Pengaruh mekanisme corporate governance, ukuran perusahaan dan profitabilitas perusahaan terhadap pengungkapan corporate social responsibility di dalam laporan sustainability : Studi empiris pada perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-

(1)

PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE, UKURAN PERUSAHAAN DAN PROFITABILITAS PERUSAHAAN TERHADAP PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DI DALAM LAPORAN SUSTAINABILITY

(Studi Empiris Pada Perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2013)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Persyaratan Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

oleh: DITA ROHMAH NIM: 1111082000020

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS DIRI

1. Nama : Dita Rohmah

2. Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 21 Juni 1993

3. Alamat : Jl. Pisangan Barat No.15 Rt/Rw 03/005 Cirendeu- Ciputat Timur, Tangerang Selatan, kode pos 15419

4. Telepon : 083897813644 (HP)

5. Email : dita011@yahoo.com

6. Ayah : Haulian Pasaribu

7. Ibu : Hestiawati

8. Anak ke-, dari : 1 dari 5 bersaudara

II. PENDIDIKAN

1. Tahun 2003 – 2005 : SD Islam Ruhama 2. Tahun 2005 – 2008 : SMP Negeri 1 Ciputat 3. Tahun 2008 – 2011 : SMA Negeri 74 Jakarta

4. Tahun 2011 – Sekarang : Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

III. PENGALAMAN ORGANISASI

1. Bendahara LF UIN Jakarta periode 2014-2015

2. Pengurus bidang Seni & olahraga Himpunan Mahasiswa Jurusan Akuntansi Periode 2013 - 2014


(7)

vii ABSTRACT

Influences of Corporate Governance Mechanicm, Size and Profitability to Corporate Social Responsibility In Sustainability Report (Study on Companies Listed In

Indonesia Stock Exchange During The Years 2010-2013)

The study aims to examine the effect of corporate governance, firm size, and profitability to corporate social responsibility disclosure in sustainability report. The mechanism of corporate governance used are independent commissioner, institutional ownership, and foreign ownership.

This research is a quantitative study using scientific research in the form of positive economics. The nature and type of this research is descriptive with the method used by literature survey. Data used is secondary data obtained from www.idx.co.idand corporate websites. The analytical method used is multiple linear regression analysis with SPSS version 22. The populations in this study are all companies listed on the Indonesia Stock Exchange during the period 2010 until 2013. Samples are taken by purposive sampling method amount 21companies with 4 years observation.

Based on the results of multiple regression analysis with a significant level of 5%, the results of this study concluded that: (1) Independent Commissary does not signicantly influence the effect on the disclosure of CSR in the sustainability report with the significant value 0.390 > 0.05. (2) Institutional Ownership has a significant effect on the disclosure of CSR in the sustainability report with the significant value 0.003 < 0.05. (3) Foreign Ownership does not signicantly influence the effect on the disclosure of CSR in the sustainability report with the significant value 0.221 > 0.05. (4) Firm Size has a significant effect on the disclosure of CSR in the sustainability report with the significant value 0.000 < 0.05. (5) Profitability has a significant effect on the disclosure of CSR in the sustainability report with the significant value 0.001< 0.05.

Keywords: Independent Commissioner, Institutional Ownership, Foreign Ownership, Firm Size, Profitability, Corporate Social Responsibility Disclosure, Sustainability Report


(8)

viii ABSTRAK

Pengaruh Mekanisme Corporate Governance, Ukuran Perusahaan, dan Profitabilitas Perusahaan Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility

di dalam Laporan Sustainability (Studi Empiris Pada Perusahaan yang Listing di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2013)

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh mekanisme corporate governance, ukuran perusahaan, dan profitabilitas perusahaan terhadap pengungkapan corporate social responsibility di dalam laporan sustainability. Mekanisme corporate governance yang digunakan adalah dewan komisaris independen, kepemilikan institusional, dan kepemilikan asing.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan menggunakan

penelitian keilmuan berupa ekonomi positif. Sifat dan jenis dari penelitian ini adalah

deskriptif dengan metode yang digunakan berdasarkan survei literatur. Jenis data yang

digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari www.idx.co.id dan website

perusahaan. Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda

dengan bantuan software SPSS versi 22. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2010 sampai 2013. Sedangkan sampel penelitian ini ditentukan dengan menggunakan metode purposive sampling sehingga diperoleh 21 perusahaan sampel dengan pengamatan selama 4 tahun.

Berdasarkan hasil analisis regresi berganda dengan tingkat signifikansi 5% maka hasil penelitian ini menyimpulkan: (1) Dewan komisaris independen tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR di dalam laporan Sustainability dengan nilai signifikansi 0.390 > 0.05. (2) Kepemillikan institusional berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR di dalam laporan sustainability dengan nilai signifikansi 0.003 < 0.05. (3) Kepemilikan asing tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR dalam laporan sustainability dengan nilai signifikansi 0.221 > 0.05. (4) Ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR di dalam laporan sustainability dengan nilai signifikansi 0.000 > 0.05, dan (5) Profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR di dalam laporan sustainability dengan nilai signifikansi 0.001 > 0.05.

Kata kunci: Dewan Komisaris Independen, Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Asing, Ukuran perusahaan, Profitabilitas, Corporate Social Responsibility Disclosure, Sustainability Report.


(9)

ix

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji bagi Allah SWT, Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, yang telah memberikan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, nabi akhir zaman, yang telah membimbing umatnya menuju jalan kebenaran. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih atas bantuan, bimbingan, dukungan, semangat dan doa, baik langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian skripsi ini, kepada:

1. Kedua orang tua yang paling saya cintai yaitu Ayahanda Haulian Pasaribu dan Ibunda Hestiawati yang dengan ikhlas memberikan dukungan dengan penuh kasih sayang selalu mencurahkan perhatian, cinta, bimbingan, nasihat, serta dukungan moril maupun materil serta doa tiada henti kepada penulis.

2. Keempat adik saya Ridwan Efendi, M.Ilham Adairobi, Salwa Ramadhani Pasaribu dan Haura Khansa Pasaribu yang senantiasa selalu memberikan semangat dan dukungan kepada penulis.

3. Bapak Dr. Arief Mufraini, Lc. M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dosen Pembimbing Skripsi 1 yang telah meluangkan waktu, mencurahkan perhatian, membimbing dan memberikan pengarahan kepada penulis. Terima kasih atas semua saran yang telah Bapak berikan selama proses penulisan skripsi sampai terlaksananya sidang skripsi. 5. Ibu Ismawati Haribowo, SE., M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi II yang

telah meluangkan waktu, mencurahkan perhatian, membimbing dan memberikan pengarahan kepada penulis. Terima kasih atas semua saran yang telah Ibu berikan selama proses penulisan skripsi sampai terlaksananya sidang skripsi. 6. Ibu Yessi Fitri, SE.,M.Si.,Ak.,CA selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas


(10)

x

7. Seluruh Dosen Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yangtelah banyak memberikan ilmu-ilmu kepada penulis.

8. Seluruh staf Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bantuan kepada penulis.

9. Dini Rachmawati sahabat dari semester 3 sampai saat ini. Terimakasih atas doa, motivasi, semangat yang diberikan sehingga teciptanya skripsi ini. Semoga persahabatan kita dapat terjalin selamanya.

10. Sahabat seperjuangan dari awal semester hingga sekarang DPRU (Putri, Rika, Uum) yang saling membantu dalam menyelesaikan tugas tugas kuliah. Terimakasih sudah menjadi sahabat yang baik dimasa kuliah.

11. Teman-teman jurusan Akuntansi Angkatan 2011 khususnya Akuntansi A

12. Rekan-rekan kementrian agama (Vicky, Liliek, Opi, Amna, Mpit) yang senantiasa memberikan motivasi, doa serta masukan-masukan sehingga teciptanya skripsi ini.

13. Ladies Futsal UIN dan Untung-untungan yang selalu memberikan doa serta semangat seingga terciptanya skripsi ini

14. Pihak–pihak yang telah membantu dalam pembuatan skripsi ini yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jakarta, 29 Juli 2015


(11)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ... iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ... iv

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ... v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vi

ABSTRACT ... vii

ABSTRAK ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Manfaat Penelitian ... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 13

A. Landasan Teori ... 13

1. Agency Theory ... 13

2. Stakeholder Theory ... 14

3. Legitimacy Theory ... 15

B. Tinjauan Literatur... 17

1. Corporate Social Rensponsibility ... 17


(12)

b. Konsep Corporate Social Rensponsibility. ... 18

c. Pengungkapan Sosial dalam Laporan Tahunan. ... 22

d. Pengungkapan Corporate Social Rensponsibility. ... 24

e. General Reporting Initiative (GRI). ... 26

2. Good Corporate Governance ... 31

3. Mekanisme Good Corporate Governance... 34

a. Dewan Komisaris Independen. ... 34

b. Kepemilikan Institusional. ... 38

c. Kepemilikan Asing. ... 39

d. Ukuran Perusahaan. ... 40

e. Profitabilitas. ... 41

C. Penelitian Terdahulu ... 44

D. Kerangka Penelitian ... 49

E. Hipotesis ... 50

1. Pengaruh Dewan Komisaris Independen Terhadap Pengungkapan Corporate Social Rensponsibility di dalam Laporan Sustainability ... 50

2. Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Pengungkapan Corporate Social Rensponsibility di dalam Laporan Sustainability ... 51

3. Pengaruh Kepemilikan Asing Terhadap Pengungkapan Corporate Social Rensponsibility di dalam Laporan Sustainability ... 53

4. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Pengungkapan Corporate Social Rensponsibility di dalam Laporan Sustainability ... 54

5. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Pengungkapan Corporate Social Rensponsibility di dalam Laporan Sustainability ... 55

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 56

A. Ruang Lingkup Penelitian ... 56


(13)

C. Metode Pengumpulan Data ... 58

D. Metode Analisis Data ... 58

1. Statistik Deskriptif ... 59

2. Uji Asumsi Klasik ... 59

3. Analisis Regresi Berganda ... 64

4. Pengujian Hipotesis ... 65

E. Operasional Variabel Penelitian ... 67

1. Variabel Independen ... 67

2. Variabel Dependen ... 70

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 73

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ... 73

B. Hasil Uji Instrumen Penelitian ... 75

1. Analisis Statistik Deskriptif ... 75

2. Hasil Uji Asumsi Klasik ... 79

3. Pengujian Hipotesis ... 86

C. Pembahasan ... 92

1. Pengaruh Dewan Komisaris Independen Terhadap Pengungkapan Corporate Social Rensponsibilitydi dalam Laporan Sustainability ... 92

2. Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Pengungkapan Corporate Social Rensponsibilitydi dalam Laporan Sustainability ... 95

3. Pengaruh Kepemilikan Asing Terhadap Pengungkapan Corporate Social Rensponsibilitydi dalam Laporan Sustainability ... 97

4. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Pengungkapan Corporate Social Rensponsibilitydi dalam Laporan Sustainability ... 99

5. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Pengungkapan Corporate Social Rensponsibilitydi dalam Laporan Sustainability ... 101


(14)

BAB V PENUTUP ... 104

A. Kesimpulan ... 104

B. Saran ... 106

Daftar Pustaka ... 107


(15)

DAFTAR TABEL

No Keterangan Halaman

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ... 44

Tabel 3.1 Autokorelasi ... 62

Tabel 3.2 Operasional Variabel ... 72

Tabel 4.1 Rincian Perolehan Sampel Penelitian ... 74

Tabel 4.2 Sampel Data Penelitian ... 74

Tabel 4.3 Statistik Deskriptif ... 76

Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Dengan Uji Kolmogorov-Smirnov ... 81

Tabel 4.5 Coefficientsa ... 82

Tabel 4.6 Hasil Uji Autokorelasi ... 83

Tabel 4.7 Uji Heterokedastisitas dengan Spearman ... 85

Tabel 4.8 Hasil Uji Koefisien Determinasi ... 86

Tabel 4.9 Uji signifikasi Simultan ... 88


(16)

DAFTAR GAMBAR

No Keterangan Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Penelitian ... 49

Gambar 4.1 Hasil uji normalitas dengan histogram normal ... 79

Gambar 4.2 Hasil uji normalitas dengan grafik normal plot ... 80


(17)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perusahaan yang tumbuh dan berkembang mempunyai tujuan utama yaitu profitabilitas dengan mendapatkan pencitraan dan persepsi yang baik dari para stakeholder. Namun dewasa ini pandangan tersebut bergeser kearah yang lebih kompleks yaitu bagaimana masyarakat sebagai pengguna hasil produksi perusahaan mengakui kredibilitas perusahaan tersebut. Sebab, perusahaan merupakan bagian dari masyarakat dan lingkungan yang keberadaannya tidak lepas darinya.

Mengingat hal tersebut maka penting bagi perusahaan untuk turut serta menjaga dan peduli terhadap aspek sosial baik masyarakat maupun lingkungan dimana perusahaan tersebut beroperasi. Konsep ini kemudian berkembang dengan istilah Corporate Sosial Responsibility (CSR). CSR dimaksudkan untuk mendorong dunia usaha lebih etis dalam menjalankan aktivitasnya agar tidak berdampak buruk pada masyarakat dan lingkungan hidupnya, sehingga pada akhirnya dunia usaha akan dapat bertahan secara berkelanjutan (Kusuma et al. 2014:2). CSR adalah salah satu faktor penting untuk meningkatkan nilai perusahaan, maka perusahaan perlu mempertimbangkan CSR sebagai salah satu aspek daya tarik bagi investor selain kinerja keuangan perusahaan.


(18)

Investor cenderung tertarik terhadap informasi sosial yang dilaporkan dalam laporan keuangan, dimana pelaporan keuangan merupakan media bagi manajemen perusahaan dalam memberikan informasi kinerja keuangan entitas yang bermanfaat untuk stakeholders. Selain pelaporan keuangan sebagai media pengungkapan tanggung jawab perusahaan, perkembangan pelaksanaan CSR mendorong perusahaan untuk juga mengungkapkan sebuah laporan yang tidak hanya berpijak pada kondisi keuangan saja tetapi juga menyediakan informasi lingkungan dan sosial yang kemudian disebut laporan berkelanjutan atau sustainability report (Ratnasari, 2011:2)

Secara definisi sustainability report adalah praktek pengukuran, pengungkapan dan upaya akuntabilitas dari kinerja organisasi dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan kepada para pemangku kepentingan baik internal maupun eksternal (http://www.globalreporting.org, di akses pada 12 Januari 2015). Sustainability report ini disusun berdasarkan pedoman dari Global Reporting Initiative (GRI) yang telah dikembangkan sejak tahun 1990 dan disusun tersendiri terpisah dari laporan keuangan atau laporan tahunan. Dalam penelitian ini item pengungkapan tanggung jawab sosial diukur berdasarkan 9 indikator kinerja ekonomi, 30 indikator kinerja lingkungan, dan 40 indikator kinerja sosial yang dikeluarkan oleh GRI.

Pengungkapan sustainability report di Indonesia didukung oleh sejumlah peraturan pemerintah, diantaranya UU No. 23 tahun 1997 mengenai lingkungan, UU No. 40 Pasal 66 ayat (2) dan Pasal 74 tahun 2007. Pasal 66 ayat (2) bagian c


(19)

berisi bahwa selain menyampaikan laporan keuangan, perusahaan juga diwajibkan melaporkan pelaksanaan tanggung jawab sosial. Sedangkan Pasal 74 berisi tentang kewajiban untuk melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan bagi perusahaan yang kegiatan usahanya berkaitan dengan sumber daya alam. Selain itu, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 1 tentang tanggung jawab atas laporan keuangan paragraf 9 (sembilan) secara implisit menyarankan untuk mengungkapkan tanggung jawab akan masalah lingkungan dan sosial dalam laporan tambahan mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah (Putri, 2013:2).

Dari deskripsi diatas menjadi sebuah pengantar mengenai perubahan paradigma CSR, bahwa perusahaan semakin menyadari CSR bukan lagi sebuah beban, melainkan daya tarik investor dan bagian dari modal sosial serta menjadi parameter perusahaan untuk mampu me-maintenance masyarakat dan lingkungan melalui program-program CSR.

Saat ini isu mengenai corporate social responsibility (CSR) dan keberlanjutan (sustainability) terus berkembang, dimana perusahaan menjadi sorotan utama perannya terhadap lingkungan. Dikarenakan banyaknya kasus-kasus yang terjadi terkait dengan lingkungan yang dilakukan oleh perusahaan yang berdampak pada masyarakat dan lingkungan.

Beberapa kasus yang terjadi di Indonesia khususnya di daerah-daerah yang memiliki kekayaan alam yang berlimpah banyak diakibatkan karena ketidakpedulian perusahaan terhadap kerusakan yang timbul dari pendirian


(20)

perusahaan itu sendiri. Seperti kasus yang dilakukan oleh PT. Freeport Indonesia yang melakukan perusakan lingkungan di daerah Papua yang dinilai tidak memenuhi batas air limbah dan telah mencemari biota laut, lumpur Lapindo di Sidoarjo yang dinobatkan sebagai perusahaan yang tidak bertanggung jawab, dan pencemaran Teluk Buyat Oleh PT. Newmont Minahasa Raya. Ada lagi kasus yang disebabkan oleh Perusahaan Besar Swasta (PBS) sawit yang sangat bermasalah bagi masyarakat lokal yang berdiam di kawasan konsesi perusahaan perkebunan tersebut karena perusahaan perkebunan yang bergerak dibidang komoditas kelapa sawit ini tidak mengantongi izin tetapi berani melakukan operasi besar-besaran dengan membabat hutan alam serta mencemari lingkungan sekitarnya (http://readersblog.mongabay.co.id, dikutip oleh Ucuy, 2015)

Kasus-kasus tersebut memberikan gambaran bahwa perusahaan sesungguhnya juga perlu memperhatikan sisi non keuangan terutama dari sisi lingkungan dan sosial. Untuk itu, perusahaan harus mulai menyadari untuk mendorong praktik pengungkapan tanggung jawab sosial serta memenuhi tuntutan akan penerapan good corporate governance dalam rangka pengelolaan perusahaan yang baik.

Praktik dan pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan konsekuensi logis dari implementasi Good Corporate Governance (GCG), yang prinsipnya antara lain menyatakan bahwa perusahaan perlu memperhatikan kepentingan stakeholder-nya, sesuai dengan aturan yang ada dan menjalin kerjasama yang aktif dengan stakeholder demi kelangsungan hidup jangka


(21)

panjang perusahaan. Pengaturan dan pengimplementasian GCG memerlukan komitmen dari seluruh jajaran organisasi, dimulai dengan penetapan kebijakan dasar dan tata tertib yang dianut oleh top manajemen serta penerapan kode etik yang dipatuhi oleh semua pihak yang ada di dalamnya. Apabila sistem Corporate Governance yang terdiri atas struktur Corporate Governance (pemegang saham, dewan komisaris, dewan direksi, komite audit, sekertaris perusahaan, manajer dan karyawan, auditor) dilaksanakan dengan mekanisme yang baik dan dilandasi dengan prinsip Corporate Governance, maka akan bermanfaat dalam mengatur dan mengendalikan perusahaan. Selain itu mekanisme dan struktur Governance perusahaan dapat dijadikan sebagai pendukung terhadap praktik dan pengungkapan CSR di Indonesia (Utama dalam Cahyaningsih dan Martina, 2011:173).

Dari penjelasan di atas menunjukan bahwa aktivitas CSR tidak bisa terlepas dari penerapan GCG. Pada penelitian kali ini, penerapan Corporate Governance akan dilihat melalui mekanismenya yang diproksikan dengan komposisi dewan komisaris independen, kepemilikan institusional dan kepemilikan asing serta profitabilitas dan ukuran perusahaan terhadap tingkat pengungkapan CSR di dalam laporan Sustainability.

Komisaris independen adalah komisaris yang bukan merupakan anggota manajemen, pemegang saham mayoritas, pejabat atau berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan pemegang saham mayoritas dari suatu perusahaan tersebut (Surya dan Yustiavandana, 2006: 135). Dengan adanya dewan komisaris


(22)

independen diharapkan dapat memberikan tekanan pada perusahaan untuk mengungkapkan sustainability report dalam rangka memastikan keselarasan antara keputusan dan tindakan perusahaan dengan nilai-nilai sosial dan legitimasi perusahaan (Ratnasari, 2011:9).

Kepemilikan institusional umumnya merupakan pemegang saham yang cukup besar karena memiliki pendanaan yang besar. Tingkat kepemilikan institusional yang tinggi menimbulkan usaha pengawasan yang lebih besar untuk menghalangi perilaku opportunistic manajer (Rustiarini, 2010:7).

