PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELA

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V MELALUI
METODE RESITASI DI SD AL AZHAR SYIFA BUDI JAKARTA SELATAN
Harlinda Syofyan
Universitas Esa Unggul
soflynda@yahoo.com\

Abstract: The purpose of the study is to obtain empirical data about the result of learning
science held at SD Al Azhar Syifa Budi Jakarta Selatan, on the subject of “Living things
Adaptation with Environment”. This study uses action research, which emphasizes the teaching
of Science by using the method of recitation.The subjects are students at SD Al Azhar Syifa
Budi Jakarta Selatan totaling 22 people. Other participants are the main researcher and two
colleagues observer of the elements in the same school. Data collection technicques used in this
study is through tests (daily tests) and the result observation.This result of the study shows that
the achievement of minimum competence criteria in learning (Mastery Learning) held on the
second cycle of 90,90%. This study conclude : 1) Recitation teaching methods can improve
learning outcomes on science on competences basis “Living things Adaptation with
Environment”., and 2) There is a relation between the student’s achievement with the learning
of operational steps, which are designed in a classroom action research conducted by researcher.
Key words: recitation methode, result of science, adaptation of living things
Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh data empiris tentang hasil belajar
ilmu diadakan di SD Al Azhar Syifa Budi Jakarta Selatan, pada subjek "Hidup hal Adaptasi

dengan Lingkungan". Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan, yang menekankan
pengajaran Ilmu dengan menggunakan metode pelajaran recitation.The adalah mahasiswa di SD
Al Azhar Syifa Budi Jakarta Selatan berjumlah 22 orang. Peserta lainnya adalah peneliti utama
dan dua rekannya pengamat dari unsur-unsur di sekolah yang sama. technicques pengumpulan
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui tes (tes harian) dan hasilnya hasilnya
observation.This penelitian menunjukkan bahwa pencapaian kriteria kompetensi minimum
dalam belajar (Mastery Learning) yang diselenggarakan pada siklus kedua 90,90%. Penelitian
ini menyimpulkan: 1) metode pengajaran Zikir dapat meningkatkan hasil belajar ilmu
pengetahuan tentang kompetensi dasar "Hidup hal Adaptasi dengan Lingkungan", dan 2) Ada
hubungan antara prestasi siswa dengan belajar dari langkah-langkah operasional, yang
dirancang dalam. penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh peneliti.
Kata kunci: metode pembacaan, hasil dari ilmu pengetahuan, adaptasi makhluk hidup

Penggunaan metode pembelajaran yang tepat,

kecocokannya dengan karakteristik materi

merupakan suatu alternatif mengatasi masalah

pelajaran serta keadaan siswa yang meliputi


rendahnya daya serap siswa terhadap pelajaran

kemampuan, kecepatan belajar, minat, waktu

IPA, guna meningkatkan mutu pengajaran.

yang dimiliki dan keadaan sosial ekonomi

Penerapan suatu metode pengajaran harus

siswa sebagai objek.

ditinjau dari segi keefektifan, keefesienan dan

134

Peningkatan Hasil Belajar Ipa Siswa Kelas V
Melalui Metode Resitasi Di Sd Al Azhar Syifa
Budi Jakarta Selatan

Herlynda Syopyan
IPA adalah salah satu mata pelajaran yang

siswa. Pada peningkatan prestasi belajar siswa

diberikan di Sekolah Dasar. Pendidikan IPA

bukan hanya peran guru yang dibutuhkan

pada

tetapi siswa sendirilah yang dituntut peran

tingkat

dasar

akan

memberikan

bagi

aktif dalam proses belajar mengajar. Salah satu

keseluruhan proses pendidikan anak dan

hal yang penting dimiliki oleh siswa dalam

perkembangan

meningkatkan

kontribusi

yang

sangat

individu


berarti

selanjutnya.

IPA

prestasi

belajarnya

adalah

memberikan pengetahuan tentang lingkungan

penguasaan bahan pelajaran. Banyak metode

alam,

keterampilan,


yang dapat digunakan oleh guru dalam upaya

wawasan, sebagai sarana yang penting untuk

mengaktifkan siswa, salah satunya adalah

penguasaan IPTEK dan penanaman nilai-nilai

metode

serta sikap dalam menghargai alam dalam

metode pembelajaran dengan penyajian bahan

hubungannya dengan kehidupan manusia,

oleh guru dengan cara memberikan tugas

sehingga memiliki kesadaran teknologi dalam


tertentu agar siswa aktif dalam pembelajaran

kaitannya dengan pemanfaatan bagi kehidupan

dan

sehari-hari. Oleh karena itu pada pembelajaran

menyelesaikan tugas serta mengevaluasi siswa

IPA, guru hendaknya mengajar dengan cara

dalam mempertanggungjawabkan tugas yang

melibatkan siswa secara aktif dalam proses

telah

pembelajaran..


metode Resitasi ini dapat menjadi solusi yang

mengembangkan

resitasi.

Metode

memberikan

diberikan.

Resitasi

adalah

bimbingan

Selanjutnya


dalam

diharapkan

Salah satu metode yang diterapkan dalam

terbaik untuk mengaktifkan siswa dalam

melibatkan siswa secara aktif, guna menunjang

meningkatkan hasil belajar IPA di Al Azhar

kelancaran proses belajar mengajar adalah

Syifa Budi Jakarta Selatan.
Menurut Syaodih (2005) Hasil belajar atau

menggunakan metode resitasi. Dalam metode

achievement


merupakan

keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar.

pemekaran

dari

Hal ini disebabkan karena siswa dituntut untuk

potensial

menyelesaikan tugas yang diberikan guru dan

seseorang. Penguasaan hasil belajar oleh

harus dipertanggungjawabkan.

seseorang dapat dilihat dari perilakunya, baik


resitasi

diharapkan

mampu

memancing

atau

perilaku

Metode pembelajaran yang sesuai dengan

dalam

realisasi

atau

kecakapan-kecakapan

kapasitas

yang

bentuk

dimiliki

penguasaan

materi yang diajarkan akan meningkatkan

pengetahuan, keterampilan berpikir maupun

motivasi belajar siswa. Pemberian tugas pada

kemampuan

setiap pertemuan mempengaruhi hasil belajar

terbesar dari kegiatan atau perilaku yang

135

motorik.

