Pengaruh Growth Opportunity, Profitabilitas, dan Struktur Modal pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

4.1 Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan itu sendiri, menurut Husnan dan Pudjiastuti (2012:6)
merupakan nilai harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli apabila
perusahaan tersebut dijual. Nilai perusahaan ditentukan oleh harga saham. Harga
saham dapat dikatakan sebagai proksi dari nilai perusahaan go public karena
terbentuk dengan adanya permintaan dan penawaran yang diberikan oleh para
investor di bursa. Apabila manajer dapat meningkatkan nilai perusahaan maka
manajer itu dianggap telah mampu untuk menjalankan tugasnya dan dapat
meningkatkan prestasi kinerja perusahaan tersebut. Harga saham yang semakin
tinggi akan mengakibatkan semakin tingginya tingkat pengembalian (return)
kepada investor, yang diikuti dengan semakin meningkatnya tingkat kemakmuran
pemegang saham. Hal ini akan memberikan persepsi positif bagi pihak investor
dan mengakibatkan rasa kepercayaan yang semakin besar terhadap kinerja
perusahaan dan prospek perusahaan di masa depan. Persepsi ini membuat investor
semakin tertarik untuk berinvestasi di perusahaan tersebut.
Ukuran yang tepat untuk digunakan dalam mengukur nilai perusahaan
adalah dengan rasio penilaian. Karena rasio penilaian bertujuan menjadi tolok
ukur yang menghubungkan antara harga saham biasa dengan pendapatan

perusahaan dan nilai buku saham atau mencerminkan performance perusahaan
secara keseluruhan (Sugiono dan Untung, 2008:73). Dalam penilaian saham

Universitas Sumatera Utara

terdapat tiga jenis nilai, yaitu nilai buku, nilai pasar, dan nilai intrinsik saham.
Nilai buku merupakan nilai yang dihitung berdasarkan jumlah uang yang disetor
pemegang saham di masa lalu.
Nilai pasar merupakan nilai saham yang ditunjukkan oleh harga saham tersebut di
pasar saham, sedangkan nilai intrinsik adalah nilai saham yang sebenarnya. Nilai
perusahaan lebih dekat dengan jenis nilai pasar, karena nilai perusahaan tercermin
dari harga sahamnya. Seperti yang dijelaskan oleh Brigham dan Houston
(2011:150), bahwa rasio nilai pasar berhubungan dengan harga saham perusahaan
terhadap laba, arus kas, dan nilai buku per sahamnya. Oleh karena itu, pemegang
saham lebih memperhatikan nilai pasar karena mereka menjual sahamnya pada
harga tersebut.
Rasio penilaian menghubungkan kondisi internal dengan persepsi pasar.
Rasio ini menjadi pedoman investor dalam melihat masa lalu maupun prospek
perusahaan di masa mendatang. Rasio penilaian menggunakan pendekatan nilai
pasar atau market value ratio yang terdiri dari rasio harga saham terhadap

pendapatan yaitu price earning ratio, dan rasio nilai pasar saham terhadap nilai
buku yaitu price book value.Nilai perusahaan dapat diukur dengan price to book
value (PBV), yaitu perbandingan antara harga saham dengan nilai buku. Sehingga
dalam penelitian ini indikator yang digunakan untuk mengukur nilai perusahaan
adalah price book value (PBV). Hal ini disebabkan karena price book value dapat
menggambarkan seberapa besar penilaian pasar terhadap perusahaan dan melihat
apakah harga saham diperdagangkan melebihi nilai buku saham atau sebaliknya.

Universitas Sumatera Utara

Perusahaan yang dikelola dengan baik dan beroperasi secara efisien dapat
memiliki nilai pasar yang lebih tinggi daripada nilai buku asetnya (Sudana,
2011:24). Semakin tinggi price to book value dapat meningkatkan penilaian atau
harapan investor terhadap perusahaan yang menandakan bahwa perusahaan
memiliki prospek yang semakin baik di masa depan. Keyakinan dan harapan
investor tersebut akan mengakibatkan calon investor rela membeli saham tersebut
dengan harga yang tinggi. Brigham dan Houston (2011:151) menjelaskan
perusahaan yang dipandang baik oleh investor yang artinya perusahaan dengan
laba dan arus kas yang aman serta terus mengalami pertumbuhan dan dijual
dengan rasio nilai buku yang lebih tinggi dibandingkan perusahaan dengan

pengembalian yang rendah. Perusahaan yang memiliki tingkat pengembalian yang
rendah maka rasio M/B atau PBV akan relatif lebih rendah jika dibandingkan ratarata perusahaan lainnya. PBV yang baik biasanya dikatakan bernilai satu atau
lebih, sangat diharapkan oleh perusahaan karena harga sahamnya dapat dijual di
atas nilai bukunya. Sebaliknya apabila jumlah PBV perusahaan berada di bawah
satu, hal ini menandakan harga saham dijual di bawah nilai bukunya (under
valued). PBV yang tinggi memperlihatkan tingginya kemakmuran pemegang
sahamnya, sehingga harga saham semakin bernilai tinggi. Harga saham yang
tinggi menyebabkan nilai perusahaan semakin baik atau tinggi. PBV dapat diukur
dengan rumus (Sugiono dan Untung, 2008:74):
PBV=

