Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Pengungkapan Corporate Social Responsibility Dan Good Corporate Governance Sebagai Variabel Pemoderasi

(1)

SKRIPSI

PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL

RESPONSIBILITY DAN GOOD CORPORATE

GOVERNANCE SEBAGAI VARIABEL

PEMODERASI

(STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2011-2013)

OLEH

YENNI MONIKA 110503132

DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul ”Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Good Corporate Governance Sebagai Variabel Moderasi; Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI tahun 2011-2013” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, 23 April 2015 Yang membuat pernyataan,

Yenni Monika NIM : 110503132


(3)

ABSTRAK

PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL

RESPONSIBILITY DAN GOOD CORPORATE

GOVERNANCE SEBAGAI VARIABEL

PEMODERASI

(STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2011-2013)

Penelitian ini menguji pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan dengan menggunakan pengungkapan corporate social responsibility dan good corporate governance sebagai variabel pemoderasi. Tujuan penelitian adalah untuk menemukan bukti empiris tentang (a) pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan, (b) pengaruh proporsi komisaris independen terhadap hubungan antara kinerja keuangan dan nilai perusahaan, (c) pengaruh kepemilikan institusional terhadap hubungan antara kinerja keuangan dan nilai perusahaan. (d) pengaruh kepemilikan manajerial terhadap hubungan antara kinerja keuangan dan nilai perusahaan. (e) pengaruh jumlah komite audit terhadap hubungan antara kinerja keuangan dan nilai perusahaan.

Kinerja keuangan diukur dengan menggunakan ROA dan nilai perusahaan diukur dengan menggunakan Tobins Q. Objek penelitian ini adalah kelompok industri manufaktur yang terdaftar dalam Indonesia Stock Exchange (IDX) dalam rentang tahun 2011-2013. Sampel penelitian adalah sebanyak 20 perusahaan dengan 60 pengamatan. Pengujian hipotesis dilakukan dengan metode statistik melalui analisis regresi sederhana dan selisih nilai mutlak.

Hasil penelitian dengan analisis regresi linear menunjukkan bahwa ROA mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Tobins Q. Analisis variabel moderating dengan metode metode selisih mutlak menunjukkan bahwa, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, dan komite audit bukan merupakan variabel moderating yang mampu memoderasi hubungan ROA dengan Tobins Q. komisaris independen dan pengungkapan CSR merupakan variabel moderating yang mampu memoderasi hubungan antara ROA dan Tobins Q dan menunjukkan pengaruh yang positif signifikan.

Kata Kunci: ROA, Tobins Q, pengungkapan CSR, Good Corporate

Governance, komisaris independen, kepemilikan institusional,

kepemilikan manajerial, jumlah komite audit.


(4)

ABSTRACT

INFLUENCE OF CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DICLOSURE AND GOOD GOOD CORPORATE GOVERNANCE STRUCTURES

TO RELATIONSHIP BETWEEN FINANCIAL PERFORMANCE AND FIRM VALUE

(ON THE PUBLIC MANUFACTURING FIRM VALUE IN INDONESIAFOR THE PERIOD 2011-2013)

This research is to investigate the influence of corporate social responsibility disclosure and good corporate governance structures to relationship between financial performance and firm value. The aim of this research is to find empirical proof about (a) the influence of financial performance to firm value, (b) the influence of independent commissioners as moderating variable in the relationships between financial performance and firm value, (c) the influence of institutions ownership as moderating variable in relationships between financial performance and firm value, (d) the influence of managerial ownership as moderating variable in relationships between financial performance and firm value,(e) the influence of audit committee as moderating variable in relationships between financial performance and firm value,(f) the influence of disclosure CSR as moderating variable in relationships between financial performance and firm value.

ROA is used as the proxy of financial performance and Tobins Q i used as the proxy of firm value. The sample of this research is manufacture firms which is listed on Indonesia Stock Exchange (IDX) over 2011-2013. The research sample are 20 firms with 60 observations. Hypothesis testing is undertaken by using the statistic method through the simple regression and the difference in absolute value.

The results of this research show that ROA has the significant influence to Tobins Q, meanwhile the analysis with the moderating variable the difference in absolute value shows that, Institutions ownership, managerial ownership and audit committee can’t moderate in relation between ROA and Tobins Q. Independent commissioners and CSR disclosure moderate in relation between ROA and Tobins Q that it shows positive significant influenence.

Keyword: ROA, Tobins Q, CSR disclosure, Good Corporate Governance, Independent Commissioners, Institutions ownership, managerial ownership, audit committee.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa menyertai dengan kasih setia dan berkat-Nya, ter-khusus dalam perkuliahan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan dengan pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Good Corporate Governance sebagai Variabel Pemoderasi” sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi S1 Akuntansi Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan semangat, motivasi, bantuan, dan bimbingan selama masa perkuliahan, yaitu kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac., Ak., CA., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara, beserta jajarannya.

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak., CPA dan Drs. Hotmal Ja’far, M.M., Ak., selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Firman Syarief, M.Si., Ak., dan Ibu Dra. Mutia Ismail, M.M., Ak., selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. M. Zainul Bahri Torong, M.Si., Ak., selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Bapak Drs. Hotmal Ja’far , Ak., M.M.,


(6)

selaku dosen penguji dan Bapak Syahrurrahman, S.E., M.Si., Ak., selaku dosen pembanding yang telah banyak memberikan arahan bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak tercinta, Alm. Kondar Aruan dan mama tersayang Risma Simbolon yang telah memberikan bantuan saran, motivasi, dukungan, baik dukungan moril maupun dukungan materil yang diberikan dengan tulus ikhlas. Dan kepada kak Anne, bang Samuel dan dek Markus terima kasih atas dukungan, perhatian, dan doa yang telah diberikan. Skripsi ini saya persembahkan sebagai wujud pengabdian yang tulus untuk kedua orangtua dan keluarga penulis,

6. Sahabat ku Spicy Gurls (Chronika, Kepot, Nopipon, Tika, Maria), calon mantan sahabat (Rika Ariska dan Ruthmita), sahabat encik-encik (Evelyn, Mery, Monces dan Winny), sahabat Genk Sabo (Agung, Anastasya, Evi, Feisal, Garry, Lisbeth, Topan, Sandey, Surya), sahabat Genk Carpediem (Angel, Anita, Dessy, Febri, Geloria, Katrine, Moia, Sinar, dan Tanti), bodat-bodatku (Angelia, Chika, Rebeka, Sephine), teman seperjuangan UK (beatrix), teman-teman di genk Boww, Slonglay Community, dan teman-teman S1 Akuntansi angkatan 2011 yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang tidak berhenti mendoakan, memberi semangat, dan menghibur selama ini.


(7)

Penulis menyadari bahwa setiap manusia tidak luput dari kesalahan dan mungkin skripsi ini banyak memiliki kekurangan dan kelemahan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang membaca.

Medan, 23 April 2015 Penulis

Yenni Monika NIM. 110503132


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK………... i

ABSTRACT………... ii

KATA PENGANTAR………... iii

DAFTAR ISI………... vi

DAFTAR TABEL………... viii

DAFTAR GAMBAR………... ix

DAFTAR LAMPIRAN………... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Rumusan Masalah... 8

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian... 9

1.3.1 Tujuan Penelitian... 9

1.3.2 Manfaat Penelitian... 10

1.4 Originalitas Penelitian... 11

BAB II TELAAH PUSTAKA... 12

2.1 Landasan Teori Penelitian... 12

2.1.1 Teori Agensi (Agency Theory) ... 12

2.1.2 Teori Pensinyalan (Signalling Theory) ... 13

2.1.3 Stakeholder Theory... 14

2.1.4 Kinerja Keuangan... 15

2.1.5 Nilai Perusahaan... 18

2.1.6 Corporate Social Responsibility (CSR)... 20

2.1.7 Good Corporate Governance (GCG) ... 20

2.1.8 Komisaris Independen... 23

2.1.9 Kepemilikan Institusional... 25

2.1.10 Kepemilikan Manajerial... 26

2.1.11 Komite Audit... 26

2.2 Penelitian ... 34

2.3 Kerangka Konseptual dan Pengembangan Hipotesis... 35

2.3.1 Kerangka Konseptual... 35

2.3.2 Pengembangan Hipotesis... 37

2.3.2.1 Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan... 37 2.3.2.6 Pengungkapan CSR dan Pengaruh Kinerja

Keuangan dengan Nilai Perusahaan... 37


(9)

2.3.2.3 Proporsi Komisaris Independen dan Pengaruh

Kinerja Keuangan dengan Nilai Perusahaan... 38

2.3.2.4 Kepemilikan Institusional dan Pengaruh Kinerja Keuanan dengan Nilai Perusahaan... 39

2.3.2.5 Kepemilikan Manajerial dan Pengaruh Kinerja Keuangan dengan Nilai Perusahaan... 40

2.3.2.6 Jumlah Anggota Komite Audit dan Pengaruh Kinerja Keuangan dengan Nilai Perusahaan... 41

BAB III METODE PENELITIAN... 42

3.1 Jenis Penelitian... 42

3.2 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel... 42

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian... 45

3.4 Jenis Data dan Sumber Data ... 50

3.5 Metode Pengumpulan Data... 51

3.6 Metode Analisis Data... 51

3.6.1 Uji Asumsi Klasik... 52

3.6.1.1 Uji Normalitas... 53

3.6.1.2 Uji Heteroskedastisitas... 54

3.6.1.3 Uji Autokorelasi... 54

3.6.2 Analisis Regresi... 55

3.6.3 Pengujian Hipotesis... 55

3.6.3.1 Uji R² atau Koefisien Determinasi... 56

3.6.3.2 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)... 57

3.6.3.3 Uji Nilai selisih mutlak... 57

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 59

4.1 Gambaran Umum Sampel Penelitian... 59

4.2 Hasil Analisis Data... 59

4.2.1 Hasil Analisis Statistik Deskriptif... 59

4.2.2 Uji Asumsi Klasik... 63

4.2.2.1 Uji Normalitas... 63

4.2.2.2 Uji Heteroskedastisitas... 67

4.2.2.3 Uji Autokorelasi... 69

4.2.3 Uji Hipotesis... 71

4.2.3.1 Uji Koefisien Determinasi... 71

4.2.3.2 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)... 72

4.2.3.3 Uji Nilai selisih mutlak... 73


(10)

4.3.1 Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Nilai Perusahaan.... 78

4.3.2 Pengaruh Moderasi GCG terhadap Hubungan Kinerja Keuangan dan Nilai Perusahaan... 79

4.3.3 Pengaruh Moderasi CSR terhadap Hubungan Kinerja Keuangan dan Nilai Perusahaan... 79

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 81

5.1 Kesimpulan... 81

5.2 Keterbatan Penelitian... 82

5.3 Saran... 82


(11)