Hampir

sebagian

JURNAL PENDIDIKAN DASAR
Volume 6 Edisi 1 Mei 2015

hasil

aplikasi, 4) analisis, 5) sintesis dan 6) evaluasi.

belajar. Menurut Syah (2010), hasil belajar

Sementara itu menurut Syah (2010) , bahwa

adalah cerminan prestasi yang dicapai seorang

hasil belajar siswa dapat juga dilihat dari tiga

siswa terhadap suatu program pengajaran

aspek, yaitu (1) aspek kuantitatif, yaitu

tertentu sesuai dengan kriteria yang telah

menekankan

ditetapkan.

pengembangan kemampuan kognitif dengan

diperlihatkan

seseorang

merupakan

pada

pengisian

dan

Menurut Winkel (1983) hasil belajar

fakta-fakta yang berarti; (2) aspek institusional

merupakan hasil yang telah dicapai melalui

atau kelembagaan, yaitu menekankan pada

pengalaman belajar. Hasil belajar yaitu suatu

ukuran seberapa naik perolehan belajar siswa

perubahan yang terjadi pada individu yang

yang dinyatakan dalam angka-angka; (3) aspek

belajar, bukan hanya perubahan mengenai

kualitatif, yaitu menekankan pada seberapa

pengetahuan, tetapi juga untuk membentuk

baik

kecakapan, kebiasaan, pengertian, penguasaan,

terhadap lingkungan disekitarnya sehingga

dan penghargaan dalam diri seseorang yang

dapat memecahkan masalah yang dihadapinya

belajar (dunia baca :2011) Sedangkan Briggs

dalam kehidupan sehari-hari.

pemahaman

dan

penafsiran

siswa

dalam Kusdianti (2010) menyatakan hasil

Dari uraian diatas, yang dimaksud dengan

belajar adalah seluruh kecakapan dan segala

hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki

hal yang diperoleh melalui proses belajar

oleh siswa setelah mengalami proses belajar

mengajar di sekolah yang dinyatakan dengan

mengajar dan dapat diukur melalui ranah

angka dan diukur dengan menggunakan tes

kognitif berupa pengetahuan, pemahaman,

hasil belajar. Sedangkan Sudjana, (1990)

aplikasi, analisis, dan sintesis serta evaluasi

mendefinisikan

sebagai

dan ranah afektif serta psikomotorik yang

kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa

dicapai siswa dari hasil kegiatan pembelajaran

setelah ia menerima pengalaman belajar.

atau merupakan tingkat penguasaan yang

hasil

belajar

dimiliki siswa setelah menerima pengalaman

Bloom mendefinisikan hasil belajar adalah

belajar.

sebagian munculnya perubahan tingkah laku

Semiawan mengartikan Ilmu Pengetahuan

yang timbulnya tiga ranah kognitif, afektif,
dan psikomotor. Ranah kognitif berkenaan

Alam

dengan tujuan-tujuan pembelajaran dalam

pengetahuan yang tidak terbatas pada fakta

kaitannya

berpikir,

dan konsep saja, tetapi juga aplikasi konsep

mengetahui, dan memecahkan masalah yaitu

dan prosesnya yang mengacu pada pemelekan

meliputi: 1) pengetahuan, 2) pemahaman, 3)

pikir manusia (Semiawan: 1989) dalam proses

dengan

kemampuan

136

(IPA)

mencakup

aspek-aspek

Peningkatan Hasil Belajar Ipa Siswa Kelas V
Melalui Metode Resitasi Di Sd Al Azhar Syifa
Budi Jakarta Selatan
Herlynda Syopyan
belajar mengajar, tugas guru tidak hanya

berkenaan dengan mata pelajaran sains sebagai

terbatas

hasil dari mengikuti proses pembelajaran IPA

memberikan

informasi

ilmu

pengetahuan kepada siswa. Menurut Mariana

di Sekolah Dasar.

(1995),

adalah

siswa mencakup perubahan kemampuan dalam

konsep-konsep

hal penguasaan konsep IPA, penguasaan

penting dan yang berguna dapat tertanam kuat

proses IPA dan penguasaan sikap IPA. Secara

di dalam benak siswa. Pada pembelajaran IPA,

khusus hasil belajar IPA dalam penelitian ini

siswa hakikatnya memahami baik proses

dibatasi pada penguasaan produk IPA dan

maupun

proses IPA.

tugas

mengusahakan

yang

lebih

berat

bagaimana

produknya,

oleh

karena

itu

Pencapaian hasil belajar

kepada

Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan

produknya dianggap belum lengkap karena

hasil belajar IPA adalah adalah kesanggupan

baru mengajarkan salah satu komponennya.

siswa menguasai pengetahuan keterampilan

mengajarkan

IPA

yang

terbatas

Carin dan Sund (1989) menjelaskan bahwa

IPA yang meliputi; mengetahui, memahami,

IPA merupakan suatu cara untuk mengetahui

menerapkan,serta menganalis yang mencakup

tentang lain melalui kumpulan data yang

kegiatan

diperoleh melalui pengamatan dan penelitian

“Penyesuaian Makhluk Hidup”. Pencapaian

yang terkontrol yang didalamnya memuat

hasil belajar IPA siswa mencakup perubahan

proses, produk dan sikap manusia. Dengan

kemampuan dalam hal penguasaan dan proses

demikian IPA didasarkan pada pendekatan

IPA.

belajar

mengajar

pada

materi

empirik dengan asumsi bahwa IPA dapat

Sanjaya (2006), Pendidikan tidak semata-

dipahami, dipelajari, dan dijelaskan tidak

mata berusaha untuk mencapai hasil belajar,

semata-mata

metode

akan tetapi bagaimana memperoleh hasil atau

kausalitas, tetapi melalui proses tertentu,

proses belajar yang terjadi pada diri siswa.

misalnya observasi, eksperimen, dan analisis

Disinilah pembelajaran menekankan pada

rasional. Dalam kaitan ini digunakan juga

proses belajar yakni bagaimana siswa belajar.

sikap tertentu, seperti bersikap objektif dan

Pembelajaran harus mampu menghadirkan

jujur dalam mengumpulkan serta menganalisis

metode yang mampu membelajarkan siswa.

data.

Inovasi dalam metode-metode pembelajaran

bergantung

pada

Hasil belajar IPA siswa Sekolah Dasar

mempunyai dua aspek yang saling terkait,

adalah segala perubahan kemampuan yang

yaitu aspek keterampilan mengajar dan tata

terjadi

pada

siswa

sekolah

dasar

yang

137

JURNAL PENDIDIKAN DASAR
Volume 6 Edisi 1 Mei 2015

cara yang digunakan guru dalam menyusun

mengajar

pemberian

tugas.

