Pengaruh Profitabilitas, Aktivitas dan Ukuran Perusahaan terhadap Publikasi Sustainability Report (pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Priode 2012-2014)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori
2.1.1 Teori Stakeholder
Teori stakeholder merupakan teori yang menjelaskan tentang keberadaan perusahaan dalam menjalankan kegiatannya untuk memberikan kontribusi bagi stakeholdernya. “Kelangsungan hidup
perusahaan tergantung pada dukungan stakeholder dan dukungan tersebut harus dicari sehingga aktivitas perusahaan adalah untuk mencari dukungan tersebut. Makin powerful stakeholder, makin besar usaha perusahaan untuk beradaptasi. Pengungkapan sosial dianggap sebagai bagian dari dialog antara perusahaan dengan stakeholdernya”, Gray dkk (dalam Handoko, 2014:74). Menurut the Clarkson Centre for Business Ethics
(dalam Magness, 2008:178) menyatakan bahwa :
“stakeholder perusahaan dibagi kedalam dua bentuk besar yaitu
primary stakeholders dan secondary stakeholders. Primary stakeholders merupakan pihak-pihak yang mempunyai kepentingan secara ekonomi terhadap perusahaan dan menanggung risiko seperti misalnya investor, kreditor, karyawan, komunitas lokal namun disisi lain pemerintah juga termasuk kedalam golongan primary sta keholders walaupun tidak secara langsung mempunyai hubungan secara ekonomi namun hubungan diantara keduanya lebih bersifat non-kontraktual. Bentuk yang kedua adalah
secondary stakeholders dimana sifat hubungan keduanya saling mempengaruhi namun kelangsungan hidup perusahaan secara ekonomi tidak ditentukan oleh stakeholder jenis ini. Contoh
secondary stakeholders adalah media dan kelompok kepentingan seperti lembaga sosial masyarakat, serikat buruh, dan sebagainya”.
(2)
Perusahaan dalam hal ini merupakan bagian dari beberapa elemen yang membentuk masyarakat dalam sistem sosial yang berlaku. Keadaan tersebut kemudian menciptakan sebuah hubungan timbal balik antara perusahaan dan para stakeholder yang berarti perusahaan harus melaksanakan peranannya secara dua arah untuk memenuhi kebutuhan perushaan sendiri maupun stakeholder lainya dalam sebuah sistem sosial. Oleh karena itu, segala sesuatu yang dihasilkan dan dilakukan oleh masing-masing bagian dari stakeholder akan saling mempengaruhi satu dengan yang lainya.
Fokus teori stakeholder yang mengacu pada pengambilan keputusan manajerial membuat perusahaan berusaha memberikan informasi yang bermanfaat bagi stakeholder tersebut. Pengungkapan informasi tersebut dibagi menjadi dua yaitu yang bersifat wajib (mandatory) dan yang bersifat sukarela (voluntary). Bentuk pengungkapan sukarela yang sedang berkembang pesat saat ini adalah publikasi
sustainability report. “Melalui sustainability report (ekonomi, sosial, dan lingkungan) perusahaan dapat memberikan informasi yang lebih cukup dan lengkap berkaitan dengan kegiatan usahanya”, Ghozali dan Chariri (dalam Azka, 2013:11). Seiring berjalannya waktu pandangan tentang
stakeholder telah mulai berubah secara susbstansial, perkembangan teori
stakeholders membawa perubahan terhadap indikator kesusuksesan perusahaan. Hal tersebut tercermin dengan munculnya paradigm triple bottom line. Melalui pengungkapan sustainability report diharapkan dapat
(3)
memenuhi keinginan dari stakeholder sehingga akan menghasilkan hubungan yang harmonis antara perusahaan dengan stakeholdernya. 2.1.2 Teori Legitimasi
Legitimasi organisasi dapat dilihat sebagai sesuatu di inginkan atau dicari perusahaan dari masyarakat. Dengan demikian, “legitimasi merupakan manfaat atau sumber daya potensial bagi perusahaan untuk bertahan hidup (going concern). Definisi tersebut mengisyaratkan, bahwa legitimasi merupakan sistem pengelolaan perusahaan berorientasi pada keberpihakan terhadap masyarakat, pemerintah, individu, dan kelompok masyarakat”, ( http://muchtareffendiharahap.blogspot.com/2014/02/teori-teori-tentang-csr-coorporate.html). Untuk itu, sebagai suatu sistem mengedepankan keberpihakan kepada masyarakat, operasi perusahaan harus kongruen dengan harapan masyarakat.
“Teori legitimasi menegaskan bahwa perusahaan terus berupaya untuk memastikan bahwa mereka beroperasi dalam bingkai dan norma yang ada dalam masyarakat atau lingkungan dimana perusahaan berada, dimana mereka berusaha untuk memastikan bahwa aktivitas mereka (perusahaan) diterima oleh pihak luar sebagai suatu yang sah”, Deegan (dalam Soelistyoningrum, 2011:14). Ghozali dan Chariri (dalam Soelistyoningrum, 2011:15) menyatakan bahwa “hal yang melandasi teori legitimasi adalah kontrak sosial yang terjadi antara perusahaan dengan masyarakat dimana perusahaan beroperasi dan menggunakan sumber ekonomi”. “Kesesuaian nilai sosial yang ingin diciptakan oleh perusahaan
(4)
dapat diciptakan melalui peningkatan komunikasi yang efektif bagi masyarakat. Komunikasi ini dapat dilakukan melalui pengungkapan informasi-informasi tambahan yang lebih bersifat pendukung dan kebanyakan bersifat sukarela”, Suryono (dalam Puspowardhani 2013:16). Salah satu usaha yang dapat dilakukan perusahaan yakni dengan pembuatan sustainability report. Laporan ini dapat digunakan oleh perusahaan untuk memperoleh legitimasi. Apabila perusahaan melakukan pengungkapan sosial, maka perusahaan merasa keberadaan dan aktivitasnya akan mendapat status dari masyarakat atau lingkungan dimana perusahaan tersebut beroperasi atau dapat dikatakan terlegitimasi. 2.2 Sustainability Report
Sustainability report adalah praktek pengukuran, pengungkapan dan upaya akuntabilitas dari kinerja organisasi dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan kepada para pemangku kepentingan baik internal maupun eksternal.
