T1__BAB VII Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Aktor Pangadangu Mahamu dalam Upaya Adat Kematian di Desa Ramukabupaten Sumba Timur T1 BAB VII

BAB VII
PERAN AKTOR PANGADANGU MAHAMU DALAM UPAYA
PENYEDERHANAAN ADAT KEMATIAN DI DESA RAMUK,
KABUPATEN SUMBA TIMUR
Pembahasan

ini

akan

menjelaskan

peran

aktor

dalam

forum

penyederhanaan adat kematian sebagai praktek tindakan aktor yaitu merupakan

muara dari habitus dan juga modal aktor yaitu adat kematian yang menstrukturkan
sistem. Praktek aktor adalah hasil interaksi kompleks habitus dikali (modal+area).
Artinya bahwa praktek aktor merupakan hasil dari kemampuan aktor mengolah
habitus dan modal dalam arena adat kematian yaitu melalui kemampuannya dalam
mereproduksi habitus dan modal yang dimiliki secara pribadi dan kelompok
(forum). Praksisnya melalui instrumen forum untuk merubah sistem dan struktur
adat kematian. Dalam artian bahwa tindakan aktor (menciptakan penyederhanaan
adat kematian) yang bermuara pada habitus dan modal yang dimiliki aktor dalam
arena (adat kematian). Sebagai wujud produk habitus aktor membentuk forum
untuk penyederhanaan adat kematian.
Seperti yang telah dikemukakan pada pembahasan sebelumnya, bahwa
penelitian ini berupaya menjelaskan peran aktor Pangadangu Mahamu dalam
upaya penyederhanaan adat kematian di Desa Ramuk, maka aktor yang akan
dijelaskan dalam hasil penelitian ini juga dipilih oleh peneliti berdasarkan intesitas
peran yang dilakukannya selama proses penyederhanaan adat kematian di Desa
Ramuk. Aktor-aktor tersebut antara lain: 1) Bapak Lapoe mokoe sebagai ketua
forum peduli adat pangadangu mahamu 2) Bapak Marius Kuramoki sebagai wakil
ketua satu dan merupakan Tim sosialisasi di Desa Ramuk 3) Paulus K Tarap
sebagai wakil ketua dua forum dan merupakan Tim sosialisasi di Desa Ramuk 4)
Umbu Reku sebagai aktivis LSM 5) Stepanus M awang sebagai aparat pemerintah

Desa Ramuk 6) Yusak Nd Juruhapa sebagai tokoh adat Desa Ramuk 7) Yonathan
P Ratudima sebagai tokoh masyarakat Desa Ramuk. Aktor-aktor tersebut
memiliki peran dalam forum penyederhanaan adat kematian di Desa Ramuk yaitu

79

dalam proses pendekatan kabihu, pendekatan sosialisasi dan deklarasi
penyederhanaan adat kematian. Aktor-aktor ini memiliki ciri khas masing-masing
karena memiliki modal dan habitus yang berbeda satu dengan lainnya. Perbedaan
habitus dan modal ini disebabkan perbedaan latar belakang aktor, jika
dianalogikan bahwa penyederhanaan adat kematian di Desa Ramuk sebagai ranah
(field) maka akan terjadi “struggle” modal dan habitus setiap aktor.
Proses penyederhanaan adat kematian di Desa Ramuk dilakukan dengan
tiga pendekatan yaitu tahap pendekatan kabihu, Tahap sosialisasi dan Tahap
deklaraasi penyederhanaan adat kematian.
7.1 Peran Aktor Dalam Tahap Pendekatan Kabihu
Keberhasilan penyederhanaan adat kematian di Desa Ramuk tidak terlepas
dari peran aktor dalam pendekatan kabihu. Pendekatan yang dilakukan oleh aktoraktor ini adalah melakukan pertemuan dengan kabihu-kabihu yang ada di Desa
Ramuk. Pada pendekatan ini dilakukan dengan dua cara yaitu identifikasi masalah
dan pendekatan sosialisasi kabihu yang dilakukan oleh bapak Paulus, Marius dan

Umbu Reku. Forum melakukan dua cara ini sebagai strategi awal dalam
merancang penyederhanaan adat kematian di desa Ramuk. Habitus yang dimiliki
oleh aktor-aktor ini adalah bersumber dari pengetahuan tentang adat kematian
yaitu kemampuan mereka dalam mereproduksi habitus dan juga modal. Modal
yang dimiliki aktor-aktor ini adalah forum peduli adat pangadangu mahamu
sebagai salah satu lembaga pemberdaya masyarakat. Pada pembahasan
sebelumnya bab V dan VI sudah benyak menggambarkan habitus dan modal yang
mendorong aktor untuk berperan. Modal yang dimiliki antara lain modal simbolik,
modal sosial dan modal budaya.
7.1.1 Strategi aktor dalam mengidentifikasi masalah
Identifikasi masalah yang dimaksud adalah sebelum melakukan sosialisasi
di masyarakat, aktor-aktor terlebih dahulu mengidentifikasi bentuk pelaksanaan
adat kematian yang sering dilakukan di Desa Ramuk. Bapak Paulus, Marius dan
Umbu Reku melakukan pendekatan dengan semua tokoh-tokoh yang berpengaruh
di desa seperti tokoh kabihu, tokoh adat, tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh
pemuda mapun pemerintah desa. Indentifikasi dalam hal ini adalah melihat

