Implementasi United Nations Convention Against Transnational Organized Crime (UNTOC) Dalam Pencegahan Dan Penindakan Perdagangan Orang Di Indonesia

BAB II
TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENANGANAN DAN PENCEGAHAN
KEJAHATAN TRANSNASIONAL PERDAGANGAN ORANG
SEBELUM INDONESIA MENJADI PESERTA UNTOC

A. Kebijakan Pemerintah Indonesia dalam penanganan Perdagangan Orang
sebelum UNTOC
Perdagangan orang (trafficking in persons, selanjutnya ditulis trafficking)
bukanlah merupakan hal baru dalam kehidupan manusia. Sejarah mencatat
bahwazaman dahulu perbudakan (slavery) terjadi di berbagai belahan dunia.
Perbudakan dikenal sebagai bentuk penguasaan seseorang atas diri orang lain dan
hak mendapatkan keuntungan materil (dengan menjualnya kepada orang lain) dan
immateril (menghamba/ menjadi pelayan bagi tuannya) dari kepemilikan tersebut.
Perbudakan juga terjadi dalam sejarah bangsa Indonesia
Human Trafficking atau yang sering disebut dengan perdagangan manusia di

Indonesia pada akhir-akhir ini marak diperbincangkan di media massa, walau
sesungguhnya pada jaman feodal maupun penjajahan hal ini bukanlah menjadi isu
yang dianggap penting dalam kehidupan bangsa. Pada jaman budaya feodal masih
berkembang, banyak sekali para penguasa menggunakan kekuatannya untuk
memiliki istri tidak hanya satu. Bahkan mereka sangat leluasa mempermainkan

kehidupan wanita atau semua manusia yang hidup dalam wilayah kekuasaannya.
Demikian pula pada masa pendudukan Jepang (1941-1945), komersialisasi seks

20
Universitas Sumatera Utara

21

terus berkembang. Selain memaksa perempuan pribumi dan perempuan
Belanda menjadi PSK, Jepang juga membawa banyak perempuan ke Jawa dari
Singapura, Malaysia dan Hong Kong untuk melayani para perwira tinggi
Jepang.11Definisi human

traffickingmengalami

perkembangan

sampai

ditetapkannya Protocol to Prevent, Suppress and Punish Trafficking in Persons

Especially Women and Children Suplementing the United NationConvention
Against Transnational Organized Crime tahun 2000. Dalam hal ini yang

dimaksud dengan human trafficking atau perdagangan manusia, yakni: “...the
recruitment, transportation, transfer, harbouring or receipt of persons, by means
of the threat or use of force or other forms of coercion, of abduction, of fraud, of
deception, of the abuse of power or of a position of vulnerability or of the giving
or receiving of payments or benefits to achieve the consent of a person having
control over another person, for the purposes of exploitation. Exploitation shall
include, at a minimum, the exploitation of the prostitution of others or other forms
of sexual exploitation, forced labour or services, slavery or practices similar to

slavery,

servitude

or

the


removal

of

organs.”,

yang

artinya:... perekrutan, pengiriman, pemindahan, penampungan atau penerimaan
seseorang, dengan ancaman atau penggunaan kekerasan atau bentuk-bentuk
tekanan

lain,

penculikan,

pemalsuan,

penipuan


atau

kecurangan,

atau

penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, ataupun menerima/memberi
bayaran, atau manfaat untuk memperoleh persetujuan dari orang yang memegang
kendali atas orang tersebut untuk dieksploitasi, yang secara minimal termasuk
Aggus Bistoni 2007 “Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang ”
Jakarta: Sinar Grafika.
11

Universitas Sumatera Utara

22

ekspolitasi lewat prostitusi atau bentuk-bentuk eksploitasi seksual lainnya, kerja
atau pelayanan paksa, perbudakan atau praktek-praktek yang menyerupainya,
adopsi ilegal atau pengambilan organ-organ tubuh.12

Beberapa penjelasan mengenai contoh kejahatan transnasional :
1. pencucian uang (money laudering)
adalah suatu upaya perbuatan untuk menyembunyikan atau menyamarkan asal
usul uang/dana atau Harta Kekayaan hasil tindak pidana melalui berbagai
transaksi keuangan agar uang atau Harta Kekayaan tersebut tampak seolah-olah
berasal dari kegiatan yang sah/legal.
Pada umumnya pelaku tindak pidana berusaha menyembunyikan atau
menyamarkan asal usul Harta Kekayaan yang merupakan hasil dari tindak pidana
dengan berbagai cara agar Harta Kekayaan hasil kejahatannya sulit ditelusuri oleh
aparat penegak hukum sehingga dengan leluasa memanfaatkan Harta Kekayaan
tersebut baik untuk kegiatan yang sah maupun tidak sah. Oleh karena itu, tindak
pidana Pencucian Uang tidak hanya mengancam stabilitas dan integritas sistem
perekonomian dan sistem keuangan, melainkan juga dapat membahayakan sendisendi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara berdasarkan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Pencucian Uang umumnya dilakukan melalui 3 (tiga) langkah tahapan:
langkah pertama yakni uang/dana yang dihasilkan dari suatu kegiatan tindak
pidana/kejahatan di ubah ke dalam bentuk yang kurang atau tidak menimbulkan
kecurigaan melalui penempatan kepada sistem keuangan dengan berbagai cara