Sustainability report merupakan sebuah istilah umum yang dianggap sinonim dengan istilah lainnya untuk menggambarkan laporan mengenai dampak ekonomi, lingkungan, dan sosial (misalnya triple bottom line, laporan pertanggungjawaban perusahaan, dan lain sebagainya) (GRI, 2006:3).
Sustainability report harus menyediakan gambaran yang berimbang dan masuk akal dari kinerja keberlanjutan sebuah organisasi – baik kontribusi yang positif maupun negatif. Sustainability report yang disusun berdasarkan kerangka pelaporan Global Reporting Initiative (GRI) mengungkapkan keluaran dan hasil yang terjadi dalam suatu periode laporan tertentu dalam konteks komitmen
(5)
organisasi, strategi, dan pendekatan manajemennya (GRI, 2006:3). Sustainability report di Indonesia telah dipraktikkan sejak tahun 2000 dan pedoman GRI telah digunakan sebagai referensi bagi laporan perusahaan. Perusahaan yang pertama kali mengungkapkan Sustainability report sebagai laporan yang terpisah adalah PT Kaltim Prima Coal pada tahun 2005”, (Soelistyoningrum, 2011:4). Meskipun jumlah perusahaan di Indonesia yang melaporkan sustainability report terus meningkat, namun ada berbagai alasan untuk tidak berpuas diri, dan masih pentingnya kerja keras hingga bertahun-tahun ke depan. karena jumlah perusahaan pembuat sustainability report masihlah terlampau sedikit jika dibandingkan dengan jumlah seluruh perusahaan di Indonesia.
2.2.1 Pengungkapan Sustainability Report
Pengungkapan sustainability report perusahaan bersifat sukarela (voluntary disclosure), yaitu diungkapkan oleh perusahaan secara sukarela tanpa diharuskan oleh standar yang ada. Standar pelaporan sustainability report di Indonesia masih belum memiliki standar yang baku, sehingga mengakibatkan timbulnya variasi luas pengungkapan dalam laporan tahunan masing-masing perusahaan. Di Indonesia, peraturan mengenai kesadaran akan perlunya menjaga lingkungan dan tanggung jawab sosial telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang menjelaskan bahwa perusahaan dalam menjalankan kegiatan usaha yang berhubungan dengan sumber daya alam wajib melakukan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Pengungkapan sustainability report juga telah
(6)
dianjurkan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.1 Paragraf 9 Tahun 2009, (dalam Azka, 2013:16) yaitu sebagai berikut :
“Entitas dapat pula menyajikan terpisah dari laporan keuangan, laporan mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah, khususnya bagi industri dimana faktor-faktor lingkungan hidup memegang peranan penting dan bagi industri yang menganggap karyawan sebagai kelompok pengguna laporan keuangan yang memegang peranan penting.”
Berdasarkan pernyataan tersebut, maka perusahaan diharapkan untuk dapat mengungkapkan segala informasi yang berkaitan dengan
sustainability report yang dilakukan perusahaan. Pengungkapan tersebut dilaporkan dalam bentuk laporan nilai tambah. Namun peraturan tersebut tidak mengatur tentang pedoman atau standar pelaporan mana yang harus digunakan. Untuk mengatasi hal ini, pedoman sustainability report yang dikeluarkan oleh Global Reporting Initiative yang telah diakui secara internasional dapat digunakan sebagai acuan dalam menyusun sustainability report.
2.2.2 Prinsip Pengungkapan Sustainability Report
Prinsip Pelaporan berperan penting untuk mencapai transparansi
sustainability report dan oleh karenanya harus diterapkan oleh semua organisasi ketika menyusun sustainability report (GRI, 2013:16). Prinsip-prinsip tersebut dibagi menjadi dua kelompok: Prinsip-Prinsip-prinsip untuk menentukan konten laporan dan prinsip-prinsip untuk menentukan kualitas laporan.
(7)
Prinsip-prinsip untuk menentukan konten laporan menjelaskan proses yang harus diterapkan untuk mengidentifikasi apa konten laporan yang harus dibahas dengan mempertimbangkan aktivitas, dampak, dan harapan serta kepentingan yang substantif dari para pemangku kepentingannya. prinsip-prinsip untuk menentukan konten laporan yang tercantum dalam Global Reporting Iniative (2013:16), yaitu :
1.Pelibatan pemangku kepentingan
Organisasi harus mengidentifikasi para pemangku kepentingannya,
dan menjelaskan bagaimana organisasi telah menanggapi harapan
dan kepentingan wajar dari mereka. 2.Konteks keberlanjutan
Laporan harus menyajikan kinerja organisasi dalam konteks keberlanjutan yang lebih luas.
