Pengaruh Kinerja Keuangan, Profitabilitas,dan Corporate Social Responsibility terhadap Nilai Perusahaan dengan Good Corporate Governance sebagai Variabel Moderasi

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Nilai Perusahaan
Pada penelitian ini nilai perusahaan dihitung dengan menggunakan Price

to Book Value (PBV) yang mana untuk mendapatkan nilai perusahaan
menggunakan proksi harga pasar saham yang dibagi dengan nilai buku per lembar
saham (Book value per share). Rasio harga saham terhadap nilai buku perusahaan
atau price to book value (PBV) menunjukkan tingkat kemampuan perusahaan
menciptakan nilai relatif terhadap jumlah modal yang diinvestasikan. PBV yang
tinggi mencerminkan harga saham yang tinggi dibandingkan nilai buku per
lembar saham, semakin tinggi harga saham, semakin berhasil perusahaan
menciptakan nilai bagi pemegang saham. Beberapa variabel yang kuantitatif yang
sering digunakan untuk mengukur nilai perusahaan adalah sebagai berikut :
1. Nilai buku saham
Nilai buku per lembar saham (BVS) digunakan untuk mengukur nilai
shareholders equity atas setiap saham, dan besarnya nilai BVS dihitung
dengan cara membagi total shareholders equity dengan jumlah saham yang

beredar. Adapun komponen dari shareholders equity yaitu agio saham
(paid up capital in excess of per value) dan laba ditahan
PBV mempunyai beberapa keunggulan sebagai berikut :
a. Nilai buku mempunyai ukuran intuitif yang relatif stabil yang dapat
diperbandingkan dengan harga pasar. Investor yang kurang percaya

21
Universitas Sumatera Utara

dengan metode discounted cash flow dapat menggunakan price
book value sebagai perbandingan.
b. Nilai buku memberikan standar akuntansi yang konsisten untuk
semua perusahaan. PBV dapat diperbandingkan antara perusahaanperusahaan yang sama sebagai petunjuk adanya under atau
overvaluation
c. Perusahaan – perusahaan dengan earning negatif, yang tidak bisa
dinilai dengan menggunakan price earning ration (PER) dapat
dievaluasi menggunakan price book value ratio (PBV).
2. Nilai appraisal
Nilai appraisal suatu perusahaan dapat diperoleh dari perusahaan appraisal
independent. Teknik yang digunakan oleh perusahaan appraisal sangat

beragam, nilai ini sering dihubungkan dengan biaya penempatan. Metode
analisis ini sering tidak mencukupi karena nilai aktiva individual
mempunyai hubungan yang kecil dengan kemampuan perusahaan secara
keseluruhan dalam menghasilkan pendapatan (earnings). Nilai perusahaan
yang berdasarkan appraisal independent juga akan menghasilkan
pengurangan Good Will dengan meningkatkan harga aktiva perusahaan
yang bersangkutan. Good Will dihasilkan sewaktu nilai pembelian suatu
perusahaan melebihi nilai buku dari aktivanya.
3. Nilai pasar saham
Nilai pasar saham sebagaimana dinyatakan dalam kouta pasar modal
adalah pendekatan lain untuk memperkirakan nilai bersih dari suatu bisnis.

22
Universitas Sumatera Utara

Apabila saham didaftarkan dalam bursa sekuritas utama dan secara luas
diperdagangkan, sebuah nilai pendekatan dapat dibangun berdasarkan nilai
pasar.

Pendekatan nilai pasar adalah salah satu yang paling sering


dipergunakan

dalam

menilai

perusahaan

besar.

Faktor

analisis

berkompetensi dengan pengaruh spekulatif murni dan berhubungan
dengan sentimen masyarakat maupun keputusan pribadi.
4. Nilai “chop – chop”
Pendekatan “chop-chop” untuk pertama kali diperkenalkan oleh Lawrence
S. Speidell, CFA dari lembaga riset dibidang keuangan Batterymarch

Financial

Management.

Secara

khusus,

ia

menekankan

untuk

mengidentifikasi perusahaan multi industri yang dibawah nilai akan
bernilai lebih apabila dipisahkan menjadi bagian-bagian. Pendekatan ini
mengkonseptualisasikan praktik penekanan untuk membeli aktiva dibawah
harga penempatan mereka.
5. Nilai arus kas
Pendekatan


arus

kas

untuk

penilaian

dimaksudkan

agar

dapat

mengestimasi arus kas bersih yang tersedia untuk perusahaan yang
menawarkan sebagai hasil merger atau akusisi. Nilai sekarang dari arus
kas ini kemudian akan ditentukan dan akan menjadi jumlah maksimum
yang harus dibayar oleh perusahaan yang ditargetkan. Pembayaran awal
kemudian dapat dikurangi untuk menghitung nilai bersih sekarang dari

merger.

23
Universitas Sumatera Utara

2.1.1 Teori-teori nilai perusahaan.
Nilai perusahaan merupakan gambaran dari kesejahteraan pemegang
saham, semakin tinggi nilai perusahaan maka dapat menggambarkan
semakin sejahtera pula pemiliknya.

Tujuan utama yang ingin dicapai

perusahaan adalah memaksimumkan nilai perusahaan. Hal tersebut
tercermin dari harga sahamnya (Fama,1978 dalam Wahyudi dan Pawestri,
2006). Akan tetapi dibalik tujuan tersebut masih terdapat konflik antara
pemilik perusahaan dengan penyedia dana sebagai kreditur.

