Analisis Komparasi Usaha Agribisnis antara Pola Tanam Tumpang Sari Tanaman Tomat dan Cabai dengan Tomat Monokultur dan Cabai Monokultur (Kasus : Kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang

Indonesia telah lama dikenal sebagai Negara agraris. Lebih dari 50% penduduk hidup
dari kegiatan yang langsung dan tidak langsung berhubungan dengan pertanian dan
pedesaan. Dengan lahan yang luas, tingkat kesuburan yang tinggi serta jumlah tenaga
kerja yang melimpah dapat diharapkan sektor pertanian menjadi tumpuan ekonomi
nasional kita (Oudejans, 2006).
Pertanian Indonesia adalah tanaman pertanian tropika, karena sebagian besar
daerahnya berada di daerah tropik yang langsung dipengaruhi oleh garis khatulistiwa
yang memotong Indonesia hampir menjadi dua. Di samping pengaruh khatulistiwa ,
ada dua faktor alam lain yang ikut memberi corak pertanian Indonesia. Pertama,
bentuknya sebagai kepulauan dan kedua topografinya yang bergunung-gunung
(Mubyarto, 1985).
Tanaman-tanaman pertanian iklim sub-tropik dan tanaman iklim sedang seperti teh,
kopi, kina, sayur-sayuran (hortikultura), dan buah-buahan menjadi tanaman
perdagangan di Indonesia (Mubyarto, 1985).

Tanaman sayur berperan penting dalam kehidupan sehari-hari. Awalnya tanaman ini
dikenal sebagai tanaman perkebunan rakyat, tetapi sekarang lebih dikenal dengan
nama hortikultura. Hortikultura termasuk tanaman yang secara tidak langsung
memiliki nilai keindahan. Budidaya sayuran perlu pengolahan dan perhatian yang

1
Universitas Sumatera Utara

2

lebih dari tanaman lain. Agar hasil bertanam sayur maksimal, perlu diperhatikan
dasar usaha bertanam, di antaranya pengolahan tanah, pemupukan, pengelolaan air,
penyemaian

benih,

penanaman,

pemeliharaan


tanaman,

pemungutan

hasil,

penanganan hasil juga perlu pemahaman analisis usaha bila tujuan bertanam untuk
dijual (Sunarjono, 2004).
Kabupaten Simalungun adalah daerah yang mempunyai potensi besar dalam bidang
sayur-sayuran. Ada banyak jenis tanaman yang dibudidayakan di daerah Kabupaten
Simalungun, hal ini dapat dilihat pada Tabel 1. Luas Panen dan Produksi Jenis
Sayuran Tahun 2013 di Kabupaten Simalungun.
Tabel 1. Luas Panen dan Produksi Jenis Sayuran Tahun 2013 di Kabupaten
Simalungun
No

Jenis Komoditi

Luas Panen (ha)


Produksi (ton)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Bawang Merah
Bawang Putih
Cabai
Kentang
Kubis
Wortel
Terung

Tomat
Petsai
Buncis
Total

148
6
1.725
2.209
2.769
39
278
668
994
397
9.233

1.900
46
25.904

37.782
64.517
593
1.972
9.753
13.022
5.983
161.472

Sumber : BPS SUMUT 2014

Berdasarkan data Tabel 1 dapat diketahui produksi tertinggi hingga terendah yaitu
kubis sebesar 64.517 ton, kentang sebesar 37.782 ton, cabai 25.904 ton, petsai sebesar
13.022 ton, tomat sebesar 9.753 sebesar ton, buncis sebesar 5.983 ton terung sebesar

Universitas Sumatera Utara

3

1.972 ton, bawang merah 1.900 sebesar ton, wortel 593 ton, bawang putih sebesar 46

ton.
Sedangkan, luas panen dan produksi setiap Kecamatan di Kabupaten Simalungun
tahun 2013.
Tabel 2. Luas Panen dan Produksi Tomat dan Cabai Tahun 2013 Setiap
Kecamatan di Kabupaten Simalungun.
Kecamatan

Luas Lahan
Tomat (Ha)
Silimakuta
80
P. Silimahuta
60
Purba
368
Haranggaol
1
D. Pardamean
46
Sidamanik