3.Materialitas
Laporan harus mencakup Aspek yang:
a. Mencerminkan dampak ekonomi, lingkungan, dan sosial yang signifikan dari organisasi; atau
b. Secara substantial memengaruhi asesmen dan keputusan pemangku kepentingan.
(8)
4. Kelengkapan
Laporan harus berisi cakupan Aspek Material dan Boundary, cukup untuk mencerminkan dampak ekonomi, lingkungan, dan sosial yang signifikan, serta untuk memungkinkan pemangku kepentingan dapat menilai kinerja organisasi dalam periode pelaporan.
Prinsip-prinsip untuk menentukan kualitas laporan memberikan arahan berupa pilihan-pilihan untuk memastikan kualitas informasi dalam
sustainability report, termasuk penyajian yang tepat. Kualitas informasi adalah hal yang penting untuk memungkinkan para pemangku kepentingan dapat membuat asesmen kinerja yang masuk akal serta mengambil tindakan yang tepat, GRI (2013:17). Prinsip-prinsip untuk menentukan kualitas laporan yang tercantum dalam Global Reporting Iniative
(2013:17), yaitu :
1. Keseimbangan
Laporan harus mencerminkan aspek-aspek positif dan negatif dari kinerja organisasi untuk memungkinkan dilakukannya asesmen yang beralasan atas kinerja organisasi secara keseluruhan.
2. Komparabilitas
Organisasi harus memilih, mengumpulkan, dan melaporkan informasi secara konsisten. Informasi yang dilaporkan harus disajikan dengan cara yang memungkinkan para pemangku
(9)
kepentingan menganalisis perubahan kinerja organisasi dari waktu ke waktu, dan yang dapat mendukung analisis relatif terhadap organisasi lain.
3. Akurasi
Informasi yang dilaporkan harus cukup akurat dan terperinci bagi para pemangku kepentingan untuk dapat menilai kinerja organisasi.
4. Ketepatan waktu
Organisasi harus membuat laporan dengan jadwal yang teratur sehingga informasi tersedia tepat waktu bagi para pemangku kepentingan untuk membuat keputusan yang tepat.
5. Kejelasan
Organisasi harus membuat informasi tersedia dengan cara yang dapat dimengerti dan dapat diakses oleh pemangku kepentingan yang menggunakan laporan.
6. Keandalan
Organisasi harus mengumpulkan, mencatat, menyusun, menganalisis, dan mengungkapkan informasi serta proses yang digunakan untuk menyiapkan laporan agar dapat diuji, dan hal itu akan menentukan kualitas serta materialitas informasi.
2.2.3 Indikator Pengungkapan Sustainability Report
Indikator memberikan informasi tentang kinerja atau dampak di bidang ekonomi, lingkungan, dan sosial dari suatu organisasi terkait
(10)
dengan aspek materialnya (GRI, 2013:47). Indikator pengungkapan
sustainability report menurut Global Reporting Iniative (2013:47), yaitu sebagai berikut:
1. Ekonomi
Dimensi keberlanjutan ekonomi berkaitan dengan dampak organisasi terhadap keadaan ekonomi bagi pemangku kepentingannya, dan terhadap sistem ekonomi di tingkat lokal, nasional, dan global. Kategori Ekonomi menggambarkan arus modal di antara pemangku kepentingan yang berbeda, dan dampak ekonomi utama dari organisasi di seluruh lapisan masyarakat.
2. Lingkungan
Dimensi keberlanjutan lingkungan berkaitan dengan dampak organisasi pada sistem alam yang hidup dan tidak hidup, termasuk tanah, udara, air, dan ekosistem. Kategori Lingkungan meliputi dampak yang terkait dengan input (seperti energi dan air) dan output (seperti emisi, efluen dan limbah). Termasuk juga keanekaragaman hayati, transportasi, dan dampak yang berkaitan dengan produk dan jasa, serta kepatuhan dan biaya lingkungan.
(11)
3. Sosial
Dimensi keberlanjutan sosial membahas dampak yang dimiliki organisasi terhadap sistem sosial di mana organisasi beroperasi. Kategori Sosial berisi sub-Kategori:
a. Praktik ketenagakerjaan dan kenyamanan bekerja b. Hak asasi manusia
c. Masyarakat
d. Tanggung jawab atas produk
Sebagian besar konten sub-kategori didasarkan pada standar universal yang diakui secara internasional atau referensi internasional lainnya yang relevan.
2.2.4 Manfaat Sustainability Report
Manfaat sustainability report menurut Global Reporting Iniative
(2006:3), yaitu sebagai berikut :
1. Patok banding dan pengukuran kinerja keberlanjutan yang menghormati hukum, norma, kode, standar kinerja, dan inisiatif sukarela.
2. Menunjukkan bagaimana organisasi mempengaruhi dan dipengaruhi oleh harapannya mengenai pembangunan berkelanjutan.
3. Membandingkan kinerja dalam sebuah organisasi dan di antara berbagai organisasi dalam waktu tertentu.
(12)
Manfaat sustainability report menurut World Business Council for Sustainable Development (dalam Azka, 2013:21), yaitu sebagai berikut :
1. Sustainability report memberikan informasi kepada stakeholder
(pemegang saham, anggota komunitas lokal, pemerintah), dan meningkatkan prospek perusahaan, serta membantu mewujudkan transparansi.
2. Sustainabilty report dapat membantu membangun reputasi sebagai alat yang memberikan kontribusi untuk meningkatkan
brand value, market share, dan loyalitas konsumen jangka panjang.
