Pengaruh Spesialisasi Auditor, Ukuran Perusahaan Klien,Auditor Switching dan Audit Fee Terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris pada Perusahaan Properti dan Real Estat yang Terdaftar di BEI)

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori
2.1.1. Teori Keagenan
Teori keagenan (agency theory) merupakan teori yang dikembangkan
oleh Jensen dan Meckling (1976), yang menjelaskan hubungan keagenan
didefenisikan sebagai sebuah kontrak antara prinsipal (principal) dan agen
(agent). Hubungan keagenan terjadi apabila pemilik usaha (principal)
mendelegasikan

wewenangnya kepada pihak manajer (agent) dan

kemakmuran pemilik dipengaruhi oleh keputusan yang diambil oleh
manajemen.
Pendelegasian wewenang dari pemilik kepada manajemen kadang kala
menimbulkan masalah, dalam artian bahwa kepentingan antara pemilik dan
manajemen berbeda. Dalam hal lain, pemilik tidak dapat secara sempurna
dan mudah untuk memonitor segala tindakan ataupun keputusan dari
manajemen dan juga pemilik tidak dapat memiliki informasi yang dimiliki
agen secara keseluruhan. Masalah yang muncul ini menyebabkan adanya

agency problem yang merupakan kemungkinan perilaku oportunistik atas
manajemen yang berkerja untuk memberikan kemakmuran kepada pemilik.
Hal ini dikarenakan antara prinsipal dan agen memiliki kesempatan yang
besar untuk memaksimalkan kepentingan mereka masing-masing.

10
Universitas Sumatera Utara

Anthony dan Govindarajan (2009) juga memiliki pendapat yang sama
dengan Jensen dan Meckling mengenai teori agensi. Mereka berasumsi
antara individu satu dengan lainnya, bertindak karena terdapat motivasi
untuk mencapai kepentingan masing-masing sehingga menimbulkan konflik
kepentingan antara principal dan agent. Pihak manajemen (agent)
menginginkan kompensasi yang tinggi atas pekerjaannya, berupa gaji,
tunjangan, bonus, ataupun insentif lainnya yang diharapkan dari pemilik
usaha (principal) sehingga memacu manajemen dalam meningkatkan
kinerjanya. Sedangkan pemilik usaha (principal) mengharapkan adanya
pengembalian yang menguntungkan atas modal yang telah dikeluarkan
dalam menjalankan perusahaannya.
Jensen dan Meckling (1976) memunculkan biaya keagenan (agency

cost) guna untuk mengatasi konflik keagenan. Agency cost terjadi untuk
melindungin kepentingan pemilik dan untuk mengurangi kemungkinan
bahwa agen berprilaku menyimpang. Agency cost dibagi menjadi beberapa
bagian, yaitu (1) monitoring costs, yang merupakan biaya yang dikeluarkan
pemilik usaha (principal) untuk memonitor perilaku dan kinerja dari
manajemen (agent); (2) bonding costs,

merupakan pembatasan yang

diberikan kepada manajemen (agent), berupa hukuman yang diberikan
kepada manajemen karena menyimpang dari kepentingan pemilik ataupun
biaya yang diberikan kepada manajemen karena tercapainya kepentingan
pemilik; (3) residual loss, merupakan kerugian yang muncul karena adanya
perbedaan keputusan antara principal dan agent yang mengakibatkan

11
Universitas Sumatera Utara

adanya pengorbanan yang berupa berkurangnnya kemakmuran dari pemilik
usaha (principal).

Untuk meminimalkan konflik kepentingan antara prinsipal dan agen
ini, maka muncullah kebutuhan akan adanya pihak ketiga yang independen.
Seorang auditor ditunjuk untuk menjadi pihak ketiga dengan tujuan
memeriksa dan memberikan jaminan terhadap laporan keuangan yang
dibuat oleh pihak manajemen dan hasilnya akan diserahkan kepada pemilik
usaha. Audit atas laporan keuangan merupakan salah satu bentuk
pengawasan kepada manajemen oleh pemilik usaha, hasil audit inipun
berguna untuk meminimalkan kesenjangan informasi antara pemilik usaha
(principal) dengan manajemen (agent). Adanya auditor sebagai pihak ketiga
antara prinsipal dan agen, diharapkan agar hasil audit yang diberikan juga
berkualitas dan dapat dipercaya, karena hasil audit inilah yang nantinya
akan diandalkan sebagai informasi bagi pemilik usaha maupun manajemen
dalam mengambil keputusannya masing-masing.
2.1.2. Independensi Auditor
Menurut Mulyadi (2009 : 26) menjelaskan bahwa
independensi berarti sikap mental bebas dari pengaruh, tidak
dikendalikan pihak lain, tidak tergantung pada orang lain.
Independensi juga berarti adanya kejujuran dalam diri auditor
dalam mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang
objektif tidak memihak dalam diri auditor dalam merumuskan dan

menyatakan pendapatnya.
Sesuai dengan Standar Umum kedua SA seksi 220 menyatakan
“dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam
sikap mental harus dipertahankan auditor”. Pernyataan dari standar umum

