PENERAPAN METODE DEMONSTRASI PADA STANDAR KOMPETENSI SISTEM PENGAPIAN KONVENSIONAL DALAM RANGKA PENINGKATAN KETUNTASAN BELAJAR SISWA SMK PGRI 1 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2014 2015 | Ardyan Putra | Jurnal Nosel 8106 16997 1 SM

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI PADA STANDAR KOMPETENSI SISTEM
PENGAPIAN KONVENSIONAL DALAM RANGKA PENINGKATAN KETUNTASAN
BELAJAR SISWA SMK PGRI 1 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2014/2015
Septian Ferrix Hanggara Ardyan Putra, Danar Susilo Wijayanto, Basori
Program Studi Pendidikan Teknik Mesin, FKIP, UNS.
Kampus UNS Pabelan Jl. Ahmad Yani Nomor 200, Surakarta, Telp/Fax 0271 716266.
e-mail: ferrixptm@gmail.com
ABSTRACT
The objective of this research is to improve the learning completeness of the students in
Grade XI O1 of PGRI Vocational High School 1 Surakarta through the application of the
demonstration method in the competency standard of Conventional Ignition System Improvement.
This research used the classroom action research with two cycles. Each cycle consisted of four
phases, namely: planning, implementation, observation, and reflection. The subjects of research
were the students as many as 24 in Grade XI O1of the aforementioned school in Academic Year
2014/2015. The data of research were collected through observation sheet, documentation, and test.
The data of research were analyzed by using the descriptive comparative model of analysis. The
application of the demonstration method can improve the learning completeness on the competency
standard of Conventional Ignition System Improvement of the students in Grade XI O1 of PGRI
Vocational High School 1 of Surakarta in Academic Year 2014/2015. This result can be seen in the
results of observations in the pre-cycle, Cycle I, and Cycle II. In the testing of learning result
variable, the researcher used the content validity. The test was made by comparing between the

contents of the instrument and the learning materials instructed. The content validity of the test was
tested by using the expert judgment, and the test item application was tested by using Iteman 3.0.
The result of the test was 20 valid items and 5 essays. In the pre-cycle, the percentage of the
students who completed the learning is 62.5%, which is still far below the minimum learning
completeness criterion of 80%. The percentages of the cognitive aspect learning completeness are
75% in Cycle I and 87.5% in Cycle II respectively of the minimum learning completeness criterion
of 75, and the class completeness successfulness indicator is 80%. In the learning completeness of
the affective aspect, there are several indicators, namely: (1) interest, (2) attitude, and (3) respect.
The percentages of the affective aspect learning completeness are 76.03% in Cycle I and 88.87% in
Cycle II respectively. The psychomotor learning completeness was measured with the practicum
activities through work on job sheet aided with engine stand media of conventional ignition system.
The result of practicum shows that the percentages of the learning completeness are 79.16% and
91.6% in Cycle II respectively. These results have fulfilled the benchmark of the students’ learning
completeness, namely: 80%.
Keywords:

Demonstration method, ignition system, learning result, learning completeness

A. PENDAHULUAN


dan

Pendidikan adalah usaha sadar

memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

terencana

pengendalian

untuk

mewujudkan

diri,

suasana belajar dan proses pembelajaran

kecerdasan,


agar

keterampilan yang diperlukan dirinya,

peserta

didik

secara

aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk

akhlak

kepribadian,
mulia,

masyarakat, bangsa dan negara.

1

serta

Untuk
daya

sumber

konvensional. Hal ini tidaklah mudah,

manusia yang siap menghadapi

fakta yang terjadi adalah guru dianggap

berbagai

meningkatkan

perubahan


dimasyarakat,
yang baik.
peranan

yang

diperlukan
Pendidikan

penting

mewujudkan

terjadi

sebagai sumber belajar yang paling

pendidikan


benar, sehingga proses pembelajaran

memegang

yang terjadi memposisikan siswa sebagai

dalam

upaya

pendengar

kualitas sumber daya

proses

ceramah

belajar


guru. Akibatnya

mengajar

cenderung

manusia. Dalam memperoleh pendidikan

membosankan dan menjadikan siswanya

pada umumnya masyarakat mengetahui

malas belajar sehingga prestasi belajar

bahwa sekolah sebagai tempat yang

siswa semakin menurun. Sikap siswa

efektif


untuk

yang pasif tersebut ternyata tidak hanya

mengembangkan potensi yang terdapat

pada mata pelajaran tertentu saja tetapi

pada dirinya. Pendidikan yang diperoleh

pada hampir semua mata pelajaran

dari sekolah diharapkan dapat mencetak

termasuk

manusia-manusia

(PMO).


dan

juga

sekaligus

yang

kelak

akan

membawa bangsa ini menjadi lebih baik.
Pada

dasarnya

mesin

otomotif


Upaya untuk mencapai kualitas

belajar

pendidikan kejuruan yang sesuai dengan

mengajar merupakan proses komunikasi

tuntutan dunia kerja tersebut, perlu

antara

didasari

guru

dengan

proses


perbaikan

siswa.