3. Sustainability report dapat menjadi cerminan bagaimana perusahaan mengelola risikonya.
4. Sustainability report dapat digunakan sebagai stimulasi
leadership thinking dan performance yang didukung dengan semangat kompetisi.
5. Sustainability report dapat mengembangkan dan menfasilitasi pengimplementasian dari sistem manajemen yang lebih baik dalam mengelola dampak ekonomi, sosial, dan lingkungan. 6. Sustainability report cenderung mencerminkan secara langsung
kemampuan dan kesiapan perusahaan untuk memenuhi keinginan pemegang saham untuk jangka panjang.
7. Sustainability report membantu membangun ketertarikan para pemegang saham dengan visi jangka panjang dan membantu
(13)
mendemonstrasikan bagaimana meningkatkan nilai perusahaan yang terkait dengan isu sosial dan lingkungan.
2.3 Karakteristik Perusahaan 2.3.1 Kinerja Keuangan
Kinerja Keuangan adalah hasil keputusan berdasarkan penilaian terhadap kemampuan perusahaan, baik dari aspek likuiditas, aktivitas, solvabilitas dan profitabilitas yang dibuat oleh pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan (Soelistyoningrum, 2011:26). Kinerja keuangan dipakai manajemen sebagai salah satu pedoman untuk mengelola sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Kinerja keuangan merefleksikan kinerja fundamental perusahaan yang akan diukur dengan menggunakan data yang berasal dari laporan keuangan. Laporan dari kinerja keuangan dibuat untuk menggambarkan kondisi keuangan perusahaan masa lalu dan digunakan untuk memprediksi keuangan dimasa yang akan datang (Soelistyoningrum, 2011:26).
Pengukuran kinerja keuangan dapat dilakukan dengan penilaian analisis rasio keuangan. Analisis rasio keuangan merupakan dasar untuk menilai dan menganalisis prestasi operasi perusahaan atau kinerja perusahaan. Ada dua variabel kunci yang digunakan sebagai ukuran yang menghubungkan antara reputasi tanggung jawab sosial perusahaan dengan kinerja ekonominya, yaitu tingkat kemampuan menciptakan pendapatan melalui penjualan dan tingkat kemampuan menciptakan laba, Belkaoui dkk (dalam Soelistyoningrum, 2011:26).
(14)
2.3.1.1 Profitabilitas
Rasio profitabilitas merupakan rasio yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu dan juga memberikan gambaran tentang tingkat efektifitas manajemen dalam melaksanakan kegiatan operasinya. Efektifitas manajemen disini dilihat dari laba yang dihasilkan terhadap penjualan dan investasi perusahaan. Rasio profitabilitas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam mendapatka laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya (Syafri, 2008:304). Profitabilitas dapat diukur dengan berbagai macam cara diantaranya menggunakan return on asset, return on equity, net profit margin dan gross profit margin.
Dalam penelitian ini, rasio profitabilitas diukur dengan Return on Equity (ROE). Return on equity (ROE) merupakan perbandingan antara laba bersih sesudah pajak dengan total ekuitas. return on equity adalah rasio yang memperlihatkan sejauh manakah perusahaan mengelola modal sendiri (net worth) secara efektif, mengukur tingkat keuntungan dari investasi yang telah dilakukan pemilik modal sendiri atau pemegang saham perusahaan (Sawir, 2009:20).
2.3.1.2 Aktivitas
“Rasio aktivitas, yaitu rasio yang dimaksudkan untuk mengukur sampai seberapa besar keefektifan perusahaan dalam mengelola sumber-
(15)
sumber dananya”, (Azka, 2013:24). Semua rasio aktivitas ini melibatkan perbandingan antara tingkat penjualan dan investasi pada berbagai jenis aktiva. Rasio-rasio aktivitas menganggap bahwa sebaiknya terdapat keseimbangan yang layak antara penjualan dan beragam unsur aktiva misalnya persediaan, aktiva tetap dan aktiva lainnya. Rasio aktivitas dapat diukur dengan menggunakan total asset turnover, fixed asset turnover, inventory turnover, average collection period, dan working capital turnover.
Dalam penelitian ini, Rasio aktivitas diukur dengan fixed asset turnover. fixed asset turnover merupakan perbandingan antara penjualan bersih dengan aktiva tetap. Fixed assets turnover mengukur efektivitas penggunaan dana yang tertanam pada harta tetap seperti pabrik dan peralatan, dalam rangka menghasilkan penjualan, atau berapa rupiah penjualan bersih yang dihasilkan oleh setiap rupiah yang diinvestasikan pada aktiva tetap (Sawir, 2003:17).
2.3.2 Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan nilai yang menunjukkan besar kecilnya perusahaan. Ukuran perusahaan biasanya diukur dengan menggunakan total penjualan, total aset, dan kapitalisasi pasar. Semakin besar nilai total penjualan, total aset, dan kapitalisasi pasar maka semakin besar pula ukuran perusahaan. “Semakin besar total aset maka semakin banyak modal yang ditanam, semakin banyak penjualan maka semakin banyak perputaran uang dan semakin besar kapitalisasi pasar maka
(16)
semakin besar pula perusahaan dikenal dalam masyarakat” (Sudarmadji dan Sularto, 2007). Dalam penelitian ini, Ukuran perusahaan diukur dengan total aktiva. Total aktiva dipilih sebagai proksi atas ukuran perusahaan dengan mempertimbangkan bahwa nilai aktiva relatif lebih stabil dibandingkan dengan ukuran lain dalam mengukur ukuran perusahaan (Sudarmaji dan Sularto, 2007).
