Pengaruh kualitas laporan audit internal

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Perbankan merupakan sektor yang penuh dengan peraturan dan pengawasan
atau biasa disebut dengan istilah “highly regulated”. Mengingat, bank adalah
sebuah lembaga intermediasi antara pihak yang mempunyai kelebihan dana
(surplus of funds) dengan pihak yang membutuhkan atau kekurangan dana (lack
of fund).1 Dimana bank melakukan usaha yang berasal dari dana masyarakat yang
disimpan berdasarkan kepercayaan, sehingga setiap bank perlu untuk menjaga
kesehatan usahanya dengan tetap memelihara dan mempertahankan kepercayaan
masyarakat2.
Kepercayaan masyarakat tersebut sangat tergantung pada kinerja bank dan
kemampuan bank dalam mengelola risiko, profesionalisme, dan integritas
pengurus bank serta transparansi pada publik. Maka untuk melindungi
kepentingan stakeholder tersebut, perbankan dituntut untuk melaksanakan tata
kelola perusahaan yang baik, atau Good Corporate Governance (GCG). Tak heran
dengan peran dan fungsinya menjaga eksistensi sebuah perusahaan, istilah ini
menjadi popular dan ditempatkan di posisi terhormat 3. Good Corporate
Governance sendiri memiliki lima prinsip utama meliputi, wajar (fairness),
transparan


(transparency),

akuntabel

(accountable),

bertanggung

jawab

(responsibility), dan Independen (Independency)4. Melalui kelima prinsip tersebut
sebuah bank mampu mempertahankan kepercayaan masyarakat.
1 Arif Firmansyah, Peranan Komite Audit Mengoptimalkan Fungsi Auditor Internal Dalam
Penerapan Good Corporate Governance Di PT BNI.Tbk, (Bandung: Jurnal Ilmu Hukum Syiar
Hukum Vol. XII. No. 1 Maret, Universitas Katolik Parahiyangan, 2010), Hlm 81.
2 Neni Sri Imaniati, Dasar-Dasar Hukum Perbankan dan Perbankan Syariah. (Bandung :
Fakultas Hukum Universitas Islam Bandung. 2007). hlm 191.
3 Thomas S. Kaihatu, Good Corporate Governance dan Penerapannya di Indonesia, (Surabaya:
Jurnal Manajemen Dan Kewirausahaan, Vol.8, No. 1, Universitas Kristen Petra, 2006), hlm 1.

4,Pedoman Good Corporate Governance Perbankan Indonesia, (Jakarta: Komite Nasional
Kebijakan Corporate Governance, 2004).

1

2

Urgensi Good Corporate Governance sebagai culture sebuah negara
semakin mendesak pada era globalisasi saat ini. Dalam kajian tentang pedoman
di negara-negara anggota The Asean Capital Market Forum (ACMF) yang terdiri
dari negara-negara anggota ASEAN termasuk Indonesia, penyelenggaraan Good
Corporate Governance bagi perusahaan go public wajib dilaksanakan dan
dilaporkan kepada badan pengawas pasar modal di negaranya5. Dengan demikian,
dapat dipastikan keberadaan Good Corporate Governance merupakan salah satu
syarat mutlak yang harus dimiliki oleh sebuah perusahaan tak terkecuali
perbankan, untuk diterima di kanca persaingan global. Oleh karena itu, kompetisi
global bukanlah kompetisi antar negara, melainkan antar korporat di negaranegara tersebut.6
Namun,

faktanya


implementasi

prinsip-prinsip

Good

Corporate

Governance (GCG) bukanlah hal yang mudah baik secara internasional ataupun di
Indonesia. Banyak fakta menunjukkan perusahaan dengan tata kelola dan
pengendalian yang buruk memberikan dampak tragis, misalnya di Amerika
Serikat terjadinya skandal Enron pada akhir tahun 2001, akibat terjadinya fraud
dengan modus windows dressing. Begitu pula yang terjadi pada perusahaan kelas
dunia lainya seperti World Com, Global Crossing, Conseco, Adelphia, dan Rite
Aid mengalami kemunduran. Kemudian, hasil riset oleh Riset Association of
Certified Fraud Examiners (ACFE) pada 2010 menyimpulkan, banking and
financial services menyumbang 16,6% dan merupakan top ranking dari 1.843
kasus yang berhasil dibongkar oleh fraud examiners di seluruh dunia. Rangking
berikutnya secara berturut-turut adalah industri manufacturing (10,7%),

government (9,8%), retail (6,6%), dan pelayanan kesehatan (5,9%)7.

5 Lasdini Purwanti dkk, Kajian Tentang Pedoman Good Corporate Governance Di Negara
Negara Anggota The Asean Capital Market Forum (Acmf), (Jakarta: BAPEPAM-LK, 2010), hlm
1.
6 Frysa Praditha Purwaningtyas, Analisis Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance
Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bei
Tahun 2007-2009), (Semarang: Universitas Diponegoro, 2011), Hlm 1.
7 Soekardi Hoesodo, Jurus Mengendalikan Fraud, dalam www.newsbanking.com dipos tanggal
27 Mei 2012.

3

Sedangkan di Indonesia, kasus Bank Lippo atau kasus L/C pada bank BNI
yang menjadi sorotan masyarakat karena menyebabkan kerugian negara sebesar
Rp 1,7 triliun, atau kasus Bank Century. 8 Sejarah kelam Indonesia tahun 1997
yang mengakibatkan rush, 16 bank swasta terpaksa dilikuidasi, 7 bank dibekukan,
dan 7 bank di take over pemerintah 9. Pada tahun 2011 lalu, Bank Indonesia telah
melakukan investigasi terhadap 63 kasus dugaan tindak pidana perbankan
(Tipibank) yang terjadi di Bank Umum maupun BPR di seluruh Indonesia 10.

Dengan komposisi fraud terbanyak pada perkreditan (46%), pendanaan (25%),
dan penyalahgunaan asset bank (21%) dalam grafik berikut.
Gambar 1.1 Kasus Tipibank Berdasarkan Jenis tahun 2011

Sumber : Bank Indonesia, 2011
Delapan kasus besar

dari fraud perbankan 2011, di antaranya kasus

pembobolan BRI Tarmini Square senilai Rp 29 miliar, pembobolan Bank BII
Kantor Cabang Pangeran Jayakarta senilai Rp 3,6 miliar, pembobolan Bank
Mandiri senilai Rp 18 miliar, pembobolan BNI Cabang Depok, pencairan deposito
tanpa diketahui pemilik yang terjadi di BPR Pundi Artha Sejahtera, pembobolan
Bank Danamon Kantor Cabang Menara Danamon senilai hampir Rp 3 miliar,
penggelapan dana nasabah Bank Panin senilai Rp 2,5 miliar dan pembobolan
8 Dedi Kusmayadi, Determinasi Audit Internal Dalam Mewujudkan Good Corporate Governance
Serta Implikasinya Pada Kinerja Bank,(Tasikmalaya: Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol.16,
No.1 Januari, LPPM Universitas Siliwangi, 2012), hlm 148.
9 Umdatul Qoyyimah, Analisa Penerapan Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance (GCG)
Pada Perbankan Syariah dan Tantangan Implementasinya di Indonesia, (Jakarta : Sekolah Tinggi

Ekonomi Islam SEBI, 2009), hlm 1.
10 Bank Indonesia, Laporan Pengawasan Perbankan tahun 2011.