Harga pasar saham
Nilai buku saham

Dimana nilai buku saham (book value per share) tersebut dapat dihitung dengan
rumus:

Universitas Sumatera Utara

BVS =


Total Ekuitas
Jumlah Lembar Saham

Murhadi (2009:148) mengatakan ada beberapa alasan mengapa investor
menggunakan rasio harga terhadap nilai buku (PBV) dalam analisis investasi,
yaitu:
1) Nilai buku sifatnya relatif stabil, bagi investor yang kurang percaya terhadap
estimasi arus kas, maka nilai buku merupakan cara paling sederhana untuk
membandingkannya.
2) Adanya praktik akuntansi yang relatif standar diantara perusahaan-perusahaan
menyebabkan PBV dapat dibandingkan antar berbagai perusahaan yang
akhirnya dapat memberikan signal apakah nilai perusahaan under atau
overvaluation.
3) Pada kasus perusahaan yang memiliki earning negatif maka tidak
memungkinkan untuk mempergunakan PER, sehingga penggunaan PBV dapat
menutupi kelemahan yang ada pada PER dalam kasus ini.
2.2 Growth Opportunity
Menurut Mai (2006) dalam Hermuningsih (2013) growth opportunity
adalah peluang pertumbuhan suatu perusahaan di masa depan. Growth

opportunity mencerminkan besarnya harapan dari pihak internal perusahaan
maupun pihak eksternal, seperti investor dan kreditur. Perusahaan-perusahaan
yang memiliki pertumbuhan yang cepat seringkali harus meningkatkan aktiva
tetapnya (Hermuningsih, 2013). Perusahaan-perusahaan yang diprediksi memiliki
pertumbuhan yang tinggi di masa depan akan lebih banyak menahan laba yang

Universitas Sumatera Utara

dimiliki dan cenderung membutuhkan dana dalam jumlah yang cukup besar. Ini
menyebabkan perusahaan akan lebih memilih menggunakan saham untuk
membiayai pertumbuhan tersebut. Sedangkan, perusahaan dengan peluang
pertumbuhan yang rendah akan lebih banyak menggunakan utang jangka panjang.
Semakin tinggi growth opportunity yang dimiliki perusahaan semakin tinggi pula
peluang perusahaan untuk mendapatkan laba yang lebih tinggi pula di masa
depan. Keadaan produktivitas perusahan dapat diliat dari growth opportunity.
Sriwardany (2006) menyatakan pertumbuhan perusahaan mempunyai
pengaruh langsung dan positif terhadap perubahan harga saham. Investor yang
memberikan respon positif terhadap informasi yang di dapat mengenai
pertumbuhan perusahaan tersebut akan rela membeli sahamnya dengan harga
tinggi yang menyebabkan harga saham akan meningkat. Hal ini akan

mempengaruhi meningkatnya nilai perusahaan tersebut. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa growth opportunity akan berpengaruh positif terhadap nilai
perusahaan.
Rasio pertumbuhan merupakan rasio yang mengukur seberapa besar
kemampuan perusahaan dalam mempertahankan posisinya di dalam industri dan
dalam perkembangan ekonomi secara umum (Fahmi, 2015:82). Dalam
menghitung growth rate perlu dihitung tingkat pertumbuhan dari penjualan,
pertumbuhan deviden per saham, laba bersih setelah pajak, nilai buku dari saham
biasa, harga pasar pada perusahaan go public, dan earning per share.
Penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Arif (2015) menyatakan
growth opportunity dapat dilihat dari price earning ratio (PER), yang merupakan

Universitas Sumatera Utara

perbandingan harga suatu saham (market price) dengan earning per share (EPS)
dari saham yang bersangkutan. Dalam penelitian ini growth opportunity akan
diproksikan dengan PER, karena PER memperlihatkan hubungan kinerja internal
perusahaan yang tercermin dari laba bersih perusahaan, reaksi investor dalam
menilai saham perusahaannya berdasarkan prospek perusahaan di masa depan dan
harga saham yang bersedia dibayar oleh calon investor. Tandelilin (2010:375)

menyatakan informasi PER mengindikasikan besarnya rupiah yang harus
dibayarkan investor untuk memperoleh satu rupiah earning perusahaan. Dengan
kata lain PER menunjukkan besarnya harga setiap satu rupiah earning
perusahaan. Bagi para investor price earning ratio yang semakin tinggiakan
membuat pertumbuhan laba yang diharapkan juga akan mengalami kenaikan.
Semakin tinggi rasio ini menunjukkan bahwa investor mempunyai harapan yang
baik tentang perkembangan perusahaan di masa yang akan datang, sehingga untuk
pendapatan per saham tertentu, investor bersedia membayar dengan harga yang
mahal (Sudana, 2011:23). PER yang tinggi mengindikasikan kinerja perusahaan
yang semakin baik, namun PER yang terlalu tinggi mengindikasikan bahwa harga
saham yang ditawarkan oleh para calon pembeli sudah sangat tinggi atau tidak
rasional lagi. Rumus yang digunakan untuk menghitung price earning ratio yaitu
(Sugiono dan Untung, 2008:74):
PER=

