Prediksi Masa Depan Blue Bird Belajar da

Dibuat untuk memenuhi tugas UAS mata kuliah Antropologi Bisnis

Prediksi Masa Depan Blue Bird
Belajar dari Sejarah dan Dinamika Budaya pada Era Digital
Ihsanul Afwan
1306401896

Pendahuluan
Senin, 7 Juni 2016 saham perusahaan transportasi, Blue Bird Group resmi terjun
bebas ke level Rp. 4.190 atau turun drastis dari Rp. 7.750 pada kamis, 6 Agustus 2015 setelah
turun 34 persen dari bulan Januari tahun 2015 1. Kondisi ini adalah gambaran keadaan
perusahaan yang saat ini terus mengalami penurunan pendapatan akibat kedatangan saingan
baru, taksi online berbasis aplikasi dengan sistem ride sharing2. Pengaruh taksi online
tersebut terbukti dari saham Blue Bird yang langsung melesit pada desember 2015 ketik
menteri perhubungan Ignasius Jonan menarik izin usaha transportasi berbasis aplikasi. Meski
hanya sehari karena putusan tersebut langsung dicabut akibat permintaan presiden, hal
tersebut membuktikan betapa kuatnya pengaruh taksi online terhadap eksistensi Blue Bird.
Kondisi ini bukan tidak diperhatikan perusahaan. Bahkan pada selasa, 22 maret 2016 terjadi
demo besar-besaran supir angkot dan taksi (mayoritas Blue Bird) yang tergabung dalam
organisasi angkutan darat (ORGANDA) dan Paguyuban Pengemudi Angkutan Darat (PPAD)
di kawasan balai kota, Istana Negara, dan kantor Kementerian Komunikasi dan Informasi.

Demonstran menuntut pelarangan taksi online seperti grab, uber, gojek dan angkutan berbasis
online lain. Tuntutan ini memang dikemas masuk akal dengan menyoal legalitas perusahaan.
Menurutnya, perusahaan seperti Grab tidak membayar pajak 3 serta tidak memiliki izin usaha
resmi yang merugikan banyak pihak. Akan tetapi, jika dicermati terdapat kepentingankepentingan oleh kalangan atas yang mengalami penggerusan pendapatan dari kehadiran
saingan ini.
Perusahaan berbasis aplikasi seperti grab mempertemukan pemilik kendaraan pribadi
roda dua atau empat dengan calon kostumer yang membutuhkan moda transportasi lebih
murah, cepat, dan efisien. Pemilik mobil yang bukan bekerja sebagai supir bisa mendaftar
sebagai pengemudi dan mendapat penumpang tanpa harus mengurus izin perubahan plat
kendraannya menjadi kuning. Dr. Rhenald Kasali menyebut hal seperti ini sebagai sharing
ekonomi4. Oleh beberapa pihak dianggap sebagai persaingan perusahaan yang tidak sehat
karena perbedaan standar izin dan kebijakan dari pemerintah. Perusahaan Grab menggunakan
kenderaan plat hitam dan tidak membayar pajak sehingga harga bisa ditekan. Sedangkan taksi
1

http://www.bloomberg.com
layanan yang mengatur pemakaian bersama sebuah kendaraan dalam waktu sangat singkat (Bisnisuber.com)
3
terlihat dari plat kendraan bukan berwarna kuning
4

Jalal dalam Geotimes.com “Sharing Ekonomi Dr. Rhenald Kasali” meski mengutip teori sharing ekonomi Dr.
Rhenald Kasali, saya tak sepenuhnya sependapat karena banyak hal seperti vision dari perusahaan yang terlihat
jelas juga mengarah pada pemilik modal
2

