PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR SISWA DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA MATA PELAJARAN LAS DASAR KELAS X M2 SMK PGRI 1 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2014 2015 | Fahrizal | Jurnal Nosel 8103 16991 1 SM
PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR SISWA DENGAN
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA MATA
PELAJARAN LAS DASAR KELAS X M2 SMK PGRI 1 SURAKARTA TAHUN
PELAJARAN 2014/2015
Ihsan Fahrizal, Ranto, Indah Widiastuti
Program Studi Pendidikan Teknik Mesin, Jurusan Pendidikan Teknik Kejuruan, FKIP, UNS.
Kampus UNS Pabelan Jl. Ahmad Yani Nomor 200, Surakarta, Telp/Fax 0271 718419.
e-mail :[email protected]
ABSTRACT
The objectives of this research are to get the successfulness: (1) in the improvement of the learning
activeness in the Basic Welding subject matter of the students in Grade X M2 of PGRI Vocational High
School 1 of Surakarta through the application of the cooperative learning model of the Jigsaw type; and (2)
in the improvement of the learning achievement in the Basic Welding subject matter of the students in Grade
X M2 of PGRI Vocational High School 1 of Surakarta through the application of the cooperative learning
model of the Jigsaw type. This research used the classroom action research with two cycles. Each cycle
consisted of four phases, namely: planning, implementation, observation, and reflection. The subjects of
research were the students in Grade X Machinery 2 of the aforementioned school. The sources of research
data were observation sheet on the learning activeness and the test of achievement. The data of research
were collected through test i.e. written test items non-test i.e. students’ learning activeness observation sheet
during the implementation. They were validated through content validity for the data obtained through test
and construct validity for the data obtained through non-test. The result of research shows that the
application of the cooperative learning model of the Jigsaw type can improve the students’ learning
activeness as indicated by the result of observation. Prior to the treatment, only one indicator of learning
activeness fulfills the target. Following the treatment with the cooperative learning model of the Jigsaw type,
3 indicators fulfill the target in Cycle I, and all of the indicators fulfill the target in Cycle 2. Furthermore, the
students’ average score of learning achievement also improves. In the pre-cycle which uses the lecturing
method, the completeness of the learning achievement is 41%. Following the treatment with the cooperative
learning model of the Jigsaw type, it becomes 68% in Cycle I and 82% in Cycle II respectively. Thus the
application of the cooperative learning model of the Jigsaw typecan improve the learning activeness and
achievement in the Basic Welding subject matter of the students in Grade X Machinery 2 of PGRI Vocational
High School 1 of Surakarta.
Keywords:
Learning activeness, Basic Welding, Type Jigsaw, learning achievement.
menyebutkan
A. PENDAHULUAN
Pada
era
globalisasi
sekarang
ini
mencakup
bahwa
pendidikan
jenis
umum,
pendidikan
kejuruan,
persaingan antar bangsa semakin sengit.
akademik, profesi, keagamaan, dan khusus.
Bangsa yang sumber daya manusianya
Sekolah Menengah Kejuruan disediakan oleh
rendah akan menjadi negara yang semakin
pemerintah dalam rangka menyiapkan tenaga
terbelakang. Bangsa tersebut akan tertinggal
kerja siap pakai setelah lulus nanti dan tidak
oleh bangsa lain yang memiliki sumber daya
menutup kemungkinan melanjutkan studi
manusia yang tinggi. Peningkatan sumber
kejenjang berikutnya. Lulusan siswa SMK
daya manusia melalui peningkatan kualitas
diharapkan
pembelajaran menjadi sangatlah penting.
terampil, kreatif dan inovatif.
Undang-undang
Sistem
menjadi
siswa-siswa
yang
Pendidikan
SMK PGRI 1 Surakarta merupakan salah
Nasional No. 20 tahun 2003 pasal 15
satu pendidikan kejuruan yang memiliki visi
1
mewujudkan SMK PGRI 1 Surakarta sebagai
materi yang diberikan oleh guru mudah lupa.
pencetak
Hal
sumber
daya
manusia
yang
ini
dibuktikan
ketika
pertemuan
berkompeten dibidang teknologi dan industri.
berikutnya guru menanyakan materi yang
Ketercapaian itu semua tidaklah mudah,
diajarkan minggu yang lalu mayoritas siswa
banyak rintangan-rintangan yang dihadapi
lupa atau tidak bisa menjawab ketika
kedepannya.
diberikan pertanyaan. Artinya materi yang
Salah satu upaya yang dilakukan untuk
diberikan oleh guru tidak tersimpan dalam
mencapai tujuan dan sesuai visi SMK PGRI
jangka waktu yang lama dalam pikiran siswa
1 Surakarta perbaikan kualitas pembelajaran
tersebut.
yang salah satu satunya pembelajaran dalam
mempengaruhi prestasi belajar siswa. Hal ini
suatu
juga
kelas.
Pembelajaran
yang
tepat
Keaktifan
dibuktikan
belajar
hasil
siswa
ulangan
ini
mereka
diharapkan mampu memperbaiki kualitas
hasilnya kurang memuaskan. Nilai siswa
pembelajaran serta sesuai tujuan sekolah
yang tuntas hanya dibawah 50% dari
dapat menyiapkan
keseluruhan siswa.
peserta didik yang
berkualitas untuk mengisi dunia kerja.
Hal ini salah satu
kemungkinan penyebabnya siswa kurang
Ada beberapa masalah yang timbul di
memperhatikan karena mungkin model atau
SMK PGRI 1 Surakarta yang mana peneliti
metode pembelajaran yang digunakan kurang
sebelumnya sudah melakukan observasi di
menarik
sekolah tersebut. Masalah tersebut terutama
sebelumnya
dalam suatu kelas, dalam hal ini model
mengamati ketika guru menggunakan metode
pembelajaran yang dirasa peneliti kurang
ceramah siswa ada siswa yang berbicara
tepat dalam melakukan pembelajaran. Guru
sama teman, sibuk sendiri dan juga ada yang
di SMK PGRI 1 Surakarta sebetulnya
mengantuk ketika guru sedang menjelaskan
mengajarnya
tetapi
di depan kelas. Keaktifan belajar siswa
model
terlihat
mungkin
sudah
mereka
bagus,
akan
menggunakan
dan
bermakna.
Peneliti
yang
melakukan
survei
dan
sangat
kurang
dalam
proses
pembelajaran yang kurang tepat. Guru
pembelajaran tersebut. Hal tersebut memang
menggunakan metode pembelajaran ceramah
tidak semua siswa melakukan hal tersebut
dalam proses pembelajaran. Penggunaan
akan tetapi peneliti mengamati sebagian
model pembelajaran ini ketika peneliti
besar mereka melakukan hal-hal tersebut.
melakukan survei dan mengamati disalah
Masalah-masalah
yang
timbul
pada
satu kelas melihat para siswa kurang aktif
penjelasan di atas mempunyai beberapa
dalam pembalajaran, mereka cenderung diam
kemungkinan
dan pasif. Pembelajaran sudah berlangsung
penyebab permasalahan tersebut antara lain
baik akan tetapi kurang menarik dan kurang
disebabkan oleh: (1) model pembelajaran
bermakna sehingga daya ingat siswa terhadap
yang kurang tepat, (2) metode pembelajaran
2
penyebab.
Kemungkinan
kurang
meningkatkan efektivitas pada aktivitas dan
berkompetensi, (4) fasilitas kurang memadai
hasil belajar siswa kelas X TGB Program
dalam pembelajaran, (5) sekolah terletak di
Keahlian Bangunan SMK N 2 Surakarta.
yang
salah,
(3)
guru
yang
tempat keramaian, (6) kapasitas kelas yang
Atas dasar uraian di atas perlu dilakukan
terlalu banyak, (7) kondisi bangunan kelas
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) tentang
yang kurang memadai, dan (8) hubungan
“Peningkatan Keaktifan dan Prestasi Belajar
antara siswa dan guru terlalu jauh sehingga
Siswa
interaksi pembelajaran antara siswa dan guru
Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw pada
kurang.