DAFTAR TABEL

No Tabel Judul Halaman

2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu………... 33

3.1 Daftar Populasi dan Sampel Penelitian... 47

3.2 Proses Pengambilan Sampel...………... 44

4.1 Statistik Deskriptif Penelitian………... 56

4.2 Analisis Statistik Uji Normalitas Persamaan (1)…... 65

4.3 Analisis Statistik Uji Normalitas Persamaan (2)... 67

4.4 Uji Durbin-Watson Persamaan (1)... 70

4.5 Uji Durbin-Watson Persamaan (5)... 70

4.6 Uji Koefisien Determinasi Persamaan (1)... 71

4.7 Uji Koefisien Determinasi Persamaan (2)... 72

4.8 Uji Signifikansi Parameter Individual... 73

4.9 Analisis Regresi Moderasi Persamaan (2)... 74

4.10 Analisis Regresi Moderasi Persamaan (3)... 75

4.11 Analisis Regresi Moderasi Persamaan (4)... 76

4.12 Analisis Regresi Moderasi Persamaan (5)... 76


(12)

DAFTAR GAMBAR

No Gambar Judul Halaman

2.1 Kerangka Konseptual ………. 34

4.1 Norma Probability Plot Persamaan (1)... 64

4.1 Kurva Histogram Uji Normalitas Persamaan (2) ...… 66

4.2 Normal Probability Plot Persamaan (2) ...……. 68

4.3 Scatterplot Persamaan (1) ...……… 68


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

No Lampiran Judul Halaman

1 Daftar ROA Perusahaan Sampel... 86

2 Daftar Item Pengungkapan CSR... 87

3 Daftar Indeks Pengungkapan CSR... 90

4 Daftar Prosentase GCG Tahun 2011-2013... 92


(14)

ABSTRAK

PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL

RESPONSIBILITY DAN GOOD CORPORATE

GOVERNANCE SEBAGAI VARIABEL

PEMODERASI

(STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2011-2013)

Penelitian ini menguji pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan dengan menggunakan pengungkapan corporate social responsibility dan good corporate governance sebagai variabel pemoderasi. Tujuan penelitian adalah untuk menemukan bukti empiris tentang (a) pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan, (b) pengaruh proporsi komisaris independen terhadap hubungan antara kinerja keuangan dan nilai perusahaan, (c) pengaruh kepemilikan institusional terhadap hubungan antara kinerja keuangan dan nilai perusahaan. (d) pengaruh kepemilikan manajerial terhadap hubungan antara kinerja keuangan dan nilai perusahaan. (e) pengaruh jumlah komite audit terhadap hubungan antara kinerja keuangan dan nilai perusahaan.

Kinerja keuangan diukur dengan menggunakan ROA dan nilai perusahaan diukur dengan menggunakan Tobins Q. Objek penelitian ini adalah kelompok industri manufaktur yang terdaftar dalam Indonesia Stock Exchange (IDX) dalam rentang tahun 2011-2013. Sampel penelitian adalah sebanyak 20 perusahaan dengan 60 pengamatan. Pengujian hipotesis dilakukan dengan metode statistik melalui analisis regresi sederhana dan selisih nilai mutlak.

Hasil penelitian dengan analisis regresi linear menunjukkan bahwa ROA mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Tobins Q. Analisis variabel moderating dengan metode metode selisih mutlak menunjukkan bahwa, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, dan komite audit bukan merupakan variabel moderating yang mampu memoderasi hubungan ROA dengan Tobins Q. komisaris independen dan pengungkapan CSR merupakan variabel moderating yang mampu memoderasi hubungan antara ROA dan Tobins Q dan menunjukkan pengaruh yang positif signifikan.

Kata Kunci: ROA, Tobins Q, pengungkapan CSR, Good Corporate

Governance, komisaris independen, kepemilikan institusional,

kepemilikan manajerial, jumlah komite audit.


(15)

ABSTRACT

INFLUENCE OF CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DICLOSURE AND GOOD GOOD CORPORATE GOVERNANCE STRUCTURES

TO RELATIONSHIP BETWEEN FINANCIAL PERFORMANCE AND FIRM VALUE

(ON THE PUBLIC MANUFACTURING FIRM VALUE IN INDONESIAFOR THE PERIOD 2011-2013)

This research is to investigate the influence of corporate social responsibility disclosure and good corporate governance structures to relationship between financial performance and firm value. The aim of this research is to find empirical proof about (a) the influence of financial performance to firm value, (b) the influence of independent commissioners as moderating variable in the relationships between financial performance and firm value, (c) the influence of institutions ownership as moderating variable in relationships between financial performance and firm value, (d) the influence of managerial ownership as moderating variable in relationships between financial performance and firm value,(e) the influence of audit committee as moderating variable in relationships between financial performance and firm value,(f) the influence of disclosure CSR as moderating variable in relationships between financial performance and firm value.

ROA is used as the proxy of financial performance and Tobins Q i used as the proxy of firm value. The sample of this research is manufacture firms which is listed on Indonesia Stock Exchange (IDX) over 2011-2013. The research sample are 20 firms with 60 observations. Hypothesis testing is undertaken by using the statistic method through the simple regression and the difference in absolute value.

The results of this research show that ROA has the significant influence to Tobins Q, meanwhile the analysis with the moderating variable the difference in absolute value shows that, Institutions ownership, managerial ownership and audit committee can’t moderate in relation between ROA and Tobins Q. Independent commissioners and CSR disclosure moderate in relation between ROA and Tobins Q that it shows positive significant influenence.

Keyword: ROA, Tobins Q, CSR disclosure, Good Corporate Governance, Independent Commissioners, Institutions ownership, managerial ownership, audit committee.


(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Persaingan perusahaan yang begitu kompetitif, harus didukung dengan penyajian laporan keuangan yang rapi untuk meningkatkan nilai perusahaannnya. Laporan keuangan dapat memperlihatkan kinerja keuangan suatu perusahaan. Laporan keuangan ini menunjukkan kondisi dan posisi keuangan perusahaan. Kondisi dan posisi keuangan perusahaan dapat mengalami perubahan setiap periodenya sesuai dengan operasi yang berlangsung di perusahaan. Perubahan posisi keuangan akan mempengaruhi harga saham perusahaan. Harga saham perusahaan mencerminkan nilai dari suatu perusahaan. Jika perusahaan tersebut mencapai prestasi yang baik maka akan lebih diminati oleh para investor. Prestasi yang dicapai perusahaan, dapat dilihat dari laporan keuangan yang dipublikasikan. Dengan laporan keuangan perusahaan tersebut, investor dapat memperoleh data mengenai Earning PerShare (EPS), Price Earning ratio (PER), Return On Equity (ROE), Financial Leverage (FL), Debt To Equity Ratio (DER), Current Ratio (CR), Return On Assets (ROA).

Data yang diperoleh dari laporan keuangan dapat dijadikan pedoman untuk menilai kesesuaiannya laporan dengan tujuan pendirian perusahaan. Salah satu tujuan penting dalam pendirian perusahaan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan pemilik atau pemegang saham, atau memaksimalkan kekayaan pemegang saham melalui peningkatan nilai perusahaan (Brigham & Housten,


(17)

2001:32). Peningkatan nilai perusahaan dapat dicapai dengan melihat kemampuan perusahaan beroperasi dan mencapai laba yang ditargetkan. Laba perusahaan merupakan elemen penciptaan nilai perusahaan yang menunjukkan prospek perusahaan di masa yang akan datang. Melalui pencapaian laba tersebut, perusahaan dapat memberikan deviden kepada pemegang saham, meningkatkan pertumbuhan perusahaan dan mempertahankan kelangsungan hidupnya. Oleh karena itu, perusahaan menerapkan strategi-strategi yang sesuai dengan kondisi saat ini untuk meningkatkan kinerja perusahaan atau untuk mempertahankan kinerja perusahaan yang telah dicapai.

Penelitian mengenai pengaruh kinerja keuangan dalam hal ini Return On Asset (ROA) terhadap nilai perusahaan menunjukkan hasil yang tidak konsisten. Modigliani dan Miller (1958) dalam Ulupui (2007) menyatakan bahwa nilai perusahaan ditentukan oleh earnings power dari aset perusahaan. Hasil positif menunjukkan bahwa semakin tinggi earnings power semakin efisien perputaran aset dan atau semakin tinggi profit margin yang diperoleh perusahaan. Hal ini berdampak pada peningkatan nilai perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Ulupui (2007) menemukan hasil bahwa ROA berpengaruh positif signifikan terhadap return saham satu periode ke depan. Oleh karena itu, ROA merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Muliani, Yuaniarta dan Sinarwati (2014) menyatakan bahwa return on asset terbukti berpengaruh positif secara statistis pada nilai perusahaan. Purwaningsih dan Wirajaya (2014) juga menyatakan bahwa return on asset berpengaruh positif dan signifikan pada nilai perusahaan. Rachmawati dan Hanung (2007) juga menemukan investment


(18)

oppurtunity set dan leverage berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian tersebut mendukung pernyataan bahwa semakin baik kinerja keuangan yang diperoleh, maka semakin tinggi pula nilai perusahaan.

Namun, hasil yang berbeda diperoleh oleh Suranta dan Pratana (2004) serta Kaaro (2002) dalam Suranta dan Pratana (2004) dalam penelitiannya menemukan bahwa ROA justru berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan. Astuti (2002) dalam Ardiani (2007) melakukan penelitian tentang analisis CAR, ROA, Net Profit Margin (NPM) dan Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap harga pasar saham perusahaan perbankan di BEJ. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa LDR secara signifikan mempengaruhi harga pasar saham namun untuk ROA hasilnya tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga pasar saham. Hal lain menunjukkan adanya faktor lain yang turut mempengaruhi hubungan ROA dengan nilai perusahaan. Oleh karena itu, peneliti memasukkan pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) dan Good Corporate Governance (GCG) sebagai variabel moderasi yang diduga ikut memperkuat atau memperlemah pengaruh tersebut.

Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan bagian dari strategi bisnisnya, untuk menunjang keberlangsungan perusahaan dimasa mendatang. Akuntabilitas dapat dipenuhi dan asimetri informasi dapat dikurangi jika perusahaan melaporkan dan mengungkapkan kegiatan CSRnya ke para stakeholders. Dengan pelaporan dan pengungkapan CSR, para stakeholders akan dapat mengevaluasi bagaimana pelaksanaan CSR dan memberikan penghargaan/sanksi terhadap perusahaan sesuai hasil evaluasinya. Nurlela dan


(19)

Islahuddin (2008:2) menyatakan bahwa perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada single bottom line, yaitu nilai perusahaan (corporate value) yang direfleksikan dalam kondisi keuangannya (financial) saja. Selain itu, perusahaan juga harus berpijak pada triple bottom lines yaitu tanggung jawab perusahaan pada aspek sosial, lingkungan, dan keuangan sehingga setiap perusahaan diwajibkan mengungkapkan informasi tentang tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR).