Harga Pasar Saham
Earning per Share

Dimana laba per saham (earning per share) dapat dihitung dengan:
EPS =


Laba Bersih
Jumlah Lembar Saham

Universitas Sumatera Utara

Earning per share (EPS) dapat mengukur potensi tertinggi yang akan
diperoleh pemegang saham saat pembagian laba. EPS dianggap sebagai indikator
yang paling mendasar karena EPS dapat menggambarkan bagaimana prospek
earning perusahaan di masa yang akan datang.
2.3 Profitabilitas
Menurut Lyn M. Fraser dalam Sugiono dan Untung (2008:61)
profitabilitas adalah rasio untuk mengukur kinerja perusahaan secara keseluruhan
dan efisiensi dalam pengelolahan aktiva, kewajiban dan kekayaan. Profitabilitas
dapat menunjukkan bagaimana tingkat efektifitas manajemen pada suatu
perusahaan. Profitabilitas merupakan indikator yang penting untuk para investor
saat ingin melihat keadaan atau prospek perusahaan di masa yang akan datang.
Indikator ini sangat penting diperhatikan untuk mengetahui sejauhmana investasi
yang akan dilakukan investor di suatu perusahaan mampu memberikan return
yang sesuai dengan tingkat yang diisyaratkan investor (Tandelilin, 2001:240).

Syahyunan (2013:92) menyatakan bahwa profitabilitas digunakan untuk
mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba atau seberapa
efektif pengelolaan perusahaan oleh manajemen. Sederhananya, profitabilitas
dapat

mengukur

seberapa

besar

kemampuan

suatu

perusahaan

dalam

menghasilkan keuntungannya. Terdapat beberapa macam cara yang sering

digunakan untuk mengukur besar kecilnya profitabilitas yang akan ditunjukkan
kepada para pemegang saham, diantaranya adalah return on asset (ROA), return
on equity (ROE), profit margin ratio, dan basic earning power.

Universitas Sumatera Utara

Namun dalam penelitian ini profitabilitas akan diproksikan dengan return
on equity (hasil pengembalian ekuitas) karena dapat mengukur seberapa besar
tingkat kemampuan perusahaan dalam hal pengembalian atas investasi pemegang
saham dengan modal ekuitas yang dimiliki perusahaan tersebut. Hal ini didukung
dengan pendapat Brigham dan Houston (2011:150) bahwa ROE mencerminkan
pengaruh dari seluruh rasio lain dan merupakan ukuran kinerja tunggal yang
terbaik dilihat dari kacamata akuntansi. Semakin tinggi rasio ini, menunjukkan
adanya peningkatan nilai laba bersih dari perusahaan tersebut dan diikuti dengan
meningkatnya kemampuan perusahaan dalam membagikan dividennya. Laba
bersih yang meningkat dan peningkatan dalam membayarkan dividen inilah yang
akan membuat investor semakin menyukainya dan semakin menginginkan untuk
berinvestasi di perusahaan tersebut. Hal ini akan menyebabkan investor menilai
harga saham perusahaan tersebut dengan harga yang tinggi. Harga saham yang
semakin tinggi ini akan diikuti dengan kenaikan nilai perusahaannya yang dapat

dilihat dari semakin baiknya kondisi perusahaan ini. Hasil perhitungan ini dapat
membantu pemilik perusahaan saat ingin membandingkan hasil di suatu
perusahaan dengan perusahaan yang lainnya. Return on Equity dapat dirumuskan
sebagai berikut (Brigham dan Houston, 2011:149):
Return on Equity =

Laba Bersih
TotalEkuitas

Rasio ini penting bagi pihak pemegang saham untuk mengetahui
efektivitas dan efisiensi pengelolaan modal sendiri yang dilakukan oleh pihak
manajemen perusahaan.
2.4 Struktur Modal

Universitas Sumatera Utara

2.4.1 Pengertian Struktur Modal
Menurut Keown et al. (2010:148), struktur modal adalah campuran
sumber-sumber dana jangka panjang yang digunakan perusahaan. Sumber dana
jangka panjang dapat berupa utang jangka panjang, saham preferen dan saham
biasa. Struktur modal digunakan oleh para manajer keuangan sebagai landasan
dalam mengambil keputusan pembelanjaan dengan menganalisis manfaat dari
masing-masing sumber dana yang akan digunakan. Keputusan pendanaan yang
tepat dapat mempengaruhi nilai perusahaan yang dapat dilihat dari harga
sahamnya.
Struktur modal perusahaan memperlihatkan kombinasi dari risiko dengan
return yang diharapkan oleh para stakeholders. Perusahaan yang menggunakan
hutang yang terlalu banyak akan meningkatkan risiko yang harus ditanggung oleh
perusahaan dan para pemegang saham. Hal ini membuat pemegang saham tidak
yakin untuk menanamkan modalnya di perusahaan tersebut. Pemegang saham
akan lebih memilih perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang baik, karena
perusahaan ini lebih memiliki kemampuan untuk membayarkan bunga utangnya.
Para pemegang saham juga akan memiliki ekspektasi akan return yang tinggi atas
risiko yang mereka tanggung. Hal ini sesuai dengan pendapat (Brigham dan
Houston, 2011:155) bahwa penentuan struktur modal akan melibatkan pertukaran
antara risiko dan pengembalian:
a) Menggunakan utang dalam jumlah yang lebih besar akan meningkatkan risiko
yang ditanggung oleh pemegang saham.