Jika

perusahaan berjalan lancar, maka nilai saham perusahaan akan meningkat,

sedangkan nilai hutang perusahaan dalam bentuk obligasi tidak
terpengaruh sama sekali. Jadi dapat disimpulkan bahwa nilai dari saham
kepemilikan bisa merupakan indeks yang tepat untuk mengukur tingkat
efektifitas perusahaan. Menurut Nurlela dan Islahuddin (2008) mereka
berpendapat bahwa nilai perusahaan adalah nilai pasar karena dapat
memberikan kemakmuran kepada pemegang saham secara maksimum
apabila harga saham perusahaan meningkat, semakin tinggi harga saham,
maka makin tinggi kemakmuran pemegang saham. Untuk mencapai nilai
perusahaan umumnya para pemodal menyerahkan pengelolaaanya kepada
para profesional. Para profesional diposisikan sebagai manajer maupun
komisaris.Teori lain menyatakan bahwa nilai perusahaan menggambarkan
seberapa baik atau buruk manajemen mengelola kekayaannya, hal ini bisa
dilihat dari pengukuran kinerja keuangan yang diperoleh. Menurut (Sri
Rahayu;2010) Suatu perusahaan akan berusaha untuk memaksimalkan

24
Universitas Sumatera Utara

nilai perusahaannya. Peningkatan nilai perusahaan biasanya akan ditandai
dengan naiknya harga saham dipasar. Ada juga yang mendefenisikan nilai

perusahaan sebagai nilai pasar. Karena nilai perusahaan yang dapat
memberikan kemakmuran pemegang saham secara maksimum apabila
harga saham perusahaan meningkat. Semakin tinggi harga saham, makin
tinggi kemakmuran pemegang saham.
Menurut Sukamulja (2004) menyatakan bahwa salah satu rasio yang
dinilai dapat memberikan informasi yang baik adalah Tobin’s Q. Rasio ini
dinilai dapat menjelaskan berbagai fenomena dalam kegiatan perusahaan,
misalnya terjadi perbedaan crossectional dalam pengambilan keputusan
investasi

dan

diversifikasi,

hubungan

antara

kepemilikan


saham

manajemen dan nilai perusahaan, hubungan antara kinerja manajemen
dengan keuntungan dalam akusisi, dan kebijakan pendanaan, dividen, dan
kompensasi. Samuel (2000), menjelaskan bahwa enterprise value (EV)
atau dikenal juga dengan nilai perusahaan (firm value) merupakan konsep
penting bagi investor, karena merupakan indikator bagi pasar menilai
perusahaan secara keseluruhan.
Menurut Hasnawati (2005), mengatakan bahwa nilai perusahaan
dipengaruhi oleh faktor keputusan pendanaan, kebijakan dividen,faktor
ekstenal

perusahaan

seperti

tingkat

inflasi,


kurs

mata

uang

asing,pertumbuhan ekonomi,politik, dan phsycology pasar. Dalam
penelitian ini penulis menggunakan rasio PBV dalam menilai nilai dari
perusahaan tersebut
25
Universitas Sumatera Utara

2.2

Return on Equity (ROE)
Selain laporan informasi keuangan yang diwajibkan yang didalamnya

termasuk return on equity (ROE), return on asset (ROA), perusahaan juga
melakukan pengungkapan yang bersifat sukarela yaitu pengungkapan tanggung
jawab sosial perusahaan disebut juga corporate social responsibility (CSR) dan

tata kelola perusahaan yang baik atau disebut juga good corporate governance
(GCG) pada laporan tahunan perusahaan. Hal ini bertujuan untuk menilai
perusahaan yang bersangkutan.
Return of equity (ROE) merupakan salah satu faktor yang menunjukkan
efektifitas dan efisiensi suatu organisasi dalam rangka mencapai tujuannya.
Efektifitas apabila manajemen memilki kemampuan untuk memilih tujuan yang
tepat atau suatu alat yang tepat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Efisiensi diartikan sebagai rasio (perbandingan) antara masukan dan keluaran
yaitu dengan masukan tertentu memperoleh keluaran yang optimal.
Hanafi dan Halim (1996) menyatakan bahwa return on asset (ROE)
merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandangan pemegang saham. Salah
satu alasan utama perusahaan beroperasi adalah menghasilkan laba dari
peningkatan harga saham yang bermanfaat bagi para pemegang saham.
Keberhasilan perusahaan dinilai dari peningkatan harga saham yang akan
menghasilkan laba bagi para pemegang saham. Alasan ini adalah angka kinerja
keuangan yang berhasil dicapai. Kinerja keuangan (ROE) dalam penelitian ini
dihitung dengan laba bersih setelah pajak dibagi total ekuitas dikali seratus persen.

