Evaluasi Pengelolaan Dana DesaBerdasarkan Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa (Studi Kasus Desa Halaban Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat)

BAB II

PROFIL DESA HALABAN DAN TINJAUAN KEBIJAKAN DANA DESA

Pada bab ini, penulis akan mendeskripsikan tentang keadaan umum desa
Halaban sebagai lokasi penelitian yang dirangkum dalam sub bab pembahasan
profil Desa Halaban Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat. Adapun informasi
yang disajikan terkait keadaan umum Desa Halaban, akan diuraikan ke dalam
beberapa point pembahasan, diantaranya kondisi geografis desa yang terdiri dari
data tentang batas-batas wilayah desa dan lain-lain, kondisi sosial desa yang
berisikan informasi tentang jumlah penduduk dan tingkat pendidikan, serta
keadaan ekonomi.
Kemudian, untuk melengkapi kajian data dalam penelitian ini terkait
dengan pengelolaan dana desa. Maka penulis juga turut menyajikan data tentang
tinjauan kebijakan yang mengatur tentang dana desa. Adapun kebijakan tersebut
yaitu Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa. Uraian tinjauan kebijakan
ini, nantinya akan membatu penulis dalam menganalisis proses pengelolaan dana
desa di Desa Halaban guna kajian evaluatif berdasarkan UU No. 6 Tahun 2014
tersebut yang akan dibahas di bab selanjutnya..
Selanjutnya, patut penulis sampaikan bahwa sebagian besar data dan
informasi yang disajikan pada bab 2 ini bersumber dari hasil wawancara penulis


47
Universitas Sumatera Utara

bersama para responden yang berkaitan, data pustaka desa, serta pengamatan
langsung penulis.

2.1. Profil Desa
2.1.1. Kondisi Geografis Desa
Desa Halaban Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat memiliki batasbatas wilayah desa yaitu antara lain :
a. Di sebelah utara berbatasan dengan desa Suka Jaya Kecamatan
Besitang
b. Di sebelah selatan desa Bukit Selamat Kecamatan Besitang
c. Di sebelah timur berbatasan dengan Desa Pangkalan Siata Kecamatan
Pangkalan Susu
d. Di sebelah barat berbatasan dengan Desa Seumadam Kecamatan
Kejuruan Muda.
Desa dengan kondisi agraris ini memiliki luas sebesar 10.592 Ha, yang
terdiri dari sawah dengan luas 266 Ha, tanah kering dengan luas 433 Ha, tanah
perkebunan dengan luas 9489 Ha, fasilitas umum dengan luas 123 Ha, hutan

dengan luas 281 Ha. Iklim di desa memiliki curah hujan sebesar 2000 mm, jumlah
bulan hujan 6 bulan, suhu rata-rata harian 36 derajat celcius dan ketinggan antara
05 – 0,15 mdl 23.

23

Pemerintahan Desa Halaban. 2015. Data Penduduk Pemerintahan Kabupaten Langkat Badan

Pemberdayaan Masyarakat Desa dan Kelurahan Tahun 2015 Desa Halaban. Hal 15

48
Universitas Sumatera Utara

Desa Halaban secara administratif terletak di daerah Kabupaten Langkat,
Kecamatan Besitang Sumatera Utara 114 Km dari kota Medan. Desa halaban
dapat ditempuh melalui jalur darat dengan menggunakan sepeda motor atau
dengan mobil. Butuh waktu 3-3,5 jam untuk sampai di desa tersebut melalui jalan
darat yaitu jalan Medan-Banda Aceh. Sementara jarak ke ibu kota kecamatan
adalah sejauh 17 km, jarak ke ibu kota kabupaten sejauh 76 km, dan jarak ke ibu
kota provinsi 113,5 km.

Dahulunya desa Halaban terkenal dengan pertanian tanaman jeruk, namun
karena pada suatu hari jeruk-jeruk mereka diserang oleh jamur dan bakteri
masyarakat merubah pertanian jeruk menjadi pertanian kelapa sawit, karet dan
kakao. Sepenjang jalan utama Desa yaitu, jalan Medan-Banda Aceh dipadati oleh
pemukiman-pemukiman masyarakat, karena letaknya di tepi jalan besar biasanya
penduduk menjadikan rumahnya sekeligus tempat usaha mereka seperti; warung
nasi, kedai kopi, warung kelontong, toko ponsel/voucher seluler, bengkel.
Pemukiman-pemukiman ini juga berbatasan dengan ladang-ladang penduduk
yang tidak jauh dari tempat tinggal mereka yang biasa ditanami dengan tanaman
coklat, karet, sawit atau tanaman lainnya.

2.1.2. Kondisi Sosial Desa
Kondisi sosial desa adalah kondisi yang menggambarkan tentang keadaan
penduduk desa berdasarkan jumlah, tingkat pendidikan, persebaran, umur, agama,
suku, dan lain-lain. Desa Halaban sendiri dengan luas sebesar 10.592 Ha,

49
Universitas Sumatera Utara

memiliki jumlah penduduk sebanyak 8451 orang dengan berjenis kelamin lakilaki sebanyak 4257 jiwa dan berjenis kelamin perempuan sebanyak 4194.

