Laporan Praktek Kerja Profesi Apotek Kimia Farma 160 Medan

(1)

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

APOTEK KIMIA FARMA 160 MEDAN

Widya Hartila, S. Farm. 073202106

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEK KIMIA FARMA 160 MEDAN

Disusun Oleh: Widya Hartila, S. Farm.

073202106

Disetujui Oleh: Pembimbing,

Hendra Farma Johar, M.Si., Apt. Apoteker Pengelola Apotek

Kimia Farma 160 Medan

Disahkan Oleh : Dekan Fakultas Farmasi,

Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt. NIP 131 283 716


(3)

KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan Praktek Kerja Profesi dan penyusunan Laporan Praktek Kerja Profesi di Apotek Kimia Farma 160 Medan.

Praktek Kerja Profesi ini merupakan salah satu program pendidikan di tingkat Apoteker Fakultas Farmasi USU Medan dalam menyelesaikan studinya. Praktek Kerja Profesi ini dapat selesai dari bantuan berbagai pihak. Penulis mengucapkan penghargaan dan terima kasih yang tak terhingga atas segala bimbingan dan arahan selama melakukan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Kimia Farma 160 Medan. Penghargaan ini dipersembahkan kepada :

1. Bapak Hendra Farma Johar, M.Si., Apt., selaku Manager Bisnis PT. Kimia Farma Apotek Medan dan pembimbing, yang telah berkenan memberikan fasilitas kepada penulis untuk melaksanakan Praktek Kerja Profesi dan telah membimbing penulis dalam menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Profesi di Apotek Kimia Farma 160 Medan, serta seluruh staf karyawan Apotek Kimia Farma 160 Medan yang telah memberi petunjuk dan bantuan selama melaksanakan Praktek Kerja Profesi.

2. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi USU Medan dan Bapak Drs. Wiryanto, MS., Apt. selaku koordinator Program Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi USU Medan yang telah memberikan fasilitas dan sarana kepada penulis untuk melaksanakan Praktek Kerja Profesi.


(4)

3. Ayahanda Drs. H. Bachtiar Helmi dan Ibunda Hj. Harwati, yang telah memberikan limpahan do’a dan semangat kepada penulis.

Akhir kata, penulis berharap semoga Tuhan membalas budi baik Bapak dan Ibu, serta laporan ini dapat menjadi kontribusi yang bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya di bidang farmasi.

Medan, Juli 2008


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... i

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI... iv

DAFTAR TABEL ... vi

RINGKASAN ... vii

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan ... 2

II TINJAUAN UMUM APOTEK... 3

2.1 Apotek ... 3

2.2 Manajemen... 4

2.3 Titik Impas/Break Even Point (BEP)... 5

2.4 Manajemen Keuangan... 6

2.5 Sumber Daya Manusia ... 7

2.6 Perpajakan ... 7

2.6.1 Pajak Penghasilan (PPh) ... 8

2.6.2 Pajak Pertambahan Nilai (PPN) ... 8

III KIMIA FARMA ... 10

3.1 Sejarah Kimia Farma ... 10


(6)

3.2.1 Holding... 10

3.2.2 Pabrik (Industri Farmasi) ... 12

3.2.3 Laboratorium Klinik dan Klinik Kesehatan... 13

3.2.4 Anak Perusahaan... 14

3.2.4.1 PT. Kimia Farma Trading and Distribution ... 14

3.2.4.2 PT. Kimia Farma Apotek ... 16

3.3 Store Manager Apotek Kimia Farma ... 17

3.4 Apotek kimia Farma 160 Setia Budi Medan... 18

3.4.1 Sejarah dan lokasi ... 18

3.4.2 Pengadaan perbekalan farmasi dan kelengkapan produk... 18

3.4.2.1 Pembuatan buku defecta ... 18

3.4.2.2 Perencanaan pembelian... 19

3.4.2.3 Prosedur pembelian... 19

3.4.2.4 Prosedur penerimaan barang ... 19

3.4.2.5 Penyimpanan ... 20

3.5 Pelayanan ... 20

3.5.1 Kecepatan pelayanan... 21

IV DESAIN DAN TATA RUANG APOTEK ... 22

4.1 Rancangan Apotek ... 22

4.2 Pengaturan Rancangan ... 23

4.3 Alokasi/Pemberian Tempat... 24

4.4 Pengaturan Tiap Produk... 27

4.5 Penyajian Baranga Dagangan (Merchandising)... 28


(7)

5.1 Pelayanan Resep ... 34

5.2 Pelayanan Swamedikasi ... 50

VI PEMBAHASAN ... 57

VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 60

7.1 Kesimpulan ... 60

7.2 Saran... 61


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Spesialite Obat Untuk Pasien Nona Desy ... 35

2 Spesialite Obat Untuk Pasien Siti Aminah ... 39

3 Spesialite Obat Untuk Pasien Sri Wulan... 42

4 Spesialite Obat Untuk Pasien Ny. Nurminda... 45

5 Spesialite Obat Untuk Pasien Ny. Juwita... 48

6 Spesialite Obat Dari Kasus Demam pada Anak... 50

7 Spesialite Obat Dari Kasus Muka Berjerawat... 50

8 Spesialite Obat Dari Kasus Nyeri Haid... 51

9 Spesialite Obat Dari Kasus Gatal-gatal Biang Keringat ... 52

10 Spesialite Obat Dari Kasus Makanan Pelengkap Bayi ... 53

11 Spesialite Obat Dari Kasus Asma ... 53

12 Spesialite Obat Dari Kasus Muntah Dalam Perjalanan... 54

13 Spesialite Obat Dari Kasus Nyeri Pinggang dan Punggung ... 55

14 Spesialite Obat Dari Kasus Sakit kepala... 55


(9)

RINGKASAN

Dalam rangka meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dari aspek manajemen dan tekhnis kefarmasian, telah dilakukan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Kimia Farma 160 Setia Budi Medan. Praktek Kerja Profesi Apoteker ini dilaksanakan dari yanggal 14 April 2008 sampai dengan 12 Mei 2008 dengan jumlah jam efektif 7 jam/hari dari hari Senin – Sabtu.

Kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Kimia Farma 160 Setia Budi Medan ini meliputi pelayanan obat atas resep dan swamedikasi, penerimaan barang, pengecekan jumlah obat melalui kartu stok dan stok opname, diskusi dengan pembimbing, serta pelaksanaan tugas khusus.


(10)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan yang dilakukan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat. Dalam upaya kesehatan ini diperlukan sumber daya kesehatan, yaitu tenaga kesehatan, sarana kesehatan, perbekalan kesehatan, pembiayaan kesehatan, pengolahan kesehatan, serta penelitian dan pengembangan kesehatan. Apoteker merupakan satu-satunya profesi yang diberi wewenang untuk mengatur, mengawasi dan melaksanakan segala sesuatu yang berkaitan dengan pekerjaan kefarmasian. Hal ini seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Kesehatan nomor 23/1992 dan Permenkes nomor 244/Menkes/SK/V/1990 serta Permenkes nomor 1332/Menkes/SK/X/2002.

Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang pelayanan kefarmasian di apotek, dinyatakan bahwa pelayanan kefarmasian pada saat ini telah mengacu pada pelayanan kefarmasian (pharmaceutical care). Kegiatan pelayanan kefarmasian yang semula hanya berfokus kepada pengelolaan obat sebagai komoditi menjadi pelayanan yang komprehensif yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup dari pasien.

Sebagai konsekuensi perubahan orientasi tersebut, apoteker dituntut untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan perilaku untuk dapat melaksanakan interaksi langsung dengan pasien. Seorang apoteker tidak hanya dituntut dari segi


(11)

teknis kefarmasian saja, tetapi juga harus memiliki keahlian manajemen. Apoteker Pengelola Apotek (APA) mempunyai tanggung jawab untuk menyeimbangkan dua fungsi tersebut demi terpeliharanya martabat dan tradisi luhur profesi farmasi.

Dengan melaksanakan aspek manajemen dan teknis kefarmasian berdasarkan standar pelayanan kefarmasian diharapkan apotek mampu menanggulangi berbagai tantangan dan permasalahan yang dihadapi dalam menjalankan tugas dan fungsi apotek.

1.2 Tujuan

Tujuan dari praktek kerja profesi di apotek Kimia Farma ini adalah untuk melengkapi pengetahuan yang telah kami peroleh selama menjalani kuliah sehingga dapat digunakan sebagai bekal pengabdian profesi dalam pengelolaan apotek. Dengan melaksanakan praktek kerja profesi di apotek ini, kami akan mendapatkan gambaran yang sebenarnya dalam melaksanakan/menjalankan tugas dan fungsi apotek.

Pada laporan latihan kerja profesi di apotek Kimia Farma 160 Setia Budi Medan ini akan dibahas manajemen apotek, tugas khusus mengenai merchandise apotik dan pelayanan kefarmasian berdasarkan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, serta dilampirkan hasil pengamatan terhadap 5 lembar resep dan 10 kasus swamedikasi.


(12)

BAB II

TINJAUAN UMUM APOTEK 2.1Apotek

Menurut Kepmenkes RI No 1332/Menkes/Sk/X/2002 tentang Perubahan Permenkes No. 922/Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran perbekalan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat.

Jadi apotek adalah suatu jenis bisnis eceran (retail) yang komoditasnya (barang yang diperdagangkan) terdiri dari perbekalan farmasi (obat dan bahan obat) dan perbekalan kesehatan (alat kesehatan).

Bisnis eceran (retail) sendiri menurut Kamus Ekonomi Edisi kedua memiliki pengertian sebagai bisnis yang menyediakan satu jenis produk tertentu atau produk yang berbeda yang di jual kepada pemakai akhir (konsumen).

Sebagai perantara, apotek dalam mendistribusikan perbekalan farmasi dan perbekalan kesehatan dari pemasok kepada konsumen, memiliki 5 fungsi kegiatan yaitu kegiatan :

1. Pembelian 2. Gudang

3. Pelayanan dan Penjualan 4. Keuangan


(13)

Sehingga agar dapat dikelola dengan baik, maka seorang Apoteker Pengelola Apotek (APA), disamping ilmu kefarmasian yang telah dikuasai, juga diperlukan ilmu lainnya seperti ilmu pemasaran (marketing) dan ilmu akuntansi (accounting). Dalam mengelola sebuah apotek, berlaku juga cara mengelola fungsi-fungsi manajemen dalam menyusun rencana kerja (planning) untuk mencapai suatu tujuan. Karena untuk melaksanakan rencana kerja tidak mungkin dilakukan oleh satu fungsi, maka organisasi (apotek) membagi-bagi pekerjaan (organisation) yang ada di apotek dengan tugas, wewenang dan tanggung jawab pada setiap fungsi. Kemudian masing-masing fungsi melaksanakan rencana kerja (actuating) sesuai dengan fungsi pekerjaan dan sasaran yang akan dicapai. Umumnya fungsi pengawasan (controlling) dilakukan oleh fungsi pencatatan (accounting).