Dibuat untuk memenuhi tugas UAS mata kuliah Antropologi Bisnis

seperti Blue Bird harus bersusah payah mengurus izin, pajak, dan standarisasi perusahaan
yang berimplikasi pada tarif perjalanan yang tinggi. Meski sempat ditutup dan dilarang,
akhirnya pemerintah kemudian memberi kepada perusahaan seperti Grab kesempatan untuk
mengurus izin usahanya agar tetap bisa beroperasi. Akan tetapi, yang menarik adalah
differensiasi nyata dari kedua perusahaan Online dan Offline. Bagaimana keduanya akan
bersaing nanti, akankah keduanya bisa sejalan atau akan ada yang terleliminasi seperti
persaingan-persaingan dua elemen berbeda (online dan offline) lainnya? Sangat menarik
untuk membahas bisnis model dari perusahaan transportasi online yang mengancam
keberadaan dan keberlangsungan taksi konvensional seperti Blue Bird.
Sejarah Singkat
Blue Bird Group adalah perusahaan dibawah PT. Blue Bird Tbk yang didirikan pada
tahun 1972


oleh Mutiara Siti Fatimah Djokosoetono yang berfokus melayani jasa

transportasi5. Hingga kini blue bird telah berkembang pesat dan menghiasi berbagai
pemandangan di sudut kota Jakarta dan sekitarnya, Surabaya, Medan, Padang, Bali, dan
banyak kota lain di Indonesia. Perusahaan peraih berbagai penghargaan bidang transportasi
ini dapat disebut memiliki budaya organisasi yang cukup baik. Budaya organisasi adalah
suatu hal yang menjadi kebiasaan atau budaya yang menjadi karakter atau ciri khas suatu
organisasi. Schein (2010) dalam tulisannya yang berjudul Organizational Culture and
leadership menyatakan terdapat tiga level dari budaya organisasi yakni Artifacts, Espoused
Beliefs and Values, dan Basic Underlaying Assumptions .

Nilai-nilai yang ditanamkan perusahaan Blue Bird terlihat jelas diaplikasikan oleh
karyawan. Nilai seperti pelayanan terbaik diperlihatkan supir saat penumpang memasuki
taksi, menggunakan seragam biru khas blue bird, dan lain sebagainya. Penggunaan seragam
tersebut adalah salah satu ciri khas yang menjadi artifacts pada perusahaan tersebut.
Sedangkan pada level Espoused Belief terlihat pada kepercayaan supir apabila ramah dapat
menjadi berkah tersendiri dalam menggaet konsumen. Pada tingkat Underlying Assumption ,
perasaan bangga menggunakan taksi ini dirasakan oleh penumpang. Ketiga level ini dapat
ditemukan pada perusahaan ini. Namun bagaimana dengan perusahaan Grab dan yang
berbasis aplikasi? Apa yang membedakan bisnis model dari perusahaan online tersebut?

Kenapa grab menjadi basis transportasi yang dicintai masyarkat saat ini dan beralih dari Blue
Bird? Tulisan ini akan menjawab pertanyaan-pertanyan tersebut dengan memaparkan bisnis
model dari perusahaan transportasi online dan perbedaannya dengan bisnis offline atau
konvensional seperti Blue Bird.
5

http://www.bluebirdgroup.com/id/tentang-kami

Dibuat untuk memenuhi tugas UAS mata kuliah Antropologi Bisnis

Era Digital
Indonesia sedang memasuki era digital. Hal ini terlihat dari data tingginya pengguna internet
di Indonesia. Riset dari Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia (APJII) yang bekerja sama
dengan pihak Pusat Kajian Komunikasi (PusKaKom) FISIP Universitas Indonesia
menyebutkan bahwa pengguna internet di Indonesia kini telah mencapai angka 88,1 juta.
Angka itu meningkat 34,9% atau 16,2 juta jiwa dari total 71,9 juta pengguna di tahun 2013
lalu.6
Sejak kemunculan internet atau yang dahulu dikenal sebagai ARPANET tahun 1983,
perubahan besar terjadi pada kehidupan manusia. Perubahan tersebut terjadi pada bidang
teknologi, informasi, komunikasi, sosial, budaya, ekonomi, bisnis, dan banyak aspek lainnya.