Pentingnya CSR telah diatur dalam Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang penanaman modal dan Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang perseroan terbatas. Dengan demikian, CSR merupakan suatu kewajiban yang harus dilaksanakan perusahaan, bukan kegiatan yang bersifat sukarela. Secara umum, undang-undang mengenai CSR di atas merupakan satu hal krusial dalam mendorong setiap perusahaan untuk mulai ikut serta dalam tanggung jawab lingkungan dan sosial. Akan tetapi bila ditilik lebih dalam, peraturan tersebut masih memiliki beberapa kelemahan antara lain kurangnya kejelasan mengenai perusahaan di bidang apa saja yang diwajibkan untuk melakukan CSR, sanksi-sanksi bagi yang tidak melakukan CSR, juga sistem dan bentuk pengungkapan CSR. Konsep corporate governance merupakan serangkaian mekanisme untuk mengarahkan dan mengendalikan suatu perusahaan agar operasional perusahaan berjalan sesuai dengan harapan para pemangku kepentingan (stakeholders).Good corporate governance dapat didefinisikan sebagai struktur, sistem, dan proses yang digunakan oleh organ-organ perusahaan sebagai upaya untuk memberikan nilai tambah perusahaan secara berkesinambungan dalam jangka panjang


(20)

(www.wikipedia.com). Inti dari corporate governance adalah adanya pemisahan antara kepemilikan dengan pengendalian perusahaan, yaitu untuk mengatasi masalah keagenan. Permasalahan keagenan dalam hubungannya antara pemilik modal dengan manajer adalah sulitnya pemilik dalam memastikan bahwa dana yang ditanamkan tidak diambil alih atau diinvestasikan pada proyek yang tidak menguntungkan sehingga tidak mendatangkan return. Corporate governance terdiri dari lima prinsip yang dikenal dengan singkatan TARIF yaitu: transparency (transparansi), accountability (akuntabilitas), responsibility (pertanggungjawaban), independency (independensi), fairness (kesetaraan dan kewajaran).

Kelima prinsip tersebut dikerjakan bersama-sama dalam kegiatan bisnis menjamin kegiatan bisnis yang sehat baik bagi pihak eksternal maupun internal perusahaan yang terkait (stakeholder). Masalah corporate governace muncul dan berkembang dari teori agensi. Teori ini menghendaki pemisahan antara kepemilikan dan pengendalian perusahaan. Semakin tinggi kepemilikan manajerial diharapkan pihak manajemenakan berusaha semaksimal mungkin untuk kepentingan para pemegang saham. Hal ini disebabkan oleh pihak manajemen juga akan memperoleh keuntungan bila perusahaan memperoleh laba. Penelitian yang menggunakan CSR dan GCG sebagai variabel moderasi untuk mengetahui pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan pernah dilakukan oleh Muliani, Yuaniarta dan Sinarwati (2014). Penelitian ini menggunakan ROA sebagai proksi dari variabel kinerja keuangan, 78 item pengungkapan CSR sebagai proksi dari variabel CSR, dan proporsi kepemilikan


(21)

manajerial sebagai proksi dari variabel GCG. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ROA berpengaruh positif statistis pada nilai perusahaan, demikian juga dengan pengungkapan CSR sebagai variabel pemoderasi terbukti berpengaruh positif secara statistis pada hubungan antara ROA dan nilai perusahaan yang berarti bahwa selain melihat kinerja keuangan, pasar juga memberikan respons terhadap pengungkapan CSR yang dilakukan perusahaan. Namun kepemilikan manajerial tidak terbukti berpengaruh terhadap hubungan antara ROA dan nilai perusahaan, hal ini dimungkinkan karena struktur kepemilikan manajerial di Indonesia masih sangat kecil dan didominasi oleh keluarga.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Rahayu (2010) yang menunjukkan hasil yang berbeda. Penelitian ini menggunakan ROE sebagai proksi dari kinerja keuangan, 78 item pengungkapan sebagai proksi dari CSR dan kepemilikan manajerial sebagai proksi dari GCG. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ROE tidak berpengaruh signifikan terhadap Tobins Q (nilai perusahaan). Demikian juga dengan pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) tidak mempengaruhi hubungan antara kinerja keuangan dan nilai perusahaan. Kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan terhadap hubungan antara ROE terhadap Tobins Q, walaupun mempunyai koefisien parameter negatif. Hal ini diduga terjadi adanya management entrenchment, yang menyatakan kepemilikan insider yang tinggi akan berdampak pada kecenderungan manajer untuk bertindak demi kepentingannya sendiri. Atas ketidakkonsistenan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Yuniasih dan Wirakusuma (2007) dan Rahayu (2010), penelitian ini ingin membuktikan


(22)

pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan dengan pengungkapan CSR dan struktur GCG sebagai variabel pemoderasi.

Penelitian ini menggunakan ROA sebagai variabel yang menunjukkan kinerja keuangan karena ROA dianggap merupakan salah satu variabel yang paling berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Rasio ini dapat memberikan gambaran seberapa efisien perusahaan dapat menggunakan aset-asetnya untuk menghasilkan keuntungan bagi perusahaan. Penelitian ini menggunakan CSR dan kepemilikan manajerial sebagai proksi dari GCG. Penelitian ini akan menganalisa perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia antara tahun 2011-2013. Hal ini dikarenakan peneliti ingin mengetahui kinerja keuangan pada perusahaan manufaktur terhadap kinerja keuangan dengan menggunakan pengungkapan corporate social responsibility (CSR) dan struktur Good Corporate Governance (GCG) sebagai variabel pemoderasi. Penelitian ini menggunakan sektor manufaktur disebabkan karena perusahaan manufaktur banyak menimbulkan efek lingkungan dalam proses produksinya seperti pencemaran limbah sehingga perusahaan perlu menerapkan CSR sebagai timbal balik kepada lingkungan disekitarnya. Peneliti ini ingin menguji tata kelola perusahaan manufaktur yang baik berdasarkan proporsi kepemilikan manajerial. Sehingga dapat diketahui apakah CSR dan GCG dapat memperkuat atau memperlemah hubungan kinerja keuangan dengan nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur.


(23)

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penelitian ini mengambil judul “PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP NILAI

PERUSAHAAN DENGAN PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL

RESPONSIBILITY DAN STRUKTUR GOOD CORPORATE GOVERNANCE

SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka perumusannya masalah yang akan diteliti, yaitu:

1. Apakah ROA berpengaruh secara signifikan terhadap Tobin’s Q pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia ?\

2. Apakah pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) mampu memoderasi pengaruh ROA terhadap Tobin’s Q pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

3. Apakah proporsi komisaris independen dalam memoderasi hubungan kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia?

4. Apakah pengaruh kepemilikan institusional dalam memoderasi hubungan kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia?

5. Apakah pengaruh kepemilikan manajerial dalam memoderasi hubungaan kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia?


(24)

6. Apakah pengaruh jumlah komite audit dalam memoderasi hubungan kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan :

1. Untuk mengetahui apakah ROA berpengaruh terhadap Tobin’s Q pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

2. Untuk mengetahui apakah pengungkapan CSR dapat memoderasi pengaruh ROA terhadap Tobin’s Q pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

3. Untuk mengetahui apakah pengaruh proporsi komisaris independen dalam memoderasi hubungan kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia.

4. Untuk mengetahui apakah pengaruh kepemilikan institusional dalam memoderasi hubungan kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia.

5. Untuk mengetahui apakah pengaruh kepemilikan manajerial dalam memoderasi hubungaan kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia.

6. Untuk mengetahui apakah pengaruh jumlah komite audit dalam memoderasi hubungan kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia.


(25)

1.3.2 Manfaat Penelitian

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi beberapa pihak, antara lain:

a. Bagi peneliti

Untuk menambah pengetahuan dan mengembangkan wawasan peneliti tentang pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan dengan pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Good Corporate Governance sebagai variabel pemoderasi.

b. Bagi Emiten

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada perusahaan, khususnya mengenai pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan dengan pengungkapan corporate social responsibility dan struktur good corporate governance sebagai variabel pemoderasi dan menjadi bahan tambahan informasi bagi perusahaan dalam pengambilan keputusan serta dalam pelaksanaan good corporate governance dan corporate social responsibility. c. Bagi investor

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai alat bantu dalam mempertimbangkan keputusan investasinya di pasar modal.

d. Bagi pihak lain

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan ilmu pengetahuan dan tambahan referensi untuk peneliti selanjutnya mengenai pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan dengan corporate social responsibility dan good corporate governance sebagai variabel pemoderasi.


(26)

1.4 Originalitas Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian replikasi di mana penelitian tersebut telah dilakukan sebelumnya oleh Rahayu (2010). Akan tetapi, peneliti melakukan penelitian dengan menggunakan nilai ukur kinerja keuangan yang berbeda dari peneliti sebelumnya, yaitu ROA di mana peneliti terdahulu menggunakan ROE. Selain itu, peneliti juga menggunakan laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2011-2013. Sedangkan peneliti terdahulu menggunakan rentang waktu pada tahun 2007-2009.


(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori Penelitian

2.1.1 Teori Agensi (Agency Theory)

Teori agensi merupakan teori yang mengungkapkan hubungan antara pemilik (principal) dengan manajemen (agent). Teori ini menjelaskan bahwa hubungan agensi muncul ketika satu orang atau lebih (principal) mempekerjakan orang lain (agent) untuk memberikan suatu jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agen tersebut (Jensen dan Meckling, 1976:5). Pihak principal adalah pemegang saham atau investor sebagai pemilik perusahaan sedangkan agent adalah manajemen yang mengelola perusahaan. Investor yang merupakan aspek dari kepemilikan perusahanan mendelegasikan kewenangan kepada agen manajer untuk mengelola kekayaannya. Harapan Investor dengan adanya pendelegasian wewenang pengelolaan kekayaan adalah bertambahnya kekayaan dan kemakmuran investor. Dengan demikian, teori agensi adalah pemisahan fungsi antara kepemilikan perusahaan oleh investor dan pengendalian perusahaan oleh manajemen.

Asumsi mengenai pihak manajemen perusahaan yang selalum memaksimumkan nilai perusahaan ternyata tidak selalu terpenuhi. Eisenhardt (1989) dikutip dalam Priantinah (2008:24) menggunakan tiga asumsi sifat dasar manusia untuk menjelaskan tentang teori agensi yaitu: (1) manusia pada umumnya mementingkan diri sendiri (self interest), (2) manusia memiliki


(28)

dayapikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang (bounded rationality), dan (3) manusia selalu menghindari resiko (risk averse). Berdasarkan asumsi sifat dasar manusia tersebut, manajer sebagai manusia kemungkinan akan bertindak berdasarkan sifat opportunistic, misalnya melakukan manajemen laba. Manajemen dapat melakukan hal tesebut untuk memaksimalkan kepentingan pribadinya tanpa persetujuan dari pemilik dan pemegang saham. Corporate governance merupakan mekanisme efektivitas yang mempunyai tujuan untuk meminimalisasi konflik keagenan. Dengan pengawasan mekanisme tata kelola perusahaan yang baik, dianggap mampu mengurangi masalah keagenan. Maka dari itu, upaya perilaku oportunis manajer dan kecenderungan untuk menyembunyikan informasi demi keuntungan pribadi dapat mengarah pada tingkat pengungkapan perusahaan.

