Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Pen

“ Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan
Penyakit Asma Bronchial“
Ditulis pada Oktober 22, 2012

BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar belakang


Asma bronkial adalah suatu kelainan inflamasi (peradangan) kronik saluran nafas
yang menyebabkan hiperaktivitas bronkus terhadap berbagairangsangan yang ditandai
dengan gejala episodik berulang berupa
mengi, batuk, sesak nafas, dan rasa berat di dada terutama pada malam hari danatau
dini hari yang umumnya bersifat reversibel baik dengan atau tanpa pengobatan.



Penyakit asma berasal dari kata “asthma” yang diambil dari bahasa Yunani
yang berarti “sukar bernapas.” Penyakit asma dikenal karena adanya gejala sesak
napas, batuk dan mengi yang disebabkan oleh penyempitan saluran napas.Banyak
kasus-kasus penyakit asma di masyarakat yang tidak terdiagnosis, yangsudah

terdiagnosis pun belum tentu mendapatkan pengobatan secara baik.



Disamping itu banyak permasalahan kesehatan
lainyang menyertai berupa gangguan organ tubuh lain, gangguan perilaku dan permas
alahan kesehatan lainnya,Penyakit asma adalah penyakit yang mempunyai banyak
faktor penyebab, dimanayang paling sering karena faktor atopi atau alergi. Faktorfaktor penyebab dan pemicu penyakit asma antara lain debu rumah dengan tungaunya,
bulu binatang, asap rokok,asap obat nyamuk, dan lain-lain.Penyakit ini merupakan
penyakit keturunan. Bila salah satu atau kedua orang tua,kakek atau nenek anak
menderita penyakit asma maka bisa diturunkan ke anak. Prof Dr. dr Heru Sundaru,
Sp.PD, KAI, Guru Besar Tetap FKUI menjelaskan, “penyakitasma bukan penyakit
menular tapi penyakit keturunan.”4



Berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia (WHO), sebanyak 300 juta orang didunia
mengidap penyakit asma dan 225 ribu orang meninggal karena penyakit asma pada
tahun 2005 lalu. Hasil penelitian International Study on Asthma and Alergies


inChildhood pada tahun yang sama menunjukkan bahwa di Indonesia prevalensi
gejala penyakit asma melonjak dari sebesar 4,2% menjadi 5,4 %.Penyakit asma tidak
dapat disembuhkan dan obat-obatan yang ada saat ini
hanya berfungsi menghilangkan gejala. Namun, dengan mengontrol penyakit asma, pe
nderita penyakit asma bisa bebas dari gejala penyakit asma yang
mengganggusehingga dapat menjalani aktivitas hidup seharihari.Mengingat banyaknya faktor risiko yang berperan, maka prioritas
pengobatan penyakit asma sejauh ini ditujukan untuk mengontrol gejala. Kontrol yang
baik inidiharapkan dapat mencegah terjadinya eksaserbasi (kumatnya gejala penyakit
asma),menormalkan fungsi paru, memperoleh aktivitas sosial yang baik dan
meningkatkankualitas hidup pasien.Anda bisa mengenal penyakit asma lebih lanjut
dalam halaman detail ini
meliputigejala asma, diagnosa asma, penyebab asma, faktor pencetus asma, pengobata
n, pengcegahan dan hidup bersama asma.
1.2 Tujuan
Tujuan penulisan laporan kasus ini adalah untuk menambah pemahaman klinis asma bronkial
khususnya dari segi diagnosis, pengenalanetiologi, faktor risiko, patofisiologi, dan
penatalaksanaan terkait kasus
1.Tujuan Umum
Penulis dapat menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan asma bronchial
2.Tujuan Khusus

a.Mampu melakukan pengkajian pada pasien dengna asma bronchial.
b.Mampu menentukan masalah atau diagnosa keperawatan pada pasien dengan asma
bronchial.
c.Mampu merencanakan tindakan keperawatan pada pasien dengan asma bronchial.
d.Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien dengan asma bronchial.
e.Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada pasien dengan asma bronchia
f.Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan secara baik dan benar.
1.3.Ruang Lingkup
Makalah ini menguraikan tentang bagaimana melaksanakan asuhan
keperawatan pada klien dengan asma bronchial, pada kasus ini penulis
menggunakan metoda pemecahan masalah yaitu dengan pendekatan proses
keperawatan yang meliputi pengkajian, perumusan masalah, diagnosis pelaksanaan dan
evaluasi.
1.4.Metode Penulisan

Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini yaitu pengamatan langsung terhadap
klien mengenai penyakit dan perkembangan, perawatan serta pengobatan klien dengan asma
bronchial.

BAB II

TINJAUAN TEORITIS
2.1

Definisi


Asma disebut juga sebagai reactive air way disease (RAD), adalah suatu penyakit
obstruksi pada jalan nafas secara riversibel yang ditandai dengan bronchospasme,
inflamasi dan peningkatan sekresi jalan napas terhadap berbagai stimulan.



Asma bronchial adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermitten, reversibeldimana
trakheobronkhial berespon secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu.Asma
bronchial adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon tracheadan
bronkhus terhadap berbagai rangsangandengan manifestasi adanya penyempitan
jalannafas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah baik secara spontan maupun
hasil daripengobatan. ( The American Thoracic Society ).

(sumber : http://library.usu.ac.id/download/fk/keperawatan-dudut2.pdf)


Pembagian asma pada anak.


Asma episode yang jarang.

Biasanya terdapat pada anak umur 3 – 8 tahun. Serangan umumnya dicetuskan oleh infeksi
virus saluran nafas bagian atas. Banyaknya serangan 3 – 4 kali dalam 1 tahun. Lamanya
serangan dapat beberapa hari, jarang merupakan serangan yang berat.
Gejala yang timbul lebih menonjol pada malam hari. Mengi dapat berlangsung kurang dari 34 hari, sedang batuk-batuknya dapat berlangsung 10 – 14 hari. Manifestasi alergi lainya
misalnya, eksim jarang terdapat pada golongan ini. Tumbuh kembang anak biasanya baik,
diluar serang tidak ditemukan kelainan. Waktu remisi berminggu-minggu sampai berbulanbulan. Golongan ini merupakan 70 – 75 % dari populasi asma anak.


Asma episode yang sering.

