Kajian Yuridis Terhadap Keberadaan Sertifikasi Halal Untuk Melindungi Produk Pengusaha Dalam Menghadapi Persaingan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)
BAB II
KEBIJAKAN PERLINDUNGAN PRODUK DALAM NEGERI DALAM
KERANGKA PASAR TUNGGAL ASEAN BERDASARKAN
MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)
A. Sejarah Perdagangan Bebas
Perdagangan adalah kegiatan transaksi barang dan/atau jasa yang melewati
batas wilayah suatu negara yang mempunyai tujuan pengalihan hak atas barang
dan/atau jasa agar mendapatkan imbalan.
25
Perdagangan sebagai pilar
pertumbuhan ekonomi di seluruh Negara di dunia, telah dilakukan sejak ratusan
tahun yang lalu.
Perdagangan bebas adalah kebijakan di mana pemerintah tidak melakukan
diskriminasi terhadap impor atau ekspor. Perdagangan bebas dicontohkan oleh
Area Ekonomi Eropa/Uni Eropa dan Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika
Utara, yang telah mendirikan pasar terbuka dengan sangat sedikit pembatasan
perdagangan. 26
Perdagangan bebas berkembang akibat dari adanya globalisasi ekonomi
dunia. Sejarah dari perdagangan bebas adalah sejarah perdagangan internasional
yang fokus terhadap pasar terbuka untuk bertransaksi dalam perdagangan.
25
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan Pasal 1 ayat 1
Afiana, Arsy. (2015). PENDIDIKAN ISLAM DAN PASAR BEBAS. Jurnal
Manajemen
Pendidikan
Islam
[Online],
Volume
3,
halaman
22.
Tersedia:
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=392476&val=6180&title=PENDIDIKAN%2
0ISLAM%20DAN%20PASAR%20BEBAS. [diakses pada 21 September 2016]
26
Universitas Sumatera Utara
Pengertian perdagangan bebas menurut David Ricardo, perdagangan
bebas merupakan sistem perdagangan luar negeri dimana setiap negara melakukan
perdagangan tanpa ada halangan negara. Menurut Adam Smith, pasar bebas
sebagai suatu wadah untuk menampung yang dihasilkan oleh setiap individu yang
berpangkal pada paham kebebasan yang diberikan kepada pelaku – pelaku
ekonomi untuk menjalankan kegiatan ekonomi sesuai dengan keinginan mereka
tanpa ada campur tangan pemerintah. 27
Istilah perdagangan internasional (International Trade) atau perdagangan
bangsa-bangsa, dimulai di Benua Eropa yang kemudian berkembang di Asia dan
Afrika. Negara-negara yang tergabung dalam kegiatan perdagangan internasional
ini kemudian membentuk suatu persetujuan dagang dan tarif (General Agreement
on Tariff and Trade/GATT) yang berkembang menjadi suatu organisasi
perdagangan internasional, yang dikenal dengan Organisasi Perdagangan Dunia
(World Trade Organization/WTO). 28
World Trade Organization (WTO) sebagai organisasi internasional dalam
hubungan ekonomi dan pembangunan antarbangsa yang berperan dalam mengatur
hubungan perdagangan internasional dalam rangka peningkatan pembangunan
ekonomi dan standar hidup bagi negara-negara anggotanya.
Perdagangan bebas sebagai bagian dari globalisasi merupakan kemestian
yang tidak dapat dihindari. Perdagangan bebas menyatukan dunia dalam distribusi
barang. Tidak ada diskriminasi antara barang impor dengan barang produk
domestik dimana sebelumnya barang impor akan dikenai pungutan negara berupa
27
Wijatno, Serian dan Dr. Ariawan Gunadi, S.H., M.H. Perdagangan Bebas Dalam
Perspektif Hukum Perdagangan Internasional, (Jakarta: PT. Grasindo, 2014), halaman 61
28
Sood, Muhammad., Op.cit., halaman 17
Universitas Sumatera Utara
bea masuk sehingga barang impor mengalami kenaikan harga. Kondisi ini
menjadikan konsumen dirugikan. 29
Perdagangan bebas berniat menghapus diskriminasi atas barang impor
dengan menghapus bea masuk sehingga dapat dilakukan penekanan harga jual.
Produsen yang tidak mampu menjual barang dengan harga murah akan kalah
bersaing melawan produsen yang efisien hingga sehingga mampu menjual barang
dengan harga lebih murah. Semua pihak saat ini sedang berlomba menghadirkan
barang dengan harga murah ke seluruh dunia melalui perdagangan bebas.
Kerjasama ekonomi di dalam wilayah ASEAN dimulai dengan
pembentukan kawasan pasar bebas ASEAN atau yang dikenal dengan ASEAN
Free Trade Area (AFTA). ASEAN Free Trade Area (AFTA) diusulkan pertama
kali oleh Perdana Menteri Thailand, Anand Panyarachun, yang kemudian
diwujudkan dalam Deklarasi Singapura pada Januari 1992 dengan niat untuk
membentuk blok atau kawasan bebas ASEAN 15 tahun kemudian. 30
ASEAN Free Trade Area (AFTA) adalah kesepakatan untuk melakukan
kerjasama perdagangan dan ekonomi di wilayah ASEAN untuk menciptakan
situasi perdagangan yang seimbang dan adil melalui penurunan tarif barang
perdagangan dimana tidak ada hambatan tariff (bea masuk 0 – 5 %) maupun
hambatan non tariff bagi negara-negara anggota ASEAN. 31
Tujuan ASEAN Free Trade Area (AFTA) adalah meningkatkan daya saing
ekonomi negara-negara ASEAN dengan menjadikan ASEAN sebagai basis
29
http://www.bppk.depkeu.go.id/webbc/images/stories/file/2011/artikel/perlindungan%20
industri%20domestik%20dalam%20perdagangan%20bebas_1_.pdf diakses pada 06 April 2016
30
Ibid.
31
https://www.scribd.com/doc/50934463/AFTA diakses pada 02 Oktober 2016
Universitas Sumatera Utara
produksi pasar dunia, untuk menarik investasi dan meningkatkan perdagangan
antar anggota ASEAN. Barang-barang yang diproduksi di antara negara ASEAN
memenuhi ketentuan setidak-tidaknya 40 % kandungan lokal dan akan dikenai
tarif hanya 0-5 %.
Untuk meningkatkan kerja sama di bidang perdagangan jasa antar negara
anggota ASEAN (AMS), dibentuklah ASEAN Framework Agreement on Services
(AFAS) pada tanggal 15 Desember 1995 di Bangkok, Thailand oleh Menterimenteri Ekonomi ASEAN. ASEAN Framework Agreement on Service (AFAS)
bertujuan untuk : 32
1. Meningkatkan kerja sama di bidang jasa antara negara negara anggota
asean (ASEAN member states) dalam rangka meningkatkan efisiensi dan
daya saing, diversifikasi kapasitas produksi serta pasokan dan distribusi
jasa, baik antara para penyedia jasa di ASEAN maupun luar ASEAN.
2. Menghapus hambatan perdagangan jasa antara AMS.
3. Memperdalam dan memperluas cakupan liberalisasi yang telah dilakukan
dalam kerangka GATS/WTO yang bertujuan untuk merealisasikan area
perdagangan bebas bidang jasa.
Sejumlah hambatan perdagangan yang tertimpa dalam perjanjian
perdagangan bebas. Pajak, tarif, dan kuota impor semua dihilangkan, seperti
subsidi, keringanan pajak, dan bentuk-bentuk dukungan kepada produsen dalam
negeri. Pembatasan aliran mata uang juga diangkat, seperti juga peraturan yang
dapat dianggap penghalang untuk perdagangan bebas. Perdagangan bebas
32
http://aeccenter.kemendag.go.id/tentang-aec-2015/4-pilar-asean/single-marketproduction-base/free-flow-of-services/ diakses pada 21 September 2016
Universitas Sumatera Utara
memungkinkan perusahaan asing untuk berdagang seperti efisien, mudah, dan
efektif seperti produsen dalam negeri. 33
Dengan diadakannya perdagangan bebas, produsen dalam negeri tidak
akan lagi dapat mengandalkan subsidi pemerintah dan bentuk bantuan lainnya,
termasuk kuota yang pada dasarnya memaksa warga untuk membeli dari produsen
dalam negeri, sementara perusahaan asing dapat membuat terobosan dan inovasi
baru ketika hambatan perdagangan diangkat.
Perdagangan bebas juga dapat mendorong kerja sama internasional,
dengan mendorong negara-negara untuk bebas bertukar barang dan warga negara.
Perjanjian antara mitra dagang juga dapat mempromosikan keunggulan
pendidikan, seperti mengirim insinyur untuk melatih dengan orang-orang di
bagian atas bidang teknik dalam satu negara, atau mengirim ahli pertanian ke
daerah pedesaan untuk mengajar orang tentang teknik pertanian baru dan praktek
keamanan pangan.
Perdagangan bebas seringkali ditentang karena dianggap merugikan
produsen dalam negeri dengan membuka kompetisi untuk perusahaan yang
beroperasi di negara-negara dengan undang-undang tenaga kerja yang kurang
ketat serta keamanan produk antara konsumen. Di Uni Eropa, misalnya, ada
aturan khusus tentang jam kerja, tarif wajar gaji, kondisi kerja, dan sebagainya,
yang menyebabkan naiknya biaya produksi bagi perusahaan yang beroperasi di
Uni Eropa. Sebaliknya, hukum perburuhan di banyak negara berkembang jauh
33
http://www.sridianti.com/pengertian-perdagangan-bebas.html diakses pada 10 April
2016
Universitas Sumatera Utara
lebih longgar, yang memungkinkan perusahaan untuk menghasilkan produk
dengan biaya rendah.
Adanya kegiatan perdagangan antar negara yang kemudian dikenal dengan
kerja sama perdagangan internasional 34 yang dilakukan oleh penduduk suatu
negara dengan negara lain atas kesepakatan bersama. Penduduk yang dimaksud
dapat berupa antara individu dengan individu, individu dengan pemerintah suatu
negara atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah lain.
Perkembangan perekonomian yang semakin pesat sekarang ini telah
mengarah kepada terbentuknya ekonomi global, termasuk di kawasan ASEAN,
seperti dibentuknya blok-blok perdagangan regional seperti ASEAN Free Trade
Area (AFTA), maupun Asia Pasific Economy Cooperation (APEC), dan saat ini
memasuki era ASEAN Economic Community (AEC). 35
ASEAN Economic Community (AEC) atau yang dikenal juga sebagai
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), sebagai suatu perjanjian perdagangan bebas
untuk kawasan Asia Tenggara mengakibatkan produk-produk dari negara-negara
di Asia Tenggara dapat membanjiri negara-negara lain anggota ASEAN dengan
lebih mudah. Keuntungan yang didapat dengan adanya perdagangan bebas, yaitu :
1. Menambah peluang kesempatan kerja.
Dengan adanya perdagangan bebas, pasar barang dan jasa dari suatu
negara menjadi lebih luas sehingga pemasaran atas hasil produksi tidak
lagi hanya mengandalkan pasar dalam negeri namun juga bisa
mengandalkan pasar internasional yang pasarnya sangat luas. Maka,
34
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan Pasal 1 ayat 22
Emirzon, Joni. Aspek-Aspek Hukum Perusahaan Jasa Penilai (Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 2000), halaman 1.
35
Universitas Sumatera Utara
jumlah produk barang dan jasa yang dihasilkan bertambah yang
mengakibatkan permintaan terhadap tenaga kerja pun jumlahnya
meningkat.
2. Terciptanya efisiensi alokasi sumber daya dan spesialisasi.
Dengan
adanya
memproduksi
perdagangan
barang
dan
bebas,
jasa
suatu
tertentu
negara
yang
hanya
dianggap
akan
paling
menguntungkan dan efisien apabila dihasilkan di negaranya dibandingkan
jika dihasilkan di negara lain. Sehingga semua negara akan melakukan
spesialisasi pada produk tertentu saja, akibatnya akan terjadi efisiensi
dalam penggunaan sumber daya.