Sementara penduduk desa Halaban jika digolongkan berdasarkan usia,
didapatkan data sebagai berikut di dalam tabel di bawah ini :
Tabel 2.1
Penduduk Desa Berdasarkan Usia
No

Usia (Tahun)

Laki-Laki

Perempuan

1

0 – 10

671

678


2

11 – 20

686

682

3

21 – 30

671

678

4

31 – 40


683

662

5

41 – 50

602

579

6

51 – 60

501

490


7

61 – 70

380

369

8

71 – keatas

68

56

4257

4194


Jumlah

Sumber : Data Penduduk Pemerintahan Kabupaten Langkat Badan
Pemberdayaan Masyarakat Desa dan Kelurahan Tahun 2015 Desa Halaban

Berdasarkan tabel diatas digambarkan bahwa penduduk dengan berjenis
kelamin laki-laki usia 0-10 tahun sebanyak 671 jiwa dan perempuan sebanyak
678. Usia 11 – 20 tahun, laki-laki sebanyak 686 jiwa dan perempuan sebanyak

50
Universitas Sumatera Utara

682 jiwa. Usia 21 – 30 tahun, laki-laki sebanyak 671 jiwa dan perempuan
sebanyak 662 jiwa. Usia 31 – 40 tahun, laki-laki sebanyak 683 dan perempuan
sebanyak 662 jiwa. Usia 41 – 50 tahun, laki sebanyak 602 jiwa dan perempuan
sebanyak 579 jiwa. Usia 51 – 60 tahun, laki-laki sebanyak 501 jiwa dan
perempuan sebanyak 490 jiwa. Usia 61 – 70 tahun, laki sebanyak 380 jiwa dane
perempuan sebanyak 369 jiwa. Dan terakhir untuk 71 tahun keatas, laki-laki
sebanyak 68 jiwa dan perempuan sebanyak 56 jiwa 24.
Tingkat pendidikan penduduk desa dari mulai usia 3 – 6 tahun yang belum

masuk TK, laki-laki sebanyak 229 jiwa dan perempuan sebanyak 229 jiwa. Usia 3
– 6 tahun yang sedang TK/Play Group, laki-laki sebanyak 130 jiwa dan
perempuan sebanyak 147 jiwa. Usia 7 – 18 tahun yang sedang sekolah, laki-laki
sebanyak 878 jiwa dan perempuan sebanyak 902 jiwa. Usia 18 – 56 tahun tidak
pernah sekolah, laki-laki sebanyak 4 jiwa dan perempuan sebanyak 10 jiwa. Usia
18 – 56 tahun tidak tamat SD, laki-laki sebanyak 10 jiwa dan perempuan
sebanyak 11 jiwa. Usia 18 – 56 tahun tidak tamat SMP, laki-laki sebanyak 1224
jiwa dan perempuan sebanyak 1540 jiwa. Usia 18 – 56 tahun tidak tamat SMA,
laki-laki sebanyak 410 jiwa dan perempuan sebanyak 408 jiwa. Tamat SD, lakilaki sebanyak 74 jiwa dan perempuan sebanyak 65 jiwa. Tamat SMP, laki-laki
sebanyak 708 jiwa dan perempuan 428 jiwa. Tamat SMA, laki-laki sebanyak 361
jiwa dan perempuan sebanyak 272 jiwa. Tamat D1 – D3, laki-laki sebanyak 57

24

Pemerintahan Desa Halaban. Op.Cit. Hal 21

51
Universitas Sumatera Utara

jiwa dan perempuan sebanyak 29 jiwa. Sementara tamat sarjana S1, laki-laki

sebanyak 16 jiwa dan perempuan sebanyak 4 jiwa 25.
Uraian diatas dapat diperjelas dengan tabel dibawah ini yaitu :
Tabel 2.2
Penduduk Desa Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No

Tingkat Pendidikan

Laki-Laki

Perempuan

1

Usia 3 – 6 tahun yang belum masuk TK

229

229


2

Usia 3 – 6 tahun yang sedang TK/Play Group

130

147

3

Usia 7 – 18 tahun yang sedang sekolah

878

902

4

Usia 18 – 56 tahun tidak pernah sekolah

4

10

5

Usia 18 – 56 tahun tidak tamat SD

10

11

6

Usia 18 – 56 tahun tidak tamat SMP

1224

1540

7

Usia 18 – 56 tahun tidak tamat SMA

410

408

8

Tamat SD

74

65

9

Tamat SMP

708

428

10

Tamat SMA

361

272

11

Tamat D1-D3

57

29

12

Tamat Sarjana S1

16

4

4101

4045

Jumlah

Sumber : Data Penduduk Pemerintahan Kabupaten Langkat Badan
Pemberdayaan Masyarakat Desa dan Kelurahan Tahun 2015 Desa Halaban
25