80

bentuk, cara dan susunan pelaksanaan adat kematian yang sering dilakukan di

Desa Ramuk. Kemudian membuat point-point penting yang di jadikan sebagai
draf sementara yang menjadi acuan aktor dalam melakukan sosialisasi. Seperti
yang disampaikan oleh Bapak Paulus selaku aktor yang berperan dalam tahap ini:
“Memang kalau dari identitas masalahnya kita sebelum
menyampaikan ini penyederhanaan adat. Kita identifikasi dulu
masalahnya yang ada di desa seperti bagaimana penyimpanan mayat,
cara undangnya, penguburannya, masalah makan minumnya, cara
membalas pembawaan yera-anakawini itu bagaimana dalam hal
persoalan budayanya di sana. Setelah kita identifikasi masalahnya di
sana baru keluar itu akta notaries. Kita atur anggaran rumah
tangganya persoalan apa yang ada di sana yang paling menonjol kita
tidak berani melakukan, kita datang di masyarakat harus sudah ada
bahan dari mereka. Jadi kalau kita sudah ada dari mereka kita lakukan
identifaksi masalah ini setelah itu baru kita lakukan sosialisasi sampai
nanti itu deklarasi. Kita lakukan ini juga supaya ada bahan karena
penyederhanaan adat ini bukan dari atas tapi kita angkat dari
masyarakat ini sendiri. Kita tidak boleh radikal orang Sumba ini nanti
dibilang pemaksaan lagi ini tidak bagus jadi kita ikut dulu maunya
masyarakat kita lakukan pelan-pelan melakukan percerahan terutama
pencerahan yang kita lakukan yang menyentuh kehidupan sosial dia

nah itu gampang diterima ide itu tadi. Ide atau gagasan ini sudah di
bangun jalan, jadi tidak pusing lagi karena ini di tentukan oleh
masyarakat sendiri, kepribadian dia sendiri dan keinginan moral dia
sendiri persoalan di masyarakat sumba ini. Jadi pendekatan inilah
kami lakukan di forum”32
Strategi yang di gunakan oleh aktor ini menggunakan pola pendekatan
kekeluargaan hal ini dilakukan supaya menghindari unsur-unsur yang tidak
diinginkan oleh masyarakat. Sebelum melakukan sosialisasi di desa forum
mengidentifikasi bentuk-bentuk pelaksanaan adat kematian seperti bentuk
pelaksanaan uapacara adat kematian, cara penguburan orang meninggal, cara
udangnya, cara membalas pemberian yera dan anakawini. Kemudian membuat
draf konsep sementara dan di tuangkan dalam akte notaris yang memiliki
anggaran rumah tangga yang menjadi bahan forum dalam melakukan sosialisasi di
masyarakat. Draf yang sudah dibuat oleh forum ini juga selanjutnya di
musyawarahkan lagi di masyarakat untuk mencapai kesepakatan bersama oleh

32

Wawancara Dengan Pak Paulus Pada 21 Januari 2016


81

semua masyarakat. Mengidentifikasi masalah adat kematian dengan bertolak pada
persoalan pendidikan dan ekonomi. Strategi yang dipaparkan sebagai peluang
untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat bahwa pentingnya pendidikan,
seperti yang disampaikan oleh bapak Umbu Reku :
“Kami selalu memberikan arahan tentang anak-anak, kita berfokus
pada pendidikan anak. Ketika terjadi hal-hal dalam diskusi itu kita
masuk menjelaskan tentang pentingnya anak dan tujuan akhirnya ini
kalau kita melakukan mempunyai kesepakatan bersama untuk kita
bisa meringankan beban ini jadi kami masuk untuk meluruskan dan
menjelaskan apa tujuan kedepannya dan mereka memahami itu. Saya
sering mengatakan kalau bapaknya hanya tamat SD anaknya harus
tamat SMP-SMA dan seterusnya. Perubahan-perubahan ini yang kita
lakukan. Mengidentifikasi persoalan adat kematian ini kan saya lihat
kondisi masyarakat to makanya saya berusaha dekati tokoh-tokoh
yang berpengaruh untuk mensosialisasikan masalah penyederhanaan
budaya kematian ini. Memang tidak semua kebijakan yang kami
sudah buat disepakati semua tetapi banyak di revisi tetapi lama-lama
juga masyarakat setuju dengan kebijakan dan pada waktu sosialisasi

juga kami langsung revisi di depan tokoh-tokoh masyarakat dan tokoh
adat yang hadir disitu. Ya mulai dari sosialisasi kebijakan, revisi
kebijakan sehingga muncul kebijakannya sampai pada akhirnya nanti
deklarasi penyederhanaan adat kematian”33
Pendekatan dengan menggunakan strategi pendidikan ternyata dapat
mempengaruhi pola pikir masyarakat untuk mau melakukan penyederhanaan adat
kematian. Hal ini tidak terlepas dari habitus dan modal yang dimiliki oleh aktor
untuk mempengaruhi masyarakat. Habitus aktor ini adalah kemampuan dalam
mereproduksi habitus yaitu dengan melihat dampak dan pergeseran adat kematian.
Potensi yang dimiliki oleh masyarakat adalah keinginan mereka untuk
menyekolahkan anak. Hal inilah yang mendorong masyarakat untuk sadar dan
mau menyederhanakan adat. Pola pikir yang dipaparkan ini juga ternyata
membuat masyarakat sadar untuk turut serta dalam proses penyederhanaan adat
kematian. Selain itu juga pendekatan dengan tokoh-tokoh di desa berjalan dengan
baik karena Umbu Reku ini sudah memiliki jaringan dan hubungan baik dengan
masyarakat Desa Ramuk. Jaringan yang dimiliki bapak Umbu Reku sudah