Proses

model

pembelajaran

yang

pembelajaran dapat dikatakan berhasil

dirancang dan dikembangkan dengan

apabila siswa mencapai kompetensi yang

prinsip kesesuaian dengan kebutuhan

diharapkan, karena hal itu merupakan

stakeholders.

cerminan dari kemampuan siswa dalam

pendidikan

menguasai suatu materi. Hal ini tidak

memiliki karakter yang mengarah kepada

terlepas dari kemampuan guru dalam

pembentukan kecakapan peserta didik

memilih dan menggunakan metode dan

berkaitan

media yang tepat dan efektif.

pekerjaan tertentu. Hal ini sesuai dengan

Seorang guru harus mempunyai
kemampuan

untuk

tujuan

mengetahui

Model
kejuruan

dengan

secara

spesifik

pelaksanaan

instruksional

menengah

pembelajaran

kejuruan

tugas

pendidikan
yaitu

siswa

bagaimana dan apa yang dipikirkan

diharapkan menjadi tenaga profesional

siswanya

yang

tentang

sistem

pengapian

memiliki

keterampilan

yang

konvensional sehingga dapat menentukan

memadai, produktif, kreatif dan mampu

sebuah model pembelajaran yang tepat

berwirausaha.

agar

lebih

persiapan mental yang kuat pula untuk

memahami tentang sistem pengapian

mencapai harapan. Seperti membiasakan

siswanya

dapat

terlibat

2

Banyak

tindakan

dan

komunikasi efektif yang dapat menuntun

berdasarkan fakta atau data yang benar.

siswa untuk memiliki kemampuan atau

Metode demonstrasi merupakan metode

upaya

penyajian

dalam

mengemukakan

pelajaran

dengan

pendapat/gagasan bervariasi saat proses

memperagakan dan mempertunjukkan

pembelajaran. Oleh karena itu, siswa

kepada peserta diklat tentang suatu

SMK perlu dibekali dengan kemampuan

proses, situasi atau benda tertentu, baik

komunikasi verbal dan kreativitas belajar

sebenarnya atau hanya sekadar tiruan.

yang memadai untuk memenuhi kriteria

Penelitian

tersebut.

dilaksanakan

dan

mengarah pada tujuan yang sebenarnya,

Salah

satu

kemungkinan

maka

rumusan

masalahnya,

apakah

penyebab permasalahan tersebut adalah

penerapan

pembelajaran

demonstrasi pada standar kompetensi

yang

masih

belum

metode

seluruhnya berpusat pada siswa. Hal ini

memperbaiki

terbukti

konvensional

dengan

digunakan

masih

pengapian

dapat

meningkatkan

ketuntasan belajar siswa pada mata diklat

konvensional pada hampir semua mata

Perbaikan Mesin Otomotif di SMK PGRI

diklat termasuk mata diklat Perbaikan

1 Surakarta?

Otomotif

ceramah

sistem

atau

Mesin

model

seringnya

pembelajaran

(PMO).

Penerapan

B. METODE PENELITIAN

sistem pembelajaran konvensional secara
terus-menerus

variasi

tersebut

yang dilaksanakan di SMK PGRI 1

kendala

dalam

Surakarta mengambil subjek penelitian

pembentukan pengetahuan secara aktif

yaitu siswa kelas XI O1. Kelas XI O1

khususnya dalam mata diklat Perbaikan

memiliki jumlah siswa sebanyak 24

Mesin Otomotif (PMO). Guru mengajar

siswa. Data yang dikumpulkan dalam

dengan pola konvensional didapatkan

penelitian tindakan kelas ini adalah data

hasil belajar yang kurang maksimal.

ketuntasan

belajar.