Ibid

52
Universitas Sumatera Utara

Sedangkan untuk tingkat pendidikan kepala dusun dengan jumlah dua
puluh orang beragam-ragam. Adapun rinciannya, 10 orang kepala dusun
berpendidikan tamatan SMA/Sederajat sedangkan 10 orang kepala dusun lain itu
tidak tamat SMA. Sedangkan untuk perangkat desa dengan jumlah 7 orang yang
terdiri dari Kepala Desa tamatan pendidikan Sarjana Agama, Sekretaris desa
Sarjana Pendidikan, Bendahara Desa tamatan SMA dan seluruh Kepala Urusan
yang terdiri dari Pemerintahan, Pembangunan, Kesejahteraan dan Keuangan
seluruhnya tamantan SMA.
Seluruh penduduk Desa Halaban Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat
yang berjumlah sebanyak 8451 jiwa terdiri dari beberapa agarma dan
kepercayaan. Agama Islam merupakan agama mayoritas penduduk desa yaitu
sebanyak 7601 orang, kemudian agama Kristen sebanyak 506 orang, dan Katholik
sebanyak 344 orang.

Suku batak merupakan suku mayoritas penduduk desa dengan total
sebanyak 2089 jiwayang terdiri dari laki-laki 1033 dan perempuan sebanyak 1056
jiwa. Sedangkan suku lainnya adalah suku Aceh sebanyak 972 yang terdiri dari
laki-laki sebanyak 491 orang dan perempuan 481 26.
Kemudian data tentang cacat mental dan fisik penduduk desa, akan
dijelaskan dalam tabel di bawah ini yaitu :
26

Pemerintahan Desa Halaban. Op.Cit. Hal 24

53
Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.3
Penduduk Desa Berdasarkan Cacat Mental dan Fisik
No

Jenis Cacat

Laki-Laki

Perempuan

1

Tuna rungu

-

1

2

Tuna wicara

1

1

3

Tuna netra

-

-

4

Lumpuh

1

-

5

Sumbing

-

1

6

Cacat kulit

1

-

7

Tuna daksa lainnya

2

-

8

Idiot

-

1

9

Gila

1

-

10

Stress

3

-

11

Autis

-

-

9

4

Jumlah

Sumber : Data Penduduk Pemerintahan Kabupaten Langkat Badan
Pemberdayaan Masyarakat Desa dan Kelurahan Tahun 2015 Desa Halaban

2.1.3. Kondisi Ekonomi
Sub pembahasan ini akan menyajikan informasi terkait dengan keadaan
aktivitas dan situasi yang berkenaan dengan pendapatan dan sumber kehidupan

54
Universitas Sumatera Utara

masyarakat. Pendapatan tersebut didasarkan dari jenis pekerjaan penduduk,
pengelolaan sumber daya alam yang tersedia di Desa, dan lain-lain.
Desa Halaban memiliki banyak perusahaan perkebunan di dalamnya,
sehingga banyak masyarakat yang bekerja di pereusahaan-perusahaan perkebunan
tersebut, dari mulai karyawan tetap hingga karyawan lepas yang biasa disebut
BHL (buruh harian lepas).
Biasaya

mereka

bekerja

sebagai

pemberi

pupuk

tanaman,

membabat/memeotong rumput, atau meracun rumput atau pengutip brondolan.
Pekerjaan tersebut banyak digeluti oleh kaum perempuan/kaum ibu-ibu.
Sementara kaum laki-laki yang menjadi BHL biasanya bekerja Pasar yaitu
memperbaiki jalan-jalan utama perkebunan yang rusak, memperbaiki titi/jebatan
yang rusak atau membuat/memperbaiki drainase jalan. Dari pekerjaan ini mereka
mendapatkan upah bervariasi tergantung perusahaannya umumnya Rp.20.000
hingga 35.000,- untuk 5 jam kerja. Untuk para pemanen sawit biasnya juga
melibatkan istri-istri mereka untuk bekerja mengutip sawit yang telah lepas dari
janjangnya yang biasa disebut brondolan. Mereka juga berangkat pagi-pagi sekali
untuk dapat mengejar borongan. Untuk karyawan yang sudah mendapatkan SKU
perusahaan perkebunan memberikan fasilitas rumah tempat tinggal, (jika bukan
warga desa halaban), beras sebanyak 35Kg untuk satu keluarga setiap bulannya.
Beras tersebut mereka terima setiap tanggal 6 setiap bulannya. Jika karyawan
tersebut warga desa halaban mereka hanya mendapatkan fasilitas jatah beras 35
Kg tiap bulannya.