Pada 2/3 golongan ini serangan pertama terjadi pada umur sebelum 3 tahun. Pada permulaan,
serangan berhubungan dengan infeksi saluran nafas akut. Pada umur 5 – 6 tahun dapat terjadi

serangan tanpa infeksi yang jelas. Biasanya orang tua menghubungkan dengan perubahan

udara, adanya alergen, aktivitas fisik dan stress. Banyak yang tidak jelas pencetusya.
Frekwensi serangan 3 – 4 kali dalam 1 tahun, tiap serangan beberapa hari sampai beberapa
minggu. Frekwensi serangan paling tinggi pada umur 8 – 13 tahun. Pad golongan lanjut
kadang-kadang sukar dibedakan dengan golongan asma kronik ataui persisten. Umumnya
gejala paling jelek terjadi pada malam hari dengan batuk dan mengi yang akan mengganggu
tidurnya. Pemeriksaan fisik di luar serangan tergantung frekwensi serangan. Jika waktu
serangan lebih dari 1 – 2 minggu, biasanya tidak ditemukan kelainan fisik. Hay Fever dapat
ditemukan pada golongan asma kronik atau persisten. Gangguan pertumbuhan jarang terjadi .
Golongan ini merupakan 2-0 % dari populasi asma pada anak.



Asma kronik atau persisten.

Pada 25 % anak golongan ini serangan pertama terjadi sebelum umur 6 bulan; 75 % sebelum
umur 3 tahun. Pada lebih adari 50 % anak terdpat mengi yang lama pada dua tahun pertama,
dan 50 % sisanya serangannya episodik. Pada umur 5 – 6 tahun akan lebih jelas terjadinya
obstruksi saluran nafas yang persisten dan hampir selalu terdapat mengi setiap hari; malam
hari terganggu oleh batuk dan mengi. Aktivitas fisik sering menyebabkan mengi. Dari waktui
ke waktu terjadiserangan yang berat dan sering memerlukan perawatan di rumah sakit.

Terdapat juga gologan yang jarang mengalami serangan berat, hanya sesak sedikit dan
mengisepanjang waaktu. Biasanya setelah mendapatkan penangan anak dan orang tua baru
menyadari mengenai asma pada anak dan masalahnya. Obstruksi jalan nafas mencapai
puncakya pada umur 8 – 14 tahun, baru kemudian terjadi perubahan, biasanya perbaikan.
Pada umur dewasa muda 50 % golongan ini tetap menderita asma persisten atau sering.
Jarang yang betul-betul bebas mengi pada umur dewasa muda. Pada pemeriksaan fisik jarang
yang normal; dapat terjadi perubahan bentuk thoraks seperti dada burung (Pigeon Chest),
Barrel Chest dan terdapat sulkus Harison. Pada golongan ini dapat terjadi gangguan
pertumbuhan yakni, bertubuh kecil. Kemampuan aktivitas fisik kurangsekali, sering tidak
dapat melakukan olah raga dan kegiatan lainya. Juga sering tidak masuk sekolah hingga
prestasi belajar terganggu. Sebagian kecil ada mengalami gangguan psiko sosial.
(sumber : http://library.usu.ac.id/download/fk/keperawatan-dudut2.pdf)

2.2 Etiologi


Faktor ekstrinsik : reaksi antigen- antibodi; karena inhalasi alergen (debu, serbukserbuk, bulu-bulu binatang).




Faktor intrinsik;



infeksi : para influenza virus, pneumonia,Mycoplasma..



Kemudian dari fisik; cuaca dingin, perubahan temperatur.



Iritan; kimia.Polusi udara (CO, asap rokok, parfum).


Emosional; takut, cemas, dan tegang. Aktivitas yang berlebihan juga dapat menjadi
faktor pencetus.
Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi timbulnyaserangan
asma bronchial:
1. Faktor Predisposisi

– Genetik Yang diturunkan adalah bakat alergi meskipun belum diketahui bagaimana
carapenurunannya. Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluargadekat
yang juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini,penderita sangat mudah
terkena penyakit asma bronkhial jika terpapar denganfaktor pencetus.Selain itu
hipersentifisitas
saluran pernafasannya juga bisa diturunkan.

2. Faktor Presipitasi
– Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
1. Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan
ex: debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi
2. Ingestan, yang masuk melalui mulut
ex: makanan dan obat-obatan
3. Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit
ex: perhiasan, logam dan jam tangan
– Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma. Atmosfir yang
mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan asma. Kadang-kadang
serangan berhubungan dengan musim, seperti: musim hujan, musim kemarau, musim bunga.

Hal ini berhubungan dengan arah angin serbuk bunga dan debu.
– Stress
Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga bisa
memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala

asma yang timbul harus segera diobati penderita asma yang mengalami stress / gangguan
emosi perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stressnya
belum diatasi maka gejala asmanya belum
bisa diobati.
-Lingkungan kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma. Hal ini berkaitan
dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di laboratorium hewan, industri
tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti.
– Olah raga/ aktifitas jasmani yang berat
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan aktifitas jasmani atau
aloh raga yang berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan serangan asma. Serangan asma
karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut.
Pencetus:
-Alergen.
tor allergi dianggap mempunyai peranan pad sebagian besar anak dengan asma. Disamping

itu hiper reaktivitas saluran nafas juga merupakan faktor yang penting. Bila tingkat hiper
reaktivitas bronchus tinggi, diperlukan jumlah allergen yang sedikit dansebaliknya jika hiper
reaktivitas rendah diperlukan jumlah antigen yang lebih tinggi untuk menimbulkan serangan
asma.
Sensitisasi tergantung pada lama dan intnsitas hubungan dengan bahan alergen berhubungan
dengan umur. Bayidan anak kecil sering berhubungan dengan sisi dari debu rumah, misalnya
tungau, serpih atau bulu binatang, spora jamur yang terdapat di rumah. Dengan bertambahnya
umur makin banyak jenis allergen pencetusnya. Asma karena makanan sering terjadi pada
bayi dan anak kecil.
-Infeksi.
Biasanya infeksi virus, terutama pada bayi dan anak. Virus yang menyebabkan ialah
respiratory syncytial virus (RSV) dan virus para influenza. Kadang-kadang karena bakteri
misalnya; pertusis dan streptokokus, jamur, misalnya Aspergillus dan parasit seperti Askaris.
-Iritan.
Hair spray, minyak wangi, semprot nyamuk, asap rokok, bau tajam dari cat, SO2 dan polutan
udara lainya dapat memacu serangan asma. Iritasi hidung dan batuksendiri dapat
menimbulkan refleks bronkokonstriksi.
-Cuaca.
Perubahan tekanan udara, perubahan suhu udara, angin dan kelembaban udara berhubungan
dengan percepatan dan terjadinya serangan asma