2.4 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai pengungkapan sustainability report masih dalam fase awal sehingga masih sedikit penelitian yang membahas mengenai sustainability report. Penelitian tentang sustainability report yang dilakukan oleh Penelitian-penelitian sebelumnya telah mencoba menelaah lebih luas mengenai praktik pengungkapan sustainability report yang dilakukan dengan variasi jenis variabel dan perusahaan yang berbeda-beda.
Susanto dan Tarigan (2013) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Pengungkapan Sustainability Report terhadap Profitabilitas Perusahaan, variabel Independen yang digunakan yaitu profitabilitas (return on asset). Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya pengungkapan kinerja sosial dan pengungkapan kinerja tanggung jawab produk yang mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan.
Azka (2013) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Pengungkapan Sustainability Report pada Perusahaan Peserta Indonesia Sustainability Report Award (ISRA). Dalam penelitiannya mengemukakan bahwa variable likuiditas (current ratio) berpengaruh positif terhadap pengungkapan sustainability report, sedangkan aktivitas (total asset
(17)
turnover) tidak berpengaruh terhadap pengungkapan sustainability report dan profitabilitas (return on asset) juga tidak berpengaruh terhadap pengungkapan
sustainability report.
Ahmad (2014) juga pernah melakukan penelitian mengenai Pengaruh Karakteristik Perusahaan dan Profitabilitas Terhadap Pengungkapan Sustainability Rreport (studi empiris pada perusahaan yang terdaftar di BEI priode 2010-2012).
Hasilnya adalah ukuran perusahaan (total asset) berpengaruh siginifikan positif terhadap pengungkapan sustainability report, tipe industri berpengaruh signifikan positif terhadap pengungkapan sustainability report dan profitabilitas (return on asset) berpengaruh terhadap pengungkapan sustainability report.
Natalia dan Tarigan (2014) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh
Sustainability Report Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Publik dari Sisi
Profitabilitas Ratio. Variabel Independen yang digunakan yaitu: pengungkapan kinerja ekonomi, pengungkapan kinerja lingkungan, dan pengungkapan kinerja sosial. Sedangkan variabel dependen yang digunakan adalah rasio profitabilitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya pengaruh negatif signifikan untuk pengungkapan kinerja ekonomi dan hubungan positif tidak signifikan untuk kinerja lingkungan, serta pengaruh positif signifikan untuk kinerja sosial terhadap kinerja keuangan dari sisi rasio Profitabilitas.
(18)
Tabel 2.1
Review Penelitian Terdahulu Nama
Peneliti
Judul dan Peneliti Variabel Hasil Penelitian Azka (2013) Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Pengungkapan Sustainability Report pada
Perusahaan Peserta Indonesia Sustainability Report Award (ISRA). Variabel Independen : Likuiditas, Aktivitas, Profitabilitas Variabel Dependen : Sustainability Rreport Likuiditas berpengaruh positif terhadap pengungkapan
sustainability report, sedangkan aktivitas dan profitabilitas tidak berpengaruh terhadap pengungkapan sustainability report Ahmad (2014) Pengaruh Karakteristik Perusahaan dan Profitabilitas Terhadap Pengungkapan Sustainability Rreport (studi empiris pada perusahaan yang terdaftar di BEI priode 2010-2012) Variabel Independen : Ukuran perusahaan, Tipe industri, Profitabilitas Variabel Dependen : Sustainability Rreport
Ukuran perusahaan dan tipe industri berpengaruh siginifikan positif terhadap pengungkapan sustainability report, sedangkan profitabilitas berpengaruh terhadap pengungkapan sustainability report.
(19)
Natalia dan Tarigan
(2014)
Pengaruh
Sustainability Report Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Publik dari Sisi
Profitabilitas Ratio
Variabel Independen : Pengungkapan kinerja ekonomi, pengungkapan kinerja lingkungan, dan pengungkapan kinerja sosial Variabel Dependen : Profitabilitas Ratio Pengaruh negatif signifikan untuk pengungkapan kinerja ekonomi dan hubungan positif tidak signifikan untuk kinerja
lingkungan, serta pengaruh positif
signifikan untuk kinerja sosial Susanto dan Tarigan (2013) Pengaruh Pengungkapan Sustainability Report terhadap Profitabilitas Perusahaan Variabel Independen : Sustainability Report Variabel Dependen : Profitabilitas Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya pengungkapan kinerja sosial dan pengungkapan kinerja tanggung jawab produk yang mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan.
(20)
2.5 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual dibuat untuk memperlihatkan hubungan pengaruh setiap variabel dalam satu penelitian. Berdasarkan rumusan masalah, landasan teoritis dan review penelitian terdahulu, kerangka konseptual ini digambarkan pada Gambar 2.1.
Variabel Independen Variabel Dependen
H1
H2
H3
H4 Gambar 2.1
Kerangka Konseptual Penelitian
Menutut Sugiyono (2004:49) “kerangka konseptuan merupakan sintesa tentang hubungan antara variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah di deskripsikan”. Kerangka konseptual akan menghubungkan antara variabel– variebel penelitian, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Dalam penelitian ini,
Sustainability Report (Y) menjadi variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas
Aktivitas
(fixed asset turnover) ( X2)
Ukuran Perusahaan
(total asset) ( X3 )
Sustainability Report
(Y) Profitabilitas
( return on equity) (X1)
(21)
profitabilias (X1), aktivitas (X2), dan ukuran perusahaan (X3). Alasan peneliti
untuk menjadikan Sustainability Report (Y) sebagai variabel dependen adalah untuk mengetahui apakah publikasi sustainability report perusahaan dipengaruhi oleh ketiga variabel bebas di atas.