2.2. Manajemen

Manajemen dapat diartikan sebagai salah satu usaha atau kegiatan yang dilaksanakan secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan menggunakan bantuan orang lain. Manajemen merupakan suatu proses kegiatan yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan dengan memadukan penggunaan ilmu dan seni untuk mencapai tujuan organisasi. Manajemen yang baik akan memberikan hasil yang memuaskan sesuai harapan.

Apoteker sebagai seorang pengelola apotek harus memiliki kemampuan manajemen dalam 4 hal yaitu:


(14)

Fungsi ini meliputi penyusunan program kerja. Tanpa program atau perencanaan yang baik tidak akan tercapai tujuan yang diharapkan. Perencanaan yang baik harus berdasarkan fakta, oleh karena itu harus dilengkapi dengan menyusun jadwal waktu dan pembiayaan.

2. Pengorganisasian (organizing)

Fungsi ini meliputi aktivitas dalam penentuan dan perhitungan kegiatan. Kemampuan mengorganisir meliputi uraian fungsi dan tugas, wewenang dan tanggung jawab, agar dapat mengetahui kegiatan apa saja yang akan dilakukan dan tipe orang yang bagaimana yang dapat melakukan fungsi kegiatan tersebut sehingga apotek dapat beroperasional sesuai rencana.

3. Pelaksanaan (actuating)

Fungsi ini meliputi pelaksanaan program kerja sesuai dengan tugas, wewenang dan tanggung jawab pekerjaannya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam hal ini diperlukan bakat kepemimpinan sehingga dapat mengaktifkan semua karyawan untuk bekerja sesuai dengan bidangnya. 4. Pengawasan (controlling)

Semua fungsi diatas tidak akan berjalan secara efektif tanpa adanya pengawasan, yang merupakan pengendalian terhadap pelaksanaan sistem operasional. Fungsi utama dari pengawasan adalah memastikan apakah semua sudah berjalan dengan memuaskan sesuai dengan arah tujuan.

2.3. Titik Impas/Break Even Point (BEP)

Break Even Point (BEP) adalah suatu titik yang menggambarkan bahwa keadaan kinerja usaha berada pada posisi yang tidak memperoleh keuntungan dan


(15)

juga tidak mengalami kerugian. BEP merupakan suatu alat analisis yang digunakan untuk mnegetaui hubungan antara variable pendapatan, biaya, dan keuntungan yang dihasilkan perusahaan pada suatu periode tertentu.

Apotek dikatakan Break-even apabila didalam laporan perhitungan laba ruginya pada periode tertentu, apotek tersebut tidak memperoleh laba dan juga tidak menderita kerugian. Dari analisa BEP, maka dapat diketahui pada volume (jumlah) penjualan berapakah perusahaan yang bersangkutan tidak menderita kerugian dan tidak memperoleh keuntungan.

Dalam menghitung penjualan pada BEP dapat menggunakan beberapa rumus sebagai berikut:

BEP (Rp) =

p v F − 1 Keterangan:

F = Biaya tetap V = Biaya variable P = Penjualan

Jadi, apabila diketahui jumlah biaya tetap, jumlah biaya variable serta penjualan maka penjualan BEP dapat diketahui.

2.4. Manajemen Keuangan

Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi keuangan yang penting yang dapat digunakan oleh berbagai pihak sesuai dengan kepentingannya masing-masing. Pembukuan adalah sistem pencatatan dan pengikhtisaran


(16)

transaksi dagang dan keuangan serta penganalisaan, pembuktian dan pembuatan laporan.

Laporan keuangan pada hakekatnya adalah berfungsi sebagai pemberi informasi kepada pengelola mengenai perubahan-perubahan yang terjadi pada unsur-unsur kekayaan yang dimiliki, dari kondisi neraca pada aawal kegiatan perusahaan, sebagai akibat adanya kegiatan transaksi jual beli barang atau jasa selama pada kurun waktu tertentu.

2.5. Sumber Daya Manusia

Sumber Daya Manusia (SDM) dianggap sebagai aset termahal suatu perusahaan. Perusahaan memang akan semakin bergantung dengan kemampuan SDM-nya. Bahkan, sebagus apapun lokasi yang dimiliki, tidak akan menjamin bila perusahaan tidak didukung oleh SDM yang kuat. Jadi, kini SDM bukan sekedar aset, tapi juga pelan-pelan akan menjadi aset termahal, sekaligus juga yang terpenting.

Rekrutmen karyawan merupakan gerbang awal yang menentukan bagaimana selanjutnya mengelola SDM yang baik dan kemudian mempertahankannya. Untuk dapat mengelola SDM yang baik maka perlu dilakukan pelatihan dan pengembangan SDM.

2.6. Perpajakan

Apotek merupakan suatu jenis bisnis eceran yang melakukan transaksi jual beli perbekalan farmasi secara langsung kepada konsumen atau pengguna akhir. Mengingat dalam transaksi jual beli farmasi bertujuan untuk memperoleh laba,


(17)

menggaji karyawan, menggunakan gedung, sarana transportasi, memasang papan nama, maka di apotek tredapat beberapa jenis pajak yang harus disetorkan ke kas negara.

Pajak adalah suatu kewajiban setiap warga negara untuk menyerahkan sebagian dari kekayaannya atau penghasilannya kepada negara menurut Peraturan Perundang-Undangan yang ditetapkan oleh pemerintah dan dipergunakan untuk kepentingan masyarakat.

Jenis-jenis pajak yang harus disetorkan ke kas negara antara lain, yaitu: 1. Pajak yang dipungut oleh negara (Pemerintah Pusat) yaitu:

- Pajak Penghasilan (PPh)

- Pajak Pertambahan Nilai (PPN) - Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) 2. Pajak yang dipungut oleh daerah, yaitu

- Pajak reklame/iklan (papan nama apotek) - Surat Keterangan Tempat Izin Usaha (SKTIU)

2.6.1. Pajak Penghasilan (PPh)

PPh pasal 21 adalah pajak atas gaji/upah/honorarium, imbalan jasa dan lainnya yang dibayarkan kepada orang pribadi, terhutang oleh pemberi kerja (majikan, bendaharawan pemerintah, perusahaan dan lain-lain) sehubungan dengan pekerjaan, jabatan dan hubungan kerja lainnya yang dilakukan di Indonesia.

2.6.2. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

Menurut Undang-Undang PPN 1994 tarif PPN secara umum adalah 10% untuk semua barang yang kena pajak. PPN yang disetorkan ke kas negara oleh


(18)

pengusaha kena pajak merupakan selisih dari Pajak Pertambahan Nilai dari pajak masukan dan pajak keluaran. Dimana pajak masukan adalah pajak pertambahan nilai yang dibayar oleh pengusaha kena pajak karena perolehan barang kena pajak dan atau jasa kena pajak.


(19)

BAB III KIMIA FARMA

3.1 Sejarah Kimia Farma

Kimia Farma merupakan pioneer dalam industri farmasi Indonesia. Cikal bakal perusahaan dapat dirunut balik ke tahun 1917, ketika NV Chemicalien Handle Rathkamp & Co, perusahaan farmasi pertama di Hindia Timur didirikan. Sejalan dengan kebijakan nasionalisasi bekas perusahaan-perusahaan Belanda, pada tahun 1958 pemerintah melebur sejumlah perusahaan farmasi menjadi Bhinneka Kimia Farma (PNF). Selanjutnya pada tanggal 16 Agustus 1971, bentuk hukumnya diubah menjadi Perseroan Terbatas (PT), menjadi PT. Kimia Farma (Persero). Sejak tanggal 4 juli 2001, Kimia Farma tercatat sebagai perusahaan publik di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya.

Berbekal tradisi industri yang panjang selama lebih dari 187 tahun dan nama yang identik dengan mutu, saat ini Kimia Farma telah berkembang menjadi sebuah perusahaan pelayanan kesehatan utama di Indonesia yang kian memainkan peranan penting dalam pengembangan dan pembangunan bangsa dan masyarakat.

3.2 Bisnis Kimia Farma 3.2.1 Holding

PT. Kimia Farma Tbk dibentuk pada tanggal 16 Agustus 1971 dengan jalur usaha pelayanan kesehatan. Sebagai perusahaan publik sekaligus Badan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Kimia Farma berkomitment penuh untuk melaksanakan tata kelola perusahaan yang baik sebagai suatu kebutuhan sekaligus


(20)

kewajiban sebagaimana diamanatkan Undang-Undang No. 19/2003 tentang BUMN.

PT. Kimia Farma Tbk., merupakan sebuah perusahaan pelayanan kesehatan yang terintegrasi, bergerak dari hulu ke hilir yaitu: industri, marketing, ritel, laboratorium klinik dan klinik kesehatan.

Budaya perusahaan ini mengandung tiga nilai utama :

1. Profesionalisme

Profesionalisme merupakan nilai intelektual yang terwujud dalam bekerja lebih giat, cerdik dan kreatif serta jeli mengamati dan memanfaatkan peluang bisnis. Senantiasa meningkatkan pengetahuan dan keterampilan untuk diterapkan secara profesional dalam melaksanakan tugas menjadi komitmen untuk mencapai hasil tersebut.

2. Integritas

Totalitas dalam berkarya adalah budaya kerja kami, integritas merupakan nilai spiritual yang mempunyai makna kepercayaan, menekankan integritas sebagai landasan utama dalam menerapkan totalitas kerja dengan didukung ketulusan hati dan semangat untuk mempersembahkan yang terbaik bagi kesehatan masyarakat.

3. Kerja Sama

Kerja sama merupakan nilai emosional yang melandasi semangat kerja sama melalui keterbukaan dan kepercayaan, serta mensinergikan kemampuan tiap individu untuk saling melengkapi dalam membangun tim yang tangguh untuk mencapai sukses.


(21)

3.2.2 Pabrik (Industri Farmasi)

Dengan dukungan kuat Riset & Pengembangan, segmen usaha yang dikelola oleh perusahaan induk ini memproduksi obat jadi dan obat tradisional, yodium, kina dan produk-produk turunannya, serta minyak nabati. Lima fasilitas produksi yang tersebar di kota-kota besar di Indonesia merupakan tulang punggung dari segmen industri.

Plant Jakarta memproduksi sediaan tablet, tablet salut, kapsul, sirop kering, suspensi/sirop, tetes mata, krim, antibiotika dan injeksi. Unit ini merupakan satu-satunya pabrik obat di Indonesia yang mendapat tugas dari pemerintah untuk memproduksi obat golongan narkotika. Industri formulasi ini telah memperoleh sertifikat, yaitu: Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dan ISO-9001.