Mata Pelajaran Las Dasar Kelas X M2 SMK
PGRI
Permasalahan di atas memerlukan suatu
Alternatif
solusi
1
Penerapan
Surakarta
Tahun
Model
Pelajaran
2014/2015”
tindakan untuk mengatasi masalah-masalah
tersebut.
dengan
tersebut
memunculkan beberapa implikasi antara lain:
B. KAJIAN PUSTAKA
(1) guru perlu menerapkan beberapa model
1. Pengertian Prestasi Belajar
pembelajaran, kemudian diambil yang paling
Prestasi belajar adalah kemampuan-
sesuai untuk mengajar, (2) guru perlu
kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia
melakukan
menerima pengalaman belajarnya. Horward
pendekatan
pembelajaran
terhadap siswa, (3) perlu menambah fasilitas-
Kingsley
fasilatas yang dirasa sangat diperlukan, (4)
membagi tiga macam prestasi belajar, yaitu:
perlu membangun hubungan yang baik antara
(1)
guru dengan siswa.
pengetahuan dan pengertian, dan (3) sikap
Penerapan
model
dalam
Nana
keterampilan
Sudjana
dan
(2006)
kebiasaan,(2)
dan cita-cita. Masing-masing jenis belajar
pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw merupakan salah satu
dapat
alternatif untuk meningkatkan keaktifan dan
ditetapkan dalam kurikulum. Gagne dalam
prestasi belajar siswa. Model pembelajaran
Nana Sudjana (2006) membagi lima katagori
kooperatif
mempunyai
prestasi belajar, yaitu (1) informasi verbal,
pendekatan pembelajaran yang menekankan
(2) keterampilan intelektual, (3) strategi
kepada keaktifan siswa yang berbentuk
kognitif, (4) sikap, dan (5) keterampilan
kelompok, melalui metode Jigsaw kelas
motoris.Menurut Daryanto dan Rahardjo
dibagi
(2012) faktor-faktor yang mempengaruhi
tipeJigsaw
menjadi
beberapa
tim
yang
diisi
dengan
belajar
bahan
dibagi
yang
anggotanya terdiri 4 atau 5 siswa dengan
prestasi
karakteristik yang hoterogen. Hasil penelitian
yakni:faktor internal dan ekternal.
yang dilakukan Dian Permatasi (2010)
menyimpulkan
implementasi
model
2. Hakikat Keaktifan
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat
3
menjadi
telah
dua,
Sagala berpendapat (2006:201) cara
penekanan
pada
aspek
afektif
dalam
belajar aktif dapat diartikan sebagai anutan
pengajaran, (3) partisipasi siswa dalam
pembelajaran
kepada
melaksanakan kegiatan belajar mengajar, (4)
intelektual-
penerimaan guru terhadap perbuatan dan
emosional siswa dalam proses pembelajaran,
sumbangan siswa yang kurang relevan atau
dengan pelibatan fisik siswa jika diperlukan.
yang salah, (5) keeratan hubungan kelas
Thorndike (Riyanto, 2012) mengemukakan
sebagai kelompok, (6) kesempatan diberikan
keaktifan belajar siswa dalam belajar dengan
kepada siswa untuk mengambil keputusan
hukum “law of exercise”-nya menyatakan
yang penting dalam kegiatan di sekolah, dan
bahwa belajar memerlukan adanya latihan-
(7) jumlah waktu yang digunakan untuk
latihan. Segala pengetahuan harus diperoleh
menangani masalah pribadi siswa, baik
dengan pengamatan sendiri, pengalaman
berhubungan maupun tidak berhubungan
sendiri, penyelidikan sendiri, dengan bekerja
dengan pelajaran. Dave Meier (Rusman,
sendiri dengan fasilitas yang diciptakan
2012) berpendapat belajar harus dilakukan
sendiri, baik secara rohani maupun teknik.
dengan aktivitas, yaitu menggerakkan fisik
yang
pengoptimalisasian
mengarah
pelibatan
Dalam bukunya Hanafiah dan Suhana
ketika belajar, dan memanfaatkan indera
(2009:24) Dierich yang dikutip Hamalik
siswa sebanyak mungkin, dan membuat
menyatakan, aktivitas belajar dibagi menjadi
seluruh tubuh/pikiran terlibat dalam proses
delapan kelompok, yaitu: (1) kegiatan-
belajar.
kegiatan
visual(visual
activities),
(2)
3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Kegiatan-kegiatan lisan (Oral activities), (3)
Jigsaw
kegiatan-kegiatan mendengarkan (listening
Arti Jigsaw dalam bahasa inggris adalah
activities), (4) Kegiatan-kegiatan menulis
gergaji ukir. Pembelajaran kooepratif tipe
(writing activities), (5) Kegiatan-kegiatan
Jigsaw ini mengambil pola cara kerja sebuah
menggambar
(6)
gergaji (zig-zag), yaitu melakukan suatu
Kegiatan-kegiatan metrik (motor activities),
kegiatan pembelajaran dengan cara bekerja
(7)
sama dengan siswa lain untuk mencapai
(drawing
activities),
Kegiatan-kegiatan
mental
(mental
activities), (8) Kegiatan-kegiatan emosional
tujuan
(emotional activities).
kooperatif tipe Jigsaw (Rusman) sebuah
model
Pembelajaran yang aktif menurut Kachie
dalam
Daryanto
dan
Rahardjo
bersama.
Model
pembelajaran
pembelajaran
kooperatif
yang
menitikberatkan pada kerja kelompok siswa
(2012)
dalam bentuk kelompok kecil.
mengemukakan tujuh dimensi dalam cara
belajar siswa menjadi aktif sebagai berikut:
Menurut Rachmadi dalam Daryanto dan
(1) partisipasi siswa dalam menentukan
Rahardjo (2012) model pembelajaran Jigsaw
tujuan
dikemukakan oleh beberapa ahli antara lain
kegiatan
belajar
mengajar,
(2)
4
Slavin,
Lazarowitz
atau
Sharan
dan
c) Penerimaan terhadap perbedaan individu
dkembangkan oleh Aronson dkk. Berikut ini
langkah-langkah
pembelajaran
lebih besar;
kooperatif
d) Sikap apatis berkurang;
tipe Jigsaw:
e) Pemahaman materi lebih mendalam;
a) Guru membagi suatu kelas menjadi
f) Meningkatkan motivasi belajar;
beberapa
kelompok,
dengan
setiap
g) Proses belajar mengajar siswa saling
kelompok terdiri dari 4-6 orang siswa
ketergantungan positif;
dengan kemampuan yang berbeda baik
h) Setiap anggota siswa berhak menjadi ahli
tingkat kemampuan tinggi, sedang, dan
dalam kelompok.
rendah. Kelompok ini disebut kelompok
Kekurangan dari tipe Jigsaw ini adalah
asal.
a) Jika jumlah anggota kelompok kurang
b) Kemudian membentuk kelompok ahli
berdsarkan
kelompok
kelompok
ini
asal.
siswa
diberi
akan menimbulkan masalah, misalnya jika
Dalam
ada angggota yang hanya membonceng
tugas
dan menyelesaikan tugas-tugas dan pasif
mempelajari salah satu bagian materi
dalam diskusi.
pembelajaran tersebut yang mana nanti
b) Membutuhkan waktu yang lebih lama
materi tersebut dijelaskan kepada teman
apabila ruang belum terkondisi dengan
teman dalam kelompok asal.
baik sehingga perlu waktu untuk merubah
c) Guru memfasilitasi diskusi kelompok baik
posisi yang dapat menimbulkan suasana
yang ada pada kelompok asal maupun
yang tidak nyaman
kelompok ahli.
4. Las Dasar
d) Setelah siswa berdiskusi dalam kelompok
ahli
maupun
kelompok
maka
pelajaran yang ada di SMK PGRI 1
selanjutnya dilakukan presentasi masing-
Surakarta. Siswa dituntut untuk menguasai
masing
las dasar ini. Las dasar merupakan mata
kelompok
asal
Las dasar merupakan salah satu mata
atau
dilakukan
pengundian salah satu kelompok untuk
pelajaran
menyajikan hasil diskusi kelompok.
pengelasan. Mata pelajaran las ini diberikan
e) Guru memberikan kuis untuk siswa secara
di
individual.
Adapun
kelas
yang
X.
mendasar
Siswa
dari
dengan
suatu
mengelas
diharapkan dapat menguasai teknik-teknik
kelebihan
dari
model
las dasar. Teknik las dasar ini seperti
pembelajarn tipe Jigsaw adalah sebagai
menyambung tanpa bahan, menyambung
berikut:
dengan bahan tambah, membuat rigi-rigi dan
a) Rasa harga diri yang lebih tinggi
lain sebagainya.
b) Memperbaiki kehadiran;
5
Berikut hasil penelitian yang relevan
Penggunaan model tipe Jigsaw juga
yang dapat meningkatkan keaktifan belajar
sebagian besar murid mampu mengambil
siswa mapaun prestasi belajar siswa:
bagian aktif dalam pelajaran dengan
a) Penelitian yang dilakukan oleh Candra
menjawab pertanyaan selama dan setelah
Damayanti pada tahun 2009 tentang
“Implementasi
Model
pelajaran.