3. Mendorong percepatan kemajuan di bidang IPTEK.
Perdagangan sebagai persaingan atas harga dan kualitas mengharuskan
barang dan jasa yang ditawarkan harus lebih unggul dalam kualitas dan
murah
dalam
harga,
hal
ini
hanya
bisa
diraih
dengan
terus
mengembangkan IPTEK.
4. Perdagangan bebas dapat meningkatkan pendapatan suatu negara.
Jika dalam pasar domestik terjadi kelebihan barang, maka dapat dijual
pada negara yang membutuhkannya. Semakin tinggi daya jual, maka
semakin besar pula pendapatan yang diterima suatu negara, sehingga dapat
memakmurkan rakyatnya.
Negara-negara anggota ASEAN bertujuan menciptakan pasar tunggal dan
basis produksi yang stabil, makmur, sangat kompetitif, dan terintegrasi secara
Universitas Sumatera Utara
ekonomis melalui fasilitasi yang efektif untuk perdagangan dan investasi diantara
negara-negara anggota ASEAN melalui bantuan timbal balik dan kerja sama. 36
Dalam melaksanakan upaya-upaya liberalisasi, negara-negara anggota
akan berpedoman pada prinsip-prinsip sebagai berikut : 37
1. Liberalisasi melalui formula ASEAN minus X dimana Negara-negara
yang telah siap dapat lebih dahulu melaksanakan liberalisasi dan Negara
yang belum siap dapat bergabung kemudian.
2. Proses liberalisasiharus sesuia dengan tujuan kebijakan nasional dan
tingkat harus dan tingkat pembangunan ekonomi serta kauanagan di
setaiap Negara anggota.
Ruang lingkup perdagangan bebas dalam Mayarakat Ekonomi ASEAN
(MEA) sebagai pasar tunggal dan basis produksi, yaitu 38 :
1. Aliran bebas barang ditetapkan sebagai salah satu sarana utama dalam
mewujudkan pasar tunggal dan basis produksi. Pasar tunggal untuk barang
dan jasa juga akan mempermudah pengembangan jaringan produksi di
kawasan dan meningkatkan kapasitas Asean sebagai pusat produksi global
atau sebagai bagian dari mata rantai pasokan global. Dalam aliran bebas
barang ini tidak hanya diperlukan penghapusan tarif juga penghapusan
non-tarif.
2. Aliran bebas sektor jasa ditetapkan sebagai salah satu elemen penting
dalam mewujudkan Komunitas Ekonomi Asean yang di dalamnya tidak
ada hambatan bagi para pemasok jasa Asean dalam penyediaan jasanya
36
ASEAN Charter (Piagam ASEAN) Bab I Pasal 1 Angka 5 dan 6
ASEAN Economic Community Blueprint 2025, Op.cit., halaman 15
38
Ibid.
37
Universitas Sumatera Utara
secara lintas-negara di kawasan, sesuai dengan aturan domestik di setiap
negara anggota. Liberalisasi sektor jasa dirundingkan dalam beberapa
putaran negosiasi, khususnya melalui Asean Coordinating Committee on
Service (CCS). Negosiasi untuk sektor tertentu seperti jasa keuangan dan
transportasi negara dilaksanakan melalui kementerian terkait. Dalam
meliberalisasi sektor jasa tidak diperkenankan untuk menarik kembali
komitmen dan fleksibilitas yang disepakati oleh seluruh negara anggota
Asean.
3. Aliran bebas investasi yang bebas dan terbuka merupakan kunci untuk
meningkatkan daya saing Asean dalam menarik penanaman bermodal
asing langsung termasuk investasi intra-Asean. Aliran masuk investasi
baru dan peningkatan investasi yang telah ada akan mendorong dan
menjamin pembangunan ekonomi Asean yang dinamis.
4. Aliran
modal
yang
lebih
bebas
ditetapkan
untuk
memperkuat
pengembangan dan integrasi pasar modal Asean, mengijinkan mobilitas
modal yang lebih tinggi dengan liberalisasi pergerakan modal dan
mencapai harmonisasi yang lebih baik dalam hal standar pasar modal
Asean di bidang ketentuan penawaran surat utang dll.
5. Arus bebas lalu lintas tenaga kerja terampil adalah dalam rangka
mengijinkan mobilitas yang terkelola serta memfasilitasi masuknya tenaga
kerja yang terlibat dalam perdagangan barang, jasa dan investasi sesuai
dengan peraturan yang berlaku di negera penerima. Sektor integrasi
Universitas Sumatera Utara
prioritas dalam MEA ini sebanyak dua belas sektor prioritas ekonomi yang
telah diidentifikasi untuk mempercepat integrasi ekonomi.
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akan menjadi kesempatan yang baik
dalam perdagangan suatu negara karena hambatan perdagangan akan cenderung
berkurang bahkan menjadi tidak ada. Hal tersebut akan berdampak pada
peningkatan eskpor yang pada akhirnya akan meningkatkan produk domestik
bruto suatu negara.
Pada sisi investasi, kondisi ini dapat menciptakan iklim yang mendukung
masuknya Foreign Direct Investment (FDI) yang dapat menstimulus pertumbuhan
ekonomi
melalui
perkembangan
teknologi,
penciptaan
lapangan
kerja,
pengembangan sumber daya manusia (human capital) dan akses yang lebih
mudah kepada pasar dunia.
ASEAN telah membentuk suatu perjanjian (agreement) di bidang investasi
guna menunjang keterlibatan negara ASEAN dalam program ASEAN Economic
Community 2015 (AEC 2015) yang mulai secara efektif di implementasikan pada
31 Desember 2015. Perjanjian ini dikenal dengan Asean Comprehensive
Investment Agreement (ACIA) yang kemudian diratifikasi Indonesia melalui
Peraturan
Presiden
Comprehensive
No.
Investment
49
tahun
tentang
Pengesahan
ASEAN
(Persetujuan
Penanaman
Modal
2011
Agreement
Menyeluruh ASEAN). 39
Meningkatkan daya saing ekspor serta mendorong ekonomi ASEAN
menuju pasar tunggal untuk barang, jasa dan investasi serta berbasis produksi
39
http://www.kompasiana.com/fathanali/nota-kesepakatan-asean-comprehensiveinvestment-agreement-acia-indonesia-dan-aec-2015_5749a89a3493735e0a8439e7 diakses pada 21
September 2016
Universitas Sumatera Utara
tunggal ASEAN diperlukan sutau lingkungan perdagangan dan kepabeanan,
proses, prosedur dan arus informasi yang konsisten, transparan dan dapat
diprediksi bagi transaksi pedagangangan ASEAN.
Dalam rangka melancarkan perdagangan bebas dalam Masyarakat
Ekonomi ASEAN (MEA), World Trade Organization (WTO) mengeluarkan
suatu perjanjian fasilitas perdagangan yang bertujuan untuk melakukan
pemangkasan biaya-biaya di pelabuhan, penyederhanaan proses dan perizinan. 40
Fasilitas perdagangan diharapkan dapat mengurangi biaya transaksi
ASEAN sehingga dapat meningkatkan daya saing ekspor dan mempermudah
masyarakat ASEAN menuju pasar tunggal dan basis produksi untuk
barang,jasa,dan investasi. Tindakan fasilitas perdagangan yang dilakukan dalam
perdagangan bebas Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), antara lain: 41
1. Memberikan penilaian terhadap kondisi fasilitas perdagangan di ASEAN.
2. Mengembangkan dan mengimplementasikan program kerja fasilitas
perdagangan
yang
menyeluruh
dengan
tujuan
menyederhanakan,
menyelaraskan dan mengstandarisasi prosedur, proses, dan arus informasi
yang terkait dengan kepabeanan dan perdagangan.
3. Meningkatkan transparansi dan visibilitas seluruh tindakan dan intervensi
yang dilakukan oleh seluruh pemangku kepentingan dalam transaksi
perdagangan internasional.
4. Membentuk mekanisme kerja sama fasilitas perdagangan kawasan.
40
http://ekbis.sindonews.com/read/815385/33/perjanjian-fasilitas-perdaganganuntungkan-indonesia-1386666118 diakses pada 10 Mei 2016
41
ASEAN Economic Community Blueprint 2025 (Cetak Biru Komunitas Ekonomi
ASEAN 2025)
Universitas Sumatera Utara
5. Membentuk ASEAN Trade Facilitation Repository
6. Mengembangkan upaya-upaya nasional untuk mendukung dan menjamin
implementasi secara efektif inisiatif-inisiatif tingkat kawasan.
7. Mengembangkan program peningkatan kapasitas yang komprehensif
untuk menjamin kelancaran implementasi program kerja
Di Indonesia sendiri, Presiden Joko Widodo menerbitkan Instruksi
Presiden (Inpres) Nomor 13 Tahun 2015 tentang Kebijakan Fasilitas Perdagangan
Bebas di Dalam Negeri. Instruksi pada 23 Desember 2015, lalu menitahkan
sejumlah menteri untuk mengawasi pelaksanaan kebijakan pemberian fasilitas
perdagangan
nasional.
42
bebas
sekaligus
mengembangkan
daya
saing
industri
Adapun pembagian tugas yang diberikan presiden kepada para
mentrinya, yaitu :
1. Menteri Perekonomian diminta presiden untuk memimpin pemantauan,
mengevaluasi, dan melakukan harmonisasi kebijakan-kebijakan yang akan
diterbitkan terkait pemberian fasilitas perdagangan bebas di dalam negeri.
2. Menteri Keuangan mempunyai tugas :
a. Menangguhkan bea masuk yang dikenakan atas impor bahan baku,
komponen, dan barang penolong yang digunakan untuk membuat
barang dalam kegiatan usaha pada kawasan industri yang
mendapatkan fasilitas perdagangan bebas di dalam negeri.
b. Tidak memungut Pajak Pertambahan Nilai (PPN) bagi penyerahan
dalam negeri atas bahan baku, komponen, dan barang penolong
42
http://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20151230133202-78-101173/jelang-meajokowi-perketat-pengawasan-perdagangan-bebas/ diakses pada 10 Mei 2016
Universitas Sumatera Utara
yang berasal dari produksi dalam negeri maupun antar kawasan
atau tempat atau industri tertentu yang mendapatkan fasilitas
perdagangan bebas di dalam negeri.
c. Mengenakan bea masuk 0 persen atas impor barang yang dimaksud
pada butir 1, yang telah digunakan untuk memproduksi barang
hasil produksi pada kawasan atau tempat atau industri tertentu
yang mendapatkan fasilitas perdagangan bebas di dalam negeri
yang dijual ke pasar dalam negeri. Syaratnya barang hasil produksi
tersebut memiliki tingkat kandungan dalam negeri sedikitnya 40
persen.
3. Menteri Perdagangannya bertugas untuk menyusun aturan mengenai
kemudahan dan kecepatan pemberian Surat Keterangan Asal barang
Indonesia (SKAB) dan Surat Keterangan Asal (SKA) lainnya yang
diperlukan untuk mendapatkan preferensi tarif dalam rangka kerja sama
perdagangan internasional.
4. Menteri Perindustrian diinstruksikan untuk menyusun aturan terkait:
a. Penetapan industri tertentu, kawasan atau tempat tertentu yang
mendapatkan fasilitas perdagangan bebas di dalam negeri.
b. Pemberian sertifikat Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN)
untuk barang hasil produksi industri tertentu, kawasan atau tempat
tertentu yang mendapatkan fasilitas perdagangan bebas di dalam
negeri.
Universitas Sumatera Utara
5. Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal ditugaskan menyusun aturan
mengenai kemudahan dan percepatan pemberian perizinan investasi dalam
rangka pelaksanaan kebijakan pengaturan pemberian fasilitas perdagangan
bebas di dalam negeri.
