Pengaruh Growth Opportunity, Profitabilitas, dan Struktur Modal pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di zaman era globalisasi ini banyak perusahaan yang telah berdiri baik
perusahaan kecil maupun perusahaan besar, salah satunya dalam sektor
manufaktur. Perkembangan industri yang semakin pesat menimbulkan kondisi
dimana terdapat persaingan yang semakin ketat antar perusahaan-perusahaan
tersebut. Persaingan ini pula yang memaksa setiap perusahaan untuk berusaha
meningkatkan daya saingnya dengan cara menciptakan inovasi-inovasi terbaru
yang dapat meningkatkan kinerja perusahaannya. Hal ini akan membuat tujuan
perusahaan dapat dicapai dengan baik. Tujuan perusahaan dianggap penting
karena tujuan tersebut akan menjadi panduan atau arahan bagi perusahaan baik
jangka panjang maupun jangka pendek. Tujuan perusahaan dibuat untuk
memotivasi para manajer serta karyawannya agar perusahaan dapat berjalan
sesuai dengan yang diharapkan dan dapat menarik minat para investor untuk
menanamkan modalnya kepada perusahaan tersebut, yang akan meningkatkan
pertumbuhan perusahaan.
Tujuan
perusahaan
dalam
jangka
pendek
salah
satunya
adalah
maksimalisasi laba, dan dalam jangka panjang tujuan perusahaan adalah
memaksimalkan nilai perusahaan. Kesejahteraan pribadi pemilik perusahaan dan
para manajer terhubung dengan nilai perusahaan. Menurut Salvatore (2005) dalam
Hermuningsih (2013), tujuan utama perusahaan yang telah go public adalah
meningkatkan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham melalui
Universitas Sumatera Utara
peningkatan nilai perusahaan. Pemilik perusahaan menginginkan nilai perusahaan
yang tinggi, karena nilai perusahaan yang tinggi akan memperlihatkan tingginya
tingkat kemakmuran para pemegang sahamnya.
Mardiyati et al. (2012) mengemukakan bahwa nilai perusahaan yang sudah
go public di pasar modal tercermin dalam harga saham perusahaan sedangkan
nilai perusahaan yang belum go public nilainya terealisasi apabila perusahaan
akan dijual (total aktiva) dan prospek perusahaan, risiko usaha, lingkungan usaha
dan lain-lain. Nilai perusahaan ini dapat dilihat dari kinerja keuangan serta
kemampuan
perusahaan
dalam
membayarkan
dividennya
yang
akan
menggambarkan keadaan harga saham perusahaan tersebut. Jika dividen yang
dibagikan tinggi, maka akan diikuti dengan kenaikan harga saham, dan dapat
diartikan semakin baik pula nilai perusahaan tersebut. Sebaliknya jika dividen
yang dibagikan rendah, maka harga saham juga akan semakin rendah yang artinya
nilai perusahaan tersebut semakin buruk.
Para investor akan mengamati bagaimana pergerakan harga saham
perusahaan dan akan membeli saham yang mereka anggap memiliki nilai
perusahaan yang tinggi. Nilai perusahaan yang tinggi akan membuat pasar
percaya tidak hanya pada kinerja perusahaan saat ini tetapi pasar juga akan
percaya pada prospek perusahaan di masa yang akan datang. Hal ini didukung
dengan
pernyataan
Brealey
et
al.
(2008:46)
bahwa
nilai
perusahaan
mengikhtisarkan penilaian kolektif investor tentang seberapa baikkah keadaan
suatu perusahaan, baik kinerja saat ini maupun proyeksi masa depannya. Oleh
karena itu peningkatan harga saham akan membuat para investor memberikan
Universitas Sumatera Utara
sinyal positif kepada manajer. Harga saham yang lebih tinggi dapat membantu
perusahaan dalam mendapatkan lebih banyak modal dari luar dengan persyaratan
yang lebih mudah.
Bagi para investor dan kreditur, nilai perusahaan dapat dipengaruhi oleh
peluang pertumbuhan (growth opportunity) yang dimiliki oleh perusahaan.
Growth opportunity merupakan peluang atau harapan dari suatu perusahaan untuk
dapat bertumbuh ataupun mencapai tingkat pertumbuhan di masa depan. Hal ini
didukung dengan pernyataan Syafi’i (2011) yang menyatakan bahwa growth
opportunity mengindikasikan adanya kemampuan perusahaan untuk berkembang
di masa depan dengan memanfaatkan peluang investasi sehingga dapat
meningkatkan nilai perusahaan. Perusahaan-perusahaan yang memiliki tingkat
pertumbuhan yang tinggi harus menyediakan modal yang cukup besar untuk
mendanai biaya operasional perusahaan tersebut. Perusahaan yang memprediksi
akan mengalami pertumbuhan yang tinggi ini, di masa depan akan menggunakan
sahamnya dan menahan laba yang dimilikinya. Sebaliknya, perusahaan yang
diprediksi memiliki peluang pertumbuhan yang rendah akan memilih lebih
banyak menggunakan utang jangka panjang. Growth opportunity yang semakin
tinggi menunjukkan bahwa semakin tinggi pula peluang perusahaan untuk
mendapatkan laba yang lebih tinggi di masa mendatang. Peluang untuk
mendapatkan laba yang lebih tinggi ini akan dinilai sebagai hal yang positif oleh
para calon investor, sehingga harga saham perusahaan tersebut akan semakin
meningkat. Fahmi (2014:279) menyatakan bahwa bagi investor perubahan harga
merupakan hasil dari perubahan dan analisis investor terhadap harga sekuritas
Universitas Sumatera Utara
terhadap di masa depan (future). Harga saham inilah yang nantinya akan
mempengaruhi nilai perusahaan, karena harga saham yang semakin tinggi akan
diikuti dengan semakin tingginya nilai perusahaan tersebut.