33

Wawancara Bapak Umbu Reku Pada 27 Januari 2016


82

berjalan lama karena Desa Ramuk merupakan salah satu wilayah binaan lembaga
Wahana Visi Indonesia (WVI).
7.1.2 Strategi Sosialisasi Tingkat Kabihu
Setelah melakukan identifikasi masalah dan persoalan adat kematian,
Bapak Paulus, Marius dan Umbu Reku kemudian melakukan sosialisasi melalui
pendekatan kabihu. Aspirasi masyarakat yang diperoleh dari proses identifikasi
masalah yaitu seperti bentuk dan cara pelaksanaan adat kematian baik prosesnya
maupun dampak dari adat kematian. Pada awalnya memang masyarakat masih pro
dan kontra terhadap penyederhanaan adat kematian hal karena masyarakat belum
mengetahui secara utuh aspek-aspek yang di sederhanakan dalam upacara adat
kematian. Masyarakat yang kontra ingin mempertahankan status quo dan prestice
sosial sedangkan untuk masyarakat yang pro terhadap penyederhanaan adat
kematian beranggapan bahwa adat kematian mengalami pergseran. Selain itu juga
berpendapat bahwa dapat membantu meringankan beban ekonomi. Untuk itu
diperlukan strategi pendekatan kabihu. Aktor-aktor ini mendekati tokoh kunci di
setiap kabihu yang ada di Desa Ramuk untuk menyaring inspirasi karena tokohtokoh kabihu inilah yang lebih mengetahui susunan dan bentuk pelaksanaan adat
kematian di Desa Ramuk. Forum mengumpulkan tokoh-tokoh kabihu untuk

membahas isi kebijakan penyederhanan adat (draf kebijakan sementara). Tujuan
dari pertemuan ini untuk menyaring aspirasi dari masing-masing kabihu yang ada
di desa Ramuk. Strategi ini digunakan supaya tokoh-tokoh kabihu terlibat
langsung dalam merumuskan persoalan penyederhanaan

adat kematian.

Pendekatan yang dilakukan ini sebagai modal kekuatan aktor dalam upaya
penyederhanaan adat kematian di desa Ramuk. Namun setelah sosialisasi yang
dilakukan ini di respon dengan baik oleh kabihu-kabihu, apa yang di sampaikan
oleh aktor-aktor forum sesuai dengan keinginan masyarakat. Hal ini perkuat oleh
Bapak Marius sebagai berikut :
“Pertama sekali ini kita dekati itu tokoh-tokoh yang berpengaruh
di tingkat desa, kami kumpulkan semua tokoh yang berpengaruh di
kabihu masing-masing untuk membahas isi kebijakan tadi umbu
tetapi dari setiap desa yang di sosialisasikan itu umbu tidak ada lagi
yang di rubah rata-rata mereka semua setuju dengan isi kebijakan ini
hanya di setiap sosialisasi itu paling hanya beberapa orang saja yang
83


kontra umbu. Tapi itu kalau ada yang kurang setuju kami langsung
revisi memang di depan tokoh-tokoh itu isi kebijakan tadi umbu kami
juga tidak memaksa itu isi kebijakan umbu jika ada yang perlu di
revisi kami revisi sesuai keinginan dari masing-masing marga/kabihu
yang ada kemudian setelah itu kami sah kan kebijakan itu dan nanti
menjadi acuan dalam mebuat perjanjian deklarasi”34
Pertemuan yang dilakukan oleh aktor Pangadangu Mahamu ini dengan kabihukabihu membahas ulang persoalan upacara adat kematian. Setelah pertemuan

kabihu tersebut selanjutnnya aktor ini juga menyampaikan kepada tokoh-tokoh
yang hadir bahwa nantinya dilakukan sosialisasi secara terbuka dengan semua
masyarakat. Pada pertemuan yang dilakukan aktor Pangadungu Mahamu
bersepakat untuk lakukan sosialisasi di Desa Ramuk yang diikuti oleh semua
masyarakat. Hal ini juga diperkuat oleh pernyataan bapak Paulus selaku tim
sosialisasi di desa Ramuk:
“Pertemuan pertama itu kami undang tokoh-tokoh kunci di desa
untuk datang diskusi dan musyawarah dengan kami dalam membahas
persoalan adat kematian ini. Jadi yang hadir waktu itu yang kami
undang pemerintah desa, tokoh adat, tokoh masyarakat, tokoh agama,
tokoh kabihu dan lain-lain. Pola pendekatan yang kita bangun yaitu
relasi kekeluargaan, relasi masyarakat untuk menerima ide ini. Yang

di Ramuk itu bagus, begitu kita sosialisasikan ini waktu itu 100 lebih
tokoh yang hadir dan itu luar biasa, saya junjung mereka untuk
menyampaikan ide/pemikiran mereka ternyata responnya sangat
positif”35
Pola pendekatan kekeluargaan yang dilakukan oleh aktor Pangadangu
Mahamu ini memudahkan proses penyederhanaan adat kematian akan berjalan
baik dan lancar. Pola yang dibangun dengan mendekati tokoh-tokoh yang
berpengaruh di desa dengan membangun jaringan dan komunikasi yang baik
sehingga dalam proses penyederhanaan tidak ada unsur pemaksaan. Peran yang
dilakukan oleh aktor tidak terlepas dari habitus dan modal yang dapat
mepengaruhi pola pikir masyarakat. Strategi pendekatan aktor Pangadangu
Mahamu ini diungkapkan kembali oleh bapak Paulus sebagai berikut :
“Kita merumuskan kebutuhan-kebutuhan ekonomi saja, disitu kita
tidak otoriter begitu nanti orang tidak akan terima kita jadi kita harus
34
35

