PERBANDINGAN KARAKTERISTIK FISIK BERBAG id

“PERBANDINGAN KARAKTERISTIK FISIK BERBAGAI JENIS EDIBLE
FILM BERBASIS PATI SINGKONG (TAPIOKA)”
Disusun oleh :
Indri Rahmawati

240210100091
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN
JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2013

LATAR BELAKANG
kecenderungan
masyarakat
industri modern

SOLUSI ???

SOLUSI ???
EDIBLE FILM


?

BIODEGRADABLE

TUJUAN
1

Mengetahui
informasi
mengenai edible
film beserta
proses
pembuatannya.

Mengetahui
2perbandingan

karakteristik fisik
berbagai jenis


edible film

berbasis pati
singkong (tapioka)

EDIBLE FILM
Menurut Arpah (1997)

edible film

edible
packaging

coating
enkapsulasi

EDIBLE FILM :
lapisan tipis yang digunakan untuk melapisi makanan atau
diletakkan di antara komponen yang berfungsi sebagai

penahan terhadap transfer massa seperti kadar air, oksigen,
lemak, dan cahaya atau berfungsi sebagai pembawa
bahan tambahan pangan
(Krochta, 1997)

Fungsi Edible Film

Menghambat uap air

Menghambat pertukaran gas
Mencegah kehilangan aroma
Mencegah perpindahan lemak
Sebagai pembawa zat aditif.

Bahan Baku Edible Film

Sangat baik sebagai penghambat
perpindahan oksigen, karbon
dan lipida serta memiliki
meningkatkan permeabilitas gas dan uap dioksida,

air,
karakteristik mekanik yang baik
serta meningkatkan sifat plastis film dengan

Komponen
penyusun
sering digunakan sebagai
penghambat uap air atau sebagai
pemberi kilap pada produk
kembang gula.

mengurangi derajat kekuatan ikatan
hydrogen dan meningkatkan jarak antara
molekul polimer

edible film

dapat memanfaatkan
keunggulan dari lipida dan
hidrokoloid dan mengurangi

kekurangan tiap komponen.

Pati, akuades

Pengadukan

Proses Pembuatan Edible Film
Penyaringan

Pengadukan dan pemanasan
hingga 550C

Gliserin 2%

Diagram alir
proses
pembuatan

edible film


Pengadukan

Pemasanan hingga 600C

CMC 2%

Pengadukan

Pemasanan hingga jernih

Degassing
(t = 30 menit)

Pencetakan

Pengeringan
(T = 500C, t = 6 jam)

Pendinginan


Pengangkatan film dari kaca

Edible film

• coating buah dan sayur
• mengabsorbsi uap air
pada pori-pori permukaan
produk

TEPUNG TAPIOKA

TEPUNG TAPIOKA
1

3

2

4
5


PERBANDINGAN KARAKTERISTIK
FISIK EDIBLE FILM BERBASIS
PATI SINGKONG (TAPIOKA)

Proses Pembuatan Berbagai Jenis Edible Film Berbasis
Tepung Tapioka

KOMPOSISI

FORMULASI
A

B

C

5%

4%


5%

Gliserol (v/v)

1,8 %

0,5 %

1%

pektin kulit pisang raja (b/b)

20 %

-

-

-


7%

7%

Tepung tapioka (b/v)

Karagenan

Proses Pembuatan Edible Film (Formulasi A)

Bubuk kulit pisang raja

500 ml akuades

1. Pembuatan Bubuk Kulit Pisang Raja
Pengadukan

Kulit pisang raja
Penyaringan


Ampas

Pengirisan
Filtrat

Pengeringan
(T = 500C , t = 18 jam)

Etanol 95%

Pencampuran

Penyaringan

Kulit pisang raja kering

2. Ekstraksi Pektin Kuit Pisang Raja
Filtrat

Penghancuran

Pengeringan
(T = 500C , t = 5 jam)

Pengayakan
(80 mesh)

Penghancuran

Pengayakan
(100 mesh)

Bubuk kulit pisang raja
Pektin

Gel

Pektin kulit pisang raja

150 ml akuades

Pencampuran I

Tapioka 5% (b/v) + 150 ml
akuades

Pencampuran II

Gliserol 1,8% (v/v)