12


“Sosialisasi Bahaya Trafficking”, Jurnal Perempuan, Edisi 15 Februari 2005, hal 9

Universitas Sumatera Utara

23

(tahap penempatan/placement); langkah kedua adalah melakukan transaksi
keuangan yang kompleks, berlapis dan anonim dengan tujuan memisahkan hasil
tindak pidana dari sumbernya ke berbagai rekening sehingga sulit untuk dilacak
asal muasal dana tersebut yang dengan kata lain menyembunyikan atau
menyamarkan asal usul harta kekayaan hasil tindak pidana tersebut (tahap
pelapisan/layering); langkah ketiga (final) merupakan tahapan dimana pelaku
memasukkan kembali dana yang sudah kabur asal usulnya ke dalam Harta
Kekayaan yang telah tampak sah baik untuk dinikmati langsung, diinvestasikan ke
dalam berbagai bentuk kekayaan material maupun keuangan, dipergunakan untuk
membiayai kegaiatan bisnis yang sah ataupun untuk membiayai kembali kegiatan
tindak pidana (tahap integrasi).

2.


perdagangan gelap tanaman dan satwa liar yang dilindungi
Kegiatan perdagangan tumbuhan dan satwa liar, sebagaimana diatur dalam
peraturan perundangan yang berlaku, secara umum mengikuti tahapan penentuan
kuota, perizinan perdagangan tumbuhan dan satwa liar, dan pengawasan
peredaran tumbuhan dan satwa liar sebagai suatu sitem dalam pengendalian
perdagangan tumbuhan dan satwa liar.
Perdagangan jenis tumbuhan dan satwa liar diawali dengan penetapan kuota
pengambilan/penangkapan tumbuhan dan satwa liar dari alam. Kuota merupakan
batas maksimal jenis dan jumlah tumbuhan dan satwa liar yang dapat diambil dari
habitat alam. Penetapan kuota pengambilan/penangkapan tumbuhan dan satwa liar
didasarkan pada prinsip kehati-hatian (precautionary principle) dan dasar-dasar

Universitas Sumatera Utara

24

ilmiah untuk mencegah terjadinya kerusakan atau degradasi populasi (nondetriment finding) baik jenis yang dilindungi maupun tidak dilindungi. Dalam

proses penyusunan kuota disadari bahwa ketersediaan data potensi tumbuhan dan

satwa liar yang menggambarkan populai dan penyebaran setiap jenis masih sangat
terbatas. Untuk itu peranan lembaga swadaya masyarakat dan perguruan tinggi
akan sangat berarti dalam membantu informasi mengenai potensi dan penyebaran
jenis tumbuhan dan satwa liar yang dimanfaatkan.

3. Perdagangan Manusia
Perdagangan manusia adalah segala transaksi jual beli terhadap manusia.
Menurut Protokol Palermo pada ayat tiga definisi aktivitas transaksi meliputi:


perikritan



perekrutan



pengiriman




pemindah-tanganan



penampungan atau penerimaan orang
Yang dilakukan dengan ancaman, atau penggunaan kekuatan atau bentuk-bentuk
pemaksaan lainya, seperti:



penculikan



muslihat atau tipu daya




penyalahgunaan kekuasaan



penyalahgunaan posisi rawan

Universitas Sumatera Utara

25



menggunakan pemberian atau penerimaan pembayaran (keuntungan) sehingga
diperoleh persetujuan secara sadar (consent) dari orang yang memegang kontrol
atas orang lainnya untuk tujuan eksploitasi.
Eksploitasi meliputi setidak-tidaknya; pelacuran (eksploitasi prostitusi) orang lain
atau lainnya seperti kerja atau layanan paksa, pebudakan atau praktik-praktik
serupa perbudakan, perhambaan atau pengambilan organ tubuh.
Dalam hal anak perdagangan anak yang dimaksud adalah setiap orang yang
umurnya kurang dari 18 tahun.


4. Pasar Gelap
Pasar gelap ialah sektor kegiatan ekonomi yang melibatkan transaksi ekonomi
ilegal, khususnya pembelian dan penjualan barang dagangan secara tak sah.
Barang-barangnya sendiri bisa ilegal, seperti penjualan senjata atau obat-obatan
terlarang; barang dagangan bisa curian; atau barang dagangan barangkali
sebaliknya merupakan barang resmi yang dijual secara gelap untuk menghindari
pembayaran pajak atau syarat lisensi, seperti rokokatau senjata api tak terdaftar.
Disebut demikian karena urusan "ekonomi gelap" atau "pasar gelap" dilakukan di
luar hukum, dan perlu diadakan "dalam kegelapan", di luar penglihatan hukum.
Pasar gelap dikatakan berkembang saat pembatasan tempat negarapada produksi
atau syarat barang dan layanan yang berasal dari konflik dengan permintaan pasar.
Pasar-pasar itu berhasil baik, kemudian, saat pembatasan negara makin berat,
seperti selama pelarangan atau pendistribusian. Bagaimanapun, pasar gelap secara
normal hadir dalam ekonomi kapitalisme maupun sosialisme. Istilah pasar gelap