Pembelajaran
d) Penelitian yang dilakukan oleh Sengul dan
Kooperatif Tipe Jigsaw Dalam Rangka
Katranci
Meningkatkan
“Teachingthe
Penguasaan
Konsep
pada
tahun
Subject
2012
tentang
“ Sets”withthe
Ekosistem Siswa Kelas X Di SMA Negeri
DissociationandRe-Association(Jigsaw)”.
2 Karanganyar”.
Hasil penelitian tersebut menyimpulkan
b) Penelitian yang dilakukan oleh Nur
Azizah
tentang
pembelajaran
“Pengaruh
Jigsaw
bahwa penerapan model pembelajaran
metode
terhadap
kooperatif tipe Jigsawsiswa mencatat,
hasil
menikmati
kerjasama
dengan
teman-
belajar mata pelajaran dasar kompetensi
teman mereka, memahami materi lebih
kejuruan di SMK Wongsorejo Gombong”.
baik.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa
penerapan
model
pembelajaran
tipe
C. METODE PENELITIAN
Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar
siswa.
Hasil
diterapkan
belajar
model
siswa
Penelitian ini dilaksanakan di SMK
sebelum
pembelajaran
PGRI 1 Surakarta yang beralamat di Jalan
tipe
Pleret
Utama,
Banyuanyar,
Banjarsari,
Jigsaw mempunyai rata-rata kelas sebesar
Surakarta 57137. Penelitian Tindakan Kelas
62,17
dapat
ini dikhususkan untuk siswa kelas X M2
meningkatkan hasil belajar yaitu nilai
dengan mata pelajaran Las Dasar SMK PGRI
rata-rata kelas menjadi 76,53.
1
setelah
diterapkan
c) Penelitian yang dilakukan oleh Francis
“Using
Surakarta
2014/2015.Penelitian
tahun
ini
pelajaran
dilaksanakan
Jigsaw
selama delapan bulan yakni mulai dari bulan
Technique As An Effective Way Of
November 2014 sampai bulan Juli 2015.
Promoting Cooperative Learning Among
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X
Primary Six Pupils In Fijai”. Hasil
M2 SMK PGRI 1 Surakarta tahun pelajaran
penelitian tersebut bahwa penggunaan
2014/2015 yang berjumlah 22 siswa.Sumber
model pembelajaran Jigsaw siswa secara
data penelitian ini menunjukkan apa saja
alami
minat
yang menjadi fokus penelitian. Penelitian ini
bekerja dengan rekan-rekan mereka dan
memiliki sumber data berupa peristiwa dan
saling
dan
dokumen. Peristiwa ini misalnya pada proses
baik.
kegiatan belajar mengajar. Dokumen ini
Hull
Adamstentang
dapat
belajar
pembelajaran
mengembangkan
satu
sama
menjadi
lain
lebih
6
berhubungan dengan masalah penelitian.
nama siswa dan hasil tes. Uji validitas
Dokumen dapat berupa daftar nama siswa,
instrumen menggunakan validitas konstruk.
hasil tes, silabus, Rencana Pelaksanaan
Validitas
Pembelajaran (RPP), dan foto kegiatan
pengukuran
pembelajaran. Berdasarkan sumber data yang
konstruk dalam suatu teori. Konstruk adalah
digunakan ada dua macam metode yang
bagian variabel yang dapat diukur yaitu
digunakan untuk mengumpulkan data dalam
keaktifan belajar siswa. Validitas konstruk
penelitian ini, yaitu: (1) metode observasi,
merupakan validitas yang dilakukan dengan
(2) metode tes, (3) metode dokumentasi.
melihat
Metode observasi (pengamatan) adalah suatu
variabel. Untuk megetahui prestasi belajar
cara pengumpulan data dimana peneliti atau
siswa menggunakan validasi isi yaitu berupa
orang yang ditugasi melakukan pengamatan
kisi-kisi soal. Dengan menggunakan kisi-kisi
terhadap subjek penelitian tetapi si subjek
soal yang sesuai indikator, selanjutnya dibuat
tidak mamahami bahwa dia sedang diamati.
tes uraian. Pengujian validitas instrumen ini
Observasi
peneliti
dilakukan
untuk
mengamati
konstruk
merupakan
dianggap
kesesuaian
hasil
mencerminkan
konstruksi
menggunakan
indikator
teknik
Expert
peristiwa dan kegiatan di dalam kelas selama
Judgement.Pada penelitian ini menggunakan
proses pembelajaran. Kegiatan yang diamati
analisis data yaitu: (1) analisis data pada
meliputi aktivitas siswa selama kegiatan
keaktifan
pembelajaran. Observasi dilakukan oleh guru
deskriptif kualitatif berdasarkan pada hasil
yang bersangkutan dan rekan peneliti lainnya
observasi dan refleksi, (2) analisis data pada
untuk membantu melakukan pengamatan
tes prestasi belajar menggunakan analisis
agar data yang diperoleh tidak subjektif.
komparatif yaitu membandingkan nilai tes
Metode tes ini digunakan untuk mengetahui
kondisi
prestasi belajar siswa dengan menggunakan
penelitian. Indikator kerja tindakan terhadap
butir
tes
peningkatan keaktifan belajar siswa dan
digunakan untuk megetahui keaktifan belajar
prestasi belajar siswa kelas X M2 Las Dasar
siswa. Metode tes adalah cara pengumpulan
SMK PGRI 1 Surakarta tahun pelajaran
data
2014/2015.
soal
sedangkan
yang
menghadapkan
pertanyaan-pertanyaaan
suruhan
kepada
Dokumentasi
metode
atau
subjek
digunakan
non
sejumlah
suruhan-
belajar
awal
siswa
dengan
menggunakan
nilai
tes
akhir
Indikator kerja dapat dilihat secara
penelitian.
umum
untuk
dengan
membandingkan
tingkat
keberhasilan dari satu siklus ke siklus
mengumpulkan data-data tertentu dengan
berikutnya.
Penelitian
cara mengambil foto-foto, data hasil kerja
rancangan
penelitian
siswa, dan lembar penilaian. Peneliti dengan
Penelitian tindakan kelas merupakan proses
melakukan dokumentasi memperoleh data
pengkajian melalui sistem bersiklus. Setiap
7
ini
menggunakan
tindakan
kelas.
siklus melalui tahap perencanaan tindakan,
oleh
pelaksanaan
Berdasarkan
tindakan,
pengamatan,
dan
guru
dalam
mengajar
pengamatan
sehari-hari.
yang
telah
refleksi. Adapun peneliti bertindak sebagai
dilakukan oleh pengamat keaktifan belajar
pelaksana pembelajaran, pengumpul data,
siswa rendah atau kurang. Siswa terlihat
penganalisis data dan pelapor hasil penelitian
bosan kurang bersemangat pada saat proses
Berikut desain Penelitian Tindakan
pembelajaran berlangsung. Banyak siswa
Kelas dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
yang kurang memperhatikan penjelasan guru.
Prestasi belajar siswa pada prasiklus ini
masih jauh dari indikator keberhasilan yang
telah ditentukan dengan nilai KKM (Kriteria
Ketuntasan Minimum) sebesar 75. Hal ini
disebabkannya siswa kurang aktif dalam
proses pembelajaran sehingga materi sulit
dipahami. Prestasi belajar siswa pada siklus
ini hanya 41% siswa yang nilainya diatas
KKM.
2. Siklus 1
Keaktifan belajar siswa pada siklus ini
sudah semakin baik. Guru menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
Gambar 1. Model Spiral Penelitian
Tindakan Kelas (Ari Kunto, 2009:16)
pada
proses
pembalajaran.
Data
yang
diperoleh hasil penelitian siklus 1 tentang
D. HASIL
PENELITIAN
DAN
keaktifan belajar siswa menggunakan model
PEMBAHASAN
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada
Ditinjau dari hasil setiap siklus selama
penelitian
yang
telah
dilakukan
mata pelajaran las dasar kelas X M2 SMK
dapat
PGRI 1 Surakarta dengan rata-rata persentase
dijelaskan sebagai berikut:
61% siswa yang aktif. Hasil prestasi belajar
1. Prasiklus
siswa pada siklus 1 belum sesuai harapan dan
Banyak
kurang
target, yaitu sebanyak 68% siswa baru
memperhatikan penjelasan guru. Pengamatan
mencapai nilai ketuntasan dimana targetnya
yang telah dilakukan pda prasiklus ini
80% siswa nilai tuntas. Hal ini disebabkan
diperoleh rata-rata keaktifan belajar siswa
kurang maksimalnya proses pembalajaran.
sebesar 40%. Pengambilan data keaktifan
Siswa
belajar
motode
pembelajaran sehingga pemahaman terhadap
pembelajaran ceramah yang biasa digunakan
materi kurang. Siswa kurang aktif bertanya
siswa
siswa
yang
menggunakan
8
kurang
aktif
dalam
proses
kepada
guru
tentang
ma
materi
dilakukan
dala
dalam
yang
disampaikan.