B. Perlindungan Terhadap Industri Dalam Negeri Dalam Perdagangan
Bebas di ASEAN
Organisasi Perdagangan Dunia atau yang lebih dikenal dengan nama the
World Trade Organization (WTO) telah tumbuh dan berkembang menjadi salah
satu organisasi internasional yang paling penting dan berpengaruh dalam
hubungan ekonomi dan pembangunan antar bangsa. Organisasi ini mengatur
hubungan perdagangan internasional dalam rangka peningkatan pembangunan
ekonomi dan standard hidup bagi negara-negara anggotanya. Setelah Indonesia
meratifikasi Undang-undang Nomor 7 tahun 1994 tentang pengesahan Agreement
Establishing The World Trade Organization (Persetujuan Pembentukan
Organisasi Perdagangan Dunia) yang membuat Indonesia menjadi anggota
perdagangan dunia, membuat Indonesia harus mematuhi seluruh hasil
kesepakatan dalam forum WTO, serta melakukan harmonisasi peraturan
perundang-undangan nasional sesuai dengan hasil kesepakatan WTO. 43
World Trade Organization (WTO) menerapkan prinsip dasar dalam
perlindungan terhadap industry dalam negeri anggotanya, yaitu :
43
Sood, Muhammad. Hukum Perdagangan Internasional, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012),
halaman 1.
Universitas Sumatera Utara
1. Anti Dumping
Dumping adalah praktik dagang yang dilakukan oleh pengekspor
dengan harga jual yang kurang dari nilai wajar atau lebih rendah dari harga
barang tersebut di negerinya sendiri atau dari harga jual kepada negara lain
pada umumnya. 44 Praktik ini dinilai tidak adil karena dapat merusak pasaran
dan merugikan prudusen pesaing di negara pengimpor.
Menurut Kindleberger dalam H.A.S. Natabaya, apabila dilihat dari segi
dampak bagi konsumen dan industri dalam negeri pengimpor ada dua jenis
dumping, yaitu : 45
a. Dumping yang bersifat perampasan, yaitu suatu perusahaan melakukan
diskriminasi dan menguntungkan pembeli untuk sementara waktu
dengan tujuan untuk menghilangkan saingan, setelah saingan
tersingkir maka harga dinaikkan kembali. Bentuk dumping ini sangat
merugikan produk industri dalam negeri negara pengimpor.
b. Dumping yang terjadi secara terus menerus, bentuk dumping ini
seperti pada dasarnya hanya akan menguntungkan konsumen negara
pengimpor, karena hanya bersaing dengan produk impor lain.
Dalam perdagangan internasional, dumping dilarang karena dianggap
dapat merugikan perekonomian negara lain yang
menimbulkan kerugian
material karena adanya diskriminasi harga tersebut. 46 Maka, dikenakannya bea
44
Erawati, A.F. dan J.S Badudu, Kamus Hukum Ekonomi Inggris-Indonesia (Jakarta:
Proyek ELIPS,1996) halaman 37.
45
Natabaya, H.A.S. Penelitian Hukum tentang Aspek Hukum Antidumping dan
Implikasinya bagi Indonesia, (Jakarta : Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen
Kehakiman RI, 1996), halaman 9.
46
General Agreement on Tariff and Trade (GATT) 1947 Article VI
Universitas Sumatera Utara
masuk anti-dumping (BMAD) untuk menutup kerugian industri dalam negeri.
Pemungutan dilakukan terhadap semua yang melakukan impor dumping yang
menyebabkan kerugian. Jumlah bea masuk anti-dumping tidak akan melebihi
selisih harga dumping dengan harga normal.
Negara pengimpor dapat melakukan tindakan perlawanan berupa
pengenaan Bea Masuk Anti Dumping untuk mengurangi kerugian yang
diderita oleh industri dalam negeri akibat dari barang dumping, dengan syarat
telah terjadi kerugian (injury) yang disebabkan adanya barang dumping
tersebut (causal link). 47
2. Anti Subsidi
Subsidi dalam perekonomian diartikan sebagai bantuan yang diberikan
pemerintah suatu negara kepada para pelaku ekonomi di negaranya. Bantuan
tersebut
dapat
berupa
keringanan
dalam
perpajakan
dalam
bentuk
penangguhan pembebasan pembayaran pajak, bantuan berupa pembatasan bea
masuk, atau tarif impor, bantuan berupa keringanan bunga kredit perbankan,
pemberian bonus uang kepada produsen ekspor untuk setiap volume produksi
yang berhasil di ekspor, bantuan biaya riset dan pengembangan teknologi, dan
sebagainya. 48
Setiap bentuk dukungan terhadap pendapat atau harga yang diberikan
secara langsung atau tidak langsung untuk meningkatkan ekspor atau
menurunkan impor dari atau ke negara yang bersangkutan yang dapat
memberikan manfaat bagi penerimanya berupa pemberian dana secara
47
48
Ibid.
Muhammad Sood, Op.Cit., halaman 194.
Universitas Sumatera Utara
langsung oleh pemerintah, penghapusan pendapatan atau tagihan pemerintah,
penyediaan barang atau jasa oleh pemerintah selain infrastruktur umum atau
pembelian barang, dan melakukan pembayaran pada mekanisme pendanaan ,
atau memberikan kepercayaan pada badan swasta untuk melaksanakan fungsi
sehubungan yang terkait, yang pelaksanannya berbeda dengan biasanya yang
dilakukan oleh pemerintah. 49
Kelompok subsidi yang dilarang menururt World Trade Organization
(WTO), yaitu : 50
a. Mengakibatkan kerugian industri dalam negeri dari negeri yang
mengimpor produk yang disubsidi tersebut
b. Menghilangkan atau merusak keuntungan baik secara langsung
maupun tidak langsung yang seharusnya dinikmatinya oleh negara lain
Dalam usaha pemberian subsidi untuk mendorong pertumbuhan ekspor,
pemerintah suatu negara wajib memberitahukan terlebih dahulu secara tertulis
kepada para eksportirnya. Pemberitahuan tersebut dimaksudkan untuk
melindungi industri domestik negara pengimpor bagi subsidi produksi.
WTO menyediakan tindakan-tindakan yang boleh diambil oleh
anggotanya untuk melindungi industri domestik yang menghasilkan barangbarang sejenis melawan akibat dampak negatif dari impor atas barang-barang
bersubsidi dengan menerapkan bea masuk (Countervailing Duties) 51
Countervailing Duties adalah tambahan bea masuk yang dikenakan
untuk mengimbangi efek dari subsidi yang diberikan oleh negara pengekspor
49
Agreement on Subsidies and Countervailing Measures GATT/WTO1994 Article 1
Ibid.,Article 5
51
The General Agreement on Tariffs and Trade 1947 Article 6
50
Universitas Sumatera Utara
untuk
perusahaan
eksportir.
WTO
memungkinkan
negara
untuk
menempatkan countervailing duties pada impor ketika pemerintah asing
mensubsidi produk ekspornya yang pada gilirannya menyebabkan cedera
pada perusahaan-perusahaan impor yang bersaing.
Countervailing Duties ditempatkan jika dapat ditunjukkan bahwa
subsidi memang menyebabkan cedera untuk mengimpor perusahaan yang
bersaing. Countervailing Duties dikenakan terhadap barang impor setinggitingginya sebesar selisih antara nilai normal dengan harga ekspor dari barang
tersebut.
3. Tindakan Pengamanan (Safeguard)
Negara-negara anggota WTO dapat melakukan tindakan pengamanan
(safeguard) untuk melindungi industri dalam negeri dan bersifat non
diskriminatif. Tindakan pengamanan (safeguard) melalui pembatasan impor
diterapkan karena telah terjadi peningkatan produk impor yang menimbulkan
kerugian yang serius di dalam negeri negara pengimpor. Dengan demikian,
negara-negara pengekspor harus dibatasi aksesnya di pasar negara pengimpor.
Tindakan pengamanan (safeguard) merupakan salah satu instrument
kebijakan perdagangan yang hampir mirip dengan kebijakan antidumping dan
anti subsidi. Tindakan Pengamanan (safeguards) adalah tindakan yang diambil
pemerintah untuk memulihkan atau mencegah ancaman kerugian serius
industri dalam negeri sebagai akibat dari lonjakan impor barang sejenis atau
barang yang secara langsung merupakan saingan hasil industri dalam negeri
Universitas Sumatera Utara
dengan tujuan agar industri dalam negeri yang mengalami kerugian serius atau
ancaman kerugian serius tersebut dapat melakukan penyesuaian struktural. 52
WTO memperkenankan setiap negara anggota untuk menggunakan
tindakan pengamanan perdagangan untuk melindungi produsen domestik dari
barang impor dikarenakan terjadinya perdagangan bebas di hampir seluruh
dunia. 53
Tindakan pengamanan (safeguard) dilakukan apabila suatu industri
dalam negeri menghadapi kesulitan karena membanjir produk impor. Hal ini
sesuai dengan prinsip yang berlaku dalam perjanjian sebagai suatu masalah
yang harus mendapat penyelesaian, antara lain masalah waktu safeguards yang
juga masih memerlukan penyelesaian politis, demikian pula semakin
banyaknya negara yang bergabung dalam free trade area dan custom union. 54
Tindakan pengamanan tetap dapat ditetapkan dalam bentuk bea masuk
oleh menteri keuangan atau kuota oleh menteri perdagangan. 55 Adanya
kesepakatan safeguard WTO tersebut maka semua industri dalam negeri dan
para eksportir mendapatkan perlindungan dan kepastian hukum yang jelas atas
tindakan safeguard.
Tindakan safeguard diterapkan sejauh yang diperlukan untuk mencegah
atau memulihkan kerugian serius dan untuk memfasilitasi penyesuaian. Jika
52
Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 37/M-Dag/Per/9/2008 Tentang Surat
Keterangan Asal (Certificate Of Origin) Terhadap Barang Impor Yang Dikenakan Tindakan
Pengamanan (Safeguards) Pasal 1 ayat (2)
53
Kementrian Perdagangan Republik Indonesia. Analisis Kebijakan Pengamanan
Perdagangan Indonesia di Negara Tujuan Ekspor, (Jakarta: Kementrian Perdagangan, 2013),
halaman 1.
54
Sood, Muhammad., Op.Cit., halaman 219.
55
Yustiawan, Dewa Gede Pradnya. Perlindungan Indusri Dalam Negeri Dari Praktik
Dumping, (Universitas Udayana Bali, 2011), halaman 99
Universitas Sumatera Utara
nantinya direkomendasikan untuk dikenakan pembatasan kuota impor, maka
jumlah kuota yang ditetapkan tidak boleh kurang jumlah rata-rata selama tiga
tahun terakhir, kecuali dengan pembenaran yang jelas untuk di tetapkan pada
tingkat yang berbeda dalam rangka mencegah atau memperbaiki kerugian yang
serius.
Secara umum durasi tindakan pengamanan tidak boleh lebih dari empat
tahun meskipun bisa diperpanjang hingga maskimal 8 tahun. Tindakan
safeguard juga dapat di kenakan kembali untuk produk yang pernah dikenakan
safeguard sebelumnya setelah setengah dari durasi pengenaan safeguard
sebelumnya setidaknya dua tahun.
Ketentuan tentang tindakan safeguard di Indonesia diatur dalam
Undang-undang Nomor 7 tahun 2014 tentang Perdagangan. Tindakan
Pengamanan Perdagangan diambil pemerintah untuk memulihkan Kerugian
Serius atau mencegah Ancaman Kerugian Serius yang diderita oleh Industri
Dalam Negeri.