26
Universitas Sumatera Utara

2.3

Profitabilitas (ROA)
Menurut Ang (1997) dalam Wahidahwati (2002) bahwa rasio profitabilitas

atau rasio rentabilitas menunjukan keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan
keuntungan (profit). Keuntungan yang layak dibagikan kepada para pemegang
saham adalah keuntungan setelah bunga dan pajak. Semakin besar keuntungan
yang diperoleh semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayarkan
dividennya, profitabilitas merupakan pertimbangan yang penting bagi investor
dalam keputusan investasinya. Nilai perusahaan dengan profitabilitas memiliki
hubungan yang erat karena profitabilitas merupakan suatu tindakan prestasi
perusahaan

atas

pendapatan

laba

(profit)

perusahaan

sehingga

dapat

mengembangkan perusahaannya ke level yang lebih tinggi lagi.
Profitabilitas secara teoritis menurut Kokobu (2001) menyatakan bahwa
terdapat hubungan yang positif antara kinerja ekonomi suatu perusahaan dengan
pengungkapan tanggung jawab sosial. Hal ini dikaitkan dengan teori Agency
dengan premis bahwa perolehan laba yang semakin besar akan membuat
perusahaan mengungkapkan informasi sosial yang lebih luas.
Konflik keagenan yang terjadi akibat pemisahan peran dan perbedaan
kepentingan antara pihak agen dan prinsipal dapat mempengaruhi kualitas laba
perusahaan. Melalui manajemen laba, pihak manajemen berusaha melaporkan
laba secara oportunis untuk memaksimumkan kepentingan pribadinya dan bukan
demi kepentingan prinsipal. Rendahnya kualitas laba akan membuat kesalahan
pembuatan keputusan para pemakainya seperti investor dan kreditor, sehingga
nilai perusahaan akan berkurang (Siallagan dan Machfoedz, 2006). Profitabilitas

27
Universitas Sumatera Utara

dalam penelitian ini dihitung dengan laba bersih yang diperoleh perusahaan
setelah dikurangi pajak dibagi total aktiva.
2.4

Corporate social responsibility (CSR)
Praktik dan pengungkapan corporate social responsibility didasari oleh

hubungan perusahaan atau entitas bisnis dengan keseluruhan stakeholder baik
internal maupun eksternal yang berkaitan secara langsung maupun tidak langsung
dengan perusahaan. Perusahaan harus memastikan kegiatan yang dilakukannya
tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang dapat diterima masyarakat.
Pengungkapan CSR merupakan pengungkapan informasi yang berkaitan dengan
tanggung jawab perusahaan di dalam laporan tahunan. Pengukuran CSR mengacu
pada 78 item pengungkapan yang digunakan oleh Sembiring (2007). Penelitian
ini menggunakan 78 item pengungkapan karena peneliti menganggap pengukuran
ini menguji pengungkapan CSR secara lengkap dan terinci. Objek penelitian ini
menggunakan perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
sehingga pengukuran CSR ini cocok digunakan oleh perusahaan-perusahaan di
indonesia karena pengukuran CSR yang menggunakan 78 item pengungkapan ini
digunakan Sembiring (2007) dengan mengadopsi pengukuran CSR yang
berdasarkan GRI (Global Reporting Initiative) yang telah diakui secara global.
Pengukuran variabel ini dengan indeks pengungkapan sosial, selanjutnya ditulis
CSR

dengan

membandingkan

jumlah

pengungkapan

yang

diharapkan.

Pengungkapan sosial merupakan data yang diungkap oleh perusahaan berkaitan
dengan aktifitas sosialnya yang meliputi 13 item lingkungan, 7 item energi, 8 item
kesehatan dan keselamatan kerja, 29 item lain-lain tenaga kerja, 10 item produk, 9

28
Universitas Sumatera Utara

item keterlibatan masyarakat, dan 2 item umum. Pengungkapan tanggung jawab
sosial perusahaan mencerminkan suatu pendekatan manajemen adaptive dalam
menghadapi lingkungan yang dinamis dan multidimensional serta kemampuan
untuk mempertemukan tekanan sosial dengan reaksi kebutuhan masyarakat.
Dengan demikian, keterampilan manajemen perlu dipertimbangkan untuk survive
dalam lingkungan perusahaan masa kini (Cowen,1987 dalam Florence,2009).
Corporate

Responsibility

Social

(CSR)

merupakan

suatu

proses

pengkomunikasian dampak-dampak sosial dan lingkungan di sekitar perusahaan
atas tindakan ekonomi yang dilakukan oleh perusahaan terhadap kelompok
tertentu dalam masyarakat dan pada masyarakat secara keseluruhan. Hal ini
memperluas tanggung jawab perusahaan dalam menyediakan laporan keuangan
kepada pemilik modal terutama pemegang saham.

Dengan begitu, tanggung

jawab perusahaan tidak hanya mencari laba untuk pemegang saham, namun juga
harus menyediakan laporan pertanggungjawaban sosial terhadap masyarakat.
Corporate social responsibility dalam pengungkapannya harus berdasarkan
pemahaman dari 3P (profit, people, planet), yaitu tujuan bisnis tidak hanya
mencari laba (profit), tetapi juga menyejahterakan orang (people), dan menjamin
keberlanjutan hidup planet ini.

Pengungkapan corporate social responsibility

tidak lagi berpijak pada praktek single bottom line yang berorientasi pada kinerja
keuangan saja, namun harus mengacu pada triple bottom line, yang artinya
perusahaan harus berorientasi pada aktivitas sosial dan lingkungan, tidak hanya
berorientasi pada kinerja keuangan saja. Hal ini diyakini dapat menjamin
keberlanjutan perusahaan dan meningkatkan nilai perusahaan dimasa mendatang.