Wawancara Dengan Bapak Marius 22 Januari 2016
Wawancara Bapak Paulus Pada Tanggal 21 Januari 2016

84

menghargai semua pandangan, semua pendapat, semua pikiran
kemudian kita rangkum kita tawarkan lagi. Setelah itu oke sama-sama
jalan aman dan tidak ada tantangan jadi untuk mengambil kebijakan
untuk mengambil keputusan karna itu di dalam sosialisasi melalui
pertemuan-pertemuan kekeluargaan kita memberi luang kepada
mereka seluas-luasnya untuk memberikan ide/pikiran dan kemudian
itu kita tawar lagi ke mereka kemudian sudah itu kita tawar kembali
lagi. Pertama kita lakukan pendekatan dulu dengan tokoh-tokoh di
desa itu ada beberapa marga misalnya ada 10 marga kira-kira diantara
10 marga itu siapa yang paling berpengaruh di situ kita lakukan
pendekatan dengan mereka kita komunikasikan. Nah kita sudah
yakinkan mereka oke baru kita tentukan waktu sosialisasinya. Kita
jadwalkan itu pertemuan kami komunikasi lagi dengan tokoh desa
kalau sudah oke kami pergi lagi untuk sosialisasikan ini materi
bersama dengan tokoh-tokoh yang ada di desa. Jadi misalnya ada 5
keluarga atau 5 tokoh dari marga itu yang suda sepaham dengan kita
ya mudah sudah kalau kita sosialisasikan untuk ambil keputusan kita
dalam bentuk forum adat antar desa suda sangat mudah begitu. Dalam
deklarasi nanti dari marga di masing-masing yang ada diambil tokohtokoh sebagai saksi untuk bentuk satu perjanjian supaya tidak lagi di
langgar. Jadi anggota forum di desa ini membantu kami untuk
melihat, mengevaluasi prilaku masyarakat”
Tahap pra sosialisasi kabihu yang dilakukan oleh forum peduli adat
dengan pendekatan tokoh-tokoh yang berpengaruh di desa menjadi strategi forum
dalam uapaya penyederhanaan adat kematian. Pola ini di bangun supaya
memudahkan forum untuk melakukan sosialisasi di masyarakat karena sudah
memiliki orang-orang kunci di desa. Setelah pertemuan awal yang dilakukan
tokoh-tokoh yang hadir dalam pertemuan tersebut diberi tugas lagi oleh forum
peduli adat untuk menyampaikan penyederhanaan adat kematian dan mengajak
masyarakat untuk mengikuti sosialisasi yang akan dilakukan di desa Ramuk.
Tokoh tersebut antara lain adalah Bapak Stepanus, Yusak dan Yonathan. Pada
ketiga tokoh inilah yang berperan memberitahu dan mengajak semua masyarakat
mau melakukan penyederhanaan adat kematian. Kemudian mereka ini juga
mengajak masyarakat untuk mengikuti sosialisasi adat kematian yang dilakukan
oleh aktor-aktor Pangadangu Mahamu. Setelah itu ketiga aktor ini berkomunikasi
lagi dengan forum peduli adat untuk lakukan sosialisasi. Ketiga aktor dapat
melakukan

ini

karena

memiliki

habitus

85

dan

modal,

aktor-aktor

ini

mempertaruhkan modal untuk mempengaruhi masyarakat untuk mengajak,
membujuk dan meyakinkan masyarakat tentang penyederhanaan adat kematian.

7.2 Peran Aktor Dalam Tahap Pendekatan Sosialisasi
Pada tahap ini dilakukan dengan dua pendekatan yang merupakan
perjuangan aktor dalam proses penyederhanaan adat kematian antara lain; strategi
aktor dalam mempengaruhi masyarakat dan sosialisasi terbuka.
7.2.1 Strategi Aktor Dalam Mempengaruhi Masyarakat (mengajak,
membujuk dan meyakinkan masyarakat)
Seperti yang dijelaskan pada pembahasan sebelumnya yaitu proses
penyederhanaan adat kematian, bahwa setelah tahap pendekatan kabihu dilakukan
selanjutnya dilakukan melalui sosialisasi. Pada tahap ini yang memiliki peran
berpangaruh adalah Bapak Stepanus, Yusak dan Yonathan. Ketiga aktor ini
berperan karena memiliki habitus dan modal. Aktor-aktor ini berperan dalam
mengajak, membujuk dan memberitahu masyarakat terkait penyederhanaan adat
kematian. Dalam konteks Pierre Bourdieu bahwa proses ini terjadi pertarungan
simbolik yaitu aktor-aktor mempertaruhkan modal simbolik, modal sosial dan
modal budaya untuk mempengaruhi masyarakat. Penyederhanaan adat kematian
sebagai arena akan menjadi ranah pertarungan modal. Aktor-aktor ini memiliki
peran untuk membantu aktor Pangadangu Mahamu untuk bersama-sama
melakukan sosialisasi di masyarakat. Selain itu juga aktor-aktor ini berperan
dalam