Berdasarkan observasi dan pengamatan

penelitian

tindakan

penulis selama proses belajar mengajar,

observasi dan kajian dokumen. Peristiwa

banyak peserta didik yang merasa jenuh

yang terdiri dari proses belajar mengajar

dengan pola yang diterapkan.

dan pengamatan

dapat

tanpa

Dalam penelitian tindakan kelas

menjadi

Metode demonstrasi merupakan
metode

yang

sangat

observasi.

kelas

data
berupa

yang menggunakan
Dokumen

yang

sebab

digunakan antara lain nama siswa, hasil

membantu peserta diklat untuk mencari

tes, daftar nilai pra penelitian, rencana

jawaban

pelaksanaan

dengan

efektif,

lembar

Sumber

usaha

sendiri
3

pembelajaran,

silabus

dan

foto

kegiatan.

Data

Teknik

analisis

ketuntasan belajar diperoleh dari hasil

digunakan

observasi dan hasil tes siklus.

deskriptif komparatif.

Teknik pengumpulan data yang
digunakan

yaitu

lembar

adalah

data

teknik

yang
analisis

Indikator kerja digunakan untuk

observasi,

menunjukkan

peningkatan

ketuntasan

dokumentasi dan tes. Validitas data yang

belajar siswa kelas XI O1 SMK PGRI 1

digunakan dalam penelitian ini adalah

Surakarta.

teknik validitas isi (content validity).

pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini

Untuk variabel ketuntasan belajar yang

adalah pertama peningkatan hasil belajar

berupa butir soal yang digunakan adalah

siswa dari kondisi awal ke siklus I dan

teknik

menggunakan

dari siklus I ke siklus II. Kedua

program iteman versi 3 dan teknik expert

peningkatan kreativitas belajar siswa dari

judgement, dimana setiap instrument

kondisi awal ke siklus I dan dari siklus I

dikonsultasikan terlebih dahulu dengan

ke siklus II. Presentase siswa yang

ahli yakni guru kolaborasi dari Teknik

ditargetkan mengalami peningkatan hasil

Otomotif SMK Negeri 5 Surakarta dan

belajar sebesar 80% dari jumlah siswa

dosen pembimbing.

secara keseluruhan.

validitas

isi,

Indikator

keberhasilan

Perencanaan tindakan dilakukan

Pelaksanaan observasi dilakukan

sebagai persiapan pelaksanaan tindakan.

pada saat pembelajaran berlangsung.

Antara lain yaitu menyusun scenario

Observasi

pembelajaran dengan guru kolaborasi,

belajar dengan mengadakan penilaian

menentukan

pada

pokok

bahasan

sesuai

pada

lembar

variabel

observasi

ketuntasan

afektif

saat

dengan program tahunan dan semester,

pelajaran berlangsung, psikomotorik saat

menyusun RPP, menyiapkan materi dan

melaksanakan

media, membuat lembar obervasi, dan

berupa tes. Observasi pembelajaran di

menyusun tes.

kelas dilakukan oleh satu pengamat.

dengan

menggunakan

dan

kognitif

Pelaksanaan refleksi dilakukan

Pelaksanaan penelitian tindakan
kelas

praktik

setelah

metode

pengamatan.

Data

hasil

tahapan-

pengamatan didiskusikan dengan guru

tahapan yang ditentukan, mulai dari

kolaborasi dan dianalisis bersama-sama

mempertunjukkan alat peraga kepada

dengan tujuan menemukan kelemahan-

siswa, mendemonstrasikan engine stand,

kelemahan

pemberian tugas kelompok dan praktik

Sehingga pada proses selanjutnya dapat

sesuai

dilakukan perbaikan-perbaikan.

demonstrasi

sesuai

jobsheet

dengan

memperbaiki

sistem

pengapian konvensional.
4

proses

pembelajaran.

C. HASIL

PENELITIAN

perubahan dalam proses siklus II. Dengan

DAN

melakukan perubahan dalam siklus II

PEMBAHASAN

mampu

Metode pembelajaran demonstrasi

memperbaiki

kelemahan-

merupakan metode penyajian pelajaran

kelemahan yang ada pada siklus I. Hasil

dengan

dari

memperagakan

dan

perubahan

pada

siklus

II

mempertunjukkan kepada siswa tentang

menunjukkan hasil tes siklus II semakin

suatu proses, situasi atau benda tertentu,

baik

baik sebenarnya atau

hanya sekedar

mendapat nilai sesuai dengan kriteria

tiruan. Berdasarkan hasil tindakan pada

ketuntasan meningkat dan hasil dari

siklus I dan siklus II dapat dinyatakan

lembar observasi siswa juga semakin

terjadi peningkatan ketuntasan belajar

meningkat. Tujuan penelitian berupa

melalui penerapan metode pembelajaran

peningkatan ketuntasan belajar siswa

demonstrasi.

dalam

sehingga

ranah

jumlah

kognitif,

siswa

afektif

yang

dan

psikomotorik.