29
Universitas Sumatera Utara

Menurut (Daniri,2007 dalam Rahayu et al, 2010), coporate social
responsibility lahir dari desakan masyarakat atas perilaku perusahaan yang
biasanya selalu fokus untuk memaksimalkan laba, menyejahterakan para
pemegang saham, dan mengabaikan tanggung jawab sosial seperti perusakan
lingkungan, eksploitasi sumber daya alam, dan lain sebagainya. Pada dasarnya
keberadaan perusahaan itu bertolak belakang dengan kenyataan yang ada dalam
kehidupan sosial. Konsep dan praktik CSR saat ini tidak lagi dipandang sebagai
suatu cost center tetapi sebagai strategi perusahaan dalam menstabilkan
pertumbuhan usaha secara jangka panjang. Oleh karena pengungkapkan CSR
sangat penting dalam perusahaan sebagai wujud pelaporan tanggung jawab sosial
kepada masyarakat. Prinsip-prinsip dasar corporate social responsibility yang
dapat digunakan perusahaan sebagai acuan dalam pembuatan keputusan menurut
ISO 26000 meliputi:


Kepatuhan terhadap hukum



Menghormati instrumen / badan-badan Internasional



Menghormati stakeholders dan kepentingannya



Akuntabilitas



Transparansi



Perilaku yang beretika



Melakukan tindakan pencegahan



Menghormati dasar-dasar HAM
Perusahaan selain menerapkan CSR juga perlu melakukan pengungkapan

(disclosure) atas aktivitas CSR yang dilakukan kepada stakeholder. Penerapan
CSR adalah suatu aktivitas yang dilakukan perusahaan untuk menerapkan
kegiatan CSR, sedangkan pengungkapan merupakan langkah akhir dalam proses

30
Universitas Sumatera Utara

akuntansi, yaitu penyajian informasi dalam bentuk statement keuangan. Teori lain
yang menjelaskan mengenai Corporate Social Responsibility yaitu :
2.4.1Teori Legimitasi
Dalam legimitacy teori perusahaan memiliki kontrak dengan
masyarakat

untuk

melakukan

kegiatannya

berdasarkan

nilai-nilai

justice,dan bagaimana perusahaan menanggapi berbagai kelompok
kepentingan untuk melegemitasi tindakan perusahaan. Oleh karena itu,
perusahaan semakin menyadari bahwa kelangsungan hidup perusahaan
juga bergantung dari hubungan perusahaan dengan masyarakat dan
lingkungan

dimana

aktivitasnya.Apabila

perusahaan
terjadi

tersebut

ketidakselarasan

menjalankan
antara

sistem

setiap
nilai

perusahaan dan sistem nilai masyarakat, maka perusahaan akan kehilangan
legimitasinya dan selanjutnya akan mengancam kelangsungan hidup
perusahaan. (Haniffa,2005).
Gray (1996) dalam Hadi (2011:88) berpendapat bahwa legimitasi
merupakan : ’’a systems- oriented view of organization and society
permitts us to focus on the role of inforation and disclosure in the
relationnship

between,organizations,

the

state,

individuals

and

group.Melalui defenisi tersebut dijelaskan bahwa legimitasi merupakan
sistem pengelolaan perusahaan yang berorientasi pada keberpihakan
masyarakat, pemerintah individu dan kelompok masyarakat. Untuk itu,
sebagai suatu sistem yang mengedepankan keberpihakan kepada
masyarakat, operasi perusahaan harus kongruen atau selaras dengan

31
Universitas Sumatera Utara

harapan masyarakat. Dan menjelaskan bahwa teori legimitasi merupakan
salah satu teori yang mendasari pengungkapan CSR. Apabila perusahaan
memiliki kinerja lingkungan dan sosial yang buruk maka akan muncul
keraguan dari pihak investor sehingga direspon negatif melalui penurunan
harga saham (Almilia dan Wijayanto).

2.4.2Teori Stakeholder
Teori Stakeholders mengatakan bahwa perusahaan bukanlah entitas
yang hanya beroperasi untuk kepentingan sendiri namun harus mampu
memberikan manfaat bagi para stakeholder. Perusahaan harus memberikan
perhatian kepada kepentingan pihak-pihak yang terkait dengan korporasi
secara luas. Artinya dalam mencapai pengembalian yang menguntungkan
bagi pemegang saham, manajer harus memperhatikan adanya batasanbatasan yang timbul dalam lingkungan dimana mereka beroperasi. Dengan
demikian, keberadaan suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh dukungan
yang diberikan oleh stakeholder perusahaan tersebut (Stutedi,2012)
Perusahaan yang memiliki kinerja lingkungan dan sosial yang baik
akan direspon positif oleh investor melalui peningkatan harga saham
(Rustiarini,2010).Menurut The World Business Council for Sustainable
Development (WBCSD), CSR adalah sebagai komitmen dunia usaha terus
menerus bertindak secara etis, beroperasi secara legal dan berkontribusi
untuk peningkatan ekonomi, bersamaan dengan peningkatan kualitas hidup
dari karyawan dan keluarganya sekaligus juga peningkatan kualitas
komunitas lokal dan masyarakat secara lebih luas. Lembaga keuangan

32
Universitas Sumatera Utara

global, World bank memandang CSR sebagai .’’ the committment of
business to contribute to sustainable economic development working with
employees and their representative the local community and society at
large to improve quality of life, in ways that are both good for business
and Good for development’’. Corporate sosial responsibility atau tanggung
jawab sosial perusahaan didefenisikan sebagai komitmen bisnis untuk
memberikan kontribusi bagi pembangunan ekonomi berkelanjutan, melalui
kerjasama dengan para karyawan serta perwakilan mereka, keluarga
mereka,komunitas

setempat

ataupun

masyarakat

umum

untuk

meningkatkan kualitas kehidupan dengan cara yang bermanfaat bagi bisnis
sendiri maupun untuk pembangunan.
Anggraini (2006) menyatakan bahwa tuntutan terhadap perusahaan
untukmemberikan informasi yang transparan, organisasi yang akuntabel
serta tata kelola perusahaan yang baik memaksa perusahaan untuk
memberikan

informasi

mengenai

aktivitas

sosialnya.Masyakat

membutuhkan informasi mengenai sejauh mana perusahaan sudah
melaksanakan aktivitas sosialnya sehingga masyarakat dapat menilai
perusahaan tersebut layak dan hak masyarakat untuk hidup aman dan
tentram, kesejahteraan karyawan, dan keamanan mengkonsumsi makanan
dapat terpenuhi.