Sustainability report merupakan laporan publik dimana perusahaan memberikan gambaran posisi dan aktivitas perusahaan pada aspek ekonomi, lingkungan dan sosial kepada stakeholder internal dan eksternalnya. Publikasi
sustainability report diukur dengan SRDI(sustainability report disclosure index) berdasarkan indikator GRI (Global Reporting Initiative). Kemudian terdapat faktor yang mungkin mempengaruhi tingkat Publikasi sustainability report
diantaranya profitabilitas, aktivitas dan ukuran perusahaan.
a. Pengaruh Profitabilitas (X1) terhadap Publikasi Sustainability Report
(Y)
Profitabilitas, yaitu kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba. Profitabilitas merupakan salah satu indikator penting untuk menilai kinerja suatu perusahaan (Azka, 2013:33). Menurut Bowman dkk (dalam Anggraini, 2006:10) “semakin tinggi tingkat profitabilitas, semakin tinggi pula tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan”. Perusahaan yang memiliki kemampuan kinerja keuangan yang baik, akan identik dengan upaya-upaya untuk melakukan pengungkapan yang lebih luas (Azka, 2013:33). Tingkat profitabilitas yang semakin tinggi mencerminkan kemampuas entitas dalam menghasilkan laba semakin tinggi, sehingga entitas mampu untuk meningkatkan tanggung jawab
(22)
sosial, serta melakukan pengungkapan tanggung jawab sosialnya dalam laporan keuangan yang lebih luas (Puspowardhani, 2013:36). Hal ini memberikan interpretasi bahwa perusahaan dengan profitabilitas yang tinggi dapat mengatasi biaya-biaya atas pengungkapan tanggung jawab sosial tersebut (Puspowardhani, 2013:36). Salah satu bentuk pengungkapan aktivitas sosial lingkungan adalah dengan pengungkapan
sustainability report. Pengungkapan sustainability report disajikan secara terpisah dari annual report.
b. Pengaruh Aktivitas (X2) terhadap Publikasi Sustainability Report (Y)
Aktivitas, yaitu kemampuan perusahaan untuk mengukur sampai seberapa besar keefektifan dalam mengelola sumber–sumber dananya. Aktivitas menunjukkan bagaimana keefektifan perusahaan dalam menggunakan keseluruhan aktivanya untuk menciptakan penjualan dan mendapatkan laba (Azka, 2013:31). Semakin efektif perusahaan mengelola dananya maka akan mencerminkan kondisi keuangan yang stabil, kuat, dan rendah risiko. Kondisi inilah yang merupakan upaya dari perusahaan untuk mendapat dukungan dari para stakeholder demi kelangsungan hidup perusahaan (Puspowardhani, 2013:39).
Dilling (2009:22) menjelaskan bahwa dari 70% penelitian menunjukkan hubungan positif antara kinerja perusahaan dengan pengungkapan tangggung jawab sosial. Pengungkapan sustainability report oleh perusahaan, juga sebagai sarana pelaporan kepada stakeholder
(23)
aktivitas, memberikan kecenderungan perusahaan untuk mengungkapkan informasi yang lebih lengkap selain hanya membiayai kegiatan operasi perusahaan (Azka, 2013:32).
c. Pengaruh Ukuran Perusahaan (X3) terhadap Publikasi Sustainability
Report (Y)
Menurut Bambang (dalam Ahmad, 2014:7) “ukuran perusahaan dapat digunakan untuk mewakili karakteristik keuangan perusahaan. Ukuran perusahaan (firm size) dapat diartikan sebagai besar kecilnya perusahaan dapat dilihat dari nilai equity, nilai perusahaan ataupun hasil nilai aktiva dari suatu perusahaan”. Perusahaan dengan asset yang besar lebih banyak mendapat sorotan dari publik. Maka dari itu, perusahaan yang besar cenderung lebih banyak mengeluarkan biaya untuk mengungkapkan informasi yang lebih luas sebagai upaya untuk menjaga legitimasi perusahaan (Ahmad, 2014:7). Cowen et al. (dalam Wijaya, 2012:27) menyatakan, “secara teoritis perusahaan besar tidak akan lepas dari tekanan, dan perusahaan yang lebih besar mempunyai aktivitas operasi yang lebih banyak dan memberikan pengaruh yang lebih besar terhadap masyarakat, serta mungkin akan memiliki pemegang saham yang lebih banyak yang akan selalu memperhatikan program sosial yang dibuat perusahaan sehingga pengungkapan informasi sosial perusahaan akan semakin luas”.
(24)
d. Pengaruh Profitabilitas (X1), Aktivitas (X2) dan Ukuran Perusahaan
(X3) terhadap Publikasi Sustainability Report (Y)
Sustainability report merupakan laporan publik dimanaperusahaan memberikan gambaran posisi dan aktivitas perusahaan pada aspek ekonomi, lingkungan dan sosial kepada stakeholder internal dan eksternalnya. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi publikasi
sustainability report. Di antara lain ialah tingkat rasio profitabilitas, rasio aktivitas dan ukuran perusahaan. “Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dengan menggunakan sumber-sumber yang dimiliki perusahaan, seperti aktiva, modal atau penjualan”, Sudana (dalam Ahmad, 2013:8). Sedangkan “Rasio aktivitas, yaitu rasio yang dimaksudkan untuk mengukur sampai seberapa besar keefektifan perusahaan dalam mengelola sumber- sumber dananya”, (Azka, 2013:24). Semakin efektif tindakan-tindakan perusahaan dalam pengelolaan dana, maka perusahaan akan memiliki kecenderungan untuk mencapai kondisi keuangan yang semakin stabil dan kuat. perusahaan dengan keuangan yang stabil dan kuat akan mampu untuk meningkatkan tanggung jawab sosial, serta melakukan pengungkapan tanggung jawab sosialnya yang lebih luas.