-Kegiatan jasmani
Kegiatan jasmani berat, misalnya berlari atau naik sepeda dapat memicu serangan asma.
Bahkan tertawa dan menangis yang berlebihan dapat merupakan pencetus. Pasien dengan faal
paru di bawah optimal amat rentan terhadap kegiatan jasmani.
-Infeksi saluran nafas.
Infeksi virus pada sinus, baik sinusitis akut maupun kronis dapat memudahkan terjadinya sma
pada anak. Rinitis alergika dapat memberatkan asma melalui mekanisme iritasi atau refleks.
-Faktor psikis.
Faktor psikis merupakan pencetus yang tidak boleh diabaikan dan sangat kompleks. Tidak
adanya perhatian dan / atau tidak mau mengakui persolan yang berhubungan dengan asma
oleh anak sendiri / keluarganya akan menggagalkan usaha pencegahan. Sebaliknya terlalu
takut terhadap adanya serangan atau hari depan anak juga dapat memperberat serangan asma.
Serangan asma dapat timbul disebabkan berbagai pencetus bersamaan misalnya pada anak
dengan pencetus alergen sering disertai pencetus non allergen yang dapat mempercepat dan
memperburuk serangan. Faktor pencetus adalah alergen dan infeksi; diduga infeksi virus
memperkuat reaksi pencetus alergenik maupun non alergenik. Serangan dapat terjadi pada
seorang anak setelah mendapat infrksi virus pada saluran nafas atas kemudian berlari-lari
pada udara dingin.
(sumber : http://library.usu.ac.id/download/fk/keperawatan-dudut2.pdf)

2.3 Manifestasi klinis
Auskultasi :


Wheezing, ronki kering musikal, ronki basah sedang.


Dyspnea dengan lama ekspirasi; penggunaan otot-otot asesori
pernafasan, cuping
hidung, retraksi dada,dan stridor.Batuk kering (tidak produktif) karena sekret kental dan
lumen jalan nafas sempit.


Tachypnea, orthopnea.



Diaphoresis

Nyeri abdomen karena terlibatnya otot abdomen dalam pernafasan.


Fatigue.

Tidak toleransi terhadap aktivitas; makan, bermain, berjalan, bahkan bicara.Kecemasan, labil
dan perubahan tingkat kesadaran.

Meningkatnya ukuran diameter anteroposterior (barrel chest) akibat ekshalasi yang sulit
karena udem bronkus sehingga kalau diperkusi hipersonor.Serangan yang tiba-tiba atau
berangsur.Bila serangan hebat : gelisah, berduduk, berkeringat, mungkin sianosis.X foto dada
: atelektasis tersebar, “Hyperserated”
2.4 Tanda dan gejala
Biasanya pada penderita yang sedang bebas serangan tidak ditemukan gejala
klinis, tapi pada saat serangan penderita tampak bernafas cepat dan dalam,gelisah,
duduk dengan menyangga ke depan, serta tanpa otot-otot bantu pernafasanbekerja
dengan keras. Gejala klasik dari asma bronkial ini adalah sesak nafas, mengi
( whezing ), batuk, dan pada sebagian penderita ada yang merasa nyeri di dada. Gejala-gejala
tersebut tidak selalu dijumpai bersamaan. Pada serangan asma yang lebih berat , gejala-gejala
yang timbul makin banyak, antara lain : silent chest, sianosis, gangguan kesadaran,
hyperinflasi dada, tachicardi dan pernafasan cepat dangkal . Serangan asma seringkali terjadi
pada malam hari.
1.Stadium dini
Faktor hipersekresi yang lebih menonjol
a.Batuk dengan dahak bisa dengan maupun tanpa pilek
b.Rochi basah halus pada serangan kedua atau ketiga, sifatnya hilang timbul
c.Whezing belum ada
d.Belum ada kelainan bentuk thorak
e.Ada peningkatan eosinofil darah dan IG E
f.BGA belum patologis
Faktor spasme bronchiolus dan edema yang lebih dominan
a.Timbul sesak napas dengan atau tanpa sputum
b.Whezing
c.Ronchi basah bila terdapat hipersekresi
d.Penurunan tekanan parsial O2
2.Stadium lanjut/kronik
a.Batuk, ronchi

b.Sesak nafas berat dan dada seolah –olah tertekan
c.Dahak lengket dan sulit untuk dikeluarkan
d.Suara nafas melemah bahkan tak terdengar (silent Chest)
e.Thorak seperti barel chest
f.Tampak tarikan otot sternokleidomastoideus
g.Sianosis
h.BGA Pa O2 kurang dari 80%
i.Ro paru terdapat peningkatan gambaran bronchovaskuler kanan dan kiri
j.Hipokapnea dan alkalosis bahkan asidosis respiratorik
(Halim Danukusumo, 2000, hal 218-229)

Berdasarkan penyebabnya, asma bronkhial dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe, yaitu:
1. Ekstrinsik (alergik)
Ditandai dengan reaksi alergi yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus yangspesifik,
seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan (antibiotik danaspirin), dan spora
jamur. Asma ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya suatupredisposisi genetik terhadap
alergi.
2. Intrinsik (non alergik)
Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap penctus yangtidak spesifik
atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga disebabkan olehadanya infeksi
saluran pernafasan dan emosi. Serangan asma ini menjadi lebih beratdan sering sejalan
dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadibronkhitis kronis dan emfisema.
Beberapa pasien akan mengalami asma gabungan.
3. Asma gabungan
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk alergik dan
non-alergik.
Menurut WOC