Pengendalian Perdagangan Luar Negeri meliputi, perizinan, standar,
pelarangan dan pembatasan. Ekspor barang dilakukan oleh pelaku usaha yang
telah terdaftar dan telah ditetapkan sebagai eksportir sehingga eksportir
tersebut yang akan bertanggung jawab sepenuhnya terhadap barang yang
diekspor. Eksportir yang tidak bertanggung jawab terhadap barang yang di
ekspor akan dikenai sanksi administratif berupa pencabutan perizinan,
persetujuan, pengakuan dan/atau penetapan dibidang perdagangan. 56
56
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan Pasal 45
Universitas Sumatera Utara
C. Perlindungan Industri Dalam Negeri Dalam Perundang-Undangan di
Indonesia
Penerapan
suatu
liberalisasi
perdagangan
bukan
tanpa
kendala,
perlindungan terhadap industri dalam negeri harus menjadi perhatian, khususnya
bagi negara berkembang seperti Indonesia. Bukan hanya perdagangan yang tidak
sehat (unfair trade) saja yang menjadi perhatian, tetapi dari suasana perdagangan
yang adil (fair trade) dapat muncul masalah. Baik negara maju maupun negara
berkembang sama-sama menerapkan proteksi demi melindungi industri dalam
negerinya. Maka dari itu, Indonesia mengeluarkan peraturan-peraturan yang
berkaitan dengan perlindungan industri dalam negeri, yaitu :
1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan
Perdagangan sebagai hal yang vital bagi Bangsa Indonesia dalam
meningkatkan pertumbuhan ekonomi untuk meningkatkan pembangunan
nasional dan pemerataan pembangunan dan stabilitas nasional. Di
Indonesia sendiri, perdagangan telah mengalami perubahan dari waktu ke
waktu dan banyak dipengaruhi oleh kondisi perekonomian dan kebijakan
penguasa pada masanya. 57
Pembangunan di bidang ekonomi diarahkan dan dilaksanakan
untuk memajukan kesejahteraan umum melalui pelaksanaan demokrasi
ekonomi melalui kegiatan perdagangan yang dapat memberikan daya
dukung dalam meningkatkan produksi dan memeratakan pendapatan serta
memperkuat daya saing Produk Dalam Negeri. Maka, diperlukannyalah
57
Arifin, Sjamsul. Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)2015, (Jakarta: PT.Elex Media
Komputindo, 2008), halaman 252.
Universitas Sumatera Utara
harmonisasi ketentuan di bidang Perdagangan dalam kerangka kesatuan
ekonomi nasional guna menyikapi perkembangan situasi Perdagangan era
globalisasi pada masa kini dan masa depan.
Pemerintah mengatur kegiatan Perdagangan Dalam Negeri melalui
kebijakan dan pengendalian 58 dan menetapkan aturan penggunaan label
berbahasa Indonesia pada Barang yang diperdagangkan di dalam negeri. 59
Pemerintah dan Pemerintah Daerah mengendalikan ketersediaan
barang kebutuhan pokok di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia dalam jumlah yang memadai, mutu yang baik, dan harga yang
terjangkau untuk melindungi produksi dalam memenuhi kebutuhan
nasional. 60
Pemerintah Indonesia mengatur mengenai kegiatan Perdagangan
Luar Negeri melalui kebijakan dan pengendalian di bidang Ekspor dan
Impor. Kebijakan dan Pengendalian Perdagangan Luar Negeri diarahkan
untuk : 61
a. Peningkatan daya saing produk Ekspor Indonesia
b. Peningkatan dan perluasan akses pasar di luar negeri
c. Peningkatan kemampuan Eksportir dan Importir sehingga menjadi
Pelaku Usaha yang andal.
58
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan Pasal 5
Ibid., Pasal 6
60
Ibid., Pasal 25
61
Ibid., Pasal 38
59
Universitas Sumatera Utara
Demi kepentingan nasional, pembatasan impor barang dapat
dilakukan dengan alasan : 62
a. Untuk melindungi keamanan nasional atau kepentingan umum;
dan/atau
b. Untuk melindungi kesehatan dan keselamatan manusia, hewan,
ikan, tumbuhan, dan lingkunga hidup.
Dalam hal terdapat produk Impor dengan harga lebih rendah
daripada nilai normal yang menyebabkan kerugian atau ancaman kerugian
pada industri dalam negeri terkait atau menghambat berkembangnya
industri dalam negeri yang terkait, Pemerintah berkewajiban mengambil
tindakan antidumping untuk menghilangkan atau mengurangi kerugian
atau ancaman kerugian atau hambatan tersebut. 63
2. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2011 Tentang Tindakan
Antidumping, Tindakan Imbalan, dan Tindakan Pengamanan Perdagangan
Adanya persaingan bebas antar pelaku ekonomi mau tidak mau
akan mendorong tindakan persaingan tidak sehat 64 , untuk mengurangi
tindakan persaingan tidak sehat maka pemerintah melakukan tindakan
pengaman 65 dengan cara pemberian bea masuk terhadap barang impor 66,
jika :
62
Ibid., Pasal 54
Ibid., Pasal 70
64
Sukarmi, Regulasi Antidumping, (Jakarta: Sinar Grafika, 2002), hlm. ix
65
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2011 Tentang Tindakan
Antidumpinh, tindakan Imbalan, dan Tindakan Pengamanan Perdagangan Pasal 1 Ayat 3
66
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2011 Tentang Tindakan
Antidumpinh, tindakan Imbalan, dan Tindakan Pengamanan Perdagangan Pasal 70
63
Universitas Sumatera Utara
a. Terjadi lonjakan jumlah impor secara absolut atau relatif atas
barang yang sama dengan Barang Sejenis atau Barang Yang Secara
Langsung Bersaing.
b. Lonjakan jumlah impor barang yang menyebabkan terjadinya
Kerugian Serius atau Ancaman Kerugian Serius terhadap Industri
Dalam Negeri.
Besarnya Bea Masuk Tindakan Pengamanan paling tinggi sebesar
jumlah yang dibutuhkan untuk memulihkan Kerugian Serius atau
mencegah Ancaman Kerugian Serius terhadap Industri Dalam Negeri.
Jumlah Kuota yang ditetapkan tidak boleh kurang dari jumlah impor ratarata paling sedikit dalam 3 (tiga) tahun terakhir, kecuali terdapat alasan
yang jelas bahwa Kuota yang lebih rendah diperlukan untuk memulihkan
Kerugian Serius atau mencegah Ancaman Kerugian Serius terhadap
Industri Dalam Negeri.
Industri dalam negeri yang mengalami atau akan mengalami
kerugian serius yang dikearenakan oleh tingginya lonjakan impor barang
serupa atau secara langsung tersaingi dapat mengajukan permohonan
penyelidikan
tindakan
safeguard
kepada
Komite
Pengamanan
Perdagangan Indonesia (KPPI).
Pihak-pihak yang dapat mengajukan permohonan tersebut adalah
produsen, asosiasi produsen, organisasi pekerja, importir, asosiasi
importir, industri pemakai, eksportir, asosiasi eksportir, pemerintah,
perorangan, atau badan hukum yang terkait. Lembaga yang berwenang
Universitas Sumatera Utara
menangani tindakan safeguard adalah Komite Pengamanan Perdagangan
Indonesia (KPPI) dan Direktorat Pengamanan Perdagangan (DPP). 67
Tindakan Pengamanan setelah dilakukan penyelidikan oleh Komite
Pengamanan Perdagangan Indonesia (KPPI) 68 yang dapat dilakukan
berdasarkan permohonan atau berdasarkan inisiatif KPPI, yang dilengkapi
dengan dokumen yang berisi laporan 69 :
a. Lonjakan atas jumlah barang impor yang sama dengan Barang
Sejenis atau Barang Yang Secara Langsung Bersaing.
b. Kerugian Serius atau Ancaman Kerugian Serius.
Setelah melakukan penyelidikan, maka Komiter Pengamanan
Perdagangan Indonesia (KPPI) memberikan keputusan :
a. Menolak permohonan, dalam hal permohonan tidak memenuhi
persyaratan
b. Menerima permohonan dan menetapkan dimulainya penyelidikan,
dalam hal permohonan memenuhi persyaratan (6) Ketentuan lebih
lanjut mengenai tata cara pengajuan permohonan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri.
Penyelidikan
berdasarkan
inisiatif
Komiter
Pengamanan
Perdagangan Indonesia (KPPI) dapat dilakukan apabila memiliki bukti
yang cukup mengenai adanya Kerugian Serius atau Ancaman Kerugian
67
Sood, Muhammad., Op.Cit., halaman 224.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2011 Tentang Tindakan
Antidumping, tindakan Imbalan, dan Tindakan Pengamanan Perdagangan Pasal 1 Ayat 30
69
Ibid., Pasal 72
68
Universitas Sumatera Utara
Serius yang dialami oleh Industri Dalam Negeri sebagai akibat dari
lonjakan jumlah barang impor. 70
Komiter Pengamanan Perdagangan Indonesia (KPPI) melakukan
evaluasi terhadap faktor yang bersifat obyektif dan terukur yang terkait
dengan kondisi Industri Dalam Negeri. 71 Apabila ditemukan bukti tersebut
maka segera menghentikan penyelidikan dan melaporkan kepada Menteri
kemudian mengumumkan kepada public disertai alasan 72.
Selama masa penyelidikan, Komiter Pengamanan Perdagangan
Indonesia (KPPI) harus menyelenggarakan dengar pendapat untuk
memberikan kesempatan kepada eksportir, eksportir produsen, pemohon
atau Industri Dalam Negeri, importir, pemerintah negara pengekspor
tertentu, dan pihak-pihak lain yang berkepentingan, untuk menyampaikan
bukti, pandangan, dan tanggapan. 73
Tindakan pengamanan lainnya yang dapat dilakukan pemerintah
adalah dengan melakukan subsidi, yaitu bantuan atau insentif yang
diberikan oleh pemerintah atau suatu negara kepada para pelaku ekonomi
di negaranya dengan cara:
a. Keringanan
dalam
perpajakan
dalam
bentuk
penangguhan
pembebasan pembayaran pajak.
b. Pembatasan bea masuk atau impor .
c. Keringanan bunga kredit perbankan.
70
Ibid., Pasal 73
Ibid., Pasal 75
72
Ibid., Pasal 76
73
Ibid., Pasal 79
71
Universitas Sumatera Utara
d. Bantuan ‘in natura’ seperti pemberian bonus uang kepada
produsen ekspor untuk setiap volume produksi yang berhasil di
ekspor yang dikenal dengan sebutan subsidi ekspor (export
subsidy).
e. Biaya riset dan pengembangan terknologi.
Tujuan diberikannya subsidi agar mendorong pertumbuhan
produksi dan menggalakkan ekspor dan mengurangi impor. Namun,
subsidi haruslah dibatasi agar tidak merugikan negara lain. Dalam
perdagangan internasional subsidi merupakan suatu perbuatan yang tidak
fair (unfair practices). Praktik subsidi mengeleminasi persaingan yang
wajar dalam mekanisme pasar sehingga dapat melumpuhkan iklim usaha
yang kompetitif yang mengakibatkan rusaknya tatanan hubungan dagang
yang adil. 74
3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas UndangUndang Nomor 10 Tahun 1995 Tentang Kepabeanan
Bea Masuk dikenakan terhadap barang impor dalam hal : 75
a. Harga ekspor dari barang tersebut lebih rendah dari nilai
normalnya.
b. Impor barang tersebut :
1) menyebabkan kerugian terhadap industri dalam negeri yang
memproduksi barang sejenis dengan barang tersebut;
74
75
Yustiawan, Dewa Gede Pradnya. Op.Cit., halaman 94
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 Tentang Kepabeanan Pasal 18
Universitas Sumatera Utara
2) mengecam terjadinya kerugian terhadap industri dalam
negeri yang memproduksi barang sejenis dengan barang
tersebut; dan
3) menghalangi pengembangan industri barang sejenis di
dalam negeri.