4

nasabah premium di Citibank senilai Rp 4,5 miliar yang melibatkan tersangka
Malinda Dee11. Untuk fraud pada bank syariah, terjadi di Bank Jateng Syariah
yang kebobolan kredit fiktif senilai Rp 94 miliar12.
Semua ini merupakan contoh kasus akibat lemahnya pengawasan internal
dan lemahnya praktik tata kelola yang baik sehingga menyebabkan terjadinya
fraud dan kerugian yang luar biasa.
Selain kasus diatas, Indonesia mendapat peringkat ke 10 dari negara
ASEAN lainya dalam pelaksanaan Good Corporate Governance, hal ini
disampaikan oleh Ketua Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG)
Achmad Daniri13. Kemudian ironisnya, peringkat atas penyelenggaran Good
Corporate Governance perbankan di Indonesia masih dipegang oleh bank asing.
Menurut Peneliti Senior Tim API BI, Emmy Prabawani, ada sekitar 12 bank yang
memperoleh kategori sangat baik. Dari jumlah tersebut, 3 peringkat teratas
merupakan bank asing dan kantor cabang bank asing14.
Melihat kondisi tersebut, tentunya BI terus berupaya untuk memperbaiki

pelaksanaan tata kelola perusahaan atau Good Corporate Governance di kalangan
perbankan. Perbaikan ini dilakukan melalui self assessment atau penilaian
internal. Hal ini sesuai dengan amanat dalam PBI No. 8/4/PBI/2006 tentang Good
Corporate Governance Bank Umum yang menyatakan bahwa bank harus
membuat self assessment atas penerapan Good Corporate Governance di masingmasing institusi. Self assessment akan dinilai pada setiap akhir tahun untuk
melihat apakah penerapan Good Corporate Governance pada bank tersebut telah
sesuai dengan ketentuan atau tidak.

11 Makin mudah membobol bank, www.solopos.com, dipos tanggal 22 September 2011.
12 Ibid
13 Bani, Minim Penerapan GCG, Indonesia Peringkat Bontot, www.neraca.co.id tanggal 18 Juni
2012.

14 Indro Bagus SU, Bank Asing Menduduki Peringkat Teratas GCG, www.detikfinance.com
tanggal 27 Juli 2012.

5

Good Corporate Governance ini tidak hanya bagi bank konvensional namun
bank syariah juga dituntut untuk melaksanakannya. Tentunya, penegakan tata

kelola perusahaan yang baik (GCG) sangat tergantung pada struktur organisasi
bank15. Good Corporate Governance bank syariah lebih ketat dibandingkan
dengan bank konvensional. Hal ini dikarenakan bank syariah terikat oleh sharia
compliance, dimana bank syariah harus amanah dalam mengelola dana dari
shahibul mal (nasabah) sesuai dengan tuntunan syariah dalam bermuamalah.
Keunikan bank syariah tersebut dikenal dengan Islamic Corporate Identity16.
Melihat, karakteristik bank syariah yang jauh berbeda tersebut, Bank Indonesia
mengeluarkan PBI tersendiri yang disahkan pada tanggal 7 Desember 2009 yaitu
PBI No. 11/33/PBI/2009. Di dalam PBI no. 11/33/PBI/2009 disampaikan bahwa
Good Corporate Governance bank syariah minimal harus memenuhi17 :
a. pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris dan Direksi;
b. kelengkapan dan pelaksanaan tugas komite-komite dan fungsi yang
menjalankan pengendalian intern BUS;
c. pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas Syariah;
d. penerapan fungsi kepatuhan, audit intern dan audit ekstern;
e. batas maksimum penyaluran dana;
f. transparansi kondisi keuangan dan non keuangan Bank Umum Syariah.
Dari beberapa point pelaksanaan Good Corporate Governance bank syariah
tersebut penulis tertarik untuk mengkaji salah satu unsur pelaksanaan GCG yaitu
fungsi audit internal bank syariah. Salah satu alasan penulis tertarik dengan fungsi

auditor internal, karena peran auditor internal telah berkembang menjadi
konsultan bagi manajemen tidak hanya sebagai pengawas. Sesuai dengan,
pendapat Fadhli Azhari, bahwa paradigma dan perannya dalam organisasi yang
15 Akhmad Syakhroja, Best Praktek Corporate Governance dalam Konteks Kondisi Lokal
Perbankan Indonesia, No 06 Tahun XXXII Juni 2003, hlm 17.
16 Isfandayani, Pengawasan Perbankan Syariah untuk Optimalisasi Good Corporate
Governance melalui Islamic Corporate Identity: Studi Analisis Penyajian Laporan Keuangan
Bank Umum Syari’ah, ( Jurnal Maslahah, Vol.1, No. 1, Maret 2012), hlm 68.
17 Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/ 33 /PBI/2009 Tentang Pelaksanaan Good Corporate
Governance Bagi Bank Umum Syariah Dan Unit Usaha Syariah Pasal 21.

6

memandang business unit atau auditee-nya sebagai customer daripada objek telah
merubah cara pandang auditor dari kesan cop menjadi coach18. Penelitian ini
secara garis besar berkaitan tentang seberapa besar pengaruh audit internal
terhadap Good Corporate Governance bank syariah.
Seperti yang telah disampaikan sebelumnya, kasus-kasus pelanggaran
tersebut sebagian besar diakibatkan dari lemahnya audit internal dalam
mendeteksi adanya fraud yang terjadi. Tujuan dari audit internal itu sendiri adalah

untuk meningkatkan nilai dan memperbaiki operasional perusahaan, melalui
pendekatan yang sistematis, dengan cara mengevaluasi dan meningkatkan
efektivitas manajemen risiko, pengendalian, dan proses tata kelola perusahaan. 19
Maka bila dilihat dari tujuan audit internal dengan kasus fraud perbankan yang
tengah terjadi, terdapat indikasi tidak terjaganya kualitas audit internal bank
tersebut.
Deteksi dini mengenai adanya fraud pada perbankan dapat dicerminkan
pada Laporan Audit Internal Bank. Melalui laporan tersebut auditor internal
menyampaikan temuan auditnya mengenai ketidak wajaran dalam financial
statement, operating standard, dan bersama Dewan Pengawas Syariah menilai
kepatuhan bank terhadap shariah compliance. Laporan Audit Internal ini
disampaikan kepada Direktur Utama, Dewan Komisaris, Direktur Kepatuhan
(Compliance Director), Auditee (Manajemen), dan Bank Indonesia selaku
regulator20. Melalui evaluasi dan perbaikan kinerja dari laporan tersebut maka
fraud harusnya dapat direduksi.
Melihat peran penting dari Laporan Audit Internal dalam sebuah bank
umum khususnya bank syariah, penulis mengambil elemen audit internal ini untuk
diteliti lebih lanjut pengaruh kualitasnya terhadap Good Corporate Governance
18 Fadhli Azhari, Pencapaian GCG Dan Kaitannya Dengan Peran Auditor Internal (Studi Kasus
Pada PT Pertamnina), fadhliazhari.blogspot.com, Di Pos Tanggal 12 Desember 2009.