2.5 patofisiologi
Asma pada anak terjadi adanya penyempitan pada jalan nafas dan hiperaktif dengan respon
terhadap bahan iritasi dan stimulus lain.
Dengan adanya bahan iritasi atau allergen otot-otot bronkus menjadi spasme dan zat antibodi
tubuh muncul (immunoglobulin E atau IgE) dengan adanya alergi. IgE di muculkan pada
reseptor sel mast dan akibat ikatan IgE dan antigen menyebabkan pengeluaran histamin dan
zat mediator lainnya. Mediator tersebut akan memberikan gejala asthma.
Respon astma terjadi dalam tiga tahap : pertama tahap immediate yang ditandai dengan
bronkokontriksi (1-2 jam); tahap delayed dimana brokokontriksi dapat berulang dalam 4-6
jam dan terus-menerus 2-5 jam lebih lama ; tahap late yang ditandai dengan peradangan dan
hiperresponsif jalan nafas beberapa minggu atau bulan.
Asma juga dapat terjadi faktor pencetusnya karena latihan, kecemasan, dan udara dingin.
Selama serangan asthmatik, bronkiulus menjadi meradang dan peningkatan sekresi mukus.
Hal ini menyebabkan lumen jalan nafas menjadi bengkak, kemudian meningkatkan resistensi
jalan nafas dan dapat menimbulkan distres pernafasan
Anak yang mengalami astma mudah untuk inhalasi dan sukar dalam ekshalasi karena edema
pada jalan nafas.Dan ini menyebabkan hiperinflasi pada alveoli dan perubahan pertukaran
gas.Jalan nafas menjadi obstruksi yang kemudian tidak adekuat ventilasi dan saturasi 02,
sehingga terjadi penurunan P02 (hipoxia).Selama serangan astmatikus, CO2 tertahan dengan
meningkatnya resistensi jalan nafas selama ekspirasi, dan menyebabkan acidosis respiratory
dan hypercapnea. Kemudian sistem pernafasan akan mengadakan kompensasi dengan
meningkatkan pernafasan (tachypnea), kompensasi tersebut menimbulkan hiperventilasi dan
dapat menurunkan kadar CO2 dalam darah (hypocapnea).
(sumber : http://library.usu.ac.id/download/fk/keperawatan-dudut2.pdf)

Alergen, Infeksi, Exercise (Stimulus Imunologik dan Non Imunologik)

Merangsang sel B untuk membentuk IgE dengan bantuan sel T helper

IgE diikat oleh sel mastosit melalui reseptor FC yang ada di jalan napas

Apabila tubuh terpajan ulang dengan antigen yang sama, maka antigen tersebut akan diikat
oleh IgE yang sudah ada pada permukaan mastosit

Akibat ikatan antigen-IgE, mastosit mengalami degranulasi dan melepaskan mediator radang
(histamin)

Peningkatan permeabilitas kapiler (edema bronkus)
Peningkatan produksi mukus (sumbatan sekret)
Kontraksi otot polos secara langsung atau melalui persarafan simpatis (N.X)

Hiperresponsif jalan napas

Asma

Gangguan pertukaran gas, tidak efektif bersihan jalan nafas, dan tidak efektif pola nafas
berhubungan dengan bronkospasme, edema mukosa dan meningkatnya produksi sekret.

2.7 Pemeriksaan Diagnostik


Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik



Foto rontgen


Pemeriksaan fungsi paru; menurunnya tidal volume, kapasitas vital, eosinofil
biasanya meningkat dalam darah dan sputum


Pemeriksaan alergi



Pulse oximetri



Analisa gas darah.

Pemeriksaan laboratorium
1. Pemeriksaan sputum

Pemeriksaan sputum dilakukan untuk melihat adanya:


Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari kristal

eosinopil.


Spiral curshmann, yakni yang merupakan cast cell (sel cetakan) dari cabang bronkus.



Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus.


Netrofil dan eosinopil yang terdapat pada sputum, umumnya bersifat mukoid dengan
viskositas yang tinggi dan kadang terdapat mucus plug.
2. Pemeriksaan darah
Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula terjadi
hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis. Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT
dan LDH.
Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang di atas 15.000/mm3 dimana menandakan
terdapatnya suatu infeksi.Pada pemeriksaan faktor-faktor alergi terjadi peningkatan dari Ig E
pada waktu serangan dan menurun pada waktu bebas dari serangan.
Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan radiologi
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu serangan
menunjukan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yang
bertambah dan peleburan rongga intercostalis, serta diafragma yang menurun.
Akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka kelainan yang didapat adalah
sebagai berikut:


Bila disertai dengan bronkitis, maka bercak-bercak di hilus akan

bertambah.


Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran radiolusen

akan semakin bertambah.


Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrate pada paru

Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal.



Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneumotoraks, dan

pneumoperikardium, maka dapat dilihat bentuk gambaran radiolusen pada
paru-paru.
2. Pemeriksaan tes kulit
Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat
menimbulkan reaksi yang positif pada asma.
3. Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi
menjadi 3 bagian, dan disesuaikan dengan gambaran yang terjadi pada
empisema paru yaitu :

perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi right axis deviasi dan clock
wise rotation.


Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya RBB

( Right bundle branch block).


Tanda-tanda hopoksemia, yakni terdapatnya sinus tachycardia, SVES, dan

VES atau terjadinya depresi segmen ST negative.
4. Scanning paru
Dengan scanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa redistribusi udara selama
serangan asma tidak menyeluruh pada paru-paru.
5. Spirometri
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reversible, cara yang paling
cepat dan sederhana diagnosis asma adalah melihat respon pengobatan dengan
bronkodilator. Pemeriksaan spirometer dilakukan sebelum dan sesudah
pamberian bronkodilator aerosol (inhaler atau nebulizer) golongan adrenergik.
Peningkatan FEV1 atau FVC sebanyak lebih dari 20% menunjukkan diagnosis
asma. Tidak adanya respon aerosol bronkodilator lebih dari 20%. Pemeriksaan

spirometri tidak saja penting untuk menegakkan diagnosis tetapi juga penting
untuk menilai berat obstruksi dan efek pengobatan. Benyak penderita tanpa
keluhan tetapi pemeriksaan spirometrinya menunjukkan obstruksi.
(sumber : http://library.usu.ac.id/download/fk/keperawatan-dudut2.pdf)