P. Sidamanik
38
G. Sipangan
4
T. Jawa
Hatonduhan
D. Panribuan
J. Hatoran
Panei
P. Panei
7
Raya
29
D. Silou
34
Silou Kahean
1
R. Kahean
T. Dolok
G. Malela

G. Maligas
-

Produksi
Tomat (Ton)
1.168
876
5.743
15
672
555
58
102
423
496
15
-

Luas Lahan
Cabai (Ha)

173
56
428
1
69
64
17
32
2
6
22
51
18
243
18
4
6

Produksi
Cabai (Ton)

2.520
816
6.234
14
1.005
932
248
466
87
320
743
262
3.452
262
58
87

Sumber : BPS Sumut 2014

Tomat mempunyai produksi yang cukup besar di Kecamatan Purba yaitu 5.743 ton.

Tomat merupakan salah satu jenis tanaman sayur-sayuran (hortikultura), tomat adalah
tanaman semusim berbentuk perdu. Tomat akan lebih sesuai bila ditanam di daerah

Universitas Sumatera Utara

4

kering dan berhawa panas walaupun daerah tersebut merupakan daerah pegunungan
(Tim Penulis PS, 1997).
Sistem tumpang sari adalah penanaman lebih dari satu jenis tanaman yang seumur
pada waktu dan tempat yang sama dengan jarak tanam yang seumur pada waktu dan
tempat yang sama dengan barisan-barisan tertentu. Usaha pertanian ini mempunyai
susunan barisan untuk barisan teratur, sehingga perlakuan untuk tiap jenis tanaman
seperti halnya penyiangan, pemupukan, penyemprotan hama dan aktivitas lainnya
lebih teratur (Thahir, 1985).
Tanaman tumpang sari dapat meningkatkan produksi tanaman dan pendapatan petani,
serta menghindarkan kegagalan bagi satu jenis tanaman dengan menambahkan satu
atau lebih jenis tanaman lain yang mempunyai sifat kompatibel (Prawoto, 2008).
Dalam hal ini yang mempunyai sifat kompatibel adalah cabai. Cabai banyak ditanam
dengan tomat karena cabai merupakan tanaman yang komersil , dapat dipanen dengan
genjah (cepat) yaitu 3 – 4 bulan setelah tanam yang dapat menambah pendapatan
petani selain dari tanaman tomat. Ini terbukti dari produksi cabai di Kecamatan Purba
yaitu 6.234 ton
Selain itu, dari tomat inilah cabai mengambil unsur hara dikarenakan tanaman cabai
mempunyai banyak akar samping yang dangkal. Akar samping inilah yang berfungsi
sebagai penyerap unsur-unsur hara yang ada pada pola tanam tumpang sari dengan
tomat pada satu lahan.

Universitas Sumatera Utara

5

Peluang bisnis tomat dan cabai memang cukup menarik untuk diamati. Harga ini
masih tetap menjadi beban risiko terbesar yang ditanggung petani, petani selalu
menerima harga yang sangat berfluktuatif. Walaupun demikian, pada saat tertentu
harga tomat dan cabai dapat melonjak naik sehingga memberikan nilai tambah bagi
petani (Setiadi, 2004).
Namun, salah satu kelemahan yang ditumpangsarikan yakni cabai adalah apabila
ditanam dengan sistem monokultur tidak berproduksi secara maksimal. Dengan kata
lain, cabai akan mudah terserang penyakit layu yang mengakibatkan tanaman cabai
akan mati secara perlahan-lahan (Ketua Kelompok Tani Bunga Sampang).
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka insiatif petani adalah menanam cabai
dengan sistem tanam tumpang sari. Sistem tumpang sari yang biasa digunakan petani
adalah sistem tanam tumpang sari sama umur yaitu tomat dengan cabai.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik melakukan penelitian tentang analisis
komparasi usaha agribisnis tumpang sari tanaman tomat dan cabai dengan pola
monokultur khususnya di Kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun, Provinsi
Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara

6

1.1 Identifikasi Masalah
1. Bagaimana pelaksanaan pola tanam tumpang sari tomat dengan cabai di daerah
penelitian?
2. Bagaimana penggunaan biaya produksi usaha agribisnis pola tanam tumpang sari
apabila dibedakan dengan pola monokultur di daerah penelitian?
3. Bagaimana penerimaan dan pendapatan bersih usaha agribisnis pola tumpang sari
apabila dibedakan dengan pola monokultur di daerah penelitian?
4. Bagaimana kelayakan usaha agribisnis secara pola tumpang sari apabila dibedakan
dengan pola monokultur di daerah penelitian?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pelaksanaan pola tanam tumpang sari tomat dengan cabai di
daerah penelitian.
2. Untuk menganalisis penggunaan biaya produksi usaha agribisnis pola tanam
tumpang sari apabila dibedakan dengan pola monokultur di daerah penelitian.
3. Untuk menganalisis penerimaan dan pendapatan bersih usaha agribisnis pola
tumpang sari apabila dibedakan dengan pola monokultur di daerah penelitian.
4. Untuk menganalisis kelayakan usaha agribisnis secara pola tumpang sari apabila
dibedakan dengan pola monokultur di daerah penelitian.

Universitas Sumatera Utara

7

1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti, penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Sumatera Utara,
Medan.
2. Bagi petani, penelitian ini dilaksanakan sebagai bahan pertimbangan bagi petani
untuk melakukan usaha agribisnis tomat dengan cabai secara pola tumpang sari.
3. Bagi pemerintah, penelitian ini dilaksanakan sebagai bahan informasi bagi
pemerintah untuk menetapkan kebijaksanaan dalam mendorong petani untuk lebih
gencar melakukan sistem pertanaman tumpang sari yang bersifat lebih komersil
seperti tomat dengan cabai.
4. Bagi peneliti lain, penelitian ini dilaksanakan sebagai bahan referensi bagi pihakpihak peneliti yang akan melakukan penelitian usaha agribisnis sistem pertanaman
tumpang sari pada komoditi komersil yang lain.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pertumbuhan dan Produksi Tomat (Lycopersicon esculantum Mill.) Toleran Naungan pada Pola Tanam Tumpang Sari

0 11 29

Analisis Komparasi Usaha Agribisnis antara Pola Tanam Tumpang Sari Tanaman Tomat dan Cabai dengan Tomat Monokultur dan Cabai Monokultur (Kasus : Kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun)

2 52 148

KOMPATIBILITAS TANAMAN TOMAT DAN CABAI DENGAN KOMBINASI PUPUK ORGANIK DAN HAYATI Kompatibilitas Tanaman Tomat Dan Cabai Dengan Kombinasi Pupuk Organik Dan Hayati (Cendawan Mikoriza Arbuskula).

0 1 15

KOMPATIBILITAS TANAMAN TOMAT DAN CABAI DENGAN KOMBINASI PUPUK ORGANIK DAN HAYATI Kompatibilitas Tanaman Tomat Dan Cabai Dengan Kombinasi Pupuk Organik Dan Hayati (Cendawan Mikoriza Arbuskula).

0 1 11

Analisis Komparasi Usaha Agribisnis antara Pola Tanam Tumpang Sari Tanaman Tomat dan Cabai dengan Tomat Monokultur dan Cabai Monokultur (Kasus : Kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun)

0 0 13

Analisis Komparasi Usaha Agribisnis antara Pola Tanam Tumpang Sari Tanaman Tomat dan Cabai dengan Tomat Monokultur dan Cabai Monokultur (Kasus : Kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun)

0 0 1

Analisis Komparasi Usaha Agribisnis antara Pola Tanam Tumpang Sari Tanaman Tomat dan Cabai dengan Tomat Monokultur dan Cabai Monokultur (Kasus : Kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun)

0 0 14

Analisis Komparasi Usaha Agribisnis antara Pola Tanam Tumpang Sari Tanaman Tomat dan Cabai dengan Tomat Monokultur dan Cabai Monokultur (Kasus : Kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun)

0 0 2

Analisis Komparasi Usaha Agribisnis antara Pola Tanam Tumpang Sari Tanaman Tomat dan Cabai dengan Tomat Monokultur dan Cabai Monokultur (Kasus : Kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun)

0 0 57

ANALISIS KOMPARASI USAHA AGRIBISNIS ANTARA POLA TANAM TUMPANG SARI TANAMAN TOMAT DAN CABAI DENGAN TOMAT MONOKULTUR DAN CABAI MONOKULTUR

0 0 13