Pola

yang

tugas-tugas untuk siswa.

terstruktur di dalam pelaksanaan metode
(2006)

resitasi dimulai dengan guru memberikan

metode resitasi atau penugasan adalah metode

tugas kepada siswa, siswa mempelajari suatu

penyajian bahan di mana guru memberikan

bahan

tugas tertentu agar siswa (dapat diberikan

mempertanggungjawabkan atau melaporkan

secara individual atau kelompok) melakukan

tugas tersebut.

Menurut

Djamarah

dan

Zain

pelajaran

tertentu,

dan

siswa

akhirnya

Menurut Hamalik (2009) ada dua macam

mempertanggung jawabkan tugas tersebut.

tugas yakni tugas-tugas tindakan (action tasks)

Menurut Joyce, Weil dan Calhoun (2009)

dan tugas-tugas kognitif (cognitive tasks).

berkenaan dengan bagimana guru mengajar

Tugas-tugas tindakan adalah yang dapat

sebagai proses penyesuaian diri guru baru

diamati

terhadap kegiatan mengajar lebih didominasi

seseorang dan suatu objek atau antara orang

oleh pola resitasi. Pada dasarnya, pola resitasi

dan

dilakukan dengan memberikan tugas kepada

mempunyai

siswa, biasanya anak belajar tentang sesuatu,

diamati tetapi umumnya bersifat mental.

dan kemudian siswa menjawab pertanyaan

Menurut Suwarna (2006) pengajaran dengan

yang mengungkap penguasaannya. Bahan-

metode

bahan pelajaran terintegrasi dengan latihan

dirumah

soal-soal.

atau

laboratorium, di perpustakaan, sekolah, atau di

resitasi merupakan metode mengajar yang

tempat lainnya yang ada hubungannya dengan

berupa pemberian tugas oleh guru kepada

materi pelajaran yang diberikan. Inilah yang

siswa,

harus

membedakan metode resitasi dengan pekerjaan

mempertanggungjawabkan atau melaporkan

rumah (PR). Tugas dapat diberikan dalam

hasil tugas tersebut.

bentuk daftar sejumlah pertanyaan mengenai

kegiatan

belajar

Metode

dan

dan

pada

pemberian

kemudian

tugas

siswa

merupakan

metode

yang

orang

melibatkan

lain.

Tugas-tugas

beberapa

resitasi

aspek

tidak

melainkan

interaksi

dapat

kognitif

yang

hanya

antara

dapat

dikerjakan

dikerjakan

di

mata pelajaran tertentu atau salah satu perintah

Menurut Kook (1992) metode pemberian
tugas

dan

yang harus dibahas dengan diskusi atau perlu

sering

dicari uraiannya pada buku pelajaran.

digunakan untuk melatih mata pelajaran
sesudah suatu isi pelajaran dipelajari. Definisi

Ragalin (1996), menyatakan penggunaan

metode resitasi yang dikemukakan di atas

metode resitasi yang dapat diberikan dalam

memberikan penekanan bahwa secara istilah

kegiatan di laboratorium relevan dengan

metode resitasi juga dikenal dengan metode

hakikat IPA yang secara proses menekankan

138

Peningkatan Hasil Belajar Ipa Siswa Kelas V
Melalui Metode Resitasi Di Sd Al Azhar Syifa
Budi Jakarta Selatan
Herlynda Syopyan
siswa beraktivitas dalam kerja laboratorium..

resitasi dalam pembelajaran IPA mencakup

Observasi merupakan langkah metode ilmiah

tiga langkah yaitu : Fase pemberian tugas

untuk menuntun siswa merumuskan masalah

dengan mempertimbangkan, tugas yang akan

dan pengumpulan data di dalam eksperimen.

dicapai, jenis tugas yang jelas dan tepat

Menurut Slameto (2010), tugas yang diberikan

sehingga siswa mengerti apa yang ditugaskan

oleh

tersebut, sesuai dengan kemampuan siswa, ada

guru

pengerjaan

kepada

siswa

tes/ulangan

dapat

berupa

atau

ujian,

petunjuk/sumber

yang

dapat

membantu

mengerjakan latihan-latihan yang ada di dalam

pekerjaan siswa, dan waktu yang disediakan

buku ataupun soal-soal buatan sendiri .

untuk

Roestiyah

(2008)

teknik

relevan. Sedangkan fase belajar meliputi

pemberian

tugas

biasanya

diberikan bimbingan pengawasan oleh guru,

digunakan dengan tujuan agar siswa memiliki

diberikan dorongan sehingga siswa mau

hasil belajar yang lebih mantap karena siswa-

bekerja, diusahakan tugas tersebut dikerjakan

siswa melaksanakan latihan-latihan selama

oleh siswa sendiri. dianjurkan agar siswa

melakukan tugas, sehingga pengalaman siswa

mencatat hasil-hasil yang diperoleh dengan

dalam

baik

mempelajari

menjelaskan,
atau

resitasi

sesuatu

dapat

lebih

mengerjakan

dan

tugas

sistematik,

tersebut

harus

selanjutnya

fase

terintegrasi. Pemberian tugas kepada siswa

melaporkan hasilnya kepada guru dapat berupa

dengan

merta

laporan siswa baik lisan / tertulis dari apa yang

menggantikan peran guru di dalam mengajar.

telah dikerjakan, ada Tanya jawab/diskusi

Sebelum guru memberikan tugas, terlebih

kelas,

dahulu

dengan tes maupun non tes atau dengan cara

demikian

tidak

menyampaikan

serta

materi

pelajaran

penilaian hasil pekerjaan siswa baik

lain.

melalui interaksi timbal balik dengan siswa,

Menurut

baru kemudian siswa melaksanakan tugas

Mulyasa

(2009),

guna

mengoptimalkan penerapan metode resitasi

yang diberikan oleh guru.

dalam proses pembelajaran maka guru perlu

Menurut Surakhmad (2003), tugas yang
harus dilakukan oleh siswa harus jelas. Guru

memperhatikan

dalam memberikan tugas harus menjelaskan

berikut; tugas harus direncanakan secara jelas

aspek-aspek yang perlu dipelajari oleh siswa,

dan sistematis terutama tujuan penugasan dan

agar siswa tidak merasa bingung mengenai apa

cara pengerjaannya, tugas yang diberikan

yang harus dipelajari dan dari segi-segi mana

harus dapat dipahami oleh siswa, kapan

yang harus dipentingkan. Penerapan metode

mengerjakannya,

139

langkah-langkah

bagaimana

sebagai

cara

JURNAL PENDIDIKAN DASAR
Volume 6 Edisi 1 Mei 2015

mengerjakannya,

berapa

lama

memberikan tugas

harus

yang monoton (tidak

dikerjakan, secara individu atau kelompok,

bervariasi) dapat menimbulkan kebosanan

dan lain-lain.

siswa.
yang

Berdasarkan uraian diatas maka dapat

dikemukakan oleh Moeslichatoen (2004),

disimpulkan bahwa metode resitasi atau

memberikan pengalaman belajar yang dapat

penugasan adalah metode penyajian bahan

meningkatkan cara belajar yang lebih baik dan

oleh guru dan kemudian guru memberikan

memantapkan penguasaan perolehan hasil

tugas tertentu

belajar. Pemberian tugas apabila dirancang

pembelajaran dan memberikan bimbingan

secara tepat dan proporsional akan dapat

dalam menyelesaikan tugas serta mengevaluasi

meningkatkan bagaimana cara belajar yang

siswa dalam mempertanggungjawabkan tugas

benar. Menurut Djamarah dan Zain (2006),

tersebut.