2.8. pengobatan terapi
Prinsip umum pengobatan asma bronchial adalah:
1. Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segera
2. Mengenal dan menghindari faktor-faktor yang dapat mencetuskan serangan asma
3. Memberikan penerangan kepada penderita atau keluarganya mengenai penyakitasma.
Meliputi pengobatan dan perjalanan penyakitnya sehingga penderita mengertitujuan
pengobatan yang diberikan dan bekerjasama dengan dokter atau perawat yangmerawat.
– Pengobatan
Pengobatan pada asma bronkhial terbagi 2, yaitu:
1) Pengobatan non farmakologik
a. Memberikan penyuluhan
b. Menghindari faktor pencetus
c. Pemberian cairand. Fisioterapie. Beri O₂bila perlu
2) Pengobatan farmakologik
– Bronkodilator: obat yang melebarkan saluran nafas. Terbagi dalam 2 golongan:
a. Simpatomimetik/andrenergik (adrenalin dan efedrin)Nama obat: Orsiprenalin (Alupent),
fenoterol (berotec), terbutalin (bricasma).
b. Santin (teofilin)Nama obat: Aminofilin (Amicam supp), Aminofilin (Euphilin Retard),
Teofilin(Amilex)Penderita dengan penyakit lambung sebaiknya berhati-hati bila minum obat
ini.
– KromalinKromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan tetapi merupakan obat
pencegahserangan asma. Kromalin biasanya diberikan bersama-sama obat anti asma yanglain
dan efeknya baru terlihat setelah pemakaian 1 bulan.
– KetolifenMempunya efek pencegahan terhadap asma seperti kromalin. Biasanya
diberikandosis 2 kali 1 mg/hari. Keuntungan obat ini adalah dapat diberikan secara oral.

(sumber : http://library.usu.ac.id/download/fk/keperawatan-dudut2.pdf)
2.8 Penatalaksanaan Serangan Asma Akut :


Oksigen nasal atau masker dan terapi cairan parenteral.



Adrenalin 0,1- 0,2 ml larutan : 1 : 1000, subkutan. Bila perlu dapat diulang setiap 20
menit sampai 3 kali.

Dilanjutkan atau disertai salah satu obat tersebut di bawah ini (per oral) :
Golongan Beta 2- agonist untuk mengurangi bronkospasme :
Efedrin

: 0,5 – 1 mg/kg/dosis, 3 kali/ 24 jam

Salbutamol

: 0,1-0,15 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam

Terbutalin

: 0,075 mg/kg/dosis, 3-4 kali/ 24 jam


Efeknya tachycardia, palpitasi, pusing, kepala, mual, disritmia, tremor, hipertensi dan
insomnia, . Intervensi keperawatan jelaskan pada orang tua tentang efek samping obat dan
monitor efek samping obat.

Golongan Bronkodilator, untuk dilatasi bronkus, mengurangi bronkospasme dan
meningkatkan bersihan jalan nafas.
Aminofilin : 4 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam
Teofilin

: 3 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam

Pemberian melalui intravena jangan lebih dari 25 mg per menit.Efek samping tachycardia,
dysrhytmia, palpitasi, iritasi gastrointistinal,rangsangan sistem saraf pusat;gejala toxic;sering
muntah,haus, demam ringan, palpitasi, tinnitis, dan kejang. Intervensi keperawatan; atur
aliran infus secara ketat, gunakan alat infus khusus misalnya infus pump.
Golongan steroid, untuk mengurangi pembengkakan mukosa bronkus. Prednison
mg/kg/hari, untuk 3 hari (pada serangan hebat).

: 0,5 – 2

Sebagaimana penyakit lain, penatalaksanaan asma didasarkan pada pemahaman mengenai
pathogenesis penyakit. Penatalaksanaan asma dibagi menjadi dua,yaitu:


penatalaksanaan asma saat serangan (reliever) dan penatalaksanaan asma di luar seran
gan (controller).Berdasarkan panduan asma internasional (GINA: Global Intiative for
Asthma),tujuan penatalaksanaan asma yang berhasil adalah bagaimana penyakit asma
tersebut bisa dikontrol. Menurut GINA yang telah diakui oleh WHO dan National
Healt, Lung and Blood Institute-USA (NHBCLI), ada beberapa kriteria yang
dimaksudkan denganasma terkontrol. Idealnya tidak ada gejala-gejala kronis, jarang
terjadi kekambuhan,tidak ada kunjungan ke gawat darurat, tidak ada keterbatasan
aktivitas fisik, sepertilatihan fisik dan olahraga, fungsi paru normal atau mendekati
normal, minimal efek samping dari penggunaan obat dan idealnya tidak ada

kebutuhan akan obat-obat yangdigunakan kalau perlu.Dalam penatalaksanaan asma,
yang penting adalah menghindari pencetus (trigger)dan memilih pengobatan yang
tepat untuk mencegah munculnya gejala asma. Selain itu, menghilangkan gejala
dengan cepat dan menghentikan serangan asma yangsedang terjadi.


Penatalaksanaan Asma Saat Serangan

Penatalaksanaan asma saat serangan bertujuan untuk:


mencegah kematian,dengan segera menghilangkan obstruksi saluran napas



mengembalikan fungsi paru sesegera mungkin


mencegah hipoksemia dan mencegah terjadinya serangan
berikutnya.Penatalaksanaan asma saat serangan dibagi lagi menjadi dua, yaitu penatalaksanaa
n saat serangan di rumah dan penatalaksanaan asma saat serangan di rumah sakit.
1.Penatalaksanaan Saat Serangan di Rumah


Terapi awal

Berikan segera Inhalasi agonis beta2 kerja cepat 3 kali dalam 1 jam berarti setiap 20 menit,
contohnya Salbutamol 5mg, Terbutalin 10 mg, Fenoterol2,5 mg.
Jika tidak tersedia inhalasi agonis beta2 maka dapat diberikan
agonis beta2 oral 3x1tablet 2 mg


Evaluasi responpasien
Jika keadaan pasien membaik yaitu gejala batuk, sesak dan mengi berkurang atau
tidak terjadi serangan ulang selama 4 jam maka pemberian beta2 agonis
diteruskan setiap 3-4 jam selama 1-2 hari.Jika keadaan pasien tidak membaik atau
malah memburuk maka berikan kortikosteroid

oral seperti 60-80 mg metilprednisolon kemudian pemberian beta2 agonisdiulangi dan segera
rujuk pasien ke rumah sakit.
2.Penatalaksanaan Asma di Luar Serangan
Penatalaksanaan asma diluar serangan, mengacu kepada berat ringannya gejala asma.
Berdasarkan berat ringannya gejala asma, maka penatalaksanaan
asma di luar serangan dapat dibagi menjadi; penatalaksanaan asmaintermiten ,
penatalaksanaan asma persisten ringan, sedang dan berat.
3.Penatalaksanaan Asma Intermiten
Gambaran klinis sebelum pengobatan, terdiri dari: gejala intermiten(kurang dari satu kali
seminggu), serangan singkat (beberapa jam sampaihari), gejala asma malam kurang dari dua
kali sebulan, diantara serangan pasien bebas gejala dan fungsi paru normal, nilai APE dan
VEP1 > 80% darinilai prediksi, variabilitas < 20%.Pada asma intermiten ini, tidak diperlukan
pengobatan pencegahan jangka panjang. Tetapi obat yang dipakai untuk menghilangkan
gejala yaitu