Hingga kini, belum ada yang bisa menghentikan kedigdayaan Internet dalam memengaruhi
berbagai aspek tersebut. Pada dasarnya, Internet hanya merubah bentuk dari suatu aspek
tersebut dari offline menjadi online atau terhubung langsung. Akan tetapi dampak yang
disebabkan begitu luar biasa dan mengancam berbagai bisnis yang telah ada sebelumnya.
Banyak perusahaan bangkrut, terbunuh, dan tak mampu menghadapi tantangan zaman akibat
Internet. Namun di sisi lain, banyak pula perusahaan dan bisnis baru berbasis digital
bermunculan dan tumbuh subur.
Belajar dari Sejarah; Dari Wartel Hingga Hotel
Sebelum jauh melihat masa depan Blue Bird, kita harus belajar berdasar sejarah yang
sudah ada, agar dapat diketahui persamaan dan peberdaan kondisi yang terjadi. Haapannya
agar dapat berbenah dan mempersiapkan diri. Peran Antropologi dalam melihat fenomena
yang terjadi saat ini salah satunya adalah dengan melihat kasus serupa atau identik lain.
Berkaca dari sejarah, Pos Indonsia yang saat ini kita kenal sudah kehilangan jati dirinya
sebagai “pengantar surat” seperti dahulu karena terpaksa beradaptasi untuk melayani jasa lain
akibat jasa kirim surat sudah digantikan pesan singat (SMS). Mangga Dua Mall sebagai
tempat berkumpulnya pedagang komputer terbesar di tanah air mulai sepi karena kehadiran
market place online seperti tokopedia, bukalapak serta mataharimall yang jauh lebih hemat
dan efisien. Perusahaan piringan musik dan kaset sudah gulung tikar karena kehadiran MP3
yang bisa di unduh di dunia maya. Perusahaan percetakan komik dan majalah


mulai

Maulana, Adhi. 2015 “Jumlah pengguna internet di Indonesia capai 88,1 juta jiwa” dalam Liputan6.com
Sumber; http://tekno.liputan6.com/read/2197413/jumlah-pengguna-internet-indonesia-capai-881-juta

6

Dibuat untuk memenuhi tugas UAS mata kuliah Antropologi Bisnis

mengalami masalah produksi karena ketersediaan majalah atau komik online yang bisa di
akses oleh siapa saja.
Market Place seperti tokopedia, bukalapak.com, dan lain sebagainya yang
mempertemukan penjual dan pembeli langsung menyebabkan persaingan harga gila-gilaan di
kelasnya. Penjual konvensional yang masih menyewa tempat untuk berjualan tentu
kewalahan menghadapi persaingan dengan pedagang di dunia maya. Oleh karena itu juga
banyak toko-toko yang tutup akibat gagal bersaing. Perusahaan penyedia batu es hingga
tahun 90-an masih populer sebelum akhirnya lemari es dijual bebas dengan harga terjangkau
pada banyak keluarga. Begitu juga dengan jasa warnet serta pengetikan yang sudah mulai
jarang ditemukan kecuali di tempat-tempat tertentu akibat kehadiran laptop atau personal
computer yang dimiliki banyak orang. Wartel (warung telekomunikasi) yang menyediakan

jasa komunikasi via telepon juga sempat mengalami masa keemasan sebelum kalah bersaing
akibat ketersediaan telepon genggam yang saat ini sudah menjadi kebutuhan primer tiap
orang.
Sekarang banyak perusahaan yang sebenarnya juga dihantui kebangkrutan akibat era
digital. Hotel-hotel di berbagai tempat misalnya, bukan tidak mungkin suatu saat akan
mengalami kegagalan bertahan akibat adanya situs penyedia jasa penginapan gratis bersama
local people seperti coucsurfing bagi wisatawan atau siapapun yang berkunjung ke