Pelaksanaan penelitian tindakan
kelas ini harus selalu memperhatikan

Diamati pada kenaikan jumlah

suasana kelas dan suasana siswa agar

siswa yang tuntas belajar pada setiap

tujuan dari penelitian dapat tercapai. Pada

siklusnya,

penelitian

masih

mengalami kenaikan tiap siklus dari

terdapat beberapa kelemahan guru dan

kondisi awal atau pra siklus, siklus I dan

siswa yang menyebabkan hasil belajar

siklus II. Berikut Tabel 1. perbandingan

belum memenuhi target. Melihat hasil

hasil dari aspek kognitif siswa saat

dari

mengerjakan tes evaluasi pembelajaran:

tindakan

refleksi

siklus

siklus

I

I

diperlukan

ketuntasan

1. Ketuntasan belajar aspek kognitif siswa kelas XI O1
Tabel 1. Ketuntasan Belajar Kognitif Siswa Antar Siklus Siswa Kelas XI O1
No Keterangan
Kondisi Awal
Sesudah Tindakan
Siklus I

Siklus II

1

Nilai Tertinggi

85

98

96

2

Nilai Terendah

65

58

70

3

Rata-rata

74,20

76,91

82,16

4

Ketuntasan

62,50

75,00

87,50

5

belajar

siswa

2.

karena itu, dilaksanakan tindakan siklus II
untuk memperbaiki kekurangan pada
siklus I. Hasilnya keefektifan siswa
meningkat pada siklus II pertemuan
pertama 86,8% dan kedua 90,94% untuk
persentase rata-rata siklus II yaitu 88,87%.
Persentase rata-rata aspek afektif dari
siklus I dan siklus II sebesar 82,45% hal
ini menunjukkan ketercapaian indikator
pada tiap-tiap siklus yang memenuhi target
80%. Peningkatan ketuntasan belajar
afektif dari siklus I dan siklus II dapat
dilihat melalui Gambar 1. berikut ini :

Ketuntasan belajar aspek afektif siswa
kelas XI O1
Perbandingan ketuntasan belajar
afektif siswa mengalami peningkatan dari
siklus I dan siklus II. Hal ini menunjukkan
keberhasilan
dalam
pelaksanaan
pembelajaran setiap pertemuan. Dari siklus
I pertemuan pertama mendapatkan
persentase 74,99% dan pertemuan kedua
77,07% untuk rata-rata siklus I yaitu
76,03%. Hasil ini belum menunjukkan
target yang ditentukan yaitu 80%. Oleh

Gambar 1. Histogram Ketuntasan Belajar Afektif Siswa
3. Ketuntasan belajar aspek psikomotorik

siklus

siswa kelas XI O1

meningkat pada siklus II yaitu 91,6%.

Hasil

Hasilnya

keefektifan

siswa

menunjukkan

Persentase ketuntasan aspek psikomotorik

bahwa telah terjadi peningkatan ketuntasan

dari siklus I dan siklus II sebesar 85,38%

belajar siswa pada tiap siklus, dari siklus I

hal ini menunjukkan ketercapaian indikator

mendapatkan persentase rata-rata yaitu

pada tiap-tiap siklus yang memenuhi target

79,16%. Hasil ini belum menunjukkan

80%

target yang ditentukan yaitu 80%. Oleh

psikomotorik dari siklus I dan siklus II

karena itu, dilaksanakan tindakan siklus II

dapat dilihat melalui Gambar 2. berikut ini:

untuk

observasi

I.

memperbaiki

kekurangan

pada

6

Peningkatan

ketuntasan

belajar

Gambar 2. Histogram Ketuntasan Belajar Psikomotorik Siswa
Sularyo

Pelaksanaan tindakan berlangsung

(2007:8)

bahwa,

“Kriteria

sebanyak dua siklus, yaitu siklus I dengan

ketuntasan minimal (KKM) menunjukkan

jumlah pertemuan 3 kali sedangkan siklus

persentase tingkat pencapaian kompetensi

II dilakukan sebanyak 3 kali. Dengan

sehingga

perbedaan perlakuan, yaitu siklus I

maksimum

100

(seratus).”