12
Universitas Sumatera Utara

kedua ini mengharuskan auditor agar dapat mempertahankan sikap
independen, yang berarti bahwa seorang auditor tidak boleh mudah untuk
dipengaruhi dalam menjalankan tugasnya. Seorang auditor tidak dibenarkan
untuk memihak terhadap pihak manapun, agar auditor tersebut dapat
mempertahankan kebebasan pendapatnya. Penunjukan auditor pada sebuah
perusahaan, sering dilaksanakan oleh dewan komisaris, rapat umum
pemegang saham, atau komite audit, hal ini guna untuk menekankan
independensi auditor dari menejemen.
Indepensi auditor merupakan hal mutlak yang harus dipenuhi, agar
seorang auditor mampu menghasilkan laopran audit yang handal dan
berkualitas bagi pihak yang memerlukan hasil audit tersebut.
2.1.3. Kualitas Audit

Menurut

Hartadi

(2012)

“kualitas

merupakan

komponen

profesionalisme yang benar-benar harus dipertahankan oleh akuntan publik
profesional”. Independensi merupakan komponen yang harus dipertahankan,
karena dengan adanya sikap yang independen pada seorang akuntan publik,
maka dia akan lebih mengutamakan kepentingan publik diatas kepentingan
manajemen ataupun kepentingan auditor itu sendiri dalam pembuatan
laporan audit.
Al-Thuneibat et al (2011) menyatakan “tujuan dasar proses audit
adalah untuk mempertinggi kualitas proses pelaporan keuangan melalui

penyediaan audit dengan perbaikan kualitas”. Hal ini menegaskan bahwa
dalam sebuah audit laporan keuangan, kualitas audit sangat diutamakan.

13
Universitas Sumatera Utara

Agar dapat menghasilkan audit laporan keuangan yang berkualitas, seorang
auditor harus memiliki sikap independen yang berarti mengutamakan
kepentingan publik, tanpa berpihak pada pihak manapun.
Menurut

De

Angelo

“kemungkinan/probabilitas
melaporkan

suatu


(1981)

auditor
pelanggaran

kualitas

mampu

audit

adalah

mengungkapkan

dalam

sistem

dan


akuntansi

kliennya”.Pengungkapan dan pelaporan pelanggaran adalah sikap yang
membutikan bahwa auditor itu independen dan dengan adanya sikap yg
independen ini, kita menyimpulkan bahwa auditor tersebut mampu
melakukan audit laporan keuangan yang memiliki kualitas.
Selain sikap independen ini, seorang auditor juga harus mampu
melaksanakan tugasnya dengan berpedoman pada standar auditing dan kode
etik akuntan publik yang releven untuk tercapainya hasil audit yang baik
dan berkualitas. Sebuah hasil audit laporan keuangan yang berkualitas akan
menambah nilai dari sebuah perusahaan, hasil audit ini akan dijadikan tolak
ukur bagi para investor dalam melakukan investasi dan juga menjadi alat
dalam mengambil keputusan bagi pihak manajemen.
2.1.4. Spesialisasi Auditor
Siregaret al. (2011) menjelaskan bahwa seorang auditor yang
memiliki spesialisasi dan keahlian spesifik pada industri akan cenderung
mempunyai kemampuan untuk mendeteksi kesalahan atau ketidaknormalan,
dibandingkan dengan auditor yang tidak mempunyai keahlian spesifik


14
Universitas Sumatera Utara

tersebut. Seorang auditor dalam melakukan audit laporan keuangan dapat
meningkatkan efisiensi dan efektivitasnya jika memiliki keahlian spesifik.
Demi meningkatkan kualitas hasil audit laporan keuangan, akuntan
publik harus bisa melakukan spesialisasi auditor pada saat mengaudit.
Kusharyanti (2003) menjelaskan bahwa seorang auditor berfungsi sebagai
pihak yang mampu memastikan integritas atas angka-angka akuntansi yang
terdapat