Apabila ditemukan adanya subsidi yang diberikan di negara
pengekspor terhadap suatu produk yang menyebabkan kerugian terhadap
industri dalam negeri yang memproduksi barang sejenis dengan barang
tersebut atau mengancam terjadinya kerugian terhadap industri dalam
negeri yang memproduksi barang sejenis dengan barang tersebut; sehingga
menghalangi pengembangan industri barang sejenis di dalam negeri maka
dikenakanlah bea imbalan terhadap barang impor tersebut. 76
76
Ibid., Pasal 21
Universitas Sumatera Utara
KEBIJAKAN PERLINDUNGAN PRODUK DALAM NEGERI DALAM
KERANGKA PASAR TUNGGAL ASEAN BERDASARKAN
MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)
A. Sejarah Perdagangan Bebas
Perdagangan adalah kegiatan transaksi barang dan/atau jasa yang melewati
batas wilayah suatu negara yang mempunyai tujuan pengalihan hak atas barang
dan/atau jasa agar mendapatkan imbalan.
25
Perdagangan sebagai pilar
pertumbuhan ekonomi di seluruh Negara di dunia, telah dilakukan sejak ratusan
tahun yang lalu.
Perdagangan bebas adalah kebijakan di mana pemerintah tidak melakukan
diskriminasi terhadap impor atau ekspor. Perdagangan bebas dicontohkan oleh
Area Ekonomi Eropa/Uni Eropa dan Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika
Utara, yang telah mendirikan pasar terbuka dengan sangat sedikit pembatasan
perdagangan. 26
Perdagangan bebas berkembang akibat dari adanya globalisasi ekonomi
dunia. Sejarah dari perdagangan bebas adalah sejarah perdagangan internasional
yang fokus terhadap pasar terbuka untuk bertransaksi dalam perdagangan.
25
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan Pasal 1 ayat 1
Afiana, Arsy. (2015). PENDIDIKAN ISLAM DAN PASAR BEBAS. Jurnal
Manajemen
Pendidikan
Islam
[Online],
Volume
3,
halaman
22.
Tersedia:
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=392476&val=6180&title=PENDIDIKAN%2
0ISLAM%20DAN%20PASAR%20BEBAS. [diakses pada 21 September 2016]
26
Universitas Sumatera Utara
Pengertian perdagangan bebas menurut David Ricardo, perdagangan
bebas merupakan sistem perdagangan luar negeri dimana setiap negara melakukan
perdagangan tanpa ada halangan negara. Menurut Adam Smith, pasar bebas
sebagai suatu wadah untuk menampung yang dihasilkan oleh setiap individu yang
berpangkal pada paham kebebasan yang diberikan kepada pelaku – pelaku
ekonomi untuk menjalankan kegiatan ekonomi sesuai dengan keinginan mereka
tanpa ada campur tangan pemerintah. 27
Istilah perdagangan internasional (International Trade) atau perdagangan
bangsa-bangsa, dimulai di Benua Eropa yang kemudian berkembang di Asia dan
Afrika. Negara-negara yang tergabung dalam kegiatan perdagangan internasional
ini kemudian membentuk suatu persetujuan dagang dan tarif (General Agreement
on Tariff and Trade/GATT) yang berkembang menjadi suatu organisasi
perdagangan internasional, yang dikenal dengan Organisasi Perdagangan Dunia
(World Trade Organization/WTO). 28
World Trade Organization (WTO) sebagai organisasi internasional dalam
hubungan ekonomi dan pembangunan antarbangsa yang berperan dalam mengatur
hubungan perdagangan internasional dalam rangka peningkatan pembangunan
ekonomi dan standar hidup bagi negara-negara anggotanya.
Perdagangan bebas sebagai bagian dari globalisasi merupakan kemestian
yang tidak dapat dihindari. Perdagangan bebas menyatukan dunia dalam distribusi
barang. Tidak ada diskriminasi antara barang impor dengan barang produk
domestik dimana sebelumnya barang impor akan dikenai pungutan negara berupa
27
Wijatno, Serian dan Dr. Ariawan Gunadi, S.H., M.H. Perdagangan Bebas Dalam
Perspektif Hukum Perdagangan Internasional, (Jakarta: PT. Grasindo, 2014), halaman 61
28
Sood, Muhammad., Op.cit., halaman 17
Universitas Sumatera Utara
bea masuk sehingga barang impor mengalami kenaikan harga. Kondisi ini
menjadikan konsumen dirugikan. 29
Perdagangan bebas berniat menghapus diskriminasi atas barang impor
dengan menghapus bea masuk sehingga dapat dilakukan penekanan harga jual.
Produsen yang tidak mampu menjual barang dengan harga murah akan kalah
bersaing melawan produsen yang efisien hingga sehingga mampu menjual barang
dengan harga lebih murah. Semua pihak saat ini sedang berlomba menghadirkan
barang dengan harga murah ke seluruh dunia melalui perdagangan bebas.
Kerjasama ekonomi di dalam wilayah ASEAN dimulai dengan
pembentukan kawasan pasar bebas ASEAN atau yang dikenal dengan ASEAN
Free Trade Area (AFTA). ASEAN Free Trade Area (AFTA) diusulkan pertama
kali oleh Perdana Menteri Thailand, Anand Panyarachun, yang kemudian
diwujudkan dalam Deklarasi Singapura pada Januari 1992 dengan niat untuk
membentuk blok atau kawasan bebas ASEAN 15 tahun kemudian. 30
ASEAN Free Trade Area (AFTA) adalah kesepakatan untuk melakukan
kerjasama perdagangan dan ekonomi di wilayah ASEAN untuk menciptakan
situasi perdagangan yang seimbang dan adil melalui penurunan tarif barang
perdagangan dimana tidak ada hambatan tariff (bea masuk 0 – 5 %) maupun
hambatan non tariff bagi negara-negara anggota ASEAN. 31
Tujuan ASEAN Free Trade Area (AFTA) adalah meningkatkan daya saing
ekonomi negara-negara ASEAN dengan menjadikan ASEAN sebagai basis
29
http://www.bppk.depkeu.go.id/webbc/images/stories/file/2011/artikel/perlindungan%20
industri%20domestik%20dalam%20perdagangan%20bebas_1_.pdf diakses pada 06 April 2016
30
Ibid.
31
https://www.scribd.com/doc/50934463/AFTA diakses pada 02 Oktober 2016
Universitas Sumatera Utara
produksi pasar dunia, untuk menarik investasi dan meningkatkan perdagangan
antar anggota ASEAN. Barang-barang yang diproduksi di antara negara ASEAN
memenuhi ketentuan setidak-tidaknya 40 % kandungan lokal dan akan dikenai
tarif hanya 0-5 %.
Untuk meningkatkan kerja sama di bidang perdagangan jasa antar negara
anggota ASEAN (AMS), dibentuklah ASEAN Framework Agreement on Services
(AFAS) pada tanggal 15 Desember 1995 di Bangkok, Thailand oleh Menterimenteri Ekonomi ASEAN. ASEAN Framework Agreement on Service (AFAS)
bertujuan untuk : 32
1. Meningkatkan kerja sama di bidang jasa antara negara negara anggota
asean (ASEAN member states) dalam rangka meningkatkan efisiensi dan
daya saing, diversifikasi kapasitas produksi serta pasokan dan distribusi
jasa, baik antara para penyedia jasa di ASEAN maupun luar ASEAN.
2. Menghapus hambatan perdagangan jasa antara AMS.
3. Memperdalam dan memperluas cakupan liberalisasi yang telah dilakukan
dalam kerangka GATS/WTO yang bertujuan untuk merealisasikan area
perdagangan bebas bidang jasa.
Sejumlah hambatan perdagangan yang tertimpa dalam perjanjian
perdagangan bebas. Pajak, tarif, dan kuota impor semua dihilangkan, seperti
subsidi, keringanan pajak, dan bentuk-bentuk dukungan kepada produsen dalam
negeri. Pembatasan aliran mata uang juga diangkat, seperti juga peraturan yang
dapat dianggap penghalang untuk perdagangan bebas. Perdagangan bebas
32
http://aeccenter.kemendag.go.id/tentang-aec-2015/4-pilar-asean/single-marketproduction-base/free-flow-of-services/ diakses pada 21 September 2016
Universitas Sumatera Utara
memungkinkan perusahaan asing untuk berdagang seperti efisien, mudah, dan
efektif seperti produsen dalam negeri. 33
Dengan diadakannya perdagangan bebas, produsen dalam negeri tidak
akan lagi dapat mengandalkan subsidi pemerintah dan bentuk bantuan lainnya,
termasuk kuota yang pada dasarnya memaksa warga untuk membeli dari produsen
dalam negeri, sementara perusahaan asing dapat membuat terobosan dan inovasi
baru ketika hambatan perdagangan diangkat.
Perdagangan bebas juga dapat mendorong kerja sama internasional,
dengan mendorong negara-negara untuk bebas bertukar barang dan warga negara.
Perjanjian antara mitra dagang juga dapat mempromosikan keunggulan
pendidikan, seperti mengirim insinyur untuk melatih dengan orang-orang di
bagian atas bidang teknik dalam satu negara, atau mengirim ahli pertanian ke
daerah pedesaan untuk mengajar orang tentang teknik pertanian baru dan praktek
keamanan pangan.
Perdagangan bebas seringkali ditentang karena dianggap merugikan
produsen dalam negeri dengan membuka kompetisi untuk perusahaan yang
beroperasi di negara-negara dengan undang-undang tenaga kerja yang kurang
ketat serta keamanan produk antara konsumen. Di Uni Eropa, misalnya, ada
aturan khusus tentang jam kerja, tarif wajar gaji, kondisi kerja, dan sebagainya,
yang menyebabkan naiknya biaya produksi bagi perusahaan yang beroperasi di
Uni Eropa. Sebaliknya, hukum perburuhan di banyak negara berkembang jauh
33
http://www.sridianti.com/pengertian-perdagangan-bebas.html diakses pada 10 April
2016
Universitas Sumatera Utara
lebih longgar, yang memungkinkan perusahaan untuk menghasilkan produk
dengan biaya rendah.
Adanya kegiatan perdagangan antar negara yang kemudian dikenal dengan
kerja sama perdagangan internasional 34 yang dilakukan oleh penduduk suatu
negara dengan negara lain atas kesepakatan bersama. Penduduk yang dimaksud
dapat berupa antara individu dengan individu, individu dengan pemerintah suatu
negara atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah lain.
Perkembangan perekonomian yang semakin pesat sekarang ini telah
mengarah kepada terbentuknya ekonomi global, termasuk di kawasan ASEAN,
seperti dibentuknya blok-blok perdagangan regional seperti ASEAN Free Trade
Area (AFTA), maupun Asia Pasific Economy Cooperation (APEC), dan saat ini
memasuki era ASEAN Economic Community (AEC). 35
ASEAN Economic Community (AEC) atau yang dikenal juga sebagai
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), sebagai suatu perjanjian perdagangan bebas
untuk kawasan Asia Tenggara mengakibatkan produk-produk dari negara-negara
di Asia Tenggara dapat membanjiri negara-negara lain anggota ASEAN dengan
lebih mudah. Keuntungan yang didapat dengan adanya perdagangan bebas, yaitu :
1. Menambah peluang kesempatan kerja.
Dengan adanya perdagangan bebas, pasar barang dan jasa dari suatu
negara menjadi lebih luas sehingga pemasaran atas hasil produksi tidak
lagi hanya mengandalkan pasar dalam negeri namun juga bisa
mengandalkan pasar internasional yang pasarnya sangat luas. Maka,
34
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan Pasal 1 ayat 22
Emirzon, Joni. Aspek-Aspek Hukum Perusahaan Jasa Penilai (Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 2000), halaman 1.
35
Universitas Sumatera Utara
jumlah produk barang dan jasa yang dihasilkan bertambah yang
mengakibatkan permintaan terhadap tenaga kerja pun jumlahnya
meningkat.
2. Terciptanya efisiensi alokasi sumber daya dan spesialisasi.
Dengan
adanya
memproduksi
perdagangan
barang
dan
bebas,
jasa
suatu
tertentu
negara
yang
hanya
dianggap
akan
paling
menguntungkan dan efisien apabila dihasilkan di negaranya dibandingkan
jika dihasilkan di negara lain. Sehingga semua negara akan melakukan
spesialisasi pada produk tertentu saja, akibatnya akan terjadi efisiensi
dalam penggunaan sumber daya.