Plant Bandung memproduksi bahan baku kina dan turunan-turunanya, rifampisin, obat asli indonesia dan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR). Unit produksi ini telah mendapat US-FDA Approval. Selain itu, Plant Bandung juga memproduksi tablet, sirop, serbuk, dan produk kontrasepsi Pil Keluarga Berencana. Unit produksi ini telah menerima sertifikat Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dan ISO-9002.

Plant Semarang mengkhususkan diri pada minyak jarak, minyak nabati (bedak). Untuk menjamin kualitas produksi, unit ini secara konsisten menerapkan sistem manajemen mutu ISO-9001 serta telah memperoleh sertifikat Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dan US-FDA Approval.

Plant Watudakon di Jawa Timur merupakan satu-satunya pabrik yang mengolah tambang yodium di Indonesia. Unit ini memproduksi yodium dan


(22)

garam-garamnya, bahan baku ferro sulfat sebagai bahan utama pembuatan tablet besi untuk obat tambah darah, dan kapsul lunak ”Yodiol” yang merupakan obat pilihan untuk pencegahan gondok. Plant Watudakon juga mempunyai fasilitas produksi formulasi seperti tablet, tablet salut, kapsul lunak, salep, sirop, dan cairan obat luar/dalam. Unit ini telah memperoleh sertifikat Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB), ISO-9002 dan ISO-14001.

Plant Tanjung Morawa di Medan, Sumatera Utara, dikhususkan untuk memasok kebutuhan obat di wilayah sumatera. Produk yang dihasilkan oleh pabrik yang telah memperoleh sertifikat Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB), ISO-4002 dan ISO-14001 ini meliputi tablet, krim, kapsul lunak, salep, sirop dan cairan obat luar/dalam.

3.2.3 Laboratorium Klinik dan Klinik Kesehatan

Sejak tahun 2004, Kimia Farma mencanangkan perubahan arah bisnis dari perusahaan farmasi menjadi perusahaan pelayanaan kesehatan. Perubahan paradigma ini untuk mengantisipasi munculnya kesadaran baru di masyarakat, dari mengobati penyakit dan mengelola penyakit menjadi mencegah penyakit dan mengelola kesehatan. Oleh sebab itu, Kimia Farma melakukan pengembangan usaha baru yang meliputi Laboratorium Klinik dan Klinik Kesehatan.

Menangkap peluang dari meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya arti kesehatan, pembentukan unit usaha baru ini terutama ditujukan untuk memberikan layanan pemeriksaan Laboratorium Klinik dan Pemeriksaan Mikrobiologi Industri. Layanan yang diberikan, yaitu: Pemeriksaan Atas Permintaan Sendiri (APS), Pemeriksaan Atas Permintaan Dokter (APD), Medical Check Up, pemeriksaan mikrobiologi industri dan pemeriksaan rujukan.


(23)

Sebagai salah satu upaya mewujudkan visi perusahaan menjadi Healthcare Company, maka Kimia Farma merintis infrastruktur bisnisnya memasuki usaha jaringan penyedia layanan kesehatan (klinik kesehatan) yang terpadu dan terintegrasi dengan membangun sistem informasi yang mendukung.

Klinik Kesehatan Kimia Farma dengan konsep one stop healthcare services menyediakan layanan klinik dokter yang didukung dengan layanan pemeriksan kesehatan (laboratorium), layanan farmasi (apotek) dan layanan pendukung lainnya.

Jasa layanan kesehatan yang akan diberikan meliputi konsultasi, pemeriksaan kesehatan dan pengobatan layanan medical check up dan untuk perorangan dan perusahaan, serta perencanaan administrasi pelayanan kesehatan dan pengelolaan medical record untuk karyawan. Layanan tersebut diatas juga akan diupgrade sesuai dangan kebutuhan konsumen melalui layanan care service. Klinik Kimia Farma ke depan dihadirkan oleh perusahaan sebagai suatu solusi total kesehatan.

3.2.4 Anak Perusahaan

3.2.4.1PT. Kimia Farma Trading and Distribution

Dibentuk pada tanggal 4 Januari 2003, dengan jalur usaha distribusi obat dan alat kesehatan. PT. Kimia Farma Trading & Distribution, sebagai anak perusahaan dari PT. Kimia Farma (persero) Tbk. Kimia Farma Trading & Distribution (KFTD) sebelumnya merupakan divisi yang bergerak di bidang yang sama, yaitu perdagangan dan distribusi. Oleh karena itu pengalamannya bukan baru satu tahun, tetapi sama dengan umur PT. Kimia Farma (Persero) Tbk sendiri. Hampir sepanjang sejarahnya sejak sebagai Divisi PBF, perusahaan lebih


(24)

menonjol dalam bidang perdagangan, terlihat dari data tahun ke tahun, komposisi penjualan kepada institusi baik melalui tender atau langsung, lebih dominan daripada penjualan reguler, yang mencerminkan kepada bisnis distribusi.

Di masa yang lalu, divisi/SBU PBF ini terfokus lebih banyak menyalurkan atau menjadi keagenan dari produk perusahaan induk, yaitu produk Kimia Farma sebagai satu satunya prinsipal. Setelah lahir menjadi anak perusahaan, serta melihat kondisi ke depan, perusahaan telah bertekad untuk merubah visi, tidak lagi hanya menyalurkan produk dari perusahaan induk, tetapi akan menyalurkan produk-produk prinsipal lain. Oleh karena itu, perusahaan telah merubah visinya akan menjadi perusahaan distributor pilihan utama bagi prinsipal. Visi ini mengandung arti ke depan perusahaan akan lebih fokus kepada penjualan reguler, tanpa meninggalkan penjualan kepada institusi/tender dan menjadi perusahaan distribusi multi prinsipal.

Jalur Usaha :

1. Jasa pelayanan distribusi produk Prinsipal Kimia Farma dan prinsipal Non Kimia Farma serta Non Prinsipal terdiri dari: Consumer Health Product (OTC Chemical, OTC Herbal, kosmetik, body care, food supplement), ethical, generik, lisensi, narkotika, kontrasepsi, bahan baku, alat kesehatan dan consumer goods.

2. Jasa Perdagangan atau Trading.

PT. Kimia Farma Trading & Distribution memiliki 41 cabang yang mendistribusikan obat-obatan dan alat-alat kesehatan, baik yang diproduksi sendiri maupun yang diproduksi oleh pihak ketiga. Operasionalnya didukung dengan fasilitas pergudangan yang besar dan peralatan yang efisien serta armada


(25)

transportasi yang terintegrasi dengan sistem informasi untuk mendukung kelancaran pengiriman barang ke seluruh Indonesia.

3.2.4.2 PT. Kimia Farma Apotek

Dibentuk pada tanggal 4 Januari 2003 dengan jalur usaha Farmasi. PT. Kimia Farma Apotek mengelola sebanyak 323 Apotek yang tersebar di seluruh tanah air, yang memimpin pasar di bidang perapotekan dengan penguasaan pasar sebesar 19% dari total penjualan apotek di seluruh Indonesia.

Apotek kimia Farma melayani penjualan langsung dan melayani resep dokter dan menyediakan pelayanan lain, misalnya praktek dokter, optik, dan pelayanan OTC (swalayan) serta pusat pelayanan informasi obat. Apotek Kimia Farma dipimpin oleh tenaga Apoteker yang bekerja full timer sehingga dapat melayani informasi obat dengan baik.

Penambahan jumlah apotek merupakan bagian dari strategi perusahaan dalam memanfaatkan momentum pasar bebas AFTA, dimana pihak yang memiliki jaringan luas seperti Kimia Farma akan diuntungkan.

PT. Kimia Farma Apotek, adalah anak perusahaan yang dibentuk oleh Kimia Farma untuk mengelola Apotek-apotek milik perusahaan yang ada, dalam upaya meningkatkan kontribusi penjualan untuk memperbesar penjualan konsolidasi PT. Kimia Farma Tbk.

Tabel 1. Apotek Kimia Farma yang ada di Indonesia :

No. Provinsi No. Provinsi

1. Bali 16. Kepulauan Bangka Belitung


(26)

3. Bengkulu 18. Maluku

4. DIY 19. Maluku Utara

5. DKI 20. Nanggroe Aceh Darusalam

6. Gorontalo 21. NTB

7. Irian Jaya 22. NTT

8. Jambi 23. Riau

9. Jawa Barat 24. Sulawesi Selatan 10. Jawa Tengah 25. Sulawesi Tengah 11. Jawa Timur 26. Sulawesi Tenggara 12. Kalimantan Barat 27. Sulawesi Utara 13. Kalimantan Selatan 28. Sumatera Barat 14. Kalimantan Tengah 29. Sumatera Selatan 15. Kalimantan Timur 30. Sumatera Utara

3.3 Store Manager Apotek Kimia Farma Medan

Apotik Kimia Farma Medan memiliki 23 store yang tersebar di seluruh

sumatera yaitu : Kimia Farma Pel 2 R.S. Inalum, Kimia Farma Pel 14 R.S. Pirngadi, Kimia Farma 27 Palang merah Medan, Kimia Farma 28 Belawan,

Kimia Farma 29 P. Siantar, Kimia Farma 30 Tebing Tinggi, Kimia Farma pel 41 R.S. Tebing Tinggi, Kimia Farma 39 Sei Kambing Medan, Kimia Farma 41 Kaban Jahe, Kimia Farma Pel 54 RS. Rantau Prapat, Kimia Farma 84 Tanjung Balai, Kimia Farma 85 P. Siantar, Kimia Farma 90 Kisaran, Kimia Farma 106 Aksara Medan, Kimia Farma 107 Gatot Subroto 72 C Medan, Kimia Farma 160 Setia Budi Medan, Kimia Farma 162 Pematang Siantar, Kimia Farma 255


(27)

Sisingamangaraja Medan, Kimia Farma Basri Medan, Kimia Farma Namso P. Siantar, Kimia Farma 313 Padang Sidimpuan, Kimia Farma 96 Rantau Prapat, dan Kimia Farma 314 Binjai.

3.4 Apotek Kimia Farma 160 Setia Budi Medan

3.4.1 Sejarah dan Lokasi

Apotek Kimia Farma 160 berdiri pada tanggal 14 Februari 2001, bertempat di Jalan Setia Budi No. 140 A dan pada tanggal 01 Januari 2007 direlokasi ke jalan Setia Budi No. 102 Medan yang berada di daerah strategis karena terletak di daerah arus lalu lintas dua arah, mudah dijangkau kendaraan, terletak di pinggir jalan, dekat dengan pusat perbelanjaan dan rumah penduduk serta praktek dokter. Apotek Kimia Farma 160 juga bekerja sama dengan dokter yang praktek di ruangan-ruangan tersendiri di bangunan apotek.

Apotek Kimia Farma 160 merupakan apotek pelayanan, pengelolaannya dipimpin oleh seorang apoteker dan empat orang karyawan yang terdiri dari tiga orang asisten apoteker dan satu orang petugas penjualan bebas dan sekaligus menangani pembelian obat kredit.