19 Peraturan BAPEPAM-LK No.IX.I.7 tentang Pembentukan dan Pedoman Penyusunan Piagam
Unit Audit Internal nomor 1, Hlm 3.
20 Peraturan Bank Indonesia Nomor: 1/ 6 /PBI/1999 Tentang Penugasan Direktur Kepatuhan
(Compliance Director) Dan Penerapan Standar Pelaksanaan Fungsi Audit Intern Bank Umum,
Bank Indonesia.

7

bank syariah. Pengukuran kualitas laporan audit internal bank syariah dilakukan
melalui penyesuaian atas laporan yang disajikan auditor internal dengan Standar
Pelaksanaan Fungsi Audit Internal Bank (SPFAIB) yang dikeluarkan Bank
Indonesia tahun 1999 dalam PBI no. 6/PBI/1999. Menurut Endang Wahyuni
dalam penelitiannya mengatakan sejak diterbitkan pada tahun 1999 sampai
dengan saat ini SPFAIB belum pernah direview atau direvisi untuk
mengakomodasi perkembangan fungsi audit intern sebagaimana telah dilakukan
pada Standards for the Professional Practices of Internal Auditing (SPPIA).21
Penelitian terdahulu, Gusnardi, menyimpulkan bahwa audit internal dengan
menggunakan ukuran independensi, kemampuan profesional, lingkup pekerjaan,
pelaksanaan kegiatan pemeriksaan dan manajemen bagian audit internal secara
simultan berpengaruh signifikan terhadap pelaksanaan

Good Corporate

Governance pada BUMN Tbk di Indonesia. Begitu juga penelitian Kusmayadi
(2009), mengkaji satuan pengawasan internal kaitanya dengan pelaksanaan di
lingkungan pemerintah daerah Kota dan Kabupaten se-Priangan Timur
menunjukkan temuan bahwa satuan pengawasan internal berpengaruh signifikan.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya, lebih spesifik kepada
Laporan Audit Internal bank saja tidak seluruh aspek pada audit internal dan objek
penelitian yang berbeda yaitu bank syariah.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai Audit Internal dan Good Corporate Governance bank umum syariah.
Penelitian ini akan tertuang dengan judul “ Pengaruh Kualitas Laporan Audit
Internal Bank Terhadap Bank Umum Syariah”.

1.2 Rumusan Masalah

21 Endang Wahyuni, Analisis Hubungan Kesesuaian Pelaksanaan Fungsi Audit Intern Bank
Terhadap Standar Profesional Internal Audit
(Semarang:Universitas Diponegoro, 2010), Hal 7.

Dengan

Atribut

Bank

Di

Indonesia,

8

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimanakah kualitas laporan audit internal bank umum syariah
berdasarkan Standar Pelaksanaan Fungsi Audit Internal Bank (SPFAIB)?
2. Apakah kualitas laporan audit internal bank umum syariah berpengaruh
signifikan terhadap Good Corporate Governance bank syariah?

1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui kualitas laporan audit internal bank syriah berdasarkan Standar
Pelaksanaan Fungsi Audit Internal Bank (SPFAIB) saat ini.
2. Mengetahui seberapa besar pengaruh kualitas laporan audit internal bank
syariah terhadap Good Corporate Governance bank syariah.

1.4 Manfaat Penelitian
Penulis sangat berharap dengan penelitian ini dapat memberikan manfaat
setidaknya untuk :
1. Lembaga Keuangan Bank khusus pada bank syariah adalah dapat membantu
meningkatkan nilai Good Corporate Governance bank syariah ditengah
persaingan global. Selain itu, Good Corporate Governance bank syariah lebih
ketat dibandingkan bank konvensional. Hal ini dikarenakan, bank syariah
harus memenuhi kepatuhannya terhadap syariah Islam. Dengan demikian,
melalui Good Corporate Governance yang baik bank syariah memiliki nilai
tambah yang lebih dibandingkan lembaga keuangan yang lain.
2. Stakeholder bank syariah yaitu memberikan transparansi dan tingkat
pengungkapan (level disclousure) yang lebih baik atas pengelolaan dananya
di bank syariah. Maka kesenjangan informasi (Asymetry information ) dapat
diminimalisir. Dengan sendirinya tingkat kepercayaan pada bank syariah pun
akan meningkat.

9

3. Menambah pengetahuan bagi masyarakat, diharapkan tulisan ini memberikan
kontribusi bagi ilmu pengetahuan yang nantinya kekurangan yang dimiliki
dalam penulisan ini selanjutnya dapat dikembangkan kembali oleh generasigenerasi yang akan datang.
4. Auditor internal bank syariah yaitu dengan penelitian ini diharapkan kualitas
dari laporan audit internal yang dilaksanakan bank syariah bisa ditingkatkan
berdasarkan standar pelaksanaan audit yang berlaku baik yang diatur oleh
bank Indonesia ataupun internasional.
5. Pemerintah yaitu dengan penelitian ini diharapkan penerapan Good
Corporate Governance di Indonesia khususnya pada sektor perbankan dapat
meningkat.

Sehingga

memacu

pertumbuhan

ekonomi

nasional

dan

menurunkan tingkat fraud yang terjadi saat ini. Indonesia pun menjadi negara
yang lebih bersih dan bertanggung jawab dimata dunia. Selain itu, dapat
menjadi pertimbangan pemerintah untuk mengevaluasi regulasi terkait Good
Corporate Governance bank syariah dan fungsi internal audit.
6. Bagi penulis yaitu bermanfaat untuk menambah pengetahuan tentang standar
kualitas laporan audit internal bank dan Good Corporate Governance pada
bank syariah, selain sebagai syarat kelulusan mendapatkan gelar sarjana.
1.5 Metodelogi Penelitian
1.5.1 Jenis Penelitian
Berdasarkan tingkat eksplanasi penelitian ini termasuk ke dalam jenis
penelitian asosiatif dengan data kualitatif dikuantitatifkan. Penelitian asosiatif
adalah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua
variabel atau lebih. Dengan Penelitian ini akan dibangun suatu teori yang
dapat berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan dan mengontrol suatu gejala.
Pada penelitian ini minimal terdapat dua variabel yang dihubungkan 22.
Hubungan antara 2 variabel yang diteliti ini adalah hubungan kausal/sebab
1.5.2

akibat.
Variabel Penelitian

22 Endang Ahmad Yani, Materi Kuliah Metodelogi Penelitian yang disampaikan tanggal 18
september 2012, STEI SEBI Depok-Jawa Barat

10

Secara sederhana, istilah variabel digunakan oleh peneliti sebagai sinonim
konstruk atau hal yang sedang diteliti. 23 Namun secara rinci, variabel penelitian
dapat diartikan sebagai sesuatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek
atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya24. Variabel yang terdapat pada
penelitian ini adalah variabel independen dan dependen.