55
Universitas Sumatera Utara

Karyawan pemanen yang telah mendapat predikat SKU setiap harinya
harus memanen 43 janjang setiap harinya, sementara luasan kerja mereka setiap
orang mengelola rata-rata 25 Ha, jika 43 janjang terpenuhi setiap harinya mereka
mendapatkan penghasilan sebesar 850.000,- setiap bulannya. Sementara istri
mereka di targetkan mendapatkan 4 karung brondolan seteiap harinya untuk
mendapatkan upah sebesar Rp.600.000,-, namun secara umum para pekerja ini
berpenghasilan di atas 1 juta jika bekerja di perusahaan perusahaan perkebunan ini
di karenakan adanya kelebihan janjang yang juga diberikan bonus untuk setiap
bulannya.
Masyarakat desa Halaban umumnya melakukan kegiatan pertanian dengan
sistem monokultur (sejenis),kegiatan pertanian dilakukan biasanya dari pagi
hingga siang hari, sementara siang hingga sore hari masyarakat umumnya mencari
kegiatan lainnya. Meski umunya pekerjaan masyarakat adalah bertani namun
lahan pertanian tidak terbagi secara merata. Masih banyak masyarakat yang tidak
memiliki lahan pertanian. Masyarakat yang tidak memiliki lahan pertanian inilah
yang melakukan kegiatan pertanian bagi hasil (belah) atau menjadi buruh tani atau
buruh perkebunan.
Sementara itu, berdasarkan data terkait mata pencaharian pokok penduduk
Desa Halaban yang di akses dari Data Profil Desa Halaban Badan Pemberdayaan
Masyarakat Desa dan Kelurahan Tahun 2015, dipaparkan dalam tabel di bawah
ini 27 :

27

Pemerintahan Desa Halaban. Op.Cit. Hal 27

56
Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.4.
Penduduk Desa Berdasarkan Mata Pencaharian
No

Jenis Pekerjaan

Laki-Laki

Perempuan

1

Petani

1661

1608

2

Buruh Tani

792

701

3

Buruh Migran Perempuan

-

-

4

Buruh Migran Laki-Laki

-

-

5

Pegawai Negeri Sipil

15

8

6

Pengrajin Industri Rumah Tangga

-

-

7

Pedagang Keliling

-

-

8

Peternak

-

-

9

Dokter Swasta

58

66

10

Bidan Swasta

-

9

11

Pensiunan TNI/POLRI

3

-

12

Lain-Lain

1728

1802

4257

4194

Jumlah

Sumber : Data Penduduk Pemerintahan Kabupaten Langkat Badan
Pemberdayaan Masyarakat Desa dan Kelurahan Tahun 2015 Desa Halaban

Data tabel diatas, menunjukkan bahwa mayoritas penduduk Desa Halaban
merupakan petani. Hal ini sesuai dengan keadaan geografis desa yang memiliki

57
Universitas Sumatera Utara

luas lahan pertanian yang besar di dalamnya. Selanjutnya pekerjaan buruh tani
sebagai pekerjaan kedua terbanyak penduduk Desa Halaban. Hal ini disebabkan
oleh banyaknya perusahaan perkebunan yang berdiri di desa.
Sedangkan untuk data angka tenaga kerja penduduk Desa Halaban yaitu
dipaparkan pada tabel di bawah ini 28 :
Tabel 2.5
Penduduk Desa Berdasarkan Angka Tenaga Kerja
No

Tenaga Kerja

Laki-Laki

Perempuan

1

Penduduk usia 0 – 6 thn

492

518

2

Penduduk usia 7 – 18 tahun yang masih sekolah

361

386

3

Penduduk usia 18 – 56 tahun (a + b)

2278

2156

a. Pddk usia 18 – 56 thn yang bekerja

1552

1134

b. Pddk usia 18 – 56 thn yang belum bekerja

726

1022

1126

1134

4257

4194

4

Penduduk usia 56 tahun ke atas

Jumlah

Sumber : Data Penduduk Pemerintahan Kabupaten Langkat Badan
Pemberdayaan Masyarakat Desa dan Kelurahan Tahun 2015 Desa Halaban

Tabel 2.6
Penduduk Desa Berdasarkan Kualitas Angkatan Kerja

28

Ibid

58
Universitas Sumatera Utara

No

Angkatan Kerja

Laki-Laki

Perempuan

1

Penduduk usia 18 – 56 thn yang buta aksara

-

-

2

Penduduk usia 18 – 56 thn yang tidak tamat SD

14

12

3

Penduduk usia 18 – 56 thn yang tamat SD

179

713

4

Penduduk usia 18 – 56 thn yang tamat SMP

710

423

5

Penduduk usia 18 – 56 thn yang tamat SMA

1302

975

6

Penduduk usia 18 – 56 thn yang sarjana

73

33

2278

2156

Jumlah

Sumber : Data Penduduk Pemerintahan Kabupaten Langkat Badan
Pemberdayaan Masyarakat Desa dan Kelurahan Tahun 2015 Desa Halaban

Tabel 2.7
Perangkat Desa Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No.