mengajak,

membujuk

dan

meyakinkan

masyarakat

untuk

mau

menyederhanakan adat kematian. Namun kendala mendasar yang dihadapi dalam
proses penyederhanaan adat kematian adalah masih ada masyarakat yang kontra
terhadap penyederhanaan adat kematian. Hal ini tidak menutup kegigihan bagi
aktor-aktor untuk mempengaruhi masyarakat agar melakukan penyederhanaan
adat kematian. Strategi yang dilakukan oleh aktor ini adalah menggunakan habitus
dan modal untuk mempengaruhi masyarakat. Modal yang dimiliki oleh aktoraktor ini adalah modal simbolik dan modal social. Hal ini diperkuat oleh
pernyataan Bapak Stepanus selaku pemerintah desa:
“Ya, memang sulit awalnya, tahu sendiri kita orang disini masih
terikat sekali dengan adat. Memang butuh waktu yang lama untuk

86

kasih pemahaman dan yakinkan mereka untuk mau sederhanakan
adat, dengan bergabung saya di forum ini masyarakat dapat melihat
sehingga apa yang saya sampaikan mereka dengar. Jadi saya
sampaikan kepada mereka pentingnya penyederhanaan adat kematian.
Jadi saya mulai bujuk, ajak dan meyakinkan ini masyarakat untuk
lakukan penyederhanaan adat kematian”36
Setara dengan strategi yang dilakukan oleh bapak Stepanus, bapak Yusak
juga memiliki cara yang sama seperti berikut:
“Memang susah bujuk mereka ini awalnya. Jadi saya punya cara
lain untuk bisa bujuk mereka. Nah, kebetulan saya wunang (juru
bicara) kalau setiap ada adat baik adat kematian atau adat perkawinan
saya selalu omong tentang penyederhanaan adat. Saya kan wunang
jadi mereka mau dengar saya karena saya yang sering jadi kunci adat.
Ya, mau tidak mau harus ikut sudah. Saya juga rasa betul pengaruh
adat ini apa-apa yang dibutuhkan dalam adat ini kadang juga
memberatkan ekonomi kita, jadi saya memberikan pemahaman di
mereka supaya mau sederhanakan adat kematian”37
Hal ini juga diperkuat oleh pernyataan bapak Yonathan yang turut
berperan dalam proses ini yaitu dia mempertaruhkan modal untuk mempengaruhi
masyarakat, seperti yang dikatakan:
“Awalnya susah karena memang kita tidak tahu ya
penyederhanaan adat kematian itu, ini kan muncul tiba-tiba juga jadi
masyarakat pro dan kontra karena mereka ini beranggapan merubah
budaya. Terutama ini pada masyarakat yang merasa mampu lah atau
maramba mereka ini. Saya punya cara sendiri untuk ajak mereka ikut
sosialisasi. Saya bilang sama masyarakat bahwa yang mengangkat
gagasan ini mereka mantan bupati Sumba Timur, mantan camat dan
tokoh pemerintah daerah juga yang lain. Jadi mereka ini orang-orang
besar saya bilang sama mereka tapi mereka mau mengajak
masyarakat untuk menyederhanakan adat saya bilang begitu.
Sehingga waktu saya omong seperti itu, masyarakat yang awalnya
kasih respon negatif akhinya kasih respon positif sudah jadi mereka
ikut sudah toh. Saya bilang begini di mereka ini saja orang-orang
besar mau melakukan ini penyederhanaan adat kematian mengapa
kita tidak lakukan begitu to akhirnya masyarakat ini bisa berpikir
sudah to. Dengan saya omong begitu juga mereka ini mau dengar
saya omong juga.”38

36

Wawancara Bapak Stepanus Pada Tanggal 03 Pebruari 2016
Wawancara Bapak Yusak Pada Tanggal 28 Januari 2016
38
Wawancara Bapak Yonathan Pada Tanggal 31 Januari 2016
37

87

Strategi aktor dalam mempengaruhi masyarakat yaitu berangkat dari
hibitus dan modal yang dimiliki oleh masing-masing aktor untuk dapat
mempengaruhi masyarakat supaya mau melakukan penyederhanaan adat
kematian. Modal-modal yang dimiliki oleh aktor-aktor ini adalah modal simbolik,
budaya dan sosial. Dengan modal yang dimiliki dapat menentukan perannya
dalam mempengaruhi dan mengajak masyarakat dalam menyederhanakan adat
kematian. Melalui modal yang dimiliki oleh setiap aktor ini juga dapat
membentuk unsur kepercayaan masyarakat (jaringan) karena memiliki posisi yang
sangat penting di masyarakat desa Ramuk.
7.2.2