3.4.2 Pengadaan Perbekalan Farmasi dan Kelengkapan Produk 3.4.2.1Pembuatan Buku Defekta Barang

Pembuatan buku defekta barang dilakukan sebagai berikut: setiap hari petugas memeriksa barang yang kosong atau hampir habis, lalu melakukan pencatatan dalam buku defekta meliputi nama barang, dosis, satuan, dan jumlah yang dibutuhkan, kemudian menyerahkan buku defekta ke petugas pembelian.


(28)

3.4.2.2 Perencanaan Pembelian

Perencanaan pembelian dilakukan seminggu dua kali, kecuali barang-barang yang dibeli secara mendesak karena adanya permintaan pasien. Perencanaan pembelian dilakukan sebagai berikut: petugas pengadaan menerima informasi mengenai kebutuhan perbekalan farmasi melalui defekta barang, kemudian petugas menetapkan jumlah barang yang akan dibeli berdasarkan defekta dengan memperhatikan jumlah kebetuhan per bulan.

3.4.2.2 Prosedur Pembelian

Prosedur pembelian di apotek Kimia Farma No. 160 dilakukan sebagai berikut: petugas membuat defekta mengenai kebutuhan perbekalan farmasi dan menyerahkannya ke bagian pengadaan di apotek Kimia Farma No. 160, lalu bagian pengadaan Kimia Farma No. 160 merekapitulasi defekta dan membuatnya dalam bentuk Bon Pemesanan Barang Apotek (BPBA) dan dikirim kepada bagian Pengadaan di BM Palang Merah, lalu bagian pengadaan di BM Palang Merah mengirim Surat Pemesanan (SP) kepada Pedagang Besar Farmasi (PBF), kemudian PBF mengirim barang dan faktur kepada masing-masing Apotek Kimia Farma, dan barang diterima dan dicocokkan oleh petugas Kimia Farma.

3.4.2.3 Prosedur Penerimaan Barang

Penerimaan barang di apotek Kimia Farma No. 160 dilakukan sebagai berikut: petugas menerima barang dari pemasok disertai dengan Surat Pengantar Barang/Faktur (SPB/F), petugas memeriksa kesesuaian permintaan barang yang ada di SP dan SPB/F, petugas menandatangani dan membubuhkan stempel Kimia Farma No. 160 pada faktur asli. Faktur asli diserahkan kepada pemasok dan foto copy faktur sebagai pertinggal, kemudian petugas memberikan nomor urut barang,


(29)

3.4.3 Penyimpanan

Penyimpanan dapat dilakukan di etalase atau ruang peracikan. Penyimpanan perbekalan farmasi di apotek Kimia Farma No.160 dilakukan berdasarkan bentuk sediaan dan efek farmokoliginya yang disusun menurut abjad dengan menggunakan prinsip FIFO (first in first out), yaitu obat yang lebih awal masuk dikeluarkan lebih dahulu.

Untuk obat generik penyimpanannya disusun berdasarkan abjad. Untuk obat golongan narkotika dan psikotropika disimpan dalam lemari khusus. Obat-obat yang penyimpanannya harus dibawah suhu kamar, disimpan dalam lemari pendingin.

3.4.4 Pelayanan

Pelayanan di Apotek Kimia Farma 160 sudah cukup baik karena melayani konsumen dengan ramah, sopan, santun, dan siap membantu selama konsumen berada di apotek. Pelayanan di Apotek Kimia Farma 160 telah memakai sistem komputerisasi sehingga memudahkan dalam pelayanan dan pengadaan barang. Sistem komputerisasi yang digunakan sekaligus berperan sebagai mesin kasir.

Apotek Kimia Farma No.160 memberikan pelayanan khusus kepada konsumen yang tidak mendapatkan obat yang dibutuhkannya secara lansung. Untuk kondisi seperti ini, maka petugas apotek akan mengantar obat tersebut ke alamat konsumen (delivery order). Terobosan ini memberikan hasil yang baik, pelanggan akan tetap datang untuk membeli perbekalan farmasi di apotek ini akan lebih meningkat dan image apotek yang mengutamakan kepuasan pelanggan akan tercipta.


(30)

3.4.5 Kecepatan Pelayanan

Kecepatan pelayanan di Apotek Kimia Farma 160 diusahakan seefektif mungkin, yaitu dengan mengadakan pembagian tugas dan tanggung jawab masing-masing petugas. Namun, dalam pelaksanaanya belum berjalan dengan baik. Kadang kasir juga menyiapkan obat, sehingga pelanggan lain yang ingin membayar tidak dapat dilayani dengan cepat.

Pelanggan di apotek Kimia Farma 160 sering kecewa dan mengeluh dalam hal kurang cepatnya pelayanan di apotek ini, karena persedian obat di apotek Kimia Farma 160 pemesanan yang sudah dilakukan selalu datang terlambat sehingga obat-obat yang dibutuhkan jumlahnya selalu terbatas. Namun untuk mengobati kekecewaan pelanggan tersebut apotek Kimia Farma 160 telah membuat Instutional sign didekat meja kasir, yang memberitahukan kepada pelanggan bahwa Apotek Kimia Farma 160 akan memberikan diskon 5% bila pelayanan resep dilakukan lebih dari 15 menit. Pemberian diskon ini otomatis dilakukan oleh komputer jika resep tersebut tidak selesai dikerjakan dalam 15 menit oleh petugas. Kebijakan ini memberikan keuntungan untuk pelanggan dan juga Apotek Kimia Farma 160.


(31)

BAB IV

DESAIN DAN TATA RUANG APOTEK

4.1 Rancangan Apotek

Lingkungan fisik suatu apotek merupakan faktor utama yang mempengaruhi kesuksesan. Rancangan dan suasana apotek, jasa yang diberikan, dan pajangan barang-barangnya dan pembagian tempat untuk golongan barang semuanya perlu agar apotek mendapat laba dalam operasionalnya.

Karakteristik fisik apotek yang digunakan untuk mengembangkan imej dan menarik konsumen terdiri dari beberapa elemen mencakup 1) desain bagian luar, 2) desain bagian dalam, 3) rancangan apotek berantai (istilah mudahnya terutama untuk apotek umum/besar), 4) penyajian barang dagangan.

Dalam tingkat yang beragam, semua apotek bergantung pada konsumen yang berkunjung, dan keputusan untuk memasuki apotek bergantung sebagian pada kesan konsumen akan bagian luar apotek. Keunikan bagian depan toko/apotek dan penggunaan kreatif dari pintu masuk, jendela pajangan, tanda-tanda khusus di bagian luar, dapat membantu menciptakan kesan apotek yang menyenangkan.

Begitu konsumen berada dalam apotek, ada banyak elemen yang mempengaruhi persepsinya akan apotek tersebut. Elemen umum bagian dalam bertindak sebagai pemikat. Hal-hal yang menarik konsumen ke sebuah apotek mencakup : perlengkapan tetap, tata cahaya, bahan untuk lantai, tata warna, bau dan suara, suhu, lebarnya lorong, kebersihan, modernisasi, bermacam-macam barang dagangan, pajangan harga dan pegawai.


(32)

4.2 Pengaturan Rancangan

Rancangan apotek dan penggunaan perlengkapan tetap yang terdapat di dalamnya seharusnya didesain untuk mengarahkan arus konsumen di sekitar apotek dalam rangka meningkatkan penjualan. Tujuannya adalah mengarahkan konsumen agar mengunjungi bagian-bagian apotek sebanyak mungkin, terutama bagian dimana banyak terdapat barang yang dipajang di depan yang mempunyai marjin kotor yang tinggi.

Pada dasarnya ada dua tipe rancangan : rancangan kisi dan arus bebas atau rancangan terbuka. Dalam rancangan kisi, semua counter dan perlengkapan tetap berada pada sudut kanan satu sama lain sehingga barang dipajang pada garis sejajar lurus. Tipe rancangan ini umumnya digunakan di toko obat.

Selain keuntungan dari pemajangan secara bebas, pengaturan kisi memungkinkan pengawasan inventaris, pengamanan yang sederhana, penggunaan dari semua tempat yang tersedia, kemudahan akan pembersihan, kemungkinan akan pelayanan sendiri, dan keakraban konsumen.

Rancangan arus bebas mengelompokkan barang dan perlengkapan tetap menjadi pola yang memungkinkan arus tidak terstruktur dari konsumen. Banyak perlengkapan tetap yang dibentuk secara tidak teratur, seperti lingkaran, lengkungan, segitiga. Rancangan arus bebas sering kali digunakan pada toko yang menjual barang hadiah dan toko barang khusus agar memungkinkan konsumen bergerak ke segala arah dan berjalan bebas, sehingga mendorong mereka untuk melihat-lihat dan melakukan pembelian tanpa direncanakan sebelumnya. Dibandingkan rancangan kisi, pengaturan rancangan arus bebas lebih mahal dan


(33)

menggunakan tempat secara lebih efisien. Sebaliknya, pengaturan rancangan arus bebas mempunyai daya tarik pandangan yang lebih besar dan kefleksibelan.

4.3 Alokasi/Pemberian Tempat

Tugas seorang manajer/Apoteker Pengelola Apotek (APA) adalah membagi wilayah apotek secara efisien untuk mencapai volume penjualan setinggi mungkin dengan biaya terendah. Secara spesifik, hasil terbaik dapat dicapai dengan cara berikut ini :

a. Pemanfaatan tempat secara maksimal, dimana semua daerah penjualan diaktifkan dan semua daerah “mati” dan tempat yang tak terpakai dihilangkan.

b. Mengurangi kemungkinan kerugian dan praktek yang memboroskan, termasuk barang yang hilang karana dicuri atau pecah.

c. Penempatan barang dagangan, dimana tempat dibagi berdasarkan daya laba setiap departemen dan hubungan antar barang.

d. Mendorong konsumen untuk menambah belanjanya dengan penataan barang secara terbuka dan arus perjalanan konsumen, melalui penempatan strategis dari departemen, perlengkapan tetap, dan lorong.

e. Menetapkan kenyamanan konsumen melalui tata cahaya, dekorasi dan pengendalian iklim di dalam ruangan.

f. Pengurangan biaya melalui pemanfaatan pegawai secara efisien dan perawatan bangunan secara sederhana.

Tekhnik pengelolaan tempat yang digunakan mempengaruhi kesan dan suasana yang diinginkan apotek. Sebagai tambahan, jenis apotek yang berbeda


(34)

memerlukan tekhnik pemanfaatan tempat yang berbeda pula. Misalnya, sebuah klinik atau apotek yang berkonsentrasi pada resep menyediakan sedikit barang yang dipajang di depan, sedangkan apotek komunitas tradisional secara khusus tradisional secara khusus menekankan barang yang dipajang di depan dengan memberikan lebih banyak tempat untuk barang tersebut daripada bagian resep, misalnya apotek di pusat pertokoan/plaza/mal.