3. Siklus 2
Siklus
2
Perbandingan
ngan Keakt
Keaktifan Belajar Siswa
Tiap Siklus
rangka
perbaikan terhadap kekuranganan-kekurangan
mem
emaksimalkan
9
pembelajaran dengan cara me
memanfaatkan
8
peralatan yang ada, menanyakan
kan materi yang
7
kurang paham. Guru mendorong
ong siswa untuk
6
selalu aktif dalam proses pe
pembelajaran.
5
Termaksimalkannya
pe
pembalajaran
4
dengan model pembelajaran koop
kooperatif tipe
3
Jigsaw ini memperoleh hasil se
sesuai target.
2
Rata-rata keaktifan belajar siswa
swa pada siklus
1
menyampaikan
untuk
proses
77%
59% 73%
10
yang ada pada siklus 1. Guruu be
berulang kali
61%. Prestasi belajar siswa sudah baik yaitu
73%
41%
23%
77%
45%
18%
77% 91%
73%
86%
64%
41%
32%
50%
Siklus 2
40%
73%
64% 73%
36
36%
20%
82%
59%
336%
0%
2 meningkat menjadi 80% yangg sebelumnya
86%
59%
27%
%
86%
84%
77%
60%
Siklus 1
80%
100%
Prasiklus
mengalami peningkatan menjadi
adi 82% siswa
Indikator Keaktifan
an Belajar
B
Siswa
sudah mencapai nilai Kriteria
ia Ketuntasan
1. Memperhatikan
an penjelasan
pe
guru saat
pembelajarann berlangsung.
be
2. Mengajukann pertanyaan
per
kepada guru
tentang materi
ri yang
y
disampaikan oleh
guru.
3. Memberikann pendapat
pend
dalam
pemecahan masalah
mas
asalah terhadap penjelasan
teman.
4. Mendengarkann tanggapan
t
atau pendapat
teman tentang
ng materi
m
pelajaran yang
diberikan olehh guru.
g
5. Mendengarkann pendapat
pe
teman dalam
diskusi satu kelompok
kelom
elompok belajar.
6. Mencatat materi
teri pembelajaran yang
diberikan olehh guru.
g
7. Menggambar saat
sa melakukan usulan
atau presentasi
si di
d depan kelas.
8. Memilih alat untuk
un
digunakan pada saat
melakukann diskusi
diskus kelompok atau
mempresentasikan
mempresentasik
sikan di depan kelas.
9. Memecahkann soal
soa yang diberikan oleh
guru dengann benar.
bena
10. Bersikap tenang
ng tidak ramai sendiri saat
pembelajarann berlangsung.
be
A. SIMPULAN
Minimum (KKM).Keaktifan be
belajar siswa
dapat meningkat kemudian diikut
diikuti dengan
prestasi belajar siswa juga menin
ningkat. Nilai
ulangan siswa menjadi baik dan lebih dari
80% siswa nilainya tuntas di
diatas KKM
(Kriteria Ketuntasan Minimum).
). Penggunaan
pembelajarann tipe Jigsaw terbukt
bukti lebih baik
dari peda metode pembelajara
aran ceramah.
Siswa lebih cepat memahamii m
materi yang
diberikan oleh guru.Lebih jela
elasnya dapat
dilihat pada gambar perbandinga
ngan keaktifan
dan prestasi belajar siswa padaa se
setiap siklus
di bawah ini:
9
Gambar 2. Diagram Perbandingan
P
Prestasi
Belajar
Bel
elajar
meningkat
model
pembelajarankooperatif
pe
kan salah satu model
tipe Jigsaw merupaka
dapat diterapkan dalam
pembelajaran yang dap
Perbandingan Prestasi
Belajar
100%
80%
60%
40%
20%
59%
41%
32%
68%
u; ((2) Jika berkeinginan
suatu kelas tertentu;
swa meningkat model
prestasi belajar siswa
pembelajaran
18%
kooperatif
kooper
tipe
Jigsaw
tu model pembelajaran
merupakan salah satu
an dalam suatu kelas
yang dapat diterapkan
82%
pembelajaran kooperatif
tertentu; (3) model pem
0%
berjalan dengan baik
tipe Jigsaw dapat be
dengan sarana prasarana
apabila didukung denga
CD proyektor dan lainseperti: buku ajar, LCD
Column1
Tidak Tuntas
lain; (4) dalam
belajaran ini guru harus
penerapan model pembe
memperhatikan
Gambar 3. Diagram Perbandinga
Perbandingan
ndingan Prestasi
Belajar
swa
sisw
ketika
mereka
kelompok ( kelompok
melakukan diskusi ke
stikan tidak adanya salah
ahli), hal ini memastika
Hasil analisis dan pembahasa
hasan penelitian
inan dalam kelompok.
satu siswa yang domina
berdasarkan bab IV, maka da
dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut: (1) penerapan
KA
F. DAFTAR PUSTAK
model pembelajaran kooperatif
if tipe Jigsaw
l. ((2013). Using Jigsaw
Adams, Francis Hull.
An Effective Way Of
Technique Ass A
ooperative
Learning
Promoting
Coope
ary Six Pupils In
Among Primary
onal Journal of Education
Fijai.International
ol 1(6): 64-74, diunduh
and Practice. Vol
Januari 2015 pada:
tanggal 10 Ja
kinsight.com/journals/IJ
http://www.pakinsi
EP.htm
belajar siswa
dapat meningkatan keaktifann be
kelas X M2
pada mata pelajaran las dasarr ke
SMK PGRI 1 Surakarta tahun
hun pelajaran
2014/2015,
(2)
apan
penerapa
model
Jigsaw dapat
pembelajaran kooperatif tipe Ji
meningkatan prestasi belajar sisw
swa pada mata
pelajaran las dasar kelas X M2 SMK PGRI 1
Anita, Lie. (2004). Coope
Cooperative Learning:
Mempraktekkan
an C
Cooperative Learning
di Ruang-Ruang
uang Kelas. Jakarta : PT.
Grasindo.
Surakarta tahun pelajaran 2014/2015.
E. SARAN
Adanya
berbagai
batasan
keterbat
Candra, Damayanti.. ((2009). Implementasi
Model Pembelajaran
ajaran Kooperatif Tipe
Jigsaw Dalam R
Rangka Meningkatkan
Penguasaan Konse
onsep Ekosistem Siswa
Kelas X Dii SMA Negeri 2
yang
aka
terdapat dalam penelitian ini, maka
penulis memberikan saran seba
bagai berikut:
(1) jika berkeinginan keaktifann be
belajar siswa
10
Universitas
Syaiful, Sagala. (2006). Konsep dan Makna
Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Daryanto, & Muji Rahardjo. (2012). Model
Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta:
Gava Media.
Yatim, Riyanto. (2012). Paradigma Baru
Pembelajaran.
Jakarta:
Kencana
Prenada Media Goup.
Dian, Permatasari. (2010). Implentasi Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Statika Siswa Kelas X TGB Program
Keahlian Bangunan SMK N 2
Surakarta Tahun Ajran 2009/2010.
Skripsi. Universitas Sebelas Maret.
Yatim, Riyanto. (2012). Paradigma Baru
Pembelajaran.
Jakarta:
Kencana
Prenada Media Goup.
Karanganyar.
Sebelas Maret.
Skripsi.
Hanafiah, & Suhana. (2009). Konsep Strategi
Pembelajaran.
Bandung:
Refika
Aditama.
Nana, Sudjana. (2002). Penilaian Hasil
Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Nur, Azizah. (2013). Pengaruh metode
pembelajaran Jigsaw terhadap hasil
belajar
mata
pelajaran
dasar
kompetensi
kejuruan
di
SMK
Wongsorejo
Gombong.
Skripsi.
Universitas
Negeri
Yogyakarta,
diunduh tanggal 8 Junuari 2015 pada
http://eprints.uny.ac.id/10164/1/JURN
AL%20PENELITIAN.pdf
Rusman.
(2012).
Model-Model
Pembelajaran.
Jakarta:
PT
RajaGrafindo Persada.
Sengul, & Katranci. (2012). Teachingthe
Subject
“ Sets”withthe
DissociationandReAssociation(Jigsaw).