Perusahaan dengan asset yang besar lebih banyak mendapat sorotan dari publik. Maka dari itu, perusahaan yang besar cenderung lebih banyak mengeluarkan biaya untuk mengungkapkan informasi yang lebih luas sebagai upaya untuk menjaga legitimasi perusahaan. Legitimasi
(25)
perusahaan dapat diwujudkan melalui pengungkapan sustainability report.
Sustainability report akan mengungkapkan bagaimana tanggung jawab perusahaan atas aktivitas yang telah dilakukan (Ahmad, 2014:7).
2.6 Hipotesis Penelitian
Menurut Dani (2008:10), “hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah yang masih bersifat praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya”. Jadi, hipotesis sebagai sebuah kesimpulan sementara yang masih akan dibuktikan lagi kebenarannya. Hipotesis akan memberikan jawaban terkait rumusan masalah. Pemilihan hipotesis dalam penelitian ini ditentukan setelah melakukan kajian pustaka.
Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalah, landasan teori dan kerangka konseptual, maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut :
H1: Profitabilitas (X1) berpengaruh terhadap publikasi sustainability report (Y)
pada perusahaan yang terdaftar di BEI periode 2012-2014.
H2: Aktivitas perusahaan (X2) berpengaruh terhadap publikasi sustainability
report (Y) pada perusahaan yang terdaftar di BEI periode 2012-2014. H3: Ukuran perusahaan (X2) berpengaruh terhadap publikasi sustainability
report (Y) pada perusahaan yang terdaftar di BEI periode 2012-2014. H4: Profitabilitas (X1), Aktivitas (X2) dan Ukuran Perusahaan (X3)
berpengaruh secara simultan terhadap publikasi sustainability report (Y) pada perusahaan yang terdaftar di BEI periode 2012-2014.
(1)
2.5 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual dibuat untuk memperlihatkan hubungan pengaruh setiap variabel dalam satu penelitian. Berdasarkan rumusan masalah, landasan teoritis dan review penelitian terdahulu, kerangka konseptual ini digambarkan pada Gambar 2.1.
Variabel Independen Variabel Dependen
H1
H2
H3
H4 Gambar 2.1
Kerangka Konseptual Penelitian
Menutut Sugiyono (2004:49) “kerangka konseptuan merupakan sintesa tentang hubungan antara variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah di deskripsikan”. Kerangka konseptual akan menghubungkan antara variabel– variebel penelitian, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Dalam penelitian ini,
Sustainability Report (Y) menjadi variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas Aktivitas
(fixed asset turnover)
( X2)
Ukuran Perusahaan
(total asset) ( X3 )
Sustainability Report (Y)
Profitabilitas (return on equity)
(2)
profitabilias (X1), aktivitas (X2), dan ukuran perusahaan (X3). Alasan peneliti
untuk menjadikan Sustainability Report (Y) sebagai variabel dependen adalah untuk mengetahui apakah publikasi sustainability report perusahaan dipengaruhi oleh ketiga variabel bebas di atas.
Sustainability report merupakan laporan publik dimana perusahaan memberikan gambaran posisi dan aktivitas perusahaan pada aspek ekonomi, lingkungan dan sosial kepada stakeholder internal dan eksternalnya. Publikasi
sustainability report diukur dengan SRDI(sustainability report disclosure index) berdasarkan indikator GRI (Global Reporting Initiative). Kemudian terdapat faktor yang mungkin mempengaruhi tingkat Publikasi sustainability report
diantaranya profitabilitas, aktivitas dan ukuran perusahaan.
a. Pengaruh Profitabilitas (X1) terhadap Publikasi Sustainability Report
(Y)
Profitabilitas, yaitu kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba. Profitabilitas merupakan salah satu indikator penting untuk menilai kinerja suatu perusahaan (Azka, 2013:33). Menurut Bowman dkk (dalam Anggraini, 2006:10) “semakin tinggi tingkat profitabilitas, semakin tinggi pula tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan”. Perusahaan yang memiliki kemampuan kinerja keuangan yang baik, akan identik dengan upaya-upaya untuk melakukan pengungkapan yang lebih luas (Azka, 2013:33). Tingkat profitabilitas yang semakin tinggi mencerminkan kemampuas entitas dalam menghasilkan laba semakin tinggi, sehingga entitas mampu untuk meningkatkan tanggung jawab
(3)
sosial, serta melakukan pengungkapan tanggung jawab sosialnya dalam laporan keuangan yang lebih luas (Puspowardhani, 2013:36). Hal ini memberikan interpretasi bahwa perusahaan dengan profitabilitas yang tinggi dapat mengatasi biaya-biaya atas pengungkapan tanggung jawab sosial tersebut (Puspowardhani, 2013:36). Salah satu bentuk pengungkapan aktivitas sosial lingkungan adalah dengan pengungkapan
sustainability report. Pengungkapan sustainability report disajikan secara terpisah dari annual report.
b. Pengaruh Aktivitas (X2) terhadap Publikasi Sustainability Report (Y)
Aktivitas, yaitu kemampuan perusahaan untuk mengukur sampai seberapa besar keefektifan dalam mengelola sumber–sumber dananya. Aktivitas menunjukkan bagaimana keefektifan perusahaan dalam menggunakan keseluruhan aktivanya untuk menciptakan penjualan dan mendapatkan laba (Azka, 2013:31). Semakin efektif perusahaan mengelola dananya maka akan mencerminkan kondisi keuangan yang stabil, kuat, dan rendah risiko. Kondisi inilah yang merupakan upaya dari perusahaan untuk mendapat dukungan dari para stakeholder demi kelangsungan hidup perusahaan (Puspowardhani, 2013:39).