Variabel independen dalam penelitian ini adalah kualitas laporan audit
internal bank umum syariah yang akan disesuaikan dengan Standar Pelaksanaan
Fungsi Audit Internal Bank (SPFAIB). Sebagai variabel dependen yang dipengaruhi
oleh kualitas laporan audit internal, peneliti menggunakan Good Corporate
Governance bank syariah. Pengukuran Good Corporate Governance ini menggunakan
prinsip-prinsip Good Corporate Governance yaitu, akuntability, responsibility,
fairness, independency, dan tranparancy.

1.5.3

Populasi dan Sampel

1.5.3.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek dan subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari, kemudian ditarik kesimpulannya.25 Berdasarkan
definisi di atas, penelitian ini mengugunakan populasi Bank Umum Syariah di
Indonesia.
1.5.3.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut26. Sampel pada penelitian ini adalah Bank Syariah XYZ. Teknik
sampling yang digunakan oleh penulis ialah Purpose sampling. Peneliti
mengambil teknik sampel ini dengan pertimbangan bahwa Bank Syariah XYZ
23 Donald R. Cooper & C. William Emory, Metode Penelitian Bisnis Jilid 1 Edisi kelima,
(Jakarta: Erlangga, 1997), hlm 39.
24 Endang Ahmad Yani, op cit, disampaikan tanggal 25 september 2012
25 Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, (Bandung: CV Alfabeta, 2006), hlm 72.
26 Endang Ahmad Yani, Loc cit, disampaikan tanggal 27 November 2012

11

ini merupakan bank umum syariah yang cukup besar dan telah berdiri cukup
lama sehingga memiliki data historis yang dapat diteliti.

1.5.3.3 Jenis dan Teknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan data
primer. Data sekunder diperoleh penulis melalui library research dan media
masa elektronik yang dapat diakses. Sedangkan data primer diperoleh penulis
melalui wawancara dan observasi ke tempat penelitian. Mengenai jenis data
penulis menggunakan data kualitatif yang dikuantitatifkan. Data kuantitatif dan
data kualitatif adalah penelitian yang jenis datanya berupa angka atau data
kualitatif yang diangkakan. Jenis Data Kualitatif adalah penelitian yang jenis
datanya dinyatakan dalam bentuk kata, kalimat dan gambar 27.

1.5.4

Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini disamarkan untuk kepentingan perlindungan atas data
pribadi perusahaan yang digunakan.

1.5.5

Teknik Analisis Data
1.5.6

Uji Asumsi Klasik
Dalam penelitian ini digunakan uji asumsi klasik sebelum menguji hipotesis
dengan menggunakan analisis regresi linear sederhana. Uji asumsi kalsik yang
digunakan dalam penelitian ini meliputi : Uji Normalitas Data, Uji
Multikolinieritas, Uji Heteroskedastisitas, Uji Autokorelasi, dan Analisa
Regresi Sederhana.
Analisis

regresi

merupakan

analisis

untuk

mendapatkan

hubungan dan model matematis antara variabel respon (y) dan
satu atau lebih variabel prediktor (x). Hubungan antara respon
dan prediktor yang mempengaruhinya dalam pemodelan linear
dapat dituliskan dalam bentuk persamaan regresi sebagai
berikut (Drapper&Smith, 1996):
27 Sugiyono, Op Cit, hlm 14.

12

Y = a + b.x + e

Keterangan :
Y
: Variabel respon (Good Corporate Governance)

: Taksiran variabel respon
x
: Variabel predictor (Kualitas Laporan Audit Internal)
β
: Parameter regresi
α
: Konstanta
e
: error

Berikut ini rumus untuk mencari parameter regresi dan konstanta :

b=

n ∑ XY −( ∑ X )( ∑ Y )
n( ∑ X 2 )−( ∑ X )2

a=

(∑ Y ) b( ∑ X )

n
n

1.6 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan, manfaat
penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini berisi penjelasan mengenai landasan teori dan penelitian terdahulu,
perumusan hipotesis dan kerangka pemikiran yang merupakan hasil dari tinjauan
pustaka dan teori yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti.

BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini menguraikan variabel penelitian dan definisi operasional, penentuan
sampel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, dan metode analisis,
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi tentang penjelasan dari deskripsi obyek penelitian dan analisis data
serta pembahasan dari hasil analisis data tersebut.
BAB V PENUTUP
Bab ini menyajikan kesimpulan akhir yang diperoleh dari hasil analisis pada bab
sebelumnya dan saran-saran yang diberikan kepada berbagai pihak yang
berkepentingan atas hasil penelitian.

13

DAFTAR PUSTAKA DAN LAMPIRAN
Pada bagian ini berisikan daftar sumber referensi yang penulis gunakan serta
lampiran-lampiran yang dibutuhkan.

14

BAB II
LANDASAN TEORI
1.1.

Internal Audit
Internal Audit merupakan bagian dari auditing secara umum. Pengertian auditing
itu sendiri adalah sebagai proses sistematis dalam mengumpulkan dan menilai
bukti-bukti dari suatu kegiatan entitas/perusahaan dengan tujuan pelaporan tingkat
perbedaan antara informasi keuangan dengan kriteria yang telah ditetapkan
sebelumnya yang dilakukan oleh orang yang independen dan kompeten28.
Menurut Sukrisno Agoes dalam bukunya yang berjudul Auditing (Pemeriksaan
Akuntan) oleh Kantor Akuntan Publik disebutkan bahwa:
“Auditing adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis
oleh pihak yang independen terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh
manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya
dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan
keuangan tersebut”.

1.1.

1 Pengertian Internal Audit
Fungsi pengawasan dan pengendalian yang bertujuan untuk mendorong
dipatuhinya segala kebijakan, rencana dan prosedur yang telah ditetapkan
dilaksanakan melalui suatu pemeriksaan internal atau yang lebih dikenal
dengan audit internal.

The Auditing Practises Board (APB) Auditing Guidelines dalam Guideness
for Internal Auditors, mendefinisikan audit internal sebagaimana dikutip
Pickett sebagai berikut :
“Internal audit is an independent appraisal function established by
management for the review of the internal control system as a service to the
organisation. It objectively examines, evaluates and reports on the adequacy
28 Yayah daria, Analisis Pengaruh Fungsi Audit Operasional Terhadap Pembiayaan Mudharabah
Bank Syariah, Universitas Muhamadiyah Yogyakarta, Yogyakarta, 2008, hlm 9

15

of internal control as a contribution to the proper, economic, efficient and
effective use of resources.”
Institute of Internal Auditors di dalam Statement of Responsibilities of
Internal Auditing yang dikutip oleh Arens Loebecke dalam bukunya Internal
Auditing an Integrated Approach mendefinisikan pemeriksaan intern sebagai
berikut:
”Internal auditing is an independent, objective assurance and consulting
activities designed to add value and improve an organization’s operations. It
helps an organization accomplish its objective by bringing a systematic,
disciplined approach to evaluate and improve the effectiveness of risk
management, control and governance processes.”
Dari definisi diatas dapat dijabarkan sebagai berikut29 :
1. Independent, menandakan bahwa audit bersifat bebas dan perbatasan
yang dapat mengurangi ruang lingkup dan keefektifan atas audit ataupun
pelaporan atas temuan audit serta kesimpulan.
2. Appraisal,

menyatakan

keyakinan

penilaian

audit

internal

atas

kesimpulan yang dibuatnya.
3. Esthablished, menyatakan pengakuan perusahaan atas peranan audit
internal.
4. Examine and Evaluate, menyatakan tindakan audit internal sebagai
auditor untuk menemukan fakta dan sebagai pengevaluasi dan
menggunakan pertimbangannya.
5. Its activities, menyatakan bahwa ruang lingkup pekerjaan audit internal
ditujukan kepeda seluruh bagian organisasi.
6. Service to organization, menyatakan bahwa keberadaan audit internal
adalah untuk menambah atau meningkatkan manfaat seluruh organisasi.