Pencampuran II

3. Pembuatan Edible Film Kulit Pisang Raja

Pemanasan dengan
pengadukan
(T = 750C, t = 5 menit)
Pemanasan
(T = 80 - 850C, t = 10
menit)

Pencetakan

Pengeringan
(T = 600C , t = 12 jam)

Edible film

Proses Pembuatan Edible Film
(Formulasi B dan C)

Larutan pati singkong
(4% ; 5%) + karagenan 7%

Gliserol 0,5% ; 1,0% (v/v)

Pemanasan dan Pengadukan
(T = 700C , t = 15–20 menit)

Pendinginan (T = 250C)

Pembuatan Edible
Formulasi B dan C

Larutan edible film

Pencetakan pada polystyr ene plates dengan
diameter 10 cm

Pengeringan
(T = 500C , t = 24 jam)

Edible film

PERBANDINGAN
KARAKTERISTIK FISIK

Parameter penting karakteristik fisik edible film

- KETEBALAN -

mempengaruhi laju transmisi uap air, gas dan
senyawa volatil serta sifat-sifat lainnya seperti
tensile strength dan elongasi (Mc Hugh, 1993,

Tabel 2. Perbandingan Ketebalan Berbagai Jenis Edible Film
Kode
A

Formulasi edible film
Tapioka 5% (b/v) , gliserol 1,8% (v/v), pektin kulit pisang raja dari tapioka

20% (b/b)

Ketebalan (mm)
0,147

B

Tapioka 4% (b/v) , gliserol 0,5% (v/v), karagenan 7%

0,04

C

Tapioka 5% (b/v) , gliserol 1,0% (v/v), karagenan 7%

0,180

Sumber : Nugroho (2013), Wardana (2012), dan Budyanto (2013)
Chen (1995) :

Bertuzzi (2007) :

Semakin banyak karagenan dengan konsentrasi
tertentu maka viskositasnya akan meningkat sehingga
edible film yang terbentuk akan semakin tebal.

Semakin banyak gliserol yang ditambahkan maka
viskositasnya akan meningkat sehingga edible film
yang terbentuk akan semakin tebal.

- Laju Transmisi

jumlah uap air yang hilang per satuan waktu
dibagi dengan luas area film.

Uap Air-

Tabel 2. Perbandingan Laju Transimi Uap Air Berbagai Jenis Edible Film
Kode
A

Formulasi edible film
Tapioka 5% (b/v) , gliserol 1,8% (v/v), pektin kulit pisang raja dari tapioka

Laju transimi uap air
(g/m2.24 jam)
37,2

20% (b/b)

B

Tapioka 4% (b/v) , gliserol 0,5% (v/v), karagenan 7%

35,43

C

Tapioka 5% (b/v) , gliserol 1,0% (v/v), karagenan 7%

11,635

Sumber : Nugroho (2013), Wardana (2012), dan Budyanto (2013)

Peningkatan konsentrasi karagenan
dalam pembuatan edible film akan
menurunkan transmisi uap air.

meningkatkan konsentrasi polisakarida di dalam suspensi film
meningkatkan gaya ikat antar jaringan pada saat terjadinya
retrogradasi membentuk struktur matriks gel yang kokoh dan
padat

...
Kode

Formulasi edible film

A

Tapioka 5% (b/v) , gliserol 1,8% (v/v), pektin kulit pisang raja dari tapioka 20% (b/b)

C

Tapioka 5% (b/v) , gliserol 1,0% (v/v), karagenan 7%

Laju transimi uap air
(g/m2.24 jam)

37,2

11,635

Pektin kulit pisang raja yang memiliki karakteristik higrokopis yang tinggi.
Semakin besar hidrofobisitas film, maka nilai laju transmisi uap air

Garcia (2000:

1 film akan semakin turun, begitu juga sebaliknya.

Migrasi uap air umumnya
terjadi pada bagian film yang
hidrofilik.

2 Semakin kecil migrasi uap air yang terjadi pada produk yang
dikemas oleh edible film, maka semakin semakin bagus sifat
edible film dalam menjaga umur simpan produk yang
dikemasnya.

- ELONGASI -

pemanjangan maksimal edible film saat mulai
sobek. Elongasi baik bila elongasi >50% dan
kurang baik bila