Sutrisno (2012:230) terdapat 5 (lima) jenis rasio yang dapat digunakan
untuk menilai kinerja keuangan perusahaan, yaitu:
1. Rasio likuiditas, yaitu rasio yang menunjukkan hubungan antara kas keuangan
dan aktiva lancar lainnya dengan hutang lancer. Rasio ini digunakan untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kemampuan-kemampuan
finansialnya yang harus segera dipenuhi atau kewajiban jangka pendeknya.
2. Rasio aktivitas, yaitu rasio yang mengukur efektivitas perusahaan dalam
memanfaatkan sumber dananya.
3. Rasio leverage, yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur sampai seberapa
jauh aktiva perusahaan dibiayai dengan hutang.
4. Rasio keuntungan, yaitu rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan
untuk memperoleh keuntungan dari pengguna modalnya.
5. Rasio penilaian, yaitu rasio ini untuk mengukur kemampuan manajemen untuk
menciptakan nilai pasar agar melebihi biaya modalnya.
Selain growth opportunity, nilai perusahaan dapat dipengaruhi oleh besar
kecilnya profitabilitas yang dapat dihasilkan oleh perusahaan. Rasio profitabilitas
mengukur
kemampuan
perusahaan
untuk
menghasilkan
laba
dengan
menggunakan sumber-sumber yang dimiliki perusahaan seperti aktiva, modal,
atau penjualan perusahaan (Sudana, 2011:22). Perusahaan harus memperoleh laba
yang tinggi agar kemampuan perusahaan dalam membagikan dividen semakin
Universitas Sumatera Utara
tinggi. Hal ini disebabkan karena pada dasarnya dividen yang dibagikan oleh
perusahaan dibayarkan dari earning. Profitabilitas dianggap sebagai indikator
dalam melihat bagaimana prospek perusahaan di masa yang akan datang.
Indikator ini dianggap penting untuk mengetahui seberapa besar suatu perusahaan
dapat memberikan return kepada investor sesuai dengan tingkat yang diisyaratkan
oleh investor. Para stakeholders akan melihat secara cermat sejauh mana
kelancaran sebuah perusahaan dan kemampuan perusahaan untuk dapat
menghasilkan laba dari penjualan dan investasi perusahaan karena mereka
mengharapkan dividen dan harga pasar dari sahamnya. Profitabilitas yang tinggi
memperlihatkan prospek perusahaan yang baik di masa mendatang dan
menimbulkan adanya respon positif dari para investor yang diikuti dengan
meningkatnya harga saham. Dengan demikian banyak perusahaan yang semakin
berusaha untuk meningkatkan profitabilitasnya agar kelangsungan hidup
perusahaannya lebih terjamin.
Seringkali perusahaan dihadapkan dengan masalah akan keterbatasan
dana yang akan digunakan untuk membiayai aktivitas perusahaan. Perusahaan
yang memiliki keterbatasan dana akan mencari sumber pendanaan yang akan
membantu perusahaan dalam menyediakan dana dalam jumlah yang besar.
Menurut Riyanto (2011:209) sumber pendanaan perusahaan dapat diperoleh
melalui 2 (dua) sumber yaitu sumber intern (intern sources) dan sumber ekstern
(exstern sources). Sumber intern merupakan sumber dana yang dihasilkan sendiri
di dalam perusahaan seperti laba ditahan, sedangkan sumber ekstern merupakan
sumber dana yang berasal dari luar perusahaan seperti pinjaman dari pihak
Universitas Sumatera Utara
kreditur atau dengan mengeluarkan saham melalui pasar modal yang akan
menjadi modal sendiri. Kedua jenis sumber pendanaan tersebut berasal dari
struktur modal perusahaan. Modal ini dianggap penting dalam mewujudkan tujuan
perusahaan,
karena
dengan
memaksimalkan
laba
akan
meningkatkan
kesejahteraan para pemegang saham dan akan diikuti dengan peningkatan nilai
perusahaan.
Struktur modal merupakan perimbangan jumlah utang jangka panjang,
saham preferen dan saham biasa dalam rangka mendanai investasi. Perusahaan
akan mempertimbangkan kebijakan pendanaan manakah yang paling efektif untuk
memenuhi kebutuhan modal perusahaan. Apabila sumber pendanaan intern tidak
mencukupi, maka sumber pendanaan ekstern seperti hutang dapat menjadi
pertimbangan untuk digunakan. Struktur modal menjadi salah satu pertimbangan
para investor dalam berinvestasi, karena hal ini berkaitan dengan risiko dan return
yang akan diterima oleh investor. Penambahan hutang akan diikuti dengan risiko
yang semakin besar dan mengakibatkan harga saham cenderung semakin menurun
dan hal ini dapat berpengaruh terhadap nilai perusahaan, namun sebaliknya return
yang semakin besar diharapkan akan meningkatkan harga saham tersebut yang
juga akan mempengaruhi nilai perusahaan.
Modigliani dan Miller (1963) dalam Budiati (2013) berpendapat bahwa
semakin tinggi proporsi utang pada suatu perusahaan maka nilai perusahaan
tersebut akan semakin meningkat. Hal ini disebabkan penggunaan hutang
memiliki keuntungan bagi perusahaan yang berhasil tidak perlu membagikan
kelebihan profitnya kepada pihak kreditur dan adanya pengurangan pajak (bunga
Universitas Sumatera Utara
hutang adalah pengurangan pajak). Dalam teori trade off dijelaskan bahwa
peningkatan penggunaan hutang dapat meningkatkan nilai perusahaan selama
masih di bawah titik optimal, dengan menyeimbangkan manfaat dari penghematan
pajak atas penggunaan hutang terhadap biaya kebangkrutan. Setelah berada pada
titik tertentu, penambahan hutang dapat menyebabkan turunnya nilai perusahaan
karena penggunaan hutang justru tidak sebanding dengan kenaikan biaya financial
distress, seperti biaya kebangkrutan (bankrupty cost) dan biaya keagenan (agency
cost). Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan hutang yang terlalu tinggi akan
menyebabkan risiko kebangkrutannya lebih tinggi dibandingkan penghematan
pajaknya.