daerahnya. Selain itu, saat ini sudah muncul situs yang mempertemukan pemilik rumah atau
tempat yang tidak terpakai dengan orang yang mencari tempat tinggal sementara dengan
harga murah. Pihak pertama bisa langsung bertemu dengan pihak kedua tanpa perantara
menyebabkan efisiensi biaya. Prediksi saya, bukan tidak mungkin usaha atau bisnis
perhotelan akan mengalami kemunduran bahkan bangkrut.Bisnis hotel kelak hanya untuk
kalangan menengah atas dengan uang berlebih.
Perusahaan yang bergerak dibidang percetakan seperti buku atau hal lain yang
menggunakan kertas, juga bukan tidak mungkin akan tutup atau bangkrut seiring
perkembangan zaman. Jangan pernah menganggap remeh teknologi internet karena saat ini
sudah banyak terdapat situs-situs yang menyediakan buku online secara gratis atau berbayar.
Bagi pihak percetakan, tentu hal ini adalah suatu ancaman. Begitu juga dengan perusahaan
penyedia game konsol seperti playstation yang tergerus pendapatannya akibat kehadiran

game-game menarik di ponsel. Orang tak lagi perlu mengeluarkan biaya mahal untuk
kepingan CD yang dijual untuk memainkan sebuah game kesayangannya.

Dibuat untuk memenuhi tugas UAS mata kuliah Antropologi Bisnis

Penyedia jasa transportasi premium sekelas blue bird juga sedang bersiap menghadapi
tantangan sewa mobil online yang jauh lebih murah dan mudah. Grab adalah salah satu yang
paling mengancam posisi perusahaan yang kantornya berpusat di Jakarta ini. Bagaimana
kemungkinan dan apa penyebab Grab mulai menjadi alternatif pilihan masyarakat dalam
moda transportasi? Berikut penjelesannya.
Analisis Model Bisnis Grab, Pengancam Blue Bird
Menarik untuk mengkaji Grab, moda transportasi yang saat ini menjadi pilihan
banyak masyarakat karena harga dan pelayanannya yang lebih rasional. Berdasarkan analisia
saya, grab menggunakan model bisnis yang baik sehingga sukses dan tercapai tujuannya.
Model bisnis menurut Wheelen dan Hunger adalah “a company’s method for making money
in the current business environment. It includes the key structural and operational
characteristics of a firm- how it earns revenue and makes a profit. Yakni metode yang
digunakan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan (2012: 142).
Jika dibandingkan bisnis model grab dan blue bird, lima elemen bisnis model berikut
memang sangat tidak seimbang antara keduanya

Lima elemen tersebut adalah
1. Who it serves / Kepada siapa itu disajikan
Dengan harga murah yang ditawarkan, jelas grab sebenarnya memang
menyasar kalangan menengah kebawah. Akan tetapi karena pelayanan yang tidak
kalah baik dibanding Grab atau moda transportasi online lain, tidak sedikit kalangan
atas yang juga menggunakan jasa aplikasi ini. Dengan demikian terlihat bahwa grab
tidak memiliki segmentasi yang sempit. Oleh karena itu juga tidak sedikit pelanggan
Blue Bird yang pindah ke Grab sehingga menyebabkan keberadaan Blue Bird
terancam.
2. What it provides / Apa yang disediakan
Grab sejatinya adalah aplikasi sederhana yang menjadi perantara (mediator)
antara pemilik kendraan (mobil) dengan orang yang ingin bepergian atau
menggunakan mobil. Tetapi apa yang mereka sediakan dengan system yang matang
mulai dari biaya yang terukur dan jelas dari awal, hingga aturan kepada driver yang
terdaftar. Aturan kepada calon driver misalnya dengan memberikan umur minimum
kendraan. Sehingga banyak kendraan yang terpilih adalah yang paling bagus,
sehingga konsumen puas.
3. How it makes money / Bagaimana cara menghasilkan uang
Secara kasat mata terlihat bahwa grab sangat sulit untuk memperoleh untung.
Alih-alih menarik dana dari driver, justru mereka sedang gencar melakukan promosi