Strategi Aktor Dalam Pendekatan Sosialisasi Terbuka

Sesuai dengan kesepakatan awal yaitu antara tim sosialisasi pangadangu
mahamu dengan tokoh-tokoh di desa bersepakat untuk melakukan sosialisasi

terbuka yang melibatkan semua elemen masyarakat. Pada sosialisasi tersebut di
hadiri oleh semua elemen masyarakat seperti tokoh adat, tokoh masyarakat, tokoh
agama, pemerintah serta semua kabihu-kabihu yang ada di desa Ramuk. Sehingga
pada sosialisasi tersebut dihasilkan keputusan bersama oleh semua masyarakat.
Kesepakatan yang di hasilkan dalam sosialisasi tersebut berdasarkan permintaan
dan keinginan masyarakat yang sesuai di desa Ramuk. Setelah hasil pertemuan
pertama yang dilakukan oleh bapak Marius, Paulus dan Umbu Reku bersama
dengan tokoh desa yaitu bapak Stepanus, Yusak dan Yonathan bersepakat untuk
lakukan sosialisasi penyederhanaan adat kematian di masyarakat secara terbuka.
Pada tahap ini dilakukan sosialisasi dan musyarah secara terbuka oleh semua
eleman masyarakat. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Bapak Marius dan Paulus
yang juga memiliki pernyataan yang mirip :
“Pada pertemuan sosialisasi ini yang hadir waktu itu tokoh
pemerintah desanya, tokoh adat, tokoh masyarakat, tokoh agama serta
semua masyarakat termasuk tokoh kabihu-kabihu. Luar biasa sekali
responnya, kalau di desa Ramuk ini rata-rata menerima
penyederhanaan adat kematian. Kemarin saat kami sosialisai di
Ramuk masyarakat senang begitu kami sampaikan ini gagasan/
konsep penyederhanaan adat masyarakat bilang bagus sudah kalau

88

ada pemikiran begini mereka bilang. Jadi pada saat sosialisasi waktu
itu mereka minta untuk deklarasi sudah”39
Berdasarkan pernyataan diatas bahwa masyarakat berantusias menerima
penyederhanaan adat kematian. Partisipasi masyarakat ini sangat mendukung
upaya penyederhanaan adat kematian. Pada awalnya kesulitan yang dihadapi ialah
masih ada masyarakat yang kontra terhadap penyederhanaan adat kematian.
Namun setelah dijelaskan maksud dan tujuan penyederhanaan adat kematiaan
tersebut kemudian masyarakat mau melakukan penyederhanaan adat kematian40.
Dalam musyawarah dan sosialisasi yang dilakukan oleh aktor dalam forum
bersama semua elemen masyarakat bersepakat untuk menerapkan penyederhanaan
adat kematian yaitu mengurangi unsur-unsur dalam pelaksanaan adat kematian
yang memiliki dampak secara ekonomi. Berikut ini adalah tabel yang merupakan
hasil kesepakatan/keputusan bersama dalam sosialisasi penyederhanaan adat
kematian di desa Ramuk dan juga merupakan hasil dari perjuangan aktor dalam
upaya penyederhanaan adat kematian.
Tabel. 7.1
Hasil kesepakatanan penyederhanaan adat kematian di desa Ramuk
No
1

2

Aspek/Unsur
Lama penyimpanan mayat/jenasah
(biasanya
berbulan-bulan
atau
bertahun-tahun)
Cara mengundang

3

Cara pelayanan makan dan minum

Keputusan Bersama
Semua kabihu di desa ramuk bersepakat
paling lama 8 hari penyimpanan mayat.
Apabila ada kematian atau kedukaan, maka
pada hari yang sama baik koster gereja
maupun keluarga duka “Membunyikan Bel
Gereja”sebagai
tanda ada
kedukaan
sekaligus merupakan undangan resmi dari
keluarga duka buat masyarakat desaa Ramuk.
Semua kabihu di desa Ramuk sepakat :
A. Maksimal 5 kali makan secara nasional
 Makan
pada
saat
paborung/pahaungu/papalang

39

Hasil Wawancara dengan Bapak Marius dan Paulus di rumahnya masing-masing Pada
Tanggal 22 dan 21 Januari 2016
40
Observasi dan pengalaman penulis saat mengikuti pertemuan kabihu yang dilakukan tahun 2013
masih terjadi pro dan kontra terhadap penyederhanaan adat kematian tetapi setelah tahun 2014
masyarakat mau menerima penyederhanaan adat kematian. Masyarakat yang awalnya kontra
kemudian menjadi pro terhadap penyederhanaan adat kematian. Kemudian pengalaman penulis
selama penelitian tahun 2016 bahwa Desa Ramuk sudah menerapkan penyederhanaan adat
kematian yaitu melalui deklarasi.

89

4

5

6

7

8

(pindah mayat)
 Makan pada musyawarah keluarga
dalam pembentukan panitia
 Makan pada saat pamatu maling
(makan terakhir)
 Makan pada saat penguburan
B. Malam dan siang harinya dilayani minum
saja
C. Pakameting ditiadakan
Pembawaan yera dan ana kawini dan Semua kabihu di desa ramuk bersepakat ;
cara membalasnya
1. yera dan ana kawini apapun
pembawaannya
dibalas
secara
sederhana untuk semua yera 1 ekor
babi dan semua ana kawini 1 ekor
babi.
2. Untuk yera maasing-masing satu
buah mamuli humba dan lulu amah.
ana kawini satu lembar kain/sarung.
Untuk itu memiliki bahasa adat yang tidak
memiliki beban, bahasa adatnya yaitu :
“baka bihu ana allah ta, baka bihu nai karitu
ta, takarainya na wai mmaringu, wai mallala
kata tapa hewa dangu baha eti, riki mata, ka
ambu ningu ki ai mapa toabangu, rumba
mapa hiru, la pullu nai karitu. kawangu
andjaka da kalambi nggu”
Kain yubuhu/kain palumburung
Semua kabihu di desa ramuk bersepakat :
Perkabihu atau marga satu lembar
kain/sarung untuk yera dan satu buah
mamuli/lulu amah untuk anakawini.
Penyuguhan sirih pinang
Semua kabihu di desa Ramuk bersepakat :
Bagi setiap rombongan (pahapa mborung)
yakni untuk laki-laki satu tanga wahil sirih
pinang dan untuk wanita satu tanga wahil.
Sumbangan duka
Semua kabihu desa Ramuk bersepakat :
a. setiap anggota keluarga (KK) bersepakat
setiap kali ada kedukaan didalam desa wajib
memberikan sumbangan duka sesuai
kesepakatan bersama.
b. pengumpulan sumbangan duka diatur
dalam keputusan desa atau setiap masingmasing ketua RT sebagai penanggung jawab
c. besarnya sumbangan duka Rp.100.000
(seratus ribu rupiah) setiap kepala keluarga
Sanksi/Denda
Apabila ada yang melanggar salah satu atau
seluruhnya dari unsur-unsur penyederhanaan
adat yang telah disepakati,semua kabihu
maka bersepakat untuk dikenakan denda atau
sanksi bagi yang melanggarnya, dengan iuran
duka sebesar 1000.000 (satu juta rupiah)