Kepemilikan asing (foreign ownership) adalah jumlah saham yang dimiliki oleh pihak asing (luar negeri) baik oleh individu maupun lembaga terhadap saham perusahaan di Indonesia. Selama ini kepemilikan oleh pihak asing merupakan pihak yang dianggap concern terhadap pengungkapan CSR (Sari, 2014:6).

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba atau profit. Semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin besar pengungkapan informasi sosial. Ukuran perusahaan dapat diartikan sebagai suatu skala pengklasifikasian besar kecilnya suatu perusahaan atau organisasi yang didirikan oleh seseorang atau lebih untuk mencapai tujuannya.

Penelitian yang terkait dengan Corporate Governance, ukuran perusahaan, profitabilitas dan pengungkapan Corporate Social Responsibility oleh perusahaan telah dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan Corporate Governance, ukuran perusahaan, profitabilitas dan pengungkapan Corporate Social Responsibility merupakan hal yang penting dan


(23)

membutuhkan perhatian besar. Secara umum, objek penelitian dalam penelitian tersebut merupakan perusahaan manufaktur dan perbankan. Penelitian tersebut antara lain telah dilakukan oleh Sari et al. 2013; Sriayu dan Mimba, 2013; Komalasari, 2014; Trisnawati, 2014.

Penelitian yang dilakukan oleh Komalasari (2014) yang membahas mengenai pengaruh mekanisme corporate governance, ukuran perusahaan dan profitabilitas perusahaan terhadap luas pengungkpan corporate social responsibility menunjukkan hasil bahwa yang mempengaruhi mekanisme corporate governance terhadap luas pengungkapan corporate social responsibility hanyalah ukuran perusahan saja, selebihnya tidak berpengaruh signifikan. Sementara itu studi yang dilaksanakan Trisnawati (2014) tentang pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage, ukuran dewan komisaris dan kepemilikan manajerial terhadap pengungkapan corporate social responsibility (CSR) industri perbankan di Indonesia menunjukkan hasil bahwa hanya ukuran perusahaan yang mempengaruhi pengungkapan corporate social rensponsibility.

Berbeda dengan penelitian Sari et al. (2013) yang menunjukkan hasil bahwa yang mempengaruhi terhadap luas pengungkapan Corporate Social Responsibility adalah kepemilikan institusional, ROE dan ROA. Sedangkan komposisi dewan komisaris dan ukuran perusahaan tidak memiliki pengaruh terhadap luas pengungkapan corporate social renspobility . Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan Sriayu dan Mimba (2013) yang menyatakan bahwa


(24)

company size, foreign ownership dan public ownership berpengaruh positif dan signifikan terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure .

Penelitian yang menggunakan kepemilikan manajerial, kepemilikan asing, dan kepemilikan institusional sebagai variabel dependen yang dilakukan oleh Rustiarini (2010) menunjukkan bahwa hanya kepemilikan asing yang mempengaruhi luas pengungkapan corporate social rensponsibility. Sedangkan penelitian yang menggunakan karakteristik perusahaan (umur perusahaan, ukuran perusahaan, kepemilikan asing, dan proporsi dewan komisaris independen) sebagai variabel dependen, seperti penelitian yang dilakukan oleh Putri (2013) menunjukkan bahwa umur perusahaan dan kepemilikan asing yang mempengaruhi luas pengungkapan tanggung jawab sosial dalam laporan sustainability.

Karena beragamnya hasil penelitian terdahulu mengenai meknisme corporate governance terhadap luas pengungkapan tanggung jawab sosial dalam laporan sustainability inilah peneliti beralasan untuk menguji kembali variabel-variabel yang diduga berpengaruh terhadap luas pengungkapan tanggung jawab sosial dalam laporan sustainability. Penelitian ini bertujuan menguji dan membuktikan Pengaruh Mekanisme Corporate Governance, Ukuran perusahaan, dan Profitabilitas Perusahaan Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility di dalam Laporan Sustainability (Studi Empiris pada Perusahaan yang Listing di BEI pada Tahun 2010-2013)”.


(25)

Adapun perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah sebagai berikut :

1. Periode penelitian ini meliputi periode pelaporan keuangan pada periode 2010 sampai 2013 sedangkan pada penelitian sebelumnya menggunakan data periode 2008 sampai 2011.

2. Untuk penelitian ini menggunakan objek penelitian yaitu pada perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) berbeda dengan penelitian sebelumnya yaitu pada perusahaan perbankan yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI).

3. Penelitian ini selain menggunakan laporan tahunan perusahaan juga menggunakan Sustainability Report.

4. Penelitian ini menggunakan variabel independen kepemilikan asing sedangkan pada penelitian sebelumnya menggunakan variabel kepemilikan manajerial.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah dewan komisaris independen berpengaruh terhadap luas pengungkapan Corporate Social Responsibility di dalam laporan sustainability?

2. Apakah kepemilikan institusional berpengaruh terhadap luas pengungkapan Corporate Social Responsibility di dalam laporan sustainability?

3. Apakah kepemilikan asing berpengaruh terhadap luas pengungkapan Corporate Social Responsibility di dalam laporan sustainability?


(26)

4. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap luas pengungkapan Corporate Social Responsibility di dalam laporan sustainability?

5. Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap luas pengungkapan Corporate Social Responsibility di dalam laporan sustainability?

6. Apakah dewan komisaris independen, kepemilikan institusional, kepemilikan asing, ukuran perusahaan, dan profitabilitas perusahaan terhadap luas pengungkapan Corporate Social Responsibility di dalam laporan sustainability?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah menguji secara empiris:

a. Untuk mengetahui pengaruh komposisi dewan komisaris independen terhadap luas pengungkapan Corporate Social Responsibility di dalam laporan sustainability.

b. Untuk mengetahui kepemilikan institusional terhadap luas pengungkapan Corporate Social Responsibility di dalam laporan sustainability.

c. Untuk mengetahui pengaruh kepemilikan asing terhadap luas pengungkapan Corporate Social Responsibilit di dalam laporan sustainability.

d. Untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan terhadap luas pengungkapan Corporate Social Responsibility di dalam laporan sustainability.


(27)

e. Untuk mengetahui pengaruh profitabilitas terhadap luas pengungkapan Corporate Social Responsibility di dalam laporan sustainability.

f. Untuk mengetahui dewan komisaris independen, kepemilikan institusional, kepemilikan asing, ukuran perusahaan, dan profitabilitas terhadap luas pengungkapan Corporate Social Responsibility di dalam laporan sustainability.

D. Manfaat Penelitian 1) Kontribusi Teoritis

a. Dapat memberikan sumbangan pemikiran tentang pentingnya pertanggungjawaban sosial perusahaan yang diungkapkan di dalam laporan yang disebut sustainability reporting dan sebagai pertimbangan dalam pembuatan kebijakan perusahaan untuk lebih meningkatkan kepeduliannya pada lingkungan sosial. Bagi perusahaan, dapat juga memberikan gambaran mengenai pentingnya tanggung jawab sosial perusahaan, sehingga pemerintah dapat menindaklanjuti pengesahan UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, dengan mewajibkan semua perusahaan di Indonesia untuk melaksanakan tanggung jawab sosialnya.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat peneliti dan mahasiswa akuntansi untuk mempelajari dan menambah wawasan, informasi dan dijadikan sebagai referensi bagi


(28)

penelitian selanjutnya terutama berbagai hal yang berkaitan dengan praktik Corporate Social Resposibility.

2) Kontribusi Praktis

a. Sebagai bahan pertimbangan untuk mengambil keputusan investasi di sebuah perusahaan dan memberikan pandangan kepada investor, bahwa dalam mempertimbangkan aspek-aspek yang perlu diperhitungkan dalam investasi yang tidak terpaku pada ukuran- ukuran moneter saja, tetapi perlu diperhatikan juga bagaimana perusahaan tersebut memberikan pertanggungjawaban sosialnya pada lingkungan sekitar perusahaan. Sehingga investor dapat mengetahui bagaimana citra perusahaan dimata investor

b. Hasil penelitian ini diharapkan memberikan kesempatan para pembaca untuk dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan hak-hak mereka yang seharusnya diperoleh, baik dari segi ekonomi, lingkungan dimana mereka tinggal, ketenagakerjaan, hak asasi manusia, sosial, dan juga informasi tentang produk yang dikeluarkan perusahaan.


(29)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori 1. Agency Theory

Teori keagenan (agency theory) dibangun sebagai upaya untuk memahami dan memecahkan masalah yang muncul manakala ada ketidaklengkapan informasi pada saat melakukan kontrak (perikatan). Kontrak yang dimaksud di sini adalah hubungan antara prinsipal (pemilik dan pemegang saham) yaitu stakeholder dan agen (manajemen). Teori keagenan meramal jika agen memiliki keunggulan informasi dibandingkan prinsipal dan kepentingan agen dan prinsipal berbeda, maka akan terjadi principal-agent problem di mana agen akan melakukan tindakan yang menguntungkan dirinya namun merugikan prinsipal. Beban yang muncul karena tindakan manejemen tersebut menjadi agency cost. Teori keagenan berusaha menjelaskan tentang penentuan kontrak yang paling efisien yang bisa membatasi konflik atau masalah keagenan (Jensen and Meckling,1976).

Corporate governance merupakan suatu mekanisme pengelolaan yang didasarkan pada teori agensi. Penerapan konsep corporate governance diharapkan memberikan kepercayaan terhadap agen (manajemen) dalam mengelola kekayaan pemilik (pemegang saham), dan pemilik menjadi lebih yakin bahwa agen tidak akan melakukan suatu kecurangan untuk kesejahteraan


(30)

agen sehingga dapat meminimumkan konflik kepentingan dan meminimumkan biaya keagenan (Ratnasari, 2011:6).

Hal ini menjadi dasar perlunya manajemen melakukan pelaporan dan pengungkapan mengenai perusahaan kepada pemilik sebagai wujud akuntabilitas manajemen terhadap pemilik. Melalui teori keagenan yang menyediakan informasi, akuntansi dapat memberikan umpan balik (feedback) selain nilai prediktifnya. Teori keagenan menyatakan bahwa, perusahaan yang menghadapi biaya kontrak dan biaya pengawasan yang rendah cenderung akan melaporkan laba lebih rendah atau dengan kata lain akan mengeluarkan biaya-biaya untuk kepentingan manajemen (salah satunya biaya-biaya yang dapat meningkatkan reputasi perusahaan di mata masyarakat yaitu biaya-biaya yang terkait dengan tanggung jawab sosial perusahaan) (Anggraini, 2006:7).