Angka

pelaksanaan hanya didalam kelas dengan

maksimum

100

merupakan

kriteria

mendemostrasikan, sedangkan siklus II

ketuntasan

ideal.

pelaksanaan pembelajaran langsung di

secara nasional diharapkan mencapai

dalam bengkel praktik dengan bantuan

minimal 75. Satuan pendidikan dapat

alat peraga atau engine stand sistem

memulai dari kriteria ketuntasan minimal

pengapian konvensional.

di bawah target nasional kemudian

dinyatakan

dengan

Target

angka

ketuntasan

ditingkatkan secara bertahap.

Hasil pengamatan menunjukkan
bahwa penggunaan metode demonstrasi

D. SIMPULAN
Berdasarkan

untuk meningkatkan ketuntasan belajar

hasil

penelitian

ternyata berdampak positif bagi siswa. Ini

tindakan kelas yang dilakukan dalam dua

sesuai

metode

siklus dapat disimpulkan sebagai berikut:

demonstrasi yang telah dikemukakan

1. Dengan metode demonstrasi dapat

dengan

kelebihan

oleh Wina Sanjaya. Ketuntasan belajar

meningkatkan

siswa yang diperoleh dari nilai tes tertulis

siswa kelas XI O1 dari aspek kognitif,

mengalami peningkatan dari kondisi

afektif

awal, siklus I dan siklus II.

pelajaran

sistem

pengapian

konvensional

di

PGRI

Dari kondisi awal 62,5% pada

dan

ketuntasan

belajar

psikomotorik

SMK

pada

1

siklus I ketuntasan naik menjadi 76,91%

Surakarta tahun pelajaran 2014/2015

dan pada siklus II ketuntasan naik

2. Ketuntasan belajar siswa kelas XI O1
SMK

menjadi 87,5%. Hal ini dijelaskan oleh
7

PGRI

1

Surakarta

tahun

pelajaran 2014/2015 pada standar

bengkel dengan nilai rata-rata siswa

kompetensi

sistem

pengapian

82,16 dan rata-rata ketuntasan kelas

konvensional

dapat

ditingkatkan

melalui

penerapan

dengan presentase 87,5%.

metode

E. SARAN

demonstrasi dengan bantuan engine

Berdasarkan penelitian yang telah

stand. Guru berperan aktif sebagai

dilaksanakan,

fasilitator dengan menjalankan praktek

saran sebagai berikut:

menggunakan engine stand dan materi

1. Bagi Guru

secara

demonstrasi

peneliti

menyampaikan

untuk

a. Hendaknya guru dapat menyajikan

memudahkan siswa dalam mengikuti

materi Perbaikan Mesin Otomotif

pembelajaran.

(PMO) pada standar kompetensi

3. Pemanfaatan
demonstrasi

metode

pembelajaran

sistem

pengapian

dapat

meningkatkan

multimetode

dan

dengan
multimedia,

ketuntasan belajar sistem pengapian

sehingga siswa merasa senang dan

konvensional

bersemangat

pada

kelas

XI O1

Program Keahlian Teknik Otomotif
SMK

PGRI

1

Surakarta

pelajaran

2014/2015.

empirik

menunjukkan

metode

b. Hendaknya

guru

melanjutkan

data

Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

penggunaan

dengan mendiagnosis permasalahan

dapat

lain yang dirasakan guru selama

demonstrasi

meningkatkan

mengikuti

pelajaran.

tahun

Dari

dalam

ketuntasan

belajar

proses

siswa. Pada kondisi awal sebelum

pembelajaran

untuk

meningkatkan profesionalitasnya.

tindakan dengan nilai rata-rata siswa
74,2

sementara

sebesar

75,00

nilai

dari

dengan

KKM

2. Bagi Siswa

persentase

Hendaknya

siswa

dapat

kelulusan kelas sebesar 62,5% belum

memberikan respon yang baik terhadap

memenuhi standar yang ditargetkan

guru

oleh ketuntasan kelas yaitu sekitar

pelajaran

80%. Pada siklus I memperoleh nilai

sehingga siswa dapat menguasai dan

rata-rata yang naik secara signifikan

memahami materi yang disampaikan oleh

sebesar 76,92 dan ketuntasan kelas

guru.

mencapai

3. Bagi Penelitian selanjutnya

75%.

mengalami
diterapkannya

Pada

siklus

peningkatan
metode

II

setelah

pada

saat
PMO

menyajikan
(sistem

materi

pengapian)

Hendaknya peneliti lain yang

demonstrasi

ingin

dengan pembelajaran langsung di

melakukan

penelitian

sejenis

sedapat mungkin menganalisis kembali
8

terlebih dahulu perangkat pembelajaran
yang

telah

penggunaannya,

dibuat

disesuaikan

terutama

dalam

Sudjana, Nana.
Belajar

hal

2009.