Jabatan

Tingkat Pendidikan

1

Kepala Desa

Sarjana Agama

2

Sekretaris Desa

Sarjana Pendidikan

3

Bendahara Desa

SLTA

4

Kaur Pemerintahan

SLTA

5

Kaur Pembangunan

SLTA

6

Kaur Kesejahteraan Masyarakat

SLTA

7

Kaur Umum

SLTA

59
Universitas Sumatera Utara

8

12 Kepala Dusun

SLTA

9

8 Kepala Dusun

Tidak Tamat SLTA

Sumber : Data Penduduk Pemerintahan Kabupaten Langkat Badan
Pemberdayaan Masyarakat Desa dan Kelurahan Tahun 2015 Desa Halaban
2.1.4. Potensi Desa
Desa halaban merupakan desa yang mempunyai letagk geografis yang strategi
yang bisa menambah pemasukan atau pendapatan kas desa. Desa halaban terdiri
dari berbagai dusun yang mayoritas terdiri atas perkemunan kelapa sawat milik
swasta mau pun milih perseorangan. Selain itu, desa halaban terdiri dari beberapa
dusun yang berada di bibir pantai atau laut, dimana kurang lebih terdapat 3 dusun
yang berhadapan dengan laut. sedangkan beberapa dusun lagi letaknya tepat di
bibir jalan lintas Medan-Banda Aceh, hal ini salah satu yang membantu
perekonomian masyarakat yang terdapat di dusun tersebut setidaknya terdapat 4
dusun yang berada di sepanjang dalan medan-banda aceh, nah selebihnya adalah
daerah perkebunan. Dari letak geografis ini, desa halaban tidak hanya menjadi
desa yang mempunyia berbagai potensi sumber daya alam yang bisa
dikembangkan dan dijadikan sebagai sarana untuk meninngkatkan perekonomian
warga dan tentunya juga meningkatkan pendapatan desa.
Dengan luas wilayah desa halaban yang terdiri dari 20 dusun ini, sangat
disayangkan ternyata masih banyak dusun yang minim pembangunan, terutama di
dusun-dusun yang berada di daerah-daerah perkebunan swasta. Dikarenakan akses
yang sulit, sehingga menyebabkan lambatnya laju perekonomiam di dusun
tersebut. Hal ini berdampak terhadap akses informasi terhadap warganya. oleh
sebab itu untuk mempermudah akses masyarakat pemerintah desa telah
membangun beberapa jembatan baru penghubung antar dusun dan pengerasan
jalan. serta mendirikan sekolah dasar yang terdiri dari kelas 1 SD sampai kelas 3
SD saja sebagai mempermudah masyarakat.

60
Universitas Sumatera Utara

2.2. Tinjauan Kebijakan Dana Desa
Lahirnya Undang-undang No 6 Tahun 2014 tentang Desa masyarakat di
Desa telah mendapatkan payung hukum yang lebih kuat dibandingkan pengaturan
Desa di dalam Undang-undang No 22 Tahun 1999 maupun Undang-undang No
32 Tahun 2004. Pandangan sebagian besar masyarakat terhadap Undang-undang
ini lebih tertuju kepada alokasi dana yang sangat besar. Padahal isi dari dari
Undang-undang Desa tidak hanya mengatur prihal dana Desa tetapi mencakup hal
yang sangat luas 29. Pengertian tentang Pemerintah Desa di dalam Undang-undang
ini terdapat di dalam Pasal 25 yang bunyinya : “ Pemerintah Desa sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 23 adalah Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain
dan yang dibantu oleh Perangkat Desa atau yang disebut dengan nama lain”.

Dengan berlakunya Undang-undang No 6 tahun 2014 tentang Desa
Kementrian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi telah
merencanakan Nawa Kerja Prioritas yang akan menjadi target utama dalam masa
jabatan tahun 2014-2019. Sebelumnya terjadi kekisruhan antara dua Kementrian
dalam tanggung jawab pelaksanaan Undang-undang Desa tersebut, yaitu
Kementrian Dalam Negeri dan Kementrian Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal dan Transmigrasi. Kekisruhan perebutan kue
‟ Undang

-undang Desa

oleh dua Kementrian tersebut di selesaikan oleh Pemerintah dengan jalan
membagi kewenangan terkait Desa, urusan administrasi pemerintahan menjadi

29

Ni Matul Huda, 2015, Hukum Pemerintahan Desa, Setara Press, Malang, hal. 206.

61
Universitas Sumatera Utara

wewenang

Kementrian Dalam Negeri sedangkan urusan pembangunan,

pembinaan, dan pemberdayaan masyarakat Desa menjadi wewenang Kementrian
Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi. Keputusan pembagian
wewenang tersebut ditetapkan dalam rapat kabinet yang nantinya akan diatur
dengan Peraturan Presiden 30.
Dalam konsideran UU tersebut diisampaikan bahwa Desa memiliki hak
asal usul dan hak tradisional dalam mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat

setempat

dan

berperan

mewujudkan

cita-cita

kemerdekaan

berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Kemudian bahwa dalam perjalanan ketatanegaraan Republik Indonesia, Desa
telah berkembang dalam berbagai bentuk sehingga perlu dilindungi dan
diberdayakan agar menjadi kuat, maju, mandiri, dan demokratis sehingga dapat
menciptakan landasan yang kuat dalam melaksanakan pemerintahan dan
pembangunan menuju masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera.
Jika dipahami dari konstruksi hukum terhadap struktur pemerintahan desa,
sebenarnya masih menggunakan konstruksi hukum yang diterapkan selama ini.
Hal ini dapat kita telusuri dari teks hukum pada pasal 1 angka UU No 6 Tahun
2014 yang menyatakan, bahwa Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan
urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem
pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

30

Ibid, h. 209.