didalam

laporan

keuangan.Akuntan

sebagai

pihak


yang

memberikan kepastian harus memiliki pengetahuan yang tidak hanya
berkaitan dengan pengauditan dan akuntansi saja, melainkan seorang auditor
juga harus memiliki pengetahuan mengenai jenis industri klien. Pada saat
seorang auditor mengaudit perusahan perbankan, walaupun prinsip yang
digunakan sama dengan mengaudit perushaan manufaktur, namun ada
perbedaan dalam hal sifat bisnis, prinsip akuntansi, sistem akuntansi, dan
peraturan pajak yang berlaku. Karena adanya perbedaan inilah seorang
auditor diharuskan memiliki pengetahuan mengenai karakteristik insudtri
tertentu yang dapat mempengaruhi kualitas dari hasil audit laporan
keuangan.
Menurut Fitriany (2012) kantor akuntan publik yang memiliki banyak
klien dalam industri yang sama akan memiliki pengetahuan dan pemahaman
yang lebih baik mengenai internal kontrol perusahaan, resiko bisnis
perusahaan, dan juga risiko audit pada industri tersebut. Auditor yang
memiliki spesialisasi dalam industri tentunya memiliki pemahaman yang
lebih memadai dibandingkan dengan auditor yang tidak memiliki


15
Universitas Sumatera Utara

spesialisasi, dan tentunya hasil audit laporan yang dihasilkan juga pasti
berbeda.
Auditor yang memiliki spesialisasi dalam bidang tertentu akan lebih
memungkinkan untuk mendeteksi adanya kesalahan, kekeliruan maupun
penyimpangan dalam melakukan audit, dibandingkan dengan auditor yang
tidak memiliki spesialisasi.
2.1.5. Ukuran Perusahaan Klien
Pada umumya ukuran perusahaan biasanya diukur dengan total aset,
pendapatan, penjualan, atau jumlah karyawan dari perusahaan klien.
Perusahaan yang besar pasti memiliki aktivitas operasional dan pendapatan
yang tinggi. Karena aktivitas operasional yang tinggi inilah maka
perusahaan besar tentunya memiliki sistem pengendalian internal yang lebih
memadai dibandingkan dengan perusahanan yang lebih kecil dan memiliki
aktivitas operasional yang tidak terlalu tinggi. Keputusan ketua Bapepam
No. Kep. 11/PM/1997 menjelaskan bahwa perusahaan kecil dan menengah
berdasarkan aktiva (kekayaan) adalah badan hukum yang memiliki total
aktiva tidak lebih dari seratus milyar, sedangkan perusahaan besar adalah
badan hukum yang total aktivanya diatas seratus milyar.
Nugrahani (2013) membagi ukuran perusahaan menjadi tiga bagian
yaitu perusahaan besar (large firms); perusahaan menengah (medium firms);
dan perusahaan kecil (small firms). Total asset perusahaan merupakan
ukuran yang dijadikan sebagai tolak ukur dalam penelitian ini untuk
menentukan besar kecilnya suatu perusahaan.

16
Universitas Sumatera Utara

Bagi perusahaan besar peningkatan kualitas audit sangat bermanfaat
positif untuk membuktikan kepada para investor bahwa pengendalian
internal dari perusahaan tersebut terbukti bagus. Pada perusahaan kecil
peningkatan kualitas audit akan lebih memberikan manfaat positif kepada
para investor, karena hasil audit atas laporan keuangan tersebut
membuktikan bahwa sistem pengendalian internal dari perusahaan kecil
tersebut juga tidak kalah dengan perusahaan besar, dan ini berdampak pada
peningkatan kepercayaan para investor untuk berinvestasi di perusahaan
tersebut.Perusahaan kecil membutuhkan auditor yang memiliki sikap
independensi dalam mengaudit laporan keuangan mereka. Semakin besar
suatu perusahaan, maka semakin tinggi pula minat perusahaan tersebut
dalam memilih auditor yang memegang teguh sikap independensi, agar
laporan keuangan yang diaudit memiliki peningkatan kualitas audit.
2.1.6. Auditor Switching
Menurut Giri (2010) yang menjelaskanbahwa dengan adanya kasus
Enron yang melibatkan kantor akuntan publik (KAP) internasional Arthur
Anderson (AA) maka di Indonesia dilakukan peraturan tindakan pergantian
auditor secara wajib. Penerapan ketentuan tentang adanya rotasi mandatory
ini dengan tujuan supaya dapat meningkatkan independensi auditor baik
secara tampilan maupun secara fakta. Rotasi mandatory ini diharapkan
dapat berpengaruh signifikan pada praktik pengauditan yang dilakukan oleh
seorang auditor dengan menjaga sikap independensi.