90

perhari. Dan uangnya dimasukkan untuk kas
desa.

Tabel diatas merupakan hasil keputusan musyawarah yang sudah di
sepakati bersama oleh semua elemen masyarakat desa Ramuk. Dari tabel diatas
terlihat bahwa adanya nilai-nilai bisa mempererat hubungan kekeluargaan dan
kegotong royongan. Jika dilihat bahwa penyederhanaan adat kematian ini
memiliki nilai positif bagi masyarakat karena dapat mengurangi beban ekonomi
masyarakat Tabel diatas bertujuan untuk mengurangi unsur-unsur dalam
pelaksanaan adat kematian yang memiliki beban ekonomi. Dapat di simpulkan
bahwa masyarakat sudah mulai sadar dan mau berubah ke kehidupan yang lebih
baik untuk itu sebagai respon masyarakat ini melakukan tindakan praktek yaitu
praktek penyederhanaan adat kematian.
7.2.3

Strategi

Aktor

Dalam

Tahap

Implementasi

Kesepakatan

penyederhanaan adat kematian
Setelah strategi-strategi diatas dilakukan bahwa aktor-aktor tidak berhenti
hanya sampai di situ saja, tetapi dilakukan lagi tahap percobaan dari hasil
kesepakatan yaitu implementasi kesepakatan (pra penyederhanaan adat kematian)
seperti yang di sampaikan bapak Lapoe di bawah ini:
“Setelah tim ini selesai sosialisasi begitu masyarakat dikasih waktu
lagi enam bulan sampai satu tahun bahkan ada yang sampai dua tahun
untuk coba mempraktekkan penyederhanaan adat begitu, jadi kalau
sudah sedikit berhasil kami dari forum buat deklarasi sudah di desa
untuk lakukan penyederhanaan adat itu. Jarak yaitu kurang lebih satu
tahun karena kami juga di forum ini tidak terlalu buru-buru juga
untuk langsung deklarasi begitu na nanti dibilang pemaksaan lagi oleh
masyarakat kepada forum jadi kami hindari itu, jadi kami itu
memberikan kebebasan kepada masyarakat sendiri yang ambil
keputusannya begitu na”41
Setara dengan hal ini juga diperkuat oleh pernyataan bapak Marius:
“Setelah kami tim ini stelah selesai sosialisasi begitu kami beri
waktu kepada masyarakat untuk coba mempraktekkan apa yang kami
sudah sosialisaskan tadi. Jadi tunggu kira-kira beberapa bulan, satu
tahun sampai dua tahun begitu untuk melihat perkembangan
41

Wawancara Bapak Lapoe Pada Tanggal 5 Pebruari 2016

91

masyarakat sesudah itu kami pergi lagi berkomunikasi dengan
pemerintah desa dengan tokoh-tokoh desa untuk berdiskusi
menentukan waktu deklarasi begitu jadi tidak mudah juga bagi kami
di forum ini pekerjaan berat juga bagi kami jadi kami ini harus siap
mental juga dimasyarakat. Kami di forum ini tidak memaksa
masyarakat harus ikut kami punya mau begitu jadi kami beri
kebebasan kepada masyarakat untuk menyampaikan persoalan dan
keluhannya jadi kami hanya membantu masyarakat saja. Kerja kami
juga ini sesudah sosialisasi kami bawa lagi hasil itu ke rapat pengurus
forum disitu kami bawas ulang lagi draf yang sudah kami buat dan
sosialisaskan tadi sesuaikan lagi dengan kesepakatan masyarakat.
Sesudah itu kami merancang lagi draf kesepakatan sebagai acuan
deklarasi. Deklarasi nanti ini dibaca ulang lagi di masyarakat dengan
cara membuat perjanjian dan sumpah adat. Kalau sudah pukul gong,
tikam babi dan penandatanganan perjanjian itu sebagai tanda bahwa
penyederhanaan adat ini resmi diterapkan”42
Maksud dari pernyataan bapak Lapoe dan Marius diatas adalah bahwa
setelah sosialisasi dan musyarawah selanjutnya di lakukan pra implementasi
kesepakatan

pada

masyarakat.