Universitas Sumatera Utara

26

dalam bahasa inggris dikenal dengan illicit trade (dulu illegal trade, sekarang
berusaha untuk dihapus karena tidak sesuai).13

5. Tindak Pidana Korupsi
Pengertian Korupsi menurut Helbert Edelherz

yang diistilahkan dengan

kejahatan kerak putih (white collar crime), Korupsi adalah suatu perbuatan atau
serentetan perbuatan yang bersifat ilegal dimana dilakukan secara fisik dengan
akal bulus atau terselubung untuk mendapatkan uang atau kekayaan serta
menghindari pembayaran atau pengeluaran uang atau kekayaan atau untuk
mendapatkan bisnis atau keuntungan pribadi.
Dalam

penjelasan

UU

No

7

Tahun

2006, Pengertian

Tindak

Pidana

Korupsi adalah ancaman terhadap prinsip-prinsip demokrasi yang menjunjung
tinggi transparansi, integritas dan akuntabilitas, serta keamanan dan strabilitas
bangsa Indonesia. Oleh karena itu, maka korupsi merupakan tindak pidana yang
bersifat sistematik dan merugikan langkah-langkah pencegahan tingkat nasional
maupun tingkat internasional. Dalam pelaksanaan pencegahan dan pemberantasan
tindak pidana korupsi yang efisien dan efektif diperlukan dukungan manajemen
tata pemerintahan yang baik dan kerja sama internasional, termasuk di dalamnya
pengembalian aset-aset yang berasal dari tindak pidana korupsi tersebut.14

Artikel “Kejahatan Transnasional” Diposkan oleh Mar HBBC diakses dari
www.hbbc.co.id diakses pada 20 Juni 2016 pukul 18.55 WIB
14
Ermansjah Djaja, 2009. Memberantas Korupsi Bersama KPK (Komisi
Pemberantasan Korupsi). Penerbit Sinar Grafika : Jakarta
13

Universitas Sumatera Utara

27

6. Kejahatan Maritim
7.
Kejahatan maritim merupakan ancaman serius terhadap keselamatan pelaut,
perdagangan internasional dan stabilitas regional. Sebagai lebih dari 90% * dari
perdagangan global dilakukan oleh laut, dampak ekonomi dari kejahatan maritim
dapat melumpuhkan. kejahatan maritim tidak hanya mencakup kegiatan kriminal
diarahkan pada pembuluh atau struktur maritim, tetapi juga penggunaan laut lepas
untuk melakukan kejahatan transnasional terorganisasi seperti penyelundupan
orang atau zat terlarang. Bentuk-bentuk kejahatan maritim dapat memiliki
konsekuensi manusia yang menghancurkan. Karena sifat unik dari laut lepas jatuh di luar yurisdiksi Negara tunggal, tetapi dalam tanggung jawab bersama dari
semua - pendekatan yang terkoordinasi dan komprehensif harus diambil untuk
mengatasi kejahatan baik yang terjadi di laut dan sedang dilakukan melalui
penggunaan domain maritim. Ini termasuk mengganggu kegiatan kriminal di laut,
penguatan kapasitas penegak hukum maritim dalam negeri, dan mengatasi akar
penyebab kejahatan maritim di darat.15

8. Kejahatan Pembajakan Laut
Perompakan Kapal adalah salah satu bentuk dari kejahatan maritim. Istilah
perompakan kapal atau "piracy" memiliki pengertian yang beraneka ragam, baik
pengertian yang sifatnya akademis atau praktis maupun definisi yang telah
15

UNODC Global Maritime Crime Programme diakses dari
http://www.unodc.org/unodc/en/piracy/index.html?ref=menuside pada tanggal 2 Oktober 2016
pukul 21.27 WIB

Universitas Sumatera Utara

28

menjadi suatu pedoman yurisdis dan telah disepakati oleh negara-negara berdaulat
di dunia. namun jelas bahwa terdapat perbedaan mendasar antara perompak kapal
dengan perompak kapal dengan pencurian di laut, perampokan diatas kapal,
kejahatan teroris melalui kapal atau penyelundupan.
Oppenheim memberikan pengertian tentang pembajakan atau “piracy”:
“Perompakan kapal, dalam makna aslinya adalah setiap perbuatan kekerasan yang
melawan hukum yang dilakukan oleh suatu kapal tertentu terhadap kapal lainnya
di laut bebas dengan maksud untuk mengambil alih barang berharga secara tidak
sah.” Sedangkan Merriam Webster mendefinisikan “Perompakan kapal atau
“piracy” sebagai suatu tindakan kriminal perampokan di laut bebas, atau suatu
perilaku kriminal yang menyerupai perampokan yang terjadi di laut bebas.”
Menurut Harvard Research Draft Convention on Piracy artikel 3 memberikan
pemahaman tentang pembajakan sebagai berikut :
“Setiap tindakan kekerasan atau perusakan yang dilakukan dengan maksud
untuk merampok, memperkosa, memenjarakan atau membunuh, memperbudak,
melukai seseorang atau dengan maksud untuk mencuri atau merusak barang
berharga dengan motif untuk memiliki barang berharga tersebut secara tidak sah,
dimana tindakan tersebut terkait dengan suatu penyerangan daari laut atau dari
udara.”16