17
Universitas Sumatera Utara

Peraturan pemerintah yang berkaitan dengan rotasi mandatory di
Indonesia

dituangkan

dalam

Keputusan

Menteri

Keuangan

No.

423/KMK.06/2002 yaitu “pemberian jasa audit umum atas laporan
keuangan dari suatu entitas dapat dilakukan oleh KAP paling lama untuk 5
(lima) tahun buku berturut-turut dan oleh seorang Akuntan Publik paling
lama untuk 3 (tiga) tahun buku berturut-turut”.Kemudian peraturan tersebut
di revisi dengan mengeluarkan KMK No. 359/KMK.06/2003 dan dilakukan
revisi kembali pada tahun 2008 menjadi KMK NO. 17/KMK.01/2008
tentang Jasa Akuntan Publik yaitu “pemberian jasa audit umum atas laporan
keuangan dari suatu entitas dapat dilakukan oleh KAP paling lama untuk 6
(enam) tahun buku berturut-turut dan oleh Akuntan Publik paling lama 3
(tiga) tahun buku berturut-turut”.Peraturan rotasi mandatory auditor di
Indonesia yang pertama kali diperkenalkan oleh KMK ini menimbulkan
berbagai pro-kontra dikalangan praktisi akuntan publik.
Wajib rotasi dapat menjaga sikap independensi auditor yang akhirnya
dapat meningkatkan kualitas audit laporan keuangan.Dilain sisi, adanya
tenure yang panjang dapat menyebabkan keakraban yang berlebihan antara
auditor dengan klien, sehingga kemungkinan besar menghasilkan prosedur
audit yang tidak memadai dan memiliki ketergantugan dengan hasil audit
tahun sebelumnya. Auditor switching menjadi jalan untuk memperbaiki
keakraban yang berlebihan ini, sehingga auditor dapat melakukan audit
dengan sikap yang independen untuk tercapainya laporan audit yang
berkualitas. Sikap independensi auditor yang tetap terjaga ini dapat

18
Universitas Sumatera Utara

meningkatkan kepercayaan para pengguna laporan keuangan terhadap
auditor tersebut.
Penelitian Kurniasih (2014) memberi kesimpulan bahwa variabel
rotasi audit memiliki pengaruh secara signifikan positif terhadap kualitas
audit. Hasil penelitian ini semakin memperkuat bahwa dengan adanya
auditor switching dapat meningkatkan independensi seorang auditor yang
juga berkaitan dengan peningkatan kualitas dari audit suatu laporan
keuangan perusahaan.
2.1.7. Audit Fee
Gammal (2012) menjelaskan bahwa fee audit dapat didefenisikan
sebagai jumlah biaya (upah) yang dibebankan oleh auditor untuk proses
audit kepada perusahaan

yang diaudit (auditee). Biasanya untuk

menentukan besarnya audit fee yang akan ditanggungkan kepada auditee,
dilakukan kontrak kesepakatan antara kedua pihak sesuai dengan waktu
dilakukannya proses audit, layanan, dan jumlah staf yang dibutuhkan untuk
proses audit. Audit feediputuskan sebelum dilakukannya audit atas laporan
keuangan tersebut.
Penelitian yang dilakukan Kurniasih (2014) membuat kesimpulan
bahwa variabel audit fee memiliki pengaruh signifikan positif terhadap
kualitas audit. Hasil kesimpulan ini menjelaskan audit fee yang dibebankan
kepada perusahaan atas jasa yang dilakukan oleh auditor yang memiliki
sikap independensi dalam melakukan audit akan berpengaruh terhadap
kualitas audit, hal ini dikarenakan seorang auditor yang memiliki sikap

19
Universitas Sumatera Utara

independen yang tinggi, dipercaya dapat menghasilkan audit laporan
keuangan yang berkualitas, dan juga dalam menghasilkan laporan audit
yang berkualitas inilah, auditor akan meminta audit fee yang lebih besar
kepada perusahaan yang diaudit (auditee).
Besarnya audit fee tidak terdapat pada peraturan manapun, dan hanya
dapat ditentukan melalui kesepakatan antara akuntan publik dengan pihak
klien atas jasa audit yang diberikan. Auditor mengharapkan audit fee yang
sesuai dengan jasa yang telah diberikan, dan klien menginginkan audit fee
yang tidak terlalu besar, sehingga tetap menguntungkan klien. Pada
umumnya di Indonesia pengungkapanaudit fee masih bersifat voluntary
disclosure (sukarela) yang artinya perusahaan bisa menyatakan besaran
audit fee pada laporan keuangan mereka ataupun tidak menyatakannya sama
sekali.
Pendapatan dari audit fee sangatlah bervariasi, hal ini dikarenakan
adanya perbedaan fee dari satu klien dengan klien lainnya. Kadangkala
kredibilitas antar sesama akuntan publik dapat rusak, apabila tidak adanya
kesepakatanfee antara klien dengan auditor. Artinya apabila klien tidak
setuju dengan jumlah audit fee dari auditor yang satu, maka klien akan pergi
mencari akuntan publik lain, yang memiliki audit fee yang lebih rendah, dan
hal inilah yang dapat merusak kredibilitas antar akuntan publik.
Berdasarkan surat keputusan ketua umum Institusi Akuntan Publik
Indonesia nomor : KEP.024/IAPI/VII/2008, tentang Kebijakan Penentuan

