Analisis Hermeneutika Gaya Komunikasi Dai Di Kota Medan Chapter III VI

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1.

Metode Penelitian
Penelitian yang peneliti lakukan menggunakan penelitian

kualitatif

dengan pendekatan hermeneutika Gadamer dalam memahami gaya komunikasi
yang dilakukan dai. Menurut Kriyantono (2012: 69) jenis penelitian kualitatif
bertujuan membuat deskripsi secara sistematis, faktual dan aktual tentang faktafakta dan sifat-sifat populasi atau objek tertentu. Penelitian ini merupakan
penelitian mengenai aktivitas ceramah yang dilakukan para dai, dengan penelitian
kualitatif ditujukan untuk mengumpulkan informasi aktual secara rinci mengenai
apa yang disampaikan dan bagaimana cara menyampaikan pesan dakwah,
melukiskan gejala yang ada, mengidentifikasi masalah atau memeriksa kondisi
dan praktek-praktek yang berlaku. Oleh karena itu, penelitian kualitatif
merupakan prosedur yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis
dan lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.
Pendekatan hermeneutika tidak hanya digunakan untuk menganalisis

pesan teks ceramah saja melainkan juga untuk menganalisis tindakan atau
perilaku dai dalam menyampaikan pesan dalam ceramahnya.

Morissan

(2013:194) mengatakan bahwa hermeneutika juga dapat digunakan untuk
menginterpretasi tindakan sosial manusia (social or cultural hermeneutics)
(Morissan, 2013: 194).
Interpretasi terhadap data-data yang ditemukan menggunakan cara kerja
lingkaran hermeneutik. Dimulai dari interpretasi menyeluruh yang bersifat
63

sementara dan kemudian dilanjutkan dengan menafsirkan bagian-bagiannya,
begitu juga sebaliknya. Apabila pemahaman bagian tidak cocok dengan
pemahaman keseluruhan dapat diatasi dengan menuju kembali salah satu
diantaranya atau kedua-duanya, sehingga mencapai integrasi makna total dan
makna bagian yang optimal (Retnowati, 2013: 30-31).
Hermeneutik mencakup tiga faktor didalamnya, yaitu (1) dunia teks
(realita), (2) dunia pemateri (dai), (3) dunia pembaca (mad‟u). Tiga faktor ini
memiliki perhatian yang berbeda akan tetapi saling berkaitan satu dengan yang

lainya (Palmer, 2003:8).

3.2.

Aspek Kajian
Aspek yang menjadi kajian dalam penelitian ini adalah pesan dan cara

penyampaian (gaya komunikasi). Aspek pesan meliputi organisasi pesan atau
sistematika ceramah yang terdiri dari pembukaan, isi dan penutupan ceramah.
Untuk aspek cara penyampaian (gaya komunikasi) meliputi metode ceramah,
dimensi vokal (gaya bahasa dan gaya bicara), humor dan penampilan dai dalam
menyampaikan ceramah.

3.3.

Subjek Penelitian
Penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi dari

hasil penelitian.. Oleh karena itu pada penelitian kualitatif tidak dikenal adanya
populasi dan sampel. Subjek penelitian menurut Suyanto (2005:1717) menjadi

informan yang akan memberikan berbagai informasi yang diperlukan selama
proses penelitian, informan penelitian ini meliputi beberapa macam seperti: (1)
64

65

informan kunci, yaitu mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi
pokok yang diperlukan dalam penelitian; (2) informan utama, yaitu mereka yang
terlibat langsung dalam interaksi sosial yang diteliti; (3) informan tambahan, yaitu
mereka yang dapat memberikan informasi walaupun tidak langsung terlibat dalam
interaksi sosial yang diteliti.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka yang menjadi subjek penelitian ini
adalah para dai, para dai yang ada dan melakukan ceramah di kota Medan. Untuk
subjek pengamatan terhadap ceramah dalam penelitian ini hanya yang dilakukan
oleh orang yang berprofesi sebagai dai terlepas mereka memiliki profesi lainnya
atau tidak. Adapun subjek penelitian ini yang menjadi informan adalah orangorang yang memiliki pengetahuan banyak mengenai dunia dakwah dan memiliki
antusias terhadap apa yang menjadi topik penelitian ini, artinya mereka yang
mampu memberikan informasi yang dibutuhkan serta bersedia meluangkan
waktunya untuk proses wawancara. Untuk memudahkan peneliti dalam mencari
informan yang tepat, maka peneliti mengklasifikasikan karakteristik subjek

penelitian diantaranya :
1.

Dai yang ceramahnya tersebut telah peneliti amati (observasi) sebelumnya
sebagai informan utama.

2.

Koordinator bidang dakwah masjid sebagai informan tambahan.
Subjek penelitian yang dipilih dalam penelitian ini bukan berarti mewakili

seluruh (generalisasi) dai yang ada di Medan. Sehingga hasil penelitian ini bukan
merupakan generalisasi terhadap dai lain yang ada dikota Medan.

66

3.4.

Teknik Pengumpulan Data
Sumber data penelitian adalah materi ceramah dan aktivitas dai dalam


menyampaikan ceramah. Sumber data penelitian kualitatif dapat terdiri dari katakata dan tindakan, sumber tertulis, foto dan data statistik (Meleong, 1997:112114). Sedangkan metode pengumpulan data yang peneliti gunakan dalam
penelitian ini menggunakan beberapa metode, yaitu :
1.

Observasi Partisipan
Observasi partisipan adalah metode pengumpulan data yang digunakan

untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan penginderaan dimana
observer atau peneliti benar-benar terlibat dalam keseharian responden (Bungin,
2007:115). Observasi dilakukan dengan mengikuti ceramah yang dilakukan di
masjid Al Anshor yang selalu peneliti rekam dalam bentuk video dan ada yang
hanya audio saja. Perilaku, dialog, retorika, atribut yang digunakan merupakan
objek yang peneliti amati secara berulang-ulang.
2.

Wawancara
Wawancara adalah cara-cara memperoleh data dengan berhadapan

langsung dan bercakap-cakap (tanya jawab). Data kualitatif berupa kata-kata dan

ungkapan yang umumnya diperoleh melalui wawancara menjadi perangkat yang
penting. Penelitian ini menggunakan teknik wawancara. Data wawancara
melengkapi data yang diperoleh melalui pengamatan. Pedoman wawancara
dengan pertanyaan pokok dan sesuai dengan permasalah penelitian, selanjutnya
pertanyaan-pertanyaan dikembangkan dilapangan sesuai dengan kedalaman yang
diperlukan dan situasi yang ditemukan.
3.

Studi Dokumen

67

Studi dokumen dilakukan untuk memperoleh data tambahan mengenai apa
yang dimaksud dalam penelitian. Studi dokumen yang dimaksud dalam penelitian
ini diperoleh dari data sekunder seperti media massa, arsip-arsip, jurnal, buku,
gambar/ foto, dan sebagainya dengan tujuan utnuk memperoleh referensi yang
dianggap relevan yang berkaitan dengan penelitian tentang gaya komunikasi dai
dalam berceramah.
Untuk memperoleh data tambahan dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan data dokumentasi yang bersumber dari situs www.youtube.com

berupa video ceramah dengan tema yang berbeda dengan ceramah yang peneliti
peroleh secara langsung.

3.5.

Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses penyederhanaan data kedalam bentuk yang

lebih dimengerti. Analisis data merupakan suatu proses, dimana pada dasarnya
proses analisis data sudah mulai dikerjakan sejak pengumpulan data dilakukan
dan dikerjakan secara terus menerus.
Teknik analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis
interaktif Miles dan Haberman. Teknik analisis data ini bertujuan untuk
memudahkan peneliti dalam menganisis data mengenai gaya komunikasi dai yang
ditemukan dilapangan. Menurut Milles dan Huberman (Sugiyono, 2008:21)
dijelaskan bahwa kegiatan analisis terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi
secara bersamaan, yaitu :
1.

Reduksi data


68

Pada tahap ini akan dilakukan proses pemilihan, pengelompokan dan
meringkas data yang terdapat pada objek penelitian. Setelah data diperoleh maka
data tersebut terlebih dahulu dikaji kelayakannya dengan memilih data-data yang
mengandung objek penelitian. Reduksi dilakukan sejak pengumpulan data dimulai
dengan membuat ringkasan, mengkode, menelusur tema, membuat gugus-gugus,
menulis memo dan sebagainya dengan maksud menyisihkan data atau informasi
yang tidak relevan.
2.

Penyajian data
Penyajian data adalah pendeskripsian sekumpulan informasi tersusun yang

memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan
tindakan. Penyajian data kualitatif disajikan dalam bentuk teks naratif.
Penyajiannya juga dapat berbentuk matrik, diagram, tabel dan bagan.
3.


Penarikan kesimpulan
Pada tahap ini akan dilakukan verifikasi dari data yang telah diperoleh

selama penelitian lalu diambil kesimpulan yang bersifat sementara dan akan
mengalami perubahan apabila ditemukan bukti-bukti yang kuat kemudian. Tahap
ini merupakan kegiatan akhir dari analisis data. Penerikan kesimpulan berupa
kegiatan interpretasi, yaitu menemukan makna data yang telah disajikan.
Analisis data kualitatif merupakan upaya berkelanjutan, berulang-ulang
dan terus menerus sampai data jenuh. Silalahi (2009:339) menjelaskan bahwa
reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan adalah sesuatu yang saling
berhubungan yang menrupakan proses siklus dan interaksi pada saat, sebelum,
selama dan sesudah pengumpulan data dalam bentuk sejajar yang membangun
wawasan umum yang disebut analisis.

BAB IV
TEMUAN PENELITIAN

4.1.

Proses Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian mengenai gaya komunikasi yang dilakukan

para dai dalam menjalankan fungsinya sebagai pendakwah. Penelitian ini diawali
dengan melakukan proses observasi (pengamatan) terhadap para dai dalam
ceramah-ceramah yang dilakukan sejak bulan Agustus 2015 sampai dengan bulan
Januari 2016. Ceramah tersebut berupa kajian rutin dan ceramah tematik (tablig
akbar) yang dilakukan sebulan sekali. Setelah memperoleh data dari pengamatan
tersebut kemudian peneliti melakukan wawancara terhadap koordinator bidang
dakwah Masjid Al Anshor dan dai yang berceramah tersebut.
Proses pengamatan terhadap ceramah-ceramah tersebut dilakukan di salah
satu masjid yang berada di jalan Ring Road Medan, yaitu Masjid Al Anshor.
Alasan dilakukan pengamatan di masjid tersebut berdasarkan faktor aksesibilitas.
Aksesibilitas yang peneliti maksudkan adalah kemudahan mendapatkan informasi
dikarenakan pengurus masjid bidang dakwah pada masjid tersebut peneliti sudah
kenal dan terbuka saat peneliti mengutarakan rencana penelitian tentang dai di
masjid tersebut selain dari lokasi yang dekat dengan tempat tinggal. Sehingga
mempermudah untuk memperoleh informan dari kalangan dai.
Selama pengamatan di masjid tersebut peneliti mengikuti beberapa kali
kajian rutin oleh dai yang berbeda tiap minggunya dan dua kali tablig akbar yang
di bawakan oleh dai yang berbeda. Peneliti juga mengamati beberapa dai yang

mengisi kajian rutin tersebut ketika menjadi penceramah pada khutbah Jumat. Hal
69

70

ini dimaksudkan untuk memperoleh data tambahan (perbandingan) mengenai gaya
komunikasi dai tersebut saat mengisi kajian rutin dan khutah Jumat.
Suasana masjid Al Anshor tiap ceramah dihadiri oleh beberapa kalangan.
Mulai dari anak muda hingga orang tua, laki-laki maupun wanita. Didalam masjid
tersebut udaranya cukup sejuk dilengkapi dengan beberapa pendingin ruangan.
Setting ruang saat ceramah, para jamaah duduk dilantai sedangkan para dai ketika
menyampaikan ceramahnya duduk dikursi dan meja. Para dai menyampaikan
ceramah tanpa menggunakan alat bantu multimedia untuk mendukung
ceramahnya.
Hasil dari penelitian ini diperoleh dengan teknik observasi terlebih dahulu,
dilanjutkan dengan wawancara. Jadi peneliti melakukan pengamatan terlebih
dahulu terhadap beberapa ceramah yang kemudian dilanjutkan dengan
wawancara. Setelah dilakukan pengamatan langsung, peneliti tidak memperoleh
ceramah dalam rangka Peringatan Hari Besar Islam di masjid Al Anshor,
kemudian peneliti menelusuri dokumen video dari situs www.Youtube.com untuk
memperoleh ceramah tersebut. Adapun kriteria dokumen video ceramah tersebut
adalah ceramah yang dilakukan di Medan dan dokumen video yang lengkap mulai
dari pembukaan hingga penutupan ceramah.
Proses penelitian dalam mengungkapkan gaya komunikasi yang digunakan
dai tersebut, peneliti terjun langsung ke lapangan. Peneliti berperan sebagai
jamaah yang mendengarkan cermah-ceramah. Selama proses mendengarkan
ceramah peneliti beberapa kali menggunakan buku kecil dan pena sebagai alat
untuk mencatat hal-hal yang peneliti anggap penting. Catatan di lapangan tersebut
peneliti gunakan tergantung pada instrumen penelitian yang peneliti gunakan, ada

71

kalanya peneliti hanya merekam audio saja dan ada kalanya peneliti merekam
audio visual terhadap ceramah yang dilakukan di masjid Al Anshor Ring Road
Medan ini.
Selama proses pengumpulan data (observasi) peneliti juga melakukan
pencarian dari dokumen-dokumen yang terdiri dari surat kabar cetak maupun
online serta artikel, jurnal atau hasil penelitian yang mengulas dai, dakwah atau
hal-hal yang ada kaitannya dengan penelitian ini sebagai data penunjang. Proses
pendokumentasian (penulisan data amatan) sebagai fieldnote (catatan lapangan)
agar data tidak hilang karena lupa atau tercecer; pendokumentasian data hasil
wawncara, pendokumentasian hasil bacaan dari internet, koran dan lain-lain
termasuk youtube.
Setelah terdokumentasi dilakukan penggolong-golongan data sebagai
bagian dari proses analisis: menghubung-hubungkan data yang satu dengan data
yang lain untuk mendapatkan penjelasan atas masalah yang diajukan dalam
penelitain ini.
4.2.