29 Santi Damayanti, Hubungan Kinerja Satuan Pengawasan Internal dengan Penerapan Prinsipprinsip Good Corporate Governance pada PT Bank Jabar Banten, (Depok : Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia, 2006), hlm 11

16

Istilah

service juga memberi kesan bahwa audit internal merupakan

fungsi staf dalam melayani kepentingan suatu organisasi.
Sedangkan menurut Mulyadi dan Kanaka P dalam bukunya yang berjudul
Auditing memberikan pengertian pengawasan intern sebagai berikut :
“Audit intern merupakan kegiatan penilaian bebas, yang terdapat dalam
organisasi, yang dilakukan dengan cara memeriksa akuntansi, keuangan dan
kegiatan lain untuk memberikan jasa bagi manajemen dalam melaksanakan
tanggung jawabnya”.
Dan menurut Dedi Kumayadi, yang dimaksud audit internal adalah:
“Suatu aktivitas konsultasi dan pemberian keyakinan yang obyektif dan
independen yang dirancang untuk menambah nilai dan memperbaiki operasi
suatu organisasi, untuk membantu organisasi mencapai tujuan dengan
menyelengarakan suatu pendekatan disiplin yang sistematis untuk menilai
dan mengefektifkan manajemen risiko, pengendalian, dan proses tatakelola
yang baik30.”
Kemudian, menurut Badan Pengawas Pasar Modal Dan Lembaga Keuangan ,
“Audit Internal adalah suatu kegiatan pemberian keyakinan (assurance) dan
konsultasi yang bersifat independen dan obyektif, dengan tujuan untuk
meningkatkan nilai dan memperbaiki operasional perusahaan, melalui
pendekatan yang sistematis, dengan cara mengevaluasi dan meningkatkan
efektivitas manajemen risiko, pengendalian, dan proses tata kelola
perusahaan31.”
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa internal audit
merupakan fungsi divisi yang melakukan penilaian secara bebas atau tidak
memihak dalam suatu organisasi untuk memeriksa dan mengevaluasi seluruh
aktivitas dan melaporkan hasil pekerjaannya tersebut kepada manajemen
30 Dedi Kusmayadi, loc cit, hlm 151

31 Peraturan BAPEPAM-LK No.IX.I.7 tentang Pembentukan dan Pedoman Penyusunan Piagam
Unit Audit Internal nomor 1, Hlm 3

17

sebagai suatu jasa pelayanan, dan bertanggung jawab penuh kepada
manajemen.
2.1.2 Tujuan dan Tanggung Jawab Internal Audit
Tujuan audit internal sebenarnya sudah tersirat dalam definisi audit internal
itu sendiri, yaitu membantu seluruh anggota manajemen agar dapat
melaksanakan tanggung jawab secara efektif dengan jalan memberikan
analisis, penilaian, rekomendasi, saran dan keterangan dari operasi
perusahaan yang diperiksanya.
Ratliff mengemukakan tujuan utama dari audit internal, adalah sebagai
berikut:
”The primary objective of internal auditing is to provide an appraisal of the
organization’s controls to ensure that business risk is addressed and that the
goals and objectives are achieved efficiently, effectively, and economically.”
Sedangkan Mulyadi mengemukakan tujuan dari audit internal, sebagai
berikut:
“Membantu semua anggota manajemen dalam melaksanakan tanggung jawab
mereka, dengan cara menyajikan analisis, penilaian, rekomendasi dan
komentar-komentar penting mengenai kegiatan mereka.”
Bila dilihat dalam The Institute of Internal Auditors/IIA, tujuan audit internal
adalah sebagai berikut:
“The objective of internal auditing is to assist members of the organization in
the effective discharge of their responsibilities. To this end, internal auditing
furnishes them with analysis, appraisals, recommendations, counsels, and
information concerning the activities reviewed. The audit objective includes
promoting effective control at reasonable cost.”
Menurut Sawyer’s tujuan audit internal adalah sebagai berikut :

18

1. Menilai apakah kegiatan pengendalian yang ada sudah cukup memadai
dan terbukti efektif untuk mencapai tujuan perusahan.
2. Menilai apakah persentasi kerja manajemen telah sesuai dengan
ketentuan, kebijakan dan peraturan yang ada di dalam perusahaan, dan
untuk mengetahui apakah persentasi manajemen tersebut telah lebih baik
dari masa sebelumnya, serta untuk menentukan apakah aktivitas serta
program perusahaan telah dikelola secara hemat, efisien dan efektif.
3. Membantu manajemen dalam melaksanakan tugas pengelolaan. Dalam
hal ini pemeriksa harus memahami fungsi-fungsi dari manajemen
(Planning, Organizing, Directing and Controlling), bahkan kalau bisa
harus lebih baik dari pada manajer sendiri karena memiliki keahlian
operasional yang baik tetapi masih belum memadai dalam bidang
manajerial.
Tujuan ini dapat tercapai apabila audit internal berfungsi dengan baik. Untuk
itu, audit internal harus mengetahui wewenang, tugas, dan tanggung
jawabnya secara jelas. Sebagian tugas dari audit internal adalah membantu
manajemen dalam mencapai tujuan perusahaan, dengan cara melakukan audit
dan penilaian secara objektif, serta memberikan rekomendasi berdasarkan
hasil auditnya. Karena tugas auditor internal adalah mengaudit dan meneliti
seluruh kegiatan perusahaan, seorang auditor internal harus menguasai
seluruh aspek dalam ruang lingkup perusahaan, baik yang berhubungan
dengan prosedur-prosedur akuntansi dan keuangan, produksi-produksi,
pengembangan, penjualan dan pemasaran, teknik, dan lain-lain32.
Wewenang yang dimiliki auditor internal dalam melakukan audit adalah
kebebasan untuk me-review dan menilai kebijakan-kebijakan, rencana,
prosedur, dan sistem yang telah ditetapkan. Wewenang yang diberikan harus
bersumber dari manajemen dan disetujui oleh dewan direksi. Kemudian,