agonis beta 2 inhalasi, obat lain tergantung intensitas serangan, bila berat dapatditambahkan
kortikosteroid oral.
4.Penatalaksanaan Asma Persisten Ringan
Gambaran klinis sebelum pengobatan, terdiri dari: gejala lebih dari 1xseminggu, tapi kurang
dari 1x per hari, serangan mengganggu aktivitas dantidur, serangan malam lebih dari 2x per
bulan dan nilai APE atau VEP1 >80% dari nilai prediksi, variabilitas 20-30%.Pengobatan
jangka panjang terdiri dari: inhalasi kortikosteroid 200500mikrogram, kromoglikat, nedocromil atau teofilin lepas lambat. Dan jikadiperlukan, dosis
kortikosteroid inhalasi dapat ditingkatkan sampai 800mikrogram atau digabung dengan
bronkodilator kerja lama (khususnya untuk gejala malam), dapat juga diberikan agonis beta 2
kerja lama inhalasi atau oralatau teofilin lepas lambat. Sedangkan untuk menghilangkan
gejala digunakan:agonis beta 2 inhalasi bila perlu tapi tidak melebihi 3-4 kali per hari dan
obat pencegah setiap hari.6.


Penatalaksanaan Asma Persisten Sedang

Gambaran klinis sebelum pengobatan, terdiri dari: gejala setiap hari,serangan mengganggu
aktivitas dan tidur, serangan malam lebih dari 1x per minggu dan nilai APE atau VEP1 antara
60-80% nilai prediksi, variabilitas >
Pengobatan jangka panjang terdiri dari: inhalasi kortikosteroid 800-2000mikrogram,
bronkodilator kerja lama, khususnya untuk gejala malam:
inhalasiatau oral agonis beta 2 atau teofilin lepas lambat. Sedangkan obat yangdigunakan
untuk menghilangkan gejala, terdiri dari: agonis beta 2 inhalasi bila perlu tapi tidak melebihi
3-4 kali per hari dan obat pencegah setiap hari.


Penatalaksanaan Asma Persisten Berat

Gambaran linis sebelum pengobatan, terdiri dari: gejala terus-menerus,sering mendapat
serangan, sering serangan malam, aktivitas fisik terbatas dannilai APE atau VEP1 kurang dari
60% nilai prediksi, variabilitas > 30%.
Pengobatan jangka panjang terdiri dari: inhalasi kortikosteroid 8002000migrogram; bronkodilator kerja lama (inhalasi agonis beta 2 kerja lama,teofilin lepas
lambat, dan atau agonis beta 2 kerja lama tablet atau sirup; kortikosteroid kerja lama tablet
atau sirup. Sedangkan, obat yang digunakan
untuk menghilangkan gejala, agonis beta 2 inhalasi bila perlu dan obat pencegah setiap hari.
Prinsip umum dalam pengobatan pada asma :
a)Menghilangkan obstruksi jalan nafas
b) Mengenal dan menghindari faktor yang dapat menimbulkan seranganasma.
c) Memberi penerangan kepada penderita atau keluarga dalam cara pengobatan maupun
penjelasan penyakit.
Penatalaksanaan asma dapat dibagi atas :

1.Pengobatan dengan obat-obatanSeperti :
•Beta agonist (beta adrenergik agent)
•Methylxanlines (enphy bronkodilator)
•Anti kolinergik (bronkodilator)
•Kortikosteroid
•Mast cell inhibitor (lewat inhalasi)
2.Tindakan yang spesifik tergantung dari penyakitnya, misalnya :
•Oksigen 4-6 liter/menit.
•Agonis B2 (salbutamol 5 mg atau veneteror 2,5 mg atauterbutalin 10 mg) inhalasi nabulezer
dan pemberiannya dapat diulang setiap 30 menit-1 jam. Pemberian agonis B2 mg
atauterbutalin 0,25 mg dalam larutan dextrose 5% diberikan perlahan.
•Aminofilin bolus IV 5-6 mg/kg BB, jika sudah menggunakanobat ini dalam 12 jam.
•Kortikosteroid hidrokortison 100-200 mg itu jika tidak adarespon segera atau klien sedang
menggunakan steroid oral ataudalam serangan sangat berat.
3.Pemeriksaan Penunjang :Beberapa pemeriksaan penunjang seperti :
•Spirometri :Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas.
•Tes provokasi :
1)Untuk menunjang adanya hiperaktifitas bronkus.
2)Tes provokasi dilakukan bila tidak dilakukan lewattes spirometri.
3)Tes provokasi bronkial seperti :Tes provokasihistamin, metakolin, alergen, kegiatan
jasmani,hiperventilasi dengan udara dingin dan inhalasidengan aqua destilata.
4)Tes kulit : Untuk menunjukkan adanya anti bodi IgE yang spesifik dalam tubuh.
•Pemeriksaan kadar Ig E total dengan Ig E spesifik dalamserum.
•Pemeriksaan radiologi umumnya rontgen foto dada normal.
•Analisa gas darah dilakukan pada asma berat.
•Pemeriksaan eosinofil total dalam darah.
•Pemeriksaan sputum.

2.9 Pencegahan / perawatan dirumah
Perencanaan Pemulangan


Jelaskan proses penyakit dengan menggunakan gambar-gambar atau phantom.



Fokuskan pada perawatan mandiri di rumah.



Hindari faktor pemicu; kebersihan lantai rumah, debu-debu, karpet, bulu binatang dan
lainnya.



Jelaskan tanda-tanda bahaya akan muncul.



Ajarkan penggunaan nebulizer.



Keluarga perlu memahami tentang pengobatan; nama obat, dosis, efek samping,
waktu pemberian.



Ajarkan strategi kontrol kecemasan, takut dan stress.



Jelaskan pentingnya istirahat dan latihan, termasuk latihan nafas.



Jelaskan pentingnya intake cairan dan nutrisi yang adekuat.