InternationalOnlineJournal
ofEducational Sciences. Vol 4(1): 1-18,
diunduh tanggal 10 Januari 2015 pada
http://www.iojes.net//userfiles/Article/I
OJES_585.pdf
11
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA MATA
PELAJARAN LAS DASAR KELAS X M2 SMK PGRI 1 SURAKARTA TAHUN
PELAJARAN 2014/2015
Ihsan Fahrizal, Ranto, Indah Widiastuti
Program Studi Pendidikan Teknik Mesin, Jurusan Pendidikan Teknik Kejuruan, FKIP, UNS.
Kampus UNS Pabelan Jl. Ahmad Yani Nomor 200, Surakarta, Telp/Fax 0271 718419.
e-mail :[email protected]
ABSTRACT
The objectives of this research are to get the successfulness: (1) in the improvement of the learning
activeness in the Basic Welding subject matter of the students in Grade X M2 of PGRI Vocational High
School 1 of Surakarta through the application of the cooperative learning model of the Jigsaw type; and (2)
in the improvement of the learning achievement in the Basic Welding subject matter of the students in Grade
X M2 of PGRI Vocational High School 1 of Surakarta through the application of the cooperative learning
model of the Jigsaw type. This research used the classroom action research with two cycles. Each cycle
consisted of four phases, namely: planning, implementation, observation, and reflection. The subjects of
research were the students in Grade X Machinery 2 of the aforementioned school. The sources of research
data were observation sheet on the learning activeness and the test of achievement. The data of research
were collected through test i.e. written test items non-test i.e. students’ learning activeness observation sheet
during the implementation. They were validated through content validity for the data obtained through test
and construct validity for the data obtained through non-test. The result of research shows that the
application of the cooperative learning model of the Jigsaw type can improve the students’ learning
activeness as indicated by the result of observation. Prior to the treatment, only one indicator of learning
activeness fulfills the target. Following the treatment with the cooperative learning model of the Jigsaw type,
3 indicators fulfill the target in Cycle I, and all of the indicators fulfill the target in Cycle 2. Furthermore, the
students’ average score of learning achievement also improves. In the pre-cycle which uses the lecturing
method, the completeness of the learning achievement is 41%. Following the treatment with the cooperative
learning model of the Jigsaw type, it becomes 68% in Cycle I and 82% in Cycle II respectively. Thus the
application of the cooperative learning model of the Jigsaw typecan improve the learning activeness and
achievement in the Basic Welding subject matter of the students in Grade X Machinery 2 of PGRI Vocational
High School 1 of Surakarta.
Keywords:
Learning activeness, Basic Welding, Type Jigsaw, learning achievement.
menyebutkan
A. PENDAHULUAN
Pada
era
globalisasi
sekarang
ini
mencakup
bahwa
pendidikan
jenis
umum,
pendidikan
kejuruan,
persaingan antar bangsa semakin sengit.
akademik, profesi, keagamaan, dan khusus.
Bangsa yang sumber daya manusianya
Sekolah Menengah Kejuruan disediakan oleh
rendah akan menjadi negara yang semakin
pemerintah dalam rangka menyiapkan tenaga
terbelakang. Bangsa tersebut akan tertinggal
kerja siap pakai setelah lulus nanti dan tidak
oleh bangsa lain yang memiliki sumber daya
menutup kemungkinan melanjutkan studi
manusia yang tinggi. Peningkatan sumber
kejenjang berikutnya. Lulusan siswa SMK
daya manusia melalui peningkatan kualitas
diharapkan
pembelajaran menjadi sangatlah penting.
terampil, kreatif dan inovatif.
Undang-undang
Sistem
menjadi
siswa-siswa
yang
Pendidikan
SMK PGRI 1 Surakarta merupakan salah
Nasional No. 20 tahun 2003 pasal 15
satu pendidikan kejuruan yang memiliki visi
1
mewujudkan SMK PGRI 1 Surakarta sebagai
materi yang diberikan oleh guru mudah lupa.
pencetak
Hal
sumber
daya
manusia
yang
ini
dibuktikan
ketika
pertemuan
berkompeten dibidang teknologi dan industri.
berikutnya guru menanyakan materi yang
Ketercapaian itu semua tidaklah mudah,
diajarkan minggu yang lalu mayoritas siswa
banyak rintangan-rintangan yang dihadapi
lupa atau tidak bisa menjawab ketika
kedepannya.
diberikan pertanyaan. Artinya materi yang
Salah satu upaya yang dilakukan untuk
diberikan oleh guru tidak tersimpan dalam
mencapai tujuan dan sesuai visi SMK PGRI
jangka waktu yang lama dalam pikiran siswa
1 Surakarta perbaikan kualitas pembelajaran
tersebut.
yang salah satu satunya pembelajaran dalam
mempengaruhi prestasi belajar siswa. Hal ini
suatu
juga
kelas.
Pembelajaran
yang
tepat
Keaktifan
dibuktikan
belajar
hasil
siswa
ulangan
ini
mereka
diharapkan mampu memperbaiki kualitas
hasilnya kurang memuaskan. Nilai siswa
pembelajaran serta sesuai tujuan sekolah
yang tuntas hanya dibawah 50% dari
dapat menyiapkan
keseluruhan siswa.
peserta didik yang
berkualitas untuk mengisi dunia kerja.
Hal ini salah satu
kemungkinan penyebabnya siswa kurang
Ada beberapa masalah yang timbul di
memperhatikan karena mungkin model atau
SMK PGRI 1 Surakarta yang mana peneliti
metode pembelajaran yang digunakan kurang
sebelumnya sudah melakukan observasi di
menarik
sekolah tersebut. Masalah tersebut terutama
sebelumnya
dalam suatu kelas, dalam hal ini model
mengamati ketika guru menggunakan metode
pembelajaran yang dirasa peneliti kurang
ceramah siswa ada siswa yang berbicara
tepat dalam melakukan pembelajaran. Guru
sama teman, sibuk sendiri dan juga ada yang
di SMK PGRI 1 Surakarta sebetulnya
mengantuk ketika guru sedang menjelaskan
mengajarnya
tetapi
di depan kelas. Keaktifan belajar siswa
model
terlihat
mungkin
sudah
mereka
bagus,
akan
menggunakan
dan
bermakna.
Peneliti
yang
melakukan
survei
dan
sangat
kurang
dalam
proses
pembelajaran yang kurang tepat. Guru
pembelajaran tersebut. Hal tersebut memang
menggunakan metode pembelajaran ceramah
tidak semua siswa melakukan hal tersebut
dalam proses pembelajaran. Penggunaan
akan tetapi peneliti mengamati sebagian
model pembelajaran ini ketika peneliti
besar mereka melakukan hal-hal tersebut.
melakukan survei dan mengamati disalah
Masalah-masalah
yang
timbul
pada
satu kelas melihat para siswa kurang aktif
penjelasan di atas mempunyai beberapa
dalam pembalajaran, mereka cenderung diam
kemungkinan
dan pasif. Pembelajaran sudah berlangsung
penyebab permasalahan tersebut antara lain
baik akan tetapi kurang menarik dan kurang
disebabkan oleh: (1) model pembelajaran
bermakna sehingga daya ingat siswa terhadap
yang kurang tepat, (2) metode pembelajaran
2
penyebab.
Kemungkinan
kurang
meningkatkan efektivitas pada aktivitas dan
berkompetensi, (4) fasilitas kurang memadai
hasil belajar siswa kelas X TGB Program
dalam pembelajaran, (5) sekolah terletak di
Keahlian Bangunan SMK N 2 Surakarta.
yang
salah,
(3)
guru
yang
tempat keramaian, (6) kapasitas kelas yang
Atas dasar uraian di atas perlu dilakukan
terlalu banyak, (7) kondisi bangunan kelas
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) tentang
yang kurang memadai, dan (8) hubungan
“Peningkatan Keaktifan dan Prestasi Belajar
antara siswa dan guru terlalu jauh sehingga
Siswa
interaksi pembelajaran antara siswa dan guru
Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw pada
kurang.