Kelebihan

metode

resitasi

agar siswa aktif dalam

Menurut Kartono ( 2007), perkembangan

kelebihan metode resitasi di dalam proses
lain,

daya ingatan anak kelas V SD sudah

antara lain , lebih merangsang siswa dalam

memasuki masa sekolah Dasar 6 -12 tahun

melakukan aktivitas belajar individual atau

(periode intelektual), dalam keadaan normal

kelompok;

mengembangkan

pikiran anak usia Sekolah Dasar berkembang

kemandirian siswa di luar pengawasan guru,

secara berangsur-angsur dan secara tenang.

dapat membina tanggung jawab dan disiplin

Disamping keluarga, sekolah, memberikan

siswa; dan dapat mengembangkan kreatifitas

pengaruh

siswa.

pembentukan akal budi anak. Ingatan anak

pembelajaran

dibandingkan

dapat

metode

yang

sistematis

terhadap

pada usia 6 – 12 tahun ini mencapai intensitas

Disamping kelebihan-kelebihan penerapan
beberapa

yang paling kuat. Menurut Piaget menjelaskan

kelemahan, antara lain : siswa sulit dikontrol,

bahwa anak usia 7 – 11 tahun masuk ke dalam

apakah benar ia yang mengerjakan tugas

tahapan operasional konkret. Pada tahapan ini,

ataukah orang lain; khusus untuk tugas

pemikiran intuitif asalkan pemikiran tersebut

kelompok,

aktif

dapat diaplikasikan menjadi contoh-contoh

mengerjakan dan menyelesaikannya adalah

yang konkret dan spesifik. Anak pada tahapan

anggota tertentu saja sedangkan anggota

ini dapat menunjukkan operasi-operasi konkret

lainnya tidak berpartisipasi dengan baik; tidak

yang merupakan tindakan mental 2 arah

mudah memberikan tugas yang sesuai dengan

(reversible) terhadap objek-objek ini

perbedaan

konkret. Makmun (2009) menyatakan bahwa

metode

resitasi

juga

tidak

individu

terdapat

jarang

siswa;

yang

dan

sering

140

dan

Peningkatan Hasil Belajar Ipa Siswa Kelas V
Melalui Metode Resitasi Di Sd Al Azhar Syifa
Budi Jakarta Selatan
Herlynda Syopyan
anak usia 7 – 12 tahun memiliki prilaku

dikemukakan bahwa dengan metode resitasi

kognitif yang tampak berupa kemampuannya

hasil belajar lebih baik.

dalam proses berpikir untuk mengoperasikan

Ada berbagai metode pembelajaran yang

kaidah-kaidah logika meskipun masih terikat

dapat dilakukan guru antara lain metode

dengan objek-objek yang bersifat konkret.

ceramah, diskusi, tanya jawab, eksperimen,

Penelitian

yang

dilaporkan

Kusdinah

demontrasi, bermain peran, kerja kelompok

(1990),menyimpulkan prestasi belajar IPS

dan

sejarah siswa yang diajar dengan metode

pembelajaran, yakni metode resitasi yang

resitasi lebih baik dari pada yang diajarkan

merupakan

dengan metode ceramah-diskusi. Penelitian

menuntut

yang

dengan

dilakukan

oleh

Iryanti

(2008)

menyimpulkan bahwa pembelajaran
dilakukan

oleh

guru

Biologi

yang

karya

wisata.

metode
keaktifan

satu

metode

pembelajaran

yang

siswa dalam

menyelesaikan

diberikan

dengan

Salah

belajar

tugas-tugas

guru

dipertanggungjawabkan

yang

serta

dapat

oleh

siswa,

menggunakan metode resitasi bebas, berhasil

diharapkan mampu untuk meningkatkan hasil

meningkatkan motivasi belajar biologi siswa

belajar siswa khususnya dalam pembelajaran

kelas

X5

sampai

pembelajaran

yang

71,88%.

Selain

itu,

IPA. Untuk itu guru merasa perlu diadakan

dilakukan

oleh

guru

penelitian tindakan untuk meningkatkan hasil

Biologi dengan menggunakan metode resitasi

belajar

bebas, berhasil meningkatkan hasil belajar

melaksanakan penelitian tindakan kelas.

serta

keaktifan

siswa

dengan

Biologi siswa X5 di atas KKM klasikal

Trianto (2011) dalam bukunya penelitian

sebesar 87.50%. Dan Penelitian Kusdiati

tindakan pertama kali diperkenalkan oleh ahli

(2010) menyimpulkan metode resitasi dapat

psikologi Kurt Lewin pada tahun 1946, yang

meningkatkan

selanjutnya

hasil

belajar

IPA

sebesar

dikembangkan

oleh

Stephen

89,18%. Thomas E. W. Elliot (1983), meneliti

Kemmis, Robin Mc Taggart, John Elliot, Dave

100 siswa SLTA di Afrika yang mempelajari

Ebbutt dan lainnya.

matematika dengan menggunakan metode

penelitian tindakan adalah metode penelitian

resitasi, hasilnya skor hasil belajar dengan

yang

menggunakan metode resitasi adalah 72.

bertujuan ke arah peningkatan, sebuah proses

Meskipun tidak dijelaskan skor hasil belajar

siklus, diikuti oleh penemuan yang sistematis,

dengan metode yang lain, tetapi secara tegas

sebuah proses reflektif, bersifat partisipatif,

menekankan

Manurung (2008),

pada

praktek

sosial,

dan ditentukan oleh pelaksana. Dalam sumber

141

JURNAL PENDIDIKAN DASAR
Volume 6 Edisi 1 Mei 2015

lain, Kemmis (1983) didalam Rochiati (2009) ,

penelitian tindakan kelas merupakan proses

menjelaskan bahwa penelitian tindakan adalah

yang dilakukan oleh praktisi berusaha untuk

sebuah bentuk inkuiri reflektif yang dilakukan

mempelajari masalah yang ditemuinya dalam

secara kemitraan mengenai situasi sosial

melaksanakan tugas secara ilmiah untuk

tertentu

pembimbingan, memperbaiki, mengevaluasi

(termasuk

pendidikan)

untuk

keputusan dan tindakannya.