16

R. Fajriansyah,Jurnal“Konflik Hukum Dalam Penegakan Hukum atas Kejahatan
Perompakan Kapal di Laut”2009diakses dari http://kanalhukum.id/kanalis/konflik-hukum-dalampenegakan-hukum-atas-kejahatan-perompakan-kapal-di-laut/12 pada tanggal 2 oktober 2016 pukul
21.33 WIB

Universitas Sumatera Utara

29

8. Terorisme
Terorisme terus menimbulkan ancaman besar bagi perdamaian dan keamanan
internasional dan merusak nilai-nilai inti dari PBB. Tindakan teroris bertujuan
untuk mengacaukan pemerintah dan merusak pembangunan ekonomi dan sosial.
Mengatasi ancaman ini jauh lebih sulit mengingat sifat kompleks dan terus
berkembang dari kegiatan teroris. motivasi, pendanaan, metode serangan dan
pilihan target yang terus berubah. Tindakan teroris sering menentang perbatasan
nasional; salah satu aksi terorisme dapat melibatkan kegiatan dan aktor dari
berbagai negara. Mengingat kompleksitas ini, koordinasi yang kuat dan kerja
sama dalam pemerintah nasional dan antara negara-negara dan organisasiorganisasi di tingkat regional dan internasional sangat penting untuk secara efektif
memerangi terorisme, untuk berbagi praktik terbaik dan pelajaran dan untuk
membantu penyelidikan dan penuntutan kasus-kasus terorisme.
Menanggapi ancaman ini, secara bertahap selama lima dekade kerja, masyarakat
internasional telah mengembangkan kerangka hukum yang universal umum
terhadap terorisme. Kerangka kerja ini terdiri dari 19 instrumen hukum universal
terhadap terorisme bersama dengan Resolusi Dewan Keamanan PBB yang
relevan. Pelaksanaan konvensi ini, protokol dan resolusi diinformasikan oleh
bimbingan yang diberikan oleh Counter-Terrorism Strategi Global PBB bersama
dengan Resolusi Majelis Umum PBB.17

17

The United Nations Office on Drugs and Crime and Terrorism Prevention diakses dari
http://www.unodc.org/unodc/en/terrorism/index.html pada tanggal 2 Oktober 2012 pukul
22.00 WI

Universitas Sumatera Utara

30

Adapun bentuk-bentuk perdagangan orang di Indonesia, antara lain:
a. Dijadikan sebagai pekerja rumah tangga
b.

Dipekerjakan di klub-klub malam atau tempat-tempat lain yang
serupa (di antaranya sebagai pemandu karaoke).

c. Dijadikan sebagai pelacur.
d. Dipekerjakan sebagai model, artis atau penyanyi pada industri
pornografi
e. Dipekerjakan secara paksa sebagai penjual obat-obatan terlarang.
f. Bekerja di luar negeri.
g. Kawin kontrak.
h.

Eksploitasi anak untuk dijadikan sebagai pengemis.

i. Perdagangan bayi yang meliputi penculikan bayi, penculikan
wanita hamil, peminjaman uang kepada orang tua bayi yang
tidak mungkin bisa dikembalikan, sehingga konsekuensinya
mereka harus mengganti dengan bayi mereka.
j.

Praktik penyamaran sebagai dokter di rumah sakit.

k.

Penipuan dengan kedok penawaran kerja yang tidak berat
dengan iming-iming gaji yang tinggi.

l. Penipuan dengan kedok penawaran kerja pada perempuan yang
ternyata dipaksa untuk menjadi pelacur.
m. Penculikan bayi atau ibu hamil yang memiliki keterbatasan
ekonomi untuk bersalin, caranya dengan menawarkan bantuan

Universitas Sumatera Utara

31

biaya persalinan. Pada saat melahirkan, bayi ibu itu diambil
paksa oleh pelaku untuk diperdagangkan.
n.

Anak dipaksa bekerja selayaknya orang dewasa dengan waktu
yang

melebihi

batas

kemampuan,

tanpa

diperhatikan

keselamatan dan kesehatannya serta tidak mendapatkan gaji.
Persoalan perdagangan orang yang terjadi di dunia saat ini tidak hanya
terkait persoalan dalam lingkup kebijakan aplikasi dan kebijakan eksekusi terkait
perundang-undangan perdagangan orang, seperti masih rendahnya respon dan
komitmen negara, tindakan pencegahan dan penanggulangan lebih mengandalkan
sarana penal, penanganan dan penindakan banyak diwarnai dengan permainan
kotor dan kurang intensif dan efektifnya kerjasama di dalam negeri maupun lintas
batas negara secara bilateral, regional dan internasional. Akan tetapi persoalannya
berawal dari banyak ragamnya definisi perdagangan orang.18
Dalam beberapa kasus, korban perdagangan manusia tidak datang dari
kalangan orang yang paling miskin atau paling tidak berdaya. Orang yang
memiliki penyakit, orang yang sudah tua serta orang yang mengalami kekurangan
gizi dan lemah secara fisik tidak dicari oleh para pedagang manusia. Mereka
adalah komoditas manusia yang memiliki nilai yang rendah untuk menghasilkan
keuntungan yang tinggi. Biasanya kebanyakan korban perdagangan manusia
adalah orang-orang yang sehat dari kalangan miskin, tetapi bukan dari golongan