Temuan Penelitian
Temuan penelitian ini peneliti peroleh dari pengamatan terhadap aktifitas

ceramah ustad yang ada di kota Medan. Aktifitas ceramah ini terdiri dari tiga
jenis, pertama kajian rutin tiap minggu di masjid Al Anshor Ring Road Medan,
kedua tabligh akbar yang dilakukan di masjid Al Anshor Ring Road Medan,
ketiga ceramah agama dalam rangka memperingati Isra Mi‟raj dan menyambut

datangnya bulan Ramadhan 1436 H / 2015 Masehi. Penyajian data, peneliti
sajikan menurut tiap dai yang diamati dengan aspek yang diamati adalah dari segi
pesan dan cara penyampaian ceramah.

72

4.2.1. Gaya Komunikasi Dai 1 : Muhammad Yunus Rangkuti
Ustad Yunus merupakan salah satu dai yang mengisi kajian rutin di masjid
Al Anshor setiap malam Sabtu dan Minggu pagi pekan ketiga tiap bulannya.
Selain berceramah ia juga mengajar bahasa Arab secara privat. Mengajar bahasa
Arab (kaidah-kaidah bahasa Arab) di masjid Al Anshor dilakukan setiap hari
Sabtu sore sekitar pukul 17.00 sampai dengan tiba waktu Maghrib. Ustad Yunus
memiliki latarbelakang pendidikan jurusan Bahasa Arab fakultas Tarbiyah
Institut Agama Islam Negeri Banda Aceh lulus 2001. Pada awalnya peneliti
mengira ia berasal dari Sunda, karena dari intonasi berbicaranya saat proses
wawancara mengingatkan peneliti kepada gaya berbicara orang Sunda. Namun
setelah peneliti tanya kepadanya ternyata ia berasal dari Mandailing. Saat ini
bertempat tinggal di Medan Johor, didekat Asrama Haji. Cara berbicaranya
lembut dengan kontak mata selalu menunduk dan hanya sekali-sekali melakukan
kontak langsung.
Mulai berceramah secara pasti ia tidak ingat persis kapan. Ia

hanya

menjawab baru-baru ini saja sebagaimana dalam wawancara beliau katakan
“kalau persisnya kapan kita diminta ngisi gak inget mas, kalau pengertian mas
berdakwah itu dalam konteks ceramah baru-baru ini peneliti ceramah”. Menjadi

seorang dai tidak terbayang dan tidak ada cita-cita sebelumnya bagi ustad Yunus.
Mungkin dimulai dari suka mengajar dan suka membaca buku-buku Arab
demikian kata ustad. Motivasi ustad menjadi seorang penceramah dalam
wawancara sebagai berikut:
“Ya mudah-mudahan Allah ikhlaskan, saya suka membaca, saya suka
bahasa Arab, saya suka baca buku-buku Arab, otomatis kalau kita diminta
ceramah kan harus banyak persiapan, kita harus banyak baca, dengan
banyak baca yang dulunya mungkin kita gak tahu gara-gara diminta

73

ceramah misalnya ya kan bahasan nya masalah ini jadi tambah lah ilmu
kita, disitulah kenikmatannya lah.”

Dalam menjalankan aktivitas ceramahnya ia terlebih dahulu memiliki persiapan
baik dari segi isi materi maupun menjaga stamina tubuh. Persiapan tersebut
diantaranya dengan banyak membaca buku-buku, berbagi dengan rekan-rekan,
juga berbagi kepada orang-orang yang mengajari kita mengenai pengalaman
mereka yang mungkin lebih banyak lagi. Sedangkan untuk menjaga stamina tubuh
ia mengatakan mengikuti bagaimana pola nabi, dengan mengutip perkataan nabi
“badan kamu itu punya hak dari kamu ”, hak istirahat dicontohkannya, dengan
tidak begadang walau untuk menyiapkan materi ceramah. Selain memberi
ceramah di masjid-masjid ia juga “ngisi” untuk kelompok pengajian namun
frekuensinya jarang dan biasanya dalam suatu acara keluarga. Materi yang
disampaikan lebih ia utamakan masalah akidah sebagai masalah yang prinsipil
walau tidak menutup kemungkinan untuk membahas masalah di luar akidah.
“ Kalau kronologisnya, kita diminta isi, biasanya itu tadi karena dasarnya
akidah yang mau kita bahas, kadang ada yang mengajukan bahas
masalah ini misalnya, kalau bisa kita sarankan dialihkan ke masalah
yang lebih prinsipil masalah akidah tadi, biasanya mereka bersedia.
Kadang-kadang kalau yang aksidentil ya, kita kan jadwalnya ada yang
terjadwal ada yang aksidentil. Aksidentil ini kadang-kadang minta tata
cara shalat nabi gitu misalnya. Kalau disini (masjid Al Anshor) kita
dikasi kepercayaan untuk isi dua kali sebulan, nah jadi jadwalnya terus
setiap malam sabtu pekan kedua dan minggu pagi pekan kedua, nah itu
materi yang disampaikan itu berseri artinya berlanjut, tapi kalau yang
umpanyanya dipanggil diminta ngisi bukan dalam kajian rutin itu kadang
disesuaikan juga, kadang panitai minta masalah ini kalau itu kita anggap
urgen sekali yang kita turuti, kadang kita usulkan untuk masalah yang
prinsipil dulu.”
Sasaran dakwah (ceramah) atau jamaah terdiri dari berbagai golongan.
Baik itu dari usia, pekerjaan, kelompok dan banyak lagi. Berbagai macam
golongan jamaah ini memiliki berbagai macam tuntutan yang berbeda-beda untuk

74

disikapi oleh seorang ustad. Dalam setiap akan berceramah pada suatu tempat
yang baru untuk pertama kali ustad Yunus tidak melakukan suatu “survey”
terhadap calon jamaah. Sebagaimana yang dikatakan dalam wawancara:
“Kalau peneliti lebih sering apabila diminta untuk ngisi kita ikut apa yang
dicontohkan Rasul gitu, dalam artian Rasul memulai dakwahnya dari
masalah akidah, jadi mau kita katakan masyarakatnya tipenya begini
tipenya begitu kondisinya begini dan semacamnya kita tidak timbang lagi,
karena akidah masalah prinsipil. Setiap saat harus disampaikan
dibutuhkan oleh umatkan karena dia inti dari semua ibadah. jadi tidak
ada semacam survey lah ya pertimbangan masyarakat begini begini
begini , hanya saja mungkin yang perlu kita sesuaikan disitu gaya
bahasalah, cara penyampaian, kalau untuk yang orang umum
kebanyakan mungkin bahasa penyampaian kita harus pelan-plean
disesuaikan dengan tingkat kemapuan mereka kan beda orang awan
dengan mahasiswa, mungkin itulah, tapi untuk materi kalau saya tidak
ada pertimbangan jadi kalau mahasiswa materinya harus
yang
kepemudaan, kalau orang awan materinya harus berkaitan dengan
akhirat saja.”
Cara ataupun teknik dalam berceramah menurut pendapat Ustad Yunus tidak ada
ketentuan khusus dalam syariat, namun dalam berceramah dituntut penguasaan
terhadap materi itu sendiri. Perlu didasari dengan ilmu tentang agama dalam
mengajak orang untuk mengikuti jalan yang dibenarkan dalam agama.
Pendapatnya mengenai dakwah adalah mengajak manusia kembali kepada Allah
SWT dan Rasul SAW. Sehubungan dengan penjelasan mengenai dakwah tersebut
bahwasannya dakwah itu adalah mengajak manusia kepada kembali kepada Allah
dan Rasul maka peneliti menanyakan apakah diperlukan penguasaan teknik
berbicara atau retorika, demikian pandangan ustad:
“Sebetulnya dakwah itu memang memerlukan beberapa perkara yang
itukan intinya termasuk dalam amal makruf nahi mungkar, amal makruf
nahi mungkar itu termasuk ibadah, dakwah juga ibadah, ibadah itu sudah
ada ketentuannya dari Allah SWT dan Rasul SAW. Sejauh yang kita
ketahui berkaitan dengan ceramah, kita tidak dapati dalil atau keterangan
yang katakanlah menyebutkan seorang ustad atau penceramah itu seorang
orator itu karena dakwah itu harus dilandasi dengan ilmu, ilmunya itu