32 Santi Damayanti, Loc cit, hlm 20

19

BAPEPAM-LK yang juga mengatur mengenai piagam audit bagi entitas go
public menyatakan, wewenang Audit Internal meliputi33 :
a) mengakses seluruh informasi yang relevan tentang perusahaan terkait
dengan tugas dan fungsinya;
b) melakukan komunikasi secara langsung dengan direksi, dewan komisaris,
dan/atau Komite Audit serta anggota dari direksi, dewan komisaris,
dan/atau Komite Audit;
c) mengadakan rapat secara berkala dan insidentil dengan direksi, dewan
komisaris,

dan/atau

Komite

Audit;

dan

melakukan

koordinasi

kegiatannya dengan kegiatan auditor eksternal.
Adapun tanggung jawab audit internal menurut Komite Ikatan Akuntan
Indonesia dalam Standar Profesional Akuntan Publik adalah, sebagai berikut:
“Auditor internal bertanggung jawab untuk menyediakan jasa analisis dan
evaluasi, memberikan keyakinan dan rekomendasi, dan informasi lain kepada
manajemen entitas dan dewan komisaris, atau pihak lain yang setara
wewenang dan tanggung jawabnya. Untuk memenuhi tanggung jawabnya
tersebut, auditor intern mempertahankan objektivitasnya yang berkaitan
dengan aktivitas yang diauditnya. Tanggung jawab penting fungsi audit
intern adalah memantau kinerja pengendalian entitas.”
2.1.3

Ruang Lingkup Internal Audit Bank
Ruang lingkup kegiatan audit internal secara umum mencakup bidang yang
sangat luas dan kompleks meliputi seluruh tingkatan manajemen baik yang
sifatnya administratif maupun operasional yaitu meliputi:
(1) evaluasi pengendalian internal
(2) evaluasi
(3) pengelolaan;
(4) evalusi proses governance

33 Peraturan BAPEPAM-LK No.IX.I.7 tentang Pembentukan dan Pedoman Penyusunan Piagam
Unit Audit Internal Nomor 9, Hlm 4

20

Lebih lanjut Hunger & Wheelen menjelaskan mengenai esensi pelaksanaan
audit internal adalah berada dalam tahap evaluasi dan pengendalian
(evaluation and control), berdasarkan hasil evaluasi dan pengendalian ini para
manajer di semua level menggunakan informasi (umpan balik) hasil kinerja
untuk melakukan tindakan perbaikan berkesinambungan dan pemecahan
masalah.
Sedangkan ruang lingkup khusus pekerjaan audit Satuan Kerja Audit Internal
(SKAI) bank harus mencakup seluruh aspek dan unsur kegiatan bank yang
secara langsung ataupun tidak langsung diperkirakan dapat mempengaruhi
tingkat terselenggaranya secara baik kepentingan bank dan masyarakat 34.
Dalam hubungan ini, selain meliputi pemeriksaan dan penilaian atas
kecukupan dan efektivitas struktur pengendalian intern dan kualitas
pelaksanaannya, juga mencakup segala aspek dan unsur dari organisasi bank
sehingga mampu menunjang analisis yang optimal dalam membantu proses
pengambilan keputusan oleh manajemen.
2.1.4

Tugas Internal Audit Bank

Tugas internal audit menurut BAPEPAM-LK itu sendiri adalah35
a) menyusun dan melaksanakan rencana Audit Internal tahunan;
b) menguji dan mengevaluasi pelaksanaan pengendalian interen dan sistem
manajemen risiko sesuai dengan kebijakan perusahaan;
c) melakukan pemeriksaan dan penilaian atas efisiensi dan efektivitas di
bidang keuangan, akuntansi, operasional, sumber daya manusia,
pemasaran, teknologi informasi dan kegiatan lainnya;
d) memberikan saran perbaikan dan informasi yang obyektif tentang
kegiatan yang diperiksa pada semua tingkat manajemen;
e) membuat laporan hasil audit dan menyampaikan laporan tersebut kepada
direktur utama dan dewan komisaris;

34 Standar Pelaksanaan Fungsi Audit Intern Bank, 1999, Bank Indonesia hal 21
35 Peraturan BAPEPAM-LK No.IX.I.7 tentang Pembentukan dan Pedoman Penyusunan Piagam
Unit Audit Internal nomor 8 hal 4

21

f) memantau, menganalisis dan melaporkan pelaksanaan tindak lanjut
perbaikan yang telah disarankan;
g) bekerja sama dengan Komite Audit;
h) menyusun program untuk mengevaluasi mutu kegiatan audit internal
yang dilakukannya; dan melakukan pemeriksaan khusus apabila
diperlukan.
Senada dengan yang dimuat dalam Kajian Tentang Pedoman Good Corporate
Governance Di Negara Negara Anggota The Asean Capital Market Forum
(Acmf), tugas internal Audit diantaranya36:
a) melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan program perusahaan
b) memberikan saran dalam upaya memperbaiki efektifitas proses
pengendalian risiko
c) melakukan

evaluasi

kepatuhan

perusahaan

terhadap

peraturan

perusahaan, pelaksanaan GCG dan perundangundangan
d) memfasilitasi kelancaran pelaksanaan audit oleh auditor eksternal
2.1.5

Laporan hasil Audit37
Setelah selesai melakukan kegiatan audit, Auditor Intern berkewajiban
untuk menuangkan hasil audit tersebut dalam bentuk laporan tertulis.
Laporan tersebut harus memenuhi standar pelaporan, memuat kelengkapan
materi dan melalui proses penyusunan yang baik.

2.1.5.1 Standar Pelaporan
Laporan hasil audit sekurang-kurangnya harus memenuhi standar sebagai
berikut:
a. Laporan harus tertulis
Laporan harus tertulis dan memuat hasil audit sesuai dengan ruang
lingkup penugasan. Disamping itu laporan harus dapat berfungsi
sebagai dokumen formal yang mencerminkan tanggung jawab
Auditor Intern dan Auditee atas kegiatan yang dilakukan.
36 Lasdini Purwanti dkk, loc cit, hal 14
37 Standar Pelaksanaan Fungsi Audit Intern Bank, 1999, Bank Indonesia hal 58

22

b. Laporan diuraikan secara singkat dan mudah dipahami
Laporan harus dibuat secara singkat yang memuat beberapa hal
pokok atau yang dianggap penting dan hal-hal yang perlu untuk
dilakukan perbaikan oleh Auditee.
c. Laporan harus didukung kertas kerja yang memadai
Laporan yang memuat temuan audit harus didukung kertas kerja
yang memadai agar dapat dipertanggungjawabkan
d. Laporan harus obyektif
Laporan harus obyektif dan berdasarkan fakta serta tidak memihak
kepada kepentingan tertentu.
e. Laporan harus konstruktif
Laporan harus konstruktif dan dapat memberikan saran perbaikan
atau arah bagi Auditee untuk dapat melakukan perbaikan.
f. Laporan harus ditandatangani oleh Auditor Intern dan atau Kepala
SKAI
Tanda tangan Auditor dan atau Kepala SKAI dimaksudkan sebagai
pencerminan tanggungjawab atas kebenaran isi laporan yang dibuat.
g. Laporan harus dibuat dan disampaikan tepat waktu
Laporan harus dibuat dan disampaikan tepat waktu atau dalam batas
waktu yang masih relevan dengan materi laporan.
h. Laporan dituangkan secara sistematis
Laporan harus dituangkan secara sistematis yang antara lain memuat
obyek audit, periode audit, temuan audit, kesimpulan dan
rekomendasi serta tanggapan Auditee.
2.1.5.2 Materi Laporan
Materi atau isi laporan harus cukup lengkap dan jelas. Agar dapat
diperoleh suatu laporan yang informatif dan efektif. Materi laporan
antara lain meliputi:
a. Tujuan, luas dan pendekatan audit