18

Heni Siswanto, Rekonstruksi Sistem Penegakan Hukum Pidana Menghadapi Kejahatan
Perdagangan Orang,2007Jakarta:Pustaka Magister, hlm. 12

Universitas Sumatera Utara

32

masyarakat termiskin, orang yang tertindas dan mendapatkan diskriminasi secara
sosial serta para wanita19

B. Peraturan Pemerintah yang Mengatur Tentang Perdagangan Orang
Setelah Menjadi Peserta UNTOC

Indonesia

telah

berusaha

memberikan

perlindungan

kepada

korban trafficking sesuai standar The Trafficking Victims Protection Act (TVPA).
Namun

di

sisi

lain

di

Indonesia

terdapat

peningkatan

jumlah

korban trafficking secara signifikan. Indonesia berada satu kategori dengan
dengan negara Kamboja, Jepang, Thailand, Timor-Leste, dan Taiwan.
Perusahaan-perusahaan perekrut buruh seperti ini yang biasa dikenal dengan
PJTKI (Penyalur Jasa Tenaga Kerja Indonesia) beroperasi seperti halnya
kelompok pelaku perdagangan manusia yaitu membujuk pria dan wanita dan
menjerat mereka ke dalam sistem kerja paksa, pembantu rumah tangga, dan
situasi perdagangan manusia lainnya. Banyak pekerja, terutama wanita yang
tadinya ingin bermigrasi menjadi korban perdagangan manusia dalam upaya
mereka mencari kerja di luar negeri melalui jasa PJTKI yang resmi maupun gelap.
Para agen tenaga kerja ini membebani komisi sampai 3.000 dolar AS yang sering
menyebabkan pekerja tersebut menjadi berutang ketika bekerja di luar negeri
sehingga mereka justru tejerat dalam situasi yang mengakibatkan sistem kerja
paksa yang menyengsarakan para pekerja tersebut. Banyak PJTKI yang
19

Ismail Suny, Perlindungan Hak Asasi Manusia dalam Konstitusi Indonesia , Jakarta,
Penerbit Lentera Hati, Cetakan I, 2002

Universitas Sumatera Utara

33

dilaporkan menahan dokumen-dokumen para pekerja dan menyekap mereka di
pusat penampungan selama berbulan-bulan. Beberapa PJTKI juga menggunakan
ancaman kekerasan untuk mengendalikan para calon pekerja imigran tersebut.
Agen-agen tenaga kerja juga sering memalsukan tanggal lahir, termasuk
tanggallahir anak-anak, untuk memperlancar proses pembuatan paspor dan
dokumen bagi para pekerja imigran.20
Kasus penyiksaan, gaji yang tidak dibayarkan hingga pembunuhan terhadap
Tenaga Kerja Indonesia (TKI) atau sebut saja Buruh Migran Indonesia (BMI)
diluar negeri kembali mengemuka, khususnya BMI yang bekerja di NegaraNegara Timur Tengah seperti Arab Saudi, Jordania dan di Negeri Jiran Malaysia.
Fenomena ini seakan tidak henti-hentinya terjadi, adakah yang salah dengan
proses pengiriman BMI ke luar negeri atau mungkin banyak BMI Indonesia
merupakan korban trafficking. Kondisi masyarakat Indonesia yang masih banyak
berada dalam garis kemiskinan akibat buruknya kondisi ekonomi, sosial dan
pendidikan yang menjadikan kehidupannya selalu dalam himpitan kehidupan.
Himpitan kehidupan ini kemudian menimbulkan masyarakat untuk mencari jalan
keluar dengan melakukan segala daya upaya dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya sendiri. Dalam pemenuhan itu, kadang kala mereka tidak memikirkan
dampak dari apa yang mereka kerjakan. Yang penting bagi mereka, hidup harus
terus berjalan. Rendahnya tingkat ekonomi, pendidikan dan situasi psikologis
inilah menjadi salah satu penyebab yang tidak disadari sebagai peluang
munculnya human trafficking atau perdagangan manusia. Istilah yang kemudian
20

Diakses dari http://jakarta.usembassy.gov/bhs/siaranpers/June09/traf_indonesia_id.html pada tanggal 15 Juni 2016 Pukul 18.52 WIB

Universitas Sumatera Utara

34

diserap kedalam bahasa Indonesia dengan kata trafiking ini, sampai saat ini saya
kira