75
benar sesuai dengan Al Qur‟an dan Sunah dengan pemahaman para
sahabat insya Allah itu sudah mencukupi, walaupun cara bicaranya tidak
seperti orator yang menggebu-gebu, yang dibutuhkan umat itu kan isi
bukan seseorang itu bicaranya bagus merangkai kata-kata intonasinya
meledak-ledak gitu.
Ia mengatakan teknik agar menarik perhatian dalam menyampaikan ceramah tidak
penting. Sebagai seorang penceramah harus siap untuk tidak diundang lagi untuk
mengisi ceramah:
“Kalau berguru supaya ketika dia nanti berceramah lebih berhati-hati
mungkin dalam hal ini saya setuju, misalnya sebelum kita diminta
ceramah kita datangi orang yang lebih berilmu dari kita, kita tanyakan
pada beliau ustad kira-kira untuk orang yang begini-begini misalnya
orang perbankan, orang mahasiswa, yang sekarang kondisinya lagi
begini-begini apa materi yang cocok saya sampaikan? Kemudian apa
yang perlu saya jaga supaya tidak saya sampaikan? Dan apa tinjauan
ustad tentang masalah sekarang yang begini-begini. Itukan bekal supaya
ketika kita tampil berceramah menyampaikan kajian supaya lebih berhatihati, kalau seperti itu saya setuju. Tapi kalau yang sifatnya fisik pakaian
apa yang cocok, penampilan yang bagaimana yang cocok, intonasi seperti
bagaimana bagusnya, supaya mata audien itu gak kemana-mana itu gak
penting menurut saya. Kalau bahasa blak-blakannya ya seorang dai itu
harus siap-siap sekali dipanggil besok-besoknya gak dipanggil lagi, kita
harus siap dengan itu. Karena namanya juga orang awan belum tau
betapa pentingnya masalah yang disampaikan ini, dan itu sering dihadapi
oleh para penceramah.”
Ustad Yunus dalam setiap akan berceramah selalu mempersiapkan materi
terlebih dahulu, namun ia tidak mempertimbangkan bagaimana agar jamaah
tertarik

dengan

isi

ceramahnya

atau

bagaimana

mempengaruhi

para

pendengarnya, sebagaimana dalam kutipan wawancara dengannya:
” Yang kita ketahui tidak ada pertimbangan masyarakat nanti bakal terima
atau tidak, masyarakat nanti bakal senang atau tidak, karena contoh kita
kan nabi. Nabi itu yang didakwahkannya tauhid, akidah yang pertamatama itu, padahal bukan tidak banyak waktu masa nabi itu kasus
pencurian, kasus korupsi, kasus asusila, perzinaan dan lain-lain
sebagainya.. Tapi yang diperintahkan kepada nabi memang yang paling
mendasarkan, akarnya masalah akidah. Orang Arab itu yang selama ini
sudah salahlah akidahnya menyembah berhala, ketika diajak untuk
mentauhidkan Allah kan tidak suka. Kalau pertimbanganya suka tidak

76

sukanya jamaah tentunya nabi lebih tahu lagikan, kan begitu kan. Ini
orang Arab sudah ratusan tahun dia menyembah berhala jadi kalau kita
mentauhidkan Allah mereka tidak suka pula, ya sudahlah biarlah mereka
lakukan yang mereka suka dulu, tidak dilakukan begitukan oleh nabi. Jadi
saya berusaha untuk mencontohi itu dan bisa dibilang dalam tanda kutip
ya “cuek” aja tidak perduli orang mau terima atau tidak, tapi kan harus
dibedakan ketika menyampaikan tidaklah dengan bahasa-bahasa yang
tidak mengenakan hati gitu, membentak-bentak atau memvonis-vonis
secara blak-blakan ini harus kita jaga.”

Pendapat ustad mengenai suksesnya suatu ceramah oleh seorang Ustad tidak
terletak pada banyak tidaknya jumlah jamaah yang mendengarkan melainkan
sudah

tersampaikannya

pesan

dakwah

tersebut.

Ia

jelaskan

dengan

menganalogikan bahwa ada nabi-nabi dahulu yang tidak punya pengikut, sehingga
tidak dapat dijadikan ukuran keberhasilan satu dakwah itu berdasarkan banyaknya
jamaah yang mengikuti ceramahnya.
Tantangan yang dihadapi ketika menjalankan tugas sebagai seorang
penceramah didalam perkembangan jaman saat ini semakin berat. Salah satunya
adalah merubah kebiasaan yang dilakukan sebagian kelompok masyarakat yang
dianggap sebagai ibadah namun tidak sesuai dengan syariat. Dalam menghadapi
tantangan tersebut ia lebih kepada menghaluskan kata-kata yang digunakan
dengan makna yang sama, misalnya kata bid‟ah diganti dengan menyalahi
petunjuk nabi.
Ceramah kajian rutin yang dibawakan Ustad Yunus dimana telah peneliti
amati membawakan tema ceramah “Perintah dan Larangan Tasyabbuh (meniru
atau menyerupai)”. Selama ceramah ia tidak menyertai humor walau hanya untuk
sekedar saja, sehingga terkesan sedikit tegang dan kaku. Mengingat ada ceramahceramah yang dibawakan kental dengan nuansa humor, peneliti tertarik untuk
menanyakan kepadanya sebagai seorang penceramah. Adapun pandangan beliau

77

mengenai penggunaan humor atau lawakan dalam ceramah adalah sebagai
berikut:
“Nabi juga didalam riwayat-riwayat disebutkan beliau juga suka bercanda
tetapi candaan beliau itu bener gak bohong nah gitu ya. Kalau ditanya
dalam kajian itu supaya suasana tidak terlalu tegang, mencengkam,
mungkin ya bahasa-bahasa yang menyegarkan sajalah, kalau humor nanti
identiknya dengan ketawa-ketawa gitu, gak bener juga kalau banyak
ketawa dalam majelis ilmu begitu.”
Ustad menggunakan pakaian gamis berwarna hijau, pakaian gamis ini dalam
beberapa kali pertemuan selalu digunakan hanya paduan warna yang
membedakan. Beberapa kali pertemuan itu diantaranya saat ia mengisi khutbah
Jumat, saat mengajar privat bahasa Arab dan pada saat wawancara dengan
peneliti.