Dibuat untuk memenuhi tugas UAS mata kuliah Antropologi Bisnis

yang berbentukk subsidi. Penumpang disubsidi sehingga diskon dan biaya perjalanan
menjadi lebih murah. Belum lagi opersional, biaya pemelihana web, dan lain
sebagainya. Akan tetapi grab sedang sibuk melakukan marketing agar mendapat
pasar. Banyak aplikasi atau start up memang menggunakan system value yang
membuat pertambahan value ini selalu meningkat tiap saatnya dalam jangka waktu
tertentu. Jika saat ini nilai dari perusahaan gojek adalah 4 Milyar, maka satu tahun
kedepan bisa menjadi 10 Milyar misalkan. Maka jika ada orang yang memiliki nilai
saham atau asset dalam perusahaan tersebut sebanyak 50 % (2 Milyar) maka total ia
sudah mendapat Rp.3 Milyar bersih. Selain itu mereka juga mendapat untung dari
total orang yang mendownload aplikasi tersebut.
4. How it differentiates and sustains competitive advantage / apa perbedaan dan
keunggulan dari produk lain
Hal ini adalah yang menjadi paling vital dalam suatu perusahaan. Suatu
perusahaan akan lebih baik lagi jika memang memiliki diferensiasi atau perbedaan
dari kompetitor lain. Misalnya jika Blue Bird masih menggunakan tarif dasar dan argo
yang otomatis, maka dengan kekuatan aplikasinya Grab mengetahi harga sebelum di
jalan. Pelayanan yang berbeda juga menjadi nilai tambah bagi Grab. Sejak membuka

aplikasi dan menekan tombol “pesan”, calon penumpang benar-benar akan dilayani
mulai dari ditelepon oleh driver yang mengambil orderan, hingga mengantar sampe
tujuan tanpa takut pembengkakan biaya karena sudah dikalkulasikan di awal.
5.

How it provides its product/service” / bagaimana cara memberikan produk/
pelayanan
Grab juga memiliki pelayanan yang baik sehingga membuat orang-orang
disekitar dengan sukarela membagikan testimoni, foto, location, dan hal lain Produk
diberikan melalui apliakasi pintar. Meski Grab menggunakan teknologi internet dalam
aplikasinya, tetapi tetap memakai jasa pemilik kendraan roda dua atau empat dalam
pemenuhan kebutuhan konsumen. Aplikasi yang berbasis internet ini hanya
digunakan untuk mempermudah pertemuan antara pengemudi dan penumpang. Pada
tingkat artifact, driver grab maupun gojek juga menggunakan seragam khas yang
menjadi ciri khas perusahaannya. Begitu juga dengan tarif murah yang ditawarkan
seolah memberi kesan murah berkualitas. Dan pada tingkat akhir, orang-orang akan
menjadi pelanggan karena merasa nyaman dan aman dalam menggunakan jasa
tersebut.
Lima elemen model bisnis yang diutarakan Wheelen dan Hunger diatas adalah
salah contoh keunggulan Grab dari berbagai hal terhadap Blue Bird (2012:143).
Perencanaan yang matang, sasaran serta tujuan yang tepat, visi misi jangka panjang,
serta pelayanan yang menjadi prioritas akan membuat Grab berhasil dan mencatat
laba pada jangka panjang. Saat ini memang tidak atau belum terlihat keuntungan
nyata dan signifikan dari perusahaan tersebut karena masih berfokus pada
penumbuhan pelanggan dan penanaman loyalitas. Caranya dengan memberi promo

Dibuat untuk memenuhi tugas UAS mata kuliah Antropologi Bisnis

hingga diskon sehingga menarik konsumen untuk mencoba. Jika sudah mencoba dan
merasa cocok, besar kemungkinan konsumen tersebut akan memesan lagi suatu saat
meski tidak lagi promo. Selain menghasilkan pelanggan baru, bukan tidak
mungkinpasar Grab juga akan berasal dari pelanggan lama Blue Bird.