2.4.3 Corporate Social Disclosure index ( CSDI )
Pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan sering juga disebut
sebagai corporate social disclosure, corporate social reporting merupakan

33
Universitas Sumatera Utara

proses pengkonunikasian dampak sosial dan lingkungan dari kegiatan
ekonomi organisasi terhadap kelompok khusus yang berkepentingan dan
terhadap masyarakat secara keseluruhan. Hal tersebut dapat memperluas
tanggung jawab organisasi (khususnya perusahaan), diluar peran
tradisionalnya untuk menyediakan laporan keuangan kepada pemilik
modal, khususnya pemegang saham. Perusahaan tersebut dibuat dengan
asumsi bahwa perusahaan mempunyai tanggung jawab yang lebih luas
dibanding hanya mencari laba untuk pemegang saham (Grayet al dalam
Sembiring, 2007).
Dalam penelitian ini penulis menggunakan variabel dummy untuk
mengukur corporate social responsibility terhadap nilai perusahaan dimana
bila perusahaan yang diteliti melakukan CSR dan mengungkapkannya
dalam laporan keuangan (Annual report) melalui websitenya maka
mendapat nilai 1 dan sebaliknya bila tidak diungkapkan mendapat nilai 0
dalam skala pengukurannya.
2.5

Good Corporate Goverance (GCG)
Teori – teori keuangan telah dikembangkan baik secara teoritis maupun

empiris untuk menyelidiki lebih lanjut permasalahan yang disebabkan oleh
perbedaan tingkat kepentingan antara pemegang saham dengan manajer
perusahaan, antara pemegang saham mayoritas dengan pemegang saham
minoritas, serta antara pemegang saham dengan kreditur (agency problem).
Sehingga beberapa tahun terakhir banyak perusahaan property dan real estate

34
Universitas Sumatera Utara

yang semakin menyadari pentingnya menerapkan program good corporate
governance (GCG) sebagai bagian dari strategi bisnisnya. Hal tersebut merupakan
suatu faktor yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan. Masalah corporate
governance muncul karena terjadinya pemisahan antara kepemilikan dan
pengendalian perusahaan. Pemisahan ini didasarkan pada teori agency (agency
problem)
2.5.1 Teori Keagenan ( Agency Theory )
Menurut Brigham & Houston ( 2006: 26-31) para manajer diberi
kekuasaan oleh pemilik perusahaan, yaitu pemegang saham, untuk
membuat keputusan, dimana dalam hal ini menciptakan potensi konflik
kepentingan yang dikenal sebagai teori keagenan (agency theory).
hubungan keagenan (agency relationship) terjadi ketika satu atau lebih
individu, yang disebut sebagai prinsipal menyewa individu atau organisasi
lain, yang disebut sebagai agen, untuk melakukan sejumlah jasa dan
mendelegasikan kewenangan untuk membuat keputusan kepada agen
tersebut.
Jensen dan Meckling (1976) mendefenisikan hubungan keagenan
sebagai suatu kontrak antara manajer (agent) dan pemilik (principal)
perusahaan. Satu atau lebih principal memberi wewenang dan otoritas
kepada agent untuk melakukan kepentingan. Dalam suatu korporasi, yang
disebut prinsipal adalah pemegang saham dan yang dimaksud agen adalah
manajemen

yang

mengelola

perusahaan.Agency

theory

muncul

berdasarkan adanya fenomena pemisahan antara pemilik perusahaan

35
Universitas Sumatera Utara

(pemegang

saham/owner)

dengan

para

manajer

yang

mengelola

perusahaan.Menurut Shleifer dan Vishny (1997) corporate governance
merupakan suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan
yang diharapkan dapat memberikan dan meningkatkan nilai perusahaan
kepada

pemegang saham.

Sedangkan FCGI (Forum for Corporate

Governance in Indonesia menjelaskan bahwa tujuan dari corporate
governance adalah untuk menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang
berkepentingan (Stakeholder ).
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Midiastuti (2003) di
Indonesia kepemilikan manajerial mampu menjadi mekanisme good
corporate governance yang mampu mengurangi masalah ketidakselarasan
kepentingan antara manajer dengan pemilik atau pemegang saham atau
dapat dikatakan semakin meningkat proporsi kepemilikan saham
manajerial maka semakin baik kinerja dan nilai perusahaan. Good
corporate governace dikatakan dapat menciptakan nilai tambah karena
dengan menerapkan good corporate governance diharapkan perusahaan
akan memiliki nilai perusahaan dan kinerja yang baik sehingga dapat
menciptakan nilai tambah dan meningkatkan nilai perusahaan yang dapat
memberikan keuntungan dari para pemegang saham atau pemilik
perusahaan
2.5.2 Manfaat Good Corporate Governance
Manfaat dari pelaksanaan good corporate governance menurut
Forum Corporate Governance Indonesia (FGCI) adalah sebagai berikut :

36
Universitas Sumatera Utara



Meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses
pengambilan keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi
operasional perusahaan serta lebih meningkatkan pelayanan
kepada stakeholders.



Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah
sehingga dapat lebih meningkatkan corporate value.



Mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan
modalnya di Indonesia.



Pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan
karena sekaligus akan meningkatkan shareholders value dan
dividen.



Menghindari penyalahgunaan wewenang oleh pihak direksi
dalam pengelolaan perusahaan. Penerapan prinsip-prinsip good
corporate

govenance

kemungkinan

yang

dilakukannya

konsisten

akan

rekayasa

menghalangi

kinerja

yang

mengakibatkan nilai fundamental perusahaan tidak tergambar
dalam laporan keuangannya.


Meningkatkan kualitas laporan keuangan



Mempermudah

proses

pengambilan

keputusan,

sehingga

berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan.
Sedangkan keuntungan yang bisa diambil oleh perusahaan apabila
menerapkan konsep good corporate governance adalah :

37
Universitas Sumatera Utara

• Meminimalkan Agency cost
Selama ini para pemegang saham harus menanggung biaya yang timbul
akibat dari pendelegasian wewenang kepada manajemen. Biaya-biaya ini bisa
berupa kerugian karena manajemen menggunakan sumber daya perusahaan
untuk kepentingan pribadi maupun berupa biaya pengawasan yang harus
dikeluarkan perusahaan untuk mencegah terjadinya hal tersebut.
• Meminimalkan Cost of capital
Perusahaan yang baik dan sehat akan menciptakan suatu referensi positif
bagi para kreditur. Kondisi ini sangat berperan dalam meminimalkan biaya
modal yang harus ditanggung bila perusahaan akan mengajukan pinjaman,
selain itu dapat memperkuat kinerja keuangan yang akan membuat produk
perusahaan menjadi lebih kompetitif
• Meningkatkan nilai saham perusahaan
Suatu perusahaan yang dikelola secara baik dan dalam kondisi sehat akan
menarik minat investor untuk menanamkan modalnya. sebuah survei yang
dilakukan oleh Russel Reynolds Associates (1977) mengungkapkan bahwa
kualitas dewan komisaris adalah salah satu faktor utama yang dinilai oleh
investor institusional sebelum mereka memutuskan untuk membeli saham
perusahaan tersebut
• Mengangkat citra perusahaan

38
Universitas Sumatera Utara

Citra Perusahaan merupakan faktor penting yang sangat erat kaitannya
dengan kinerja dan keberadaan perusahaan tersebut dimata masyarakat dan
khususnya para investor.
2.5.3 Prinsip-Prinsip dalam Good Corporate Governance
Dalam Undang-Undang No.40 tahun 2007 oleh kementerian Hukum
dan HAM Repuplik Indonesia tentang Perseroan Terbatas dan prinsip tata
kelola perseroan yang baik (good corporate governance) dalam
menjalankan perusahaan, dan dalam keputusan Menteri BUMN Tahun
2002

tentang

prinsip-prinsip

good

corporate

governance

harus

mencerminkan pada hal-hal sebagai berikut :
• Transparansi, yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan
keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi meteriil dan
relevan mengenai perusahaan
• Kemandirian, yaitu suatu keadaan yang mana perusahaan dikelola secara
profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh atau tekanan dari
pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat
• Akuntabilitas,

yaitu

kejelasan

fungsi,

pelaksanaan

dan

pertanggungjawaban organ sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana
secara efektif

39
Universitas Sumatera Utara



Pertanggungjawaban, yaitu kesesuaian di dalam pengelolaan perusahaan
terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip
korporasi yang sehat.

• Kewajaran (fairness), yaitu keadilan dan kesetaraan didalam memenuhi
hak-hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
• Untuk mewujudkan terciptanya good corporate governance, prinsip-prinsip
tersebut harus dapat dicapai perusahaan dengan adanya kerjasama yang
baik dari berbagai pihak, baik didalam maupun luar perusahaan sesuai
dengan standar dan peraturan yang berlaku untuk dapat memberikan
manfaat kepada kondisi dan nilai perusahaan

40
Universitas Sumatera Utara

2.6

Kerangka Konseptual
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan sebelumnya dan ditelaah

pustaka, maka variabel yang terkait dalam penelitian ini dapat dirumuskan melalui
suatu gambar kerangka pemikiran sebagai berikut :
Gambar 2.3.1
Kerangka konseptual
Rasio

Kinerja Keuangan ROE
(X1)

Nilai
Perusahaa
n
(Y)

H1
H2

Profitabilitas
ROA (X2)

H1
H3

H1

Corporate Social
Responsibility (X3)

H4
Good Corporate
Governance (X4)

2.7

Uji Regresi
Berganda

Penelitian terdahulu
Berdasarkan uraian yang telah dikemukan sebelumnya dan ditelaah

pustaka, maka variabel yang terkait dalam penelitian ini dapat dirumuskan melalui
suatu kerangka pemikiran sebagai berikut :

41
Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.7
Penelitian Terdahulu
No

Nama Peneliti

1

Reza (2014)

2

Anggitasari
(2012)

Judul/
Topik
Penelitian
Analisis
Pengaruh
Good
Corporate
Governance Terhadap
Nilai
Perusahaan
Otomotif
yang
Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia

Variabel

Hasil Penelitian

Variabel
Independen
Good
Corporate
Governance
Variabel
Dependen :
Nilai
Perusahaan
Governance
(PBV)