Alasan dilakukan penelitian pada perusahaan manufaktur adalah karena
diantara banyaknya jenis industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, jenis
industri manufaktur yang memiliki sub sektor industri dan jumlah populasi
perusahaan yang paling banyak dibanding dengan jenis industri lainnya. Hal ini
diharapkan dapat mewakili kondisi industri di Indonesia dan dapat menunjukkan
reaksi pasar modal secara keseluruhan. Perusahaan manufaktur yang melakukan
sendiri proses produksinya mulai dari tahap awal hingga akhir cenderung
membutuhkan sumber dana yang besar, yang biasanya akan didapatkan melalui
keputusan investasi yang diambil oleh investor ataupun kebijakan hutang. Dimana
dapat kita lihat minat investasi yang awalnya sering dilakukan di sektor sumber
daya alam mulai beralih pada sektor manufaktur. Seperti yang dikutip dari website
www.bisnis.liputan6.com, data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)
menyebutkan bahwa investasi di sektor sumber daya alam mengalami penurunan
Universitas Sumatera Utara
sepanjang kuartal I 2013.Persentase realisasi penanaman modal asing (PMA) pada
sektor pertambangan hanya mencapai 19,5%, sementara itu penanaman modal
dalam negeri (PMDN) di sektor pertambangan sebesar 21,7% dan pada industri
manufaktur mencapai angka 42,5%. Hal ini membuktikan bahwa harga saham di
sektor manufaktur bernilai cukup tinggi. Harga saham yang tinggi pada sektor
manufaktur dapat diartikan bahwa sektor manufaktur juga memiliki nilai
perusahaan yang tinggi. Alasan inilah yang mendukung untuk memilih sektor
manufaktur sebagai sektor yang akan diteliti.
jujju
Tabel 1.1
Harga Pasar Saham, Nilai Buku, dan Price Book Value (PBV) pada 5 (lima)
Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Periode 2011-2015
No
Kode
Emiten
1
2011
Harga Pasar Saham
(Rp)
2014
2012
2013
2
AISA
495
1.080
1.430
3
SKLT
140
180
180
4 SMSM 1.360
5
2015
DLTA 111.500 255.000 380.000 390.000 5.200
BTON
335
2.525
3.450
700
550
2.095 1.210
300
370
4.750 4.760
540
435
Nilai Buku
(Rp)
2013
Price Book Value
(x)
2014
2015 2011 2012 2013 2014 2015
2011
2012
35.778,99 37.357,44 42.250,07 47.740,25 1.061,15 3,12 6,83 8,99 8,17 4,90
1.096,18 694,96
805,46 1227,90 1.232,49 0,79 1,55 1,77 1,86 0,98
222,03
220,12 0,79 0,96 0,89 1,35 1,68
177,93
187,45
202,17
465,81
569,80
699,33
796,60
511,81
628,77
771,21
814,67
1.000,40 2,23 3,99 4,89 5,96 4,76
828,36 0,65 1,11 0,71 0,66 0,53
Sumber: www.idx.co.id (data diolah)
Tabel 1.1 menunjukkan bagaimana keadaan harga pasar saham, nilai buku,
dan price to book value (PBV) dari 5 (lima) perusahaan manufaktur yang terdaftar
pada Bursa Efek Indonesia periode 2011-2015. Dari tabel 1.1 dapat dilihat bahwa
perusahaan dengan kode emiten DLTA (PT. Delta Djakarta Tbk), AISA (PT. Tiga
Pilar Sejahtera Food Tbk), dan SMSM (PT. Selamat Sempurna Tbk) mengalami
overvalued pada periode 2011-2015 meskipun pada tahun 2011 dan tahun 2015
perusahaan AISA pernah mengalami undervalued. Sedangkan pada komiten
SKLT (PT. Sekar Laut Tbk), dan BTON (PT. Betonjaya Manunggal Tbk)
Universitas Sumatera Utara
mengalami undervalued, meskipun pada tahun 2014 dan tahun 2015 perusahaan
SKLT dan pada tahun 2012 perusahaan BTON pernah mengalami kondisi
overvalued. Pada dasarnya saham perusahaan yang mengalami overvalued
sebaiknya tidak di beli atau di cut loss, karena saham yang overvalued
menunjukkan bahwa nilai wajar saham tersebut berada di bawah harga pasar
saham atau dapat dikatakan harga pasar saham lebih besar dari harga wajar. Hal
ini dapat dibuktikan dengan data di atas yang memperlihatkan perusahaan SKLT,
dan BTON tidak terlalu diminati oleh para investor yang terlihat dari harga pasar
sahamnya.
