Variasi Bahasa Pada Acara Raja Gombal di Trans7

BAB II
KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep
Konsep adalah ideatau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa
konkret (KBBI, 2005 : 588). Konsep adalah gambaran mental dari objek, proses,
atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk
memahami hal-hal lain (Kridalaksana, 2001 : 117).
2.1.1 Sosiolinguistik
Sosiolinguistik merupakan ilmu antardisiplin antara sosiologi dan
linguistik, dua bidang ilmu empiris yang mempunyai kaitan sangat erat. Maka,
untuk memahami apa sosiolingustik itu, perlu terlebih dahulu dibicarakan apa
yang dimaksud dengan sosiologi dan lingusitik itu. Sosiologi berusaha
mengetahui bagaimana masyarakat itu terjadi, berlangsung, dan tetap ada. Dengan
mempelajari lembaga-lembaga sosial dan segala masalah sosial dalam satu
masyarakat, bagaimana mereka bersosialisasi, dan menempatkan diri dalam
tempatnya masing-masing dalam masyarakat. Sedangkan linguistik adalah bidang
ilmu yang mempelajari bahasa, atau bidang ilmu yang mengambil bahasa sebagai
objek kajiannya. Dengan demikian, secara mudah dapat dikatakan bahwa
sosiolinguistik adalah bidang ilmu antardisiplin yang mempelajari bahasa dalam
kaitannya dengan penggunaan bahasa itu di dalam masyarakat. (Chaer dan
Agustina 2004 : 2).


Universitas Sumatera Utara

2.1.2 Raja Gombal
Acara yang ditayangkan di televisi adalah salah satu media yang dapat
memberikan pengetahuan kepada setiap penikmatnya yang menyajikan suatu
acara yang mengambil satu tema untuk acara tersebut.
Acara Raja Gombal adalah sebuah acara hiburan yang tayang setiap hari
sabtu di Trans7, acara ini adalah acara hiburan yang di dalamnya terdapat kata
atau kalimat yang berupa candaan dan rayuan. Setiap levelnya, acara ini
mengambil satu tema untuk dibahas oleh setiap individu yang digunakan untuk
merayu individu lainnya. Setiap bahasa yang terucap adalah bahasa yang
mengalami terjadinya variasi bahasa. Acara ini ringan dan banyak diminati para
remaja Indonesia sebagai hiburan yang positif. Dalam acara Raja Gombal di
Trans7 bahwa sang pria dan wanita memiliki nama lain yaitu dewa cinta dan dewi
cinta.
2.1.3 Trans7
Trans7 adalah salah satu stasiun televisi swasta yang ada di Indonesia
yang merupakan cabang dari stasiun televisi Trans TV. Trans7 berdiri dengan
nama TV7 berdasarkan izin dari Dinas Perdagangan dan Perindustrian Jakarta

Pusat dengan nomor 809/BH.09.06/III/2000 yang sahamnya sebagian besar
dimiliki oleh Kompas Gramedia (KG) dan 12% dimiliki oleh Bakrie & Brother
(perusahaan konglomerat milik Aburizal Bakrie yang memiliki ANTV). Pada
tanggal 25 November 2001 keberadaan TV7 telah diumumkan dalam berita
negara nomor 8687 sebagai PT DUTA VISUAL NUSANTARA TIVI TUJUH.

Universitas Sumatera Utara

Logo TV7 sendiri diartikan sebagai simbol dari ”JO” yang merupakan singkatan
dari pemilik TV7, Jakob Oetama. Kini TV7 telah berganti nama menjadi Trans7
karena telah bergabung dengan Trans Tv. Kini Trans7 memiliki banyak acara
hiburan yang baik dan mendidik bagi para penikmat televisi. Salah satu acara
hiburan yang tayang di Trans7 adalah Raja Gombal yang tayang setiap hari sabtu.
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Variasi dari Segi Penutur
Variasi dari segi penutur, (Chaer dan Agustina, 2004: 62,63) variasi
bahasa yang dilihat berdasarkan penuturnya yang pertama disebut idiolek, yakni
variasi bahasa yang bersifat perseorangan. Variasi idiolek ini berkenaan dengan
‘warna’ suara, pilihan kata, gaya bahasa, susunan kalimat, dan sebagainya.
Namun yang paling dominan adalah ‘warna’ suaru itu, sehingga jika kita cukup