Setelah membagi/mengalokasikan tempat untuk setiap departemen, manager/APA apotek harus menentukan lokasi setiap departemen di dalam apotek. Sedikitnya, lokasi dari berbagai departemen seharusnya mencerminkan dampak dari faktor berikut ini:

a. Arus lalu lintas dan nilai tempat.

Karena beberapa lokasi menarik arus konsumen lebih besar dari yang lain, barang dagangan yang dipajang di lokasi yang bernilai tinggi seharusnya berpotensi meningkatkan penjualan karena barang tersebut berada di bagian yang banyak terlihat oleh konsumen.

b. Karakteristik barang.

Karakteristik barang juga mempengaruhi dimana barang tersebut harus diletakkan. Barang yang dibeli tanpa direncanakan (Impulse product), contohnya, seharusnya diletakkan di tempat-tempat dengan arus lalu lintas yang tinggi agar dapat dilihat oleh konsumen. Impulse product adalah barang konsumen yang dibeli pada saat itu, tanpa perencanaan sebelumnya atau pertimbangan serius pada waktu itu, dan seringkali hal ini disebabkan oleh terpikat oleh promosi penjualan atau observasi. Departemen bagian resep biasanya berlokasi di bagian belakang apotek. Lokasi tersebut


(35)

memaksimalkan arus lalu lintas sebab bagian resep adalah bagian paling utama di kebanyakan apotek.

c. Kesesuaian barang dagangan.

Karena konsumen sering kali berbelanja lebih dari satu macam barang, barang yang berhubungan seharusnya diletakkan dekat satu sama lain agar memungkinkan penjualan silang. Cross-selling (penjualan silang) adalah proses penjualan antar departemen untuk mendorong transaksi yang lebih besar dan membuat konsumen lebih nyaman dalam melengkapi diri mereka sendiri dengan berbagai kebutuhan. Pengaturan umum departemen yang memungkinkan penjualan silang adalah : kosmetik, barang yang digunakan di toilet, alat kecantikan dan kesehatan, produk kepemilikan dan produk yang dijual bebas. Di bagian depan departemen ini pada lorong yang sama terletak barang yang ada hubungannya dengan barang yang tersebut diatas, yaitu obat perawatan rambut, kesehatan kewanitaan, produk perawatan gigi dan sebagainya. Pengaturan demikian memberikan transisi yang logis dari satu golongan barang yang dipajang didepan atau satu departemen ke departemen yang lain.

d. Pertimbangan musiman.

Apotek seharusnya merencanakan lokasi departemen yang dapat beradaptasi dengan pola penjualan musiman. Misalnya, mainan dapat diletakkan di sebelah departemen yang penjualannya memuncak di musim panas, yaitu lotion penahan sinar matahari, pengusi serangga dan sebagainya.


(36)

4.4 Pengaturan Tiap Produk

Setelah menentukan lokasi departemen, tiap produk harus diatur dalam departemen. Beberapa garis pedoman dapat diikuti dalam pengaturan tiap barang, misalnya :

− Barang dan merek yang paling laku dan menguntungkan menempati lokasi yang paling menyolok dalam departemen.

− Produk dapat diatur menurut ukuran kemasan, harga, warna, merek, minat konsumen atau kombinasi dari kesemuanya.

− Posisi yang sejajar dengan mata dapat sangat mempengaruhi penjualan. Dengan memindahkan barang dari rak dibawah ke tempat rak yang sejajar dengan mata dapat meningkatkan penjualan sebesar 50% atau lebih.

Penting untuk diketahui bahwa persentase penjualan yang tinggi dapat diperoleh diluar departemen obat itu sendiri. Garis pedoman yang harus diikuti bila memilih lokasi terbaik diluar departemen untuk pajangan khusus meliputi :

− Suatu produk yang sama sekali baru akan mendapat keuntungan dengan lokasi di jalur utama arus lalu lintas di apotek.

− Barang standar yang bermutu baik mungkin dapat terjual dengan baik bila diletakkan di sebelah suatu jenis barang yang berkaitan dengannya.

− Barang kecil yang dibeli seketika tanpa direncanakan harus diletakkan sedekat mungkin dengan bagian pintu keluar.

Merupakan sebuah fakta yang jelas bahwa pajangan meningkatkan penjualan tambahan, tanpa memperdulikan ada harga khusus atau tidak.


(37)

4.5 Penyajian Barang Dagangan (Merchandising)

Setiap apotek harus mempunyai program perdagangan. Bagi banyak apotek hal itu merupakan hasil evolusi yang tidak terencana. Apotek lain membuat program perdagangan yang luas yang dikembangkan dalam tujuannya menanggapi kebutuhan konsumen dan kondisi di pasar.

Bagi manajer apotek, istilah perdagangan berarti kombinasi tekhnik untuk penempatan, pengaturan dan mempromosikan produk di dalam toko sehingga konsumen termotivasi untuk membeli produk ketika berbelanja. Secara singkat, perdagangan adalah penjualan yang tampak. Produk yang diperdagangkan tidak tepat, tidak akan terjual secara potensial (Seto, S, 2005).

Merchandising merupakan perpaduan antara ilmu pengetahuan dan seni. Ada hal-hal yang bisa diukur dan didiagnosis dengan menggunakan ilmu pasti. Namun, dalam implementasinya, banyak hal yang membutuhkan aspek rasa dan penyesuaian dengan kondisi dalam toko serta keberadaan pelanggan saat itu.

Proses penetapan strategi merchandising yang selama ini berlangsung melalui berbagai hal ;

1. Belajar dari merncoba dan dari kesalahan (trial &eror) 2. Melalui Intuisi

3. Keterampilan memanipulasi dalam arti mempercantik, memoles dan menonjolkan kelebihan yang ada.

4. Berdasarkan pada pengalaman masa lampau


(38)

1. Menolong pelanggan mengelompokkan barang, dengan logika urutan dari suatu visualisasi (signed, petunjuk arah, warna, ukuran, dan jenis), pelanggan akan lebih mudah menemukan barang yang dibutuhkan.

2. Menarik perhatian pelanggan, dengan pajangan yang sesuai dengan prinsip visualisasi warna, ukuran, dan keselarasan interior, pelanggan cenderung tertarik dengan apa yang dilihatnya.

3. Membangkitkan perasaan pelanggan, melalui visual, sentuhan, dan aroma, pelanggan dapat merasakan barang yang ada secara langsung.

4. Menstimulasi ketertarikan pada produk, ini dapat terjadi melalui kemasan, informasi, atau pamflet/ selebaran dalam toko.

5. Menolong pelanggan untuk segera membuat keputusan. 6. Mempunyai stok di rak barang-barang yang fast moving.

7. Menjaga keamanan stok. Dengan merchandise yang dipajang rapi keamanan barang akan lebih terjaga (Triyono, S, 2006).

Berbagai alat bantu perdagangan visual disediakan oleh produsen dan pedagang besar farmasi dan alat kedokteran untuk mendukung perdagangan dalam departemen. Alat bantu tersebut mencakup karton pajangan yang didesain terlipat sehingga dapat menjadi rak pajangan yang dapt diisi barang, “shelf talkers” yang merupakan kartu cetakan yang didesain untuk diletakkan pada rak di bawah produk dan label harga, yang dapat membandingkan harga jual khusus dari apotek dengan harga eceran normal, harga jual apotek dengan harga yang disarankan produsen, atau harga label racikan apotek dengan harga obat paten (Seto, S, 2005).


(39)

Tata cara penataan perbekalan farmasi (obat) di apotek dapat dibagi menjadi 2, yaitu :

1. Penataan di ruang peracikan atau penyiapan obat (ethical counter)

Hal-hal yang menjadi dasar pertimbangan dalam menata perbekalan farmasi bagian ethical counter antara lain :

a. Peraturan, terutama yang mengatur tentang obat narkotika, psikotropik dan obat keras daftar G. Untuk golongan narkotika dan psikotropika yaitu: − Golongan narkotika diruang peracikan, disimpan di lemari khusus

narkotika ditempatkan sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku.

− Golongan psikotropika di ruang peracikan, disimpan di lemari khusus terpisah dengan perbekalan farmasi lainnya.

Untuk golongan obat keras daftar G dan obat ethical lainnya di ruang peracikan, disimpan di lemari yang di disain khusus dan dibagi menjadi 4 bentuk perbekalan farmasi yaitu :

− Lemari perbekalan obat solid , yaitu tempat penyimpanan obat yang berbentuk solid seperti tablet, kaplet, kapsul, pill, dll.

− Lemari perbekalan obat semi solid, yaitu tempat penyimpanan obat yang berbentuk semi solid seperti salep, krim, pasta, jelly,dll.

− Lemari perbekalan obat cairan, yaitu tempat penyimpanan obat yang berbentuk cairan seperti injeksi, infus, sirup.

− Lemari pendingin (kulkas) yaitu tempat penyimpanan obat yang harus disimpan di tempat sejuk atau dingin seperti vaksin, suppose, ovule, injeksi,dll.


(40)

b. Bentuk dan tanda lemari (rak) obat − Bentuk lemari (rak) obat

Mengingat jenis obat-obat ethical memiliki merek yang sangat banyak jumlahnya, maka bentuk lemarinya dibuat seperti sarang tawon yang dapat menampung banyak jenis obat, sehingga pemakaian ruangan menjadi lebih efisien dan dapat mempermudah proses penyiapan pembuatan obat.

− Tanda lemari (rak) obat yaitu petunjuk mengenai tempat-tempat bentuk perbekalan farmasi disetiap lemari atau rak obat yang terdapat di ruang peracikan, agar dapat memberikan kemudahan dan kecepatan dalam menyiapkan obat-obatan yang dibutuhkan konsumen. Tanda ini dapat berupa :

i. Tergantung di atas lemari obat ii. Menempel pada lemari obat

c. Higienitas yaitu menjaga kondisi kebersihan obat yang berada di dalam lemari, agar kualitas obat dapat terjamin dan dapat menjaga agar obat tidak rusak (dimakan tikus, berdebu, terurai karena cahaya atau kelembaban udara).

2. Penataan di ruang penjualan obat bebas (OTC)

Hal-hal yang menjadi dasar pertimbangan dalam menata perbekalan farmasi di OTC counter antara lain yaitu :

a. Estetika, yaitu seni keindahan dalam menata dan mendisain rak atau lemari obat bebas, bebas terbatas dan obat OTC agar dapat menimbulkan rasa ingin tahu dan membeli (impuls buying bagi konsumen).


(41)

b. Lay out, yaitu tata letak, susunan barang yang dapat memberikan kenyamanan, kemudahan (keluar-masuk) bagi konsumen dalam memperoleh obat yang dibutuhkan.

c. Tanda, yaitu petunjuk mengenai tempat-tempat golongan fungsi obat yang terdapat di setiap lemari atau rak obat.