KESIMPULAN
Era digital yang disusul perkembangan internet yang cepat membuat proses
globalisasi juga berjalan cepat. Globalisasi menyebabkan penyebaran informasi tak mengenal
batasan ruang dan waktu. Akibatnya banyak orang yang mengetahui info atau berita menarik
dengan cepat. Grab berkembang dan famous akibat review dan testimoni pemakai tanpa
dibayar. Giddens dalam The Consequences of Modernity mengatakan globalisasi adalah
intensifikasi hubungan sosial secara mendunia sehingga menghubungkan antara kejadian
yang terjadi dilokasi yang satu dengan yang lainnya serta menyebabkan terjadinya perubahan
pada keduanya (1991;64). Penyebaran informasi dan komunikasi via internet ini salah
satunya menimbulkan perubahan kebiasaan seperti menikmati sebuah tayangan tak lagi hanya
melalui televisi. Blue Bird mulai tergerus, sedangkan permintaan grab semakin tinggi.
Kedatangan kompetitor ini tentu mengusik kenyamanan taksi konvensional seperti
Blue Bird. Pendapatan perusahaan yang berkantor pusat di Mampang, Jakarta Selatan ini
terus mengalami penurunan. Begitu juga dengan saham perusahaan yang terus anjlok. Belajar
dari sejarah, internet memang secara tidak langsung telah membuat banyak perusahaan tak
lagi beroperasi. Kebanyakan perusahaan yang gagal bertahan karena gagal mengikuti
kemajuan zaman dan teknologi serta dinamika masyarakat yang terus berubah. Blue Bird
sendiri bukan tidak menggunakan aplikasi dalam jasanya. Akan tetapi aplikasi Blue Bird
tidak disertai maintenance pelayanan prima dan harga yang bersahabat pada konsumen yang
mulai mendapat subsitusi transportasi nyaman tapi murah. Dengan dua kualitas yang sama,
tentu orang akan condong memilih yang murah, yakni Grab.
Banyak hal yang mempengaruhi suatu perusahaan dan ketahannnya. Tak hanya
budaya korporasi, marketing, aplikasi, maupun kepemimpinan atau leadership. Waktu telah
membuktikan bahwa pemimpin yang hebat saja tidak cukup. Suatu perusahaan tentu tidak
sepenuhnya maju hanya karena leadernya yang powerfull. Jauh dari hal tersebut, ada proses
adaptasi yang menuntut perubahan-perubahan pada banyak perusahaan. Dalam persaingan,
tak hanya berbicara mengenai dua perusahaan yang bertarung mendapat konsumen, tetapi

Dibuat untuk memenuhi tugas UAS mata kuliah Antropologi Bisnis

tentang kekuatan salah satu pihak dalam bertahan. Jika melihat dinamika masyarakat yang
cenderung memilih cost murah dan mudah, bukan tidak mungkin internet dan era digital
menjadi mimpi buruk bagi banyak perusahaan. Blue Bird yang saat ini masih menjadi salah
satu pionir perusahaan transportasi tanah air tinggal menungu waktu untuk jatuh dan kalah
saing.