3. Mendorong percepatan kemajuan di bidang IPTEK.
Perdagangan sebagai persaingan atas harga dan kualitas mengharuskan
barang dan jasa yang ditawarkan harus lebih unggul dalam kualitas dan
murah
dalam
harga,
hal
ini
hanya
bisa
diraih
dengan
terus
mengembangkan IPTEK.
4. Perdagangan bebas dapat meningkatkan pendapatan suatu negara.
Jika dalam pasar domestik terjadi kelebihan barang, maka dapat dijual
pada negara yang membutuhkannya. Semakin tinggi daya jual, maka
semakin besar pula pendapatan yang diterima suatu negara, sehingga dapat
memakmurkan rakyatnya.
Negara-negara anggota ASEAN bertujuan menciptakan pasar tunggal dan
basis produksi yang stabil, makmur, sangat kompetitif, dan terintegrasi secara
Universitas Sumatera Utara
ekonomis melalui fasilitasi yang efektif untuk perdagangan dan investasi diantara
negara-negara anggota ASEAN melalui bantuan timbal balik dan kerja sama. 36
Dalam melaksanakan upaya-upaya liberalisasi, negara-negara anggota
akan berpedoman pada prinsip-prinsip sebagai berikut : 37
1. Liberalisasi melalui formula ASEAN minus X dimana Negara-negara
yang telah siap dapat lebih dahulu melaksanakan liberalisasi dan Negara
yang belum siap dapat bergabung kemudian.
2. Proses liberalisasiharus sesuia dengan tujuan kebijakan nasional dan
tingkat harus dan tingkat pembangunan ekonomi serta kauanagan di
setaiap Negara anggota.
Ruang lingkup perdagangan bebas dalam Mayarakat Ekonomi ASEAN
(MEA) sebagai pasar tunggal dan basis produksi, yaitu 38 :
1. Aliran bebas barang ditetapkan sebagai salah satu sarana utama dalam
mewujudkan pasar tunggal dan basis produksi. Pasar tunggal untuk barang
dan jasa juga akan mempermudah pengembangan jaringan produksi di
kawasan dan meningkatkan kapasitas Asean sebagai pusat produksi global
atau sebagai bagian dari mata rantai pasokan global. Dalam aliran bebas
barang ini tidak hanya diperlukan penghapusan tarif juga penghapusan
non-tarif.
2. Aliran bebas sektor jasa ditetapkan sebagai salah satu elemen penting
dalam mewujudkan Komunitas Ekonomi Asean yang di dalamnya tidak
ada hambatan bagi para pemasok jasa Asean dalam penyediaan jasanya
36
ASEAN Charter (Piagam ASEAN) Bab I Pasal 1 Angka 5 dan 6
ASEAN Economic Community Blueprint 2025, Op.cit., halaman 15
38
Ibid.
37
Universitas Sumatera Utara
secara lintas-negara di kawasan, sesuai dengan aturan domestik di setiap
negara anggota. Liberalisasi sektor jasa dirundingkan dalam beberapa
putaran negosiasi, khususnya melalui Asean Coordinating Committee on
Service (CCS). Negosiasi untuk sektor tertentu seperti jasa keuangan dan
transportasi negara dilaksanakan melalui kementerian terkait. Dalam
meliberalisasi sektor jasa tidak diperkenankan untuk menarik kembali
komitmen dan fleksibilitas yang disepakati oleh seluruh negara anggota
Asean.
3. Aliran bebas investasi yang bebas dan terbuka merupakan kunci untuk
meningkatkan daya saing Asean dalam menarik penanaman bermodal
asing langsung termasuk investasi intra-Asean. Aliran masuk investasi
baru dan peningkatan investasi yang telah ada akan mendorong dan
menjamin pembangunan ekonomi Asean yang dinamis.
4. Aliran
modal
yang
lebih
bebas
ditetapkan
untuk
memperkuat
pengembangan dan integrasi pasar modal Asean, mengijinkan mobilitas
modal yang lebih tinggi dengan liberalisasi pergerakan modal dan
mencapai harmonisasi yang lebih baik dalam hal standar pasar modal
Asean di bidang ketentuan penawaran surat utang dll.
5. Arus bebas lalu lintas tenaga kerja terampil adalah dalam rangka
mengijinkan mobilitas yang terkelola serta memfasilitasi masuknya tenaga
kerja yang terlibat dalam perdagangan barang, jasa dan investasi sesuai
dengan peraturan yang berlaku di negera penerima. Sektor integrasi
Universitas Sumatera Utara
prioritas dalam MEA ini sebanyak dua belas sektor prioritas ekonomi yang
telah diidentifikasi untuk mempercepat integrasi ekonomi.
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akan menjadi kesempatan yang baik
dalam perdagangan suatu negara karena hambatan perdagangan akan cenderung
berkurang bahkan menjadi tidak ada. Hal tersebut akan berdampak pada
peningkatan eskpor yang pada akhirnya akan meningkatkan produk domestik
bruto suatu negara.
Pada sisi investasi, kondisi ini dapat menciptakan iklim yang mendukung
masuknya Foreign Direct Investment (FDI) yang dapat menstimulus pertumbuhan
ekonomi
melalui
perkembangan
teknologi,
penciptaan
lapangan
kerja,
pengembangan sumber daya manusia (human capital) dan akses yang lebih
mudah kepada pasar dunia.
ASEAN telah membentuk suatu perjanjian (agreement) di bidang investasi
guna menunjang keterlibatan negara ASEAN dalam program ASEAN Economic
Community 2015 (AEC 2015) yang mulai secara efektif di implementasikan pada
31 Desember 2015. Perjanjian ini dikenal dengan Asean Comprehensive
Investment Agreement (ACIA) yang kemudian diratifikasi Indonesia melalui
Peraturan
Presiden
Comprehensive
No.
Investment
49
tahun
tentang
Pengesahan
ASEAN
(Persetujuan
Penanaman
Modal
2011
Agreement
Menyeluruh ASEAN). 39
Meningkatkan daya saing ekspor serta mendorong ekonomi ASEAN
menuju pasar tunggal untuk barang, jasa dan investasi serta berbasis produksi
39
http://www.kompasiana.com/fathanali/nota-kesepakatan-asean-comprehensiveinvestment-agreement-acia-indonesia-dan-aec-2015_5749a89a3493735e0a8439e7 diakses pada 21
September 2016
Universitas Sumatera Utara
tunggal ASEAN diperlukan sutau lingkungan perdagangan dan kepabeanan,
proses, prosedur dan arus informasi yang konsisten, transparan dan dapat
diprediksi bagi transaksi pedagangangan ASEAN.
Dalam rangka melancarkan perdagangan bebas dalam Masyarakat
Ekonomi ASEAN (MEA), World Trade Organization (WTO) mengeluarkan
suatu perjanjian fasilitas perdagangan yang bertujuan untuk melakukan
pemangkasan biaya-biaya di pelabuhan, penyederhanaan proses dan perizinan. 40
Fasilitas perdagangan diharapkan dapat mengurangi biaya transaksi
ASEAN sehingga dapat meningkatkan daya saing ekspor dan mempermudah
masyarakat ASEAN menuju pasar tunggal dan basis produksi untuk
barang,jasa,dan investasi. Tindakan fasilitas perdagangan yang dilakukan dalam
perdagangan bebas Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), antara lain: 41
1. Memberikan penilaian terhadap kondisi fasilitas perdagangan di ASEAN.
2. Mengembangkan dan mengimplementasikan program kerja fasilitas
perdagangan
yang
menyeluruh
dengan
tujuan
menyederhanakan,
menyelaraskan dan mengstandarisasi prosedur, proses, dan arus informasi
yang terkait dengan kepabeanan dan perdagangan.
3. Meningkatkan transparansi dan visibilitas seluruh tindakan dan intervensi
yang dilakukan oleh seluruh pemangku kepentingan dalam transaksi
perdagangan internasional.
4. Membentuk mekanisme kerja sama fasilitas perdagangan kawasan.
40
http://ekbis.sindonews.com/read/815385/33/perjanjian-fasilitas-perdaganganuntungkan-indonesia-1386666118 diakses pada 10 Mei 2016
41
ASEAN Economic Community Blueprint 2025 (Cetak Biru Komunitas Ekonomi
ASEAN 2025)
Universitas Sumatera Utara
5. Membentuk ASEAN Trade Facilitation Repository
6. Mengembangkan upaya-upaya nasional untuk mendukung dan menjamin
implementasi secara efektif inisiatif-inisiatif tingkat kawasan.
7. Mengembangkan program peningkatan kapasitas yang komprehensif
untuk menjamin kelancaran implementasi program kerja
Di Indonesia sendiri, Presiden Joko Widodo menerbitkan Instruksi
Presiden (Inpres) Nomor 13 Tahun 2015 tentang Kebijakan Fasilitas Perdagangan
Bebas di Dalam Negeri. Instruksi pada 23 Desember 2015, lalu menitahkan
sejumlah menteri untuk mengawasi pelaksanaan kebijakan pemberian fasilitas
perdagangan
nasional.
42
bebas
sekaligus
mengembangkan
daya
saing
industri
Adapun pembagian tugas yang diberikan presiden kepada para
mentrinya, yaitu :
1. Menteri Perekonomian diminta presiden untuk memimpin pemantauan,
mengevaluasi, dan melakukan harmonisasi kebijakan-kebijakan yang akan
diterbitkan terkait pemberian fasilitas perdagangan bebas di dalam negeri.
2. Menteri Keuangan mempunyai tugas :
a. Menangguhkan bea masuk yang dikenakan atas impor bahan baku,
komponen, dan barang penolong yang digunakan untuk membuat
barang dalam kegiatan usaha pada kawasan industri yang
mendapatkan fasilitas perdagangan bebas di dalam negeri.
b. Tidak memungut Pajak Pertambahan Nilai (PPN) bagi penyerahan
dalam negeri atas bahan baku, komponen, dan barang penolong
42
http://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20151230133202-78-101173/jelang-meajokowi-perketat-pengawasan-perdagangan-bebas/ diakses pada 10 Mei 2016
Universitas Sumatera Utara
yang berasal dari produksi dalam negeri maupun antar kawasan
atau tempat atau industri tertentu yang mendapatkan fasilitas
perdagangan bebas di dalam negeri.
c. Mengenakan bea masuk 0 persen atas impor barang yang dimaksud
pada butir 1, yang telah digunakan untuk memproduksi barang
hasil produksi pada kawasan atau tempat atau industri tertentu
yang mendapatkan fasilitas perdagangan bebas di dalam negeri
yang dijual ke pasar dalam negeri. Syaratnya barang hasil produksi
tersebut memiliki tingkat kandungan dalam negeri sedikitnya 40
persen.
3. Menteri Perdagangannya bertugas untuk menyusun aturan mengenai
kemudahan dan kecepatan pemberian Surat Keterangan Asal barang
Indonesia (SKAB) dan Surat Keterangan Asal (SKA) lainnya yang
diperlukan untuk mendapatkan preferensi tarif dalam rangka kerja sama
perdagangan internasional.
4. Menteri Perindustrian diinstruksikan untuk menyusun aturan terkait:
a. Penetapan industri tertentu, kawasan atau tempat tertentu yang
mendapatkan fasilitas perdagangan bebas di dalam negeri.
b. Pemberian sertifikat Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN)
untuk barang hasil produksi industri tertentu, kawasan atau tempat
tertentu yang mendapatkan fasilitas perdagangan bebas di dalam
negeri.
Universitas Sumatera Utara
5. Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal ditugaskan menyusun aturan
mengenai kemudahan dan percepatan pemberian perizinan investasi dalam
rangka pelaksanaan kebijakan pengaturan pemberian fasilitas perdagangan
bebas di dalam negeri.