Rata-rata saham perusahaan DLTA, AISA, dan SMSM memiliki PBV
yang relatif jauh lebih tinggi dibandingkan dengan saham perusahaan manufaktur
lainnya yang mengalami undervalued. Nilai PBV perusahaan yang tinggi
memperlihatkan bahwa perusahaan memiliki laba dan arus kas yang aman dan
diprediksi akan terus mengalami pertumbuhan, hal tersebut akan dipandang baik
oleh para investor dan bersedia membayar dengan harga yang tinggi untuk
perusahaan-perusahaan tersebut. Akan lebih baik jika melakukan penelitian
terhadap nilai PBV dengan menggunakan perusahaan yang berada dalam sektor
yang sama. Berdasarkan fenomena tersebut, maka peneliti tertarik untuk meneliti
apakah
growth
opportunity,
profitabilitas,
dan
struktur
modal
dapat
mempengaruhi nilai perusahaan yang dapat menyebabkan perusahaan tersebut
berada di posisi overvalued atau undervalued. Dapat dilihat berikut ini gambaran
bagaimana kondisi growth opportunity, profitabilitas dan struktur modal yang
sebelumnya digambarkan dengan PBV pada enam perusahaan manufaktur.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1.2
Nilai Perusahaan, Growth Opportunity, dan Profitabilitas pada 5 (lima)
Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Periode 2011-2015
Growth Opportunity
(PER) (x)
2014
Emiten 2011 2012
2013
21,68
1 DLTA 11,77 19,13 22,50
2 AISA 9,65 12,45 12,06 17,71
3 SKLT 16,18 15,61 10,87 12,57
2015
2011
21,68
26,48
Profitabilitas
(ROE) (x)
2014
2012
2013
37,68
35,68 39,98
10,42
8,18
12,47
14,71
10,52
9,42
12,74
4,86
6,15
8,19
10,75
13,20 0,74 0,93 1,16 1,16 1,48
No
Kode
Struktur Modal
(DER) (x)
2015 2011 2012 2013 2014 2015
22,60 0,22 0,25 0,28 0,30 0,22
0,96 0,90 1,13 1,05 1,28
4 SMSM 8,10
14,28
14,69
16,27
14,86
32,70
32,74
33,59
36,75
32,03 0,70 0,76 0,69 0,53 0,54
5
5,11
3,86
12,43
12,38
20,78
21,88
18,65
5,20
4,24
BTON 3,16
0,29 0,28 0,27 0,19 0,23
Sumber: www.idx.co.id (data diolah)
Tabel 1.2 memperlihatkan bagaimana kondisi masing-masing nilai growth
opportunity yang diproksikan dengan price earning ratio (PER), profitabilitas
yang diproksikan dengan return on equity (ROE), dan struktur modal yang
diproksikan dengan debt equity ratio (DER) pada enam perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2015. Dapat dilihat bahwa
beberapa perusahaan tersebut memiliki growth opportunity, profitabilitas, dan
struktur modal yang mengalami peningkatan dan penurunan. Perusahaan dengan
kode emiten DLTA dan SMSM yang mengalami overvalued menunjukkan
kenaikan nilai PBVnya setiap tahun dan relatif diikuti oleh kenaikan nilai growth
opportunity, nilai profitabilitas dan nilai struktur modalnya. Perusahaan AISA
yang juga mengalami overvalued menunjukkan kenaikan nilai PBV setiap
tahunnya yang diikuti dengan kenaikan nilai profitabilitasnya, namun tidak diikuti
dengan nilai growth opportunity dan struktur modalnya yang berfluktuasi tidak
stastis. Sedangkan perusahaan yang mengalami undervalued yaitu perusahaan
dengan kode emiten SKLT sebagian besar nilai PBVnya mengalami kenaikan
yang diikuti dengan kenaikan profitabilitas dan struktur modalnya, namun hal ini
Universitas Sumatera Utara
tidak diikuti dengan growth opportunity yang menunjukkan adanya penurunan di
sebagian tahunnya. Perusahaan lainnya yang mengalami undervalued yaitu
perusahaan dengan kode emiten BTON yang sebagian besar nilai PBVnya
mengalami penurunan, memiliki nilai growth opportunity yang berfluktuasi tidak
stastis sedangkan nilai profitabilitas dan struktur modalnya sebagian besar
mengalami penurunan setiap tahunnya.
Dengan gambaran keberagaman data inilah maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian mengenai apakah growth opportunity dan profitabilitas
berpengaruh pada nilai perusahaan dengan mengambil judul “Pengaruh Growth
Opportunity, Profitabilitas, dan Struktur Modal Terhadap Nilai Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut, maka perumusan
masalah pada penelitian ini adalah:
1. Apakah growth opportunityberpengaruh terhadap nilai perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
2. Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap nilai perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
3. Apakah struktur modal terhadap nilai perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia?
4. Apakah growth opportunity, profitabilitas dan struktur modalsecara simultan
terhadap nilai perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
Universitas Sumatera Utara
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari dilakukan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh growth opportunity yang
diproksikan dengan price earning ratio (PER) terhadap nilai perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh profitabilitas yang diproksikan
dengan return on equity (ROE) terhadap nilai perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
3. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh struktur modal yang
diproksikan dengan debt equity ratio (DER) terhadap nilai perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
4. Untuk
mengetahui
dan
menganalisis
pengaruh
growth
opportunity,
profitabilitas, dan struktur modal, secara simultan terhadap nilai perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
1.4 Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai
pihak, diantaranya:
a.
Bagi Perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dan menjadi bahan
pertimbangan bagi perusahaan manufaktur dalam mengambil keputusan yang
dapat memaksimalkan nilai perusahaan di masa yang akan datang.
Universitas Sumatera Utara
b.
Bagi Investor
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi investor untuk
menambah pengetahuan dan memberikan bahan referensi mengenai beberapa
faktor yang dapat mempengaruhi dalam mengambil keputusan untuk
berinvestasi.
c.
Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasandalam
bidang manajemen keuangan mengenai pengaruh growth opportunity, dan
profitabilitas terhadap nilai perusahaan.
d.
Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh peneliti selanjutnya sebagai
bahan
referensi
dan
menjadi
bahan
masukan
dalam
melakukan
pengembangan penelitian.
Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di zaman era globalisasi ini banyak perusahaan yang telah berdiri baik
perusahaan kecil maupun perusahaan besar, salah satunya dalam sektor
manufaktur. Perkembangan industri yang semakin pesat menimbulkan kondisi
dimana terdapat persaingan yang semakin ketat antar perusahaan-perusahaan
tersebut. Persaingan ini pula yang memaksa setiap perusahaan untuk berusaha
meningkatkan daya saingnya dengan cara menciptakan inovasi-inovasi terbaru
yang dapat meningkatkan kinerja perusahaannya. Hal ini akan membuat tujuan
perusahaan dapat dicapai dengan baik. Tujuan perusahaan dianggap penting
karena tujuan tersebut akan menjadi panduan atau arahan bagi perusahaan baik
jangka panjang maupun jangka pendek. Tujuan perusahaan dibuat untuk
memotivasi para manajer serta karyawannya agar perusahaan dapat berjalan
sesuai dengan yang diharapkan dan dapat menarik minat para investor untuk
menanamkan modalnya kepada perusahaan tersebut, yang akan meningkatkan
pertumbuhan perusahaan.
Tujuan
perusahaan
dalam
jangka
pendek
salah
satunya
adalah
maksimalisasi laba, dan dalam jangka panjang tujuan perusahaan adalah
memaksimalkan nilai perusahaan. Kesejahteraan pribadi pemilik perusahaan dan
para manajer terhubung dengan nilai perusahaan. Menurut Salvatore (2005) dalam
Hermuningsih (2013), tujuan utama perusahaan yang telah go public adalah
meningkatkan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham melalui
Universitas Sumatera Utara
peningkatan nilai perusahaan. Pemilik perusahaan menginginkan nilai perusahaan
yang tinggi, karena nilai perusahaan yang tinggi akan memperlihatkan tingginya
tingkat kemakmuran para pemegang sahamnya.
Mardiyati et al. (2012) mengemukakan bahwa nilai perusahaan yang sudah
go public di pasar modal tercermin dalam harga saham perusahaan sedangkan
nilai perusahaan yang belum go public nilainya terealisasi apabila perusahaan
akan dijual (total aktiva) dan prospek perusahaan, risiko usaha, lingkungan usaha
dan lain-lain. Nilai perusahaan ini dapat dilihat dari kinerja keuangan serta
kemampuan
perusahaan
dalam
membayarkan
dividennya
yang
akan
menggambarkan keadaan harga saham perusahaan tersebut. Jika dividen yang
dibagikan tinggi, maka akan diikuti dengan kenaikan harga saham, dan dapat
diartikan semakin baik pula nilai perusahaan tersebut. Sebaliknya jika dividen
yang dibagikan rendah, maka harga saham juga akan semakin rendah yang artinya
nilai perusahaan tersebut semakin buruk.
Para investor akan mengamati bagaimana pergerakan harga saham
perusahaan dan akan membeli saham yang mereka anggap memiliki nilai
perusahaan yang tinggi. Nilai perusahaan yang tinggi akan membuat pasar
percaya tidak hanya pada kinerja perusahaan saat ini tetapi pasar juga akan
percaya pada prospek perusahaan di masa yang akan datang. Hal ini didukung
dengan
pernyataan
Brealey
et
al.
(2008:46)
bahwa
nilai
perusahaan
mengikhtisarkan penilaian kolektif investor tentang seberapa baikkah keadaan
suatu perusahaan, baik kinerja saat ini maupun proyeksi masa depannya. Oleh
karena itu peningkatan harga saham akan membuat para investor memberikan
Universitas Sumatera Utara
sinyal positif kepada manajer. Harga saham yang lebih tinggi dapat membantu
perusahaan dalam mendapatkan lebih banyak modal dari luar dengan persyaratan
yang lebih mudah.
Bagi para investor dan kreditur, nilai perusahaan dapat dipengaruhi oleh
peluang pertumbuhan (growth opportunity) yang dimiliki oleh perusahaan.
Growth opportunity merupakan peluang atau harapan dari suatu perusahaan untuk
dapat bertumbuh ataupun mencapai tingkat pertumbuhan di masa depan. Hal ini
didukung dengan pernyataan Syafi’i (2011) yang menyatakan bahwa growth
opportunity mengindikasikan adanya kemampuan perusahaan untuk berkembang
di masa depan dengan memanfaatkan peluang investasi sehingga dapat
meningkatkan nilai perusahaan. Perusahaan-perusahaan yang memiliki tingkat
pertumbuhan yang tinggi harus menyediakan modal yang cukup besar untuk
mendanai biaya operasional perusahaan tersebut. Perusahaan yang memprediksi
akan mengalami pertumbuhan yang tinggi ini, di masa depan akan menggunakan
sahamnya dan menahan laba yang dimilikinya. Sebaliknya, perusahaan yang
diprediksi memiliki peluang pertumbuhan yang rendah akan memilih lebih
banyak menggunakan utang jangka panjang. Growth opportunity yang semakin
tinggi menunjukkan bahwa semakin tinggi pula peluang perusahaan untuk
mendapatkan laba yang lebih tinggi di masa mendatang. Peluang untuk
mendapatkan laba yang lebih tinggi ini akan dinilai sebagai hal yang positif oleh
para calon investor, sehingga harga saham perusahaan tersebut akan semakin
meningkat. Fahmi (2014:279) menyatakan bahwa bagi investor perubahan harga
merupakan hasil dari perubahan dan analisis investor terhadap harga sekuritas
Universitas Sumatera Utara
terhadap di masa depan (future). Harga saham inilah yang nantinya akan
mempengaruhi nilai perusahaan, karena harga saham yang semakin tinggi akan
diikuti dengan semakin tingginya nilai perusahaan tersebut.