Dalam menata kedua ruang pelayanan tersebut terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain, yaitu :

a. Pada OTC Counter

− Estetika, bersih, indah, dan menyenangkan

− Informatif, ada tanda(petunjuk) tentang golongan fungsi obat b. Pada ethical counter harus dibuat menjadi 2 ruang, yaitu :

− Tempat membuat atau meracik obat seperti pulveres, kapsul, salep, krim pada ruangan khusus tertutup kaca (transparan), agar konsumen dapat melihat bagaimana obat tersebut disiapkan.

− Tempat menyiapkan dan memberi etiket obat jadi, pada ruangan peracikan tidak perlu dilihat oleh konsumen.

c. Kenyamanan, ethical dan OTC harus dipisah untuk mencegah antrian konsumen pada satu tempat.

Secara umum kategori barang dan kebutuhan pajangannya adalah sebagai berikut:

1. Barang paling laku best seller

Ada dua tipe barang best seller yang posisi pajangannya perlu dipertimbangkan secara berbeda, yaitu :


(42)

a. Jenis barang kebutuhan dasar, harus diletakkan ditempat yang memungkinkan untuk memacu penjualan barang lain.

b. Jenis barang promosi (sale item), posisikan di tempat yang utama. 2. Barang dengan laba tinggi (hight profit)

Barang jenis ini harus diletakkan ditempat utama. 3. Barang yang memancing untuk di beli (impuls item)

Barang jenis ini diletakkan dipajangan yang mudah dilihat dan didekati untuk memancing pelanggan agar berani melihat dan pada akhirnya membeli.

4. Barang spesial

Barang ini harus mudah dilihat dan punya tanda khusus sehingga pelanggan dapat langsung kelokasi dan melihat-melihatnya untuk membeli.

5. Barang musiman (seasonal items)

Pajangan barang ini membutuhkan lokasi yang utama agar pelanggan tahu bahwa barang ini ada ditoko.

6. Barang dengan persediaan bermasalah

Barang ini jangan memajangnya di tempat utama karena penjualan bisa tidak banyak.


(43)

BAB V

PELAYANAN RESEP DAN SWAMEDIKSI

5.1 Pelayanan Resep RESEP 1


(44)

A. Resep

R / Spirasin 500 mg No. X S 2 dd tab 1

R / Herclov No. X S2 dd tab 1

R/ Delsoralen No. XXX S 1 dd cap 1 (pagi p.c) Pro : Desy

Umur : 26 thn

B. Kasus

Berdasarkan obat yang diberikan dalam resep-resep tersebut diperkirakan pasien menderita infeksi kulit yang disebabkan oleh virus dan bakteri.

C. Tabel 1. Spesialit Obat untuk Nona Desy

Nama Obat (Pabrik)

Komposisi Produk Lain Gol Khasiat

Spirasin ® (Sanbe)

Spiramycin Spirabiotic® (Kimia Farma) Spiranter® (Interbat)

G Antibiotika


(45)

(Sanbe) HCl (GlaxoSmithKlin e)

Delsoralen® (Darya-Varia)

Methoxsalen Oxsoralen® (SDM Lab)

G Antivitiligo

D. ThreePrime Question

− Penjelasan dokter tentang obat : Tidak ada

− Penjelasan dokter tentang cara pakai obat : Tidak ada

− Penjelasan dokter tentang harapan setelah minum obat : Tidak ada

E. Pelayanan Informasi

1. Spirasin®

Kegunaan: digunakan untuk pengobatan infeksi kulit yang disebabkan

karena organisme yang sensitif terhadap spiramycin , bentuk sediaan: tablet,

cara pakai: 2 kali sehari 1 tablet, hal yang perlu diinformasikan: Gunakan obat

secara teratur dan jangan melebihi dosis yang dianjurkan. Obat harus dihabiskan. Simpan obat pada wadah yang tertutup rapat, pada temperatur kamar dan jauhkan dari jangkauan anak-anak.

2. Herclov®

Kegunaan: digunakan untuk pengobatan infeksi kulit, selaput mukosa

yang disebabkan oleh virus, bentuk sediaan: kaplet, cara pakai: 2 kali sehari 1 tablet, hal yang perlu diinformasikan: gunakan obat secara teratur dan jangan melebihi dosis yang dianjurkan. Obat harus dihabiskan. Dapat diberikan


(46)

bersamaan dengan makanan. Simpan obat pada wadah yang tertutup rapat, pada temperatur kamar dan jauhkan dari jangkauan anak-anak.

3. Delsoralen®

Kegunaan: digunakan untuk mengobati vitiligo dengan area yang

terbatas, bentuk sediaan: kapsul, cara pakai: 1 kali sehari 2 kapsul, hal yang

perlu diinformasikan: obat diminum sesudah makan pada saat pagi hari.

Gunakan obat secara teratur dan jangan melebihi dosis yang dianjurkan. Simpan obat pada wadah yang tertutup rapat, pada temperatur kamar dan jauhkan dari jangkauan anak-anak.


(47)

(48)

A. Resep

R / Tab Alloris No. X S 2 dd Tab 1 R/ Stenirol 4 No. XV

S 3dd tab 1

Pro : Siti Aminah Umur : 15 thn

B. Kasus

Berdasarkan obat yang diberikan dalam resep tersebut diperkirakan pasien menderita gangguan pada kulit.

C. Tabel 2. Spesialit Obat untuk Pasien Siti Aminah

Nama Obat (Pabrik)

Komposisi Produk Lain Gol Khasiat

Alloris® (Sanbe)

Alernitis® (Ikapharmindo) Clarihis® (Lapi)

Loratadine G Antihistamin

Stenirol® (Guardian Pharmatama)

Methylprednisolone Medixon® (Ferron), Methylon® (Bernofarm)

G Antiinflamasi steroid


(49)

D. ThreePrime Question

− Penjelasan dokter tentang obat : Tidak ada

− Penjelasan dokter tentang cara pakai obat : Tidak ada

− Penjelasan dokter tentang harapan setelah minum obat : Tidak ada

E. Pelayanan Informasi

1. Alloris®

Komposisi: Loratadine. Kegunaan: Sebagai Antihistamin. Bentuk Obat:

Tablet. Cara Pemakaian: 1 kali sehari 1 tablet. Hal-hal yang perlu

diinformasikan : Gunakan sesuai dengan petunjuk dan aturan pakai, serta jangan

melebihi dosis yang dianjurkan, simpan obat di tempat sejuk dan kering serta jauh dari jangkauan anak-anak.

2. Stenirol®

Kegunaan: sebagai antiinflamasi pada penyakit kulit, bentuk sediaan:

tablet, cara pakai: 3 kali sehari 1 tablet, hal yang perlu diinformasikan: Gunakan obat secara teratur dan jangan melebihi dosis yang dianjurkan. Berikan obat bersama makanan. Simpan obat pada wadah yang tertutup rapat, pada temperatur kamar dan jauhkan dari jangkauan anak-anak.


(50)

(51)

A. Resep

R / Xanax 0,5 mg tab V S 1 dd tab 1 malam Pro : Sri Wulan Umur : 52 tahun Alamat : Jl. Melati II

B. Kasus

Berdasarkan obat yang diberikan dalam resep tersebut diperkirakan pasien menderita ansietas.

C. Tabel 3. Spesialit Obat untuk Pasien Sri Wulan

Nama Obat (Pabrik)

Komposisi Produk Lain Gol Khasiat

Xanax® (Pfizer)

Alprazolam Zypraz® (Kalbe Farma),

Frixitas® (Novell Farma),

Amoxil®

(GlaxoSmithKline)

G Antiansietas

D. ThreePrime Question


(52)

− Penjelasan dokter tentang cara pakai obat : Tidak ada

− Penjelasan dokter tentang harapan setelah minum obat : Tidak ada

E. Pelayanan Informasi

1. Xanax®

Kegunaan: sebagai antiansietas, bentuk sediaan: tablet, cara pakai: 1

kali sehari 1 tablet, hal yang perlu diinformasikan: Obat diminum pada saat mau tidur malam hari. Gunakan obat secara teratur dan jangan melebihi dosis yang dianjurkan.. Sebaiknya diberikan pada saat mulai makan. Simpan obat pada wadah yang tertutup rapat, pada temperatur kamar dan jauhkan dari jangkauan anak-anak.


(53)

(54)

A. Resep

R / Inbion No. XXX S 1 dd tab 1

Pro : Ny. Nurminda

B. Kasus

Berdasarkan obat yang diberikan dalam resep-resep tersebut diperkirakan pasien memerlukan vitamin tambahan selama masa kehamilan.

C. Tabel 4. Spesialit Obat untuk Pasien Ny. Nurminda

Nama Obat (Pabrik)

Komposisi Produk Lain Gol Khasiat

Inbion® (Interbat)

Fe Gluconate, Manganese sulfate, Copper sulfate, Vit C, folic acid, Vit B12, sorbitol

Neogobion® (Pharos) Sangobion® (Merck)

B Vitamin dan mineral

D. ThreePrime Question

− Penjelasan dokter tentang obat : Tidak ada


(55)

− Pe nje la sa n d o kte r te nta ng ha ra p a n se te la h minum o b a t : Tid a k a d a

E. Pelayanan Informasi

1. Inbion®

Kegunaan: untuk mengatasi kekurangan vitamin dan mineral selamam

masa kehamilan, bentuk sediaan: kapsul, cara pakai: 1 kali sehari 1 kapsul, hal

yang perlu diinformasikan: gunakan obat secara teratur dan sesuai dengan

petunjuk dokter. Berikan saat makan atau sesudah makan. Simpan obat pada wadah yang tertutup rapat, pada temperatur kamar dan jauhkan dari jangkauan anak-anak.


(56)

(57)

A. Resep

R / Gynaecosid No. II S 1 dd Tab I

Pro : Ny. Juwita

B. Kasus

Berdasarkan obat yang diberikan dalam resep-resep tersebut diperkirakan pasien menderita gangguan menstruasi yang disebabkan perubahan hormon.

C. Tabel 5. Spesialit Obat untuk pasien Ny. Juwita

Nama Obat (Pabrik)

Komposisi Produk Lain Gol Khasiat

Gynaecosid® ( Phapros)

Methyloestrenolone, methyloestradiol

Renadiol® (Sanbe)

G Vitamin untuk kulit

D. ThreePrime Question

− Penjelasan dokter tentang obat : Tidak ada

− Penjelasan dokter tentang cara pakai obat : Tidak ada


(58)

E. Pelayanan Informasi

1. Gynaecosid®

Kegunaan: untuk mengobati gangguan periode menstruasi, bentuk sediaan: tablet, cara pakai: 1 kali sehari 1 tablet, hal yang perlu diinformasikan: gunakan sesuai dengan petunjuk dokter dan jangan melebihi

dosis yang dianjurkan. Simpan obat pada wadah yang tertutup rapat, pada temperatur kamar dan jauhkan dari jangkauan anak-anak.