akrab dengan seseorang, hanya dengan mendengar suara bicaranya tanpa melihat
orangnya, kita dapat mengenalinya. Variasi bahasa yang kedua adalah dialek,
yakni variasi bahasa dari sekelompok penutur yang jumlahnya relatif, yang berada
pada satu wilayah atau area tempat tinggal penutur, maka dialek ini lazim disebut
dialek areal, dialek regional atau dialek geografi. Variasi bahasa yang ketiga
adalah variasi yang berdasakan penutur yang disebut kronolek atau dialek
temporal, yakni variasi bahasa yang digunakan oleh kelompok social pada masa
tertentu seperti pada masa tahun tiga puluhan, tahun lima puluhan dan variasi
yang digunakan pada masa kini. Variasi bahasa yang keempat adalah variasi

Universitas Sumatera Utara

bahasa berdasarkan penuturnya adalah sosiolek atau dialek social, yakni variasi
bahasa yang berkenaan dengan status, golongan, dan kelas social penuturnya
2.2.2 Variasi dari Segi Pemakaian
Variasi bahasa dari segi pemakaiannya (Chaer dan Agustina, 2004 : 68)
berkenaan dengan penggunaannya, pemakaiannya, atau fungsinya disebut
fungsiolek, ragam, atau register. Variasi ini biasanya dibicarakan berdasarkan
bidang penggunaan, gaya, atau tingkat keformalan, dan sarana penggunaan.
Variasi bahasa berdasarkan bidang pemakaian ini adalah menyangkut bahasa itu

digunakan untuk keperluan atau bidang lain. Misalnya, bidang sastra jurnalistik,
militer, pertanian, pelayaran, perekonomian, perdagangan, pendidikan, dan
kegiatan keilmuan. Variasi bahasa berdasarkan bidang kegiatan ini yang paling
tampak cirinya adalah dalam bidang kosa kata.
Ragam bahasa jurnalistik juga mempunyai cirri tertentu, yakni bersifat
sederhana, komunikatif, dan ringkas. Sederhana karena harus dipahami dengan
mudah; komunikatif karena jurnalistik harus menyampaikan berita secara tepat;
dan ringkas karena keterbatasan ruang (dalam media cetak), dan keterbatasan
waktu (dalam media elektronik). Ragam bahasa militer dikenal dengan cirinya
yang ringkas dan bersifat tegas, sesuai dengan tugas dan kehidupan kemiliteran
yang penuh dengan disiplin dan instruksi. Ragam militer di Indonesia dikenal
dengan berbagai singkatan dan akronim. Ragam bahasa ilmiah yang juga dikenal
dengan cirinya yang lugas, jelas, dan bebas dari keambiguan, serta segala macam
metafora dan idiom.

Universitas Sumatera Utara

Variasi bahasa berdasarkan fungsi ini lazim disebut register. Dalam
pembicaraan tentang register ini biasanya dikaitkan dengan masalah dialek. Kalau
dialek berkenaan dengan bahasa itu digunakan oleh siapa, di mana, dan kapan,