(sumber : http://library.usu.ac.id/download/fk/keperawatan-dudut2.pdf)

2.10 Komplikasi


Mengancam pada gangguan keseimbangan asam basa dan gagal nafas



Chronik persistent bronchitis



Bronchiolitis



Pneumonia



Emphysema.

berbagai komplikasi yang mungkin timbul adalah:
1.Status asmatikus
adalah setiap serangan asma berat atau yang kemudian menjadiberat dan tidak memberikan
respon (refrakter) adrenalin dan atau aminofilin suntikandapat digolongkan pada status
asmatikus. Penderita harus dirawat dengan terapi yangintensif.

2. Atelektasis
adalah pengerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibatpenyumbatan saluran udara
(bronkus maupun bronkiolus) atau akibat pernafasanyang sangat dangkal.
3. Hipoksemia
adalah tubuh kekurangan oksigen
4. Pneumotoraks
adalah terdapatnya udara pada rongga pleura yang menyebabkankolapsnya paru.
5. Emfisema
adalah penyakit yang gejala utamanya adalah penyempitan (obstruksi)saluran nafas karena
kantung udara di paru menggelembung secara berlebihan danmengalami kerusakan yang
luas.
(sumber : http://library.usu.ac.id/download/fk/keperawatan-dudut2.pdf)

BAB III
ASKEP TEORITIS
3.1. Pengkajian


Identitas

Pada asma episodik yang jarang, biasanya terdapat pada anak umur 3-8 tahun.Biasanya oleh
infeksi virus saluran pernapasan bagian atas. Pada asma episodik yang sering terjadi,
biasanya pada umur sebelum 3 tahun, dan berhubungan dengan infeksi saluran napas akut.
Pada umur 5-6 tahun dapat terjadi serangan tanpa infeksi yang jelas.Biasanya orang tua
menghubungkan dengan perubahan cuaca, adanya alergen, aktivitas fisik dan stres.Pada asma
tipe ini frekwensi serangan paling sering pada umur 8-13 tahun. Asma kronik atau persisten
terjadi 75% pada umur sebeluim 3 tahun.Pada umur 5-6 tahun akan lebih jelas terjadi
obstruksi saluran pernapasan yang persisten dan hampir terdapat mengi setiap hari.Untuk
jenis kelamin tidak ada perbedaan yang jelas antara anak perempuan dan laki-laki.


Keluhan utama

Batuk-batuk dan sesak napas.


Riwayat penyakit sekarang

Batuk, bersin, pilek, suara mengi dan sesak napas.



Riwayat penyakit terdahulu

Anak pernah menderita penyakit yang sama pada usia sebelumnya.


Kaji riwayat pribadi atau keluarga tentang penyakit paru sebelumnya



Kaji riwayat reksi alergi atau sensitivitas terhadap zat/faktor lingkungan



Riwayat kesehatan lingkungan

Bayi dan anak kecil sering berhubungan dengan isi dari debu rumah, misalnya tungau, serpih
atau buluh binatang, spora jamur yang terdapat di rumah, bahan iritan: minyak wangi, obat
semprot nyamuk dan asap rokok dari orang dewasa.Perubahan suhu udara, angin dan
kelembaban udara dapat dihubungkan dengan percepatan terjadinya serangan asma


Riwayat tumbuh kembang
o Tahap pertumbuhan

Pada anak umur lima tahun, perkiraan berat badan dalam kilogram mengikuti patokan umur
1-6 tahun yaitu umur ( tahun ) x 2 + 8. Tapi ada rata-rata BB pada usia 3 tahun : 14,6 Kg,
pada usia 4 tahun 16,7 kg dan 5 tahun yaitu 18,7 kg. Untuk anak usia pra sekolah rata – rata
pertambahan berat badan 2,3 kg/tahun.Sedangkan untuk perkiraan tinggi badan dalam senti
meter menggunakan patokan umur 2- 12 tahun yaitu umur ( tahun ) x 6 + 77.Tapi ada ratarata TB pada usia pra sekolah yaitu 3 tahun 95 cm, 4 tahun 103 cm, dan 5 tahun 110 cm.
Rata-rata pertambahan TB pada usia ini yaitu 6 – 7,5 cm/tahun.Pada anak usia 4-5 tahun fisik
cenderung bertambah tinggi.


Tahap perkembangan.

Perkembangan psikososial ( Eric Ercson ) : Inisiatif vs rasa bersalah.Anak punya insiatif
mencari pengalaman baru dan jika anak dimarahi atau diomeli maka anak merasa bersalah
dan menjadi anak peragu untuk melakukan sesuatu percobaan yang menantang ketrampilan
motorik dan bahasanya.
Perkembangan psikosexsual ( Sigmund Freud ) : Berada pada fase oedipal/ falik ( 3-5
tahun ).Biasanya senang bermain dengan anak berjenis kelamin berbeda.Oedipus komplek
( laki-laki lebih dekat dengan ibunya ) dan Elektra komplek ( perempuan lebih dekat ke
ayahnya ).
Perkembangan kognitif ( Piaget ) : Berada pada tahap preoperasional yaitu fase preconseptual
( 2- 4 tahun ) dan fase pemikiran intuitive ( 4- 7 tahun ). Pada tahap ini kanan-kiri belum
sempurna, konsep sebab akibat dan konsep waktu belum benar dan magical thinking.
Perkembangan moral berada pada prekonvensional yaitu mulai melakukan kebiasaan
prososial : sharing, menolong, melindungi, memberi sesuatu, mencari teman dan mulai bisa
menjelaskan peraturan- peraturan yang dianut oleh keluarga.

Perkembangan spiritual yaitu mulai mencontoh kegiatan keagamaan dari ortu atau guru dan
belajar yang benar – salah untuk menghindari hukuman.
Perkembangan body image yaitu mengenal kata cantik, jelek,pendek-tinggi,baik-nakal,
bermain sesuai peran jenis kelamin, membandingkan ukuran tubuhnya dengan kelompoknya.
Perkembangan sosial yaitu berada pada fase “ Individuation – Separation “. Dimana sudah
bisa mengatasi kecemasannya terutama pada orang yang tak di kenal dan sudah bisa
mentoleransi perpisahan dari orang tua walaupun dengan sedikit atau tidak protes.
Perkembangan bahasa yaitu vokabularynya meningkat lebih dari 2100 kata pada akhir umur 5
tahun. Mulai bisa merangkai 3- 4 kata menjadi kalimat. Sudah bisa menamai objek yang
familiar seperti binatang, bagian tubuh, dan nama-nama temannya. Dapat menerima atau
memberikan perintah sederhana.
Tingkah laku personal sosial yaitu dapat memverbalisasikan permintaannya, lebih banyak
bergaul, mulai menerima bahwa orang lain mempunyai pemikiran juga, dan mulai menyadari
bahwa dia mempunyai lingkungan luar.
Bermain jenis assosiative play yaitu bermain dengan orang lain yang mempunyai permainan
yang mirip.Berkaitan dengan pertumbuhan fisik dan kemampuan motorik halus yaitu
melompat, berlari, memanjat,dan bersepeda dengan roda tiga.