62
Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan rumusan pasal 1 angka 1, bahwa desa memiliki kewenangan
untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat
setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional
yang diakui dan dihormati. Jadi yang dimaksud penyelenggaraan urusan
pemerintahan adalah “untuk mengatur”, untuk mengurus urusan pemerintahan,
kepentingan masyarakat setempat.
Dasar yang digunakan adalah berdasarkan (1) prakarsa masyarakat, (2)
berdasarkan hak asal usul atau hak tradisional. Kewenangan pemerintah desa,
yakni Kepala Desa dibantu perangkat desa, sebagai unsur penyelenggaran
pemerintahan desa. Ini artinya disamping Kepala desa dan perangkat desa ada
unsur lain penyelenggara pemerintahan desa. Siapakah unsur lain dimaksud dalam
UU No 6 Tahun 2014 ? Pasal 1 angka 4 UU No 6 Tahun 2014 menjawab yang
dimaksudkan unsur lain, yakni Badan Permusyawaratan Desa atau yang disebut
dengan nama lain adalah lembaga yang melaksanakan fungsi pemerintahan yang
anggotanya merupakan wakil dari penduduk Desa berdasarkan keterwakilan
wilayah dan ditetapkan secara demokratis.
Kata kuncinya adalah lembaga yang melaksanakan fungsi pemerintahan.
Pertanyaannya adalah karena kedua lembaga Kepala desa dan BPD sama-sama
melaksanakan fungsi pemerintahan, yakni pemerintahan desa, maka perlu
diajukan siapakah yang dimaksud penyelenggara pemerintahan desa berdasarkan
UU No 6 Tahun 2014. Pasal 23 UU No 6 Tahun 2014 memberikan penegasan,
yakni Pemerintahan Desa diselenggarakan oleh Pemerintah Desa. Jelas terjawab

63
Universitas Sumatera Utara

siapakah yang dimaksud pemerintah desa, maka dikembalikan pada pasal 1 angka
3 UU No 6 Tahun 2014, yakni Pemerintah Desa adalah Kepala Desa atau yang
disebut dengan nama lain dibantu perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara
Pemerintahan Desa. Jika demikian BPD kedudukannya adalah hanya lembaga
yang melaksanakan fungsi pemerintahan yang anggotanya merupakan wakil dari
penduduk Desa berdasarkan keterwakilan wilayah dan ditetapkan secara
demokratis . Hal ini ditegaskan juga pada Pemerintah Desa Pasal 25 bahwa
Pemerintah Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 adalah Kepala Desa atau
yang disebut dengan nama lain dan yang dibantu oleh perangkat Desa atau yang
disebut dengan nama lain. Berdasarkan konstruksi hukum yang demikian, jelas
Kepala Desa memiliki kedudukan yang strategis sebagai penyelenggara
pemerintahan desa. Namun ketika melaksanakan kewenangan desa dua lembaga
tersebut mempunyai kedudukan yang sama, yakni Kepala Desa dan BPD.
Untuk

memahami,

perlu

dipahami

kewenangan desa sebagaimana dimaksud

konstruksi

hukum

terhadap

Pasal 18 UU no 6 Tahun 2014,

Kewenangan Desa meliputi kewenangan di bidang penyelenggaraan Pemerintahan
Desa, pelaksanaan Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan
pemberdayaan masyarakat Desa berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul,
dan adat istiadat Desa. Pasal 19 Kewenangan Desa meliputi:
a. kewenangan berdasarkan hak asal usul;
b. kewenangan lokal berskala Desa;

64
Universitas Sumatera Utara

c. kewenangan yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah
Provinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota; dan
d. kewenangan lain yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah
Daerah Provinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 20 Pelaksanaan kewenangan berdasarkan hak asal usul dan
kewenangan lokal berskala Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf a
dan huruf b diatur dan diurus oleh Desa. Kemudia pada Pasal 21, dijelaskan
bahwa Pelaksanaan kewenangan yang ditugaskan dan pelaksanaan kewenangan
tugas lain dari Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, atau Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf c dan huruf d
diurus oleh Desa.
Pada teks hukum Pasal 19 perlu dipahami konstruksi hukumnya, bahwa
ada kewenangan yang diurus oleh desa dan ada kewenangan yang berasal dari
penugasan dari pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintahan
kabupaten/ kota. Kemudian kewenangan yang berasal dari penugasan dari
pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintahan kabupaten/ kota
meliputi apa saja. Jika kita mengacu pada UU No 6 Tahun 2014, hal tersebut
ditegaskan pada pasal Pasal 22 yang menyatakan:
a. Penugasan dari Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah kepada
Desa meliputi penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan

65
Universitas Sumatera Utara

Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan
pemberdayaan masyarakat Desa.
b. Penugasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disertai biaya.
c. Berdasarkan Pasal 22 ada empat penugasan yang bisa datang dari
pemerintah, dan atau pemerintah daerah (bisa Pemerintaha Daerah
Provinsi, bisa Pemerintah daerah Kabupaten Kota) yakni;
Pertama, penyelenggaraan Pemerintahan Desa. Kedua , pelaksanaan
Pembangunan Desa. Ketiga, pembinaan kemasyarakatan Desa. Keempat,
pemberdayaan masyarakat Desa. Keempat hal tersebut penugasaan disertai biaya,
pertanyaannya dari mana biayanya. Berdasarkan UU No 6 Tahun 2014 hanya ada
dua konsep yang diberikan batasan dalan Ketentuan Umum Pasal 1, yakni:
Pembangunan Desa dan Pemberdayaan desa sebagaimana pernyataan berikut ini:
Pembangunan Desa adalah upaya peningkatan kualitas hidup dan kehidupan
untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat Desa. (pasal 1 angka 8) dan
Pemberdayaan Masyarakat Desa adalah upaya mengembangkan kemandirian dan
kesejahteraan

masyarakat

dengan

meningkatkan

pengetahuan,

sikap,

keterampilan, perilaku, kemampuan, kesadaran, serta memanfaatkan sumber daya
melalui penetapan kebijakan, program, kegiatan, dan pendampingan yang sesuai
dengan esensi masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat Desa.
Siapa yang melaksanakan keempat hal tersebut di atas, berdasarkan UU
No 6 Tahun 2014 pada Pasal 26

ayat (1) Kepala Desa bertugas

66
Universitas Sumatera Utara

menyelenggarakan Pemerintahan Desa, melaksanakan Pembangunan Desa,
pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa.
Kewenangan apa yang dimiliki oleh Kepala Desa dalam menyelenggaraka
keempat hal tersebut diatas. Dalam Pasal 26 ayat (2) menyatakan, bahwa Dalam
melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Kepala Desa
berwenang:
a. memimpin penyelenggaraan Pemerintahan Desa;
b. mengangkat dan memberhentikan perangkat Desa;
c. memegang kekuasaan pengelolaan Keuangan dan Aset Desa;
d. menetapkan Peraturan Desa;
e. menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa;
f. membina kehidupan masyarakat Desa;
g. membina ketenteraman dan ketertiban masyarakat Desa;
h. membina

dan

meningkatkan

perekonomian

Desa

serta

mengintegrasikannya agar mencapai perekonomian skala produktif untuk
sebesar-besarnya kemakmuran masyarakat Desa;
i.

mengembangkan sumber pendapatan Desa;

j.

mengusulkan dan menerima pelimpahan sebagian kekayaan negara guna
meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa;

k. mengembangkan kehidupan sosial budaya masyarakat Desa;
l.

memanfaatkan teknologi tepat guna;

m. mengoordinasikan Pembangunan Desa secara partisipatif;

67
Universitas Sumatera Utara

n. mewakili Desa di dalam dan di luar pengadilan atau menunjuk kuasa
hukum untuk mewakilinya sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan; dan
o. melaksanakan wewenang lain yang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Berdasarkan kewenangan yang dimiliki oleh kepala desa, maka secara
hukum memiliki tanggung jawab yang besar, oleh karena itu untuk efektif harus
ada pendelegasian kewenangan kepada para pembantunya atau memberikan
mandat. Oleh karena itu dalam melaksanakan kewenangan Kepala Desa diberikan
sebagaimana ditegaskan pada pasal 26 ayat (3) UU No 6 Tahun 2014, yaitu :
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Kepala Desa
berhak:
a. mengusulkan struktur organisasi dan tata kerja Pemerintah Desa;
b. mengajukan rancangan dan menetapkan Peraturan Desa;
c. menerima penghasilan tetap

setiap

bulan,

tunjangan,

dan

penerimaan lainnya yang sah, serta mendapat jaminan kesehatan;
d. mendapatkan

pelindungan

hukum

atas

kebijakan

yang

dilaksanakan; dan
e. memberikan mandat pelaksanaan tugas dan kewajiban lainnya
kepada perangkat Desa.
Patut disadari, bahwa disamping kewenangan dan hak yang dimiliki
Kepala Desa memiliki kewajiban yang ditegaskan dalam UU No 6 Tahun 2014

68
Universitas Sumatera Utara

pada pasal 26 ayat (4) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), Kepala Desa berkewajiban:
a. memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
serta mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika;
b. meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa;
c. memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat Desa;
d. menaati dan menegakkan peraturan perundang-undangan;
e. melaksanakan kehidupan demokrasi dan berkeadilan gender;
f. f.melaksanakan prinsip tata Pemerintahan Desa yang akuntabel,
transparan, profesional, efektif dan efisien, bersih, serta bebas dari
kolusi, korupsi, dan nepotisme;
g. menjalin kerja sama dan koordinasi dengan seluruh pemangku
kepentingan di Desa;
h. menyelenggarakan administrasi Pemerintahan Desa yang baik;
i.

mengelola Keuangan dan Aset Desa;

j.

melaksanakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
Desa;

k. menyelesaikan perselisihan masyarakat di Desa;
l.

mengembangkan perekonomian masyarakat Desa;

m. membina dan melestarikan nilai sosial budaya masyarakat Desa;