maka register berkenaan dengan masalah bahasa itu digunakan untuk kegiatan
apa.
2.2.3 Variasi dari Segi Keformalan
Variasi bahasa dari segi keformalan (Chaer dan Agustina, (2004 : 70),
berdasarkan tingkat keformalannya, (Martin Joos 1967) dalam bukunya The Five
Clock membagi variasi bahasa atas lima macam gaya (Inggris: Style), yaitu gaya
atau ragam beku (Frozen), gaya atau ragam resmi (Formal), gaya atau ragam
usaha (konsultatif), gaya atau ragam santai (casual), dan gaya atau ragam akrab
(Intimate).
Ragam beku adalah variasi bahasa yang paling formal, yang digunakan
dalam situas-situasi khidmat, dan upacara-upacara resmi, misalnya dalam upacara
kenegaraan, khotbah di mesjid, tata cara pengambilan sumpah; kitab, undangundang, akte notaries, dan surat-surat keputusan. Disebut ragam beku karena pola
dan kaidahnya sudah ditetapkan secara mantap, tidak boleh diubah.
Ragaam resmi atau formal adalah variasi bahasa yang digunakan dalam
pidato kenegaraan, rapat dinas, surat-menyurat dinas, ceramah keagamaan, bukubuku pelajaran, dan sebagainya. Pola dan kaidah ragam resmi sudah ditetapkan
secara mantap sebagai suatu standar. Ragam resmi ini pada dasarnya sama dengan
ragam bahasa baku atau standar yang hanya digunakan dalam situasi resmi, dan

Universitas Sumatera Utara


tidak dalam situasi yang tidak resmi, seperti percakapan antarteman yang sudah
karib atau percakapan dalam keluarga. Tetapi pembicaraan dalam acara
peminangan, pembicaraab dengan dekan di kantornya, atau diskusi dalam ruang
kuliah adalah menggunakan ragam resmi ini.
Ragam usaha atau ragam konsultatis adalah variasi bahsa yang lazim
digunakan dalam pembicaraan biasa di sekolah, dan rapat-rapat atau pembicaraan
yang berorientasi kepada hasil atau produksi.
Ragam santai atau ragam kasual adalah variasi bahasa yang digunakan
dalam situasi tidak resmi untuk berbincang-bincang dengan keluarga atau teman
karib pada waktu beristirahat, berolah raga, berkreasi, dan sebagainya. Ragam ini
banyak menggunakan bentuk alegro, yakni bentuk kata atau ujaran yang
dipendekkan dan dipengaruhi unsur dialek dan unsur bahasa daerah.
Ragam akrab atau ragam intim adalah variasi bahasa yang biasanya
digunakan oleh para penutur yang hubungannya sudah akrab, seperti antaranggota
keluarga, atau antarteman yang sudah karib. Ragam ini ditandai dengan
penggunaan bahasa yang tidak lengkap, pendek-pendek, dan dengan artikulasi
yang seringkali tidak jelas.
2.2.4 Variasi dari Segi Sarana
Variasi dari segi sarana (Chaer dan Agustina, 2004 : 72), variasi bahasa
dari segi sarana atau jalur yang digunakan. Dalam hal ini dapat disebut adanya

ragam lisan dan ragam tulis, atau juga ragam dalam berbahasa dengan

Universitas Sumatera Utara

menggunakan sarana atau alat tertentu, seperti, dalam bertelepon. Adanya ragam
bahasa lisan dan ragam bahasa tulis didasarkan pada kenyataan bahwa bahasa
lisan dan tulis memiliki wujud struktur yang tidak sama: Adanya ketidaksamaan
ini wujud struktur ini adalah karena dalam berbahasa lisan atau dalam
menyampaikan

informasi

secara

lisan,

kita

dibantu


oleh

unsur-unsur

nonsegmental atau unsur nonlingustik yang berupa nada suara, gerak-gerik
tangan, gelengan kepala, dan sejumlah gejala-gejala fisik lainnya. Misalnya,
apabila kita menyuruh seseorang memindahkan sebuah kursi yang ada di hadapan
kita, maka secara lisan sambil menunjuk atau mengarahkan pandangan pada kursi
itu kita cukup mengatakan “Tolong pindahkan ini” (lisan).
Pada penilitian hanya akan membahas data yang menggunakan variasi
bahasa yang ada pada lampiran.
2.2.5

Kosakata
Menurut KBBI (1998: 527), Kosakata adalah kumpulan beberapa kata.

Dalam kepustakaan Indonesia setidaknya dikenal ada empat buah istilah yang
berpadanan berkenaan dengan kajian tentang kata, yaitu istilah perbendaharaan
kata, vokabuler, leksikon, dan kosakata (Abdul Chaer, 2007 : 5). Istilah kosakata
adalah istilah terbaru yang muncul ketika kita sedang giat-giatnya mencari kata

atau istilah tidak berbau barat. Asal-usul kata ini menurut Usman dkk, berasal dari
bahasa sanskerta koca yang berarti perbendaharaan, kekayaan, khazanah
dimajemukkan dengan khata yang berarti kata.