23

Hal ini dimaksudkan agar pembaca laporan sejak awal
mengetahui tujuan, luas dan pendekatan audit sehingga dapat
memahami dengan baik materi yang dikemukakan dalam laporan.
b. Temuan audit
Temuan audit yang diungkapkan dalam laporan harus memuat
secara jelas mengenai fakta, keadaan yang seharusnya serta
dampak dan penyebab terjadinya penyimpangan. Temuan audit
yang dianggap penting sekali harus dilaporkan segera oleh Ketua
Tim Audit kepada Kepala SKAI tanpa menuggu selesainya audit.
c. Kesimpulan Auditor Intern atas hasil audit
Auditor Intern harus memberikan kesimpulan atas temuannya
baik berupa keberhasilan maupun penyimpangan sesuai dengan
lingkup auditnya.
d. Pernyataan Auditor Intern bahwa audit telah dilakukan sesuai
dengan SPFAIB
Auditor Intern dalam hal ini perlu menyatakan bahwa audit telah
dilakukan sesuai dengan SPFAIB
e. Rekomendasi Auditor Intern
Apabila

dalam

audit

ditemui

adanya

kelemahan

atau

penyimpangan, Auditor Intern harus memberikan rekomendasi
perbaikan.
f. Tanggapan Auditte
Auditee

harus

diberikan

kesempatan

untuk

memberikan

tanggapan/komentar atas temuan audit yang dapat berupa
pembenaran/persetujuan,

atau

keberatan/penolakan

dan

alasannya. Selanjutnya Auditee perlu memberikan komitmen
untuk melakukan perbaikan dengan batas waktu tertentu.
g. Hasil pengecekan komitmen Auditee
Dalam laporan harus dikemukakan hasil pengecekan atas
pelaksanaan komitmen Auditee atas audit sebelumnya yang
belum dapat dilaksanakan.

24

2.1.5.3 Informasi Khusus yang tidak dicantumkan dalam Laporan Hasil
Audit
Dalam hal suatu informasi hasil audit bersifat sangat terbatas dan tidak
dapat dicantumkan dalam Laporan Hasil Audit, maka informasi
tersebut dilaporkan secara khusus kepada Direktur Utama dan Dewan
Komisaris serta Direktur Kepatuhan sesuai dengan tingkat informasi
khusus tersebut. Informasi tersebut harus termasuk dalam pokokpokok hasil audit yang disampaikan ke Bank Indonesia setiap
semester.
2.1.5.4 Proses penyusunan laporan
Proses penyusunan laporan perlu dilakukan dengan cermat agar dapat
disajikan laporan yang akurat dan bermanfaat bagi Auditee. Proses
tersebut antara lain mencakup:
a. Kompilasi dan analisis temuan audit
Temuan audit yang akan dituangkan dalam laporan harus
dikompilasi dan dianalisis tingkat signifikasinya.
b. Konfirmasi dengan Auditee
Temuan audit harus dikonfirmasikan dengan Auditee untuk
diketahui dan dipahami.
c. Diskusi dengan Kepala SKAI
Temuan audit yang sudah dikompilasi dan dianalisis harus
dilaporkan serta didiskusikan dengan Kepala SKAI atau pejabat
yang ditunjuk.
d. Diskusi dengan Auditee
Diskusi ini dimaksudkan agar Auditee memberikan komitmen dan
bersedia melakukan perbaikan dalam batas waktu tertentu yang
dijanjikan.

25

e. Review laporan
Konsep laporan yang disusun oleh tim audit direview oleh Kepala
SKAI atau pejabat yang ditunjuk agar diperoleh keyakinan bahwa
laporan tersebut telah lengkap dan benar.
2.1.5.5 Penyampaian Laporan
a. Laporan SKAI kepada Direktur Utama, Dewan Komisaris, Direktur
Kepatuhan (Compliance Director) dan Auditee
Laporan Auditor Intern harus disampaikan oleh Kepala SKAI
kepada Direktur Utama, Dewan Komisaris, Direktur Kepatuhan
(Compliance Director) dan Auditee untuk dapat diketahui dan
ditindaklanjuti.
b. Laporan Direktur Utama dan Dewan Komisaris kepada Bank
Indonesia
Direktur Utama dan Dewan Komisaris menyampaikan laporan
pelaksanaan dan pokok-pokok hasil audit intern setiap semester
kepada Bank Indonesia. Selain itu apabila terdapat temuan audit
intern yang diperkirakan dapat mengganggu kelangsungan usaha
bank, Direktur Utama dan Dewan Komisaris harus segera
melaporkannya kepada Bank Indonesia.
2.2 Good Corporate Governance

2.2.1

Pengertian Good Corporate Governance

Pengertian corporate governance menurut Turnbull Report di Inggris yang
dikutip oleh Tsuguoki Fujinuma adalah sebagai berikut :
“Corporate governance is a company’s system of internal control, which
has as its principal aim the management of risk that are significant to the
fulfillment of its bussines objectives, with a view to cafeguarding the
company’s assets and enchancing overtime the value of shareholders
investment”

26

Berdasarkan

pengertian

diatas

maka

Muh.

Arief

Effendi

menyimpulkan definisi corporate governance sebagai suatu sistem
pengendalian internal perusahaan yang memiliki tujuan utama mengelola
risiko yang signifikan guna memenuhi tujuan bisnisnya melalui
pengamanan asset perusahaan dan meningkatkan nilai investasi pemegang
saham dalam jangka panjang.
Definisi good corporate governance menurut Bank Dunia (World
Bank) yang dikutip oleh Muh. Arief Effendi adalah:
“Kumpulan hukum, peraturan, dan kaidah-kaidah yang wajib dipenuhi,
yang dapat mendorong kinerja sumber-sumber perusahaan untuk berfungsi
secara efisien guna menghasilkan nilai ekonomi jangka panjang yang
berkesinambungan bagi para pemegang saham maupun masyarakat sekitar
secara keseluruhan”
Menurut

Organization

for

Economic

Co-operation

and

Development (OECD), mendefinisikan GCG yang dikutip dari Tunggal
sebagai berikut:
“Corporate Governance is the system by which business corporation are
directed and controlled. The corporate governance structure specifies the
distribution of rights and responsibilities among different participants in
the corporation, such as, the board managers, shareholders and other
stakeholders, and spells out the rules and procedures for making decisions
on corporate affairs. By doing this, it also provides the structure through
which the company objectives are set and the means of attaining those
objectives and monitoring performance.”
Definisi GCG menurut Forum for Corporate Governance in
Indonesia, adalah sebagai berikut:

27

“Seperangkat peraturan yang menetapkan hubungan antara pemegang
saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditor, pemerintah,
karyawan, serta para pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya
yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan kata
lain suatu system yang mengendalikan perusahaan.”
Menurut Bank Indonesia dalam peraturan bank Indonesia
mengenai GCG bank umum yaitu:
“Good Corporate Governance, yang selanjutnya disebut GCG, adalah
suatu tata kelola Bank yang menerapkan prinsip-prinsip keterbukaan
(transparency),

akuntabilitas

(accountability),

pertanggungjawaban

(responsibility), profesional (professional), dan kewajaran (fairness)38”
Pengertian yang sama pula dalam peraturan bank Indonesia tentang
penerapan gcg pada bank syariah no.11/ 33 /PBI/200939
Dari banyak pengertian itu dapat disimpulkan bahwa GCG dapat
dikatakan sebagai suatu cara untuk mengelola perusahaan agar lebih
efisien dan profitable namun tetap memperhatikan perlindungan terhadap
pemegang saham. Dalam tataran konsep, GCG merupakan suatu sistem
mengenai bagaimana suatu usaha dikelola dan diawasi. Oleh karena itu,
struktur GCG seharusnya mencakup pengertian sebagai berikut :
1. Adanya pemisahan antara hak dan kewajiban antara pelaku dalam
perusahaan seperti manajemen, pemegang saham dan stakeholders.
Disamping itu harus terdapat pemisahan yang jelas pula antara
manejemen dan pemilik perusahaan.
2. Adanya landasan dan norma yang jelas dari pemilik perusahaan
(pemegang saham) untuk menyadari bahwa manajemen perusahaan
harus tunduk pada prosedur dan ketentuan yang mengukat

38 Peraturan Bank Indonesia No. Nomor 8/4/Pbi/2006 Tentang Pelaksanaan Good Corporate
Governance Bagi Bank Umum, Pasal 1 Ayat 6
39 Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/ 33 /Pbi/2009 Tentang Pelaksanaan Good Corporate
Governance Bagi Bank Umum Syariah Dan Unit Usaha Syariah, Pasal 1 Ayat 10

28

khususnya

yang

berkaitan

dengan

pengambilan

kebijakan

perusahaan.
2.2.2

Ruang lingkup Pedoman Good Corporate Governance 40
Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia memuat prinsip
dasar dan pedoman pokok pelaksanaan Good Corporate Governance yang
merupakan standar minimal yang mencakup:
a. Peran negara, dunia usaha dan masyarakat dalam menciptakan
situasi kondusif untuk melaksanakan Good Corporate Governance
b. Asas-asas Good Corporate Governance yang meliputi transparansi,
akuntabilitas, responsibilitas, independensi dan kewajaran dan
kesetaraan
c. Etika Bisnis dan Pedoman Perilaku
d. Rapat Umum Pemegang Saham
e. Komposisi, persyaratan, pengangkatan/pemberhentian, tugas dan
fungsi,

komite

penunjang

dan

pertanggungjawaban

Dewan

Komisaris
f. Komposisi, persyaratan, pengangkatan/pemberhentian, tugas dan
fungsi, dan pertanggungjawaban Direksi
g. Hak dan tanggungjawab Pemegang saham
h. Pemangku kepentingan yang meliputi karyawan, mitra bisnis dan
masyarakat serta pengguna produk atau jasa perusahaan
i. Pernyataan

tentang

penerapan

Pedoman

Good

Corporate

Governance
j. Pedoman Praktis Penerapan Good Corporate Governance
2.2.3

Prinsip – Prinsip Good Corporate Governance
Pedoman Good Corporate Governance Perbankan Indonesia yang
dikeluarkan oleh Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance
menjelaskan

bahwa

sebagai

lembaga

intermediasi

dan

lembaga

kepercayaan, dalam melaksanakan kegiatan usahanya bank harus
40 Lasdini Purwanti dkk, Loc cit, hal 10

29

menganut prinsip keterbukaan (transparency), memiliki ukuran kinerja
dari semua jajaran bank berdasarkan ukuran-ukuran yang konsisten
dengan corporate values, sasaran usaha dan strategi bank sebagai
pencerminan

akuntabilitas

bank

(accountability),

berpegang

pada

prudential banking practice dan menjamin dilaksanakannya ketentuan
yang berlaku sebagai wujud tanggungjawab bank (responsibility), objektif
dan bebas dari tekanan pihak manapun dalam pengambilan keputusan
(independency), serta senantiasa memperhatikan kepentingan seluruh
stakeholders berdasarkan azas kesetaraan dan kewajaran (fairness).
2.2.3.1 Keterbukaan (transparency)
Transparansi maksudnya dalam mengelola perusahaan, manajemen
mengungkapkan hal-hal yang sifatnya material secara berkala kepada
pemegang saham dan stakeholder lainnya termasuk situasi keuangan,
kinerja, kepemilikan dan pengendalian perusahaan.

Keterbukaan

(transparency) dalam Pedoman Good Corporate Governance Perbankan
Indonesia tahun 2004, sebagai berikut :
1. Bank harus mengungkapkan informasi secara tepat waktu, memadai,
jelas, akurat dan dapat diperbandingkan serta mudah diakses oleh
stakeholder sesuai dengan haknya.
2. Informasi yang harus diungkapkan meliputi tapi tidak terbatas pada
hal-hal yang bertalian dengan visi, misi, sasaran usaha dan strategi
perusahaan, kondisi keuangan, susunan dan kompetensi pengurus,
pemegang saham pengendali, cross shareholding, pejabat eksekutif,
pengelola risiko (risk management), sistem pengawasan dan
pengendalian intern, status kepatuhan, sistem dan pelaksanaan GCG
serta kejadian penting yang dapat mempengaruhi kondiso bank.
3. Prinsip keterbukaan yang dianut oleh bank tidak mengurangi
kewajiban untuk memenuhi ketentuan rahasia bank sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, rahasia jabatan, dan
hak-hak pribadi.

30

4. Kebijakan bank harus tertulis dan dikomunikasikan kepada pihak yang
berkepentingan (stakeholders) dan yang berhak memperoleh informasi
tentang kebijakan tersebut.
2.2.3.2 Akuntabilitas (accountability)
Akuntabilitas dimaksudkan agar manajemen dalam mengelola
perusahaan dapat mempertanggungjawabkan pekerjaannya. Kerangka
kerja GCG memastikan system pengendalian strategis dan monitoring
berjalan dengan baik serta memastikan akuntabilitas dewan eksekutif
pada

perusahaan,

pemegang

saham

dan

stakeholders.

Dewan

bertanggungjawab untuk memantau kinerja dan pencapaian target
return bagi pemegang saham, sekaligus mencegah berlarutnya konflik
kepentingan serta menjaga kompetisi yang adil dalam perusahaan. Agar
akuntabilitas terwujud dengan baik dan efektif, dewan harus menjaga
independensi manajemen. Tan