Pakaian

yang

digunakan

menurutnya

bukan

suatu

keharusan

menggunakan gamis atau jubah, namun yang terpenting menurut ustad adalah
pakaian itu dalam koridor agama tidak boleh ketat, tidak boleh transparan, sopan
dan menutup aurat.
Ceramah ini dilakukan di masjid Al Anshor Medan. Dalam menyampaikan
ceramah ini ia menggunakan labtop dengan posisi duduk dikursi dan meja yang
disediakan panitia. Ceramah ini dilakukan dengan dua sesi, pada sesi pertama
dilakukan dengan monolog kemudian pada sesi kedua dilanjutkan dengan sesi
tanya jawab. Pada ceramah ini Ustad membukanya dengan sebuah pengantar
mengenai materi yang akan dibawakan secara deduktif dan panjang lebar.
“Sebagaimana yang kita ketahuai bersama bahwasanya Allah SWT telah
menyempurnakan agama ini. Firman Allah SWT yang artinya pada hari
ini telah KU sempurnakan untukmu agamamu, dan telah KU cukupkan
nikmat KU atasmu dan AKU telah ridho Islam sebagai agamamu.
Diantara perkara yang telah Allah sempurnakan didalam agama ini yaitu
yang berkaitan dengan perintah dan larangan. Semua hal-hal yang
berkaitan dengan perintah dan larangan telah Allah SWT sebutkan dan
telah dijelaskan oleh Rasulullah SAW. Satu hal yang harus kita ingat,

78

Allah SWT memiliki salah satu namanya adalah Hakim, yang artinya
Maha Bijaksana. Segala ketetapan Allah SWT baik perintah maupun
larangan pasti ada hikmahnya, dibalik perintah itu ada manfaat dan
dibalik larangan itu ada kerusakan, baik kerusakan lahiriah maupun
kerusakan yang lebih parah yaitu kerusakan hati atau batin. Salah satu
aturan ataupun ketetapan yang sudah dijelaskan oleh Allah dan Rasul
bagi seorang muslim adalah masalah pergaulan atau berkaitan dengan
aspek sosial. Perkaran kehidupan muamalah atau sosial ini ada yang
dihalalkan ada yang diharamkan. Salah satu bencana yang telah begitu
menguasai kaum muslimin adalah bencana tasyabbuh yaitu bencana
meniru.”

Materi yang disampaikan ustad Yunus ini mengenai hukum tasyabbuh
atau hukum meniru. Materi ini cukup panjang sehingga diperlukan dua kali
ceramah untuk menuntaskannya. Adapun ceramah ustad Yunus yang peneliti ikuti
adalah ceramah pada bagian pertama. Ceramah pertama berisi mengenai larangan
dan bahaya dari meniru.
Isi ceramahnya merujuk pada ceramah yang dituangkan dalam tulisan
yang disampaikan oleh Dr. Syeikh Al Nasar. Dimana syeikh Al Nasar ini
merupakan pengajar di Arab Saudi mengenai masalah akidah yang memiliki
spesialisasi tentang kelompok-kelompok. Ceramah yang dituangkan dalam tulisan
tersebut berjudul neraca, timbangan atau pedoman untuk mengetahui bagaimana
seseorang itu telah dianggap sebagai orang yang telah tasyabbuh dengan orangorang kufar (judul asli dalam bahasa Arab).
Ustad menyatakan bahwasannya perkara ini merupakan perkara yang
penting yang tidak boleh diabaikan dengan menggunakan analogi jika para ulama
saja tidak mengabaikan maka kita sebagai orang awam untuk lebih
memperhatikannya, “ini masalah penting yang tidak diabaikan oleh para ulama,
jika

mereka

tidak

memperhatikannya”.

mengabaikan

terlebih

kita

patut

untuk

lebih

79

Penyampaian pesan ceramah secara deduktif dan sistematis poin per
poinnya, namun untuk menjelaskan per poinnya tersebut tidak diringkas secara
padat dan cenderung melebar, dimulai dengan poin definisi masalah. Definisi
mengenai apa yang dimaksud dengan tasyabbuh atau meniru yang dilarang dalam
Al Qur‟an dan Sunnah secara detail. Seperti dalam kutipan berikut ini yang
dikutip dari ceramahnya:
“...pengertian tasyabbuh secara syar‟i yang ada larangannya dalam Al Quran
maupun Sunnah yaitu meniru, menyerupai, menyamai orang-orang kafir
dengan berbagai macam keadaan mereka. Pertama meniru mereka dalam
masalah akidah, Insya Allah nanti akan dibahas apa saja contohnya. Yang
kedua meniru dalam masalah ibadah, yang ketiga meniru dalam masalah
kebiasaan, yang keempat meniru perilaku, pergaulan yang merupakan
kekhususan atau ciri khas orang-orang kafir. Termasuk tasyabbuh yang
dilarang dalam Al Quran dan Sunnah adalah tasyabbuh dengan orang-orang
yang tidak baik meskipun mereka ini termasuk kaum muslimin, contohnya
adalah orang-orang fasik orang-orang yang terus menerus melakukan
perbuatan keji, perkara-perkara yang dilarang syaiah. Juga termasuk
tasyabbuh terhadap orang-orang bodoh, termasuk juga tasyabbuh terhadap
orang-orang yang dianggap badui, yang agama mereka itu belum dianggap
sempurna sebagaimana yang akan dijelaskan lebih lanjut. Jadi dalam definisi
ini syeikh menyebutkan beberapa unsur yang termasuk dalam tasyabbuh yang
dilarang terhadap orang-orang kafir, yang pertama masalah akidah, kedua
masalah ibadah, ketiga masalah kebiasaan, keempat masalah perilaku yang
merupakan kekhususan mereka termasuk tasyabbuhnya yang dilarang bukan
hanya kepada orang-orang kafir tapi tasyabbuh atau meniru orang-orang
yang bodoh meskipun yang ditiru itu orang muslim, misalnya or ang-orang
fasik, demikian secara global dapat kami katakan, selama tidak termasuk
kekhususan orang-orang kafir, selama tidak termasuk ciri khas orang kafir
tidak termasuk kebiasaan mereka tidak termasuk dalam ibadah-ibadah
mereka dan selama tidak bertentangan dengan dalil atau kaidah-kaidah
syar‟i dan tidak menimbulkan kerusakan maka itu tidak termasuk tasyabbuh.
Sekali lagi kita sebutkan secara umum dapat dikatakan menurut beliau tidak
termasuk tasyabbuh kalau perkara itu bukan kekhususan orang kafir, bukan
kebiasan orang kafir, bukan termasuk ibadah orang kafir, bukan perkara
yang menyelisihi agama dan tidak menimbulkan kerusakan itu tidak termasuk
dalam makna tasyabbuh kata beliau wallahu a‟lam bish-shawab.”
Kemudian untuk menjelaskan alasan dilarangnya tasyabbuh ini terlebih dahulu
menjelaskan bahwa perintah dan larangan dalam Islam ada dua, yaitu perintah dan
larangan yang alasannya disebutkan dan kedua perintah dan larangan yang