Universitas Sumatera Utara

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata kosakata didaftarkan sebagai
sebuah entri yang ditulis serangkai dan diberi makna perbendaharaan kata (Abdul
Chaer, 2007 : 6).
Terlepas dari keterangan Kamus Besar Bahasa Indonesia itu, pertanyaan
sekarang adalah apa yang dimaksud dengan istilah kosakata itu ; atau apa konsep
atau pengertian yang terkandung di dalam istilah kosakata itu. Semua kata yang
terdapat dalam suatu bahasa.
Dalam kosakata bahasa Indonesia, maka yang disebut kosakata bahasa
Indonesia adalah: (1) semua kata yang ada dalam bahasa Indonesia seperti yang
didaftarkan di dalam kamus-kamus bahasa Indonesia. (2) kata-kata yang dikuasai
oleh seseorang atau sekelompok orang dari lingkungan yang sama. (3) Kata-kata
atau istilah yang digunakan dalam satu bidang kegiatan atau ilmu pengetahuan.
Misalnya, kata-kata yang digunakan dalam bidang olahraga, bidang ekonomi,
bidang hukum dan bidang musik. (4) Sejumlah kata dari suatu bahasa yang

disusun secara alfabetis beserta dengan sejumlah penjelasan maknanya, layaknya
sebagai sebuah kamus. (5) Semua morfem yang ada dalam suatu bahasa (Abdul
Chaer, 2007 : 6, 7 ).
Kosakata merupakan pembendaharaan kata yang terdapat dalam suatu
bahasa. Kualitas keterampilan berbahasa seseorang sangat bergantung pada
kuantitas serta kualitas kemampuan kosakata yang dimilikinya. Semakin kaya
atau semakin bagus kemampuan penguasaan kosakatanya maka semakin terampil
pula dalam berbahasanya.

Universitas Sumatera Utara

Menurut Djago Tarigan, jenis kosakata dapat dikategorikan sebagai berikut
(Tarigan, Dj 1994 : 45) :
a) Kosakata dasar
Kosakata dasar (basic vocabularry) adalah kata-kata yang tidak mudah
berubah atau sedikit sekali kemungkinannya dipungut dari bahasa lain. Di bawah
ini yang termasuk ke dalam kosakata dasar yaitu:
1) Istilah kekerabatan, misalnya: ayah, anak, nenek, kakek, paman, bibi, mertua,
dan sebagainya;
2) Nama-nama bagian tubuh, misalnya: kepala, rambut, lidah dan sebagainya;

3) Kata ganti (diri, petunjuk), misalnya: saya, kamu, dia, kami, kita, mereka, ini,
itu, sana, sini dan sebagainya;
4) Kata bilangan, misalnya: satu, dua, sepuluh, seratus, sejuta, dan sebagainya;
5) Kata kerja, misalnya: makan, minum, tidur, pergi, dan sebagainya;
6) Kata keadaan, misalnya: suka, duka, lapar, haus, dan sebagainya;
7)

Kosakata benda, misalnya: tanah, udara, air, binatang, matahari, dan

sebagainya.
b) Kosakata aktif dan kosakata pasif
Kosakata aktif ialah kosakata yang sering dipakai dalam berbicara atau
menulis, sedangkan kosakata pasif ialah kosakata yang jarang bahkan tidak
pernah dipakai, tetapi biasanya digunakan dalam istilah puitisasi. Sebagai contoh
dapat tergambar dalam tabel di bawah ini.