belum

mendapat

perhatian

yang

maksimal

dan

konsisten

dari stakeholders atau pemangku kepentingan yang terkait. Kemudian tidaklah
mengherankan jika korban trafiking terus berjatuhan dan semakin sering terjadi,
bahkan bukan hal yang mustahil bila korban demi korban masih mungkin
bertambah dan akan terus meningkat. Oleh karena itu, untuk mencegah
bertambahnya korban yang lebih banyak lagi terhadap masyarakat khususnya
rakyat atau Warga Negara Indonesia. Kiranya perlu kita kaji mengenai masalah
ini agar kedepan masalah human trafficking ini menjadi tereliminasi atau bahkan
tidak sama sekali terjadi. Tulisan ini ingin menjelaskan mengenai akar
permasalahan human trafficking yang selama ini menjadi global issues dan
mencari solusi untuk mengatasinya.21
Perdagangan orang tidak lagi tebatas pada batas-batas wilayah negara, akan
tetapi berlangsung melalui lintas batas. Hal ini tidak hanya terjadi di Indonesia
saja, tetapi juga keluar negeri seperti Saudi Arabia, Jepang, Malaysia, Hongkong,
Taiwan, Singapura dan beragai negara lain.22Di Indonesia, Perdagangan
perempuan di bawah 18 tahun kini mencapai dua pertiga dalam seluruh kasus
perdagangan anak. Perdagangan anak-anak, kebanyakan perempuan, kini sebesar
27 persen dari seluruh kasus perdagangan orang. Kantor Perserikatan Bangsabangsa untuk Narkotika dan Kriminalitas (UN Office on Drugs and
Crime/UNODC) dalam laporan tahunannya menyebut perdagangan perempuan di

Hertanto MA, “Human Traficking: Akar Permasalahan dan Solusinya ” Jakarta, Sinar
Grafika, 2005
22
Nur Rochaeti, 2005, Trafficking (Perdaganagan) Perempuan Dan Anak Di Indonesia
Sebagai Pelanggaran Hak Asasi Manusia , hal 74, Jakarta Raja Grafindo Persada
21

Universitas Sumatera Utara

35

bawah 18 tahun kini mencapai dua pertiga dalam seluruh kasus perdagangan anak,
dengan persentase sebesar 15 hingga 20 persen dari seluruh korbanyang terdata
Angka ini naik terus dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Laporan itu berbasis
pada data resmi yang diserahkan oleh 132 negara antara 2007-2010. Mayoritas
korban perdagangan manusia adalah perempuan, yang angkanya sebesar 55
hingga 60 persen korban. Sementara total korban perdagangan perempuan dan
anak mencapai 75 persen."Perdagangan manusia membutuhkan respon kuat dalam
pendampingan dan perlindungan korban, penguatan sistem hukum kriminal,
kebijakan migrasi yang kokoh dan aturan yang ketat dalam pasar tenaga kerja,"
kata Direktur UNODC, Yury Fedotov, dalam statemen di laporan tahunan
itu,yang dirilis hari itu. Angka sesungguhnya dalam perdagangan manusia, disebut
jauh lebih tinggi daripada yang tercatat dalam data. Dalam laporan tahunan itu
juga tersembul kenyataan miris: 16 persen negara melaporkan tak ada satu pun
tersangka dalam kasus perdagangan manusia mendapatkan hukuman pidana
antara 2007 hingga 2010. Segi positifnya, sudah 154 negara anggota PBB
meratifikasi Protokol Perdagangan Manusia PBB.23
Provinsi-provinsi di Indonesia menjadi sumber maupun tujuan perdagangan
manusia terutama adalah Jawa diikuti kemudian oleh Kalimantan Barat,
Lampung, Sumatra Utara, Banten Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat, Nusa
Tenggara Timur, dan Sulawesi Utara. Perdagangan gadis remaja terutama dari
wilayah Kalimantan Barat ke Taiwan yang berpura-pura sebagai pengantin wanita

23

Ibid hal 12

Universitas Sumatera Utara

36

masih terus terjadi. Setiba disana, mereka dipaksa menjadi PSK.24 Sebuah tren
baru terjadi satu tahun terakhir ini yaitu perdagangan puluhan wanita Indonesia ke
wilayah Kurdistan di Irak untuk menjadi pembantu rumah tangga (PRT). Tren
lainnya adalah menculik gadis belia yang dilakukan para pelaku perdagangan
manusia untuk dikirim ke Malaysia dan dipaksa menjadi PSK. Wanita dari Cina,
Thailand, dan Eropa Timur diperdagangkan ke Indonesia untuk tujuan eksploitasi
seksual meskipun jumlahnya jauh lebih kecil dibandingkan jumlah wanita
Indonesia yang diperdagangkan untuk tujuan serupa. Perdagangan manusia di
dalam negeri masih menjadi masalah besar di Indonesia, di mana para wanita dan
anak dieksploitasi menjadi PRT, pekerja seks komersial, dan buruh pabrik-pabrik
kecil. Para pelaku perdangan manusia kadang bersekongkol dengan pihak sekolah
untuk mulai merekrut pelajar-pelajar muda di sekolah kejuruan untuk menjadi
tenaga kerja paksa di hotel Malaysia melalui peluang “magang” yang sebenarnya
fiktif. Warga dari Indonesia direkrut dengan tawaran untuk bekerja di restoran,
pabrik, atau sebagai pembantu rumah tangga (PRT) dan kemudian dipaksa
menjalani perdagangan seks. Selain itu, sangat mengenaskan juga dialami oleh
anak-anak Indonesia yang menjadi korban “pariwisata seks” dengan pelaku
mayoritas dari wisatawan Malaysia dan Singapura. “Pariwisata seks” yang
melibatkan anak-anak banyak ditemui di daerah - daerah perkotaan dan daerah
tujuan wisata.25