2.1.2 Teori Pensinyalan (Signalling Theory)

Teori sinyal menjelaskan tentang dorongan perusahaan dalam memberikan informasi laporan keuangan kepada pihak eksternal. Dorongan tersebut terjadi karena adanya asimetri informasi antara pihak manajemen dan pihak eksternal. Asimetri informasi ini disebabkan oleh perusahaan yang mengetahui lebih banyak informasi mengenai perusahaan dan prospek yang akan datang daripada pihak luar (investor, kreditor). Kurangnya informasi bagi pihak luar mengenai perusahaan, menyebabkan mereka memberikan harga yang rendah untuk perusahaan. Untuk mengurangi asimetri informasi maka perusahaan harus mengungkapkan informasi yang dimiliki perusahaan, baik informasi keuangan maupun non keuangan. Salah satu informasi yang wajib untuk diungkapkan oleh


(29)

perusahaan adalah informasi tentang pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan atau corporate social responsibility. Informasi ini dapat dimuat dalam laporan tahunan perusahaan atau laporan sosial perusahaan terpisah. Perusahaan melakukan pengungkapan corporate social responsibility dengan harapan dapat meningkatkan reputasi dan nilai perusahaan dimasa yang akan datang.

2.1.3 Stakeholder Theory

Pengenalan terhadap konsep lingkungan organisasi perusahaan yang berkembang sejalan dengan berkembangnya pendekatan sistem manajemen, telah mengubah cara pandang manajer dan para ahli teori manajemen terhadap organisasi, terutama mengenai bagaimana suatu organisasi perusahaan dapat mencapai tujuan nya secara efekti. Terjadinya pergeseran orientasi di dalam dunia bisnis dari shareholders telah disebut sebagai penyebab munculnya isu tanggung jawab sosial perusahaan.

Stakeholder theory merupakan kumpulan kebijakan dan praktik yang berhubungan dengan stakeholder, nilai-nilai, pemenuhan ketentuan hukum, penghargaan masyarakat dan lingkungan, serta komitmen dunia usaha untuk berkontribusi dalam pembangunan secara berkelanjutan. Jones dalam Indrawan (2011:10) menjelaskan bahwa stakeholders dibagi dalam dua kategori, yaitu:

a. Inside stakeholders, terdiri atas orang-orang yang memiliki kepentingan dan tuntutan terhadap sumber daya perusahaan serta berada di dalam organisasi perusahaan. Pihak-pihak yang termasuk dalam kategori inside stakeholders ini adalah pemegang saham (stockholders), manajer, dan karyawan.


(30)

b. Outside stakeholders, terdiri atas orang-orang maupun pihak-pihak yang bukan pemilik perusahaan, bukan pemimpin perusahaan, serta bukan pula karyawan perusahaan, namun memiliki kepentingan terhadap perusahaan dipengaruhi oleh keputusan serta tindakan yang dilakukan oleh perusahaan.Pihak-pihak yang termasuk dalam kategori outside stakeholders ini adalahpelanggan (customers), pemasok (supplier), pemerintah, masyarakat lokal, dan masyarakat secara umum.

Berdasarkan penjelasan dari stakeholder theory ini, maka perusahaan tidak hanya beroperasi untuk kepentingannya sendiri, namun harus memberikan manfaat bagi stakeholdernya (pemegang saham, kreditor, konsumen, supplier, pemerintah, masyarakat, analis dan pihak lain). Dengan demikian keberadaan suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan oleh stakeholder. Corporate social responsibility merupakan strategi perusahaan untuk memenuhi keinginan para stakeholder, semakin baik pengungkapan corporate social responsibility yang dilakukan perusahaan maka para stakeholder juga akan semakin memberikan dukungan penuh kepada perusahaan atas segala aktivitasnya yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja perusahaan dan mencapai laba.

2.1.4 Kinerja Keuangan

Kinerja perusahaan merupakan suatu ukuran tertentu yang digunakan perusahaan untuk menilai keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan laba. Kinerja keuangan adalah prestasi kerja yang telah dicapai oleh perusahaan dalam suatu periode tertentu dan tertuang pada laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan. Analisis rasio keuangan merupakan instrumen analisis prestasi


(31)

perusahaan yang menjelaskan berbagai hubungan dan indikator keuangan yang ditujukan untuk menunjukkan perubahan dalam kondisi keuangan atau prestasi operasi di masa lalu.

Kinerja perusahaan dapat diukur dengan elemen keuangan maupun non keuangan. Elemen keuangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Return On Asset (ROA). Return on asset (ROA) dapat merefleksikan keuntungan bisnis dan efisiensi perusahaan dalam pemanfaatan total asset yang ada dalam perusahaan. Rasio ini mewakili rasio profitabilitas, yang mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan menggunakan total aset yang dimiliki perusahaan. Semakin tinggi nilai ROA, semakin efisien perusahaan dalam menggunakan assetnya, akan menghasilkan keuntungan bagi perusahaan.

Nainggolan (2004:68) dalam Chandra (2010:10) ada beberapa rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan yaitu:

a) EPS (Earning per Share)

EPS merupakan laba yang diperoleh perusahaan per lembar saham. Laba per saham merupakan alat ukur yang berguna untuk membandingkan laba dari berbagai entitas usaha yang berbeda dan untuk membandingkan laba suatu entitas dari waktu ke waktu jika terjadi perubahan dalam struktur modal. Laba per saham telah sejak dulu dihitung dan digunakan oleh para analis keuangan. Perhitungan laba per saham yang mengarah ke masa depan mencoba memberikan informasi mengenai laba per saham yang mungkin akan diperoleh di masa datang Rumus EPS sebagai berikut:

EPS

b) DER (Debt to Equity Ratio)

= �������������

DER merupakan rasio yang mengukur besarnya hutang yang ditanggung melalui modal sendiri yang dimiliki perusahaan. Debt to Equity Ratio adalah instrumen untuk mengetahui kemampuan ekuitas atau aktiva bersih suatu perusahaan untuk melunasi seluruh kewajibannya. Rumus DER sebagai berikut:

DER

c) PER (Price Earning Ratio)

= ����������������������� × ���%

Menurut Rahardjo (2003), rasio harga dengan penghasilan atau price earning ratio sering digunakan untuk membandingkan peluang investasi. Suatu rasio harga dan penghasilan saham dihitung dengan membagi harga


(32)

pasar per lembar saham (market price share) dengan penghasilan per lembar saham (PER). Harahap (2002) mengatakan bahwa price earning ratio ini menunjukkan perbandingan antara harga saham di pasar atau harga perdana yang ditawarkan dibandingkan dengan pendapatan yang diterima. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan PER yang tinggi menunjukkan prestasi suatu perusahaan sangat baik di masa yang akan dating, sehingga digunakan para investor untuk menanamkan modalnya.

PER

d) ROA (Return on Assets)

= ���������������������� × ���%

ROA merupakan rasio untuk mengukur kemampuan manajemen dalam memperoleh laba dari pengelolaan aset. Rumus ROA sebagai berikut:

ROA

e) ROE (Return on Equity)

= ������������������ × ���%

ROE merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menggunakan modalnya untuk memperoleh laba. Rumus ROE sebagai berikut:

ROE= �������������������� × ���%

Harahap (2002 : 53) dalam adapun jenis rasio keuangan yang sering sekali digunakan adalah:

Rasio likuiditas, rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya.

 Rasio solvabilitas, rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjangnya atau kewajiban apabila perusahaan dilikuidasi.

Rasio rentabilitas/profitabilitas, rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui seluruh kemampuan, dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal jumlah karyawan dan sebagainya.

Rasio leverage, rasio ini menggambarkan hubungan antara hutang perusahaan terhadap modal maupun aset.

Rasio aktivitas, rasio ini menggambarkan aktivitas yang dilakukan

perusahaan dalam menjalankan operasinya baik dalam kegiatan penjualan, pembelian atau kegiatan lainnya.

Rasio pertumbuhan, rasio ini menggambarkan persentasi kenaikan penjualan tahun ini dibanding dengan tahun lalu. Semakin tinggi berarti semakin baik.

Penilaian pasar, rasio ini merupakan rasio yang khusus dipergunakan di pasar modal yang menggambarkan situasi perusahaan di pasar modal. Rasio produktivitas, rasio ini menunjukkan tingkat produktivitas dari unit


(33)

Terdapat keragaman pendapat mengenai analisis rasio keuangan dalam praktek bisnis dan ekonomi, mulai dari yang menginginkan rasio keuangan tersebut dijadikan indikator paling penting hingga yang beranggapan minimalis terhadap rasio keuangan tersebut. Kenyataannya, praktek bisnis yang nyata masih mengaplikasikan analisa rasio keuangan ini sebagai salah satu model analisis keuangan, meskipun relevansinya tentu bersifat sangat subyektif, tergantung kepada tujuan dan kepentingan masing-masing analis (Agus, 2002 dalam Chandra 2010:6).

2.1.5 Nilai Perusahaan

Nilai perusahaan sangat penting adanya, hal ini karena dengan nilai perusahaan yang tinggi maka akan diikuti oleh tingginya kemakmuran pemegang saham (Brigham dan Gapenski, 1996). Semakin tinggi harga saham maka semakin tinggi pula nilai perusahaan tersebut. Nilai perusahaan yang tinggi merupakan keinginan para pemilik perusahaan, karena dengan nilai yang tinggi menunjukan kemakmuran pemegang saham yang tinggi. Nilai perusahaan lazim diindikasikan dengan price to book value. Price tobook value yang tinggi akan membuat pasar percaya atas prospek perusahaan dimasa depan. Kekayaan pemegang saham dan perusahaan dipresentasikan oleh harga pasar dari saham yang merupakan cerminan dari keputusan investasi, pendanaan (financing) dan manajemen asset.

Christiawan dan Tarigan (2007:5) berpendapat bahwa terdapat beberapa konsep nilai yang menjelaskan nilai suatu perusahaan antara lain:

a. Nilai nominal yaitu nilai yang tercantum secara formal dalam anggaran dasar perseroan, disebutkan secara eksplisit dalam neraca perusahaan, dan juga ditulis jelas dalam surat saham kolektif.

b. Nilai pasar, sering disebut kurs adalah harga yang terjadi dari proses tawar menawar di pasar saham. Nilai ini hanya bisa ditentukan jika saham perusahaan dijual di pasar saham.


