuhan

masyarakat agar dapat mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Peran dai sebagai penyampai pesan dakwah ditengah-tengah masyarakat
diharapkan dapat menjadi pemberi solusi atau bahkan sebagai penyampai
kebenaran. Selain dari menyampaikan pesan, dai juga diharapkan mampu
menjadikan dirinya sebagai teladan atau panutan bagi masyarakat. Perilaku dan
tutur kata yang baik dari dai berpotensi untuk ditiru dan dicontoh oleh masyarakat.
Paduan antara pesan yang dikemas dengan baik dan perilaku yang dapat ditiru dan
diteladani oleh masyarakat membuat peran dai sangat strategis untuk melakukan
perubahan, meski pada akhirnya perubahan itu sendiri bergantung pada tekad
pendengar dakwah.
Para dai di Indonesia juga telah memberikan kontribusi yang besar untuk
mempertahankan eksistensi dan pengembangan Islam di negara ini. Selain itu,
posisi dai dalam kehidupan bermasyarakat juga cukup penting. Beberapa dai
dibeberapa tempat di Indonesia juga berperan sebagai tokoh masyarakat. Peran
dai sebagai pemberi pemecahan masalah, pemicu proses, dan pendamping

6

masyarakat. Tidak hanya dibidang sosial melainkan juga bidang ekonomi umat
sekitar. (Nurrochim, 2004; Fahrurrozi, 2010).

Pro dan kontra atas kehadiran para dai ini juga tidak lepas dari tanggapan
dan reaksi dari masyarakat luas. Begitu pula kasus-kasus yang menyangkut
dengan dai erjadi. Sebut saja kasus kekerasan yang dilakukan seorang dai saat
proses ceramah dilakukan, hanya karena masalah yang sebenarnya bisa
diselesaikan dengan cara yang baik. Kekerasan yang dialami oleh petugas sound
system yang dilakukan seorang dai saat mengisi acara ceramah karena ada
gangguan pada pengeras suara. Sejatinya sebagai seorang dai mampu untuk
mengelola sikap dihadapan khalayak tidak menjurus pada arogansi dan
kesombongan..
Beberapa kasus lainya, dai yang dilaporkan pasiennya telah melakukan
pemerasan, kasus dai yang mematok tarif terlalu tinggi pada saat undangan
mengisi ceramah di Hong Kong dan kasus terakhir, dai yang diturunkan dari
panggung saat mengisi acara dalam rangka maulid Nabi Muhammad SAW.
Dalam ceramahnya dai tersebut tampil cukup santun, suara yang lembut tidak
berapi-api. Tampil dengan pakaian serba hijau dengan simbol-simbol agama.
Namun dai tersebut tidak melakukan persiapan terlebih dahulu. Persiapan
terhadap bagaimana kondisi jamaah yang dihadapinya, sehingga aksi protes dari
khalayak pendengar tidak semestinya terjadi.
Seorang dai diharapkan dapat menjadi penerang atau petunjuk jalan yang
benar bagi umat dengan menyampaikan kebenaran serta melakukan tingkah laku

dan berperilaku yang benar sesuai syariat Islam. Para dai hendaklah santun dan
tenang ketika menyampaikan dakwahnya. Tidak meledak-ledak seperti orator

7

dalam kampanye politik, tidak terlalu memberi bunga terhadap kata-kata, tidak
memancing orang tertawa dengan berakting yang dibuat-buat, tidak berteriakteriak layaknya suporter sepakbola, serta tidak membuat gerakan-gerakan seperti
pesilat tengah bertarung. Artinya dalam berdakwah setiap dai harus mengetahui
koridor dakwah.
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dalam arus globalisasi
menghadirkan suatu jaman yang bisa dikatakan tanpa sekat ruang dan waktu. Arus
informasi, teknologi dan ilmu pengetahuan yang semakin maju, sehingga
tantangan dakwah Islam pun semakin komplek. Jalan dakwah akan semakin sulit
dan berliku. Menjadi tantangan bagi para dai untuk berpikir dan bertindak lebih
arif dan bijaksana dalam menyampaikan pesan-pesan agama kepada umat
manusia.
Dai harus mengembangkan potensi yang ada pada dirinya seoptimal
mungkin

agar


ia

mampu

menghadapi

perkembangan

zaman

tersebut.