Universitas Sumatera Utara

b) Namun, menggunakan lebih banyak utang pada umumnya akan meningkatkan
perkiraan pengembalian atas ekuitas.
2.4.2 Teori Struktur Modal
Teori struktur modal menjelaskan apakah kebijakan pembelanjaan jangka
panjang dapat mempengaruhi nilai perusahaan, biaya modal perusahaan, dan
harga pasar saham perusahaan (Sudana, 2011:143).
1. Pecking Order Theory
Menurut Sudana (2011:155), pecking order theory menyatakan bahwajika
sumber dana dari luar perusahaan diperlukan, perusahaan pertama-tama harus
menerbitkan hutang sebelum menerbitkan saham. Perusahaan yang memiliki
profitabilitas yang tinggi cenderung meminjam dengan jumlah yang sedikit,
dikarenakan perusahaan lebih memilih menggunakan sumber internal seperti laba
ditahan. Apabila sumber internal sudah memenuhi dana yang dibutuhkan untuk
berinvestasi, maka perusahaan tidak perlu mencari sumber dana dari luar. Namun
sebaliknya perusahaan yang memiliki profitabilitas rendah, memerlukan dana
yang besar untuk mendanai biaya investasinya. Perusahaan tersebut cenderung
memiliki tingkat hutang yang lebih besar, yang disebabkan dana internal
perusahaan tidak mencukupi untuk membiayai kebutuhan investasi tersebut.
Perusahaan akan mencari alternatif lain yaitu dengan memperoleh dana dari
sumber pendanaan eksternal seperti hutang, karena penggunaan hutang lebih
disukai oleh para investor.
Hal ini sesuai dengan pendapat Brealey, et al. (2008:25) yang menyatakan
teori pecking order berbunyi sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

1) Perusahaan menyukai pendanaan internal, karena dana ini terkumpul tanpa
mengirimkan sinyal sebaliknya yang dapat menurunkan harga saham.
2) Jika dana eksternal dibutuhkan, perusahaan menerbitkan utang lebih dahulu
dan hanya menerbitkan ekuitas sebagai pilihan terakhir. Pecking order ini
muncul karena penerbitan utang tidak terlalu diterjemahkan sebagai pertanda
buruk oleh investor bila dibandingkan dengan penerbitan ekuitas.
Pecking order theory membuat pemilihan dalam pengambilan keputusan
alternatif pendanaan berdasarkan kondisi kebutuhan dana perusahaan. Pendanaan
internal lebih disukai para investor dibandingkan pendanaan eksternal,
dikarenakan perusahaan tidak perlu melibatkan pihak ketiga diluar manajemen
dan pemegang saham dan akan membuat perusahaan terbebas dari biaya emisi.
Apabila perusahaan membutuhkan dana dari luar, maka penerbitan hutang akan
dilakukan terlebih dulu dibandingkan penerbitan saham baru. Hal ini disebabkan
biaya emisi hutang lebih kecil dibandingkan biaya emisi ekuitas. Pengunaan
hutang akan menimbulkan biaya financial distress dan risiko. Oleh sebab itu,
perusahaan diharapkan dapat mempertimbangkan sebaik mungkin penggunaan
hutangnya agar terhindar dari risiko gagal bayar yang dapat menyebabkan
hilangnya kepercayaan dari investor dan dapat mempengaruhi turunnya nilai
perusahaan.
2. Trade off Theory
Perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi akan berupaya untuk
mengurangi pajaknya dengan cara meningkatkan rasio hutangnya sehingga setiap
penambahan hutang tersebut akan mengurangi pajaknya, karena bunga hutang

Universitas Sumatera Utara

merupakan pengurangan pajak. Trade-off theory menjelaskan bahwa peningkatan
penggunaan hutang dapat meningkatkan nilai perusahaan selama masih di bawah
titik optimal, dengan menyeimbangkan manfaat dari penghematan pajak atas
penggunaan hutang terhadap biaya kebangkrutan. Setelah berada pada titik
tertentu, penambahan hutang dapat menyebabkan turunnya nilai perusahaan
karena penggunaan hutang justru tidak sebanding dengan kenaikan biaya
kesulitan keuangan (financial distress), seperti biaya kebangkrutan (bankrupty
cost) dan biaya keagenan (agency cost). Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan
hutang yang terlalu tinggi akan menyebabkan risiko kebangkrutannya lebih tinggi
dibandingkan penghematan pajaknya. Sofyaningsih (2011) mengindikasikan
bahwa dengan model teori trade-off maka struktur modal yang optimum terjadi
jika terdapat keseimbangan antara biaya financial distress dan agency problem
dan adanya manfaat atas penggunaan leverage atau utang (tax-shield).
3. Asymmetric Information dan Signalling Theory
Teori ini menjelaskan bahwa beberapa pihak yang berhubungan dengan
perusahaan memiliki informasi yang berbeda-beda mengenai prospek dan risiko
perusahaan.

