Laporan Praktik Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang
optimal bagi masyarakat. Upaya kesehatan diselenggarakan dengan pendekatan
pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif),
penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif), yang
dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan. Konsep
kesatuan ini menjadi pedoman dan pegangan bagi semua fasilitas kesehatan di
Indonesia termasuk rumah sakit. Rumah sakit yang merupakan salah satu dari
sarana kesehatan, merupakan rujukan pelayanan kesehatan dengan fungsi utama
menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat penyembuhan dan pemulihan
bagi pasien (Depkes RI, 2004).
Penyelenggaraan upaya kesehatan di rumah sakit tentunya tidak terlepas
dari
peran
sumber
daya
manusia
yang
masing-masing
memiliki
keahliaan/profesionalisme berbeda. Perbedaan keahlian/profesi ini diharapkan
akan saling mendukung untuk memberikan pelayanan kesehatan yang baik di
rumah sakit. Salah satu bagian yang berwenang untuk menyelenggarakan
pelayanan kesehatan di rumah sakit adalah Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS).
Kegiatan yang dilakukan oleh IFRS meliputi pengelolaan perbekalan farmasi
seperti
pemilihan,
perencanaan,
pengadaan,
memproduksi,
penerimaan,
penyimpanan, dan pendistribusian, serta pelayanan kefarmasian yang terkait
dalam penggunaan obat dan alat kesehatan. Untuk memaksimalkan pelayanan
kesehatan di rumah sakit, sangat diperlukan profesionalisme apoteker. Sebagai
salah satu tenaga kesehatan, apoteker bertanggung jawab dalam menjamin
penggunaan obat yang rasional, efektif, aman, dan terjangkau oleh pasien dengan
menerapkan pengetahuan, keterampilan, dan bekerja sama dengan tenaga
kesehatan lainnya (Siregar, 2004).
Apoteker merupakan tenaga kesehatan yang memiliki dasar pendidikan
dan keterampilan di bidang farmasi serta diberi wewenang dan tanggung jawab
untuk melaksanakan pekerjaan kefarmasian. Seiring perkembangan zaman,
profesionalisme apoteker semakin diperlukan, karena pekerjaan kefarmasian tidak
lagi berorientasi pada produk semata (product oriented), tetapi cenderung
berorientasi pada pasien (patient oriented). Perubahan orientasi pekerjaan tersebut
menuntut apoteker untuk memiliki pengetahuan yang luas dalam melaksanakan
pelayanan kefarmasian, baik pengelolaan perbekalan farmasi maupun pelayanan
farmasi klinik.
Hal tersebut diperjelas dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1197/MenKes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit, yang
menyebutkan bahwa pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak
terpisahkan dari sistem pelayanan rumah sakit yang utuh dan berorientasi kepada
pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi
klinik yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat. Sehingga peran apoteker
berubah dari peracik obat (compounder) dan suplier sediaan farmasi ke arah
pemberi pelayanan dan informasi dan akhirnya berubah lagi sebagai pemberi
kepedulian pada pasien dengan tanggung jawab untuk memberikan obat yang
layak, lebih efektif dan seaman mungkin serta memuaskan pasien, dimana
apoteker dapat memberikan kontribusi yang berdampak pada pengobatan serta
kualitas hidup pasien (ISFI, 2007).
Dalam upaya meningkatkan wawasan, pengetahuan, keterampilan, dan
kemampuan bekerja sama dengan tenaga kesehatan lainnya di rumah sakit, maka
Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara menyelenggarakan Praktik Kerja
Profesi (PKP) bagi mahasiswa Program Pendidikan Profesi Apoteker, yang
bekerja sama dengan Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan.