Good Corporate
: Governance
secara kumulatif
terdapat
hubungan antara
Variabel ukuran
dewan komisaris,
Dewan direksi,
dan komite audit
dengan
nilai
perusahaan
otomotif
yang
terdapat di BEI,
Variabel Good
Corporate
Governance ini
menjelaskan 32%
dari
nilai
perusahaan
otomotif
tersebut.
Pengaruh
Kinerja Variabel
Kinerja keuangan
keuangan
terhadap Independen :
(ROA)
tidak
Nilai
Perusahaan Kinerja
mempunyai
dengan Pengungkapan keuangan
pengaruh yang
Corporate
Social Variabel
signifikan
Responsibility
dan Dependen :
terhadap
Nilai
Struktur
Good Nilai
Perusahaan
Corporate Governance Perusahaan
Analisis variabel
sebagai
variabel Variabel
moderating
Moderasi
Pemoderasi
dengan metode
Corporate
MRA menunj
Social
ukkan
bahwa
Responsibility komisaris
dan Struktur independen,
Good
kepemilikan
Corporate
manajerial, dan
Governance
komite
audit
bukan
merupakan
variabel

42
Universitas Sumatera Utara

moderating
yang
mampu
memoderasi
hubungan ROA
dengan
Nilai
perusahaan
(TobinsQ).
Kepemilikan
institusional dan
pengungkapan
CSR merupakan
variabel
moderating yang
mampu
memoderasi
hubungan antara
ROA dan Tobins
Q
dan
menunjukkan
pengaruh yang
positif signifikan.
3

Rahayu (2010)

Pengaruh
Kinerja
Keuangan
terhadap
nilai
perusahaan
dengan pengungkapan
Corporate
Social
Responsibility
dan
Good
Corporate
Governance sebagai
variabel pemoderasi
(Studi empiris pada
perusahaan
Manufaktur di Bursa
Efek Jakarta)

Variabel
Independen :
Kinerja
keuangan
Variabel
Dependen :
Nilai
Perusahaan
Variabel
Moderasi:
a.Corporate
Social
Responsibility
b.Good
Corporate
Governance

4

Kusumadilaga
(2010)

Pengaruh Corporate
Social Responsibility
Terhadap
nilai
perusahaan
dengan
profitabilitas sebagai
variabel moderating
(Studi empiris pada

Variabel
Independen :
Corporate
Social
Responsibility
Variabel
Dependen :

Kinerja keuangan
tidak mempunyai
pengaruh yang
signifikan
terhadap
nilai
perusahaan,
Corporate Social
Responsibility
dan
Good
Corporate
Governance tidak
mampu
memoderasi
hubungan antara
kinerja keuangan
dengan
nilai
perusahaan
Pengungkapan
Corporate Social
Responsibility
berpengaruh
signifikan
terhadap
nilai
perusahaan.

43
Universitas Sumatera Utara

perusahaan
manufaktur
yang
terdaftar di Bursa Efek
Indonesia)

Nilai
perusahaan
Variabel
Moderasi :
Profitabilitas

Variabel
Independen :
Good
Corporate
Governance
Variabel
Dependen :
Nilai
Perusahaan
Variabel
Moderasi :
Corporate
Social
Responsibility
Disclosure
Variabel
Independen:
Kinerja
Keuangan
Variabel
Dependen :
Nilai
perusahaan
Variabel
Moderasi :
Mekanisme
Corporate
Governance.

5

Amanti

Pengaruh
Good
Corporate Governance
terhadap
nilai
perusahaan
dengan
pengungkapan
Corporate
Social
Responsibility sebagai
variabel
Moderasi
(Studi kasus pada
perusahaan
rokok
yang
terdaftar
di
Bursa Efek Indonesia)

6

Fauzi (2010)

Pengaruh
Kinerja
Keuangan
terhadap
Nilai
Perusahaan
dengan
Mekanisme
Corporate Governance
sebagai
variabel
pemoderasi
(Studi
Empiris
pada
perusahaan
Manufaktur Go Puplic
yang terdaftar di BEI)

7

Sukamulja
(2004)

Good
Corporate Variabel
Governance di sektor Independen
keuangan
:Dampak Good

Profitabilitas
sebagai variabel
moderating tidak
dapat
mempengaruhi
hubungan
pengungkapan
Corporate Social
Responsibility
dan
Nilai
perusahaan
Good Corporate
Governance
berpengaruh
secara signifikan
terhadap
nilai
perusahaan dan
Corporate sosial
responsibility
tidak
mampu
mempengaruhi
nilai perusahaan
sebagai variabel
moderasi

Kinerja
Keuangan
berpengaruh
signifikan
terhadap
nilai
perusahaan, tidak
adanya pengaruh
secara signifikan
dari komite audit
sebagai
proksi
dari mekanisme
corporate
governance
sebagai variabel
moderasi
terhadap
nilai
perusahaa
Pelaksanaan
: Good Corporate
Governance tidak

44
Universitas Sumatera Utara

8

Carningsih

9

Handoko
(2012)