20
Universitas Sumatera Utara

Fee Audit menjelaskan dalam menetapkan audit fee, akuntan publik harus
mempertimbangkan hal-hal berikut :
1. Kebutuhan klien;
2. Tugas dan tanggung jawab menurut hukum (statutory duties);
3. Independensi;
4. Tingkat keahlian (levels of expertise);
5. Tanggung jawab yang melekat pada pekerjaan yang dilakukan;
6. Tingkat kompleksitas pekerjaan;
7. Banyaknya waktu yang diperlukan dan secara efektif digunakan
oleh akuntan publik dan stafnya untuk menyelesaikan pekerjaan;
8. Basis penetapan fee yang disepakati.
2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Ada banyak penelitian yang telah dilakukan sebelumnya yang berkaitan
dengan kualitas audit. Terdapat persamaan dan perbedaan variabel antara
beberapa penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan diteliti oleh peneliti.
Al-Thuneibat et al(2011) meneliti perusahaan-perusahaan yang listing di Amman
Stock Exchange pada periode 2002-2006. Variabel-variabel yang mereka analisis
adalah hubungan antara lamanya tenure dengan audit quality serta pengaruh
ukuran KAP terhadap hubungan tersebut. Untuk mengukur kualitas audit, mereka
menggunakan pendekatan akrual diskresioner sedangkan ukuran KAP diukur
dengan cara melakukan perhitungan terhadap nilai pasar dari saham. Setelah
melakukan penelitian mereka menyimpulkan bahwa tenure berpengaruh secara
negatif terhadap kualitas audit.

21
Universitas Sumatera Utara

Penelitian yang dilakukan Fitriany (2012) dengan variabel independen yang
terdiri dari client importance, tenur dan spesialisasi audit serta kualitas audit
sebagai variabel dependen, dilakukan perusahaan yang listing di BEI pada periode
praregulasi rotasi (1999-2001) dan periode pasca regulasi rotasi (2004-2008).
Penelitian yang menggunakan tiga model yang terletak pada variabel client
importance ini berkesimpulan bahwa adanya regulasi rotasi telah mengakibatkan
tenure akuntan publik berpengaruh negatif terhadap kualitas audit, sedangkan
untuk spesialisasi audit pada masa praregulasi berpengaruh positif signifikan
terhadap kualitas audit.
Hartadi (2012) meneliti pengaruh fee audit, rotasi kantor akuntan publik
(KAP), dan reputasi auditor terhadap kualitas audit di bursa efek Indonesia,
dengan menggunakan data dari laporan audit keuangan perusahaan manufaktur
yang tergabung dalam LQ-45 dari tahun 2004-2010. Hasil penelitian ini
menghasilkan kesimpulan bahwa berdasarkan uji statistik menggunakan regresi
linear berganda, terdapat pengaruh yang signifikan antara fee audit terhadap
kualitas audit, sementara rotasi kantor akuntan publik (KAP) dan reputasi auditor
tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.
Panjaitan (2014) meneliti tentang pengaruh tenure, ukuran KAP dan
spesialisasi auditor terhadap kualitas audit. Penelitian ini menggunakan metode
purposive sampling untuk menentukan jumlah populasi yang akan diteliti yang
terdiri dari 193 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun 20102012. Penelitian ini berkesimpulan bahwa audit tenure dan spesialisasi auditor
berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit sedangkan ukuran KAP