80

alasannya tidak disebutkan, dimana kita diperintahkan untuk patuh dan
menerimanya, seperti perintah shalat. Bahwasannya larangan untuk meniru orang
kafir ini alasanya jelas disebutkan.
Alasannya dilarang untuk meniru ini terdiri dari empat alasan, Ustad
mamaparkannya dengan contoh-contoh. Untuk alasan pertama dapat dilihat pada
kutipan ceramahnya sebagai berikut:
“Kata beliau diantara sebabnya tasyabbuh kepada orang kafir itu dilarang,
amal tingkah laku perbuatan orang-orang kafir itu landasannya adalah
kesesatan dan kerusakan, kenapa demikian. Coba lihat firman Allah SWT
dalam surat Al Fatihah yang terakhir , kita memohon kepada Allah SWT
agar diberikan jalan yang lurus, jalan siapa itu? Jalan orang-orang yang
bukan jalan orang-orang yang dimurkai, siapa ini? orang-orang Yahudi
dan bukan juga jalan orang yang sesat, siapa ini? kaum Nasrani. Nah
yang jadi kerusakan atau kesesatan mereka apa? mereka berani
mengobrak-abrik, mereka berani mengutak-atik kitab suci mereka, kaum
Yahudi dan Nasrani itu berani mengutak-atik kitab suci mereka Taurat
dan Injil. Kalau kitab suci saja sudah berani mereka utak-atik apalagi
yang menjadi landasan amal mereka? Sudah tidak murni lagi, sudah tidak
bersih lagi kitab suci mereka buat lantas apa landasan mereka untuk
beramal kalau bukan kerusakan wallahu a‟alam bish-shawab. Alasan
utama kata beliau perbuatan tingkah laku orang kafir itu dasarnya
adalah kerusakan dan kesesatan , ini landasan amal perbuatan orangorang kafir. Baik kerusakannya itu nampak maupun kerusakannya itu
tersembunyi , semua amal orang kafir landasanya itu kesesatan,
penyimpangan, kerusakan dalam seluruh masalah mereka, masalah
akidah mereka, masalah kebiasaan mereka, masalah ibadah mereka,
masalah hari-hari besar mereka dan juga dalam masalah perilaku mereka
kalaupun diantara mereka itu ada didapati perkara-perkara yang baik
sedikit saja maka orang yang mengamalkanya itu tidak mendapatkan
pahala sama sekali, ini satu perkara ini satu sebab dan sebab ini kita bisa
mengambil kesimpulan: kalaulah amal orang-orang kafir itu landasannya
adalah berdasarkan kesesatan dan kerusakan maka kaum muslimin
muslimat yang meniru orang-orang kafir akan jatuh pada perbuatan ini
amal mereka nanti akan sesat, amal mereka akan rusak dan lain
sebagainya.”
Untuk alasan yang kedua adalah menimbulkan sikap yang sama dengan sikap
yang ditiru dimana ia memberikan contoh, kutipan Hadits Nabi serta bahayanya
yang dapat menyebabkan jatuh kepada kekafiran, sebagai berikut dalam

81

ceramahnya :
“Yang kedua kata beliau , biasanya dan paling banyak terjadi meniru itu
akan menimbulkan perlakuan yang sama, bersikap yang sama diantara
yang meniru dan ditiru jadi sama sikapnya, jadi orang yang mengikut
biasanya perbuatannya diikut, ucapannya diikut lihatlah pada orangorang yang tasyabbuh pada orang-orang kufar. Benar kata nabi SAW
sungguh kalian akan mengikuti jalan-jalan, kebiasaan-kebiasaan orangorang sebelum kalian sedepah demi sedepah sehasta demi sehasta, ini
maksudnya adalah awalnya sedikit-sedikit sejengkal demi sejengkal setepa
demi setepa sehasta demi sehasta, awalnya sedikit dianggap remeh tidak
masalah seperti yang kebanyakan sekarang terjadi apalah itu hanya
ucapan hanya begini-begini dan seterusnya, masalah ucapan contohnya
sedikit demi sedikit digrogoti ikut ikut ikut sampai kalau yang diikuti itu
mau masuk kelubang dho, dho itu kadal gurun bukan biawak, kalian
pasti ikut maksa masuk, maksudnya apa saking susahnya itu dilakukan
karena sudah begitu terpengaruh, sudah begitu lengket hatinya untuk ikut
yang susah itu pun dikerjakan, buang waktu, buang tenaga, buang uang.
Contoh tahun baru kemarin, habis uang beli dar der dor itu mengundang
sumpah serapah masyarakat, dia dimeriahkan dengan sumpah serapah
masyarakat, dia tidak tahu mungkin diantara masyarakat ada yang
mendoakan dengan doa-doa yang buruk, nah sampai tidak punya uang
pun berhutang untuk beli itu karena toleransi, karena pergaulan dan
sebagainya, buang tenaga semalam suntuk gak tidur, mau shalat subuh
baru tidur. Betul kata nabi SAW sampai yang susah-susah pun buang
tenaga , buang uang ikut wallahu a‟lam bish-shawab. Meniru orang lain
biasanya itu terpengaruh dan ikut ucapan dan perbuatan orang yang
diikutinya, anak-anak muda sekarang coba pakaiannya yang diatas
dikancing satu bawahnya buka dan sebaginya, model rambut kosak
modelnya sekarang, rambut kosak sebagian dicukur sebagian tidak, disini
dibikin ukiran apa. Itu tasyabbuh mana ada dijaman Rasulullah SAW para
sahabat orang-orang yang baik ini rambutnya diutak-atik, gak ada, kalau
dipangkas pangkas semua jangan ditinggal sebelah kita gak tahu
bagaimana model rambut nanti. Maka para ulama tidak tinggal diam,
gawat ini. Meniru secara zohir nanti sebagaimana disebutkan itu
imbasnya akan ke batin. Awalnya secara zohir dia, contoh anak kecil;
pakaikan dia pakaian biasa trus pakaikan pakaian polisi atau dokter lain
rasanya, ada dalam perasaannya yang lain dengan pakaian yang pakaian
biasa yang dia pakai. Mungkin sikapnya akan lebih gagah kalau pakai
pakaian tentara atau polisi itu contoh anak kecil saja begitu apalagi
orang-orang lainnya wallahu a‟lam bish-shawab.
jadi kata beliau
alasannya landasannya orang-orang kafir itu kesesatan dan
penyimpangan, yang kedua tasyabbuh itu biasanya menyebabkan
persamaan antara yang ikut dan yang diikuti baik ucapan maupun
perbuatan, kaum muslim gak boleh latah mereka harus punya pendirian
inilah ciri ahlul sunnah wal jamaah akan muncul dalam umatku satu
golongan yang tegak diatas kebenaran gak peduli orang lain mau
membenci mereka, kaum muslimin itu harus punya sikap bukan membeo

82

maka betul apa kata nabi SAW dalam hadist tadi, kalau kamu lihat orangorang sebelum kamu itu masuk kedalam lubah dhot kamu paksa masuk
juga, kemudian sambungan hadits tadi yang terputus, kemudian nabi SAW
ditanya apakah itu orang-orang romawi dan persia ya Rasulullah? kata
nabi SAW kalau bukan mereka sapa lagi, didalam riwayat yang lain
ahlul kitab.”