B. Perlindungan Terhadap Industri Dalam Negeri Dalam Perdagangan
Bebas di ASEAN
Organisasi Perdagangan Dunia atau yang lebih dikenal dengan nama the
World Trade Organization (WTO) telah tumbuh dan berkembang menjadi salah
satu organisasi internasional yang paling penting dan berpengaruh dalam
hubungan ekonomi dan pembangunan antar bangsa. Organisasi ini mengatur
hubungan perdagangan internasional dalam rangka peningkatan pembangunan
ekonomi dan standard hidup bagi negara-negara anggotanya. Setelah Indonesia
meratifikasi Undang-undang Nomor 7 tahun 1994 tentang pengesahan Agreement
Establishing The World Trade Organization (Persetujuan Pembentukan
Organisasi Perdagangan Dunia) yang membuat Indonesia menjadi anggota
perdagangan dunia, membuat Indonesia harus mematuhi seluruh hasil
kesepakatan dalam forum WTO, serta melakukan harmonisasi peraturan
perundang-undangan nasional sesuai dengan hasil kesepakatan WTO. 43
World Trade Organization (WTO) menerapkan prinsip dasar dalam
perlindungan terhadap industry dalam negeri anggotanya, yaitu :
43
Sood, Muhammad. Hukum Perdagangan Internasional, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012),
halaman 1.
Universitas Sumatera Utara
1. Anti Dumping
Dumping adalah praktik dagang yang dilakukan oleh pengekspor
dengan harga jual yang kurang dari nilai wajar atau lebih rendah dari harga
barang tersebut di negerinya sendiri atau dari harga jual kepada negara lain
pada umumnya. 44 Praktik ini dinilai tidak adil karena dapat merusak pasaran
dan merugikan prudusen pesaing di negara pengimpor.
Menurut Kindleberger dalam H.A.S. Natabaya, apabila dilihat dari segi
dampak bagi konsumen dan industri dalam negeri pengimpor ada dua jenis
dumping, yaitu : 45
a. Dumping yang bersifat perampasan, yaitu suatu perusahaan melakukan
diskriminasi dan menguntungkan pembeli untuk sementara waktu
dengan tujuan untuk menghilangkan saingan, setelah saingan
tersingkir maka harga dinaikkan kembali. Bentuk dumping ini sangat
merugikan produk industri dalam negeri negara pengimpor.
b. Dumping yang terjadi secara terus menerus, bentuk dumping ini
seperti pada dasarnya hanya akan menguntungkan konsumen negara
pengimpor, karena hanya bersaing dengan produk impor lain.
Dalam perdagangan internasional, dumping dilarang karena dianggap
dapat merugikan perekonomian negara lain yang
menimbulkan kerugian
material karena adanya diskriminasi harga tersebut. 46 Maka, dikenakannya bea
44
Erawati, A.F. dan J.S Badudu, Kamus Hukum Ekonomi Inggris-Indonesia (Jakarta:
Proyek ELIPS,1996) halaman 37.
45
Natabaya, H.A.S. Penelitian Hukum tentang Aspek Hukum Antidumping dan
Implikasinya bagi Indonesia, (Jakarta : Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen
Kehakiman RI, 1996), halaman 9.
46
General Agreement on Tariff and Trade (GATT) 1947 Article VI
Universitas Sumatera Utara
masuk anti-dumping (BMAD) untuk menutup kerugian industri dalam negeri.
Pemungutan dilakukan terhadap semua yang melakukan impor dumping yang
menyebabkan kerugian. Jumlah bea masuk anti-dumping tidak akan melebihi
selisih harga dumping dengan harga normal.
Negara pengimpor dapat melakukan tindakan perlawanan berupa
pengenaan Bea Masuk Anti Dumping untuk mengurangi kerugian yang
diderita oleh industri dalam negeri akibat dari barang dumping, dengan syarat
telah terjadi kerugian (injury) yang disebabkan adanya barang dumping
tersebut (causal link). 47
2. Anti Subsidi
Subsidi dalam perekonomian diartikan sebagai bantuan yang diberikan
pemerintah suatu negara kepada para pelaku ekonomi di negaranya. Bantuan
tersebut
dapat
berupa
keringanan
dalam
perpajakan
dalam
bentuk
penangguhan pembebasan pembayaran pajak, bantuan berupa pembatasan bea
masuk, atau tarif impor, bantuan berupa keringanan bunga kredit perbankan,
pemberian bonus uang kepada produsen ekspor untuk setiap volume produksi
yang berhasil di ekspor, bantuan biaya riset dan pengembangan teknologi, dan
sebagainya. 48
Setiap bentuk dukungan terhadap pendapat atau harga yang diberikan
secara langsung atau tidak langsung untuk meningkatkan ekspor atau
menurunkan impor dari atau ke negara yang bersangkutan yang dapat
memberikan manfaat bagi penerimanya berupa pemberian dana secara
47
48
Ibid.
Muhammad Sood, Op.Cit., halaman 194.
Universitas Sumatera Utara
langsung oleh pemerintah, penghapusan pendapatan atau tagihan pemerintah,
penyediaan barang atau jasa oleh pemerintah selain infrastruktur umum atau
pembelian barang, dan melakukan pembayaran pada mekanisme pendanaan ,
atau memberikan kepercayaan pada badan swasta untuk melaksanakan fungsi
sehubungan yang terkait, yang pelaksanannya berbeda dengan biasanya yang
dilakukan oleh pemerintah. 49
Kelompok subsidi yang dilarang menururt World Trade Organization
(WTO), yaitu : 50
a. Mengakibatkan kerugian industri dalam negeri dari negeri yang
mengimpor produk yang disubsidi tersebut
b. Menghilangkan atau merusak keuntungan baik secara langsung
maupun tidak langsung yang seharusnya dinikmatinya oleh negara lain
Dalam usaha pemberian subsidi untuk mendorong pertumbuhan ekspor,
pemerintah suatu negara wajib memberitahukan terlebih dahulu secara tertulis
kepada para eksportirnya. Pemberitahuan tersebut dimaksudkan untuk
melindungi industri domestik negara pengimpor bagi subsidi produksi.
WTO menyediakan tindakan-tindakan yang boleh diambil oleh
anggotanya untuk melindungi industri domestik yang menghasilkan barangbarang sejenis melawan akibat dampak negatif dari impor atas barang-barang
bersubsidi dengan menerapkan bea masuk (Countervailing Duties) 51
Countervailing Duties adalah tambahan bea masuk yang dikenakan
untuk mengimbangi efek dari subsidi yang diberikan oleh negara pengekspor
49
Agreement on Subsidies and Countervailing Measures GATT/WTO1994 Article 1
Ibid.,Article 5
51
The General Agreement on Tariffs and Trade 1947 Article 6
50
Universitas Sumatera Utara
untuk
perusahaan
eksportir.
WTO
memungkinkan
negara
untuk
menempatkan countervailing duties pada impor ketika pemerintah asing
mensubsidi produk ekspornya yang pada gilirannya menyebabkan cedera
pada perusahaan-perusahaan impor yang bersaing.
Countervailing Duties ditempatkan jika dapat ditunjukkan bahwa
subsidi memang menyebabkan cedera untuk mengimpor perusahaan yang
bersaing. Countervailing Duties dikenakan terhadap barang impor setinggitingginya sebesar selisih antara nilai normal dengan harga ekspor dari barang
tersebut.
3. Tindakan Pengamanan (Safeguard)
Negara-negara anggota WTO dapat melakukan tindakan pengamanan
(safeguard) untuk melindungi industri dalam negeri dan bersifat non
diskriminatif. Tindakan pengamanan (safeguard) melalui pembatasan impor
diterapkan karena telah terjadi peningkatan produk impor yang menimbulkan
kerugian yang serius di dalam negeri negara pengimpor. Dengan demikian,
negara-negara pengekspor harus dibatasi aksesnya di pasar negara pengimpor.
Tindakan pengamanan (safeguard) merupakan salah satu instrument
kebijakan perdagangan yang hampir mirip dengan kebijakan antidumping dan
anti subsidi. Tindakan Pengamanan (safeguards) adalah tindakan yang diambil
pemerintah untuk memulihkan atau mencegah ancaman kerugian serius
industri dalam negeri sebagai akibat dari lonjakan impor barang sejenis atau
barang yang secara langsung merupakan saingan hasil industri dalam negeri
Universitas Sumatera Utara
dengan tujuan agar industri dalam negeri yang mengalami kerugian serius atau
ancaman kerugian serius tersebut dapat melakukan penyesuaian struktural. 52
WTO memperkenankan setiap negara anggota untuk menggunakan
tindakan pengamanan perdagangan untuk melindungi produsen domestik dari
barang impor dikarenakan terjadinya perdagangan bebas di hampir seluruh
dunia. 53
Tindakan pengamanan (safeguard) dilakukan apabila suatu industri
dalam negeri menghadapi kesulitan karena membanjir produk impor. Hal ini
sesuai dengan prinsip yang berlaku dalam perjanjian sebagai suatu masalah
yang harus mendapat penyelesaian, antara lain masalah waktu safeguards yang
juga masih memerlukan penyelesaian politis, demikian pula semakin
banyaknya negara yang bergabung dalam free trade area dan custom union. 54
Tindakan pengamanan tetap dapat ditetapkan dalam bentuk bea masuk
oleh menteri keuangan atau kuota oleh menteri perdagangan. 55 Adanya
kesepakatan safeguard WTO tersebut maka semua industri dalam negeri dan
para eksportir mendapatkan perlindungan dan kepastian hukum yang jelas atas
tindakan safeguard.
Tindakan safeguard diterapkan sejauh yang diperlukan untuk mencegah
atau memulihkan kerugian serius dan untuk memfasilitasi penyesuaian. Jika
52
Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 37/M-Dag/Per/9/2008 Tentang Surat
Keterangan Asal (Certificate Of Origin) Terhadap Barang Impor Yang Dikenakan Tindakan
Pengamanan (Safeguards) Pasal 1 ayat (2)
53
Kementrian Perdagangan Republik Indonesia. Analisis Kebijakan Pengamanan
Perdagangan Indonesia di Negara Tujuan Ekspor, (Jakarta: Kementrian Perdagangan, 2013),
halaman 1.
54
Sood, Muhammad., Op.Cit., halaman 219.
55
Yustiawan, Dewa Gede Pradnya. Perlindungan Indusri Dalam Negeri Dari Praktik
Dumping, (Universitas Udayana Bali, 2011), halaman 99
Universitas Sumatera Utara
nantinya direkomendasikan untuk dikenakan pembatasan kuota impor, maka
jumlah kuota yang ditetapkan tidak boleh kurang jumlah rata-rata selama tiga
tahun terakhir, kecuali dengan pembenaran yang jelas untuk di tetapkan pada
tingkat yang berbeda dalam rangka mencegah atau memperbaiki kerugian yang
serius.
Secara umum durasi tindakan pengamanan tidak boleh lebih dari empat
tahun meskipun bisa diperpanjang hingga maskimal 8 tahun. Tindakan
safeguard juga dapat di kenakan kembali untuk produk yang pernah dikenakan
safeguard sebelumnya setelah setengah dari durasi pengenaan safeguard
sebelumnya setidaknya dua tahun.
Ketentuan tentang tindakan safeguard di Indonesia diatur dalam
Undang-undang Nomor 7 tahun 2014 tentang Perdagangan. Tindakan
Pengamanan Perdagangan diambil pemerintah untuk memulihkan Kerugian
Serius atau mencegah Ancaman Kerugian Serius yang diderita oleh Industri
Dalam Negeri.