Gitman (2009) dalam Steven dan Lina (2011) menyatakan bahwa

asymmetric information theory merupakan suatu kondisi dimana manajer
perusahaan memiliki lebih banyak informasi tentang operasi dan prospek
kedepannya dari perusahaan dibandingkan dengan pihak lainnya. Adanya
asymmetric information, menyebabkan manjemen perusahaan tahu lebih banyak
tentang perusahaan dibandingkan investor di pasar modal dan membuat manajer
perusahaan lebih leluasa bertindak dalam menentukan strategi capital structure

Universitas Sumatera Utara

karena lebih menguasi informasi di dalam perusahaan. Signalling theory
merupakan langkah-langkah manajemen dari perusahaan dalam memberikan
petunjuk kepada investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek
perusahaan. Signaling theory menyatakan penggunaan hutang (struktur modal)
sebagai sumber pendanaan perusahaan yang seringkali dianggap sebagai sinyal
yang disampaikan oleh manager ke pasar. Perusahaan yang memiliki prospek
menguntungkan di masa depan, akan mencoba untuk menghindari penjualan
saham. Perusahaan yang menawarkan penjualan saham baru lebih sering dari
biasanya, akan menyebabkan harga sahamnya menurun. Hal ini disebabkan
karena perusahaan yang menerbitkan saham baru berarti memberikan sinyal
bahwa manajemen memandang prospek perusahaan sedang suram dan akan
menekan harga saham.
2.5 Penelitian Terdahulu
Penelitian-penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan nilai perusahaan
dapat digunakan sebagai bahan referensi antara lain sebagai berikut:
Rasyid (2015) melalukan penelitian dengan juduleffects of ownership,
structure, capital structure, profitability and company’s growth towards firm
value. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier
berganda. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa hasil uji parsial membuktikan
kepemilikan institusional, profitabilitas dan pertumbuhan perusahaan berpengaruh
signifikan terhadap nilai perusahaan, sedangkan kepemilikan manajerial dan
struktur modal tidak berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan.
Hasil tes simultan membuktikan bahwa kepemilikan manjerial, kepemilikan

Universitas Sumatera Utara

institusional, struktur modal, profitabilitas dan pertumbuhan perusahaan memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan.
Dewi, et al. (2014) melakukan penelitian dengan judul pengaruh struktur
modal, pertumbuhan perusahaan dan profitabilitas terhadap nilai perusahaan LQ
45 di BEI periode 2008-2012. Metode penelitian yang digunakan adalah uji
asumsi klasik, analisis linier sederhana, dan analisis linier berganda. Hasil
penelitian ini menunjukkan struktur modal berpengaruh positif secara positif dan
signifikan terhadap nilai perusahaan. Pertumbuhan perusahaan berpengaruh secara
positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Profitabilitas berpengaruh secara
positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.
Hermuningsih (2013) melakukan penelitian dengan judul pengaruh
profitabilitas, growth opportunity, struktur modal terhadap nilai perusahaan pada
perusahaan publik di Indonesia. Metode penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah analisis structural equation modelling (SEM). Hasil
penelitian ini menyebutkan bahwa variabel profitabilitas, growth opportunity, dan
struktur modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan, dan
variabel struktur modal merupakan variabel intervening bagi growth opportunity
dan tidak bagi profitabilitas.
Rizqia, et al. (2013) melakukan penelitian yang berjudul effect of
managerial ownership, financial leverage, profitability, firm size, and investment
opportunity on dividend policy and firm value. Metode penelitian yang digunakan
adalah analisis teknikal. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa kepemilikan
manajerial, dan peluang investasi berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen.

Universitas Sumatera Utara

Sementara itu, financial leverage, profitabilitas dan ukuran perusahaan tidak
berpengaruh terhadap kebijakan dividen, dan kepemilikan manajerial, financial
leverage, profitabilitas, ukuran perusahaan, peluang investasi, dan kebijakan
dividen berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.
Ghalandari (2013) melakukan penelitian yang berjudul dengan The
Moderating Effect of Growth Opportunities on the Relationship between Capital
Structure and Dividend Policy and Ownership Structure with Firm Value in Iran:
Case Study of Tehran Securities Exchange. Analisis yang digunakan adalah model
efek tetap. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan
antara struktur modal (leverage) dan nilai perusahaan. Selain itu hubungan ini
adalah negatif dan signifikan di hadapan peluang pertumbuhan, positif dan
signifikan dalam tidak adanya peluang pertumbuhan. Hubungan yang signifikan
antara kebijakan deviden dan nilai perusahaan, tetapi perusahaan dengan peluang
pertumbuhan memiliki hubungan negatif dan signifikan dan untuk perusahaan
tanpa peluang pertumbuhan memiliki hubungan positif dan signifikan. Ada
hubungan signifikan non-linear antara konsentrasi kepemilikan dan nilai
perusahaan bagi perusahaan dengan dan tanpa peluang pertumbuhan.
Mardiyati, et al. (2012) meneliti tentang pengaruh kebijakan deviden,
kebijakan hutang dan profitabilitas terhadap nilai perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2005-2010. Metode penelitian
yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kebijakan dividen yang diproksikan dengan variable
dividend payout ratio (DPR) secara parsial memiliki pengaruh yang tidak