2. Stakeholders Theory

Stakeholder theory mengatakan bahwa perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingan sendiri namun harus memberikan manfaat bagi stakeholdernya. Stakeholder adalah pihak-pihak yang berkepentingan pada perusahaan yang dapat mempengaruhi atau dapat dipengaruhi oleh aktivitas perusahaan, para stakeholder antara lain masyarakat, karyawan, pemerintah, supplier, pasar modal dan lain-lain. Menurut (Ghozali dan Chariri, 2007) stakeholder ini yang menggambarkan kepada pihak mana saja perusahaan bertanggung jawab. Perusahaan tidak hanya sekedar bertanggung jawab terhadap para pemilik (shareholder) sebagaimana terjadi selama ini, namun


(31)

bergeser menjadi lebih luas yaitu, pada ranah sosial kemasyarakatan (stakeholder) yang disebut tanggung jawab sosial (social responsibility).

Salah satu strategi yang digunakan perusahaan untuk menjaga hubungan dengan para stakeholder-nya adalah dengan pengungkapakan informasi sosial dan lingkungan. Dengan pengungkapan ini, diharapkan perusahaan mampu memenuhi kebutuhan informasi yang dibutuhkan serta dapat mengelola stakeholder agar mendapatkan dukungan oleh para stakeholder yang berpengaruh terhadap kelangsungan hidup perusahaan.

3. Legitimacy Theory

Legitimacy theory menyatakan suatu perusahaan akan bisa bertahan, jika masyarakat dimana perusahaan tersebut berada merasa bahwa perusahaan telah beroperasi berdasarkan sistem nilai yang sepadan dengan sistem nilai yang dimiliki oleh masyarakat sekitarnya. Legitimasi masyarakat merupakan faktor strategis bagi perusahaan dalam rangka mengembangkan perusahaan. Hal itu, dapat dijadikan sebagai wahana untuk mengonstruksi strategi perusahaan, terutama terkait dengan upaya memosisikan diri di tengah lingkungan masyarakat yang semakin maju (Hadi, 2011:87).

Menurut Haniffa et al. (2005:395), dalam legitimacy theory perusahaan memiliki kontrak dengan masyarakat untuk melakukan kegiatannya berdasarkan nilai-nilai justice, dan bagaimana perusahaan menanggapi berbagai kelompok kepentingan untuk melegitimasi tindakan perusahaan. Oleh karena itu perusahaan semakin menyadari bahwa kelangsungan hidup perusahaan juga


(32)

tergantung dari hubungan perusahaan dengan masyarakat dan lingkungan dimana perusahaan tersebut menjalankan setiap aktivitasnya. Jika terjadi ketidakselarasan antara sistem nilai perusahaan dan sistem nilai masyarakat, maka perusahaan akan kehilangan legitimasinya dan selanjutnya akan mengancam kelangsungan hidup perusahaan. Keselarasan antara tindakan organisasi dan nilai-nilai masyarakat ini tidak selamanya berjalan seperti yang diharapkan. Tidak jarang akan terjadi perbedaan potensial antara organisasi dan nilai-nilai sosial yang dapat mengancam legitimasi perusahaan bahkan dapat membuat perusahaan tersebut ditutup (Sayekti, 2007:4).

Barkemeyer (2007:7) mengungkapkan bahwa penjelasan tentang kekuatan teori legitimasi organisasi dalam konteks tanggung jawab sosial perusahaan di negara berkembang terdapat dua hal; pertama, kapabilitas untuk menempatkan motif maksimalisasi keuntungan membuat gambaran lebih jelas tentang motivasi perusahaan memperbesar tanggung jawab sosialnya. Kedua, legitimasi organisasi dapat untuk memasukkan faktor budaya yang membentuk tekanan institusi yang berbeda dalam konteks yang berbeda.

Berdasarkan hal tersebut dapat dilihat bahwa kegiatan perusahaan harus memiliki nilai-nilai sosial yang selaras dengan nilai-nilai masyarakat, yaitu dengan membuat pelaporan kegiatan sosial dan lingkungan perusahaan. Dengan mengungkapkan CSR, diharapkan perusahaan akan memperoleh legitimasi sosial dan memaksimalkan kekuatan keuangannya dalam jangka panjang.


(33)

B. Tinjauan Literatur

1. Corporate Social Responsibility

a. Pengertian Corporate Social Responsibility

Corporate Social Responsibility dikenal dengan banyak istilah yang memiliki pengertian yang sama, diantaranya business responsibility dan corporate citizenship. Sampai sekarang belum terdapat definisi yang seragam mengenai apa yang dimaksud dengan CSR.

Dengan demikian, para pemangku kepentingan (stakeholders) mendefinisikan CSR dengan caranya sendiri. Menurut Business for Social Responsibility (BSR) (2002) CSR sebagai :

“Business practices that strengthen accountability, respecting ethical values in the interest of all stakeholders.”

Artinya, praktek bisnis yang memperkuat akuntabilitas, menghormati nilai-nilai etika dalam kepentingan semua pemangku kepentingan.

Sementara itu, ada beberapa definisi lain dari Corporate Social Responsibility menurut World Business Council for Sustainable Development (WBCSD) yang dikutip dari Effendi (2009:107), yaitu:

“The continuing commitment by business to behave ethnically and contribute to economic development while improving the quality of live of the work force and their families as well as of the local community and society at large.”

Artinya, CSR adalah keterpanggilan dunia bisnis untuk bersikap etis dan berkontribusi dalam pengembangan ekonomi berkelanjutan, bersamaan


(34)

dengan kualitas hidup karyawan beserta keluarganya sekaligus juga peningkatan kualitas hidup komunitas setempat dan masyarakat luas.

Secara sederhana, tanggung jawab sosial dapat dikatakan sebagai timbal balik perusahaan kepada masyarakat dan lingkungan sekitarnya karena perusahaan telah mengambil keuntungan atas masyarakat dan lingkungannya tersebut. Dimana dalam proses pengambilan keuntungan tersebut seringkali perusahaan menimbulkan kerusakan lingkungan ataupun dampak sosial lainnya.

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa tanggung jawab sosial perusahaan merupakan suatu kondisi dimana perusahaan harus bertanggung jawab atas setiap tindakannya yang berpengaruh terhadap masyarakat dan lingkungannya. Bukan malah berbuat eksploitasi terhadap lingkungan sekitar.

b. Konsep Corporate Social Responsibility

Konsep CSR sebagai salah satu tonggak penting dalam manajemen korporat. Meskipun konsep CSR baru dikenal pada awal tahun 1970-an, namun konsep tanggung jawab sosial sudah dikemukakan oleh Howard R. Bowen pada tahun 1953 (Kartini, 2009:5).

Menurut Carroll dalam Kartini (2009:14), konsep CSR memuat komponen-komponen sebagai berikut:


(35)

1) Economic responsibilities

Tanggung jawab sosial perusahaan yang utama adalah tanggung jawab ekonomi karena lembaga bisnis terdiri dari aktivitas ekonomi yang menghasilkan barang dan jasa bagi masyarakat secara menguntungkan. 2) Legal responsibilities

Masyarakat berharap bisnis dijalankan dengan mentaati hukum dan peraturan yang berlaku yang pada hakikatnya dibuat oleh masyarakat melalui lembaga legislatif.

3) Ethical responsibilities

Masyarakat berharap perusahaan menjalankan bisnis secara etis yaitu menunjukan refleksi moral yang dilakukan oleh pelaku bisnis secara perorangan maupun kelembagaan untuk menilai suatu isu dimana penilaian ini merupakan pilihan terhadap nilai yang berkembang dalam suatu masyarakat.

4) Discretionary responsibilities

Masyarakat mengharapkan keberadaan perusahaan dapat memberikan manfaat bagi mereka.

Perkembangan CSR secara konseptual menurut (Nurlela dan Islahuddin, 2008:2) mulai dibahas sejak tahun 1980-an yang disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut:

1) Runtuhnya tembok Berlin yang merupakan simbol tumbangnya paham komunis dan bergantinya ke imperium kapitalisme secara global.


(36)

2) Meluasnya operasi perusahaan multinasional di negara berkembang sehingga dituntut memperhatikan keadaan sosial, lingkungan dan hakasasi manusia.

3) Globalisasi dan berkurangnya peran pemerintah telah menyebabkan munculnya lembaga sosial masyarakat (LSM) yang lebih memperhatikan isu kemiskinan sampai kekhawatiran punahnya spesies tumbuhan dan hewan akibat ekosistem yang semakin labil.

4) Kesadaran perusahaan akan pentingnya citra perusahaan dalam membawa perusahaan menuju bisnis berkelanjutan.

Selain itu menurut Deegan dalam Ghozali dan Chariri (2007) alasan yang mendorong praktik pengungkapan tanggung jawab sosial dan lingkungan antara lain:

1) Mematuhi persyaratan yang ada dalam Undang-undang 2) Pertimbangan rasionalitas ekonomi

3) Mematuhi pelaporan dan proses akuntabilitas 4) Mematuhi persyaratan peminjaman

5) Mematuhi harapan masyarakat

6) Konsekuensi ancaman atas legitimasi perusahaan 7) Mengelola kelompok stakeholder tertentu

8) Menarik dana investasi

9) Mematuhi persyaratan industry


(37)

Menurut The World Business Council for Sustainable Development, Corporate Social Responsibility atau tanggung jawab sosial perusahaan didefinisikan sebagai komitmen bisnis untuk memberikan kontribusi bagi pembangunan ekonomi berkelanjutan. Hal tersebut dilakukan melalui kerja sama dengan para karyawan serta perwakilan mereka, keluarga mereka, komunitas setempat maupun masyarakat umum untuk meningkatkan kualitas kehidupan dengan cara yang bermanfaat baik bagi bisnis sendiri maupun untuk pembangunan.

Tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Sosial Responsibility (CSR) merupakan komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk berkontribusi dalam pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dengan menitikberatkan pada keseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomi, sosial dan lingkungan. Pertanggungjawaban sosial perusahaan diungkapkan di dalam laporan yang disebut Sustainability Report.