1.2 Tujuan
Tujuan dilaksanakannya Praktik Kerja Profesi (PKP) di Rumah Sakit
adalah untuk memahami peran apoteker di rumah sakit dalam menunjang
pelayanan kesehatan kepada pasien di rumah sakit.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang
optimal bagi masyarakat. Upaya kesehatan diselenggarakan dengan pendekatan
pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif),
penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif), yang
dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan. Konsep
kesatuan ini menjadi pedoman dan pegangan bagi semua fasilitas kesehatan di
Indonesia termasuk rumah sakit. Rumah sakit yang merupakan salah satu dari
sarana kesehatan, merupakan rujukan pelayanan kesehatan dengan fungsi utama
menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat penyembuhan dan pemulihan
bagi pasien (Depkes RI, 2004).
Penyelenggaraan upaya kesehatan di rumah sakit tentunya tidak terlepas
dari
peran
sumber
daya
manusia
yang
masing-masing
memiliki
keahliaan/profesionalisme berbeda. Perbedaan keahlian/profesi ini diharapkan
akan saling mendukung untuk memberikan pelayanan kesehatan yang baik di
rumah sakit. Salah satu bagian yang berwenang untuk menyelenggarakan
pelayanan kesehatan di rumah sakit adalah Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS).
Kegiatan yang dilakukan oleh IFRS meliputi pengelolaan perbekalan farmasi
seperti
pemilihan,
perencanaan,
pengadaan,
memproduksi,
penerimaan,
penyimpanan, dan pendistribusian, serta pelayanan kefarmasian yang terkait
dalam penggunaan obat dan alat kesehatan. Untuk memaksimalkan pelayanan
kesehatan di rumah sakit, sangat diperlukan profesionalisme apoteker. Sebagai
salah satu tenaga kesehatan, apoteker bertanggung jawab dalam menjamin
penggunaan obat yang rasional, efektif, aman, dan terjangkau oleh pasien dengan
menerapkan pengetahuan, keterampilan, dan bekerja sama dengan tenaga
kesehatan lainnya (Siregar, 2004).
Apoteker merupakan tenaga kesehatan yang memiliki dasar pendidikan
dan keterampilan di bidang farmasi serta diberi wewenang dan tanggung jawab
untuk melaksanakan pekerjaan kefarmasian. Seiring perkembangan zaman,
profesionalisme apoteker semakin diperlukan, karena pekerjaan kefarmasian tidak
lagi berorientasi pada produk semata (product oriented), tetapi cenderung
berorientasi pada pasien (patient oriented). Perubahan orientasi pekerjaan tersebut
menuntut apoteker untuk memiliki pengetahuan yang luas dalam melaksanakan
pelayanan kefarmasian, baik pengelolaan perbekalan farmasi maupun pelayanan
farmasi klinik.
Hal tersebut diperjelas dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1197/MenKes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit, yang
menyebutkan bahwa pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak
terpisahkan dari sistem pelayanan rumah sakit yang utuh dan berorientasi kepada
pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi
klinik yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat. Sehingga peran apoteker
berubah dari peracik obat (compounder) dan suplier sediaan farmasi ke arah
pemberi pelayanan dan informasi dan akhirnya berubah lagi sebagai pemberi
kepedulian pada pasien dengan tanggung jawab untuk memberikan obat yang
layak, lebih efektif dan seaman mungkin serta memuaskan pasien, dimana
apoteker dapat memberikan kontribusi yang berdampak pada pengobatan serta
kualitas hidup pasien (ISFI, 2007).
Dalam upaya meningkatkan wawasan, pengetahuan, keterampilan, dan
kemampuan bekerja sama dengan tenaga kesehatan lainnya di rumah sakit, maka
Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara menyelenggarakan Praktik Kerja
Profesi (PKP) bagi mahasiswa Program Pendidikan Profesi Apoteker, yang
bekerja sama dengan Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan.
1.2 Tujuan
Tujuan dilaksanakannya Praktik Kerja Profesi (PKP) di Rumah Sakit
adalah untuk memahami peran apoteker di rumah sakit dalam menunjang
pelayanan kesehatan kepada pasien di rumah sakit.