Dilling (2009:22) menjelaskan bahwa dari 70% penelitian menunjukkan hubungan positif antara kinerja perusahaan dengan pengungkapan tangggung jawab sosial. Pengungkapan sustainability report oleh perusahaan, juga sebagai sarana pelaporan kepada stakeholder
(4)
aktivitas, memberikan kecenderungan perusahaan untuk mengungkapkan informasi yang lebih lengkap selain hanya membiayai kegiatan operasi perusahaan (Azka, 2013:32).
c. Pengaruh Ukuran Perusahaan (X3) terhadap Publikasi Sustainability
Report (Y)
Menurut Bambang (dalam Ahmad, 2014:7) “ukuran perusahaan dapat digunakan untuk mewakili karakteristik keuangan perusahaan. Ukuran perusahaan (firm size) dapat diartikan sebagai besar kecilnya perusahaan dapat dilihat dari nilai equity, nilai perusahaan ataupun hasil nilai aktiva dari suatu perusahaan”. Perusahaan dengan asset yang besar lebih banyak mendapat sorotan dari publik. Maka dari itu, perusahaan yang besar cenderung lebih banyak mengeluarkan biaya untuk mengungkapkan informasi yang lebih luas sebagai upaya untuk menjaga legitimasi perusahaan (Ahmad, 2014:7). Cowen et al. (dalam Wijaya, 2012:27) menyatakan, “secara teoritis perusahaan besar tidak akan lepas dari tekanan, dan perusahaan yang lebih besar mempunyai aktivitas operasi yang lebih banyak dan memberikan pengaruh yang lebih besar terhadap masyarakat, serta mungkin akan memiliki pemegang saham yang lebih banyak yang akan selalu memperhatikan program sosial yang dibuat perusahaan sehingga pengungkapan informasi sosial perusahaan akan semakin luas”.
(5)
d. Pengaruh Profitabilitas (X1), Aktivitas (X2) dan Ukuran Perusahaan
(X3) terhadap Publikasi Sustainability Report (Y)
Sustainability report merupakan laporan publik dimanaperusahaan memberikan gambaran posisi dan aktivitas perusahaan pada aspek ekonomi, lingkungan dan sosial kepada stakeholder internal dan eksternalnya. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi publikasi
sustainability report. Di antara lain ialah tingkat rasio profitabilitas, rasio aktivitas dan ukuran perusahaan. “Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dengan menggunakan sumber-sumber yang dimiliki perusahaan, seperti aktiva, modal atau penjualan”, Sudana (dalam Ahmad, 2013:8). Sedangkan “Rasio aktivitas, yaitu rasio yang dimaksudkan untuk mengukur sampai seberapa besar keefektifan perusahaan dalam mengelola sumber- sumber dananya”, (Azka, 2013:24). Semakin efektif tindakan-tindakan perusahaan dalam pengelolaan dana, maka perusahaan akan memiliki kecenderungan untuk mencapai kondisi keuangan yang semakin stabil dan kuat. perusahaan dengan keuangan yang stabil dan kuat akan mampu untuk meningkatkan tanggung jawab sosial, serta melakukan pengungkapan tanggung jawab sosialnya yang lebih luas.
Perusahaan dengan asset yang besar lebih banyak mendapat sorotan dari publik. Maka dari itu, perusahaan yang besar cenderung lebih banyak mengeluarkan biaya untuk mengungkapkan informasi yang lebih luas sebagai upaya untuk menjaga legitimasi perusahaan. Legitimasi
(6)
perusahaan dapat diwujudkan melalui pengungkapan sustainability report.
Sustainability report akan mengungkapkan bagaimana tanggung jawab perusahaan atas aktivitas yang telah dilakukan (Ahmad, 2014:7).
2.6 Hipotesis Penelitian
Menurut Dani (2008:10), “hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah yang masih bersifat praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya”. Jadi, hipotesis sebagai sebuah kesimpulan sementara yang masih akan dibuktikan lagi kebenarannya. Hipotesis akan memberikan jawaban terkait rumusan masalah. Pemilihan hipotesis dalam penelitian ini ditentukan setelah melakukan kajian pustaka.
Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalah, landasan teori dan kerangka konseptual, maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut :
H1: Profitabilitas (X1) berpengaruh terhadap publikasi sustainability report (Y)
pada perusahaan yang terdaftar di BEI periode 2012-2014.
H2: Aktivitas perusahaan (X2) berpengaruh terhadap publikasi sustainability
report (Y) pada perusahaan yang terdaftar di BEI periode 2012-2014. H3: Ukuran perusahaan (X2) berpengaruh terhadap publikasi sustainability
report (Y) pada perusahaan yang terdaftar di BEI periode 2012-2014. H4: Profitabilitas (X1), Aktivitas (X2) dan Ukuran Perusahaan (X3)
berpengaruh secara simultan terhadap publikasi sustainability report (Y) pada perusahaan yang terdaftar di BEI periode 2012-2014.