Sustainability Report atau laporan berkelanjutan adalah suatu laporan yang bersifat non financial yang dapat dipakai sebagai acuan oleh perusahaan untuk melihat pelaporan dari dimensi sosial, ekonomi, dan lingkungan. Sustainability report menjadi dokumen strategi yang berlevel tinggi yang menempatkan isu, tantangan dan peluang Sustainability Development yang membawanya menuju kepada core business dan sektor industrinya serta mendorong para investor terutama pihak asing untuk


(38)

menanamkan investasinya pada perusahaan yang telah menerapkan CSR dengan baik (Effendi, 2009:109).

c. Pengungkapan Sosial dalam Laporan Tahunan

Laporan tahunan berisi pengungkapan informasi yang dapat membantu stakeholders dalam pengambilan keputusan. Informasi yang diungkapkan tidak hanya berupa informasi keuangan saja, tetapi juga berupa informasi non keuangan. Selain digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan, pengungkapan dalam laporan tahunan juga digunakan sebagai bentuk akuntabilitas manajemen atas kinerjanya sebagai pengelola perusahaan kepada investor sebagai pemilik.

Di Indonesia, BAPEPAM telah mengatur bentuk dan isi laporan tahunan yang wajib diungkapkan melalui Keputusan Ketua BAPEPAM dan Lembaga Keuangan No.KEP-134/BL/2006 peraturan X.K.6 tanggal 07 Desember 2006 tentang kewajiban penyampaian laporan tahunan bagi emiten atau perusahaan-perusahaan publik. Dalam ketentuan umum bentuk dan isi laporan tahunan wajib memuat ikhtisar data keuangan penting, laporan, dewan komisaris, laporan direksi, profil perusahaan, analisis dan pembahasan manajemen, tata kelola perusahaan, tanggung jawab direksi atas laporan keuangan, dan laporan keuangan yang telah diaudit.

Hal itu menunjukkan bahwa setiap perusahaan di Indonesia wajib membuat laporan tahunan perusahaan yang terdiri dari:


(39)

1. Ikhtisar data keuangan penting 2. Laporan dewan komisaris 3. Laporan dewan direksi 4. Profil perusahaan

5. Analisis dan pembahasan manajemen 6. Tata kelola perusahaan

7. Tanggung jawab direksi atas laporan keuangan 8. Laporan keuangan yang telah diaudit

Pengungkapan dalam laporan keuangan dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu pengungkapan wajib (Mandatory Disclosure) dan pengungkapan sukarela (Voluntary Disclosure). Pengungkapan wajib merupakan pengungkapan minimum yang disyaratkan oleh standar akuntansi yang berlaku (peraturan mengenai pengungkapan laporan keuangan yang dikeluarkan oleh pemerintah melalui keputusan ketua BAPEPAM No.SE-02/PM/2002. Sedangkan pengungkapan sukarela merupakan pilihan bebas manajemen perusahaan untuk memberikan informasi akuntansi dan informasi lainnya yang dipandang relevan untuk keputusan oleh para pemakai laporan keuangan tersebut.

Selain itu di Indonesia pengungkapan dalam laporan keuangan baik yang bersifat wajib maupun sukarela telah diatur dalam PSAK No.1. Setiap pelaku ekonomi selain berusaha untuk kepentingan pemegang saham dan berfokus pada pencapaian laba disamping itu juga mempunyai tanggung


(40)

jawab sosial terhadap masyarakat sekitar, dan hal itu perlu diungkapkan dalam laporan tahunan, sebagaimana dinyatakan oleh Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.1 (Revisi 2009) Paragraf kedua belas:

Entitas dapat pula menyajikan, terpisah dari laporan keuangan, laporan mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah (value added statement), khususnya bagi industri dimana faktor-faktor lingkungan hidup memegang peranan penting dan bagi industri yang menganggap karyawan sebagai kelompok pengguna laporan yang memegang peranan penting. Laporan tambahan tersebut di luar ruang lingkup Standar Akuntansi Keuangan.

PSAK No. 1 (revisi 2009) tersebut menunjukkan bahwa perusahaan yang ada di Indonesia diberi suatu kebebasan dalam mengungkapkan informasi tanggung jawab sosial dan lingkungan dalam laporan keuangan tahunan perusahaan.

d. Pengungkapan Corporate Social Responsibility

Pengertian Corporate Social Responsibility (CSR) atau sering kali disebut sebagai tanggung jawab sosial perusahaan telah banyak disampaikan oleh para pakar maupun lembaga internasional. Magnan dan Ferrel mengartikannya sebagai perilaku bisnis, di mana pengambilan keputusannya mempertimbangkan tanggung jawab sosial dan memberikan perhatian secara lebih seimbang terhadap kepentingan stakeholders yang beragam (Mursitama dan Tirta, 2011:23). Dalam implementasi praktik CSR di sebuah entitas, perusahaan harus membuat laporan untuk mempertanggungjawabkan kegiatan sosial yang telah dilakukan entitas tersebut. Laporan tanggung jawab sosial merupakan laporan aktivitas tanggung jawab sosial yang telah


(41)

dilakukan perusahaan baik berkaitan dengan perhatian masalah dampak sosial maupun lingkungan. Laporan tersebut dilampirkan dalam laporan tahunan (annual report) yang dipertanggungjawabkan direksi sebagai agen di depan sidang Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Association of Chartered Certified Accountants (ACCA) menyatakan bahwa pertanggungjawaban sosial perusahaan diungkapkan di dalam laporan Sustainability Reporting, yang merupakan pelaporan mengenai kebijakan ekonomi, lingkungan dan sosial, pengaruh dan kinerja organisasi dan produknya di dalam konteks pembangunan berkelanjutan (sustainable development).

Sustainability Reporting meliputi pelaporan mengenai ekonomi, lingkungan dan pengaruh sosial terhadap kinerja organisasi. Badan yang aktif menerbitkan pedoman bagi perusahaan terkait pengungkapan lingkungan hidup adalah Global Reporting Initiative (GRI). Dalam Standar GRI indikator kinerja dibagi menjadi 3 komponen utama yaitu:

1) Ekonomi

2) Lingkungan hidup

3) Sosial yang mencakup hak asasi manusia, praktek ketenagakerjaan dan lingkungan kerja, tanggung jawab produk, dan masyarakat.

Ada berbagai motivasi yang mendorong manajer secara sukarela mengungkapkan informasi sosial dan lingkungan. Di Indonesia pada khususnya, peraturan terkait mengenai pengungkapan informasi tanggung


(42)

jawab sosial dan lingkungan telah diatur dalam peraturan pemerintah pada Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 Pasal 74. Sejalan dengan UU No.40 Tahun 2007, lampiran Keputusan Ketua Bapepam Nomor KEP-134/BL/2006 juga mewajibkan perusahaan untuk mengungkapan informasi terkait tata kelola perusahaan dimana di dalamnya juga menjelaskan uraian mengenai aktivitas dan biaya yang dikeluarkan berkaitan dengan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat dan lingkungan pada laporan tahunan perusahaan.

e. General Reporting Initiative (GRI)

Global Reporting Initiative (GRI) adalah sebuah jaringan berbasis organisasi yang telah mempelopori perkembangan dunia, paling banyak menggunakan kerangka laporan keberlanjutan dan berkomitmen untuk terus menerus melakukan perbaikan dan penerapan di seluruh dunia. Terdapat 6 indikator di dalam GRI dan jumlah pengungkapannya ada 78 item (Sembiring, 2005:393). Berikut item-item yang digunakan dalam :

1) Indikator Kinerja Ekonomi (economic performance indicator) (a) Perolehan distribusi nilai ekonomi

(b) Implikasi finansial akibat perubahan iklim (c) Dana pensiun karyawan

(d) Bantuan financial dari pemerintah (e) Standar upah minimum


(43)

(g) Rasio karyawan lokal

(h) Pengaruh pembangunan infrastruktur (i) Dampak pengaruh ekonomi tidak langsung

2) Indikator Kinerja Lingkungan (environment performance indicator) (a) Pemakaian material

(b) Pemakaian material daur ulang (c) Pemakaian energi langsung (d) Pemakaian energi tidak langsung (e) Penghematan energi

(f) Inisiatif penyediaan energi terbaru

(g) Inisiatif mengurangi energi tidak langsung (h) Pemakaian air

(i) Sumber air yang terkena dampak (j) Jumlah air daur ulang

(k) Kuasa tanah di hutan lindung

(l) Perlindungan keanekaragaman hayati (m) Pemulihan habitat

(n) Strategi menjaga keanekaragaman hayati (o) Spesies yang dilindungi

(p) Total gas rumah kaca

(q) Total gas tidak langsung yang berhubungan dengan gas rumah kaca


(44)

(r) Inisiatif pengurangan efek gas rumah kaca (s) Pengurangan emisi ozon

(t) Jenis-jenis emisi udara

(u) Kualitas pembuangan air dan lokasinya (v) Klasifikasi limbah dan metode pembuangan (w) Total biaya dan jumlah yang tumpah (x) Limbah berbahaya yang ditransportasikan (y) Keanekaragaman hayati

(z) Inisiatif mengurangi dampak buruk pada lingkungan

(aa) Persentase produk yang terjual dan materi kemasan dikembalikan berdasarkan kategori

(bb) Nilai moneter akibat pelanggaran peraturan dan hukum lingkungan hidup

(cc) Dampak signifikan terhadap lingkungan akibat transportasi produk

(dd) Biaya dan investasi perlindungan lingkungan

3) Indikator Kinerja Tenaga Kerja (labor practices performance indicator)

(a) Jumlah karyawan

(b) Tingkat perputaran karyawan (c) Kompensasi bagi karyawan tetap (d) Perjanjian kerja sama


(45)

(e) Pemberitahuan minimum tentang perubahan operasional (f) Majelis kesehatan dan keselamatan kerja

(g) Tingkat kecelakaan kerja

(h) Program pendidikan, pelatihan dan penyuluhan (i) Kesepakatan kesehatan dan keselamatan kerja (j) Rata-rata jam pelatihan

(k) Program persiapan pensiun

(l) Penilaian kinerja dan pengembangan karir (m) Keanekaragaman karyawan

(n) Rasio gaji dasar pria terhadap wanita

4) Indikator Kinerja Hak Asasi Manusia (human rights performance indicator)