meningkatkan rasionalitas dan keadilan dari :

Berdasarkan

a) Kegiatan praktek sosial atau pendidikan

acuan

teori

rancangan

mereka, b) Pemahaman mereka mengenai

intervensi tindakan sebagaimana diuraikan ,

kegiatan-kegiatan praktek pendidikan ini, dan

maka rumusan hipotesis penelitian tindakan ini

c) Situasi yang memungkinkan terlaksananya

adalah Metode Resitasi dapat meningkatkan

kegiatan praktek ini.

hasil belajar IPA siswa kelas V SD Al Azhar

Menurut

Trianto

(2011),

Syifa Budi Jakarta Selatan pada pokok

penelitian

pembahasan Penyesuaian Makhluk Hidup.

tindakan kelas merupakan suatu penelitian
kualitatif yang dilakukan oleh guru sendiri
ketika

mendapatkan

permasalahan

METODE

dalam

Tujuan penelitian

pembelajaran dan mencarikan solusinya dalam

meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas,

upaya memperbaiki kualitas pembelajarannya.
Menurut Aqib ( 2006),

dan secara khusus bertujuan untuk mengetahui

pada dasarnya

penerapan metode resitasi dapat meningkatkan

penelitian tindakan kelas merupakan salah satu
cara

yang

strategis

bagi

guru

hasil belajar siswa SD Al Azhar Syifa Budi

untuk

Jakarta Selatan, pada

memperbaiki layanan kependidikan yang harus

“Penyesuaian

diselenggarakan dalam konteks pembelajaran

Hidup”.

Subjek

Pelajaran 2011/2012 yang berjumlah 22 siswa,

dahulu rencana secara tertulis apa-apa saja

13 laki-laki dan 9 perempuan. Penelitian ini

yang akan dilakukan, mengapa hal tersebut

dilakukan selama 1 bulan yaitu pada bulan

dilakukan, kepada siapa melakukannya, alat

Mei 2012.

dan bahan apa saja yang diperlukan, berapa

Pada tiap siklus rancangan action research

biayanya, dan apa hasilnya yang dapat harus

meliputi

diperoleh. Semua itu disusun menjadi sebuah

empat

merumuskan

dokumen yang dapat digunakan sebagai
pelaksanaan

Makhluk

Azhar Syifa Budi semester genap Tahun

penelitian dimulai sebaiknya disusun terlebih

dalam

pokok pembahasan

penelitiannya adalah siswa Kelas V SD Al

di kelas. Menurut Wijaya (2004), sebelum

pedoman

ini adalah untuk

tahapan

masalah

dan

yaitu

:

(1)

merencanakan

tindakan (plan); (2) melaksanakan tindakan

penelitian.

dan pengamatan (act & observe); (3) refleksi
142

Peningkatan Hasil Belajar Ipa Siswa Kelas V
Melalui Metode Resitasi Di Sd Al Azhar Syifa
Budi Jakarta Selatan
Herlynda Syopyan
hasil pengamatan (reflect), dan (4) perubahan

mengkaitkan mata pelajaran sesuai dengan

atau revisi perencanaan untuk pengembangan

fokus penelitian ini dan menggunakan metode

selanjutnya (plan revised).

resitasi, guna meningkatkan hasil belajar IPA.

Metode Action

Research yang digunakan dalam penelitian ini

Untuk memperoleh gambaran kesesuaian

dikembangkan oleh Kemmis & Taggart,

antara

seperti pada Gambar berikut :(1) Perencanaan

pelaksanaannya

(Planning), (2) Pelaksanaan (Acting),

pembelajaran

Observasi

(Observing),

(4)

(3)

Refleksi

perencanaan

tindakan

dengan

dalam

proses

maka
dilakukan

pengamatan

/

monitoring yang dilakukan observer sebanyak

(Reflecting).

dua orang. Pada pelaksanaan tindakan sebelum

Konteks dalam penelitian ini, keempat

pembelajaran Siklus I berlangsung, siswa

tahapan penelitian tindakan kelas di atas

diberikan tes awal. Selama pembelajaran

distrukturisasi kedalam kegiatan yang dimulai

Siklus I (pertemuan 1, 2, dan 3) dilakukan

dari pembelajaran siklus I satu sampai siklus

monitoring oleh observer terutama berkaitan

II. Pencapaian hasil belajar siklus I belum

dengan keterlaksanaan disain pembelajaran,

memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM)

kejelasan disain, suasana kelas, kesulitan siswa

dengan nilai 70 yang diterapkan maka

dalam melaksanakan kegiatan, penguasaan

dilanjukan ke pembelajaran siklus II, sehingga

konsep oleh siswa, dan aktivitasnya dalam

diperoleh hasil belajar yang sesuai dengan

proses pembelajaran IPA.

KKM yang diharapkan. Proses pembelajaran
setiap

siklus

meliputi:

Alat monitoring yang disiapkan yakni:

perencanaan,

lembar observasi dan daftar cek. Pada tiap-tiap

pelaksanaan tindakan, refleksi, dan revisi

pertemuan pembelajaran, peneliti melakukan

tindakan. Subjek penelitian ini adalah siswa

diskusi dengan pengamat

SD Al Azhar Syifa Budi Jakarta Selatan

kolaborasi

semester genap, tahun Pelajaran 2011/2012.

kelemahan dari metode pembelajaran resitasi

Rancangan

yang

tindakan dalam setiap siklus

untuk

diterapkan

sebagai upaya

membahas

dalam

kelemahan-

penelitian

ini.

pembelajaran meliputi empat tahap tahapan

Berdasarkan

yaitu;

tindakan, hasil monitoring, dan refleksi maka

perencanaan,

pelaksanaan,

refleksi

temuan-temuan implementasi

tindakan, revisi perencanaan tindakan. Peneliti

digunakan

membuat rencana pembelajaran yang akan

pembelajaran dengan metode resitasi pada

digunakan

pembelajaran.

Siklus II. Apabila hasil pembelajaran Siklus I

Rencana pembelajaran (RP) yang dibuat

belum maksimal maka dilanjutkan Siklus II.

dalam

proses

143

untuk

memperbaiki

rencana

JURNAL PENDIDIKAN DASAR
Volume 6 Edisi 1 Mei 2015

Pembelajaran Siklus II adalah sebagai upaya

Memahami definisi adaptasi dan habitat serta

perbaikan skenario disain pembelajaran yang

istilah

baru.