Universitas Sumatera Utara

KOSAKATA AKTIF DAN PASIF
Kosakata Aktif

Kosakata Pasif

Bunga, kembang

Puspa, kusuma

Matahari

Surya, mentari

Angin

Bayu, puwana

Hati

Kalbu

Jiwa

Sukma

(zaman) dahulu

Bahari

dsb.

dsb.

c) Bentukan kosakata baru
Kosakata asli bahasa Indonesia adalah berasal dari

kosakata bahasa melayu

karena cikal bakal bahasa Indonesia berasal dari bahasa melayu. Dengan adanya
kontak atau hubungan dengan Negara lain mengakibatkan tercipta bentukanbentukan kosakata baru dalam kosakata bahasa Indonesia. Dalam perkembangan
kosakata bahasa Indonesia, paling tidak sejak proklamasi kemerdekaan hingga
kini, ada beberapa hal dapat dicatat antara lai: 1. munculnya kata-kata baru yang
sejalan dengan perkembangan budaya dan sosial kemasyarakatan. Seperti atom,
bemo, korupsi, televise , ngaben, pemugaran, dan pembajakan. 2. Kata-kata dari
bahasa Belanda melenyao digantikan oleh padananya yang berasal dari bahasa
inggris. Misalnya kata montir diganti menjadi kata mekanik, kata karcis diganti
menjadi tiket, dan kata formil diganti menjadi kata formal. 3. Leksikalisasi dalam
bentuk pemberian proses morfologi pada kata-kata yang berasal dari bahasa
inggris. Seperti memblack list, mengupgrade, dan diknock out. 4.munculnya kata-

Universitas Sumatera Utara

kata yang berasal dari proses akronimisasi, seperti monas = monument nasional,
warnet = warung internet, aspal = asli apa palsu dan lain sebagainya. 5.
Munculnya kata-kata yang berasal dati deakronimasi yaitu kata-kata yang telah
ada dan secara inheren memiliki makna leksikal yang sifatnya bergurau atau
mencemooh atau yang lebih sering disebut sebagai plesetan. Seperti

benci

ditafsirkan sebagai akronim benar-benar cinta, umar ditafsirkan sebagai akronim
untung masih ada rambut, romantic ditafsirkan sebagai akronim rokok, makan,
minum, gratis, dan lain sebagainya. 6. Dileksikalnnya bentuk-bentuk dulu yang
disebut morfem, seperti morfem bugar hanya muncul dalam konstruksi segar
bugar, tetapi sekarang ada bentuk kebugaran (jasmani). 7. Munculnya kembali
kata-kata arkais dalam bahasa sekarang ini, seperti kelola, ulang alik, sempadan,
dan konon. 8. Digunakannya kata-kata baru sebagai upaya eufimisme yang
berlebih-lebihan, seperti kata pelacur dulu sudah diganti menjadi wanita tuna
susila diganti lagi menjadi pekerja seks komersial, pecat diganti menjadi
diberhentikan dan diganti lagi menjadi PHK (Putuskan Hubungan Kerja). 9.
Kosakata bahasa inggris, dengan alasan bahasa internasional dan globalisasi kini
banyak digunakan, seperti open house, open book, rental mobil, fly over, dan lain
sebagainya. 10. Terjadinya perubahan makna dalam kosakata bahasa Indonesia ,
seperti kata menyiarkan dulu digunakan dalam arti menyebarkan, seperti dalam
menyiarkan uang palsu, tetapi sekarang kata menyiarkan digunakan dalam arti
memberitakan (Chaer, Adul 2007 : 21-25)