(59)

5.2 Pelayanan Swamedikasi KASUS 1

A. Keluhan

Seorang ibu datang ke apotek dengan anaknya mengalami demam. Obat yang diberikan adalah : Tempra®.

B. Tabel 6. Spesialit Obat Kasus Demam Pada Anak

Nama Obat komposisi Produk Lain Gol Khasiat

Tempra® (Bristol-Myer Squibb Indonesia)

Parasetamol Panadol syrup® Termorex®

B Analgetik-antipiretik

C. Pelayanan Informasi

Kegunaan: meredakan demam, rasa sakit dan nyeri ringan. Bentuk sediaan: sirup, cara pemakaian: 3 kali sehari 1 sendok teh (5 ml), hal-hal yang perlu diinformasikan: obat diminum sesuai takaran setelah makan, jika demam

tidak juga reda segera ketempat pelayanan kesehatan terdekat.

KASUS 2

A. Keluhan

Seorang remaja perempuan ke apotek dengan membutuhkan pembersih untuk kulit yang berjerawat. Produk yang diberikan Phisohex ®

B. Tabel 7. Spesialit Obat Kasus Muka Berjerawat


(60)

Phisohex® (Sanofi-synthelabo)

Triklosan 2%

Veril® B Antiseptik

C. Pelayanan Informasi

Kegunaan: sebagai anti septik membantu dalam pengobatan jerawat dan

infeksi ringan pada kulit, bentuk sediaan: lotion, cara pakai: basahi kulit, sekitar 1 ml Phisohek digosokkan selama 20 detik pada wajah dan tambahkan air secukupnya, kemudian bilas dengan seksama, hal yang perlu diinformasikan: hindari penggosokan yang terlalu kuat pada wajah.

KASUS 3

A. Keluhan

Seorang remaja perempuan datang ke apotek dengan keluhan nyeri haid. Obat yang diberikan : Feminax®.

B. Tabel 8. Spesialit Obat Kasus Nyeri Haid

Nama Obat Komposisi Produk Lain Gol Khasiat

Feminax® (Konimex)

Parasetamol, ekstrak Hiosiami

- W Analgetik

dan spamolitik

C. Pelayanan Informasi

Kegunaan: mengurangi rasa nyeri, pening, dan mulas yang timbul pada


(61)

yang perlu diinformasikan: digunakan apabila sakit, hati-hati penggunaan dalam

jangka panjang karena dapat menyebabkan gangguan hati, jika selama 3 hari sakit berlanjut segera hubungi dokter.

KASUS 4

A. Keluhan

Seorang ibu datang ke apotek mencari lotion biang keringat untuk anaknya. Produk yang diberikan: Caladin lotion®.

B. Tabel 9. Spesialit Obat Kasus Gatal-gatal Biang Keringat Nama

Obat

Komposisi Produk Lain Gol Khasiat

Caladin® (Yupharin)

Difenhidramin HCl, Kalamin, Zn oksida, Kampfer dan Menthol

Caladryl® W Mengurangi rasa gatal

C. Pelayanan Informasi

Kegunaan: untuk mengurangi rasa gatal pada kulit akibat biang keringat,

udara panas dan gigitan serangga, bentuk sediaan: lotion, cara pakai: dioleskan secukupnya 2 kali sehari, hal-hal yang perlu diinformasikan: hindari kontak dengan selaput lendir seperti mata, jauhkan dari jangkauan anak-anak, bila biang


(62)

keringat tidak berkurang dalam waktu 3 hari segera ke pelayanan kesehatan terdekat.

KASUS 5

A. Keluhan

Seorang ibu datang ke apotek dengan keluhan anaknya yang baru sembuh dari diare dan mencari produk makanan pelengkap bayi. Berdasarkan keluhan pasien maka diberikan Lacto-B®.

B. Tabel 10. Spesialit Obat Kasus Makanan Pelengkap Bayi setelah Diare

Nama Obat komposisi Produk Lain Gol Khasiat

Lacto-B® (Novell

pharmaceutical)

Lactic acid bacteria

Dialac® B Membantu

memperkuat dan memperbaiki pencernaan bayi

C. Pelayanan Informasi

Kegunaan: sebagai makanan pelengkap yang dapat membentu

memperkuat dan memperbaiki pencernaan bayi akibat diare, bentuk sediaan: serbuk, cara pemakaian: 3 kali sehari 1 sachet, hal-hal yang perlu


(63)

KASUS 6

A. Keluhan

Seorang wanita datang ke apotek dengan keluhan sesak nafas karena asma yang kadang-kadang kambuh mendadak. Berdasarkan keluhan pasien maka diberikan Neo Napacin®.

B. Tabel 11. Spesialit Obat Kasus Asma

Nama Obat Komposisi Produk Lain Gol Khasiat

Neo Napacin® (Konimex)

Ephedrin HCl, Teofilin

AsmaSoho® W Bronkodilator

C. Pelayanan Informasi

Kegunaan: sebagai bronkodilator untuk meringankan asma, bentuk sediaan: tablet, cara pemakaian: 3 kali sehari 1 tablet, hal-hal yang perlu diinformasikan: diminum bila dada mulai terasa sesak. Bila asma tidak juga reda

segera ke pelayanan kesehatan terdekat.

KASUS 7

A. Keluhan

Seorang bapak datang ke apotek dengan mual muntah dalam perjalanan. Obat yang diberikan adalah Antimo®.


(64)

B. Tabel 12. Spesialit Obat Kasus Muntah dalam perjalanan

Nama Obat Komposisi Produk Lain Gol Khasiat

Antimo® (Pharos)

Dimenhidrinat - W antiemetik

C. Pelayanan informasi

Kegunaan: untuk mengatasi mual muntah, bentuk sediaan: tablet, cara pemakaian: diminum ½ jam sebelum berpergian 1 tablet. Hal-hal yang perlu diinformasikan: bila perlu obat dapat diulang 8 jam kemudian, banyak minum air

putih untuk mengatasi mulut kering.

KASUS 8

A. Keluhan

Seorang kakek datang ke apotek dengan keluhan nyeri pinggang dan punggung. Obat yang diberikan adalah Oskadon ®.

B. Tabel 13. Spesialit Obat Kasus Nyeri Pinggang dan Punggung

Nama Obat Komposisi Produk Lain Gol Khasiat

Oskadon® (Supra Ferbindo Farma)

Asetaminofen, Caffeine anhydrous

Saridon® (Bayer)

W Analgetik, antipiretik


(65)

C. Pelayanan Informasi

Kegunaan: untuk meredakan nyeri pada pinggang dan punggung, bentuk sediaan: tablet, cara pemakaian: 3 kali sehari 1 tablet, hal-hal yang perlu diinformasikan: obat diminum setelah makan, jika gejala tidak

berkurang/berlanjut, segera ke pelayanan kesehatan terdekat.

KASUS 9

A. Keluhan

Seorang pemuda datang ke apotek dengan keluhan sakit kepala yang kuat. Obat yang diberikan adalah Decolgen Fx®.

B. Tabel 14. Spesialit Obat Kasus Sakit Kepala

Nama Obat Komposisi

Produk Lain

Gol Khasiat

Decolgen Fx®

(Medifarma)

Asetaminofen, Pseudoefedrin HCl, Klorfeniramin maleat

Panadol extra

W Analgetik-antipiretik

C. Pelayanan informasi

Kegunaan: untuk meringankan sakit kepala, demam, hidung tersumbat

dan bersin-bersin, bentuk sediaan: kaplet. cara pakai: 3 kali sehari 1 kaplet,

hal-hal yang perlu diinformasikan: obat diminum setelah makan, bila sakit


(66)

KASUS 10

A. Keluhan

Seorang wanita datang ke apotek dengan keluhan batuk berdahak dan gatal-gatal pada tenggorokan, maka obat yang dianjurkan adalah Bisolvon®.

B. Tabel 14. Spesialit Obat Kasus Batuk Berdahak

Nama Obat Produk Lain Komposisi Gol Khasiat Bisolvon®

(Boehringer Ingelheim)

Laosa®

(Kresna Varya)

Bromhexine HCl

W Ekspektorant

C. Pelayanan Informasi

Kegunaan: untuk meredakan batuk berdahak, bentuk sediaan: sirup, cara pakai: 3 kali sehari 2 sendok teh (10 ml), hal-hal yang perlu diinformasikan: obat diminum sesuai dosis yang dianjurkan dan gunakan sendok

takaran yang tersedia, banyak minum air putih, bila dalam tiga hari batuk tidak berkurang segera ke pelayanan kesehatan terdekat, simpan ditempat yang kering dan sejuk.


(67)

BAB VI PEMBAHASAN

Penataan desain dan tata ruang dalam apotek Kimia Farma 160 Setia Budi memiliki 4 bagian, yaitu :

1. Bagian Medikal Mini Market (M3)

Merupakan bagian yang memajang produk swalayan, obat bebas (OTC) dan produk kesehatan baik untuk dewasa, anak-anak, dan bayi, juga alat-alat kesehatan.

Dasar-dasar pertimbangan dalam desain dan tata letak Medikal Mini Market (M3) ini antara lain :

a. Estetika, yaitu seni keindahan dalam menata dan mendisain rak atau lemari.

Di Apotek Kimia Farma 160 Setia Budi penataan dan disain lemari sudah cukup baik. Hanya saja perlu penambahan kaca di bagian belakang lemari agar memberikan kesan dalam dan penuh, sehingga pasien yang datang jadi lebih tertarik untuk membeli. b. Lay out, yaitu tata letak, susunan barang yang dapat memberikan

kenyamanan, kemudahan (keluar-masuk) bagi pasien dalam memperoleh obat yang dibutuhkan.

Di Apotek Kimia Farma 160 Setia Budi ini tata letak barang disesuaikan menurut usia, jenis kelamin, kandungan bahan aktif, dan jenis produk. Sehingga pasien akan lebih mudah mencari apa yang dikehendaki.


(68)

c. Tanda, yaitu petunjuk mengenai tempat-tempat produk yang terdapat di setiap lemari.

Di Apotek Kimia Farma 160 Setia Budi ini tidak ditemukan tanda/petunjuk mengenai produk. Hal ini diterapkan untuk menghindari biaya yang lebih besar, karena ketinggian lemari yang tidak terlalu tinggi sehingga pasien akan dapat dengan mudah melihat produk yang terdapat disetiap lemari.

2. Ruang peracikan atau ruang penyiapan obat.

Ruangan ini tidak terlalu lebar dan terdiri dari beberapa kategori. Di bagian belakang disusun berdasarkan peraturan penyimpanan obat yang baik, dimana untuk obat golongan narkotika dan psikotropika disimpan dalam lemari khusus yang terbuat dari kayu dan dikunci. Untuk vaksin, serum dan supositoria disimpan di lemari pendingin dengan suhu yang diatur sesuai kestabilan obat tersebut.