Mata Pelajaran Las Dasar Kelas X M2 SMK
PGRI
Permasalahan di atas memerlukan suatu
Alternatif
solusi
1
Penerapan
Surakarta
Tahun
Model
Pelajaran
2014/2015”
tindakan untuk mengatasi masalah-masalah
tersebut.
dengan
tersebut
memunculkan beberapa implikasi antara lain:
B. KAJIAN PUSTAKA
(1) guru perlu menerapkan beberapa model
1. Pengertian Prestasi Belajar
pembelajaran, kemudian diambil yang paling
Prestasi belajar adalah kemampuan-
sesuai untuk mengajar, (2) guru perlu
kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia
melakukan
menerima pengalaman belajarnya. Horward
pendekatan
pembelajaran
terhadap siswa, (3) perlu menambah fasilitas-
Kingsley
fasilatas yang dirasa sangat diperlukan, (4)
membagi tiga macam prestasi belajar, yaitu:
perlu membangun hubungan yang baik antara
(1)
guru dengan siswa.
pengetahuan dan pengertian, dan (3) sikap
Penerapan
model
dalam
Nana
keterampilan
Sudjana
dan
(2006)
kebiasaan,(2)
dan cita-cita. Masing-masing jenis belajar
pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw merupakan salah satu
dapat
alternatif untuk meningkatkan keaktifan dan
ditetapkan dalam kurikulum. Gagne dalam
prestasi belajar siswa. Model pembelajaran
Nana Sudjana (2006) membagi lima katagori
kooperatif
mempunyai
prestasi belajar, yaitu (1) informasi verbal,
pendekatan pembelajaran yang menekankan
(2) keterampilan intelektual, (3) strategi
kepada keaktifan siswa yang berbentuk
kognitif, (4) sikap, dan (5) keterampilan
kelompok, melalui metode Jigsaw kelas
motoris.Menurut Daryanto dan Rahardjo
dibagi
(2012) faktor-faktor yang mempengaruhi
tipeJigsaw
menjadi
beberapa
tim
yang
diisi
dengan
belajar
bahan
dibagi
yang
anggotanya terdiri 4 atau 5 siswa dengan
prestasi
karakteristik yang hoterogen. Hasil penelitian
yakni:faktor internal dan ekternal.
yang dilakukan Dian Permatasi (2010)
menyimpulkan
implementasi
model
2. Hakikat Keaktifan
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat
3
menjadi
telah
dua,
Sagala berpendapat (2006:201) cara
penekanan
pada
aspek
afektif
dalam
belajar aktif dapat diartikan sebagai anutan
pengajaran, (3) partisipasi siswa dalam
pembelajaran
kepada
melaksanakan kegiatan belajar mengajar, (4)
intelektual-
penerimaan guru terhadap perbuatan dan
emosional siswa dalam proses pembelajaran,
sumbangan siswa yang kurang relevan atau
dengan pelibatan fisik siswa jika diperlukan.
yang salah, (5) keeratan hubungan kelas
Thorndike (Riyanto, 2012) mengemukakan
sebagai kelompok, (6) kesempatan diberikan
keaktifan belajar siswa dalam belajar dengan
kepada siswa untuk mengambil keputusan
hukum “law of exercise”-nya menyatakan
yang penting dalam kegiatan di sekolah, dan
bahwa belajar memerlukan adanya latihan-
(7) jumlah waktu yang digunakan untuk
latihan. Segala pengetahuan harus diperoleh
menangani masalah pribadi siswa, baik
dengan pengamatan sendiri, pengalaman
berhubungan maupun tidak berhubungan
sendiri, penyelidikan sendiri, dengan bekerja
dengan pelajaran. Dave Meier (Rusman,
sendiri dengan fasilitas yang diciptakan
2012) berpendapat belajar harus dilakukan
sendiri, baik secara rohani maupun teknik.
dengan aktivitas, yaitu menggerakkan fisik
yang
pengoptimalisasian
mengarah
pelibatan
Dalam bukunya Hanafiah dan Suhana
ketika belajar, dan memanfaatkan indera
(2009:24) Dierich yang dikutip Hamalik
siswa sebanyak mungkin, dan membuat
menyatakan, aktivitas belajar dibagi menjadi
seluruh tubuh/pikiran terlibat dalam proses
delapan kelompok, yaitu: (1) kegiatan-
belajar.
kegiatan
visual(visual
activities),
(2)
3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Kegiatan-kegiatan lisan (Oral activities), (3)
Jigsaw
kegiatan-kegiatan mendengarkan (listening
Arti Jigsaw dalam bahasa inggris adalah
activities), (4) Kegiatan-kegiatan menulis
gergaji ukir. Pembelajaran kooepratif tipe
(writing activities), (5) Kegiatan-kegiatan
Jigsaw ini mengambil pola cara kerja sebuah
menggambar
(6)
gergaji (zig-zag), yaitu melakukan suatu
Kegiatan-kegiatan metrik (motor activities),
kegiatan pembelajaran dengan cara bekerja
(7)
sama dengan siswa lain untuk mencapai
(drawing
activities),
Kegiatan-kegiatan
mental
(mental
activities), (8) Kegiatan-kegiatan emosional
tujuan
(emotional activities).
kooperatif tipe Jigsaw (Rusman) sebuah
model
Pembelajaran yang aktif menurut Kachie
dalam
Daryanto
dan
Rahardjo
bersama.
Model
pembelajaran
pembelajaran
kooperatif
yang
menitikberatkan pada kerja kelompok siswa
(2012)
dalam bentuk kelompok kecil.
mengemukakan tujuh dimensi dalam cara
belajar siswa menjadi aktif sebagai berikut:
Menurut Rachmadi dalam Daryanto dan
(1) partisipasi siswa dalam menentukan
Rahardjo (2012) model pembelajaran Jigsaw
tujuan
dikemukakan oleh beberapa ahli antara lain
kegiatan
belajar
mengajar,
(2)
4
Slavin,
Lazarowitz
atau
Sharan
dan
c) Penerimaan terhadap perbedaan individu
dkembangkan oleh Aronson dkk. Berikut ini
langkah-langkah
pembelajaran
lebih besar;
kooperatif
d) Sikap apatis berkurang;
tipe Jigsaw:
e) Pemahaman materi lebih mendalam;
a) Guru membagi suatu kelas menjadi
f) Meningkatkan motivasi belajar;
beberapa
kelompok,
dengan
setiap
g) Proses belajar mengajar siswa saling
kelompok terdiri dari 4-6 orang siswa
ketergantungan positif;
dengan kemampuan yang berbeda baik
h) Setiap anggota siswa berhak menjadi ahli
tingkat kemampuan tinggi, sedang, dan
dalam kelompok.
rendah. Kelompok ini disebut kelompok
Kekurangan dari tipe Jigsaw ini adalah
asal.
a) Jika jumlah anggota kelompok kurang
b) Kemudian membentuk kelompok ahli
berdsarkan
kelompok
kelompok
ini
asal.
siswa
diberi
akan menimbulkan masalah, misalnya jika
Dalam
ada angggota yang hanya membonceng
tugas
dan menyelesaikan tugas-tugas dan pasif
mempelajari salah satu bagian materi
dalam diskusi.
pembelajaran tersebut yang mana nanti
b) Membutuhkan waktu yang lebih lama
materi tersebut dijelaskan kepada teman
apabila ruang belum terkondisi dengan
teman dalam kelompok asal.
baik sehingga perlu waktu untuk merubah
c) Guru memfasilitasi diskusi kelompok baik
posisi yang dapat menimbulkan suasana
yang ada pada kelompok asal maupun
yang tidak nyaman
kelompok ahli.
4. Las Dasar
d) Setelah siswa berdiskusi dalam kelompok
ahli
maupun
kelompok
maka
pelajaran yang ada di SMK PGRI 1
selanjutnya dilakukan presentasi masing-
Surakarta. Siswa dituntut untuk menguasai
masing
las dasar ini. Las dasar merupakan mata
kelompok
asal
Las dasar merupakan salah satu mata
atau
dilakukan
pengundian salah satu kelompok untuk
pelajaran
menyajikan hasil diskusi kelompok.
pengelasan. Mata pelajaran las ini diberikan
e) Guru memberikan kuis untuk siswa secara
di
individual.
Adapun
kelas
yang
X.
mendasar
Siswa
dari
dengan
suatu
mengelas
diharapkan dapat menguasai teknik-teknik
kelebihan
dari
model
las dasar. Teknik las dasar ini seperti
pembelajarn tipe Jigsaw adalah sebagai
menyambung tanpa bahan, menyambung
berikut:
dengan bahan tambah, membuat rigi-rigi dan
a) Rasa harga diri yang lebih tinggi
lain sebagainya.
b) Memperbaiki kehadiran;
5
Berikut hasil penelitian yang relevan
Penggunaan model tipe Jigsaw juga
yang dapat meningkatkan keaktifan belajar
sebagian besar murid mampu mengambil
siswa mapaun prestasi belajar siswa:
bagian aktif dalam pelajaran dengan
a) Penelitian yang dilakukan oleh Candra
menjawab pertanyaan selama dan setelah
Damayanti pada tahun 2009 tentang
“Implementasi
Model
pelajaran.