Good
Corporate Corporate
Governance terhadap Governance
Variabel
kinerja perusahaan
Dependen:
Kinerja
perusahaan
Pengaruh
Good Variabel
Corporate Governance Independen:
terhadap
hubungan Kinerja
atara kinerja keuangan keuangan
dengan
Nilai Variabel
perusahaan
(Studi Dependen :
kasus pada perusahaan Nilai
property dan real Perusahaan
estate yang terdaftar di Variabel
Bursa Efek Indonesia) Moderasi :
Good
Corporate
Governance

berpengaruh
terhadap kinerja
yang tercermin
dari nilai pasar
perusahaan

Pengaruh
kinerja
keuangan
Terhadap
nilai
perusahaan
dengan pengungkapan
corporate
social
responsibility
dan
good
corporate
governance
sebagai
variabel pemoderasi

Kinerja
Keuangan (ROA)
berpengaruh
positif terhadap
nilai perusahaan,
pengungkapan
CSR
mampu
memoderasi
hubungan antara
kinerja keuangan
dan
nilai
perusahaan dan
proporsi
komisaris
independen
merupakan
variabel
pemoderasi pada
hubungan kinerja
keuangan
dan
nilai perusahaan.

Variabel
Independen :
Kinerja
Keuangan
Variabel
Dependen
:
Nilai
Perusahaan
Variabel
Moderasi :
Corporate
Social
Responsibility
dan
Good
Corporate
Governance.

Kinerja
Keuangan
berpengaruh
negatif terhadap
nilai
perusahaan,Good
Corporate
governance tidak
terbukti
berpengaruh
terhadap
nilai
perusahaan

Sumber : berbagai jurnal yang diolah

45
Universitas Sumatera Utara

Adapun yang membedakan dengan penelitian ini dengan penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Sri Rahayu (2010) dan jurnal nasional yang
dilakukan oleh Reny Dyah Retno M dan Denies Priantinah M.Si,Ak. Adalah pada
penelitian ini penulis menambahkan tiga variabel independen yaitu kinerja
keuangan (ROE), profitabilitas (ROA) dan corporate social responsibility (CSR)
terhadap nilai perusahaan (PBV). Dan menjadikan good corporate governance
sebagai variabel moderasi hubungan antara ketiga variabel tersebut terhadap nilai
perusahaan.
2.8

Hipotesis Penelitian
Hipotesa adalah sebuah kesimpulan sementara yang masih akan dibuktikan

lagi kebenarannya. “Hipotesa disebut sebagai kesimpulan karena hipotesa ini
merupakan kesimpulan dari kegiatan kajian teoritik yang telah dilakukan oleh
peneliti sebelum pelaksanaan penelitian” (Hadi, 2006 : 89).

Hipotesa atau

hipotesis memerlukan penelitian lebih lanjut untuk membuktikan hipotesis
tersebut atau dapat dikatakan hipotesis merupakan suatu statement sementara
tentang keadaan tertentu yang telah terjadi atau yang mungkin akan terjadi di
masa yang akan datang. Berdasarkan uraian diatas penulis akan mencari
kebenaran dari hipotesis yang akan dilakukan yaitu sebagai berikut :
H1 : Kinerja keuangan, profitabilitas dan corporate social responsibility
berpengaruh secara simultan terhadap nilai perusahaan property dan real estate
yang terdaftar di BEI tahun 2010 sampai dengan tahun 2013

46
Universitas Sumatera Utara

H2 : Kinerja keuangan dengan good corporate governance sebagai variabel
moderasi berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan pada
perusahaan property dan real estate yang tercatat di BEI tahun 2010 sampai
tahun 2013
H3 : Profitabilitas dengan good corporate governance sebagai variabel
moderasi berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan pada
perusahaan property dan real estate yang tercatat di BEI tahun 2010 sampai
tahun 2013
H4 : Corporate social responsibility dengan good corporate governance
sebagai variabel moderasi berpengaruh secara signifikan terhadap nilai
perusahaan pada perusahaan property dan real estate yang tercatat di BEI
tahun 2010 sampai tahun 2013
H5 : Good corporate governance (GCG) mampu memoderasi hubungan antara
kinerja keuangan (ROE), profitabilitas (ROA), corporate social responsibility
(CSR) terhadap nilai perusahaan (PBV) pada perusahaan property dan real
estate yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2010 sampai
dengan tahun 2013

47
Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Pengungkapan Corporate Social Responsibility Dan Good Corporate Governance Sebagai Variabel Pemoderasi

13 171 114

PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI

2 14 19

PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI

0 4 107

PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI

1 3 107

Pengaruh Kinerja Keuangan, Profitabilitas,dan Corporate Social Responsibility terhadap Nilai Perusahaan dengan Good Corporate Governance sebagai Variabel Moderasi

2 4 106

Pengaruh Kinerja Keuangan, Profitabilitas,dan Corporate Social Responsibility terhadap Nilai Perusahaan dengan Good Corporate Governance sebagai Variabel Moderasi

0 0 14

Pengaruh Kinerja Keuangan, Profitabilitas,dan Corporate Social Responsibility terhadap Nilai Perusahaan dengan Good Corporate Governance sebagai Variabel Moderasi

0 0 2

Pengaruh Kinerja Keuangan, Profitabilitas,dan Corporate Social Responsibility terhadap Nilai Perusahaan dengan Good Corporate Governance sebagai Variabel Moderasi

0 0 6

Pengaruh Kinerja Keuangan, Profitabilitas,dan Corporate Social Responsibility terhadap Nilai Perusahaan dengan Good Corporate Governance sebagai Variabel Moderasi

0 0 5

Pengaruh Kinerja Keuangan, Profitabilitas,dan Corporate Social Responsibility terhadap Nilai Perusahaan dengan Good Corporate Governance sebagai Variabel Moderasi

0 0 5