Mengidentifikasi bentuk paruh dan kaki


Penyesuaian

Makhluk

pada

hewan

;

2)

burung berdasarkan jenis makanannya; 3)

Untuk mengetahui siswa telah menguasai
materi

adaptasi

Hidup”

Membedakan bentuk dan bagian tubuh hewan

dilakukan pengukuran hasil belajar melalui tes.

untuk melindungi dan menyesuaikan diri

Ukuran keberhasilan adalah mastery learning

dengan lingkungannya; 4) Mengidentifikasi

atau belajar tuntas apabila aktivitas guru dan

penyesuaian hewan untuk menyelamatkan diri

siswa selama pembelajaran dengan metode

dari musuhnya. Kisi-kisi tes hasil belajar IPA

resitasi meningkat pada setiap siklusnya dan

pada materi pelajaran “Penyesuaian Makhluk

pada siklus terakhir telah tuntas proses

Hidup”, berpedoman kepada kurikulum yang

pembelajarannya. Hal

sesuai dengan

berlaku saat ini yakni Kurikulum Tingkat

prinsip belajar tuntas (mastery learning), yaitu

Satuan Pendidikan (KTSP) untuk menentukan

proses pembelajaran mencapai 100%. Selain

indikator yang diperoleh standar kompetensi.

itu, penelitian ini dianggap berhasil, jika pada

Kisi-kisi

akhir siklus terdapat 80% dari siswa yang ada

penyusunan instrumen ini adalah berupa

telah mencapai KKM yang ditetapkan yaitu

pengukuran hasil belajar menggunakan cara

70.

tes tertulis.

ini

yang

dikembangkan

dalam

Data penelitian ini terdiri atas : 1)
HASIL

aktivitas guru dalam mengajar, 2) aktivitas

Refleksi pembelajaran pada siklus I,

siswa dalam pembelajaran, dan 3) hasil belajar

merupakan

siswa sebagai pembanding keberhasilan guru

pengkajian

terhadap

aspek

keberhasilan dan kegagalan yang telah tercapai

dalam mengajar. Sumber data dalam penelitian

peneliti dalam melakukan tindakan di kelas.

ini antara lain : 1) guru selama proses

Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh

pembelajaran dan 2) seluruh siswa kelas V

dari tahap observasi proses belajar mengajar

yang menjadi subjek penelitian pada semester

melalui pembelajaran pada Siklus I, ternyata

genap Tahun Pelajaran 2011/2012.

hasil yang dicapai belum memuaskan terutama

Hasil belajar IPA adalah skor yang

pada aktivitas guru dalam melaksanakan

diperoleh siswa setelah menjawab dengan

metode resitasi belum optimal (berdasarkan

benar dari sejumlah 20 butir tes pada standar

RAG baru mencapai 89,99 %). Hasil ini

kompetensi “Penyesuaian Makhluk Hidup”

mengindikasikan

yang mencakup indikator sebagai berikut: 1)

dengan
144

perlunya

menggunakan

pembelajaran

metode

resitasi

Peningkatan Hasil Belajar Ipa Siswa Kelas V
Melalui Metode Resitasi Di Sd Al Azhar Syifa
Budi Jakarta Selatan
Herlynda Syopyan
dilanjutkan dan ditingkatkan pada siklus

sudah dilaksanakan. Demikian pula dari aspek

berikutnya.

hasil belajar, siswa yang memperoleh nilai

Berdasarkan

catatan

observer,

sama dengan atau lebih besar dari KKM yang

pelaksanaan metode resitasi yang telah disusun

mencapai 72,72 %. Pencapaian ini belum

sendiri oleh peneliti menunjukkan bahwa

sesuai dengan target KKM yang diharapkan.

masih terdapat kekurangan yang disebabkan

hasil tersebut masih mengindikasikan beberapa

oleh kelalaian, seperti adanya langkah-langkah

kelemahan yang ditemui yang perlu diperbaiki,

yang belum lengkap dilakukan. Kelalaian ini

baik dalam proses pembelajaran maupun

menyebabkan

dalam hasil belajar IPA. Kemajuan yang telah

metode

resitasi

yang

dilaksanakan oleh peneliti belum mencapai

dicapai

100%. Begitu juga dengan aktivitas siswa

ditingkatkan lagi.

dalam

pembelajaran

belum

perlu

dipertahankan

atau

lebih

Hasil menunjukkan siswa yang mencapai

memuaskan.
masih

KKM (skor 70 ke atas) berjumlah 16 orang.

memperlihatkan aktivitas negatif pada saat

KKM untuk klasikal (mastery learning) baru

proses belajar berlangsung.

tercapai 72,72%. Kondisi hasil belajar setelah

Beberapa

siswa

tidak

aktif

dan

Selain itu hasil belajar IPA siswa belum

tindakan Siklus I masih belum mencapai KKM

mencapai seperti yang diharapkan, karena

klasikal yang ditetapkan minimal yaitu 80%,

langkah metode yang direncanakan belum

namun

sepenuhnya

tindakan mengalami peningkatan yang cukup

terlaksana

dengan

baik.

demikian

KKM

besar

siswa selama pembelajaran yang bersifat

tindakan

negatif adalah

yaitu siswa mengobrol,

aktifnya siswa dalam memahami pelajaran dan

berpindah tempat duduk, dan berbicara di luar

mereka juga terlihat tidak bosan serta dapat

konteks belajar masih banyak

menimbulkan

selain

sebelum

setelah

Kegagalan lainnya adalah dari aspek aktivitas

mewarnai

dibandingkan

klasikal

disebabkan

rasa

dilakukan
oleh

keingintahuan

cukup

mereka

dalam mengikuti materi yang diberikan.