Pembelajaran
d) Penelitian yang dilakukan oleh Sengul dan
Kooperatif Tipe Jigsaw Dalam Rangka
Katranci
Meningkatkan
“Teachingthe
Penguasaan
Konsep
pada
tahun
Subject
2012
tentang
“ Sets”withthe
Ekosistem Siswa Kelas X Di SMA Negeri
DissociationandRe-Association(Jigsaw)”.
2 Karanganyar”.
Hasil penelitian tersebut menyimpulkan
b) Penelitian yang dilakukan oleh Nur
Azizah
tentang
pembelajaran
“Pengaruh
Jigsaw
bahwa penerapan model pembelajaran
metode
terhadap
kooperatif tipe Jigsawsiswa mencatat,
hasil
menikmati
kerjasama
dengan
teman-
belajar mata pelajaran dasar kompetensi
teman mereka, memahami materi lebih
kejuruan di SMK Wongsorejo Gombong”.
baik.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa
penerapan
model
pembelajaran
tipe
C. METODE PENELITIAN
Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar
siswa.
Hasil
diterapkan
belajar
model
siswa
Penelitian ini dilaksanakan di SMK
sebelum
pembelajaran
PGRI 1 Surakarta yang beralamat di Jalan
tipe
Pleret
Utama,
Banyuanyar,
Banjarsari,
Jigsaw mempunyai rata-rata kelas sebesar
Surakarta 57137. Penelitian Tindakan Kelas
62,17
dapat
ini dikhususkan untuk siswa kelas X M2
meningkatkan hasil belajar yaitu nilai
dengan mata pelajaran Las Dasar SMK PGRI
rata-rata kelas menjadi 76,53.
1
setelah
diterapkan
c) Penelitian yang dilakukan oleh Francis
“Using
Surakarta
2014/2015.Penelitian
tahun
ini
pelajaran
dilaksanakan
Jigsaw
selama delapan bulan yakni mulai dari bulan
Technique As An Effective Way Of
November 2014 sampai bulan Juli 2015.
Promoting Cooperative Learning Among
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X
Primary Six Pupils In Fijai”. Hasil
M2 SMK PGRI 1 Surakarta tahun pelajaran
penelitian tersebut bahwa penggunaan
2014/2015 yang berjumlah 22 siswa.Sumber
model pembelajaran Jigsaw siswa secara
data penelitian ini menunjukkan apa saja
alami
minat
yang menjadi fokus penelitian. Penelitian ini
bekerja dengan rekan-rekan mereka dan
memiliki sumber data berupa peristiwa dan
saling
dan
dokumen. Peristiwa ini misalnya pada proses
baik.
kegiatan belajar mengajar. Dokumen ini
Hull
Adamstentang
dapat
belajar
pembelajaran
mengembangkan
satu
sama
menjadi
lain
lebih
6
berhubungan dengan masalah penelitian.
nama siswa dan hasil tes. Uji validitas
Dokumen dapat berupa daftar nama siswa,
instrumen menggunakan validitas konstruk.
hasil tes, silabus, Rencana Pelaksanaan
Validitas
Pembelajaran (RPP), dan foto kegiatan
pengukuran
pembelajaran. Berdasarkan sumber data yang
konstruk dalam suatu teori. Konstruk adalah
digunakan ada dua macam metode yang
bagian variabel yang dapat diukur yaitu
digunakan untuk mengumpulkan data dalam
keaktifan belajar siswa. Validitas konstruk
penelitian ini, yaitu: (1) metode observasi,
merupakan validitas yang dilakukan dengan
(2) metode tes, (3) metode dokumentasi.
melihat
Metode observasi (pengamatan) adalah suatu
variabel. Untuk megetahui prestasi belajar
cara pengumpulan data dimana peneliti atau
siswa menggunakan validasi isi yaitu berupa
orang yang ditugasi melakukan pengamatan
kisi-kisi soal. Dengan menggunakan kisi-kisi
terhadap subjek penelitian tetapi si subjek
soal yang sesuai indikator, selanjutnya dibuat
tidak mamahami bahwa dia sedang diamati.
tes uraian. Pengujian validitas instrumen ini
Observasi
peneliti
dilakukan
untuk
mengamati
konstruk
merupakan
dianggap
kesesuaian
hasil
mencerminkan
konstruksi
menggunakan
indikator
teknik
Expert
peristiwa dan kegiatan di dalam kelas selama
Judgement.Pada penelitian ini menggunakan
proses pembelajaran. Kegiatan yang diamati
analisis data yaitu: (1) analisis data pada
meliputi aktivitas siswa selama kegiatan
keaktifan
pembelajaran. Observasi dilakukan oleh guru
deskriptif kualitatif berdasarkan pada hasil
yang bersangkutan dan rekan peneliti lainnya
observasi dan refleksi, (2) analisis data pada
untuk membantu melakukan pengamatan
tes prestasi belajar menggunakan analisis
agar data yang diperoleh tidak subjektif.
komparatif yaitu membandingkan nilai tes
Metode tes ini digunakan untuk mengetahui
kondisi
prestasi belajar siswa dengan menggunakan
penelitian. Indikator kerja tindakan terhadap
butir
tes
peningkatan keaktifan belajar siswa dan
digunakan untuk megetahui keaktifan belajar
prestasi belajar siswa kelas X M2 Las Dasar
siswa. Metode tes adalah cara pengumpulan
SMK PGRI 1 Surakarta tahun pelajaran
data
2014/2015.
soal
sedangkan
yang
menghadapkan
pertanyaan-pertanyaaan
suruhan
kepada
Dokumentasi
metode
atau
subjek
digunakan
non
sejumlah
suruhan-
belajar
awal
siswa
dengan
menggunakan
nilai
tes
akhir
Indikator kerja dapat dilihat secara
penelitian.
umum
untuk
dengan
membandingkan
tingkat
keberhasilan dari satu siklus ke siklus
mengumpulkan data-data tertentu dengan
berikutnya.
Penelitian
cara mengambil foto-foto, data hasil kerja
rancangan
penelitian
siswa, dan lembar penilaian. Peneliti dengan
Penelitian tindakan kelas merupakan proses
melakukan dokumentasi memperoleh data
pengkajian melalui sistem bersiklus. Setiap
7
ini
menggunakan
tindakan
kelas.
siklus melalui tahap perencanaan tindakan,
oleh
pelaksanaan
Berdasarkan
tindakan,
pengamatan,
dan
guru
dalam
mengajar
pengamatan
sehari-hari.
yang
telah
refleksi. Adapun peneliti bertindak sebagai
dilakukan oleh pengamat keaktifan belajar
pelaksana pembelajaran, pengumpul data,
siswa rendah atau kurang. Siswa terlihat
penganalisis data dan pelapor hasil penelitian
bosan kurang bersemangat pada saat proses
Berikut desain Penelitian Tindakan
pembelajaran berlangsung. Banyak siswa
Kelas dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
yang kurang memperhatikan penjelasan guru.
Prestasi belajar siswa pada prasiklus ini
masih jauh dari indikator keberhasilan yang
telah ditentukan dengan nilai KKM (Kriteria
Ketuntasan Minimum) sebesar 75. Hal ini
disebabkannya siswa kurang aktif dalam
proses pembelajaran sehingga materi sulit
dipahami. Prestasi belajar siswa pada siklus
ini hanya 41% siswa yang nilainya diatas
KKM.
2. Siklus 1
Keaktifan belajar siswa pada siklus ini
sudah semakin baik. Guru menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
Gambar 1. Model Spiral Penelitian
Tindakan Kelas (Ari Kunto, 2009:16)
pada
proses
pembalajaran.
Data
yang
diperoleh hasil penelitian siklus 1 tentang
D. HASIL
PENELITIAN
DAN
keaktifan belajar siswa menggunakan model
PEMBAHASAN
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada
Ditinjau dari hasil setiap siklus selama
penelitian
yang
telah
dilakukan
mata pelajaran las dasar kelas X M2 SMK
dapat
PGRI 1 Surakarta dengan rata-rata persentase
dijelaskan sebagai berikut:
61% siswa yang aktif. Hasil prestasi belajar
1. Prasiklus
siswa pada siklus 1 belum sesuai harapan dan
Banyak
kurang
target, yaitu sebanyak 68% siswa baru
memperhatikan penjelasan guru. Pengamatan
mencapai nilai ketuntasan dimana targetnya
yang telah dilakukan pda prasiklus ini
80% siswa nilai tuntas. Hal ini disebabkan
diperoleh rata-rata keaktifan belajar siswa
kurang maksimalnya proses pembalajaran.
sebesar 40%. Pengambilan data keaktifan
Siswa
belajar
motode
pembelajaran sehingga pemahaman terhadap
pembelajaran ceramah yang biasa digunakan
materi kurang. Siswa kurang aktif bertanya
siswa
siswa
yang
menggunakan
8
kurang
aktif
dalam
proses
kepada
guru
tentang
ma
materi
dilakukan
dala
dalam
yang
disampaikan.