(34)

c. Nilai intrinsik merupakan nilai yang mengacu pada perkiraan nilai riil suatu perusahaan. Nilai perusahaan dalam konsep nilai intrinsik ini bukan sekada harga dari sekumpulan aset, melainkan nilai perusahaan sebagai entitas bisnis yang memiliki kemampuan menghasilkan keuntungan di kemudian hari.

d. Nilai buku, adalah nilai perusahaan yang dihitung dengan dasar konse akuntansi.

e. Nilai likuidasi itu adalah nilai jual seluruh aset perusahaan setelah dikurang semua kewajiban yang harus dipenuhi. Nilai sisa itu merupakan bagian para pemegang saham. Nilai likuidasi bisa dihitung berdasarkan neraca performa yang disiapkan ketika suatu perusahaan akan likuidasi.

Nilai perusahaan sangat penting karena dengan nilai perusahaan yang tinggi akan diikuti oleh tingginya kemakmuran pemegang saham. Semakin tinggi harga saham semakin tinggi pula nilai peruahaan. Nilai perusahaan yang tinggi menjadi keinginan para pemilik perusahaan, sebab dengan nilai yang tinggi menunjukkan kemakmuran pemegang saham juga tinggi. Kekayaan pemegang saham dan perusahaan dipresentasikan oleh harga pasar dari saham yang merupakan cerminan dari keputusan investasi, pendanaan, dan manajemen aset. Ada beberapa rasio untuk mengukur nilai pasar perusahaan, misalnya price earning ratio (PER), market-to-book ratio, Tobin’s Q, dan price flow ratio, marketto- sales ratio (Sukamulja, 2004 dalam Hadianto 2013) Rasio Tobin’s Q dianggap rasio yang memberikan informasi paling baik karena menjelaskan fenomena dalam kegiatan perusahaan seperti misalnya terjadi perbedaan cross sectional dalam pengambilan keputusan investasi dan diversifikasi, hubungan antara kepemilikan saham manajemen dengan nilai perusahaan, hubungan antara kinerja manajemen dengan keuntungan dalam akuisisi, dan kebijakan pendanaan, dividen, dan kompensasi.


(35)

Secara umum Tobin’s Q hampir sama dengan market to book ratio, namun Sukamulja (2004) dalam Hadianto (2013:22), Tobin’s Q memiliki karakteristik yang berbeda antara lain :

1. Replacement Cost vs Book value

Tobin’s Q menggunakan (estimated) replacement cost sebagai denominator, sedangkan market to book to book ratio menggunakan book value of total equiy. Penggunaan replacement cost membuat nilai yang digunakan untuk menentukan Tobin’s Q memasukkan berbagai faktor, sehingga nilai yang digunakan mencerminkan nilai pasar dari aset yang sebenarnya di masa kini, salah satu faktor tersebut inflasi.

2. Total Asset vs Total Equity

Market to book value hanya menggunakan faktor ekuitas (saham biasa dan preferen) dalam pengukuran. Penggunaan faktor ekuitas ini menunjukkan bahwa market to book ratio hanya memperhatikan satu tipe investor saja, yaitu investor dalam bentuk saham, baik saham biasa maupun preferen. Tobins’Q memberikan wawasan lebih luas terhadap pengertian investor. Perusahaan sebagai entitas ekonomi, tidak hanya menggunakan ekuitas untuk mendanai kegiata operasionalnya, namun juga sumber lain seperti hutang, baik jangka pendek maupun jangka panjang.

2.1.6 Corporate Responsibility Social (CSR)

Corporate social responsibility merupakan suatu proses pengkomunikasian dampak-dampak sosial dan lingkungan di sekitar perusahaan atas tindakan ekonomi yang dilakukan oleh perusahaan terhadap kelompok tertentu dalam masyarakat dan pada masyarakat secara keseluruhan. Hal ini memperluas tanggung jawab perusahaan dalam menyediakan laporan keuangan kepada pemilik modal terutama pemegang saham. Dengan begitu, tanggung jawab perusahaan tidak hanya mencari laba untuk pemegang saham, namun juga harus menyediakan laporan pertanggungjawaban sosial terhadap masyarakat. Corporate social responsibility dalam pengungkapannya harus berdasarkan pemahaman dari 3P (profit, people, planet), yaitu tujuan bisnis tidak hanya mencari laba (profit), tetapi juga menyejahterakan orang (people), dan menjamin keberlanjutan hidup


(36)

planet ini. Pengungkapan corporate social responsibility tidak lagi berpijak pada praktek single bottom line yang berorientasi pada kinerja keuangan saja, namun harus mengacu pada triple bottom line, yang artinya perusahaan harus berorientasi pada aktivitas sosial dan lingkungan, tidak hanya berorientasi pada kinerja keuangan saja. Hal ini diyakini dapat menjamin keberlanjutan perusahaan dimasa mendatang. Ruang lingkup Corporate Social Responsibility perusahaan merupakan pengklasifikasian dari bidang-bidang utama perusahaan perseroan atas perbuatan untuk memudahkan perusahaan dalam item-item mana saja yang merupakan tanggungjawab sosialnya, klasifikasi tersebut meliputi :

a) Klasifikasi yang melibatkan masyarakat

Mencakup aktivitas yang pada dasarnya menguntungkan masyarakat seperti pelayanan kesehatan, program pemberian makanan, serta perencanaan dan perbaikan masyarakat.

b) Klasifikasi sumber daya manusia

Mencakup bidang – bidang yang menguntungkan karyawan seperti program pendidikan dan pelatihan kebijakan kenaikan pangkat serta tunjangan karyawan.

c) Klasifikasi sumber daya fisik dan sumbangan lingkungan

Mengenai kualitas udara dan air serta pengendalian polusi maupun pelestarian lingkungan hidup.

d) Klasifikasi sumbangan produk dan jasa.

Memperhatikan pengaruh produk atau jasa perusahaan terhadap masyarakat dengan memperhitungkan beberapa pertimbangan seperti


(37)

kualitas produk, pembungkusan produk, pengiklanan produk, ketentuan garansi produk dan keamanan produk.

Prinsip-prinsip dasar corporate social responsibility yang dapat digunakan perusahaansebagai acuan dalam pembuatan keputusan menurut ISO 26000 meliputi:

1. Kepatuhan terhadap hukum

2. Menghormati instrumen/badan-badan Internasional 3. Menghormati stakeholders dan kepentingannya 4. Akuntabilitas

5. Transparansi

6. Perilaku yang beretika

7. Melakukan tindakan pencegahan 8. Menghormati dasar-dasar HAM

Perusahaan selain menerapkan CSR juga perlu melakukan pengungkapan (disclosure) atas aktivitas CSR yang dilakukan kepada stakeholder. Penerapan CSR adalah suatu aktivitas yang diakukan perusahaan untuk menerapkan kegiatan CSR, sedangkan pengungkapan merupakan langkah akhir dalam proses akuntansi, yaitu penyajian informasi dalam bentuk statemen keuangan.

2.1.7 Good Corporate Governance (GCG)

Menurut Komite Cadburry, good corporate governance adalah prinsip yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan agar mencapai keseimbangan antara kekuatan serta kewenangan perusahaan dalam memberikan pertanggungjawabannya kepada para shareholders khususnya, dan stakeholders pada umumnya. Tentu saja hal ini dimaksudkan pengaturan kewenangan direktur, manajer, pemegang saham, dan pihak lain yang berhubungan dengan


(38)

perkembangan perusahaan. Pengertian lain dari GCG adalah sistem dan struktur yang baik untuk mengelola perusahaan dengan tujuan meningkatkan nilai pemegang saham serta mengakomodasi berbagai pihak yang berkepentingan dengan perusahaan (stakeholder) seperti kreditor, pemasok, asosiasi bisnis, konsumen, pekerja, pemerintah dan masyarakat lain. Tujuan dari diterapkannya good corporate governance adalah untuk menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan (stakeholders) secara berkesinambungan dalam jangka panjang.

Menurut KNKG, 2006 Maksud dan tujuan good corporate governance Indonesia adalah sebagai berikut:

a. Mendorong tercapainya kesinambungan perusahaan melalui pengelolaan yang didasarkan pada asas transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi serta kewajaran dan kesetaraan.

b. Mendorong pemberdayaan fungsi dan kemandirian masing-masing organ perusahaan, yaitu dewan komisaris, direksi dan rapat umum pemegang saham.

c. Mendorong pemegang saham, anggota dewan komisaris dan anggota direksi agar dalam membuat keputusan dan menjalankan tindakannya dilandasi oleh nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan.

d. Mendorong timbulnya kesadaran dan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat dan kelestarian lingkungan terutama di sekitar perusahaan.


(39)

e. Mengoptimalkan nilai perusahaan bagi pemegang saham dengan tetap memperhatikan pemangku kepentingan lainnya.

f. Meningkatkan daya saing perusahaan secara nasional maupun internasional, sehingga meningkatkan kepercayaan pasar yang dapat mendorong arus investasi dan pertumbuhan ekonomi nasionalyang berkesinambungan.

Maksud dan tujuangood corporate governance (GCG) ini bukan hanya untuk saat ini, tetapi juga dalam jangka panjang dapat menjadi pilar utama pendukung tumbuh kembangnya perusahaan sekaligus pilar pemenang era persaingan global. Secara umum terdapat lima prinsip dasar dari good corporate governance yaitu:

Transparency (keterbukaan informasi), yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informas materiil dan relevan mengenai perusahaan.

Accountability (akuntabilitas), yaitu kejelasan fungsi, struktur, sistem, dan pertanggungjawaban organ perusahaan sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif.

Responsibility (pertanggungjawaban), yaitu kesesuaian (kepatuhan) di dalam pengelolaan perusahaan terhadap prinsip korporasi yang sehat serta peraturan perundangan yang berlaku.

Independency (kemandirian), yaitu suatu keadaan dimana perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari piha manajemen yang tidak sesuai dengan peraturan


(40)

dan perundangan-undangan yang berlakudan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.

Fairness (kesetaraan dan kewajaran), yaitu perlakuan yang adil dan setara di dalam memenuhi hak-hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian serta peraturan perundangan yang berlaku. Esensi dari corporate governance adalah peningkatan kinerja perusahaan melalui supervisi atau pemantauan kinerja manajemen dan adanya akuntabilitas manajemen terhadap pemangku kepentingan lainnya, berdasarkan kerangka aturan dan peraturan.

Setiap perusahaan harus memastikan bahwa kelima prinsip dasar good corporate governance tersebut telah diterapkan pada setiap aspek bisnis dan di semua jajaran perusahaan. Berdasarkan KNKG (2006), kepengurusan perseroan terbatas di Indonesia menganut sistem dua badan (twoboardsystem) yaitu dewan komisaris dan direksi yang mempunyai wewenang dantanggung jawab yang jelas sesuai dengan fungsinya masing-masing sebagaimanadiamanahkan dalam anggaran dasar dan peraturan perundang-undangan (fiduciaryresponsibility). Namun demikian, keduanya mempunyai tanggung jawab untukmemelihara kesinambungan usaha perusahaan dalam jangka panjang. Oleh karenaitu, dewan komisaris dan direksi harus memiliki kesamaan persepsi terhadap visi, misi,dan nilai-nilai perusahaan.