Sutrisno (2012:230) terdapat 5 (lima) jenis rasio yang dapat digunakan
untuk menilai kinerja keuangan perusahaan, yaitu:
1. Rasio likuiditas, yaitu rasio yang menunjukkan hubungan antara kas keuangan
dan aktiva lancar lainnya dengan hutang lancer. Rasio ini digunakan untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kemampuan-kemampuan
finansialnya yang harus segera dipenuhi atau kewajiban jangka pendeknya.
2. Rasio aktivitas, yaitu rasio yang mengukur efektivitas perusahaan dalam
memanfaatkan sumber dananya.
3. Rasio leverage, yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur sampai seberapa
jauh aktiva perusahaan dibiayai dengan hutang.
4. Rasio keuntungan, yaitu rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan
untuk memperoleh keuntungan dari pengguna modalnya.
5. Rasio penilaian, yaitu rasio ini untuk mengukur kemampuan manajemen untuk
menciptakan nilai pasar agar melebihi biaya modalnya.
Selain growth opportunity, nilai perusahaan dapat dipengaruhi oleh besar
kecilnya profitabilitas yang dapat dihasilkan oleh perusahaan. Rasio profitabilitas
mengukur
kemampuan
perusahaan
untuk
menghasilkan
laba
dengan
menggunakan sumber-sumber yang dimiliki perusahaan seperti aktiva, modal,
atau penjualan perusahaan (Sudana, 2011:22). Perusahaan harus memperoleh laba
yang tinggi agar kemampuan perusahaan dalam membagikan dividen semakin
Universitas Sumatera Utara
tinggi. Hal ini disebabkan karena pada dasarnya dividen yang dibagikan oleh
perusahaan dibayarkan dari earning. Profitabilitas dianggap sebagai indikator
dalam melihat bagaimana prospek perusahaan di masa yang akan datang.
Indikator ini dianggap penting untuk mengetahui seberapa besar suatu perusahaan
dapat memberikan return kepada investor sesuai dengan tingkat yang diisyaratkan
oleh investor. Para stakeholders akan melihat secara cermat sejauh mana
kelancaran sebuah perusahaan dan kemampuan perusahaan untuk dapat
menghasilkan laba dari penjualan dan investasi perusahaan karena mereka
mengharapkan dividen dan harga pasar dari sahamnya. Profitabilitas yang tinggi
memperlihatkan prospek perusahaan yang baik di masa mendatang dan
menimbulkan adanya respon positif dari para investor yang diikuti dengan
meningkatnya harga saham. Dengan demikian banyak perusahaan yang semakin
berusaha untuk meningkatkan profitabilitasnya agar kelangsungan hidup
perusahaannya lebih terjamin.
Seringkali perusahaan dihadapkan dengan masalah akan keterbatasan
dana yang akan digunakan untuk membiayai aktivitas perusahaan. Perusahaan
yang memiliki keterbatasan dana akan mencari sumber pendanaan yang akan
membantu perusahaan dalam menyediakan dana dalam jumlah yang besar.
Menurut Riyanto (2011:209) sumber pendanaan perusahaan dapat diperoleh
melalui 2 (dua) sumber yaitu sumber intern (intern sources) dan sumber ekstern
(exstern sources). Sumber intern merupakan sumber dana yang dihasilkan sendiri
di dalam perusahaan seperti laba ditahan, sedangkan sumber ekstern merupakan
sumber dana yang berasal dari luar perusahaan seperti pinjaman dari pihak
Universitas Sumatera Utara
kreditur atau dengan mengeluarkan saham melalui pasar modal yang akan
menjadi modal sendiri. Kedua jenis sumber pendanaan tersebut berasal dari
struktur modal perusahaan. Modal ini dianggap penting dalam mewujudkan tujuan
perusahaan,
karena
dengan
memaksimalkan
laba
akan
meningkatkan
kesejahteraan para pemegang saham dan akan diikuti dengan peningkatan nilai
perusahaan.
Struktur modal merupakan perimbangan jumlah utang jangka panjang,
saham preferen dan saham biasa dalam rangka mendanai investasi. Perusahaan
akan mempertimbangkan kebijakan pendanaan manakah yang paling efektif untuk
memenuhi kebutuhan modal perusahaan. Apabila sumber pendanaan intern tidak
mencukupi, maka sumber pendanaan ekstern seperti hutang dapat menjadi
pertimbangan untuk digunakan. Struktur modal menjadi salah satu pertimbangan
para investor dalam berinvestasi, karena hal ini berkaitan dengan risiko dan return
yang akan diterima oleh investor. Penambahan hutang akan diikuti dengan risiko
yang semakin besar dan mengakibatkan harga saham cenderung semakin menurun
dan hal ini dapat berpengaruh terhadap nilai perusahaan, namun sebaliknya return
yang semakin besar diharapkan akan meningkatkan harga saham tersebut yang
juga akan mempengaruhi nilai perusahaan.
Modigliani dan Miller (1963) dalam Budiati (2013) berpendapat bahwa
semakin tinggi proporsi utang pada suatu perusahaan maka nilai perusahaan
tersebut akan semakin meningkat. Hal ini disebabkan penggunaan hutang
memiliki keuntungan bagi perusahaan yang berhasil tidak perlu membagikan
kelebihan profitnya kepada pihak kreditur dan adanya pengurangan pajak (bunga
Universitas Sumatera Utara
hutang adalah pengurangan pajak). Dalam teori trade off dijelaskan bahwa
peningkatan penggunaan hutang dapat meningkatkan nilai perusahaan selama
masih di bawah titik optimal, dengan menyeimbangkan manfaat dari penghematan
pajak atas penggunaan hutang terhadap biaya kebangkrutan. Setelah berada pada
titik tertentu, penambahan hutang dapat menyebabkan turunnya nilai perusahaan
karena penggunaan hutang justru tidak sebanding dengan kenaikan biaya financial
distress, seperti biaya kebangkrutan (bankrupty cost) dan biaya keagenan (agency
cost). Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan hutang yang terlalu tinggi akan
menyebabkan risiko kebangkrutannya lebih tinggi dibandingkan penghematan
pajaknya.