Pengendalian Perdagangan Luar Negeri meliputi, perizinan, standar,
pelarangan dan pembatasan. Ekspor barang dilakukan oleh pelaku usaha yang
telah terdaftar dan telah ditetapkan sebagai eksportir sehingga eksportir
tersebut yang akan bertanggung jawab sepenuhnya terhadap barang yang
diekspor. Eksportir yang tidak bertanggung jawab terhadap barang yang di
ekspor akan dikenai sanksi administratif berupa pencabutan perizinan,
persetujuan, pengakuan dan/atau penetapan dibidang perdagangan. 56
56
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan Pasal 45
Universitas Sumatera Utara
C. Perlindungan Industri Dalam Negeri Dalam Perundang-Undangan di
Indonesia
Penerapan
suatu
liberalisasi
perdagangan
bukan
tanpa
kendala,
perlindungan terhadap industri dalam negeri harus menjadi perhatian, khususnya
bagi negara berkembang seperti Indonesia. Bukan hanya perdagangan yang tidak
sehat (unfair trade) saja yang menjadi perhatian, tetapi dari suasana perdagangan
yang adil (fair trade) dapat muncul masalah. Baik negara maju maupun negara
berkembang sama-sama menerapkan proteksi demi melindungi industri dalam
negerinya. Maka dari itu, Indonesia mengeluarkan peraturan-peraturan yang
berkaitan dengan perlindungan industri dalam negeri, yaitu :
1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan
Perdagangan sebagai hal yang vital bagi Bangsa Indonesia dalam
meningkatkan pertumbuhan ekonomi untuk meningkatkan pembangunan
nasional dan pemerataan pembangunan dan stabilitas nasional. Di
Indonesia sendiri, perdagangan telah mengalami perubahan dari waktu ke
waktu dan banyak dipengaruhi oleh kondisi perekonomian dan kebijakan
penguasa pada masanya. 57
Pembangunan di bidang ekonomi diarahkan dan dilaksanakan
untuk memajukan kesejahteraan umum melalui pelaksanaan demokrasi
ekonomi melalui kegiatan perdagangan yang dapat memberikan daya
dukung dalam meningkatkan produksi dan memeratakan pendapatan serta
memperkuat daya saing Produk Dalam Negeri. Maka, diperlukannyalah
57
Arifin, Sjamsul. Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)2015, (Jakarta: PT.Elex Media
Komputindo, 2008), halaman 252.
Universitas Sumatera Utara
harmonisasi ketentuan di bidang Perdagangan dalam kerangka kesatuan
ekonomi nasional guna menyikapi perkembangan situasi Perdagangan era
globalisasi pada masa kini dan masa depan.
Pemerintah mengatur kegiatan Perdagangan Dalam Negeri melalui
kebijakan dan pengendalian 58 dan menetapkan aturan penggunaan label
berbahasa Indonesia pada Barang yang diperdagangkan di dalam negeri. 59
Pemerintah dan Pemerintah Daerah mengendalikan ketersediaan
barang kebutuhan pokok di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia dalam jumlah yang memadai, mutu yang baik, dan harga yang
terjangkau untuk melindungi produksi dalam memenuhi kebutuhan
nasional. 60
Pemerintah Indonesia mengatur mengenai kegiatan Perdagangan
Luar Negeri melalui kebijakan dan pengendalian di bidang Ekspor dan
Impor. Kebijakan dan Pengendalian Perdagangan Luar Negeri diarahkan
untuk : 61
a. Peningkatan daya saing produk Ekspor Indonesia
b. Peningkatan dan perluasan akses pasar di luar negeri
c. Peningkatan kemampuan Eksportir dan Importir sehingga menjadi
Pelaku Usaha yang andal.
58
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan Pasal 5
Ibid., Pasal 6
60
Ibid., Pasal 25
61
Ibid., Pasal 38
59
Universitas Sumatera Utara
Demi kepentingan nasional, pembatasan impor barang dapat
dilakukan dengan alasan : 62
a. Untuk melindungi keamanan nasional atau kepentingan umum;
dan/atau
b. Untuk melindungi kesehatan dan keselamatan manusia, hewan,
ikan, tumbuhan, dan lingkunga hidup.
Dalam hal terdapat produk Impor dengan harga lebih rendah
daripada nilai normal yang menyebabkan kerugian atau ancaman kerugian
pada industri dalam negeri terkait atau menghambat berkembangnya
industri dalam negeri yang terkait, Pemerintah berkewajiban mengambil
tindakan antidumping untuk menghilangkan atau mengurangi kerugian
atau ancaman kerugian atau hambatan tersebut. 63
2. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2011 Tentang Tindakan
Antidumping, Tindakan Imbalan, dan Tindakan Pengamanan Perdagangan
Adanya persaingan bebas antar pelaku ekonomi mau tidak mau
akan mendorong tindakan persaingan tidak sehat 64 , untuk mengurangi
tindakan persaingan tidak sehat maka pemerintah melakukan tindakan
pengaman 65 dengan cara pemberian bea masuk terhadap barang impor 66,
jika :
62
Ibid., Pasal 54
Ibid., Pasal 70
64
Sukarmi, Regulasi Antidumping, (Jakarta: Sinar Grafika, 2002), hlm. ix
65
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2011 Tentang Tindakan
Antidumpinh, tindakan Imbalan, dan Tindakan Pengamanan Perdagangan Pasal 1 Ayat 3
66
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2011 Tentang Tindakan
Antidumpinh, tindakan Imbalan, dan Tindakan Pengamanan Perdagangan Pasal 70
63
Universitas Sumatera Utara
a. Terjadi lonjakan jumlah impor secara absolut atau relatif atas
barang yang sama dengan Barang Sejenis atau Barang Yang Secara
Langsung Bersaing.
b. Lonjakan jumlah impor barang yang menyebabkan terjadinya
Kerugian Serius atau Ancaman Kerugian Serius terhadap Industri
Dalam Negeri.
Besarnya Bea Masuk Tindakan Pengamanan paling tinggi sebesar
jumlah yang dibutuhkan untuk memulihkan Kerugian Serius atau
mencegah Ancaman Kerugian Serius terhadap Industri Dalam Negeri.
Jumlah Kuota yang ditetapkan tidak boleh kurang dari jumlah impor ratarata paling sedikit dalam 3 (tiga) tahun terakhir, kecuali terdapat alasan
yang jelas bahwa Kuota yang lebih rendah diperlukan untuk memulihkan
Kerugian Serius atau mencegah Ancaman Kerugian Serius terhadap
Industri Dalam Negeri.
Industri dalam negeri yang mengalami atau akan mengalami
kerugian serius yang dikearenakan oleh tingginya lonjakan impor barang
serupa atau secara langsung tersaingi dapat mengajukan permohonan
penyelidikan
tindakan
safeguard
kepada
Komite
Pengamanan
Perdagangan Indonesia (KPPI).
Pihak-pihak yang dapat mengajukan permohonan tersebut adalah
produsen, asosiasi produsen, organisasi pekerja, importir, asosiasi
importir, industri pemakai, eksportir, asosiasi eksportir, pemerintah,
perorangan, atau badan hukum yang terkait. Lembaga yang berwenang
Universitas Sumatera Utara
menangani tindakan safeguard adalah Komite Pengamanan Perdagangan
Indonesia (KPPI) dan Direktorat Pengamanan Perdagangan (DPP). 67
Tindakan Pengamanan setelah dilakukan penyelidikan oleh Komite
Pengamanan Perdagangan Indonesia (KPPI) 68 yang dapat dilakukan
berdasarkan permohonan atau berdasarkan inisiatif KPPI, yang dilengkapi
dengan dokumen yang berisi laporan 69 :
a. Lonjakan atas jumlah barang impor yang sama dengan Barang
Sejenis atau Barang Yang Secara Langsung Bersaing.
b. Kerugian Serius atau Ancaman Kerugian Serius.
Setelah melakukan penyelidikan, maka Komiter Pengamanan
Perdagangan Indonesia (KPPI) memberikan keputusan :
a. Menolak permohonan, dalam hal permohonan tidak memenuhi
persyaratan
b. Menerima permohonan dan menetapkan dimulainya penyelidikan,
dalam hal permohonan memenuhi persyaratan (6) Ketentuan lebih
lanjut mengenai tata cara pengajuan permohonan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri.
Penyelidikan
berdasarkan
inisiatif
Komiter
Pengamanan
Perdagangan Indonesia (KPPI) dapat dilakukan apabila memiliki bukti
yang cukup mengenai adanya Kerugian Serius atau Ancaman Kerugian
67
Sood, Muhammad., Op.Cit., halaman 224.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2011 Tentang Tindakan
Antidumping, tindakan Imbalan, dan Tindakan Pengamanan Perdagangan Pasal 1 Ayat 30
69
Ibid., Pasal 72
68
Universitas Sumatera Utara
Serius yang dialami oleh Industri Dalam Negeri sebagai akibat dari
lonjakan jumlah barang impor. 70
Komiter Pengamanan Perdagangan Indonesia (KPPI) melakukan
evaluasi terhadap faktor yang bersifat obyektif dan terukur yang terkait
dengan kondisi Industri Dalam Negeri. 71 Apabila ditemukan bukti tersebut
maka segera menghentikan penyelidikan dan melaporkan kepada Menteri
kemudian mengumumkan kepada public disertai alasan 72.
Selama masa penyelidikan, Komiter Pengamanan Perdagangan
Indonesia (KPPI) harus menyelenggarakan dengar pendapat untuk
memberikan kesempatan kepada eksportir, eksportir produsen, pemohon
atau Industri Dalam Negeri, importir, pemerintah negara pengekspor
tertentu, dan pihak-pihak lain yang berkepentingan, untuk menyampaikan
bukti, pandangan, dan tanggapan. 73
Tindakan pengamanan lainnya yang dapat dilakukan pemerintah
adalah dengan melakukan subsidi, yaitu bantuan atau insentif yang
diberikan oleh pemerintah atau suatu negara kepada para pelaku ekonomi
di negaranya dengan cara:
a. Keringanan
dalam
perpajakan
dalam
bentuk
penangguhan
pembebasan pembayaran pajak.
b. Pembatasan bea masuk atau impor .
c. Keringanan bunga kredit perbankan.
70
Ibid., Pasal 73
Ibid., Pasal 75
72
Ibid., Pasal 76
73
Ibid., Pasal 79
71
Universitas Sumatera Utara
d. Bantuan ‘in natura’ seperti pemberian bonus uang kepada
produsen ekspor untuk setiap volume produksi yang berhasil di
ekspor yang dikenal dengan sebutan subsidi ekspor (export
subsidy).
e. Biaya riset dan pengembangan terknologi.
Tujuan diberikannya subsidi agar mendorong pertumbuhan
produksi dan menggalakkan ekspor dan mengurangi impor. Namun,
subsidi haruslah dibatasi agar tidak merugikan negara lain. Dalam
perdagangan internasional subsidi merupakan suatu perbuatan yang tidak
fair (unfair practices). Praktik subsidi mengeleminasi persaingan yang
wajar dalam mekanisme pasar sehingga dapat melumpuhkan iklim usaha
yang kompetitif yang mengakibatkan rusaknya tatanan hubungan dagang
yang adil. 74
3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas UndangUndang Nomor 10 Tahun 1995 Tentang Kepabeanan
Bea Masuk dikenakan terhadap barang impor dalam hal : 75
a. Harga ekspor dari barang tersebut lebih rendah dari nilai
normalnya.
b. Impor barang tersebut :
1) menyebabkan kerugian terhadap industri dalam negeri yang
memproduksi barang sejenis dengan barang tersebut;
74
75
Yustiawan, Dewa Gede Pradnya. Op.Cit., halaman 94
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 Tentang Kepabeanan Pasal 18
Universitas Sumatera Utara
2) mengecam terjadinya kerugian terhadap industri dalam
negeri yang memproduksi barang sejenis dengan barang
tersebut; dan
3) menghalangi pengembangan industri barang sejenis di
dalam negeri.
Apabila ditemukan adanya subsidi yang diberikan di negara
pengekspor terhadap suatu produk yang menyebabkan kerugian terhadap
industri dalam negeri yang memproduksi barang sejenis dengan barang
tersebut atau mengancam terjadinya kerugian terhadap industri dalam
negeri yang memproduksi barang sejenis dengan barang tersebut; sehingga
menghalangi pengembangan industri barang sejenis di dalam negeri maka
dikenakanlah bea imbalan terhadap barang impor tersebut. 76
76
Ibid., Pasal 21
Universitas Sumatera Utara