Riwayat imunisasi

Anak usia pre sekolah sudah harus mendapat imunisasi lengkap antara lain : BCG, POLIO
I,II, III; DPT I, II, III; dan campak.


Riwayat nutrisi

Kebutuhan kalori 4-6 tahun yaitu 90 kalori/kg/hari.Pembatasan kalori untuk umur 1-6 tahun
900-1300 kalori/hari. Untuk pertambahan berat badan ideal menggunakan rumus 8 + 2n.
Status Gizi
Klasifikasinya sebagai berikut :
Gizi buruk kurang dari 60%
Gizi kurang 60 % – 2 ml/ kg per jam.
5.Perubahan proses keluarga berhubungan dengan kondisi kronik.
Tujuan : Orang tua mendemonstrasikan koping yang tepat
Kriteria : Mengekspresikan perasaan dan perhatian serta memberikan
aktivitas yang sesuai usia atau kondisi dan perkembangan psikososial pada anak.
6. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan proses penyakit dan pengobatan.
Tujuan : Orang tua secara verbal memahami proses penyakit dan pengobatan dan mengikuti
regimen terapi yang diberikan.
Kriteria : Berpartispasi dalam memberikan perawatan pada anak sesuai dengan program
medik atau perawatan.
3.3 Intervensi
1. Intervensi :

1.

Kaji frekuensi atau kedalaman pernapasan dan gerakan dada

Rasional : takipnea, pernapasan dangkal dan gerakan dada tak simetris terjadi karena
peningkatan tekanan dalam paru dan penyempitan bronkus semakin sempit dan tinggi
tekanan semakin meningkat frekuensi pernapasan.
2.

Auskultasi bunyi napas, catat adanya bunyi napas misalnya, mengi, krekels dan ronchi

Rasional : pernapasan bising menunjukan terhentinya secret atau obstruksi jalan napas
3.

Observasi TTV

Rasional : perubahan pada TTV dapat memberikan petunjuk adanya perubahan pada kondisi
pasien.
4.

Bantu pasien latihan napas dan batuk secara efektif

Rasional : napas dalam memudahkan ekspansi maksimum paru-paru atau jalan napas lebih
kecil. Batuk secara efektif mempermudah pengeluaran dahak.
5.

Section sesuai indikasi bila perlu sesuai instruksi dokter

Rasional : mengeluarkan sputum secara mekanik dan mencegah obstruksi jalan napas
6.

Pertahankan polusi lingkungan minimum misalnya, debu, asap yang berhubungan
dengan kondisi pasien.

Rasional : pencetus tipe reaksi, alergi pernapasan yang dapat mentriger epiodik akut.
7.
Berikan posisi yang nyaman pada pasien misalnya,peninggian kepala tempat
tidur(posisi semi fowler)
Rasional: mempermudah fungsi pernapasan
8.

Berikan cairan sedikitnya 1000 ml/hari. Tawarkan air hangat

Rasional : meningkatkan hidrasi sputum. Air hangat mengurangi tingkat kekentalan dahak
sehingga mudah dikeluarkan.
9.
Kolaborasi dengan dokter dalam hal pemberian obat seperti bronkodilator dan
mukolitik melalui inhalasi
R/asional: memudahkan pengenceran dan pembuangan secret dengan cepat
10. Jelaskan semua prosedur yang akan dilakukan pada anak untuk menurunkan kecemasan.
11. Berikan terapi bermai sesuai usia.
2. intervensi

1.
Evaluasi respon pasien terhadap aktivitas. Catat laporan dispnea, peningkatan
kelemahan atau kelelahan dan perubahan tanda vital selama dan setelah aktivitas
R/ Menetapkan kemampuan atau kebutuhan pasien dan memudahkan pilihan intervensi
2.
Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung sealama fase akut sesuai indikasi,
dorong penggunaan manajemen stress dan pengalih yang tepat
R/ Menurunkan stress dan rangsangan berlebihan, meningkatkan istirahat
3.
Jelaskan pada orang tua pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan perlunya
kesimbangan aktivitas dan istirahat
R/ Tirah baring dipertahankan selama fase akut untuk menurunkan kebutuhan
metabolik,menghemat energi untuk penyembuhan. Pembatasan aktivitas ditentukan dengan
respon individual pasien terhadap aktivitas dan perbaikan kegagalan pernapasan
4.
Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan. Berikan kemajuan peningkatan aktivitas
selama fase penyembuhan
R/ Meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen
5.

Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan pasien

R/ menunjukan kerja sama dan pasien merasa lebih diperhatikan
3. intervensi
a.
Identifikasi factor yang menimbulkan mual atau muntah (sputum banyak), pengobatan
aerosol, dispnea berat dan nyeri
R/ sputum akan merangsang nervus vagus sehingga berakibat mual, dispnea dapat
merangsang pusat pengaturan makanan di medulla oblongata
b.

Auskultasi bunyi usus. Obervasi atau palpasi distensi abdomen.

R/ bunyi usus mungkin menurun/ tak ada bila proses infeksi berat atau memanjang. Distensi
abdomen terjadi akibat menelan udara atau menunjukan pengaruh toksin pada saluran
gastrointestinal.
c.

Evaluasi status nutrisi umum. Timbang berat badan dasar.

R/ adanya kondisi kronis atau keterbatasan keuangan dapat menimbulkan malnutrisi,
rendahnya tahanan terhadap infeksi dan atau lambatnya respons terhadap terapi.
d.

Jadwalkan pengob

Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

FENOMENA INDUSTRI JASA (JASA SEKS) TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL ( Study Pada Masyarakat Gang Dolly Surabaya)

63 375 2

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI PUBLIC RELATIONS DALAM MENANGANI KELUHAN PELANGGAN SPEEDY ( Studi Pada Public Relations PT Telkom Madiun)

32 284 52

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65