2.1.8 Komisaris Independen

Struktur good corporate governance (GCG) di Indonesia memisahkan antara dewan komisaris dengan dewan direksi. Dewan komisaris dapat terdiri dari


(41)

komisaris yang tidak berasal dari pihak terafiliasi yang dikenal sebagai komisaris independen dan komisaris yang terafiliasi (KNKG, 2006). Komisaris yang terafiliasi (non independent) adalah pihak yang mempunyai hubungan bisnis dan kekeluargaan dengan pemegang saham pengendali, anggota direksi dan dewan komisaris lain, serta dengan perusahaan itu sendiri. Komisaris independen merupakan pihak yang tidak mempunyai hubungan afiliasi dengan perusahaan.

Keberadaan komisaris independen telah diatur Bursa Efek Indonesia melalui peraturan BEI tanggal 1 Juli 2000. Dikemukakan bahwa perusahaan yang listed di Bursa harus mempunyai komisaris independen yang secara proporsional sama dengan jumlah saham yang dimiliki pemegang saham yang minoritas (bukan controlling shareholders). Dalam peraturan tersebut, persyaratan jumlah minimal Komisaris Independen adalah 30% dari seluruh anggota dewan komisaris. Salah satu fungsi utama dari komisaris independen adalah untuk menjalankan fungsi monitoring yang bersifat independen terhadap kinerja manajemen perusahaan. Keberadaan komisaris dapat menyeimbangkan kekuatan pihak manajemen (terutama CEO) dalam pengelolaan perusahaan melalui fungsi monitoringnya Wardhani (2008) dalam Prasetyo (2010:42).

Menurut KNKG (2006), pemilihan komisaris independen harus memperhatikan pendapat pemegang saham minoritas yang dapat disalurkan melalui komite nominasi dan remunerasi.


(42)

Beberapa kriteria lainnya tentang Komisaris independen adalah sebagai berikut:

1. Komisaris independen tidak memiliki hubungan afiliasi dengan pemegang saham mayoritas atau pemegang saham pengendali (controlling

shareholders) perusahaan tercatat yang bersangkutan;

2. Komisaris independen tidak memiliki hubungan dengan direktur dan/atau komisaris lainnya perusahaan tercatat yang bersangkutan;

3. Komisaris independen tidak memiliki kedudukan rangkap pada perusahaan lainnya yang terafiliasi dengan perusahaan tercatat yang bersangkutan;

4. Komisaris independen harus mengerti peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal;

5. Komisaris independen diusulkan dan dipilih oleh pemegang saham minoritas yang bukan merupakan pemegang saham pengendali (bukan controlling shareholders) dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

2.1.9 Kepemilikan Institusional

Kepemilikan Institusional dalam good corporate governance merupakan saham yang dimiliki oleh perbankan, perusahaan asuransi, dana pensiun, reksadana, dan institusi lain. Komposisi kepemilikan saham memiliki dampak yang penting pada sistem kendali perusahaan (Adhi, 2002 dalam Sudiyatno, 2010). Namun sebagaimana dalam teori keagenan (Agency theory), perusahaan yang memisahkan fungsi pengelolaan dengan fungsi kepemilikan akan rentan terhadap konflik keagenan, pihak manajemen sebagai agen, mempunyai


(43)

kecenderungan untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya dan hal ini yang sering menimbulkan konflik dengan pemegang saham sebagai prinsipal.

Menurut Bushee (1998) dalam Prasetyo (2010:38) kepemilikan institusional memiliki kemampuan untuk mengurangi insentif para manajer yang mementingkan diri sendiri melalui tingkat pengawasan yang intens. Kepemilikan institusional dapat menekan kecenderungan manajemen untuk memanfaatkan discretionary dalam laporan keuangan sehingga memberikan kualitas laba yang dilaporkan. Hasil peneilitian ini memberikan simpulan bahwa kepemilikan institusional di perusahaan dapat mempengaruhi kualitas laba yang dilaporkan.

2.1.10 Kepemilikan Manajerial

Kepemilikan manajerial merupakan salah satu elemen good corporate governance (GCG) yang berpengaruh secara intensif bagi manajemen untuk melaksanakan kepentingan terbaik dari pemegang saham sebagai pemilik saham. Kepemilikan saham adalah persentase kepemilikan saham yang dimiliki oleh manajemen yaitu direksi, manajer dan dewan komisaris yang secara aktif ikut serta dalam pengambilan keputusan perusahaan. Kepemilikan manajemen dalam sebuah perusahaan, dapat menimbulkan dugaan bahwa nilai perusahaan meningkat sebagai akibat dari kepemilikan manajemen yang meningkat. Hal ini dapat terjadi apabila perusahaan memberikan saham kepada manajemen maka manajemen sekaligus merupakan pemilik perusahaan sehingga akan bertindak demi kepentingan perusahaan, untuk itu kepemilikan manajerial dipandang sebagai alat untuk menyatukan kepentingan manajemen dengan pemilik.


(44)

Shleifer dan Vishny (1986) dalam Siallagan dan Mahfoedz (2006:5) kepemilikan saham yang besar dari segi ekonomisnya memiliki insentif untuk memonitor. Hal ini dapat terjadi karena dengan memberikan saham kepada manajemen maka manajemen sekaligus merupakan pemilik perusahaan sehingga akan bertindak demi kepentingan perusahaan, untuk itu kepemilikan manajerial dipandang sebagai alat untuk menyatukan kepentingan manajemen dengan pemilik.

2.1.11 Komite Audit

Sesuai dengan Kep. 29/PM/2004, komite audit adalah komite yangdibentuk oleh dewan komisaris untuk membantu melaksanakan tugas danfungsinya. Bagi perusahaan yang memiliki komite audit, dalam menetapkan auditor eksternal harus mempertimbangkan pendapat komite tersebut yang disampaikan kepada Dewan Komisaris (KNKG, 2006). Pada umumnya tanggung jawab komite auditmeliputi tiga bidang, yaitu :

1. Laporan keuangan (Financial Reporting), adalah untuk memastikan bahwa laporan keuangan yang dibuat oleh manajemen telah memberikan gambaran yang sebenarnya tentang Kondisi keuangan, hasil usahanya, serta Rencana dan komitmen jangka panjang;

2. Tata kelola perusahaan (Corporate Governance), adalah untuk memastikan, bahwa perusahaan telah dijalankan sesuai undang-undang dan peraturan yang berlaku, melaksanakan usahanya dengan beretika, melaksanakan pengawasannya secara efektif terhadap benturan kepentingan dan kecurangan yang dilakukan oleh karyawan perusahaan.


(45)

3. Pengawasan perusahaan (Corporate Control). Tanggung jawab komite audit untuk pengawasan perusahaan termasuk di dalamnya pemahaman tentang masalah serta hal-hal yang berpotensi mengandung risiko dan sistem pengendalian intern serta memonitor proses pengawasan yang dilakukan oleh auditor internal. Ruang lingkup audit internal harus meliputi pemeriksaan dan penilaian tentang kecukupan dan efektifitas sistem pengawasan intern.

Dewan komisaris dapat membentuk komite yang berfungsi untuk menunjang tugas dari dewan komisaris. Bagi perusahaan yang sahamnya tercatat di bursa efek, perusahaan negara, perusahaan daerah, perusahaan yang menghimpun dan mengelola dana masyarakat, perusahaan yang produk atau jasanya digunakan oleh masyarakat luas, serta perusahaan yang mempunyai dampak luas terhadap kelestarian lingkungan, sekurang-kurangnya harus membentuk komite audit, sedangkan komite lain dibentuk sesuai dengan kebutuhan (KNKG, 2006). Keputusan Menteri BUMN Nomor : Kep-103/MBU/2002, pengertian komite audit adalah suatu badan yang berada di bawah komisaris yang beranggotakan minimal satu orang anggota komisaris dan dua orang ahli yang bukan merupakan anggota BUMN yang bersangkutan yang bersifat mandiri baik dalam pelaksanaan tugasnya maupun pelaporannya dan bertanggungjawab langsung kepada komisaris atau dewan pengawas. Komite Audit bertugas membantu dewan komisaris untuk memastikan bahwa: (1) laporan keuangan disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, (2) struktur pengendalian internal perusahaan dilaksanakan dengan baik,


(46)

(3) pelaksanaan audit internal maupun eksternal dilaksanakan sesuai dengan standar audit yang berlaku, dan (4) tindak lanjut temuan hasil audit dilaksanakan oleh manajemen (KNKG, 2006).

2.2 Penelitian Terdahulu

Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang dilakukan oleh beberapa peneliti untuk mengetahui adanya hubungan antara kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan, seperti yang telah dilakukan oleh Chandra (2010) dalam penelitiannya berjudul pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan dengan pengungkapan corporate social responsibility sebagai variabel pemoderasi. Kinerja keuangan diwakili ROE, pengungkapan CSR diwakili CSDI, dan nilai perusahaan diwakili PBV. Populasi penelitian ialah perusahaan manufaktur di Indonesia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2007-2008. Penelitian ini menggunakan model regresi sederhana dan regresi berganda sebagai model analisis Hasil penelitian mengindikasikan bahwa ROE tidak berpengaruh secara signifikan terhadap PBV. Hasil lainnya menunjukkan bahwa CSDI juga tidak memiliki pengaruh terhadap PBV dan oleh sebab itu, CSDI juga bukan merupakan variabel pemoderasi.

Rahayu (2010) dalam penelitiannya yang berjudul pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan dengan pengungkapan corporate social responsibility dan good corporate governance sebagai variabel pemoderasi. Sample dari peneltian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar dalam Indonesia Stock Exchange dalam rentang tahun 2007-2009. Sample penetilian ini


(47)

adalah sebanyak 34 perusahaan dengan 102 observasi. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier sederhana untuk hipotesis 1 dan analisis linier berganda dengan uji Moderated Regression Analysis (MRA) untuk hipotesis 2 dan 3. Hasil penelitian dengan analisis regresi linier dengan menunjukkan bahwa ROE tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhdapa nilai perusahaan. Sedangkan analisis variabel moderating dengan metode MRA menunjukkan bahwa CSR tidak mampu memoderasi hubungan antara ROE terhadap nilai perusahaan. Kepemilikan manajerial juga bukan merupakam variabel moderating yang mampu memoderasi hubungan antara ROE dan nilai perusahaan walaupun menunjukkan pengaruh signifikan dengan hubungan terbalik.

Muliani, Yuaniarta dan Sinarwati (2014) dalam penelitiannya berjudul pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan dengan pengungkapan corporate social responsibility dan good corporate governance sebagai variabel pemoderasi. Penelitian ini menggunakan objek penelitian perusahaan BUMN non keuangan di Indonesia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Teknik pengambilan sample yang digunakan adalah proposive sampling dengan 15 perusahaan sample dalam jangka waktu 3 tahun yaitu tahun 2010-2012. Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa kinerja keuangan yang diukur melalui ROA berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Corporate social responsibility mampu memoderasi hubungan kinerja keuangan terhadap nilai perusahaaan secara positif dan kepemilikan manajerial mampu memoderasi hubungan kinerja keuangan terhadap nilai perusahaaan kearah negatif.