Universitas Sumatera Utara

Kosakata baru ini muncul disebabkan adanya sumber dalam dan sumber luar
bahasa. Sumber dalam diartikan sebagai kosakata swadaya bahasa Indonesia
sendiri, sedangkan sumber luar merupakan sumber yang berasal dari kata-kata
bahasa lain. Kosakata sumber luar ini meliputi pungutan dari bahasa daerah
ataupun juga bahasa asing.
d) Kosakata umum dan khusus
Kosakata umum adalah kosakata yang sudah meluas ruang lingkup pemakaiannya
dan dapat menaungi berbagai hal, sedangkan kosakata khusus adalah kata tertentu,
sempit, dan terbatas dalam pemakaiannya.
e) Makna denotasi dan konotasi
Kridalaksana (dalam Tarigan, 1994:531) memberi definisi mengenai makna
denotasi yaitu kata atau kelompok kata yang didasarkan pada penunjukkan yang
lugas pada sesuatu di luar bahasa atau yang didasarkan atas konvensi tertentu,
sifatnya objektif. Makna denotasi ini biasa disebut juga dengan makna
sebenarnya; makna yang mengacu pada suatu referen tanpa ada makna embelembel lain; bukan juga makna kiasan atau perumpamaan. Makna denotasi ini
tidak menimbulkan interpretasi dari pendengar atau pembaca.
Makna konotasi adalah makna yang timbul dari pendengar atau pembaca
dalam menstimuli atau meresponnya. Dalam merespon ini terkandung emosional
dan evaluatif yang mengakibatkan munculnya nilai rasa terhadap penggunaan atau
pemakaian bahasa atau kata-kata tersebut. Dalam pembagiannya, makna konotasi
ini terbagi menjadi konotasi positif dan konotasi negatif. Konotasi positif, yaitu
konotasi yang mengandung nilai ras tinggi, baik, halus, sopan dan sebagainya.

Universitas Sumatera Utara

misalnya: suami isteri, jenazah, nenek dan sebagainya. Sedangkan yang dimaksud
konotasi negatif adalah konotasi yang mengandung nilai rasa rendah, jelek, kasar,
kotor, porno, dan sebagainya. misalnya: laki bini, buruh, mayat, bunting, udik,
dan sebagainya.

Berdasarkan paradigma tersebut, peneliti hanya akan meneliti data subjek
penelitian pada kosakata yang terdapat dalam gombalan atau rayuan pada acara
Raja Gombal di Trans7.
2.3 Tinjauan Pustaka
Tinjauan

adalah

hasil

meninjau,

pandangan,

pendapat,

(sesudah

menyelidiki atau mempelajari) (KBBI 2005 : 1198). Pustaka adalah kitab, buku
(KBBI, 2005 : 912). Berdasarkan tinjauan pustaka yang dilakukan, maka ada
sejumlah sumber relevan untuk dikaji dalam penelitian.
Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dilakukan, maka terdapat
beberapa sumber yang didapat untuk dikaji dalam penelitiann ini, adapun
beberapa sumber yaitu sebagai berikut :
Nona Yohana (2004) dalam skripsinya yang berjudul Variasi Bahasa
Dalam

SMS Pada Majalah Hai, menganalisis variasi bahasa berdasarkan

tampilan variasi bahasa dalam SMS pada majalah Hai dan menganalisis makna
variasi bahasa dalam SMS pada majalah Hai.

Universitas Sumatera Utara

Irma Suryani Rangkuti dalam skripsinya yang berjudul “Deskripsi Variasi
Dialek Bahasa Angkola di Kecamatan Barumun” menganalisis kata, kalimat, dan
bunyi variasi bahasa dialek bahasa Angkola di Kecamatan Barumun berdasarkan
daftar kata Morris Swadesh yang ditinjau dari keadaan masyarakatnya dalam
berkomunikasi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
simak. Metode dan teknik pengumpulan data adalah adalah teknik dasar: teknik
sadap, teknik lanjutan, teknik rekam, dan teknik catat.variasi bahasa yang diteliti
dilihat dari dimensi regional atau tempat.
Fitriani S.D Siahaan dalam skripsinya “Variasi Bahasa dalam Pengiriman
SHORT MESSAGE SERVICE (SMS) Melalui HP” yang mengkaji variasi bahasa
berdasarkan tampilan dan maknanya.
Berdasarkan sumber di atas, maka dapat dijadikan sebagai data yang
sesuai dengan penleitian variasi bahasa dalam acara Raja Gombal di Trans7,
karena hasil penelitian sebelumnya dapat menjadi informasi bagi peneliti untuk
data yang lebih lengkap untuk menggunakan teori variasi bahasa. Oleh karena itu
analisis variasi bahasa dalam Raja Gombal di Trans7 belum pernah diteliti
tentang proses variasi bahasa yang secara lisan dan makna dari variasi bahasa
tersebut

Universitas Sumatera Utara