24

Sri Palupi, 2009,Urgensi Amandemen Undang-undang No. 39 Tahun 2004, tentang
Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia . Yogyakarta: Institute for Ecosoc Right
25
Diakses dari http://emeidwinanarhati.blogspot.com/2012/09/tindak-pidanaperdagangan-orang.html diunduh pada 20 Juni 2016, Pukul 15.00 WIB

Universitas Sumatera Utara

37

Menurut

Harkristuti

Harkrisnowo,26

bentuk

dan

modus

operasi

perdagangan orang yang terjadi di Indonesia dapat ditemukan sebagai berikut:
a) Pengiriman tenaga kerja Indonesia (TKI) ke luar negeri tanpa
disertai dokumen resmi atau dengan dokumen resmi yang
dipalsukan dengan berkedok berbagai kegiatan legal, misalnya
”misi kebudayaan”.
b) Penempatan tenaga kerja di dalam negeri untuk dieksploitasi secara
seksual.
c) Penyelenggaraan perkawinan berbatas waktu untuk melegalisasi
hubungan seksual dalam jangka waktu tertentu dengan mendapat
kompensasi finansial (kawin kontrak), yang biasanya dilakukan oleh
lelaki

pekerja

asing

dengan

perempuan

Indonesia.

d.

Penyelenggaraan perkawinan antarnegara melalui pesanan (mailorder bride) dan si pengantin perempuan sama sekali tidak

mengetahui kondisi sebenarnya dari calon suaminya. e. Perekrutan
anak-anak untuk menjadi pekerja di jermal dengan upah yang sangat
minim, kondisi kerja yang mengancam kesehatan tubuh, mental dan
moral mereka. f. Pengangkutan anak atau bayi yang dilakukan tanpa
proses hukum yang benar (due process of law).

Sistem penegakan hukum pada hakikatnya merupakan suatu sistem
penegakan substansi hukum, di bidang hukum pidana meliputi hukum pidana
26

Harkristuti Harkrisnowo, Jurnal Tindak Pidana Perdagangan Orang: Beberapa
Catatan, Law Review, Volume 7, 2007, hlm. 6.

Universitas Sumatera Utara

38

materil, hukum pidana formil, dan hukum pelaksanaan pidana. Dilihat dari sudut
substansi hukum, sistem penegakan hukum pada hakikatnya merupakan integrated
legal system atau integrated legal substance. Hal ini sesuai dengan Encyclopedia
dari Sanford H. Kadish di atas yang menyebutnya dengan istilah sistem normatif
(normative system).27 Perdagangan manusia di Indonesia saat ini terkait ketiga

bidang substansi hukum pidana terkait hukum pidana materiel (Materielle
Strafrecht), hukum pidana formal (Strafverfahrensrecht/Strafprozessrecht), dan

hukum pelaksanaan pidana (Strafvollstreckungsrecht/execution of punishment)
yang didasarkan pada sejumlah perundang-undangan, ialah Undang-Undang
Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang
(UU PTPPO), Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), Kitab UndangUndang Hukum Acara Pidana (KUHAP) dan sejumlah hukum pelaksanaan
pidana.28

Ada beberapa Hukum yang terkait dengan human trafficking di Indonesia,
antaranya:
a) Undang–Undang Dasar RI 1945
b) Tap MPR XVII Tentang Hak Asasi Manusia (HAM)
c) Undang–Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia
d) Undang–Undang Nomor 23 tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak

27

Barda Nawawi Arief, “Pembaharuan Sistem Penegakan Hukum”, Sinar Grafika, 2007

hal 41
28

Ibid halm 12

Universitas Sumatera Utara

39

Terdapat pula peraturan-peraturan yang berisi upaya Pemerintah Dalam
Upaya Pencegahan dan Mengatasi Human Trafficking, yaitu:
1. Berpedoman pada UU No. 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak
2. Pidana Perdagangan Orang (PTPPO).
3.

Memperluas sosialisasi UU No. 21 Tahun 2007 tentang PTPPO.

4. Perlindungan anak (UU No. 23 Tahun 2003).
5. Pembentukkan Pusat Pelayanan Terpadu (PP No. 9 Tahun 2008 tentang tata
cara dan mekanisme pelayanan terpadu bagi saksi atau korban TPPO).
6.

Pemerintah

telah

menyusun

Rencana

Aksi

Nasional

Penghapusan

Perdagangan Anak (Kepres No. 88/2002).
7. Pembentukkan Gugus Tugas PTPPO terdiri dari berbagai elemen pemerintah
dan masyarakat (PERPRES No. 69 Tahun 2008 tentang Gugus Tugas
Pencegahan dan Penanganan TPPO ).
8. Penyusunan draft Perda Trafficking.