(a) Perjanjian dan investasi menyangkut HAM

(b) Persentase pemasok dan kontraktor menyangkut HAM (c) Pelatihan karyawan tentang HAM

(d) Kasus diskriminasi (e) Hak berserikat

(f) Pekerja di bawah umur (g) Pekerja paksa

(h) Tenaga keamanan terlatih HAM (i) Pelanggaran hak penduduk asli


(46)

5) Indikator Kinerja Sosial (social performance indicator) (a) Dampak program pada komunitas

(b) Hubungan bisnis dan resiko korupsi (c) Pelatihan anti korupsi

(d) Pencegahan tindakan korupsi

(e) Partisipasi dalam pembuatan kebijakan publik (f) Sumbangan untuk partai politik

(g) Hukuman akibat pelanggaran persaingan usaha

(h) Hukuman atau denda pelanggaran peraturan perundangan

6) Indikator Kinerja Produk (product responsibility performance indicator)

(a) Perputaran dan keamanan produk (b) Pelanggaran peraturan dampak produk (c) Informasi kandungan produk

(d) Pelanggaran penyediaan info produk (e) Tingkat kepuasan pelanggan

(f) Kelayakan komunikasi pemasaran (g) Pelanggaran komunikasi pemasaran

(h) Pengaduan tentang pelanggaran privatisasi pelanggan (i) Denda pelanggaran pengadaan dan penggunaan produk


(47)

2. Good corporate governance

Good corporate governance (GCG) adalah salah satu pilar dari sistem ekonomi pasar. Dimana ia berkaitan erat dengan kepercayaan baik terhadap perusahaan yang melaksanakannya maupun terhadap iklim usaha di suatu negara. Penerapan GCG dapat mendorong terciptanya persaingan yang sehat dan iklim usaha yang kondusif. Oleh karena itu diterapkannya GCG oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia sangat penting untuk menunjang pertumbuhan dan stabilitas ekonomi yang berkesinambungan. Penerapan GCG juga diharapkan dapat menunjang upaya pemerintah dalam menegakkan good governance pada umumnya di Indonesia. Saat ini Pemerintah sedang berupaya untuk menerapkan good governance dalam birokrasinya dalam rangka menciptakan pemerintah yang bersih dan berwibawa.

Pengertian Corporate Govercance yang dikutip dalam (Effendi, 2009:1) “Corporate governance is a company’s system of internal control, wich has as its principal aim the management of risk that are significant to the fulfillment of its business objectives, with a view to safeguarding the companiy’s assets and enhancing over time the value of the shareholders investment”.

Corporate governance adalah suatu sistem pengendalian internal perusahaan yang memiliki tujuan utama mengelola risiko yang signifikan guna memenuhi tujuan bisnisnya melalui pengamanan asset perusahaan dan meningkatkan nilai investasi pemegang saham dalam jangka panjang.


(48)

Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) mendefinisikan corporate governance sebagai berikut:

“Corporate governance is the system by which business corporations are directed and controlled. The corporate governance structure specifies the distribution of right and responsibilities among different participants in the corporation, such as the board, managers, shareholders and other stakeholders, and spells out the rules and procedures for making decisions on corporate affairs. By doing this, it also provides the structure through which the company objectives are set, and the means of attaining those objectives and monitoring performance” (OECD, 1999:9).

OECD melihat corporate governance sebagai suatu sistem dimana sebuah perusahaan atau entitas bisnis diarahkan dan diawasi. Sejalan dengan itu, maka struktur dari corporate governance menjelaskan distribusi hak-hak dan tanggung jawab dari masing-masing pihak yang terlibat dalam sebuah bisnis, yaitu antara lain dewan komisaris dan direksi, manajer, pemegang saham, serta pihak-pihak lain yang terkait sebagai stakeholders. Selanjutnya, struktur dari corporate governance juga menjelaskan bagaimana aturan dan prosedur dalam pengambilan dan pemutusan kebijakan sehingga dengan melakukan itu semua maka tujuan perusahaan dan pemantauan kinerjanya dapat dipertanggungjawabkan dan dilakukan dengan baik.

Bank Dunia (World Bank) mendefinisikan Good Corporate Governance (GCG) sebagai kumpulan hukum, peraturan, dan kaidah yang wajib dipenuhi, yang dapat mendorong kinerja sumber-sumber perusahaan untuk berfungsi secara efisien guna menghasilkan nilai ekonomi jangka panjang yang


(49)

berkesinambungan bagi para pemegang saham maupun masyarakat sekitar secara keseluruhan.

Menurut FCGI (Forum for Corporate Governance in Indonesia) dalam Kuncoro (2006:186) Corporate Governance didefinisikan sebagai seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan, serta para pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu sistem yang mengendalikan perusahaan.

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, secara umum dapat disimpulkan bahwa CGC pada dasarnya merupakan suatu hal yang berkaitan dengan pengambilan keputusan yang efektif yang bersumber dari budaya perusahaan, etika, sistem nilai, proses bisnis, kebijakan dan struktur organisasi yang bertujuan untuk mendorong pertumbuhan kinerja perusahaan dan menghindari benturan kepentingan antara kepentingan ekonomi, serta untuk mengatur dan mengendalikan perusahaan (Alijoyo, 2004:31). Dengan demikian, GCG dapat dijadikan sebagai pedoman atau acuan sehingga proses pelaksanaan kinerja yang ada dalam perusahaan dapat berjalan efektif dan terjadi keseimbangan kepentingan diantara pihak-pihak yang saling terkait di dalamnya, tidak terkecuali hubungan dengan publik atau masyarakat.

Dari uraian diatas menyatakan bahwa Corporate Governance dapat didefinisikan sebagai suatu proses dan struktur yang digunakan oleh organ


(50)

perusahaan (pemegang saham/pemilik modal, komisaris/dewan pengawas, dan direksi) untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memerhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan perundang-undangan dan nilai-nilai etika (Komalasari, 2014:4). Dengan penerapan Good Corporate Governance diyakini dapat menciptakan kondisi yang kondusif dan landasan yang kokoh untuk menjalankan operasional perusahaan dengan baik, efisien, dan menguntungkan.

3. Mekanisme Corporate Governance a. Dewan Komisaris Independen

Istilah dan keberadaan Komisaris Independen baru muncul setelah terbitnya surat edaran Bapepam Nomor: SE03/PM/2000 dan Peraturan Pencatatan Efek Nomor 339/BEJ/07-2001 tgl 21 Juli 2001. Menurut ketentuan tersebut perusahaan publik yang tercatat di bursa wajib memiliki beberapa anggota dewan komisaris yang memenuhi kualifikasi sebagai komisaris independen. Keberadaan komisaris independen ini rupanya berhubungan dengan ketentuan penyelenggaraan pengelolaan perusahaan yang baik (GCG), yaitu jumlah komisaris independen adalah sekurang-kurangnya 30% dari seluruh jumlah anggota komisaris.


(51)

Beberapa kriteria lainnya tentang komisaris independen berdasarkan Keputusan Ketua BAPEPAM Nomor Kep29/PM/2004 tentang pembentukan dan pedoman pelaksanaan kerja komite audit Nomor IX.I5 adalah sebagai berikut:

a) Komisaris Independen tidak memiliki saham baik langsung maupun tidak langsung pada emiten atau perusahaan publik; b) Komisaris Independen tidak memiliki hubungan afiliasi dengan

emiten atau perusahaan publik, komisaris, dan direksi;

c) Komisaris Independen harus berasal dari luar emiten atau perusahaan publik;

d) Tidak memiliki hubungan usaha baik langsung maupun tidak langsung yang berkitan dengan kegiatan usaha emiten atau perusahaan publik.

Fungsi dewan komisaris termasuk anggota komisaris independen adalah mencakup dua peran sebagai berikut:

1) Mengawasi Direksi perusahaan dalam mencapai kinerja dalam business plan dan memberikan nasehat kepada direksi mengenai penyimpangan pengelolaan usaha yang tidak sesuai dengan arah yang ingin dituju oleh perusahaan.


(52)

Terkait dengan bentuk dewan dalam sebuah perusahaan, terdapat dua sistem yang berbeda yang berasal dari dua sistem hukum berbeda, yaitu Anglo saxon dan continental eropa. Sistem hukum anglo saxon mempunyai sistem satu tingkat atau one tier system. Di sini perusahaan hanya mempunyai satu dewan direksi yang pada umumnya merupakan kombinasi antara manajer atau pengurus senior (direktur eksekutif) dan direktur independen yang bekerja dengan prinsip paruh waktu (non direktur eksekutif). Pada dasarnya yang disebut belakangan ini diangkat karena kebijakannya, pengalamannya dan relasinya. Negara-negara dengan one tier system misalnya Amerika serikat dan Inggris.

Sistem hukum Continental Eropa mempunyai sistem dua tingkat atau two tier system. Disini perusahaan mempunyai dua badan terpisah, yaitu dewan pengawas (dewan komisaris) dan dewan manajemen (dewan direksi), dimana dewan direksi mengelola dan mewakili perusahaan di bawah pengarahan dan pengawasan dewan komisaris. Dalam sistem two tiers system, anggota dewan direksi dianggak dan setiap waktu dapat diganti oleh badan pengawas (dewan direksi). Dewan direksi juga harus memberikan informasi kepada dewan komisaris dan menjawab hal-hal yang diajukan oleh dewan komisaris, sehingga dewan komisaris terutama bertanggung jawab untuk mengawasi tugas-tugas manajemen. Dalam hal ini dewan komisaris tidak boleh melibatkan diri dalam tugas-tugas manajemen dan tidak boleh melakiti perusahaan dengan pihak ketiga (Sari et al, 2013).


(53)

Forum Corporate Governance Indonesia (2002) mengemukakan bahwa ada dua sistem manajemen yang berbeda yang mengakibatkan berbedanya sistem pengawasan yang dilakukan oleh dewan komisaris. Perbedaan dari kedua system tersebut adalah pada tingkat pengawasan, yaitu satu tingkat pengawasan (one tier sistem) dan dua tingkat (two tier sistem).

1) Sistem Satu Tingkat (One Tier Sistem)

Sistem ini menggunakan satu sistem pengawasan. Biasanya perusahaan hanya memiliki satu dewan direksi yang umumnya merupakan kombinasi antara manajer atau pengurus senior (Direktur Eksekutif) dan direktur independen yang bekerja dengan prinsip paruh waktu (Non-Direktur Eksekutif). Sistem satu tingkat ini berasal dari sistem hukum Anglo Saxon dan negara yang menerapkan sistem ini antara lain adalah Amerika Serikat dan Inggris.