(48)

Adapun ringkasan penelitian terdahulu terdapat pada tabel di bawah ini: Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu

No Peneliti Judul Variabel Penelitian Hasil Penelitian 1 Chandra

(2010) Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap nilai Perusahaan dengan penggungkapan Corporate Social Responsibility sebagai variabel Pemoderasi Variabel independen: ROE dengan Variabel pemoderasi CSR (CSDI) Variabel dependen: Nilai Perusahaan (PBV) ROE tidak berpengaruh secara signifikan terhadap PBV. CSDI juga tidak

memiliki pengaruh terhadap PBV dan oleh sebab itu, CSDI juga bukan merupakan variabel pemoderasi.

2 Rahayu (2010) Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap nilai Perusahaan dengan penggungkapan Corporate Social Responsibility dan Good Corporate Governance sebagai variabel Pemoderasi Variabel independen: ROE dengan Variabel pemoderasi CSR dan GCG Variabel dependen: Nilai Perusahaan ROE tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan. Pengungkapan CSR tidak mampu memoderasi hubungan antara ROE terhadap nilai. Kepemilikan manajerial juga bukan merupakan variabel moderating yang mampu memoderasi hubungan antara ROE dan nilai perusahaan

3 Muliani, Yuaniarta dan Sinarwati (2014) Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap nilai Perusahaan dengan penggungkapan Corporate Social Responsibility dan Good Corporate Governance sebagai variabel Pemoderasi Variabel independen: ROA dengan Variabel pemoderasi CSR dan GCG Variabel dependen: Nilai Perusahaan ROA berpengaruh positif terhadap nillai perusahaan, CSR mampu memoderasi hubungan antara ROA dengan nilai perusahaan, namun kepemilikan

manajerial mampu memoderasi kearah negatif.


(49)

2.3 Kerangka Konseptual dan Pengembangan Hipotesis 2.3.1 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 2.1 di bawah ini.:

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Peneliti memiliki asumsi awal bahwa kinerja keuangan yang diukur melalui ROA akan berpengaruh terhadap nilai perusahaan yang diukur dengan Tobin’s Q. Perbedaan hasil penelitian yang meneliti pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan mengindikasikan terdapat variabel lain yang ikut mempengaruhi. Dalam hal ini penulis memasukkan variabel CSR dan GCG

Kinerja Keuangan (ROA)

Nilai Perusahaan (Tobin’s Q)

Corporate Social Responsibility

(Pengungkapan CSR)

Good Corporate Governance

(GCG) H6

H1

H2 – Proporsi Komisaris Independen

H3 – Kepemilikan Institusional

H4 – Kepemilikan Mnajerial


(50)

yang nantinya akan dapat dilihat apakah variabel ini akan mempengaruhi hubungan kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan atau tidak. Peneliti beranggapan bahwa dengan semakin baiknya kinerja keuangan perusahaan, maka investor memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi terhadap Kinerja Keuangan perusahaan di mana hal tersebut juga akan meningkatkan nilai perusahaan.

2.3.2 Pengembangan Hipotesis

2.3.2.1 Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan Dalam mengetahui seberapa besar nilai perusahaan, para investor dapat melakukan overview suatu perusahaan dengan melihat rasio skeuangan sebagai alat evaluasi investasi. Rasio keuangan dapat mencerminkan tinggi rendahnya nilai perusahaan. Dalam teori pensinyalan (signalling theory) dijelaskan tentang dorongan perusahaan dalam memberikan informasi laporan keuangan kepad pihak eksternal. Untuk mengurangi asimetris informasi maka perusahaan haru mengungkapkan informasi yang dimiliki perusahaan baik informasi keuanga maupun non keuangan. Segala informasi mengenai perusahaan dan prospek yang akan datang daripada pihak luar (investor, kreditor) maka akan berpengaruh terhadap nilai perusahaan tersebut. Modigliani dan Miller dalam Ulupui (2007) menyatakan bahwa nilai perusahaan ditentukan oleh earnings power dari aset perusahaan. Hasil positif menunjukkan bahwa semakin tinggi earnings power semakin efisien perputaran aset dan atau semakin tinggi profit margin yang diperoleh perusahaan. Hal ini akan berdampak pada nilai perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Ulupui (2007) menemukan hasil bahwa ROA berpengaruh positif signifikan terhadap return saham satu periode ke


(51)

depan. Oleh karena itu, ROA merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Muliani, Yuniarti, dan Sinarwati (2010-2012) menyatakan bahwa return on asset terbukti berpengaruh positif secara statistis pada nilai perusahaan. Purwaningsih dan Wirajaya (2014) juga menyatakan bahwa return on asset berpengaruh positif dan signifikan pada nilai perusahaan.

Semakin tinggi nilai rasio, maka akan berdampak pada besarnya nilai profit perusahaan. Hal ini dapat memberikan sinyal kepada investor-investor untuk berinvestasi di perusahaan dalam mendapatkan return. Tinggi rendahnya nilaI return yang diterima oleh investor ini, mencerminkan nilai perusahaan. Apabil perusahaan memperoleh keuntungan yang besar pada tahun ini, maka dapat memotivasi investor untuk dapat menanamkan modalnya ke perusahaan. Semakin besar investor yang menanamkan modalnya ke perusahaan, maka dapat meningkatkan harga saham dan jumlah saham setahun setelahnya. Harga saham dan jumlah saham inilah yang dapat meningkatnya nilai perusahaan. Berdasarkan teori dan penelitian tersebut, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

H1: ROA berpengaruh positif terhadap Tobin’s Q.

2.3.2.2 Pengungkapan CSR dan Pengaruh Kinerja Keuangan dengan Nilai Perusahaan

Selain menggunakan struktur good corporate governance, peneliti juga menggunakan pengungkapan CSR sebagai variabel pemoderasi. Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan bagian dari strategi bisnisnya, untuk menunjang keberlangsungan perusahaan dimasa mendatang. Disamping kinerja keuangan


(52)

yang akan dilihat investor sebelum memutuskan untuk berinvestasi dalam suatu perusahaan, adanya pengungkapan item CSR dalam laporan keuangan diharapkan akan menjadi nilai plus yang akan menambah kepercayaan para investor, bahwa perusahaan tersebut akan terus berkembang dan berkelanjutan (sustainable). Para konsumen akan lebih mengapresiasi perusahaan yang mengungkapkan CSR dibandingkan dengan perusahaan yang tidak mengungkapkan CSR, mereka akan membeli produk yang sebagian laba dari produk tersebut disisihkan untuk kepentingan sosial lingkungan, misalnya untuk beasiswa, pembangunan fasilitas masyarakat, program pelestarian lingkungan, dan lainsebagainya. Hal ini akan berdampak positif terhadap perusahaan, selain membangun image yang baik di mata para stakeholder karena kepedulian perusahaan terhadap sosial lingkungan, juga akan menaikkan laba perusahaan melalui peningkatan penjualan. Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis alternatif yang diajukan adalah sebagai berikut:

H2: Pengungkapan CSR mempengaruhi hubungan ROA dengan Tobin’s Q.

2.3.2.3 Proporsi Komisaris Independen dan Pengaruh Kinerja Keuangan dengan Nilai Perusahaan

Hasil penelitian mengenai pengaruh ROA terhadap nilai perusahaan yang tidak konsisten menunjukkan adanya faktor lain yang turut menginteraksi. Hasil tersebut mendorong peneliti untuk memasukkan pengungkapan GCG sebagai variabel pemoderasi. Komisaris independen, kepemilikan institusional,kepemilikan manajerial, dan jumlah anggota komite audit digunakan sebagai proksi dari GCG. Good corporate governance mensyaratkan adanya tata


(53)

kelola perusahaan yang baik. Tata kelola perusahaan yang baik menggambarkan bagaimana usaha manajemen mengelola aset dan modalnya dengan baik agar menarik para investor. Pengelolaan aset dan modal suatu perusahaan dapat dilihat dari kinerja keuangan yang ada. Jika pengelolaannya dilakukan dengan baik maka otomatis akan meningkatkan nilai perusahaan. Dewan komisaris dapat terdiri dari komisaris yang tidak berasal dari pihak terafiliasi yang dikenal sebagai komisaris independen dan komisaris yang terafiliasi (KNKG, 2006). Komisaris independen diperlukan untuk meningkatkan independensi dewan komisaristerhadap kepentingan pemegang saham (mayoritas) dan benar-benar menempatkan kepentingan perusahaan diatas kepentingan lainnya. Semakin besar proporsi komisaris independen, maka kemampuan dewan komisaris untuk mengambil keputusan semakin objektif. Pengambilan keputusan yang objektif ini dapat mempengaruhi harga saham perusahaan sehingga akan berdampak juga dengan meningkatnya nilai perusahaan. Maka dari itu proporsi komisaris independen diharapkan dapat meningkatkan kinerja keuangan dan nilai perusahaan.Dengan demikian, maka hipotesis alternatif yang dikemukakan adalah:

H3: Proporsi komisaris independen mempengaruhi hubungan ROA dengan Tobin’s Q.

2.3.2.3 Kepemilikan Institusional dan Pengaruh Kinerja Keuangan dengan Nilai Perusahaan

Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham perusahaan oleh institusi keuangan, seperti perusahaan asuransi, bank, dana pensiun, dan asset management. Komposisi kepemilikan saham memiliki dampak yang penting pada


(1)

LAMPIRAN 3

Indeks Pengungkapan CSR 2011-2013

No

Nama

Perusahaan

Ling Enrg K3 LnTK Prod Masy Um Jumlah

CSR

1

Ultrajaya

Milk

7 2 1 4 4 5 2 25 0,32

8 2 1 5 4 5 2 27 0,34

8 2 1 5 4 6 2 28 0,35

2

Pan

Brothers

4 4 4 9 4 5 2 32 0,41

5 3 4 11 3 5 2 33 0,42

5 3 4 11 7 5 2 37 0,47

3

Indo

Acidatama

2 2 4 5 6 5 2 26 0,33

5 2 4 7 7 5 2 32 0,41

5 2 4 7 7 5 2 32 0,41

4

Budi Acid

Jaya

4 1 0 4 5 3 2 19 0,24

4 1 1 3 3 2 2 16 0,2

4 1 1 3 3 3 2 17 0,21

5

Berlina

0 0 3 6 5 0 1 15 0,19

3 0 3 7 4 1 1 19 0,24

3 0 5 7 4 1 1 21 0,26

6

Lion Mesh

Prima

6 1 4 6 3 6 2 28 0,35

6 2 4 6 3 6 2 29 0,37

6 2 4 8 3 6 2 31 0,39

7

Kedaung

Indah Can

5 3 0 4 3 0 1 16 0,2

5 2 0 4 3 0 1 15 0,19

5 2 0 4 3 0 1 15 0,19

8

Metrodata

Electronic

1 0 2 7 4 3 2 19 0,24

1 0 2 7 5 3 2 20 0,25

1 0 2 7 5 3 2 20 0,25

9

Indo Kordsa

6 4 5 6 3 6 2 32 0,41

7 4 5 7 3 6 2 34 0,43

7 4 6 7 2 6 2 34 0,43

10

Prima Alloy

Steel

0 0 0 5 6 2 0 13 0,16

0 0 0 3 6 2 0 11 0,14

0 0 0 3 6 2 0 11 0,14

11

Perdana

Bagun

Pusaka

1 0 1 3 5 4 2 16 0,2

1 0 1 4 5 5 2 18 0,23

1 0 1 4 5 4 2 17 0,21

12 Inter Delta

0 0 1 2 4 3 2 12 0,15

1 0 1 2 4 3 2 13 0,16


(2)