Universitas Sumatera Utara

signifikan terhadap nilai perusahaan manufaktur yang diproksikan dengan PBV,
kebijakan hutang berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap nilai
perusahaan, dan profitabilitas memiliki pengaruh yang positif signifikan terhadap
nilai perusahaan.
Ogbulu dan Emeni (2012) melakukan penelitian dengan judul Capital
Structure and Firm Value: Emperical Evidence from Nigeria. Metode penelitian
yang digunakan adalah regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa hutang berpengaruh secara positif terhadap nilai perusahaan dan ekuitas
tidak berhubungan positif dengan nilai perusahaan.
Chen dan Chen (2011) melakukan penelitian dengan judul the influence of
profitability on firm value with capital structure as the mediator and firm size and
industry as moderators. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah block regression. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa profitabilitas
memiliki efek positif pada nilai perusahaan, dan efek negatif pada leverage,
sedangkan leverage memiliki efek negatif pada nilai perusahaan, dan profitabilitas
memiliki efek mediasi yang signifikan.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu

No.
1.

Peneliti/
Tahun
Rasyid
(2015)

Judul Peneliti
Effects of
Ownership,
Structure,
Capital
Structure,
Profitability
and
Company’s
Growth
Towards Firm
Value

Variabel
Penelitian
Dependen:
Nilai
Perusahaan
Independen:
1. Kepemilikan,
2. Struktur,
3. Struktur
Modal,
4. Profitabilitas,
Pertumbuhan
Perusahaan

Metode
Analisis
Data
Analisis
Regresi
Linier
Berganda

Hasil Penelitian
Hasil uji parsial membuktikan kepemilikan
institusional,
profitabilitas dan
pertumbuhan perusahaan
berpengaruh signifikan
terhadap nilai
perusahaan, sedangkan
Kepemilikan manajerial
dan struktur modal tidak
berpengaruh secara
signifikan terhadap nilai
perusahaan.

Universitas Sumatera Utara

Lanjutan Tabel 2.1
No.
2.

3.

4.

Peneliti/
Tahun
Dewi, et
al.
(2014)

Hermuni
ngsih
(2013)

Rizqia, et
al.
(2013)

Judul Peneliti
Pengaruh
Struktur
Modal,
Pertumbuhan
Perusahaan
dan
Profitabilitas
Terhadap
Nilai
Perusahaan
LQ 45 di BEI
Periode 20082012
Pengaruh
Profitabilitas,
Growth
Opportunity,
Struktur
Modal
Terhadap
Nilai
Perusahaan
pada
Perusahaan
Publik di
Indonesia
Effect of
Managerial
Ownership,
Financial
Leverage,
Profitability,
Firm Size, and
Investment
Opportunity
on Dividend
Policy and
Firm Value

Variabel
Penelitian
Dependen:
Nilai
Perusahaan
Independen:
1. Struktur
Modal,
2. Pertumbuhan
Perusahaan,
3. Profitabilitas

Dependen:
Nilai
Perusahaan
Independen:
1. Profitabilitas,
2. Growth
Opportunity,
3. Struktur
Modal

Dependen:
Kebijakan
Deviden dan
nilai perusahaan
Independen:
1. Kepemilikan
Manajerial,
2. Likuiditas
Keuangan,
3. Profitabilitas,
4. Ukuran
Perusahaan
5. Peluang
Investasi

Metode
Analisis
Data
Uji Asumsi
Klasik,
Analisis
Linier
Sederhana,
Analisis
Linier
Berganda

Analisis
Structural
Equation
Modelling
(SEM)

Analisis
Teknikal

Hasil Penelitian
1. Struktur Modal
berpengaruh positif
dan signifikan terhadap nilai perusahaan.
2. Pertumbuhan
perusahaan berpengaruh positif dan
signifikan terhadap
nilai perusahaan.
3. Profitabilitas
berpengaruh positif
dan signifikan
terhadap nilai
perusahaan.
1. Variabel profitabilitas
berpengaruh positif
dan signifikan terhadap nilai perusahaan.
2. Variabel growth
opportunity
berpengaruh positif
dan signifikan
terhadap nilai
perusahaan.
3. Variabel struktur
modal berpengaruh
positif dan signifikan
terhadap nilai
perusahaan.
1. Kepemilikan
manajerial, financial
leverage, profitabilitas,
ukuran perusahaan,
peluang investasi, dan
kebijakan dividen
berpengaruh positif
terhadap nilai
perusahaan.
2. Kepemilikan
manajerial, dan
peluang investasi
berpengaruh negatif
terhadap kebijakan
dividen.
3. Financial leverage,
profitabilitas dan
ukuran perusahaan
tidak berpengaruh
terhadap kebijakan
dividen.