Obat dikelompokan berdasarkan bentuk sediaan (tablet, salep, krim, drop, sirup, injeksi, obat tetes, supositoria, infus, inhalasi, dan lain-lain), aspek farmakologinya (golongan antibiotika, psikotropika, narkotika, dan lain-lain), dan kelompok obat generik, semuanya disusun menurut alfabetis dan disusun dalam kotak yang tercantum nama obat.

Dalam penataan ruangan ini, Apotek Kimia Farma 160 Setia Budi Medan telah memenuhi dasar penataan ruangan yaitu :

− Kebersihan dan keindahan. − Informatif


(69)

− Ada tempat terpisah antara peracikan obat seperti pulveres, kapsul, salep, krim pada ruangan khusus tertutup kaca (transparan), agar konsumen dapat melihat bagaimana obat tersebut disiapkan, dan tempat menyiapkan dan memberi etiket obat jadi, pada ruangan peracikan yang tidak perlu dilihat oleh konsumen.

3. Ruang kasir.

Ruangan ini tidak terlalu lebar yang terdiri dari sebuah meja yang memanjang dimana di atas meja tersebut di pajang beberapa item obat dan beberapa pengumuman tentang pelayanan yang ada di apotek Kimia Farma 160 Setia Budi.

4. Ruang tunggu.

Ruangan ini terdiri dari kursi dan meja yang nyaman dengan sebuah televisi. Ruangan ini diharapkan dapat memberikan keleluasaan bagi pasien dalam menunggu obat yang tengah dipersiapkan.


(70)

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan

1. Desain dan tata letak apotek Kimia Farma 160 Setia Budi Medan telah tertata dengan sangat optimal, dan memberikan kenyamanan bagi pasien. 2. Penataan bagian Medikal Mini Market (M3) di apotek Kimia Farma 160

Setia Budi Medan difokuskan pada produk kesehatan untuk dewasa, anak-anak, dan juga bayi.

3. Ruangan peracikan memiliki tempat yang terpisah dalam meracik obat bentuk pulveres, kapsul, salep, krim, dengan ruangan tempat mempersiapkan member etiket obat jadi, sehingga memberikan keleluasaan bagi pegawai dalam mempersiapkan obat secara efisien.

4. Kebersihan ruangan dan kaca-kaca tetap dipertahankan, sehingga pasien akan merasa nyaman berada di dalam apotek.

5. Pilihan produk yang ada di swalayan Apotek Kimia Farma 160 belum lengkap dan belum sesuai dengan kebutuhan target pasar.

6. Promosi, konseling obat dan swamedikasi di apotek Kimia Farma sudah berjalan namun belum maksimal.

7. Pelayanan terhadap pelanggan sudah baik, dimana karyawan atau petugas selalu menyapa dengan ramah dan siap membantu.


(71)

7.2 Saran

1. Produk-produk obat di Apotek Kimia Farma 160 sebaiknya disediakan lengkap terlebih produk yang sering dicari pelanggan.

2. Sebaiknya Apotek Kimia Farma 160 memiliki kasir tersendiri sehingga tidak mengganggu pelayanan resep.

3. Pengelolaan sistem tata letak dan tampilan pada swalayan farmasi sebaiknya lebih ditingkatkan karena tampilan merupakan penarik awal yang dapat membangun citra apotek bagi pelanggan.


(72)

DAFTAR PUSTAKA

Amir, M. T.,(2004). Manajemen Ritel. Penerbit PPM. Yogyakarta. Hal. 33, 132-133,146

Anief, M.,(1995). Manajemen Farmasi. UGM-Press. Yogyakarta. Hal. 74

Seto, Soerjono, dkk. (2004). Manajemen Farmasi Lingkup : Apotek, Farmasi Rumah Sakit, Pedagang Besar Farmasi, Industri Farmasi. Cetakan pertama. Universitas Airlangga Press. Surabaya. Hal. 1-8, 59, 65

Umar, M.,(2005). Manajemen Apotek Praktis. CV. Ar Rahman. Solo. Hal:80,115 www.kimiafarma.co.id.diakses tanggal 1 Mei 2008


(1)

BAB VI PEMBAHASAN

Penataan desain dan tata ruang dalam apotek Kimia Farma 160 Setia Budi memiliki 4 bagian, yaitu :

1. Bagian Medikal Mini Market (M3)

Merupakan bagian yang memajang produk swalayan, obat bebas (OTC) dan produk kesehatan baik untuk dewasa, anak-anak, dan bayi, juga alat-alat kesehatan.

Dasar-dasar pertimbangan dalam desain dan tata letak Medikal Mini Market (M3) ini antara lain :

a. Estetika, yaitu seni keindahan dalam menata dan mendisain rak atau lemari.

Di Apotek Kimia Farma 160 Setia Budi penataan dan disain lemari sudah cukup baik. Hanya saja perlu penambahan kaca di bagian belakang lemari agar memberikan kesan dalam dan penuh, sehingga pasien yang datang jadi lebih tertarik untuk membeli. b. Lay out, yaitu tata letak, susunan barang yang dapat memberikan

kenyamanan, kemudahan (keluar-masuk) bagi pasien dalam memperoleh obat yang dibutuhkan.

Di Apotek Kimia Farma 160 Setia Budi ini tata letak barang disesuaikan menurut usia, jenis kelamin, kandungan bahan aktif, dan jenis produk. Sehingga pasien akan lebih mudah mencari apa yang dikehendaki.


(2)

c. Tanda, yaitu petunjuk mengenai tempat-tempat produk yang terdapat di setiap lemari.

Di Apotek Kimia Farma 160 Setia Budi ini tidak ditemukan tanda/petunjuk mengenai produk. Hal ini diterapkan untuk menghindari biaya yang lebih besar, karena ketinggian lemari yang tidak terlalu tinggi sehingga pasien akan dapat dengan mudah melihat produk yang terdapat disetiap lemari.

2. Ruang peracikan atau ruang penyiapan obat.

Ruangan ini tidak terlalu lebar dan terdiri dari beberapa kategori. Di bagian belakang disusun berdasarkan peraturan penyimpanan obat yang baik, dimana untuk obat golongan narkotika dan psikotropika disimpan dalam lemari khusus yang terbuat dari kayu dan dikunci. Untuk vaksin, serum dan supositoria disimpan di lemari pendingin dengan suhu yang diatur sesuai kestabilan obat tersebut.

Obat dikelompokan berdasarkan bentuk sediaan (tablet, salep, krim, drop, sirup, injeksi, obat tetes, supositoria, infus, inhalasi, dan lain-lain), aspek farmakologinya (golongan antibiotika, psikotropika, narkotika, dan lain-lain), dan kelompok obat generik, semuanya disusun menurut alfabetis dan disusun dalam kotak yang tercantum nama obat.

Dalam penataan ruangan ini, Apotek Kimia Farma 160 Setia Budi Medan telah memenuhi dasar penataan ruangan yaitu :

− Kebersihan dan keindahan.

− Informatif

Widya Hartila : Laporan Praktek Kerja Profesi Apotek Kimia Farma 160 Medan, 2008 USU e-Repository © 2008


(3)

− Ada tempat terpisah antara peracikan obat seperti pulveres, kapsul, salep, krim pada ruangan khusus tertutup kaca (transparan), agar konsumen dapat melihat bagaimana obat tersebut disiapkan, dan tempat menyiapkan dan memberi etiket obat jadi, pada ruangan peracikan yang tidak perlu dilihat oleh konsumen.

3. Ruang kasir.

Ruangan ini tidak terlalu lebar yang terdiri dari sebuah meja yang memanjang dimana di atas meja tersebut di pajang beberapa item obat dan beberapa pengumuman tentang pelayanan yang ada di apotek Kimia Farma 160 Setia Budi.

4. Ruang tunggu.

Ruangan ini terdiri dari kursi dan meja yang nyaman dengan sebuah televisi. Ruangan ini diharapkan dapat memberikan keleluasaan bagi pasien dalam menunggu obat yang tengah dipersiapkan.


(4)

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan

1. Desain dan tata letak apotek Kimia Farma 160 Setia Budi Medan telah tertata dengan sangat optimal, dan memberikan kenyamanan bagi pasien. 2. Penataan bagian Medikal Mini Market (M3) di apotek Kimia Farma 160

Setia Budi Medan difokuskan pada produk kesehatan untuk dewasa, anak-anak, dan juga bayi.

3. Ruangan peracikan memiliki tempat yang terpisah dalam meracik obat bentuk pulveres, kapsul, salep, krim, dengan ruangan tempat mempersiapkan member etiket obat jadi, sehingga memberikan keleluasaan bagi pegawai dalam mempersiapkan obat secara efisien.

4. Kebersihan ruangan dan kaca-kaca tetap dipertahankan, sehingga pasien akan merasa nyaman berada di dalam apotek.

5. Pilihan produk yang ada di swalayan Apotek Kimia Farma 160 belum lengkap dan belum sesuai dengan kebutuhan target pasar.

6. Promosi, konseling obat dan swamedikasi di apotek Kimia Farma sudah berjalan namun belum maksimal.

7. Pelayanan terhadap pelanggan sudah baik, dimana karyawan atau petugas selalu menyapa dengan ramah dan siap membantu.

Widya Hartila : Laporan Praktek Kerja Profesi Apotek Kimia Farma 160 Medan, 2008 USU e-Repository © 2008


(5)

7.2 Saran

1. Produk-produk obat di Apotek Kimia Farma 160 sebaiknya disediakan lengkap terlebih produk yang sering dicari pelanggan.

2. Sebaiknya Apotek Kimia Farma 160 memiliki kasir tersendiri sehingga tidak mengganggu pelayanan resep.

3. Pengelolaan sistem tata letak dan tampilan pada swalayan farmasi sebaiknya lebih ditingkatkan karena tampilan merupakan penarik awal yang dapat membangun citra apotek bagi pelanggan.


(6)

Widya Hartila : Laporan Praktek Kerja Profesi Apotek Kimia Farma 160 Medan, 2008 USU e-Repository © 2008

DAFTAR PUSTAKA

Amir, M. T.,(2004). Manajemen Ritel. Penerbit PPM. Yogyakarta. Hal. 33, 132-133,146

Anief, M.,(1995). Manajemen Farmasi. UGM-Press. Yogyakarta. Hal. 74

Seto, Soerjono, dkk. (2004). Manajemen Farmasi Lingkup : Apotek, Farmasi

Rumah Sakit, Pedagang Besar Farmasi, Industri Farmasi. Cetakan

pertama. Universitas Airlangga Press. Surabaya. Hal. 1-8, 59, 65

Umar, M.,(2005). Manajemen Apotek Praktis. CV. Ar Rahman. Solo. Hal:80,115 www.kimiafarma.co.id.diakses tanggal 1 Mei 2008