2) Sistem Dua Tingkat (Two Tier Sistem)

Sistem ini menggunakan dua sistem pengawasan yang terpisah. Dalam sistem ini perusahaan memiliki dua badan terpisah yaitu Dewan Pengawas (Dewan Komisaris) dan Dewan Manajemen (Dewan Direksi). Dewan Komisaris bertugas mengawasi dan mengarahkan dewan direksi, yang mana dewan direksi ini bertugas untuk mengelola dan mewakili perusahaan (FCGI, 2002).

Di Indonesia two tier sistem diterapkan dengan beberapa penyesuaian. Dewan komisaris tidak secara langsung membawahi


(54)

dewan direksi, namun memiliki fungsi yang sama, yaitu untuk mengawasi dan memberi nasehat kepada dewan direksi (KNKG, 2006). Dewan komisaris di Indonesia tidak berhak mengangkat dan memberhentikan direksi, karena posisi yang sejajar di antara keduanya, tidak seperti Continental Europe. Berdasarkan Undang-undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, dewan komisaris hanya berhak memberhentikan anggota direksi secara sementara, bukan bersifat tetap.

Dewan komisaris dapat terdiri dari komisaris yang tidak berasal dari pihak terafiliasi dikenal sebagai komisaris independen dan komisaris yang terafiliasi. Komisaris yang terafiliasi adalah pihak yang mempunyai hubungan bisnis dan kekeluargaan dengan pemegang saham pengendali, anggota direksi dan dewan komisaris lain, serta dengan perusahaan itu sendiri. Mantan anggota direksi dan dewan komisaris yang terafiliasi serta karyawan perusahaan, untuk jangka waktu tertentu termasuk dalam kategori terafiliasi (KNKG, 2006).

b. Kepemilikan Institusional

Pemegang saham institusional biasanya berbentuk entitas seperti perbankan, asuransi, dana pensiun, reksa dana, dan institusi lain. Investor institusional umumnya merupakan pemegang saham yang cukup besar karena memiliki pendanaan yang besar. Tingkat kepemilikan institusional


(55)

yang tinggi menimbulkan usaha pengawasan yang lebih besar untuk menghalangi perilaku opportunistic manajer. Menurut Mursalim (2007), kepemilikan institusional dapat dijadikan sebagai upaya untuk mengurangi masalah keagenan dengan meningkatkan proses monitoring. Pemegang saham institusional juga memiliki opportunity, resources, dan expertise untuk menganalisis kinerja dan tindakan manajemen. Investor institusional sebagai pemilik sangat berkepentingan untuk membangun reputasi perusahaan.

Kepemilikan institusional umumnya dapat bertindak sebagai pihak yang memonitor perusahaan (Novita dan Djakman, 2008). Contoh kontrol yang dapat diberikan adalah memberikan arahan dan masukan kepada manajemen ketika manajemen tidak melakukan aktivitas positif seperti pengungkapan CSR untuk mendapatkan legitimasi dari masyarakat. Hal ini penting untuk dilakukan karena akan berdampak positif bagi keberlanjutan perusahaan di masa mendatang.

c. Kepemilikan Asing

Kepemilikan asing (foreign shareholding) adalah jumlah saham yang dimiliki oleh pihak asing (luar negeri) baik oleh individu maupun lembaga terhadap saham perusahaan di Indonesia. Selama ini kepemilikan oleh pihak asing merupakan pihak yang dianggap concern terhadap pengungkapan CSR (Sari, 2014:6).


(56)

Menurut Puspitasari dalam Sari (2014:6), perusahaan yang memiliki kepemilikan saham asing cenderung memberikan pengungkapan yang lebih luas dibandingkan yang tidak. Hal ini disebabkan beberapa alasan. Pertama, perusahaan asing terutama dari Eropa dan Amerika lebih mengenal konsep praktik dan pengungkapan CSR. Kedua, perusahaan asing mendapatkan pelatihan yang lebih baik dalam bidang akuntansi dari perusahaan induk di luar negeri. Ketiga, perusahaan tersebut mungkin mempunyai sistem informasi yang lebih efisien untuk memenuhi kebutuhan internal dan kebutuhan perusahaan induk. Keempat, kemungkinan permintaan informasi yang lebih besar pada perusahaan berbasis asing dari pelanggan.

Jika dilihat dari sudut pandang stakeholder, pengungkapan CSR merupakan alat yang dipilih untuk memperlihatkan kepedulian perusahaan terhadap lingkungan masyarakat. Dengan kata lain, apabila perusahaan memiliki kontrak dengan foreign stakeholders baik dalam ownership dan trade, maka perusahaan akan lebih didukung dalam melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial (Ririn, 2011).

d. Ukuran Perusahaan

Secara umum ukuran perusaahan (organization size) dapat diartikan sebagai bentuk perbandingan besar atau kecilnya suatu objek. Ukuran perusahaan (size) merupakan suatu skala yang berfungsi untuk mengklasifikasikan besar kecilnya entitas bisnis yang dinyatakan dalam


(57)

ukuran nominal. Ukuran perusahaan dapat dilihat dari total aset, volume penjualan, dan kapitalisasi pasar (Komalasari, 2014:7).

Menurut Sobirin dalam Febryana (2013: 5) ukuran perusahaan dapat dilihat berdasarkan jumlah karyawan, jumlah penjualan dan jumlah asset yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Size merupakan salah atribut yang telah sering dihubungkan dangan pelaporan keuangan. Semakin banyak jumlah karyawan, jumlah penjualan, dan jumlah aset semakin besar pula ukuran perusahaan itu. Ketiga variabel ini digunakan untuk menentukan ukuran perusahaan karena dapat mewakili seberapa besar perusahaan tersebut. Semakin banyak jumlah karyawan maka semakin besar perusahaan tersebut, semakin banyak penjualan maka semakin banyak perputaran uang, dan semakin besar jumlah asset maka semakin banyak modal yang ditanam.

Ukuran perusahaan dapat dinyatakan dalam total aset, penjualan, dan kapitalisasi pasar. Ketiga variabel ini digunakan karena dapat mewakili seberapa besar perusahaan tersebut. Semakin besar aset, maka semakin banyak modal yang ditanamkan. Semakin besar penjualan, maka semakin banyak perputaran uang dan kapitalisasi pasar (Hikmah, 2011:10).

e. Profitabilitas

Profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba. Satu-satunya ukuran profitabilitas yang paling penting adalah laba bersih. Para investor dan kreditor sangat berkepentingan dalam mengevaluasi kemampuan perusahaan menghasilkan laba saat ini maupun di


(58)

masa mendatang (Astuti, 2004:29). Profitabilitas adalah faktor yang memberikan kebebasan dan fleksibelitas kepada manajemen untuk melakukan dan mengungkapkan kepada pemegang saham program tanggung jawab sosial secara lebih luas (Heinze, 1976). Hubungan antara profitabilitas perusahaan dengan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan telah menjadi postulat (anggapan dasar) untuk mencerminkan pandangan bahwa reaksi sosial memerlukan gaya manajerial. Bowman & Haire (1976) menyimpulkan, sehingga semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin besar pengungkapan informasi sosial (Anggraini, 2006:10).

Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan menghasilkan laba (profit) yang akan menjadi dasar pembagian dividen perusahaan kepada masing-masing pemegang saham. Profitabilitas menggambarkan kemampuan badan usaha untuk menghasilkan laba dengan menggunakan seluruh modal yang dimiliki. Hal ini sesuai dengan pernyataan Shapiro dalam Hermuningsih (2013:116)

“Profitability ratios measure managements objectiveness as indicated by return on sales, assets and owners equity.”

Profitabilitas suatu perusahaan akan mempengaruhi kebijakan para investor atas investasi yang dilakukan. Kemampuan peurusahaan untuk menghasilkan laba akan dapat menarik para investor untuk menanamkan dananya guna memperluas usahanya, sebaliknya tingkat profitabilitas yang


(59)

rendah akan menyebabkan para investor menarik dananya. Sedangkan bagi perusahaan itu sendiri profitabilitas dapat digunakan sebagai evaluasi atas efektivitas pengelolaan badan usaha tersebut. Menurut Brigham (1993:79)

Profitability is the net result of a large number of policies and decision. The ratio examined thus far reveal some interesting thing about the wry the firm operates, but the profitability ratio show the combined objects of liquidity, asset management, and debt management on operating mult.

Rasio profitabilitas menurut Kasmir dalam Komalasari (2014:5) merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan baik dalam bentuk laba perusahaan maupun nilai ekonomis atas penjualan, aset bersih perusahaan maupun modal sendiri (shareholders equity). Rasio ini dapat dilakukan dengan membandingkan berbagai komponen yang ada di laporan keuangan, terutama neraca dan laporan laba rugi. Tujuannya untuk melihat perkembangan perusahaan dalam rentang waktu tertentu, baik penurunan atau kenaikan. Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor: 6/10/PBI/2004 Tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, profitabilitas diukur menggunakan rasio return on assets (ROA), return on equity (ROE), net interest margin (NIM), dan tingkat efisiensi Bank.


(60)

C. Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai Pengaruh Mekanisme Corporate Governance, Ukuran Perusahaan, dan Profitabilitas Perusahaan Terhadap Pengungkapan Laporan Corporate Social Responsibility di dalam Laporan Sustainability sudah dilakukan meski dengan judul yang tidak sama dan hasilnya masih beragam. Hal inilah yang memotivasi lahirnya skripsi ini. Tabel 2.1 menunjukkan hasil-hasil penelitian terdahulu mengenai Good Corporate Governance, Ukuran Perusahaan, dan Profitabilitas terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility dalam Laporan Sustainability.

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No Peneliti

(tahun) Judul penelitian

Metodologi Penelitian

Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan

1. Trisnawati (2014) Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Leverage, Ukuran Dewan Komisaris dan Kepemilikan Manajerial Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) Industri Perbankan di Indonesia

1. Variabel dependen luas pengungkapan CSR. 2. Variabel independen yaitu Ukuran Perusahaan, Profitabilitas. 1. Variabel independen yaitu leverage, kepemilikan manajerial, dan dewan komisaris

1. Ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR.

2. Profitabilitas, leverage, ukuran dewan komisaris, dan kepemilikan manejerial tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR.