22
Universitas Sumatera Utara

tidaak berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit atas pemeriksaan
laporan keuangan pada perusahaan-perusahaan.
Pada penelitian yang dilakukan Kurniasih (2014) tentang pengaruh fee
audit, audit tenure, dan rotasi audit terhadap kualitas audit, dengan menggunakan
populasi yang terdiri dari perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun
2008-2012. Populasi dan sampel penelitian ini berjumlah 230 perusahaan yang
terdiri dari peruashaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada periode 2008-2012.
Penelitian ini menghasikan kesimpulan bahwa fee audit dan rotasi audit
berpengaruh signifikan positif terhadap kualitas audit sedangkan audit tenure
berpengaruh signifikan negatif terhadap kualitas audit.
Astuti (2014) meneliti tentang analisis pengaruh audit tenure, ukuran KAP,
rotasi audit dan ukuran perusahaan klien terhadap kualitas audit pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di bursa efek Indonesia pada periode 2009-20012.
Pemilihan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling
yang menghasilkan 136 unit analisis dari tahun 2009-2012. Penelitian yang
didasarkan pada analisis data yang menggunakan regresi logistik pada tingkat
signifikansi 5% menghasilkan kesimpulan bahwa audit tenure, ukuran kantor
akuntan publik (KAP), dan rotasi audit berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kualitas audit sedangkan ukuran perusahaan klien berpengaruh negatif
dan signifikan terhadap kualitas audit pada perusahaan manufaktur yang terdaftar
di BEI dari tahun 2009-2012.
Untuk lebih jelasnya, berikut disajikan ringkasan dari penelitian-penelitian
terdahulu yang digunakan :

23
Universitas Sumatera Utara

NO.
1.

Nama
Peneliti
Althuneibat
et al.
(2011)

2.

Fitriany
(2012)

3.

Hartadi
(2012)

4.

Panjaitan
(2014)

Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu
Judul
Variabel
Hasil Penelitian
Penelitian
Penelitian
Do Audit
Audit Tenure berpengaruh
Variabel
Tenure and
Independen : negatif terhadap Audit
Audit tenure
Firm Size
Quality sedangkan Firm
dan Firm Size Size tidak memiliki dampak
Contribute to
Audit Quality ? Variabel
yang signifikan terhadap
Audit Quality.
Dependen :
Audit Quality
Pengaruh
Tiga model pengujian yang
Variabel
Client
Independen : berbeda yang terletak pada
Client
Important,
variabel Client Importance
Important,
Tenure, dan
mengakibatkan Tenure
Tenure, dan
Spesialisasi
berpengaruh negatif
Audit terhadap Spesialisasi
terhadap Kualitas Audit,
Audit
Kuaitas Audit
sedangkan spesialisasi
auditor pada masa pra
Variabel
regulasi berpengaruh
Dependen :
Kualitas Audit positif signifikan terhadap
Kualitas Audit.
Pengaruh Fee
Fee Audit berpengaruh
Variabel
Audit, Rotasi
Independen : secara signifikan terhadap
KAP, dan
Kualitas Audit, sedangkan
Fee Audit,
Reputasi
Rotasi KAP dan Reputasi
Rotasi KAP,
Auditor
Auditor tidak berpengaruh
dan Reputasi
terhadap
secara signifikan terhadap
Auditor
Kualitas Audit
Kualitas Audit.
di Bursa Efek
Variabel
Indonesia
Dependen :
Kualitas Audit
Pengaruh
Audit Tenure dan
Variabel
Tenure, Ukuran Independen : Spesialisasi Auditor
KAP dan
berpengaruh secara
Tenure,
Spesialisasi
signifikan terhadap
Ukuran KAP
Auditor
Kualitas Audit sedangkan
dan
terhadap
Ukuran KAP tidak
Spesialisasi
Kualitas Audit
berpengaruh secara
Auditor
signifikan terhadap
Variabel
Kualitas Audit atas
Dependen :
Kualitas Audit pemeriksaan laporan
keuangan perusahaan
manufaktur yang terdaftar
di BEI pada periode 20102012.

24
Universitas Sumatera Utara

NO.
5.

6.

Nama
Judul
Peneliti
Penelitian
Kurniasih Pengaruh Fee
(2014)
Audit, Audit
Tenure, dan
Rotasi Audit
terhadap
Kualitas Audit

Astuti
(2014)

Analisis
Pengaruh Audit
Tenure, Ukuran
Kantor
Akuntan
Publik, Ukuran
Perusahaan
Klien dan
Rotasi Audit
terhadap
Kualitas Audit
pada
Perusahaan
yang Terdaftar
di Bursa efek
Indonesia
Periode 20092012
Sumber : Data Diolah

Variabel
Penelitian
Variabel
Independen :
Fee Audit,
Audit Tenure,
dan Rotasi
Audit
Variabel
Dependen :
Kualitas Audit
Variabel
Independen :
Audit Tenure,
Ukuran Kantor
Akuntan
Publik, Ukuran
Perusahaan
Klien dan
Rotasi Audit
Variabel
Dependen :
Kualitas Audit

Hasil Penelitian
Fee Audit dan Rotasi Audit
berpengaruh signifikan
positif terhadap Kualitas
Audit sedangkan Audit
Tenure berpengaruh
signifikan negatif terhadap
Kualitas Audit.