pembelajaran pada Siklus I.
Walaupun hasil pengamatan dan refleksi

Kenyataan

Siklus I menekankan pada kelemahan yang

bahwa hasil

ditemui, namun masih terdapat kemajuan yang

dengan

berarti

proses

peningkatan. Namun demikian peningkatan

terpantau dari hasil

KKM pada Siklus I belum memenuhi target

belajar siswa melalui metode resitasi yang

yang diharapkan. Dengan demikian metode

yang

ditemukan

pembelajaran. Hal ini

dalam

145

ini

dapat

belajar

sebelum

diinterpretasikan

siswa dibandingkan
tindakan,

mengalami

JURNAL PENDIDIKAN DASAR
Volume 6 Edisi 1 Mei 2015

resitasi yang dilaksanakan peneliti dalam

Sesuai dengan ketentuan dari intervensi

pembelajaran IPA di SD Al Azhar Syifa Budi

tindakan yang diharapkan, maka tindakan

Jakarta

penelitian

Selatan

dapat

dinyatakan

belum

dengan

menggunakan

metode

berhasil. Proses pembelajaran perlu diperbaiki

resitasi, untuk meningkatkan hasil belajar IPA,

dengan tindakan Siklus II. Hal ini juga

pada Siklus II sudah mencapai mastery

diperkuat bahwa di dalam proses belajar

learning (100%), sehingga tindakan tidak

mengajar, masih dijumpai kegagalan terutama

dilanjutkan lagi pada siklus selanjutnya.
Pada proses pembelajaran melalui metode

dalam pelaksanaan metode resitasi.
Refleksi yang dilakukan pada Siklus I,

resitasi, tampak bahwa kualitas pembelajaran

selanjutnya digunakan untuk perencanaan

yang ditampilkan oleh guru dan siswa sudah

Siklus II. Refleksi pada pembelajaran Siklus

memuaskan. Kegiatan pembelajaran telah

II, merupakan pengkajian terhadap respek

sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran

keberhasilan dan kegagalan yang telah dicapai

dengan menggunakan metode resitasi, yang

peneliti dalam melakukan tindakan di kelas.

telah didesain oleh peneliti. Selain itu telah

Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh

terjadi peningkatan hasil belajar IPA. Siswa

dari tahap observasi proses belajar mengajar

tampak antusias, senang dan mengatakan

melalui pembelajaran Siklus II, hasil yang

bahwa proses pembelajaran yang dilakukan

dicapai

pada

menyenangkan dan membuat mereka merasa

kemampuan guru dalam melaksanakan metode

aktif dan lebih memahami materi yang

resitasi, sudah lengkap dan terlaksana yaitu

diberikan.

memuaskan

terutama

secara nilai mutu mencapai 100%. Hasil ini

Hasil belajar yang diperoleh setelah

mengindikasikan peneliti telah memperbaiki

proses pembelajaran (mastery learning) pada

pelaksanaan metode pembelajarannya yaitu

Siklus II sebesar 90,90% sudah mencapai

metode resitasi secara lengkap.

KKM yang ditetapkan, yaitu 80%. Hasil ini
observer,

dapat diinterpretasikan bahwa hasil belajar

pelaksanaan metode resitasi oleh peneliti

siswa dibandingkan dengan sebelum tindakan,

menunjukkan perbaikan terhadap kekurangan

mengalami peningkatan yang besar. Demikian

dan kelalaian seperti yang terdapat langkah-

pula dari aspek pencapaian KKM. Pada

langkah metode resitasi pada Siklus I, menjadi

kondisi

lebih

ini

memperoleh nilai sama dengan atau lebih

yang

besar dari KKM baru mencapai 50 %.

Berdasarkan

lengkap.

menghasilkan

catatan

Perbaikan
metode

kelalaian
resitasi

sebelum

tindakan,

siswa

yang

Sedangkan setelah tindakan pencapaian KKM

dilaksanakan peneliti sudah mencapai 100%.

146

Peningkatan Hasil Belajar Ipa Siswa Kelas V
Melalui Metode Resitasi Di Sd Al Azhar Syifa
Budi Jakarta Selatan
Herlynda Syopyan
sebesar

90,90%.

ini

telah

klasikal

yang

Analisis data yang dapat dikemukakan

diharapkan. Hal ini dapat disebabkan oleh

dalam penelitian ini, memfokuskan pada hasil

konsintesi guru dalam mengajar sesuai metode

belajar

resitasi

pembelajaran

melampaui

Pencapaian

target

KKM

PEMBAHASAN

yang telah direncanakan dan juga

disebabkan

oleh

aktivitas

negatif

dan

analisis

siswa

aktivitas

siswa

berlangsung.

tersebut

selama

Kedua

membandingkan

fokus
kondisi

(mengobrol, berpindah tempat, dan berbicara

antara Siklus I dan Siklus II. Pertama, hasil

diluar konteks pembelajaran) yang sudah jauh

belajar. Berdasarkan data hasil tindakan Siklus

berkurang, sehingga kesadaran dan tanggung

I dan Siklus II, pencapaian KKM keduanya

jawab mereka dalam belajar dan mengerjakan

dirangkum dalam tabel berikut ini.

tugas-tugas

yang diberikan sudah

mulai

tampak.
Rangkuman Pencapaian KKM pada Kompetensi Dasar Penyesuaian Makhluk Hidup
terhadap Lingkungannya.
KKM Siklus I
KKM Siklus II
Sebelum
Setelah
Sebelum
Setelah
Tindakan Tindakan Tindakan Tindakan
28,57%
72,72%
50%
90,90%
100

Tabel 1 :

80
60
40

%

20
0

KKM Siklus I

KKM Siklus II

Gambar 1 : Perbandingan KKM Siklus I dan KKM Siklus II
Perbandingan

pencapaian

KKM

ditetapkan sebesar 80%. Seiring dengan

pelajaran IPA pada rangkuman data KKM di

perbaikan

atas menunjukkan bahwa pada Siklus I,

memperbaiki pelaksanaan metode resitasi

penerapan metode resitasi belum berhasil

secara lengkap maka KKM yang ditetapkan

memenuhi

sebesar 80%, dapat dilampaui. Pada Siklus II

harapan

KKM

klasikal

yang

147

pelaksanaan

Siklus

II

yakni

JURNAL PENDIDIKAN DASAR
Volume 6 Edisi 1 Mei 2015

90,90%.

operasional pembelajaran, yang dirancang

Peningkatan KKM pada Siklus II ini menjadi

dalam penelitian tindakan kelas yang

indikasi

dilakukan peneliti.

berhasil

dicapai

KKM

bahwa

pelaksanaan

sebesar

perbaikan

metode

terhadap

mengajar

guru,

berhubungan dengan hasil belajar siswa.
Interpretasi

hasil

analisis

DAFTAR RUJUKAN

dilakukan

Arikunto, Suharsimi. 2006.
Dasar-dasar
Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara,
Jakarta

setelah dilakukan analisis data. Interpretasi
hasil

analisis

dimaksudkan

untuk

Arikunto,dan Jabar Cepi S.A. 2010. Evaluasi
Program Pendidikan . (Edisi kedua)
Bumi Aksara, Jakarta.

membandingkan hasil analisis pada siklus I
dan siklus II, melihat hubungan yang terjadi
antara

kedua

siklus

selama

Arthur A. Carin dan Robert B Sund.
1989.Teaching
Science
Through
Discovery Colombus, Ohio: Merrill
Publishing Company

pelaksanaan

tindakan, menafsirkan hasil analisis data pada
siklus I dan siklus II, dan memperluas analisis

Bloom Benjamin S, (ed). 1996. Taxonomy of
Educational Objection, Handbook I:
Cognitive Domain, New York:

dan implikasi hasil penelitian yang dilakukan.
Dari perbandingan hasil belajar siswa dari
Siklus I dan Siklus II, maka dapat di

Bruce Joyce, Marsya Weil, and Emil Calhoun,
2009. Models of Teaching.Boston:
Pearson Education, Inc

presentasikan bahwa peningkatan telah terjadi
pada setiap siklus. Hal ini digambarkan dari

Kember David, 2000. Action Learning and
Action Research Improving the Quality
of Teaching London: Kogan Page
Limited.

pola kenaikan nilai siswa antar siklus yang
mengalami peningkatan dan saling berkorelasi.