(61)

Tabel 2.1 (lanjutan) Penelitian Terdahulu

Bersambung pada halaman berikutnya No Peneliti

(tahun) Judul penelitian

Metodologi Penelitian

Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan

2. Indraswari dan Astika (2015) Pengaruh Profitabilitas, Ukuran Perusahaan dan Kepemilikan Saham Publik Terhadap Pengungkapan CSR.

1. Menggunakan variabel dependen Pengungkapan CSR

2. Variabel independen Ukuran Perusahaan dan

Profitabilitas

1. Menggunakan variabel independen kepemilikan saham publik. Profitabilitas, ukuran perusahaan dan

kepemilikan saham publik berpengaruh terhadap pengungkapan CSR

3. Hastuti (2014) Pengaruh Ukuran Perusahaan, Pertumbuhan Perusahaan, dan Tipe Industri Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dalam Laporan Tahunan

1. variabel dependen yaitu pengungkapan Tanggung Jawab Sosial dan variabel independen Ukuran Perusahaaan.

1. Menggunakan variabel independen adalah Pertumbuhan Perusahaan, dan Tipe Industri.

Ukuran perusahaan dan Tipe industri berpengaruh signifikan positif terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. 4. Sriayu &

Mimba (2013) Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Corporate Sosial Responsibility Diclosure.

1. Variabel dependent luas pengungkapan CSR Variabel independen yaitu size board of commissioners , foreign ownership dan profitability.

1. Variabel independen leverage, public ownership.

Leverage, size of board of commissioners dan profitability tidak berpengaruh signifikan terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure dan Company Size, foreign ownership dan public ownership berpengaruh positif dan signifikan terhadap CSRD.


(62)

Tabel 2.1 (lanjutan) Penelitian Terdahulu

Bersambung pada halaman berikutnya No Peneliti

(tahun) Judul penelitian

Metodologi Penelitian

Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan

5. Komalasari & Anna (2014) Pengaruh Mekanisme Corporate Governance, Ukuran Perusahaan dan Profitabilitas Perusahaan Terhadap Luas Pengungkpan Corporate Social Responsibility (Studi Pada Perusahaan Perbankan yang

Listing di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2011).

1. Variabel dependen yaitu luas pengungkapan CSR dan Variabel independen yaitu Corporate Governance, Ukuran Perusahaan dan Profitabilitas.

1. Sampel tahun 2008-2011 pada

perusahaan perbankan 2. Metode

penelitian ini adalah model regresi data panel. 3. Variabel

independen yaitu kepemilikan mnajerial. Komposisi dewan komisaris independen, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, dan profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR sedangkan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR.

6. Ekowati et al. (2014) Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, Growth, dan Media Exposure Terhadap Pengungkapan Tanggungjawab Sosial Perusahaan (Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2010-2012)

1. Menggunakan variabel independen yaitu profitabilitas dan variabel dependen pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan

1. Menggunakan variabel independen likuiditas, growth dan media exposure 2. Objek

penelitian pada perusaahan manufaktur di BEI tahun 2010-2012 Profitabilitas dan media exposure berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan sedangkan likuiditas dan growth tidak berpengaruh terhadap pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan


(63)

Tabel 2.1 (lanjutan) Penelitian Terdahulu No Peneliti

(tahun)

Judul penelitian

Metodologi Penelitian

Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan

7. Sari et al . (2013) Pengaruh Kepemilikan Institusional, Komposisi Dewan Komisaris, Kinerja Perusahaan terhadap Luas Pengungkapan Corporate Social Responsibility di dalam Sustainability Report pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI

1. Variabel dependent luas pengungkapan CSR dan variabel independen yaitu kepemilikan institusional 2. Menggunakan

laporan sustainability.

1. Sampel tahun 2000-2011. 2. Variabel

independen yaitu kinerja perusahaan dan komposisi dewan komisaris. kepemilikan institusional, ROE dan ROI berpengaruh terhadap luas pengungkapan CSR. Sedangkan Komposisi dewan komisaris dan ukuran perusahaan tidak memiliki pengaruh terhadap luas pengungkapan Corporate Social Responsibility.

8. Putri (2013) Pengaruh Corporate Governance dan Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial di dalam

sustainability Report

1. Variabel dependent luas pengungkapan CSR dan variabel independen yaitu corporate governance dan ukuran perusahaan 2. Menggunakan

laporan sustainability.

1. Menggunakan tahun

penelitian dari 2008-2011 2. variabel

independen yaitu umur perusahaan dan kepemilikan manajerial. Komisaris Independen dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap pengungkapan CSR perusahaan di dalam SR sedangkan kepemilikan asing dan umur perusahaan berpengaruh signifikan negatif terhadap CSR perusahaan di dalam (SR) Bersambung pada halaman beriku


(64)

Tabel 2.1 (lanjutan) Penelitian Terdahulu No Peneliti

(tahun) Judul penelitian

Metodologi Penelitian

Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan

9. Servaes and Tamayo (2013)

The Impact of Corporate Social Responsibility on Firm Value: The Role of Customer Awareness

1. Menggunakan variabel tanggung jawab sosial perusahaan

1. Menggunakan variabel dependen nilai perusahaan.

tanggung jawab sosial perusahaan ( CSR ) dan nilai perusahaan berhubungan positif untuk perusahaan dengan kesadaran pelanggan yang tinggi. Bukti ini konsisten dengan pandangan bahwa kegiatan CSR dapat menambah nilai perusahaan

10. Emilsson, Classo dan

Bredmar (2012)

CSR and the quest for profitability–

using Economic Value Added to trace profitability

1. Menggunakan variabel dependent yaitu Corporate Social Resposibility

1. Menggunakan perhitungan Economic Value Added. CSR memiliki dampak positif pada penciptaan nilai perusahaan dan reputasi perusahaan adalah positif dimana dipengaruhi oleh Corporate Social Responsibility


(1)

Variables Entered/Removeda

Model

Variables Entered

Variables

Removed Method

1 FOR, CIS,

ROE, SIZE, IOWNb

. Enter

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .732a .536 .507 .15817 1.829

a. Dependent Variable: CSR

b. Predictors: (Constant), FOR, CIS, ROE, SIZE, IOWN a. Dependent Variable: CSR

b. All requested variables entered.

a. Predictors: (Constant), FOR, CIS, ROE, SIZE, IOWN b. Dependent Variable: CSR

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 2.258 5 .452 18.048 .000b

Residual 1.951 78 .025


(2)

coeficients

a

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 3.585 .416 8.611 .000

CIS -.198 .229 -.084 -.864 .390

SIZE -.090 .015 -.588 -5.961 .000

ROE .539 .151 .291 3.562 .001

IOWN -.283 .091 -.350 -3.118 .003

FOR .101 .082 .138 1.233 .221

a. Dependent Variable: CSR

Collinearity statistics

Tolerance VIF

.626 1.598

.610 .890 .472

1.640 1.123 2.121


(3)

Residuals Statisticsa

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Predicted Value .4056 .9925 .7101 .16493 84

Std. Predicted Value -1.847 1.712 .000 1.000 84

Standard Error of Predicted

Value .022 .115 .041 .011 84

Adjusted Predicted Value .4154 .9920 .7106 .16474 84

Residual -.38652 .34751 .00000 .15333 84

Std. Residual -2.444 2.197 .000 .969 84

Stud. Res idual -2.519 2.288 -.001 1.005 84

Deleted Residual -.41065 .37690 -.00052 .16498 84

Stud. Deleted Residual -2.611 2.354 -.002 1.015 84

Mahal. Distance .627 42.544 4.940 4.600 84

Collinearity Diagnosticsa

Model Dimension Eigenvalue

Condition Index

Variance Proportions

(Constant) CIS SIZE ROE IOWN FOR

1 1 5.214 1.000 .00 .00 .00 .01 .00 .00

2 .409 3.572 .00 .00 .00 .50 .04 .09

3 .279 4.321 .00 .02 .00 .29 .00 .22

4 .073 8.453 .00 .02 .00 .07 .84 .61

5 .025 14.497 .02 .68 .01 .12 .02 .01

6 .001 82.204 .98 .28 .99 .01 .09 .07


(4)

UJI NORMALITAS

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 84

Normal Parametersa,b

Mean

.0000000

Std.

Deviation .15333383

Most Extreme Differences

Absolute

.067

Positive .057

Negative -.067

Test Statistic .067

Asymp. Sig. (2-tailed)

.200c,d a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

c. Lilliefors Significance Correction.


(5)

(6)

Uji Heterokedastisitas dengan Spearman

ABS_RES

CIS Pearson Correlation -.119

Sig. (2-tailed) .282

N 84

IOWN Pearson Correlation .190

Sig. (2-tailed) .084

N 84

FOR Pearson Correlation -.015

Sig. (2-tailed) .890

N 84

SIZE Pearson Correlation .016

Sig. (2-tailed) .887

N 84

ROE Pearson Correlation -.019

Sig. (2-tailed) .865

N 84

ABS_RES Pearson Correlation 1

Sig. (2-tailed)


Dokumen yang terkait

Pengaruh Corporate Social Responsibility, kepemilikan institusional, dan kepemilkan asing terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011 dan 2013

0 89 119

Pengaruh Corporate Social Responsibility dan Kinerja Keuangan Pada Nilai Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1 73 108

Pengaruh Penyajian Informasi Corporate Social Responsibility (CSR) Dalam Laporan Tahunan Perusahaan Terhadap Earning Response Coefficient (ERC) (Studi Empiris Pada Perusahaan Pertambangan Yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2012

1 64 102

Pengaruh Corporate Governance, Ukuran Perusahaan dan Struktur Kepemilikan Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

6 67 129

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Corporate Social Responsibility (CSR) Dalam Laporan Tahunan Dan Pengaruhnya Terhadap Harga Saham (Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia)

0 38 122

Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan dengan Profitabilitas sebagai Variabel Moderasi Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

4 68 88

Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

3 71 72

Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Nilai Perusahaan Dengan Profitabilitas Sebagai Variabel Moderating Pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Pada Tahun 2012-2014

2 82 70

Pengaruh pengungkapan corporate social responsibility terhadap profitabilitas dana reputasi perusahaan (studi empiris pada perusahaan yang terdaftar di bursa efek Indonesia)

0 14 133

Pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas, dan tingkat pengawasan terhadap pengungkapan corporate social responsibility di Indonesia : studi empiris pada perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia.

0 0 126