Audit Tenure, Ukuran
Kantor Akuntan Publik,
dan rotasi audit
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap
Kualitas Audit sedangkan
Ukuran Perusahaan Klien
berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap
Kualitas Audit pada
perusahaan manufaktur
yang terdaftar di BEI pada
periode 2009-20012.

2.3. Kerangka Konseptual
Menurut De Angelo (1981) yang menjelaskan bahwa kualitas audit
dijadikan sebagai probabilitas bagi seorang auditor dalam mencari dan
melaporkan adanya pelanggaran pada sistem akuntansi kliennya. Bagi para
pengguna laporan keuangan, kualitas audit dari laporan keuangan tersebut
sangatlah penting bagi mereka terutama dalam mengambil keputusan untuk
kepentingan mereka.

25
Universitas Sumatera Utara

Penelitian ini memiliki kerangka konseptual yang menggambarkan secara
umum rangkaian pemikiran berdasarkan pada telaah pustaka dan penelitian
terdahulu yang berkaitan dengan kualitas audit. Penelitian ini menguji pengaruhpengaruh antara spesialisasi auditor, ukuran perusahaan klien, auditor switching,
dan audit fee terhadap kualitas audit yang terdapat pada perusahaan properti dan
real estat yang terdaftar di BEI. Kerangka konseptual dari penelitian ini dapat
dilihat pada gambar berikut :

Spesialisasi Auditor
( X1 )

H1

Ukuran Perusahaan Klien
( X2 )

H2

Auditor switching
( X3 )

H3

Audit Fee
( X4 )

H4

Kualitas Audit
(Y)

Gambar 2.1
Kerangka Konseptual
2.4. Hipotesis Penelitian
Erlina (2008) menyatakan bahwa “hipotesis adalah proposisi yang
dirumuskan dengan maksud diuji secara empiris”.Pengujian kebenaran dari
sebuah pernyataan yang dapat dinilai benar atau salahnya yang berkaitan dengan
penjelasan sebuahfenomena disebut dengan proposisi.Hipotesis dapat diartikan
juga sebagai sebuah pengungkapan yang bersifat sementara atas penelitian yang

26
Universitas Sumatera Utara

didukung dengan landasan teori dan penelitian terdahulu tentang sebuah fenomena
yang akan dibuktikan kebenarannya.
2.4.1. Pengaruh Spesialisasi Auditor terhadap Kualitas Audit
Penelitian Panjaitan (2014) menyimpulkan bahwa spesialisasi auditor
memiliki pengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit, hal ini
dikarenakan seorang auditor yang memiliki spesialisasi dalam bidang
tertentu akan lebih memungkinkan untuk menemukan adanya kesalahan,
kekeliruan maupun penyimpangan dalam melakukan audit, dibandingkan
dengan auditor yang tidak memiliki spesialisasi. Dengan adanya
kemungkinan yang lebih dalam mendeteksi kesalahan pada sebuah laporan
keuangan, maka hal ini dapat meningkatkan kualitas audit atas laporan
keuangan perusahaan.
H1 : Spesialisasi auditor berpengaruh terhadap kualitas audit.
2.4.2. Pengaruh Ukuran Perusahaan Klien terhadap Kualitas Audit
Pada penelitian ini, besar kecilnya ukuran perusahaan klien dinilai dari
total asset yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Bagi perusahaan besar
peningkatan kualitas audit sangat bermanfaat positif untuk membuktikan
kepada para investor bahwa pengendalian internal dari perusahaan tersebut
terbukti bagus. Pada perusahaan kecil peningkatan kualitas audit akan lebih
memberikan manfaat positif kepada para investor, karena hasil audit atas
laporan keuangan tersebut membuktikan bahwa sistem pengendalian
internal dari perusahaan kecil tersebut juga tidak kalah dengan perusahaan

27
Universitas Sumatera Utara

besar, dan ini berdampak pada peningkatan kepercayaan para investor untuk
berinvestasi di perusahaan tersebut.
Perusahaan kecil membutuhkan auditor yang memiliki sikap
independensi dalam mengaudit laporan keuangan mereka. Semakin besar
suatu perusahaan, maka semakin tinggi pula minat perusahaan tersebut
dalam memilih auditor yang memegang teguh sikap independensi, agar
laporan keuangan yang diaudit memiliki peningkatan kualitas audit.
H2 : Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kualitas audit.
2.4.3. Pengaruh Auditor Switching terhadap Kualitas Audit
KMK

NO.