REFERENSI
Giddens, Anthony.
1991. “The Consequences of Modernity”. Cambridge: Polity Press. p.64.
Schein, EH
2010. “Organizational Culture and Leadership ”. CH 2 “The Three Levels of
Culture” Page 23-33
Tung, KY
1996. “Pemasaran dan Bisnis di Internet : Strategi Memenangkan Persaingan ”.
Jakarta : Penerbit PT Elex Media Komputindi
Wheelen, T.L dan Hunger, J
2012. “Strategic Manajement and Business Policy Toward Global Sustainability” ,
New Yoark: Prentice Hall
Internet:
Fatimah, Kartini Bohang
2016. “ Demo Taksi, "Blue Bird" Jadi Tren Dunia di Twitter” dalam kompas.com link :
http://tekno.kompas.com/read/2016/03/22/15055707/Demo.Taksi.Blue.Bird.Jadi.Tren.Duni
a.di.Twitter diakses pada Sabtu, 2 April 2016 pukul 14.35 WIB
Maulana, Adhi.
2015 “Jumlah pengguna internet di Indonesia capai 88,1 juta jiwa”
dalam Liputan6.com. Sumber; http://tekno.liputan6.com/read/2197413/jumlah
pengguna-internet-indenesia-capai-881-juta. Diakses pada senin,
Sawitri, Angelina Anjar
2016. dalam tempo.com “Demo Besar-Besaran, Wapres JK Sindir Blue Bird”
https://m.tempo.co/read/news/2016/03/22/090755850/demo-besar-besaranwapres-jk-sindir-blue-bird. Di akses pada Sabtu, 2 April 2016 pukul 13.35
WIB
Riandanu, MU
2016. “Demo Anarkis, Blue Bird Di-bully Netizen di Twitter” dalam metrotv
news.com. http://teknologi.metrotvnews.com/read/2016/03/22/502077/demoanarkis blue-bird-di-bully-netizen-di-twitter diakses pada Sabtu, 2 April 2016
Pukul 10:59 WIB
Toller, Alfin
2015 “Laba BIRD dan TAXI Tergerus Ojek dan Taksi Online?”
http://www.bareksa.com/id/text/2015/08/07/laba-bird-dan-taxi-tergerus-ojek
dan-taksi-online/11138/analysis

Dibuat untuk memenuhi tugas UAS mata kuliah Antropologi Bisnis

organda.or.id diakses pada Sabtu, 2 April 2016 Pukul 13:59 WIB
bluebird.co.id diakses pada Sabtu, 2 April 2016 Pukul 14:32 WIB
http://www.bloomberg.com/quote/BIRD:IJ

LAMPIRAN BERITA 1
Demo Taksi, "Blue Bird" Jadi Tren Dunia di Twitter
Shares

K
OMPAS.com / RODERICK ADRIAN MOZESGabungan sopir taksi dan bajaj melakukan
aksi demonstrasi di sepanjang Jalan Sudirman, Jakarta, Selasa (22/3/2016). Mereka menuntut
pemerintah menutup angkutan umum berbasis online karena dianggap mematikan mata
pencaharian mereka.
Berita Terkait






Soal iPhone Teroris, Fans Apple Siap Demo
Tak Seperti di Indonesia, Uber Bebas Beroperasi di China
Demo Sopir Taksi, Uber Jakarta Gratiskan Biaya Jam Sibuk
Uber Dituntut Pakai Pelat Kuning dan Argo
Ibu Gendong Anak Balita Dipaksa Pendemo Turun di Tengah Tol, Ini Fotonya
KOMPAS.com — Aksi demo ribuan sopir taksi di Jakarta menyedot perhatian dunia.
Setidaknya, hal itu tergambar dari obrolan maya di Twitter.
Kata kunci "Blue Bird" masuk daftar trending topic (TT) Twitter secaraworldwide alias

Dibuat untuk memenuhi tugas UAS mata kuliah Antropologi Bisnis

mencakup wilayah global, sebagaimana pantauanKompasTekno, Selasa (22/3/2016).
Diketahui, Blue Bird adalah salah satu perusahaan taksi yang terafiliasi dengan rombongan
sopir pendemo. Selain dari Blue Bird, basis pendemo juga terdiri atas sopir taksi Express.
Kebanyakan netizen mengecam aksi kekerasan yang dilakukan para pendemo, misalnya
menghentikan taksi yang sedang beroperasi agar sang sopir ikut demo, serta memaksa
penumpang untuk turun dari taksi yang ditumpangi.
Diketahui pula, aksi demo hari ini adalah yang kedua dalam dua pekan. Para pendemo
mendesak pemerintah memblokir layanan transportasi berbasis online, seperti Uber dan Grab.
Pasalnya, mekanisme Uber dkk dianggap curang dan mematikan bisnis taksi konvensional.
Jika ingin tetap beroperasi, para pendemo meminta Uber dkk menetapkan tarif berbasis argo
dan berpelat kuning