Alasan yang ketiga adalah dapat menimbulkan sikap meremehkan petunjuk
Rasulullah SAW sedangkan alasan keempat adalah melahirkan sikap suka, sayang
dan loyal yang berlebihan serta disertakan contoh yang biasa terjadi dalam
kehidupan sehari. Kutipan ceramah beliau sebagai berikut :
“Yang ketiga, tasyyabuh dengan orang-orang kafir biasanya, umumnya
menyebabkan orang Islam itu meremehkan Sunnah, merememehkan
petunjuk Rasulullah SAW, minder jadi anggap remeh, jadi terasa asing,
betul kata nabi SAW Islam itu diawal munculnya dianggap aneh dan
akan dianggap aneh nanti sebagaimana awal kemunculannya. Lihatlah
kalau anak muda sekarang umpamanya pakaiannya tidak ketat-ketat
dicibir, sampai anak kecil. Ada seorang teman kita, punya anak laki-laki
celananya besar gak ketat, kawannya rata-rata celananya ketat dibilang
kepada anaknya tadi celanamu kok besar kali padahal Sunnah Rasulullah
SAW itu pakaian itu tidak boleh ketat itu salah satunya, asing. Lihatlah
pemuda-pemudi misalnya tidak ngumpul-ngumpul, tidak campur baur
ketawa-ketawa, becanda-becanda yang lain tidak berbuat seperti, yang
berbuat seperti itu dibilang ketinggalan jaman padahal itu mengamalkan
Sunnah Rasulullah SAW mengamalkan syariat. Jadi orang yang meniru
orang kufar bisa-bisa jatuh pada meremehkan syariat Islam.
Yang keempat kata beliau, meniru melahirkan sikap suka, sayang dan
loyal. Ini fakta, misalnya ketiaka ada seorang muslim menasihati
saudaranya tentang orang yang dia tiru, contohnya dia meniru para artis
dalam kehidupannya glamor, shalatnya entah gimana, makan minumnya
kadang-kadang tidak bisa membedakan mana halal mana haram dikasi
tahu seperti itu kepada fansnya apa dia bilang, dibaiat, kenapa? karena
sudah sampai pada tahapan meniru itu. Sebagaimana halnya ketika
seorang muslim meniru orang-orang shaleh, meniru ulama, meniru orangorang bertakwa, meniru orang-orang yang baik ibadahnya ketika orangorang yang ditiru ini dicela, dihina, direndahkan bagaimana
perasaannya? tidak terima, dia akan bela itu, maka disinilah kalau yang
ditirunya orang-orang saleh kemudian orang-orang saleh ini dicela,
dicerca dan sebagainya ini akan dibela oleh orang yang menirunya,
begitu juga kalau yang ditirunya orang-orang kafir, orang-orang fasik
yang menirunya akan membelanya kalau dicela, ini fakta tidak bisa
dibantah wallahu a‟lam bish-shawab.”

83

Pada pokok pembahasan berikutnya, Ustad memaparkan mengenai kaidahkaidah yang dapat digunakan sebagai timbangan tentang tasyabbuh (meniru).
Ustad juga menekankan pentingnya untuk mempelajari metode beragama agar
kita tidak jatuh pada sikap yang berlebihan atau meremehkan. Ustad
menjelaskannya dengan detail dengan menyertai hadits-hadits Nabi serta
penafsirannya :
“Yang pertama kata beliau berkaitan dengan kaidah-kaidah yang dengan
kaidah ini kita bisa mengukur ini termasuk tasyabbuh kepada orang-orang
kafir atau bukan, kaidah yang pertama
Rasulullah SAW telah
mengabarkan dengan pengabaran yang benar karena beliau berbicara
tidak berdasarkan hawa nafsu beliau berbicara berdasarkan wahyu dia
tidak berbicara menurut keinginannya menurut hawa nafsunya tetapi
berdasarkan wahyu dan ini termasuk tanda-tanda kenabian, Nabi SAW
ketika masih hidup mengabarkan yang akan terjadi dan itu terjadi, Nabi
SAW ketika masih hidup membawa berita dan itu pasti benar dan kita
dituntut untuk membenarkan itu karena konsekuensi dari syahadat, beliau
mengabarkan umat ini pasti bukan seluruhnya, sebagian besar mereka
ada yang mengikuti kebiasaan umat-umat sebelum mereka hadits yang
menyebutkan bahwa umat ini akan mengikuti kebiasaan umat-umat
sebelumnya haditsnya shahih bukan hadits yang lemah bukan hadits yang
palsu, haditsnya banyak disebutkan dalam kitab-kitab shahih. Nabi SAW
bersabda kalian pasti benar-benar akan mengikuti kebiasaan umat-umat
sebelum kalian sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta awalnya
ringan lama-lama jadi besar, dari mulai dari perkara-perkara yang
dianggap remeh sampai dengan menyangkut masalah akidah, sampai
menyangkut masalah yang fatal dan hadits-hadits lainnya yang
menegaskan bahwasannya kelompok-kelompok dari umat ini akan terjatuh
dalam sikap mengikuti orang-orang kafir, kecuali satu siapa mereka ?
kelompok atau umat yang mengikuti petunjuk nabi dan para sahabat
beliau, jadi hadits nabi SAW yang menyebutkan bahwa kaum Yahudi
terpecah belah menjadi tujuh puluh dua golongan, umatku akan terpecah
belah menjadi tujuh puluh tiga golongan semuanya celaka kecuali satu,
ketika ditanya siapa ya Rasulullah yang selamat dari celaka itu? Orang
yang mengikut aku dan para sahabat. Maka berdasarkan hadits itu
memberikan isyarat kepada kita diantara kaum muslimin kelompokkelompok itu ada yang binasanya karena meniru atau mencontoh atau
mengikuti orang kafir. Jadi sebenarnya meniru orang-orang kafir yang
kita sebutkan tadi akidahnya, ibadahnya dan sebagainya gak akan
membawa kebaikan.
kebiasaan-kebiasaan, perilaku-perilaku yang
disebutkan nabi SAW yang disebutkan disini kata para ulama mencakup
masalah akidah, masalah ibadah, masalah hukum, masalah kebiasaan,
masalah perilaku dan hari raya atau hari-hari besar. yang dimaksud

84

dengan orang-orang sebelum kita, umat-umat sebelum kita dijelaskan
dalam hadist-hadits yang shahih ada yang menyebutkan orang-orang
persia dan orang-orang romawi, ada yang menyebutkan hadits nabi ahlul
kitab, ada yang menyebutkan orang-orang kafir dan lain-lain sebagainya,
ini kaidah pertama nabi telah mengabarkan bahwa diantara kaum
muslimin ada kelompok-kelompok nantinya yang akan meniru orangorang kufar.Dilanjutkan dengan kaidah kedua, yaitu Kaidah kedua
sesungguhnya nabi SAW ketika memberitahukan kepada kita terjadinya
tasyabbuh ini atau mengikuti jalan-jalannya orang kafir selain nabi
memberitahukan itu Nabi memperingatkan keras masalah ini, lafal
haditsnya berita, kalian akan mengikuti umat-umat sebelum kalian beginibegini, Nabi menyebutkannya berita, secara berita bahasanya tetapi
maknanya disitu larangan, larangan bagi kita untuk mengikuti mereka,
didalam hadits-hadits SAW disebutkan banyak hadits atau beberapa dalil
yang melarang kita untuk meniru orang-orang kafir, baik secara umum
orang-orang kafir itu maupun secara terperinci sudah disebutkan oleh
nabi SAW, misalnya nabi mengatakan nah ini barang siapa yang
mengikuti suatu kaum maka dia bagian dari mereka ini meniru secara
umum, yang ditiru umum. Begitu juga hadits nabi SAW kalian kelak akan
mengikuti jalannya orang-orang sebelum kalian kemudian didalam nashnash yang lain Nabi menyebutkan secara khusus larangan untuk meniru
orang-orang sebelum kita umat-umat sebelum kita diantaranya Nabi
mengatakan
bersikaplah berbeda dengan orang-orang musyrik,
selisihilah pahamnya musyrik, lakukan yang berbeda dari orang-orang
musyrik dalam riwayat lain selisihilah dari orang-orang majusi wallahu
a‟lam bish-shawab. Kaidah yang ketiga menyebutkan Nabi SAW telah
memberitakan akan ada satu kelompok dari umatnya yang tetap
berpengang teguh dengan kebenaran, tidak peduli dicela, dihina oleh
orang-orang yang menghinanya, orang-orang yang memusuhinya sampai
hari kiamat. Ahli sunnah wal jamaah kaidah-kaidah ini tidak bisa
terpisah antara yang satu dengan yang lainnya ketika kita memandang,
ketika kita menimbang permasalahan-permasalahan tasyabbuh. Itulah
beberapa kaidah yang disebutkan o leh beliau.”