Dasar-Dasar

Mengajar.

Bandung

:

Sinar Baru Algensindo.

alokasi waktu, fasilitas pendukung dan
karakteristik siswa yang ada pada sekolah
tempat penelitian tersebut.

Sudjana, Nana. 2009.

Proses Belajar Mengajar. Bandung

F. DAFTAR PUSTAKA
Azhar,

Arsyad.

Penilaian Hasil

2009.

Pembelajaran.

: Remaja Rosdakarya.

Media

Jakarta:

Raja
Sularyo. 2007. Evaluasi Pembelajaran.

Grafindo Persada.

Bandung: Rosdakarya.
Daryanto.

2011.

Motor.

Sistem

Bandung:

Kelistrikan
PT.

Syah, Muhibbin. 2003. Psikologi Belajar.

Sarana

Jakarta

Tutorial Nurani Sejahtera.

:PT.

Raja

Grafindo

Persada.
__________. 2011. Teknik Mekatronika.
__________. 2006. Psikologi Belajar.

Bandung: PT. Sarana Tutorial

Jakarta:

Nurani Sejahtera.

PT.

Raja

Grafindo

Persada.
Sanjaya, Wina.

2009.

Berorientasi

Toyota Astra Motor. 2003. Training

Proses Pendidikan.

Manual New Step 1. Jakarta: PT

Pembelajaran
Standar

Strategi

Toyota Astra Motor.

Jakarta: Kencana.

9

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN HASIL BELAJAR KOMPETENSI SISTEM PENGAPIAN KONVENSIONAL DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA PERAGA SISTEM PENGAPIAN PADA SISWA KELAS XI TEKNIK KENDARAAN RINGAN SMK NEGERI 1 KANDEMAN

0 7 209

UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR DAN KEAKTIFAN BELAJAR PADA MATA PELAJARAN SISTEM PENGAPIAN KONVENSIONAL DENGAN METODE “MIND MAPPING” DI SMK MUHAMMADIYAH 1 BANTUL.

0 1 199

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR DAN HASIL PRAKTIK MESIN BUBUT MELALUI PERANCANGAN WORK PREPARATION SISWA KELAS XI PEMESINAN SMK PGRI 1 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2014 2015 | Sudarsono | Jurnal Nosel 8217 17217 1 SM

0 0 12

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR SISWA DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA MATA PELAJARAN LAS DASAR KELAS X M2 SMK PGRI 1 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2014 2015 | Fahrizal | Jurnal Nosel 8103 16991 1 SM

0 0 11

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING PADA STANDAR KOMPETENSI MELAKUKAN PEKERJAAN DENGAN MESIN BUBUT UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI TP 1 SMK MURNI 1 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2013 2014 | Ikhwani | Jurnal Nosel 8165 1

0 0 7

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISTEM BAHAN BAKAR MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI PADA SISWA KELAS XI TEKNIK SEPEDA MOTOR SMK MUHAMMADIYAH 1 SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2011 2012 | Saputra | Jurnal Nosel 8151 17088 1 SM

0 0 9

UPAYA PENINGKATAN KOMPETENSI MEMBACA GAMBAR PADA KOMPETENSI DASAR GAMBAR PROYEKSI DENGAN MEDIA VISUAL BERBASIS KOMPUTER DI PROGRAM STUDI TEKNIK PEMESINAN SMK NEGERI 2 KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2014 2015 | Putra | Jurnal Nosel 8208 17199 1 SM

0 1 10

PENINGKATAN KEAKTIFAN BELAJAR DAN HASIL BELAJAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW PADA MATA PELAJARAN MEKANIKA TEKNIK SISWA KELAS X SMK PANCASILA SURAKARTA TAHUN AJARAN 2014 2015 | Hidayat | Jurnal Nosel 8209 17201 1 SM

0 0 8

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN STRATEGI PEMBERIAN TUGAS MATA PELAJARAN PRAKTIK PEMESINAN BUBUT SISWA SMK NEGERI 2 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2014 2015 | Pratama AG | Jurnal Nosel 8223 17227 1 SM

0 0 12

INTEGRASI ANIMASI DAN DISPLAY UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN SISTEM PENDINGIN KELAS XI TKR SMK MURNI 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2014 2015 | Utomo | Jurnal Nosel 8101 16987 1 SM

0 0 6