Djamarah dan Aswan Zain, 2006. Strategi
Belajar Mengajar . (Jakarta: Rineka
Cipta

SIMPULAN
Berdasarkan

hasil

penelitian

dan

E. Mulyasa, 2009. Menjadi Guru Profesional,
Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan.
Bandung:PT
Rosdakarya

pembahasan yang telah dilakukan maka dapat
disimpulkan bahwa:
1) Penggunaan

metode

resitasi

dapat

Heinz Kook, 1992. Saya Guru Yang Baik?.
Yogyakarta: Kanisius.

meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas
5 SD Al Azhar Syifa Budi Jakarta pada
standar kompetensi “Mengidentifikasi cara

http://duniabaca.com/pengertian-belajar-danhasil-belajar.html

makhluk hidup menyesuaikan diri dengan

http://www.bpkpenabur.or.id/files/09_0.pdf
(diakses 30 April 2012)

lingkungannya”.

I. M. A Mariana, 1995. Hakikat Pendekatan
Science, Technology, and Society

2) Terdapat hubungan antara keberhasilan
pembelajaran

dengan

langkah-langkah
148

Peningkatan Hasil Belajar Ipa Siswa Kelas V
Melalui Metode Resitasi Di Sd Al Azhar Syifa
Budi Jakarta Selatan
Herlynda Syopyan
Jakarta: Direktorat Pendidikan Guru dan
Teknis, Depdikbud.

R. Moeslichatoen, 2004. Metode Pengajaran
di Taman Kanak-kanak .Jakarta:
Kerjasama Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan dengan Rineka Cipta.

Kartini Kartono, 2007.
Psikologi Anak
Jakarta : Mandar Maju,

Rita Iryanti, Upaya Peningkatan Motivasi
Belajar dan Hasil Belajar Biologi
melalui Metode Resitasi Bebas Siswa
Kelas X SMA Negeri I Metro Tahun
Pelajaran 2008/2009. Metro: SMA
Negeri I Metro.

Komnas Indonesia untuk Unesco, Dunia
Belajar. Terjemahan.W.P. Napitupulu
Depdikbud, Jakarta.1999.
Kusdianti, Peningkatan Hasil Belajar IPA
Melalui Metode Resitasi di SMP Negeri
281 Jakarta Tahun Pelajaran 20092010, Tesis. Jakarta : Pendidikan Dasar
Pascasarjana UNJ, 2010.

Roestiyah N.K., 2008. Strategi Belajar
Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta
Roger R. Ragalin, 1985. Health Biology .
Lexington: D.C Heath and Company,

Lorin W. Anderson and David R. Krathwohl,
Taxonomy for Learning, Teaching, and
assessing : A Revision Of Bloom’s
Taxonomy of Educational objectives,
(New York: Addision Wesley Longman,
Inc, 2001).

Semiawan C, et.al. 1989. Pendekatan
Keterampilan Proses. Jakarta: Gramedia
Slameto, 2010. Belajar dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Jakarta:Rineka Cipta

M. Manurung 2008. Penelitian Tindakan
Kelas , Jakarta : Gramedia Widiasarana
Indonesia,

Sri Kusdinah,1990.”Studi Keefektifan Metode
Resitasi dan Diskusi terhadap Prestasi
Belajar IPS Sejarah Ditinjau dari
Tingkat Kesadaran Sejarahnya (Suatu
Eksperimen pada SMP Swasta di Kota
Madya Surakarta 1988/1989”, Tesis.
Jakarta: Fakultas Pascasarjana IKIP
Jakarta

Makmun. Abin Syamsuddin, 2009. Psikologi
Pendidikan, Bandung : Rosdakarya
Maman Wijaya, 2004. Penelitian Tindakan
Kelas.Bandung: Pusat Pengembangan
Penataran Guru (P3G) IPA, Ditjen
Dikdasmen, Depdiknas

Suwarna, et al., 2006. Pengajaran Mikro,
Pendekatan Praktis Dalam menyiapkan
Pendidik Profesional. Tiara Wacana,
Yogyakarta.

Maman Wijaya. 2004. Penelitian Tindakan
Kelas.Bandung: Pusat Pengembangan
Penataran Guru (P3G) IPA, Ditjen
Dikdasmen, Depdiknas

Syaodih Sukmadinata Nana, 2005. Landasan
Psikologi Proses Pendidikan. PT Remaja
Rosdakarya.

Muhibin Syah, 2010. Psikologi Pendidikan
Suatu Pendekatan Baru. Bandung:
Rosdakarya

Trianto, 2010. Panduan lengkap Penelitian
Tindakan Kelas. Jakarta: Prestasi
Pustakaraya.

Nana Sudjana, 1990.Teori-teori Belajar untuk
Pengajaran. Jakarta: FE UI.

T.

Oemar
Hamalik,
2009.
Perencanaan
Pengajaran Berdasarkan Pendekatan
Sistem. Jakarta: Bumi Aksara.

149

Sarkim.
1998.
”Humaniora
dan
Pembelajaran Sains” dalam Sumaji dkk,
Pendidikan Sains yang Humanistis.
Yogyakarta: Kanisius,

JURNAL PENDIDIKAN DASAR
Volume 6 Edisi 1 Mei 2015

Thomas E.W. Elliot, Mathematic International
Journal of educational Development,
Volume 7, 1983.
Wina

Sanjaya,
Strategi
Pembelajaran
Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2006.

Winarno Surachmad, Pengantar Interaksi
Mengajar Belajar. Bandung :Tarsito.
2003.
W.S. Winkel, Psikologi Pendidikan dan
Evaluasi Belajar. Jakarta : Gramedia,
1983.
Zainal Aqib, Penelitian Tindakan Kelas Untuk
Guru. Bandung : Yrama Widya, 2006.

150