3. Siklus 2
Siklus
2
Perbandingan
ngan Keakt
Keaktifan Belajar Siswa
Tiap Siklus
rangka
perbaikan terhadap kekuranganan-kekurangan
mem
emaksimalkan
9
pembelajaran dengan cara me
memanfaatkan
8
peralatan yang ada, menanyakan
kan materi yang
7
kurang paham. Guru mendorong
ong siswa untuk
6
selalu aktif dalam proses pe
pembelajaran.
5
Termaksimalkannya
pe
pembalajaran
4
dengan model pembelajaran koop
kooperatif tipe
3
Jigsaw ini memperoleh hasil se
sesuai target.
2
Rata-rata keaktifan belajar siswa
swa pada siklus
1
menyampaikan
untuk
proses
77%
59% 73%
10
yang ada pada siklus 1. Guruu be
berulang kali
61%. Prestasi belajar siswa sudah baik yaitu
73%
41%
23%
77%
45%
18%
77% 91%
73%
86%
64%
41%
32%
50%
Siklus 2
40%
73%
64% 73%
36
36%
20%
82%
59%
336%
0%
2 meningkat menjadi 80% yangg sebelumnya
86%
59%
27%
%
86%
84%
77%
60%
Siklus 1
80%
100%
Prasiklus
mengalami peningkatan menjadi
adi 82% siswa
Indikator Keaktifan
an Belajar
B
Siswa
sudah mencapai nilai Kriteria
ia Ketuntasan
1. Memperhatikan
an penjelasan
pe
guru saat
pembelajarann berlangsung.
be
2. Mengajukann pertanyaan
per
kepada guru
tentang materi
ri yang
y
disampaikan oleh
guru.
3. Memberikann pendapat
pend
dalam
pemecahan masalah
mas
asalah terhadap penjelasan
teman.
4. Mendengarkann tanggapan
t
atau pendapat
teman tentang
ng materi
m
pelajaran yang
diberikan olehh guru.
g
5. Mendengarkann pendapat
pe
teman dalam
diskusi satu kelompok
kelom
elompok belajar.
6. Mencatat materi
teri pembelajaran yang
diberikan olehh guru.
g
7. Menggambar saat
sa melakukan usulan
atau presentasi
si di
d depan kelas.
8. Memilih alat untuk
un
digunakan pada saat
melakukann diskusi
diskus kelompok atau
mempresentasikan
mempresentasik
sikan di depan kelas.
9. Memecahkann soal
soa yang diberikan oleh
guru dengann benar.
bena
10. Bersikap tenang
ng tidak ramai sendiri saat
pembelajarann berlangsung.
be
A. SIMPULAN
Minimum (KKM).Keaktifan be
belajar siswa
dapat meningkat kemudian diikut
diikuti dengan
prestasi belajar siswa juga menin
ningkat. Nilai
ulangan siswa menjadi baik dan lebih dari
80% siswa nilainya tuntas di
diatas KKM
(Kriteria Ketuntasan Minimum).
). Penggunaan
pembelajarann tipe Jigsaw terbukt
bukti lebih baik
dari peda metode pembelajara
aran ceramah.
Siswa lebih cepat memahamii m
materi yang
diberikan oleh guru.Lebih jela
elasnya dapat
dilihat pada gambar perbandinga
ngan keaktifan
dan prestasi belajar siswa padaa se
setiap siklus
di bawah ini:
9
Gambar 2. Diagram Perbandingan
P
Prestasi
Belajar
Bel
elajar
meningkat
model
pembelajarankooperatif
pe
kan salah satu model
tipe Jigsaw merupaka
dapat diterapkan dalam
pembelajaran yang dap
Perbandingan Prestasi
Belajar
100%
80%
60%
40%
20%
59%
41%
32%
68%
u; ((2) Jika berkeinginan
suatu kelas tertentu;
swa meningkat model
prestasi belajar siswa
pembelajaran
18%
kooperatif
kooper
tipe
Jigsaw
tu model pembelajaran
merupakan salah satu
an dalam suatu kelas
yang dapat diterapkan
82%
pembelajaran kooperatif
tertentu; (3) model pem
0%
berjalan dengan baik
tipe Jigsaw dapat be
dengan sarana prasarana
apabila didukung denga
CD proyektor dan lainseperti: buku ajar, LCD
Column1
Tidak Tuntas
lain; (4) dalam
belajaran ini guru harus
penerapan model pembe
memperhatikan
Gambar 3. Diagram Perbandinga
Perbandingan
ndingan Prestasi
Belajar
swa
sisw
ketika
mereka
kelompok ( kelompok
melakukan diskusi ke
stikan tidak adanya salah
ahli), hal ini memastika
Hasil analisis dan pembahasa
hasan penelitian
inan dalam kelompok.
satu siswa yang domina
berdasarkan bab IV, maka da
dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut: (1) penerapan
KA
F. DAFTAR PUSTAK
model pembelajaran kooperatif
if tipe Jigsaw
l. ((2013). Using Jigsaw
Adams, Francis Hull.
An Effective Way Of
Technique Ass A
ooperative
Learning
Promoting
Coope
ary Six Pupils In
Among Primary
onal Journal of Education
Fijai.International
ol 1(6): 64-74, diunduh
and Practice. Vol
Januari 2015 pada:
tanggal 10 Ja
kinsight.com/journals/IJ
http://www.pakinsi
EP.htm
belajar siswa
dapat meningkatan keaktifann be
kelas X M2
pada mata pelajaran las dasarr ke
SMK PGRI 1 Surakarta tahun
hun pelajaran
2014/2015,
(2)
apan
penerapa
model
Jigsaw dapat
pembelajaran kooperatif tipe Ji
meningkatan prestasi belajar sisw
swa pada mata
pelajaran las dasar kelas X M2 SMK PGRI 1
Anita, Lie. (2004). Coope
Cooperative Learning:
Mempraktekkan
an C
Cooperative Learning
di Ruang-Ruang
uang Kelas. Jakarta : PT.
Grasindo.
Surakarta tahun pelajaran 2014/2015.
E. SARAN
Adanya
berbagai
batasan
keterbat
Candra, Damayanti.. ((2009). Implementasi
Model Pembelajaran
ajaran Kooperatif Tipe
Jigsaw Dalam R
Rangka Meningkatkan
Penguasaan Konse
onsep Ekosistem Siswa
Kelas X Dii SMA Negeri 2
yang
aka
terdapat dalam penelitian ini, maka
penulis memberikan saran seba
bagai berikut:
(1) jika berkeinginan keaktifann be
belajar siswa
10
Universitas
Syaiful, Sagala. (2006). Konsep dan Makna
Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Daryanto, & Muji Rahardjo. (2012). Model
Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta:
Gava Media.
Yatim, Riyanto. (2012). Paradigma Baru
Pembelajaran.
Jakarta:
Kencana
Prenada Media Goup.
Dian, Permatasari. (2010). Implentasi Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Statika Siswa Kelas X TGB Program
Keahlian Bangunan SMK N 2
Surakarta Tahun Ajran 2009/2010.
Skripsi. Universitas Sebelas Maret.
Yatim, Riyanto. (2012). Paradigma Baru
Pembelajaran.
Jakarta:
Kencana
Prenada Media Goup.
Karanganyar.
Sebelas Maret.
Skripsi.
Hanafiah, & Suhana. (2009). Konsep Strategi
Pembelajaran.
Bandung:
Refika
Aditama.
Nana, Sudjana. (2002). Penilaian Hasil
Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Nur, Azizah. (2013). Pengaruh metode
pembelajaran Jigsaw terhadap hasil
belajar
mata
pelajaran
dasar
kompetensi
kejuruan
di
SMK
Wongsorejo
Gombong.
Skripsi.
Universitas
Negeri
Yogyakarta,
diunduh tanggal 8 Junuari 2015 pada
http://eprints.uny.ac.id/10164/1/JURN
AL%20PENELITIAN.pdf
Rusman.
(2012).
Model-Model
Pembelajaran.
Jakarta:
PT
RajaGrafindo Persada.
Sengul, & Katranci. (2012). Teachingthe
Subject
“ Sets”withthe
DissociationandReAssociation(Jigsaw).
InternationalOnlineJournal
ofEducational Sciences. Vol 4(1): 1-18,
diunduh tanggal 10 Januari 2015 pada
http://www.iojes.net//userfiles/Article/I
OJES_585.pdf
11