17/KMK.01/2008

tentang

Jasa

Akuntan

Publik

menjelaskan dalam memberi jasa audit baik KAP maupun akuntan
publiknya diwajibkan untuk melakukan pergantian, KAP paling lama untuk
6 tahun buku berturut-turut dan Akuntan Publik paling lama 3 tahun buku
berturut-turut.
Kurniasih (2014) menyimpulkan bahwa variabel rotasi audit memiliki
pengaruh secara signifikan positif terhadap kualitas audit. Hasil penelitian
ini semakin memperkuat bahwa dengan adanya auditor switching dapat
meningkatkan independensi seorang auditor yang juga berkaitan dengan
peningkatan kualitas dari audit suatu laporan keuangan perusahaan.
H3 : Auditor switching berpengaruh terhadap kualitas audit.
2.4.4. Pengaruh Audit Fee terhadap Kualitas Audit
Pada umumnya di Indonesia pengungkapan audit fee masih bersifat
voluntary disclosure (sukarela) yang artinya perusahaan bisa menyatakan

28
Universitas Sumatera Utara

besaran audit fee pada laporan keuangan mereka ataupun tidak
menyatakannya sama sekali. Besarnya audit fee tidak terdapat pada
peraturan manapun, dan hanya dapat ditentukan melalui kesepakatan antara
akuntan publik dengan pihak klien atas jasa audit yang diberikan. Auditor
mengharapkan audit fee yang sesuai dengan jasa yang telah diberikan, dan
klien menginginkan audit fee yang tidak terlalu besar, sehingga tetap
menguntungkan klien.
Kurniasih (2014) membuat kesimpulan bahwa variabel audit fee
memiliki pengaruh signifikan positif terhadap kualitas audit. Seorang
auditor akan meminta fee yang lebih tinggi jika perusahaan menginginkan
laporan audit yang berkualitas, namun perusahaan berharap auditor yang
memiliki sikap independensi tidak meminta fee yang terlalu terlalu tinggi.
Fee yang besar kadangkala dapat memacu seorang auditor dalam
menghasilkan audit laporan keuangan yang berkualitas.
H4 : Audit fee berpengaruh terhadap kualitas audit.

29
Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pengaruh ukuran perusahaan, kepemilikan institusional, manajemen laba, tipe auditor dan internal audit terhadap audit fees: studi empiris pada sektor manufaktur yang terdaftar di BEI Periode 2010-2013

0 6 145

Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi Auditor Swittching (Studi Empiris pada Perusahaan Real Estate dan Properti yang terdaftar di BEI)

0 4 127

Pengaruh Spesialisasi Auditor, Ukuran Perusahaan Klien,Auditor Switching dan Audit Fee Terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris pada Perusahaan Properti dan Real Estat yang Terdaftar di BEI)

2 10 86

Pengaruh Audit Tenure, Audit Fee, Rotasi Auditor, dan Spesialisasi Auditor Terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris Pada Perusahaan Real Estate dan Property yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)

1 6 75

PENGARUH ROTASI AUDITOR, AUDIT FEE, AUDIT Pengaruh rotasi auditor, audit fee, audit Tenure, client importance, dan auditor Spesialisasi industri terhadap kualitas audit (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek IndonesiaPerio

0 4 15

Pengaruh Spesialisasi Auditor, Ukuran Perusahaan Klien,Auditor Switching dan Audit Fee Terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris pada Perusahaan Properti dan Real Estat yang Terdaftar di BEI)

0 0 8

Pengaruh Spesialisasi Auditor, Ukuran Perusahaan Klien,Auditor Switching dan Audit Fee Terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris pada Perusahaan Properti dan Real Estat yang Terdaftar di BEI)

0 0 2

Pengaruh Spesialisasi Auditor, Ukuran Perusahaan Klien,Auditor Switching dan Audit Fee Terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris pada Perusahaan Properti dan Real Estat yang Terdaftar di BEI)

0 0 9

Pengaruh Spesialisasi Auditor, Ukuran Perusahaan Klien,Auditor Switching dan Audit Fee Terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris pada Perusahaan Properti dan Real Estat yang Terdaftar di BEI)

0 1 2

Pengaruh Spesialisasi Auditor, Ukuran Perusahaan Klien,Auditor Switching dan Audit Fee Terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris pada Perusahaan Properti dan Real Estat yang Terdaftar di BEI)

0 0 11