Universitas Sumatera Utara

Lanjutan Tabel 2.1
No.
5.

6.

Peneliti/
Tahun
Ghalandari
(2013)

Mardiyati,
et al.
(2012)

Judul Peneliti
The
Moderating
Effect of
Growth
Opportunities
on the
Relationship
between
Capital
Structure and
Dividend
Policy and
Ownership
Structure with
Firm Value in
Iran: Case
Study of
Tehran
Securities
Exchange

Pengaruh
Kebijakan
Dividen,
Kebijakan
Hutang dan
Profitabilitas
Terhadap
Nilai
Perusahaan
Manufaktur
Yang
Terdaftar di
Bursa Efek
Indonesia
(BEI) Periode
2005-2010

Variabel
Penelitian
Independen:
Nilai
Perusahaan

Metode
Analisis
Data
Model
Efek
Tetap

Dependen:
1. Struktur
Modal
2. Kebijakan
Dividen
3. Struktur
Kepemilik
an
4. Peluang
Pertumbuh
an

Dependen :
Nilai
Perusahaan
Independen:
1. Kebijakan
Dividen,
2. Kebijakan
Hutang,
3. Profitabilit
as

Analisis
Regresi
Linier
Berganda

Hasil Penelitian
1. Ada hubungan yang
signifikan antara struktur
modal (leverage) dan nilai
perusahaan. Selain itu
hubungan ini adalah
negatif dan signifikan di
hadapan peluang
pertumbuhan, positif dan
signifikan dalam tidak
adanya peluang
pertumbuhan.
2. Hubungan yang
signifikan antara
kebijakan deviden dan
nilai perusahaan, tetapi
perusahaan dengan
peluang pertumbuhan
memiliki hubungan
negatif dan signifikan dan
untuk perusahaan tanpa
peluang pertumbuhan
memiliki hubungan
positif dan signifikan.
3. Ada hubungan signifikan
non-linear antara
konsentrasi kepemilikan
dan nilai perusahaan bagi
perusahaan dengan dan
tanpa peluang
pertumbuhan.
1. Profitabilitas memiliki
pengaruh yang positif
signifikan terhadap nilai
perusahaan.
2. Kebijakan hutang
berpengaruh positif tetapi
tidak signifikan terhadap
nilai perusahaan.
3. Kebijakan dividen
memiliki pengaruh yang
tidak signifikan terhadap
nilai perusahaan
manufaktur.

Universitas Sumatera Utara

Lanjutan Tabel 2.1
No.
7.

8.

Peneliti/
Tahun

Judul Peneliti

Variabel
Penelitian

Ogbulu
dan
Emeni
(2012)

Capital
Structure and
Firm Value:
Emperical
Evidence from
Nigeria

Dependen:
Nilai
Perusahaan

Chen dan
Chen
(2011)

The Influence
of Profitability
on Firm Value
With Capital
Structure as
The Mediator
and Firm Size
and Industry
as Moderators

Dependen:
Nilai
Perusahaan

Metode
Analisis
Data
Regresi
Linier
Berganda

Independen:
Struktur modal

Block
Regression

Independen:
1. Profitabilitas,
2. Leverage,

Hasil Penelitian
1. Hutang berpengaruh
secara positif
terhadap nilai
perusahaan.
2. Ekuitas berpengaruh
secara negatif
terhadap nilai
perusahaan.
1. Profitabilitas memiliki
efek positif pada nilai
perusahaan, dan efek
negatif pada leverage,
2. leverage memiliki efek
negatif pada nilai
perusahaan,
dan
profitabilitas memiliki
efek mediasi yang
signifikan.

2.6 Kerangka Konseptual
Perusahaan yang memiliki arus kas dan kinerja perusahaan yang baik
dapat dilihat dari peluang pertumbuhan (growth opportunity) perusahaan tersebut.
Growth opportunity yang tinggi akan menjadi daya tarik bagi para investor,
karena perusahaan memprediksi akan mendapatkan laba yang lebih tinggi di masa
depan dan akan mengalami pertumbuhan yang tinggi. Mereka menggunakan
sahamnya

untuk

mendanai

biaya

operasional

perusahaan

tersebut

dan

membutuhkan para investor untuk mau berinvestasi di perusahaan tersebut. Pasar
yang percaya pada prospek perusahaan di masa depan akan mengakibatkan
investor menilai peluang pertumbuhan perusahaan tersebut sebagai hal yang
positif, maka harga saham perusahaan tersebut juga akan semakin meningkat. Hal