69
Universitas Sumatera Utara

n. memberdayakan masyarakat dan lembaga kemasyarakatan di Desa;
o. mengembangkan potensi sumber daya alam dan melestarikan
lingkungan hidup; dan
p. memberikan informasi kepada masyarakat Desa.
Kewenangan, hak, Kewajiban Kepala Desa masih dibebani sebuah
kewajiban kepada pemerintahan Kabupaten/Kota, sebagaimana ditegaskan pada
Pasal 27 Dalam melaksanakan tugas, kewenangan, hak, dan kewajiban
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26, Kepala Desa wajib:
a. menyampaikan laporan penyelenggaraan Pemerintahan Desa setiap
akhir tahun anggaran kepada Bupati/Walikota;
b. menyampaikan laporan penyelenggaraan Pemerintahan Desa pada akhir
masa jabatan kepada Bupati/Walikota;
c. memberikan laporan keterangan penyelenggaraan pemerintahan secara
tertulis kepada Badan Permusyawaratan Desa setiap akhir tahun
anggaran; dan
d. memberikan

dan/atau

menyebarkan

informasi

penyelenggaraan

pemerintahan secara tertulis kepada masyarakat Desa setiap akhir tahun
anggaran.
Kemudian agar penyelenggaran Pemerintahan desa terlaksana secara
demokratis di desa trerdapat forum yang kemudian dinamakan musyawarah desa.
Didalam UU No 6 Tahun 2014 diberikan batasan yang tegas apa yang dimaksud
musyawarah desa, yakni pada Pasal 1 angka 5 yang menayatkan, bahwa

70
Universitas Sumatera Utara

Musyawarah Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah musyawarah antara
Badan Permusyawaratan Desa, Pemerintah Desa, dan unsur masyarakat yang
diselenggarakan oleh Badan Permusyawaratan Desa untuk menyepakati hal yang
bersifat strategis.
Selanjutnya hal yang penting adalah berkaitan dengan keuangan desa ada
pertanyaan yang penting adalah dari mana penghasilan desa berdasarkan UU No
6 Tahun 2014. Dijelaskan pada Pasal 66:
(1) Kepala Desa dan perangkat Desa memperoleh penghasilan tetap setiap
bulan.
(2) Penghasilan tetap Kepala Desa dan perangkat Desa sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) bersumber dari dana perimbangan dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara yang diterima oleh Kabupaten/Kota dan
ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota.
(3) Selain penghasilan tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Kepala
Desa dan perangkat Desa menerima tunjangan yang bersumber dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa.
(4) Selain penghasilan tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Kepala
Desa dan perangkat Desa memperoleh jaminan kesehatan dan dapat memperoleh
penerimaan lainnya yang sah.
(5) Ketentuan lebih

lanjut

mengenai besaran penghasilan tetap

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan tunjangan sebagaimana dimaksud pada

71
Universitas Sumatera Utara

ayat (3) serta penerimaan lainnya yang sah sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
diatur dalam Peraturan Pemerintah.
Berkaitan dengan Keungan desa UU Nomor 6 Tahun

2014

memberikan penegasan tersendiri pada BAB VIII KEUANGAN
DESA DAN ASET DESA, mulai pasa. 71 s/d 74. Selanjutnya yang
menjadi pertanyaan siapakah pemegang keuangan desa Pasal 75
UU No 6 Tahun 2014 menyatakan secara tegas (1) Kepala Desa
adalah pemegang kekuasaan pengelolaan Keuangan Desa.

(2)

Dalam melaksanakan kekuasaan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), Kepala Desa menguasakan sebagian kekuasaannya kepada
perangkat Desa. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai Keuangan
Desa diatur dalam Peraturan Pemerintah.

72
Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

KEDUDUKAN DAN KEWENANGAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DALAM PELAKSANAAN PEMBANGUNAN DESA BERDASARKAN UNDANG- UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA

0 4 17

IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA MENGENAI PENGELOLAAN SUMBER DANA DESA DALAM RANGKA MEWUJUDKAN PEMBANGUNAN DESA BERKELANJUTAN (STUDI DESA SUKOSARI KECAMATAN JUMANTONO KABUPATEN KARANGANYAR).

0 0 15

KEBIJAKAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGELOLAAN DANA DESA PASCA UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA UNTUK MENCIPTAKAN GOOD GOVERNMENT (Studi Kasus Desa Bogem Kecamatan Japah Kabupaten Blora).

0 0 14

Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa

0 0 103

Evaluasi Pengelolaan Dana DesaBerdasarkan Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa (Studi Kasus Desa Halaban Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat)

0 0 15

Evaluasi Pengelolaan Dana DesaBerdasarkan Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa (Studi Kasus Desa Halaban Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat)

0 0 2

Evaluasi Pengelolaan Dana DesaBerdasarkan Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa (Studi Kasus Desa Halaban Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat)

0 0 32

Evaluasi Pengelolaan Dana DesaBerdasarkan Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa (Studi Kasus Desa Halaban Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat) Cover III IV

0 1 33

Evaluasi Pengelolaan Dana DesaBerdasarkan Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa (Studi Kasus Desa Halaban Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat)

0 0 2

Evaluasi Pengelolaan Dana DesaBerdasarkan Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa (Studi Kasus Desa Halaban Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat)

0 0 5