Alasan dilakukan penelitian pada perusahaan manufaktur adalah karena
diantara banyaknya jenis industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, jenis
industri manufaktur yang memiliki sub sektor industri dan jumlah populasi
perusahaan yang paling banyak dibanding dengan jenis industri lainnya. Hal ini
diharapkan dapat mewakili kondisi industri di Indonesia dan dapat menunjukkan
reaksi pasar modal secara keseluruhan. Perusahaan manufaktur yang melakukan
sendiri proses produksinya mulai dari tahap awal hingga akhir cenderung
membutuhkan sumber dana yang besar, yang biasanya akan didapatkan melalui
keputusan investasi yang diambil oleh investor ataupun kebijakan hutang. Dimana
dapat kita lihat minat investasi yang awalnya sering dilakukan di sektor sumber
daya alam mulai beralih pada sektor manufaktur. Seperti yang dikutip dari website
www.bisnis.liputan6.com, data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)
menyebutkan bahwa investasi di sektor sumber daya alam mengalami penurunan
Universitas Sumatera Utara
sepanjang kuartal I 2013.Persentase realisasi penanaman modal asing (PMA) pada
sektor pertambangan hanya mencapai 19,5%, sementara itu penanaman modal
dalam negeri (PMDN) di sektor pertambangan sebesar 21,7% dan pada industri
manufaktur mencapai angka 42,5%. Hal ini membuktikan bahwa harga saham di
sektor manufaktur bernilai cukup tinggi. Harga saham yang tinggi pada sektor
manufaktur dapat diartikan bahwa sektor manufaktur juga memiliki nilai
perusahaan yang tinggi. Alasan inilah yang mendukung untuk memilih sektor
manufaktur sebagai sektor yang akan diteliti.
jujju
Tabel 1.1
Harga Pasar Saham, Nilai Buku, dan Price Book Value (PBV) pada 5 (lima)
Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Periode 2011-2015
No
Kode
Emiten
1
2011
Harga Pasar Saham
(Rp)
2014
2012
2013
2
AISA
495
1.080
1.430
3
SKLT
140
180
180
4 SMSM 1.360
5
2015
DLTA 111.500 255.000 380.000 390.000 5.200
BTON
335
2.525
3.450
700
550
2.095 1.210
300
370
4.750 4.760
540
435
Nilai Buku
(Rp)
2013
Price Book Value
(x)
2014
2015 2011 2012 2013 2014 2015
2011
2012
35.778,99 37.357,44 42.250,07 47.740,25 1.061,15 3,12 6,83 8,99 8,17 4,90
1.096,18 694,96
805,46 1227,90 1.232,49 0,79 1,55 1,77 1,86 0,98
222,03
220,12 0,79 0,96 0,89 1,35 1,68
177,93
187,45
202,17
465,81
569,80
699,33
796,60
511,81
628,77
771,21
814,67
1.000,40 2,23 3,99 4,89 5,96 4,76
828,36 0,65 1,11 0,71 0,66 0,53
Sumber: www.idx.co.id (data diolah)
Tabel 1.1 menunjukkan bagaimana keadaan harga pasar saham, nilai buku,
dan price to book value (PBV) dari 5 (lima) perusahaan manufaktur yang terdaftar
pada Bursa Efek Indonesia periode 2011-2015. Dari tabel 1.1 dapat dilihat bahwa
perusahaan dengan kode emiten DLTA (PT. Delta Djakarta Tbk), AISA (PT. Tiga
Pilar Sejahtera Food Tbk), dan SMSM (PT. Selamat Sempurna Tbk) mengalami
overvalued pada periode 2011-2015 meskipun pada tahun 2011 dan tahun 2015
perusahaan AISA pernah mengalami undervalued. Sedangkan pada komiten
SKLT (PT. Sekar Laut Tbk), dan BTON (PT. Betonjaya Manunggal Tbk)
Universitas Sumatera Utara
mengalami undervalued, meskipun pada tahun 2014 dan tahun 2015 perusahaan
SKLT dan pada tahun 2012 perusahaan BTON pernah mengalami kondisi
overvalued. Pada dasarnya saham perusahaan yang mengalami overvalued
sebaiknya tidak di beli atau di cut loss, karena saham yang overvalued
menunjukkan bahwa nilai wajar saham tersebut berada di bawah harga pasar
saham atau dapat dikatakan harga pasar saham lebih besar dari harga wajar. Hal
ini dapat dibuktikan dengan data di atas yang memperlihatkan perusahaan SKLT,
dan BTON tidak terlalu diminati oleh para investor yang terlihat dari harga pasar
sahamnya.