Universitas Sumatera Utara

ini didukung oleh pendapat Brealey et al. (2008:46) yang mengatakan bahwa
harga saham dan nilai perusahaan mengikhtisarkan penilaian kolektif investor
tentang seberapa baikkah keadaan suatu perusahaan, baik kinerja saat ini maupun
prospek masa depannya. Harga saham yang dipengaruhi oleh growth opportunity
dan profitabilitas inilah yang nantinya akan mempengaruhi nilai perusahaan
tersebut.
Perusahaan yang memiliki arus kas dan kinerja perusahaan yang baik juga
dapat dilihat dari nilai profitabilitasnya, karena profitabilitas dapat menunjukkan
bagaimana kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba. Tanpa adanya
laba yang positif, akan sangat sulit bagi perusahaan untuk menarik minat para
investor agar berinvestasi di perusahaan tersebut. Para stakeholders akan mencari
tahu berapa besar perusahaan tersebut dapat memberikan return kepada para
investornya dan melihat apakah nilai tersebut sudah sesuai dengan tingkat yang
diisyaratkan oleh para investor. Apabila kinerja manajemen perusahaan yang
diukur menggunakan dimensi–dimensi profitabilitas dalam kondisi baik, maka
akan memberikan dampak positif terhadap keputusan investor di pasar modal
untuk menanamkan modalnya dalam bentuk penyertaan modal, hal tersebut akan
menyebabkan harga saham meningkat, sehingga akan berdampak positif pula
terhadap nilai perusahaan Harmono (2009:110) dalam Mulyawati, et al. (2015).
Pengambilan keputusan pendanaan yang berkenaan dengan struktur modal
harus diperhatikan oleh perusahaan karena kebijakan pembelanjaan perusahaan
dapat mempengaruhi nilai perusahaan. Struktur modal menjadi salah satu
pertimbangan para investor dalam berinvestasi, karena hal ini berkaitan dengan

Universitas Sumatera Utara

risiko dan return yang akan diterima oleh investor. Perusahaan yang
menggunakan hutang dalamoperasinya akan mendapat penghematan pajak, karena
pajak dihitung darilaba operasi setelah dikurangi bunga hutang, sehingga laba
bersih

yangmenjadi

hak

pemegang

saham

akan

menjadi

lebih

besar

dibandingkandengan perusahaan yang tidak menggunakan hutang Meythi (2012).
Dengan demikian nilai perusahaan pun ikut menjadi lebih besar. Hal ini
menunjukkan semakin besar struktur modalnya maka nilai perusahaan juga akan
semakin meningkat.
Namun perusahaan tidak mungkin menggunakan hutang secara penuh dari
struktur modalnya. Karena perusahaan yang menggunakan hutang terlalu banyak
akan diikuti dengan risiko yang semakin besar untuk ditanggung oleh perusahaan
dan pemegang saham. Hal ini membuat investor kehilangan kepercayaan untuk
menanamkan modalnya di perusahaan tersebut, dan mencari perusahaan lain yang
memiliki tingkat pertumbuhan yang baik. Dalam kondisi ini penambahan hutang
yang diikuti dengan risiko akan mengakibatkan nilai perusahaan ikut menurun.
Perusahaan harus mampu menentukan besarnya hutang yang akan digunakan,
karena peningkatan penggunaan hutang dapat meningkatkan nilai perusahaan
selama masih di bawah titik optimal. Setelah melewati batas titik tertentu,
penambahan hutang justru akan menurunkan nilai perusahaan karena penambahan
hutang tidak sebanding dengan kenaikan biaya financial distress. Jadi dapat
diketahui bahwa strukturmodal berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dan penelitian terdahulu,
maka kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat ditunjukkan para Gambar
2.1 berikut ini:

Growth Opportunity
Profitabilitas

Nilai Perusahaan

Struktur Modal

Gambar 2.1
Kerangka Konseptual
1.5 Hipotesis
Berdasarkan landasan teori dan kerangka konseptual yang telah diuraikan,
maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Growth opportunity berpengaruh terhadap nilai perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
2. Profitabilitas berpengaruh terhadap nilai perusahaan manufaktur yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia.
3. Struktur Modal berpengaruh terhadap nilai perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
4. Growth opportunity, profitabilitas dan struktur modal secara simultan
berpengaruh terhadap nilai perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pengaruh Growth Opportunity, Liquidity, Profitability, dan Tangibility terhadap Struktur Modal pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1 60 109

Pengaruh Growth Opportunity, Profitabilitas, dan Struktur Modal pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 13 133

PENGARUH PROFITABILITAS, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, GROWTH OPPORTUNITY DAN LIKUIDITAS TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA BURSA EFEK INDONESIA.

0 0 109

Pengaruh Growth Opportunity, Profitabilitas, dan Struktur Modal pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 9

Pengaruh Growth Opportunity, Profitabilitas, dan Struktur Modal pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 2

Pengaruh Growth Opportunity, Profitabilitas, dan Struktur Modal pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 13

Pengaruh Growth Opportunity, Profitabilitas, dan Struktur Modal pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 4

Pengaruh Growth Opportunity, Profitabilitas, dan Struktur Modal pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 16

PENGARUH GROWTH OPPORTUNITY, PROFITABILITAS, DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN PROPERTI DI BURSA EFEK INDONESIA

0 7 7

SKRIPSI PENGARUH GROWTH OPPORTUNITY, LIQUIDITY, PROFITABILITY, DAN TANGIBILITY TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 1 12