Selanjutnya Ustad memaparkan mengenai bentuk-bentuk tasyabbuh
(meniru) orang kafir yang datang larangannya. Dalam pertemuan kali ini Ustad
hanya memaparkan mengenai bentuk tasyabbuh dalam hal akidah, mengingat
waktu yang tidak memungkinkan untuk diselesaikan seuruhnya dalam satu
pertemuan. Bentuk tasyabbuh dalam hal akidah dijelaskan dengan memberikan
contoh-contoh, sebagaimana dalam ceramah beliau sebagai berikut:
“Yang pertama, jenis yang pertama hal-hal yang ada larangannya dari
nash untuk tasyabbuh dengan orang-orang kafir, tidak secara total ada

85

rinciannya, yang pertama perkara yang menyangkut akidah kita dilarang
keras meniru, mencontoh orang-orang kafir, beliau mengatakan , meniru
masalah
akidah
merupakan
peniruan
yang
paling
parah.
bertasyabbuh, meniru dalam masalah akidah itu bisa menyebabkan
seorang itu kufur batal Islamnya, contohnya mengkultuskan orang-orang
shaleh, mengkultuskan ulama, mengkultuskan kiai, mengkultuskan ustadustad. Itu tidak mungkin salah, ustad itu pasti benar, itu termasuk rahibrahib mereka itu pendeta-pendeta mereka itu betul-betul dikultuskan, gak
boleh dilawan, gak boleh disalahkan kalau salah. Jadi kaum muslimin
jatuh diantaranya tasyabbuhnya dalam masalah ini, kelompok-kelompok
tarikat itu, kelompok-kelompok tasyawuf, kelompok-kelompok yang
menyimpang yang punya tokoh yang punya pendiri itu dikultuskan ini
jatuh meniru pada orang-orang kafir, karena dia tidak lagi punya
pertimbangan dia katakan orang yang dianggap orang saleh itu selalu
benar, selalu baik begini-begini dan seterusnya melebihi Rasulullah SAW.
Nabi melarang tapi kata ustad saya boleh begini-begini, dikatakan Nabi
menyuruh begini dia katakan ah ustad saya gak berbuat begitu, ulama
atau kiai dijadikan panutan yang menyelisihi syariat. mengkultuskan
orang-orang saleh bisa jatuh dalam kufur. contoh lainya tasyabbuh
dalam masalah akidah, yaitu memalingkan satu jenis ibadah kepada selain
Allah SWT. Contohnya lagi mengaku-ngaku mengklaim ada anak ada
bapak, anak tuhan bapak tuhan sebagai mana yang dikatakan oleh orangorang Nasrani. Apakah kaum muslimin ada yang menyimpang seperti ini?
ada, sampai ektrim ada wallahu a‟lam bish-shawab. termasuk perilaku
orang-orang kafir masalah akidah yang ditiru orang Islam adalah
berpecah belah, tidak mau ikut dalil, ikutnya kelompoknya aja, kalau dalil
tidak sesuai dengan kelompoknya ditolak dalilnya. Jadi kalau kelompok A
masalah puasa misalnya puasa kalau air surut, kelompok lain puasa kalau
imam kita bilang puasa contohnya tokoh-tokoh tarekat, darimana tahunya
? dari terawangan, nah ini termasuk memecah belah agama, kita
dimintakan berpegang teguhlah dengan tali Allah SWT jangan berpecah
belah, jadi memecah belah itu termasuk perilaku orang-orang kufar.
Barangkali sampai disini dulu pembahasan kita berkaitan dengan
tasyabbuh, masih ada beberapa poin namun waktu tidak memungkinkan,
Insya Allah kita lanjutkan pada pertemuan berikut.“

Penutupan ceramah oleh ustad Yunus ini tidak dengan memberikan
kesimpulan ataupun memberikan resume. Memang materi yang disampaikan
masih belum tuntas, masih ada beberapa poin lagi yang harus dijelaskan namun
waktu tidak memungkinkan. Ustad hanya menutup ceramah dengan ucapan salam.
Berdasarkan pemaparan sistematika ceramah diatas dapat disimpulkan
beberapa hal dari analisis gaya ceramah ustad Yunus. Mengenai susunan pesan

86

ceramah, untuk komposisi pesan ceramah memiliki komposisi yang baik dan
sistematis, dimana ceramah dimulai dengan pembukaan, isi dan penutupan
sehingga pesan ceramah tidak keluar dari inti permasalahan. Namun dalam tiap
penjelasan pokok-pokok pemikiran dijumpai penjelasan yang dirasa cukup
melebar. Dalam menguraikan ceramahnya dilakukan secara deduktif.
Bahasa yang digunakan banyak menggunakan istilah atau kata-kata dalam
bahasa Arab, tidak hanya ketika mengutip dalil dari Al Quran dan Hadits saja,
dalam penjelasan suatu pokok bahasan ia juga menggunakan istilah-istilah dalam
bahasa Arab tanpa menyebutkan arti dari kata yang digunakan. Ia juga membaca
teks ceramah yang menjadi rujukannya tersebut dalam bahasa asli yaitu bahasa
Arab yang kemudian ia jelaskan kembali dalam bahasa Indonesia. Irama suara
hanya sesekali naik turun, tidak lambat juga tidak terlalu cepat mulai dari
pembukaan hingga penutupan ceramah.
Gaya komunikasi Ustad Yunus ditinjau dari langsung tidaknya makna
serta gaya bicaranya termasuk dalam gaya komunikasi kotek tinggi.

4.2.2. Gaya Komunikasi Dai 2 : Abdul Wahid Silitonga
Ceramah yang dilakukan oleh ustad Abdul Wahid Silitongan ini
dilaksanakan diarea masjid Nurul Tafail Khatijah Kecamatan Medan Amplas.
Ceramah ini dilakukan dalam rangka memperingati hari besar Islam yaitu Isra dan
Mi‟raj serta untuk menyambut datangnya bulan suci Ramadhan 1436 H / 2015 M.
Penampilan Ustad menggunakan penutup kepala ala Turki dengan setelan baju
lengan panjang berwarna hijau dan celana panjang putih diselingi dengan sorban
melingkar dileher. Dalam setiap berceramah dia selalu mengikut sertakan istri

87

merangkap sebagai asisten pribadi. Ustad ini pernah mengikuti audisi dai muda
yang diadakan Indosiar. Saat ini kerap diundang untuk mengisi ceramah diluar
kota setelah mengikuti audisi tersebut. Selain pawai dalam menyampaikan
ceramah, ia juga menguasai beberapa nada membaca Al Quran yang sering
dilantunkan dalam tiap ceramahnya.
Ceramah yang peneliti amati dilakukan diatas panggung yang telah
disediakan panitia. Saat berceramah ia tidak menggunakan mimbar yang
disediakan, ia merasa lebih leluasa tanpa menggunakan mimbar. Ia berceramah
juga tidak membawa naskah, jadi selama kurang lebih 60 menit berbicara didepan
khalayak tanpa terpaku pada teks.
Sistematika ceramahnya mengikuti pola pada umumnya sebuah ceramah,
terdiri dari pembukaan, isi dan penutupan ceramah. Namun dalam pembukaan
ceramahnya berbeda dengan ceramah pada umumnya yang dibuka dengan
mukadimah yang panjang dan berbelit. Ia membukanya dengan memberika