Penyampaian pesan-pesan agama harus menyesuaikan dengan perubahan atau
perkembangan zaman, materi yang disampaikan harus menarik dan komunikatif
serta menyentuh permasalahan umat dengan memperhatikan kesesuaian materi
dan metode dakwah terhadap objek dakwah sehingga tidak membosankan bagi
pendengar.
Dakwah akan terlaksana dengan sempurna bila didahului dengan
persiapan-persiapan dengan jalan menggali potensi kekuatan dan mempersiapkan

sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk menjaga hasil dakwah. Dakwah tidak
dapat dilaksanakan dengan tanpa perencanaan, sebab yang diseru adalah manusia

8

yang memiliki pikiran dan pendirian, maka dari itu para dai dapat memahami
kondisi calon objek dakwahnya.
Salah satu metode dakwah yang dilakukan dai adalah dakwah secara lisan.
Dimana dakwah secara lisan merupakan metode dakwah yang langsung
bersentuhan dengan jamaah. Dakwah secara lisan ini berbentuk ceramah monolog
dan dialog. Dengan mendengarkan ceramah seseorang bisa saja menjadi lebih
semangat dan memahami isi ceramah, akan tetapi makna atau isi ceramah dengan
berjalannya waktu akan kehilangan esensinya. Ceramah lisan dari seorang dai bisa
saja memikat jutaan pendengar tapi bisa lepas kemudian tanpa membekas dan
tiada menyerap dalam hati.
Gaya-gaya yang ditampilkan oleh para dai merupakan salah satu bentuk
ketrampilan komunikasi yang dimiliki para dai dalam kapasitasnya sebagai
penceramah. Gaya berbicara, gaya bahasa, gaya pesan, atribut-atribut maupun
simbol-simbol keagamaan yang digunakan dalam berdakwah memiliki suatu
makna tersendiri dalam proses komunikasi dakwh ini. Gaya komunikasi dai

ketika ceramah tersebut merupakan salah satu strategi dalam menyampaikan
dakwah. Untuk menyampaikan dakwah ini dai tidak hanya dituntut pada
penguasan materi saja melainkan penguasaan terhadap cara penyampaian materi
dakwah tersebut.
Mengutip perkataan Dauli dalam Noviyanto & Jaswadi (2014: 123) :
“Dakwah ibarat lentera kehidupan, yang memberi cahaya dan menerangi
kehidupan manusia dari nestapa kegelapan. Tatkala manusia dilanda
kegersangan spiritual dengan rapuhnya akhlaq lantaran maraknya
korupsi, kolusi dan manipulasi, dakwah diharapkan mampu memberi
cahaya terang. Maraknya berbagai ketimpangan, kerusuhan, kecurangan
dan sederet tindakan tercela lainya karena disebabkan oleh terkikisnya
nilai–nilai agama dalam diri manusia,tidak berlebihan jika dakwah
merupakan bagian yang cukup penting bagi umat Islam saat”

9

dan beberapa penjelasan diatas menjadikan sebuah dorongan bagi peneliti hingga
merasa perlu untuk dilakukan penelitian mengenai dakwah khususnya mengenai
gaya komunikasi dai dalam proses komunikasi dakwah.

1.2.

Fokus Masalah
Kegiatan dakwah dapat dilakukan dengan berbagai metode dan dengan

berbagai media. Secara umum metode dakwah dikelompokan menjadi metode
lisan atau tulisan dan metode dengan amal perbuatan, sedangkan media yang
digunakan dikelompokan secara umum menjadi dakwah secara langsung dan
dakwah secara tidak langsung. Setiap metode dan media dakwah yang digunakan
memiliki kelemahan dan kelebihan masing-masing. Dalam penelitian ini mengkaji
salah satu metode dan media dakwah, yaitu dakwah yang dilakukan secara lisan
dan yang dilakukan secara langsung dihadapan khalayak. Fokus dakwah secara
lisan dalam penelitian ini adalah dalam bentuk ceramah, secara lebih spesifik lagi
terhadap gaya komunikasi dai dalam berceramah.
Pesan ceramah yang disampaikan dai harus berlandaskan pada dalil Al
Quran dan Hadits, sebab pesan dakwah merupakan ajaran dari nilai-nilai agama
Islam. Dalam pendekatan komunikasi, penelitian dimaksudkan untuk mencari
tahu bagaimana suatu tesks ceramah itu diolah atau dikemas menjadi suatu pesan
komunikasi yang disampaikan agar pesan itu mudah untuk dipahami, baik dalam
hal bahasa maupun cara menyampaikannya.
Adapun pertanyaan yang menjadi fokus masalah dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1.

Bagaimana proses komunikasi yang dilakukan dai ketika berceramah?

10

2.

Bagaimana teknik komunikasi yang dilakukan dai ketika berceramah?

1.3.

Tujuan Penelitian
Berdasarkan fokus masalah yang peneliti paparkan diatas, maka yang

menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah :
1.

Untuk mengetahui proses komunikasi dai ketika menyampaikan ceramah.

2.

Untuk mengetahui teknik komunikasi yang digunakan dai ketika
berceramah.

1.4.

Manfaat Penelitian

1) Aspek Akademis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk pengembangan
wawasan secara ilmiah di bidang Ilmu Komunikasi mengenai gaya komunikasi,
khususnya gaya komunikasi yang dilakukan dai dan berguna sebagai bahan
rujukan bagi penelitian selanjutnya dalam lingkup komunikasi dan dakwah.
2) Aspek Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi serta masukkan
bagi pembaca dalam memahami gaya komunikasi dai atau berguna untuk menjadi
pertimbangan dalam merencanakan suatu ceramah.