13

Pyridam

Farma

1 0 2 5 2 2 2 14 0,17

1 0 2 4 0 2 2 11 0,14

1 0 2 4 0 2 2 11 0,14

14

Mandom

Indonesia

6 4 3 6 2 2 1 24 0,3

4 4 4 6 2 2 1 23 0,29

4 4 4 6 2 2 1 23 0,29

15

Pelayaran

Tempura

Mas

0 0 0 8 1 0 1 10 0,12

0 0 0 8 1 0 1 10 0,12

0 0 0 8 1 0 1 10 0,12

16

Akbar Indo

Makmur

1 1 0 6 0 0 2 10 0,12

1 1 0 6 0 0 2 10 0,12

1 1 0 6 0 0 2 10 0,12

17

Multi

Indocitra

0 2 1 8 0 0 0 11 0,14

0 2 1 8 0 0 0 11 0,14

0 2 1 8 0 0 2 13 0,16

18

Ramayana

Lestari

Sentosa

0 1 0 6 0 3 2 12 0,15

0 1 0 7 0 3 2 13 0,16

0 1 0 7 0 3 2 13 0,16

19

Millenium

Pharmacon

Internasiona

l

0 1 0 9 4 0 1 15 0,19

0 1 0 9 4 0 1 15 0,19

0 1 0 9 4 0 1

15 0,19

20

Toko

Gunung

Agung

5 3 1 1 1 5 2 18 0,23

5 3 1 1 1 5 2 18 0,23

5 3 1 1 1 5 2 18 0,23


(3)

LAMPIRAN 4

Perasentase Good Corporate Governance 2011-2013

NO Nama Perusahaan Komisaris Independen

Kepemilikan Instutisional

Kepemilikan Manajerial

Jumlah Komite Audit

1

Ultrajaya Milk Industry and Trading

Company Tbk

0,333 0,466 0,180 3,000

0,333 0,466 0,180 3,000

0,333 0,466 0,178 3,000

2 Pan Brothers Tbk

0,333 0,541 0,004 3,000

0,333 0,530 0,004 3,000

0,333 0,604 0,004 3,000

3 Indo Acidatama Tbk

0,333 0,897 0,101 3,000

0,333 0,823 0,177 3,000

0,375 0,826 0,173 3,000

4 Budi Acid jaya Tbk

0,333 0,510 0,016 3,000

0,333 0,527 0,014 3,000

0,333 0,527 0,000 3,000

5 Berlina Tbk

0,500 0,643 0,105 3,000

0,500 0,572 0,101 3,000

0,500 0,572 0,101 3,000

6 Lion Mesh Prima Tbk

0,333 0,322 0,256 3,000

0,333 0,322 0,256 3,000

0,333 0,322 0,256 3,000

7 Kedaung Indah Can Tbk

0,333 0,750 0,048 3,000

0,333 0,750 0,048 3,000

0,333 0,750 0,048 3,000

8 Metrodata Electronics Tbk

0,333 0,388 0,018 3,000

0,333 0,388 0,018 3,000

0,333 0,451 0,018 3,000

9 Indo Kordsa Tbk

0,429 0,658 0,275 3,000

0,429 0,658 0,278 3,000

0,429 0,658 0,278 3,000

10 Prima Alloy Steel Tbk

0,333 0,458 0,059 3,000

0,333 0,456 0,059 3,000

0,333 0,541 0,050 3,000

11 Perdana Bangun Pusaka

0,333 0,724 0,056 3,000

0,333 0,724 0,056 3,000

0,333 0,734 0,056 3,000

12 Inter Delta Tbk 0,333 0,745 0,095 3,000


(4)

0,333 0,745 0,095 3,000

13 Pyridam Farma Tbk

0,333 0,539 0,231 2,000

0,333 0,539 0,231 2,000

0,333 0,539 0,231 2,000

14 Mandom Indonesia Tbk

0,400 0,608 0,016 4,000

0,400 0,608 0,016 4,000

0,400 0,608 0,016 4,000

15 Pelayaran Tempuran Mas Tbk

0,667 0,878 0,002 3,000

0,667 0,878 0,002 3,000

0,667 0,878 0,002 3,000

16 Akbar Indo Makmur Stimec Tbk

0,500 0,658 0,008 3,000

0,500 0,658 0,008 3,000

0,500 0,833 0,000 3,000

17 Multi Indocitra Tbk

0,333 0,604 0,083 3,000

0,333 0,604 0,136 3,000

0,333 0,604 0,059 3,000

18 Ramayana Lestari Sentosa Tbk

0,500 0,559 0,160 3,000

0,500 0,559 0,160 3,000

0,500 0,559 0,160 3,000

19

Millenium Pharmacon Internasional Tbk

0,600 0,809 0,033 4,000

0,600 0,847 0,033 4,000

0,600 0,847 0,033 4,000

20 Toko Gunung Agung

0,333 0,634 0,308 3,000

0,333 0,634 0,308 3,000

0,400 0,634 0,308 3,000


(5)

LAMPIRAN 5

Daftar Rasio Tobins Q 2011-2013

NO Kode Total Hutang Jumlah Saham Beredar

Harga

Saham Total Aset

Tobin's Q

1 ULTJ

777000000000 2.811.621.000 1080 2179000000000 1,750 744000000000 2.811.621.000 1330 2421000000000 1,852 796000000000 2.811.621.000 4500 2812000000000 4,782 2 PBRX

831000000000 3.063.862 440 1515000000000 0,549 1179000000000 3.065.612 470 2003000000000 0,589 1654000000000 3.084.903 420 2379000000000 0,696 3 SRSN

109000000000 6.020.000.000 54 361000000000 1,202 133000000000 6.020.000.000 50 402000000000 1,080 106000000000 6.020.000.000 50 421000000000 0,967 4 BUDI

1312000000000 3.783.367.329 240 2123000000000 1,046 1446000000000 4.098.997.362 114 2300000000000 0,832 1498000000000 4.098.997.362 410 2383000000000 1,334 5 BRNA

389000000000 138.000.000 1770 644000000000 0,983 469000000000 680.000.000 700 770000000000 1,227 819000000000 680.000.000 455 1125000000000 1,003 6 LMSH

41000000000 9.600.000 5000 98000000000 0,908 31000000000 9.600.000 10500 129000000000 1,022 41000000000 9.600.000 8000 142000000000 0,830 7 KICI

28000000000 138.000.000 180 87000000000 0,607 23000000000 138.000.000 270 95000000000 0,634 24000000000 138.000.000 270 98000000000 0,625 8 MTDL

692000000000 2.246.000.000 118 1274000000000 0,751 962000000000 2.246.000.000 164 1662000000000 0,800 1366000000000 2.246.000.000 285 2292000000000 0,875 9 BRAM

458000000000 450.000.000 2150 1660000000000 0,859 583000000000 450.000.000 3000 2223000000000 0,870 935000000000 450.000.000 2250 2933000000000 0,664 10 PRAS

342000000000 588.000.000 132 482000000000 0,871 297000000000 588.000.000 255 577000000000 0,775 389000000000 701.043.478 185 796000000000 0,652 11 KONI

4875000000000 76.000.000 330 7529000000000 0,651 5397000000000 76.000.000 250 8275000000000 0,655 8280000000000 76.000.000 590 107741000000000 0,077 12 INTD 41000000000 118.365.600 420 57000000000 1,591 34000000000 118.365.600 420 53000000000 1,580


(6)

29000000000 118.365.600 380 53000000000 1,396 13 PYFA

36000000000 535.080.000 176 118000000000 1,103 48000000000 535.080.000 177 136000000000 1,049 81000000000 535.080.000 147 175000000000 0,912 14 TCID

110000000000 201.066.667 7700 1131000000000 1,466 165000000000 201.066.667 11000 1262000000000 1,883 283000000000 201.066.667 11900 1466000000000 1,825 15 TMAS

756000000000 1.141.030.000 199 999000000000 0,984 1184000000000 1.141.030.000 210 1533000000000 0,929 1334000000000 1.141.030.000 370 1670000000000 1,052 16 AIMS

141000000000 110.000.000 255 163000000000 1,037 23000000000 110.000.000 240 45000000000 1,098 480000000 110.000.000 1140 24000000000 5,245 17 MICE

126000000000 596.637.000 365 432000000000 0,796 130000000000 596.673.000 380 469000000000 0,761 133000000000 596.673.000 410 628000000000 0,601 18 RALS

917000000000 7.096.000.000 782 3759000000000 1,720 1031000000000 7.096.000.000 1187 4073000000000 2,321 1161000000000 7.096.000.000 1171 4378000000000 2,163 19 SDPC

228000000000 728.000.000 67 323000000000 0,857 280000000000 728.000.000 92 385000000000 0,901 365000000000 728.000.000 97 471000000000 0,925 20 TKGA

463000000000 52.000.000 250 388000000000 1,227 462000000000 52.000.000 250 494000000000 0,962 345000000000 52.000.000 250 496000000000 0,722

Sumber: Data Sekunder tahun 2011-2013 diolah.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Pengungkapan Corporte Social Responsibility, Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan dan Nilai Perusahaan sebagai Variabel Pemoderasi pada Perusahaan Pertambangan

15 166 138

PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI

2 14 19

PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI

0 4 107

PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI

1 3 107

Pengaruh Kinerja Keuangan, Profitabilitas,dan Corporate Social Responsibility terhadap Nilai Perusahaan dengan Good Corporate Governance sebagai Variabel Moderasi

2 4 106

Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Good Corporate Governance sebagai Variabel Pemoderasi.

0 0 105

Pengaruh Pengungkapan Corporte Social Responsibility, Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan dan Nilai Perusahaan sebagai Variabel Pemoderasi pada Perusahaan Pertambangan

0 0 13

Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Pengungkapan Corporate Social Responsibility Dan Good Corporate Governance Sebagai Variabel Pemoderasi

0 0 10

Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Pengungkapan Corporate Social Responsibility Dan Good Corporate Governance Sebagai Variabel Pemoderasi

0 0 13

Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan dan Kualitas Laba Terhadap Nilai Perusahaan dengan Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Mekanisme Good Corporate Governance Sebagai Variabel Pemoderasi - Unika Repository

0 0 14