Tujuannya

untuk

melihat

implementasi

penyederhanaan adat di masyarakat selama kurang lebih satu tahun setelah itu
baru deklarasi sebagai tahap akhir. Setelah implementasi kesepakatan dilakukan
forum peduli adat ini berkomunikasi lagi dengan desa untuk menentukan waktu
deklarasi. Selain itu yang dilakukan aktor Pangadangu Mahamu membawa hasil
kesepakatan penyederhanaan adat kematian ini di Forum Peduli Adat tingkat
kabupaten untuk dibahas ulang dan membuat draft yang menjadi acuan dalam
deklarasi penyederhanaan adat kematian.

7.3

Peran

aktor

dalam

deklarasi

penyederhanaan

adat

kematian
Tahap ini merupakan tahap akhir perjuangan aktor-aktor dalam upaya
penyederhanaan adat kematian di Desa Ramuk. Deklarasi penyederhanaan adat
kematian sebagai akhir perjuangan aktor terlihat bahwa masyarakat mau
menerapkan penyederhanaan adat kematian. Semua aktor-aktor turut berperan
dalam mensukseskan penyederhanaan adat kematian. Pada tahap ini aktor-aktor
baik dari forum peduli adat maupun semua elemen masyarakat turut berperan
42

Wawancara Bapak Marius Pada Tanggal 22 Januari 2016

92

dalam deklarasi penyederhanaan adat kematian. Walaupun latar belakang aktor
berbeda-beda, namun relasi dan kapasitas antar aktor sudah terjalin lama baik
sebelum proses penyederhanaan adat maupun dalam proses penyederhanaan adat
kematian yang dilakukan. Perjuangan aktor-aktor adalah dicapai satu kesepakatan
bersama dengan semua elemen masyarakat dengan cara membuat perjanjian baik
tertulis mapun tidak tertulis seperti sumpah adat atau ritual adat. Deklarasi
penyederhanaan adat sebagai satu nilai yang sudah disepakati oleh semua
masyarakat menjadikan ini sebagai tindakan praktek aktor.
Berikut ini caontoh susunan acara deklarasi penyederhanaan adat
kematian, dimana semua elemen masyarakat turut berpartisipasi dalam upaya
penyederhanaan adat kematian, sebagai berikut:
Gamabar 7.1.
Proses penandatanganan perjanjian kesepakatan dan diawali pemukulan
Gong

Gambar tersebut menggambarkan proses dekarasi penyederhanaan adat
kematian

sebagai

wujud

dari

respon

masyarakat

untuk

menerapkan

penyederhanaan adat kematian yaitu melalui penandatangan perjaanjian
kesepakatan dan diiringi pemukulan gong/tambur sebagai bukti perjanjian
kesepakatan. Penandatangan ini sebagai pembentuk nilai dan norma bersama oleh
masyarakat yang juga di dasarkan dengan perjanjian adat.

93

Gambar 7.2.
Proses pembacaan kesepakatan diiringi sumpah perjanjian adat

Gambar tersebut menunjukkan bahwa penyederhanaan adat kematian tidak
berakhir dari seremoni saja tetapi betul-betul diterapkan. Penandatanganan
perjanjian dengan menggunakan sumpah adat merupakan strategi aktor dalam
deklarasi penyederhanaan adat sebagai bukti bahwa masyarakat tidak lagi
melanggar perjanjian yang sudah dibuat bersama. Keceriaan yang penuh
kegembiraan,canda tawa dan semangat masyarkat saling bergandengan tangan
yang terdiri dari tokoh kabihu-kabihu, tokoh adat, tokoh masyarakat, tokoh
pemerintah, tokoh pemuda, tokoh agama maupun tokoh perempuan sebagai bukti
bahwa masyarakat betul-betul mau menerapkan penyederhanaan adat kematian.
Peran dan dorongan Forum Peduli Adat Pangadangu Mahamu mampu merubah
pola pikir masyarakat untuk berubah ke kehidupan yang lebih baik. Keberhasilan
penyederhanaan adat kematian ini juga tidak terlepas dari peran semua elemen
masyarakat yang turut berpartisi dalam proses ini.

94

Gamabar 7.3.
Partisipasi tokoh adat, tokoh masyarakat dan tokoh pemuda

Gambar tersebut menunjukkan bahwa penyederhanaan adat kematian di
desa Ramuk tidak terlepas dari peran dan keterlibatan tokoh adat, tokoh
masyarakat maupun tokoh pemuda dalam mendukung penyederhanaan adat
kematian yaitu dalam mempengaruhi masyarakat untuk membujuk, mengajak dan
mendorong masyarakat untuk melakukan penyederhanaan adat kematian.
Kerterlibatan mereka dalam proses penyederhanaan adat ini juga merupakan hasil
dari mereproduksi habitus dan modal yaitu terbentuk melalui kesadaran batin
maupun pengalaman melaksanakan adat kematian.
Keberhasilan penyederhanaan adat kematian di desa Ramuk merupakan
praktek sosial yang merupakan hasil kerja habitus dikali modal. Partisipasi dari
semua elemen masyarakat mampu membangun sebuah perubahan yaitu
melakukan tindakan praktek penyederhanaan adat kematian. Hal ini juga
dipengaruhi oleh habitus karena masing-masing aktor memiliki habitus, habitus
inilah yang menjadi sumber penggerak tindakan praktek. Tindakan yang
dilakukan aktor-aktor ini menghasilkan praktek penyederhanaan adat kematian.
Kesepakatan penyederhanaan adat ini menjadi sebuah nilai/ norma bersama bagi
masyarkat di desa Ramuk, maka prosesi adat kematian sebagai sebuah field
sedang mereproduksi habitus baru menuju masyarakat sejahtera.

95