Rata-rata saham perusahaan DLTA, AISA, dan SMSM memiliki PBV
yang relatif jauh lebih tinggi dibandingkan dengan saham perusahaan manufaktur
lainnya yang mengalami undervalued. Nilai PBV perusahaan yang tinggi
memperlihatkan bahwa perusahaan memiliki laba dan arus kas yang aman dan
diprediksi akan terus mengalami pertumbuhan, hal tersebut akan dipandang baik
oleh para investor dan bersedia membayar dengan harga yang tinggi untuk
perusahaan-perusahaan tersebut. Akan lebih baik jika melakukan penelitian
terhadap nilai PBV dengan menggunakan perusahaan yang berada dalam sektor
yang sama. Berdasarkan fenomena tersebut, maka peneliti tertarik untuk meneliti
apakah
growth
opportunity,
profitabilitas,
dan
struktur
modal
dapat
mempengaruhi nilai perusahaan yang dapat menyebabkan perusahaan tersebut
berada di posisi overvalued atau undervalued. Dapat dilihat berikut ini gambaran
bagaimana kondisi growth opportunity, profitabilitas dan struktur modal yang
sebelumnya digambarkan dengan PBV pada enam perusahaan manufaktur.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1.2
Nilai Perusahaan, Growth Opportunity, dan Profitabilitas pada 5 (lima)
Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Periode 2011-2015
Growth Opportunity
(PER) (x)
2014
Emiten 2011 2012
2013
21,68
1 DLTA 11,77 19,13 22,50
2 AISA 9,65 12,45 12,06 17,71
3 SKLT 16,18 15,61 10,87 12,57
2015
2011
21,68
26,48
Profitabilitas
(ROE) (x)
2014
2012
2013
37,68
35,68 39,98
10,42
8,18
12,47
14,71
10,52
9,42
12,74
4,86
6,15
8,19
10,75
13,20 0,74 0,93 1,16 1,16 1,48
No
Kode
Struktur Modal
(DER) (x)
2015 2011 2012 2013 2014 2015
22,60 0,22 0,25 0,28 0,30 0,22
0,96 0,90 1,13 1,05 1,28
4 SMSM 8,10
14,28
14,69
16,27
14,86
32,70
32,74
33,59
36,75
32,03 0,70 0,76 0,69 0,53 0,54
5
5,11
3,86
12,43
12,38
20,78
21,88
18,65
5,20
4,24
BTON 3,16
0,29 0,28 0,27 0,19 0,23
Sumber: www.idx.co.id (data diolah)
Tabel 1.2 memperlihatkan bagaimana kondisi masing-masing nilai growth
opportunity yang diproksikan dengan price earning ratio (PER), profitabilitas
yang diproksikan dengan return on equity (ROE), dan struktur modal yang
diproksikan dengan debt equity ratio (DER) pada enam perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2015. Dapat dilihat bahwa
beberapa perusahaan tersebut memiliki growth opportunity, profitabilitas, dan
struktur modal yang mengalami peningkatan dan penurunan. Perusahaan dengan
kode emiten DLTA dan SMSM yang mengalami overvalued menunjukkan
kenaikan nilai PBVnya setiap tahun dan relatif diikuti oleh kenaikan nilai growth
opportunity, nilai profitabilitas dan nilai struktur modalnya. Perusahaan AISA
yang juga mengalami overvalued menunjukkan kenaikan nilai PBV setiap
tahunnya yang diikuti dengan kenaikan nilai profitabilitasnya, namun tidak diikuti
dengan nilai growth opportunity dan struktur modalnya yang berfluktuasi tidak
stastis. Sedangkan perusahaan yang mengalami undervalued yaitu perusahaan
dengan kode emiten SKLT sebagian besar nilai PBVnya mengalami kenaikan
yang diikuti dengan kenaikan profitabilitas dan struktur modalnya, namun hal ini
Universitas Sumatera Utara
tidak diikuti dengan growth opportunity yang menunjukkan adanya penurunan di
sebagian tahunnya. Perusahaan lainnya yang mengalami undervalued yaitu
perusahaan dengan kode emiten BTON yang sebagian besar nilai PBVnya
mengalami penurunan, memiliki nilai growth opportunity yang berfluktuasi tidak
stastis sedangkan nilai profitabilitas dan struktur modalnya sebagian besar
mengalami penurunan setiap tahunnya.
Dengan gambaran keberagaman data inilah maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian mengenai apakah growth opportunity dan profitabilitas
berpengaruh pada nilai perusahaan dengan mengambil judul “Pengaruh Growth
Opportunity, Profitabilitas, dan Struktur Modal Terhadap Nilai Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut, maka perumusan
masalah pada penelitian ini adalah:
1. Apakah growth opportunityberpengaruh terhadap nilai perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
2. Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap nilai perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
3. Apakah struktur modal terhadap nilai perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia?
4. Apakah growth opportunity, profitabilitas dan struktur modalsecara simultan
terhadap nilai perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
Universitas Sumatera Utara
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari dilakukan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh growth opportunity yang
diproksikan dengan price earning ratio (PER) terhadap nilai perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh profitabilitas yang diproksikan
dengan return on equity (ROE) terhadap nilai perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
3. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh struktur modal yang
diproksikan dengan debt equity ratio (DER) terhadap nilai perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
4. Untuk
mengetahui
dan
menganalisis
pengaruh
growth
opportunity,
profitabilitas, dan struktur modal, secara simultan terhadap nilai perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
1.4 Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai
pihak, diantaranya:
a.
Bagi Perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dan menjadi bahan
pertimbangan bagi perusahaan manufaktur dalam mengambil keputusan yang
dapat memaksimalkan nilai perusahaan di masa yang akan datang.
Universitas Sumatera Utara
b.
Bagi Investor
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi investor untuk
menambah pengetahuan dan memberikan bahan referensi mengenai beberapa
faktor yang dapat mempengaruhi dalam mengambil keputusan untuk
berinvestasi.
c.
Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasandalam
bidang manajemen keuangan mengenai pengaruh growth opportunity, dan
profitabilitas terhadap nilai perusahaan.
d.
Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh peneliti selanjutnya sebagai
bahan
referensi
dan
menjadi
bahan
masukan
dalam
melakukan
pengembangan penelitian.
Universitas Sumatera Utara