Tindak pidana perdagangan manusia yang merupakan kejahatan lintas
Negara atau kejahatan transnasional sudah menjadi keprihatinan global Negaranegara di dunia. Khusus untuk Indonesia agar dapat menjerat pelaku tindak pidana
trafiking, Indonesia sudah mempunyai Undang-undang No. 21 Tahun 2007
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang.29 Akan tetapi,

29

Undang-undang No 21 Tahun 2007, tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Perdagangan Orang

Universitas Sumatera Utara

40

disayangkan sekali terkadang aparat penegak hukum justru menjadi mitra bagi
pelaku perdagangan manusia, misalnya kerjasama dengan PJTKI.30
Sosiologi kriminal sangat membutuhkan31 data-data akurat dengan
mengadakan pencatatan dari kejahatan yang terjadi dengan meninjau secara
keseluruhan gejala ini dalam angka-angka.32 Statistik untuk Perdagangan orang
yang konkrit dan dapat diandalkan di Indonesia masih sangat sulit untuk
didapatkan, karena ke-ilegalan-nya dan karena sifatnya tersembunyi. Meskipun
demikian, informasi berikut ini mungkin dapat memberikan gambaran cakupan
dari masalah ini; pertama buruh migran: Departemen Tenaga Kerja dan
Transmigrasi memperkirakan bahwa pada tahun 2009 terdapat sekitar 500.000
warga negara Indonesia yang bermigrasi keluar negeri untuk bekerja melalui jalur
tidak resmi. Berbagai LSM di Indonesia memperkirakan bahwa sekitar 1,4 sampai
2,1 juta buruh migran perempuan Indonesia saat ini sedang bekerja diluar negeri;
kedua Pembantu Rumah Tangga (PRT): Sebuah laporan dari konferensi ILOIPEC 2001 memperkirakan bahwa ada sekitar 1,4 juta PRT dari Indonesia di
Malaysia, dan 23 persennya adalah anak-anak; ketiga Pekerja Seks Komersial:
Sebuah laporan Organisasi Perburuhan Dunia (ILO) tahun 2008 memperkirakan

30

Emei Dwinanarhati Setiamandani, 2012, Jurna l Tindak Pidana Perdagangan Orang
Ditinjau Dari Perspektif Kriminologi, Universitas Muhammadiyah Malang
31

Diakses
dari
http://www.sumbawanews.com/berita/gerindra-minta-tegas-stopperdagangan-orang-dan-perbudakan-modern, diunduh 22 Juni 2016 pukul 16.00 WIB
32

Bonger, 1995, Pengantar Tentang Kriminologi. Jakarta: Pustaka Sarjana, hal 27

Universitas Sumatera Utara

41

bahwa ada sekitar 130.000 – 240.000 pekerja seks dari Indonesia di Hongkong
dan sampai 30 persennya adalah anak-anak di bawah 18 tahun33.
Lebih lanjut pasal 21 Undang-Undang nomor 39 tahun 1999 tentang HAM
menyatakan bahwa, dalam hal warga negara Indonesia terancam bahaya nyata,
Perwakilan Indonesia berkewajiban memberikan perlindungan, membantu, dan
menghimpun mereka di wilayah yang aman, serta mengusahakan memulangkan
mereka ke Indonesia atas biaya negara34. Pengertian diatas adalah memberikan
upaya-upaya

yang

dilakukan

terhadap

korban

perdagangan

orang,

sertamengusahakan untuk memulangkannya ke Indonesia, dan pemerintah wajib
melindungi warga negara yang menjadi korban perdagangan orang di luar
negeri.35

33

Hamim, Anis dan Agustinanto. 2008. Mencari Solusi Keadilan Bagi Perempuan
Korban Perdagangan; Sulistyowati Irianti (ed). Perempuan dan Hukum, Menuju Hukum yang
Berperspektif Kesetaraan dan Keadilan. Jakarta
34

Diakses dari
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/33150/3/Chapter%20II.pdf diunduh, 25 Juni 2016,
pukul 19.00 WIB.
35

Diakses dari
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/33150/3/Chapter%20II.pdf diunduh, 25 Juni 2016,
pukul 19.00 WIB.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pengaruh United Nations Convention Against Transnational Organized Crime (UNCATOG) Terhadap Kejahatan Carding Di Indonesia

2 19 40

MEKANISME MUTUAL LEGAL ASSISTANCE (MLA) TERHADAP PENYELESAIAN KEJAHATAN YANG DIATUR DALAM UNITED NATIONS CONVENTION AGAINST TRANSNATIONAL ORGANIZED CRIME (UNTOC) DAN IMPLEMENTASINYA DI INDONESIA

2 26 65

Conference of the Parties to the United Nations Convention against Transnational Organized Crime and the Protocols Thereto

0 0 32

Conference of the Parties to the United Nations Convention against Transnational Organized Crime and the Protocols Thereto

0 0 32

Conference of the Parties to the United Nations Convention against Transnational Organized Crime and the Protocols Thereto

0 0 32

Implementasi United Nations Convention Against Transnational Organized Crime (UNTOC) Dalam Pencegahan Dan Penindakan Perdagangan Orang Di Indonesia

0 0 11

Implementasi United Nations Convention Against Transnational Organized Crime (UNTOC) Dalam Pencegahan Dan Penindakan Perdagangan Orang Di Indonesia

0 0 1

Implementasi United Nations Convention Against Transnational Organized Crime (UNTOC) Dalam Pencegahan Dan Penindakan Perdagangan Orang Di Indonesia

0 1 19

Implementasi United Nations Convention Against Transnational Organized Crime (UNTOC) Dalam Pencegahan Dan Penindakan Perdagangan Orang Di Indonesia Chapter III V

0 0 39

Implementasi United Nations Convention Against Transnational Organized Crime (UNTOC) Dalam Pencegahan Dan Penindakan Perdagangan Orang Di Indonesia

0 0 8